Imam Rulyawan ”W - dompetdhuafa.org · pentingnya menjaga kesehatan dari dampak ... Dari 84...

1
”W aktu mau merantau ke sini tidak ngebayangin bakal kayak gini. Ternyata selain tak mudah mencari pekerjaan, malah hidup saya terkepung kabut asap. Bernafas itu kayak tidak bisa 100 persen. Dada saya sudah sepekan ini mulai sakit dan batuk kering. Mau berobat, puskesmas jauh dan tak ada ongkos juga. Pengennya sih dokternya yang ke sini, biar kita tak perlu mengeluarkan ongkos tambahan untuk berobat. Tapi sampai saat ini belum ada dokter ke sini, padahal anak-anak mulai terkena batuk,” ungkap Wiwin (39), pe- rantau asal Semarang yang kini tinggal di ka- wasan Sungai Lilin, jalur trans Palembang – Jambi dengan nada serak. Kabut asap yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan, kini membu- tuhkan penanganan yang serius, terutama di bidang kesehatan. Setelah melumpuhkan sejum- lah lini kehidupan, kini kabut asap menjadi teror serius terhadap kesehatan warga. Dalam paparan data situation report tim Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, per 7 Oktober 2015, sebanyak 222.984 jiwa, terserang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Tidak adanya penyuluhan kesehatan dari pemerintah terkait kabut asap, turut memper- panjang daftar warga yang kini mengalami gang- guan kesehatan pada pernafasan. Karena kejenuhan atau menganggap terbiasa dengan kabut asap, kini banyak warga yang tidak mem- perdulikan pentingnya masker saat beraktifitas di luar ruangan. Padahal itu sangat membahaya- kan. Dampak dari asap tak seketika dirasakan, tetapi bisa juga menjadi efek jangka panjang pada kesehatan warga. “Kurangnya penyuluhan tentang bahaya dari kabut asap ini membuat warga juga kurang peduli akan dampak tersebut. Banyak warga yang enggan memakai masker dan padahal itu penting. Dua kasus kematian yang diindikasikan akibat kabut asap juga urung menjadi pelajaran warga. Hingga saat ini pemerintah dirasa masih belum optimal dalam mengupayakan kesehatan masyarakatnya. Hanya relawan seperti kami- kami ini yang terus berupaya membantu menye- lamatkan masyarakat, khususnya anak-anak dan lansia yang rentan kesehatannya,” terang Ibnu Isnaeni, koordinator relawan respon kabut asap dari Dompet Dhuafa Jambi. Melalui Aksi Layanan Sehat (ALS), relawan Dompet Dhuafa Jambi mengambil peran dalam menjaga dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan dari dampak kabut asap. Dari 84 pasien yang 30 persennya adalah anak-anak, hampir semua mengeluhkan hal yang sama, yaitu problem pada pernafasan. Dada sakit untuk bernafas, serak pada teng- gorokan, dan batuk kering mendominasi keluh- an warga RT 01, Kasang Kumpe, Kumpe Ulu, Muara Jambi, Selasa (6/10). “Kalau bisa kabut asap dihilangkanlah. Kasihan saya sama anak-anak di sini. Mereka mulai batuk-batuk, termasuk anak saya yang berusia 3 tahun. Batuknya kalau malam semakin menjadi-jadi, saya tidak tega melihatnya,” harap Bujang (35), Ketua RT 01 Desa Kasang Kumpe, saat diwawancarai di sela memeriksakan kese- hatannya di program ALS tersebut. Keresahan masyarakat terdampak kabut asap tersebut menjadi kesimpulan bahwa asap kini telah meneror kesehatan mereka. Mari kita bersama rapatkan barisan, membantu mereka untuk #MelawanAsap. n Asah Oleh Imam Rulyawan Direktur Program Dompet Dhuafa Filantropi ika ramalan cuaca musim kemarau berkepanjangan benar- benar terjadi, tentu ini akan menjadikan rekor atau babak panjang dari dampak kabut asap 2015 ini. Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), memperkirakan kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan kali ini adalah peristiwa terparah sepanjang sejarah kasus serupa di negeri ini. Bukan hanya sekitar 26 juta jiwa rakyat Indonesia saja yang terimbas dampak ini. Tetapi juga jutaan warga di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura turut menerima dampak kabut asap ini. Kali ini bukan hanya hitungan hari kabut asap menyelimuti kawasan Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Itupun dalam pan- tauan yang ada, wilayah terdampak terus meluas, kini daerah Medan, Sumatera Utara, dikabarkan turut merasakan dampak tersebut. Sebaran titik apinya pun diindikasikan terus meluas. Di Jambi, menurut relawan setempat, kabut asap mulai muncul sejak Ramadhan, namun dalam skala kecil. Kemudian di perte- ngahan Agustus hingga kini, asap semakin menebal dan meng- ganggu kegiatan atau rutinitas masyarakat di sana. Bahkan karena pekatnya kabut di sana, keberangkatan jamaah haji dari Provinsi Jambi harus dipindahkan melalui Palembang. Lebih dari sebulan Jambi pun lumpuh diberbagai sektor kegiatan. Aktifitas perekono- mian dan pendidikan lumpuh. Kesehatan masyarakat terancam tanpa adanya penyuluhan dan antisipasi dari pemerintah terkait dampak berbahaya kabut asap. Saat ini perhatian pemerintah tersita hanya pada upaya pemadaman titik api saja. Padahal warganya yang kini terancam Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau yang biasa dikenal dengan ISPA hampir menembus angka 30 juta jiwa. Bukan angka yang sedikit, jika tak tertangani, mereka satu persatu nyawanya akan terlenakan oleh ISPA. Sebagai pemangku kebijakan, pemerintah harus lebih tegas mendesak pihak-pihak terkait pembakaran lahan dan hutan di Sumatera dan Kalimantan. Menurut saya tak apa pemerintah tidak menjatuhkan peristiwa ini sebagai bencana nasional. Tetapi kete- gasan mendesak pihak-pihak terkait peristiwa ini untuk bertang- gung jawab. Jika telah masuk ranah kriminalitas tak tanggung menangkap tanpa tebang pilih. Kabut asap seolah telah menjadi peristiwa yang dapat dikata rutin menggelapkan langit Sumatera dan Kalimantan. Sudah se- pantasnya terobosan, antisipasi, dan kebijakan terlahir untuk meminimalkan, atau akan lebih baik menghapus peristiwa ini dari kalender keresahan warga masyarakat. Mematikan para otak dan pelaku pembakaran lahan dan hutan dengan undang-undang serta ketegasan akan lebih berarti daripada mematikan titik api pemicu kabut asap. Semoga ketamakan dan kerakusan manusia yang mengaki- batkan kabut asap terus terhenti. Kepuasan akan materi tak sele- sai untuk diburu. Memperhatikan nasib 26 juta jiwa saudara sesama terdampak kabut asap tentu akan menjadi kemuliaan luar biasa di mata Tuhan. Namun jika ketamakan dan kerakusan yang terus dikedepankan, bukan tak mungkin Tuhan akan murka kepa- da mereka yang merusak alam-Nya. n J Aktifa AKSI LAYANAN SEHAT—Puluhan warga RT 01 Kasang Kumpe, Kumpe Ulu, Muara Jambi, memadati tenda program Aksi Layanan Sehat Dompet Dhuafa Jambi, untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan cuma-cuma, Selasa (6/9). Dalam aksi yang meru- pakan upaya respon kabut asap tersebut, banyak warga mengeluhkan adanya gang- guan kesehatan pada saluran pernafasan. Berharap Akan Ketegasan Pemerintah Asap Teror Kesehatan Warga

