ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI -...
Embed Size (px)
Transcript of ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI -...

LAPORAN PENGKAJIAN
HUBUNGAN TINGKAT LITERASI INFORMASI DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI PADANG
Oleh:
Drs. Januarisdi, M.L.I.S
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

HALAMAN PENGESAHAN
1
Judul Pengkajian
:
HUBUNGAN TINGKAT LITERASI INFORMASI DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2 Bidang Penelitian : Ilmu Perpustakaan dan Informasi 3 Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Drs. Januarisdi, M.L.I.S b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP : 19650119 198903 1 001 