Transcript of Imam Rulyawan ”W - dompetdhuafa.org · pentingnya menjaga kesehatan dari dampak ... Dari 84...

Page 1: Imam Rulyawan ”W - dompetdhuafa.org · pentingnya menjaga kesehatan dari dampak ... Dari 84 pasien yang 30 persennya adalah anak-anak, hampir semua mengeluhkan ... Jambi pun lumpuh

”Waktu mau merantau ke sinitidak ngebayangin bakal kayakgini. Ternyata selain takmudah mencari pekerjaan,

malah hidup saya terkepung kabut asap.Bernafas itu kayak tidak bisa 100 persen. Dadasaya sudah sepekan ini mulai sakit dan batukkering. Mau berobat, puskesmas jauh dan takada ongkos juga. Pengennya sih dokternya yangke sini, biar kita tak perlu mengeluarkan ongkostambahan untuk berobat. Tapi sampai saat inibelum ada dokter ke sini, padahal anak-anakmulai terkena batuk,” ungkap Wiwin (39), pe -rantau asal Semarang yang kini tinggal di ka -wasan Sungai Lilin, jalur trans Palembang –Jambi dengan nada serak.

Kabut asap yang melanda sejumlah wilayahdi Sumatera dan Kalimantan, kini membu-tuhkan penanganan yang serius, terutama dibidang kesehatan. Setelah melumpuhkan sejum-lah lini kehidupan, kini kabut asap menjadi terorserius terhadap kesehatan warga. Dalampaparan data situation report tim DisasterManagement Center (DMC) Dompet Dhuafa,per 7 Oktober 2015, sebanyak 222.984 jiwa,terserang Infeksi Saluran Pernafasan Atas(ISPA).

Tidak adanya penyuluhan kesehatan daripemerintah terkait kabut asap, turut memper-panjang daftar warga yang kini mengalami gang-guan kesehatan pada pernafasan. Karenakejenuhan atau menganggap terbiasa dengankabut asap, kini banyak warga yang tidak mem-

perdulikan pentingnya masker saat beraktifitasdi luar ruangan. Padahal itu sangat membaha ya -kan. Dampak dari asap tak seketika dirasakan,tetapi bisa juga menjadi efek jangka panjangpada kesehatan warga.

“Kurangnya penyuluhan tentang bahaya darikabut asap ini membuat warga juga kurangpeduli akan dampak tersebut. Banyak wargayang enggan memakai masker dan padahal itupenting. Dua kasus kematian yang diindikasikan

akibat kabut asap juga urung menjadi pelajaranwarga. Hingga saat ini pemerintah dirasa masihbelum optimal dalam mengupayakan kesehatanmasyarakatnya. Hanya relawan seperti kami-kami ini yang terus berupaya membantu menye-lamatkan masyarakat, khususnya anak-anakdan lansia yang rentan kesehatannya,” terangIbnu Isnaeni, koordinator relawan respon kabutasap dari Dompet Dhuafa Jambi.

Melalui Aksi Layanan Sehat (ALS), relawanDompet Dhuafa Jambi mengambil peran dalammenjaga dan mengedukasi masyarakat tentangpentingnya menjaga kesehatan dari dampakkabut asap. Dari 84 pasien yang 30 persennyaadalah anak-anak, hampir semua mengeluhkanhal yang sama, yaitu problem pada pernafasan.Dada sakit untuk bernafas, serak pada teng-gorokan, dan batuk kering mendominasi ke luh -an warga RT 01, Kasang Kumpe, Kumpe Ulu,Muara Jambi, Selasa (6/10).

“Kalau bisa kabut asap dihilangkanlah.Kasihan saya sama anak-anak di sini. Merekamulai batuk-batuk, termasuk anak saya yangberusia 3 tahun. Batuknya kalau malam semakinmenjadi-jadi, saya tidak tega melihatnya,” harapBujang (35), Ketua RT 01 Desa Kasang Kumpe,saat diwawancarai di sela memeriksakan kese-hatannya di program ALS tersebut.

Keresahan masyarakat terdampak kabutasap tersebut menjadi kesimpulan bahwa asapkini telah meneror kesehatan mereka. Mari kitabersama rapatkan barisan, membantu merekauntuk #MelawanAsap. n

AsahOleh Imam RulyawanDirektur ProgramDompet Dhuafa Filantropi

ika ramalan cuaca musim kemarau berkepanjangan benar-benar terjadi, tentu ini akan menjadikan rekor atau babakpanjang dari dampak kabut asap 2015 ini. Bahkan BadanAntariksa Amerika Serikat (NASA), memperkirakankebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan kali ini

adalah peristiwa terparah sepanjang sejarah kasus serupa dinegeri ini. Bukan hanya sekitar 26 juta jiwa rakyat Indonesia sajayang terimbas dampak ini. Tetapi juga jutaan warga di negaratetangga, seperti Malaysia dan Singapura turut menerima dampakkabut asap ini.

Kali ini bukan hanya hitungan hari kabut asap menyelimutikawasan Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Itupun dalam pan-tauan yang ada, wilayah terdampak terus meluas, kini daerahMedan, Sumatera Utara, dikabarkan turut merasakan dampaktersebut. Sebaran titik apinya pun diindikasikan terus meluas.

Di Jambi, menurut relawan setempat, kabut asap mulai munculsejak Ramadhan, namun dalam skala kecil. Kemudian di perte -ngah an Agustus hingga kini, asap semakin menebal dan meng-ganggu kegiatan atau rutinitas masyarakat di sana. Bahkan karenapekatnya kabut di sana, keberangkatan jamaah haji dari ProvinsiJambi harus dipindahkan melalui Palembang. Lebih dari sebulanJambi pun lumpuh diberbagai sektor kegiatan. Aktifitas perekono-mian dan pendidikan lumpuh. Kesehatan masyarakat terancamtanpa adanya penyuluhan dan antisipasi dari pemerintah terkaitdampak berbahaya kabut asap.

Saat ini perhatian pemerintah tersita hanya pada upayapemadaman titik api saja. Padahal warganya yang kini terancamInfeksi Saluran Pernafasan Atas atau yang biasa dikenal denganISPA hampir menembus angka 30 juta jiwa. Bukan angka yangsedikit, jika tak tertangani, mereka satu persatu nyawanya akanterlenakan oleh ISPA.

Sebagai pemangku kebijakan, pemerintah harus lebih tegasmendesak pihak-pihak terkait pembakaran lahan dan hutan diSumatera dan Kalimantan. Menurut saya tak apa pemerintah tidakmenjatuhkan peristiwa ini sebagai bencana nasional. Tetapi kete-gasan mendesak pihak-pihak terkait peristiwa ini untuk bertang-gung jawab. Jika telah masuk ranah kriminalitas tak tanggungmenangkap tanpa tebang pilih.

Kabut asap seolah telah menjadi peristiwa yang dapat dikatarutin menggelapkan langit Sumatera dan Kalimantan. Sudah se -pan tasnya terobosan, antisipasi, dan kebijakan terlahir untukmeminimalkan, atau akan lebih baik menghapus peristiwa ini darikalender keresahan warga masyarakat. Mematikan para otak danpelaku pembakaran lahan dan hutan dengan undang-undangserta ketegasan akan lebih berarti daripada mematikan titik apipemicu kabut asap.

Semoga ketamakan dan kerakusan manusia yang mengaki-batkan kabut asap terus terhenti. Kepuasan akan materi tak sele-sai untuk diburu. Memperhatikan nasib 26 juta jiwa saudarasesama terdampak kabut asap tentu akan menjadi kemuliaan luarbiasa di mata Tuhan. Namun jika ketamakan dan kerakusan yangterus dikedepankan, bukan tak mungkin Tuhan akan murka kepa-da mereka yang merusak alam-Nya. n

J

Aktifa

AKSI LAYANAN SEHAT—Puluhan warga RT 01 Kasang Kumpe, Kumpe Ulu, MuaraJambi, memadati tenda program Aksi Layanan Sehat Dompet Dhuafa Jambi, untukmendapatkan pemeriksaan kesehatan cuma-cuma, Selasa (6/9). Dalam aksi yang meru-pakan upaya respon kabut asap tersebut, banyak warga mengeluhkan adanya gang-guan kesehatan pada saluran pernafasan.

Berharap AkanKetegasan Pemerintah

Asap Teror Kesehatan Warga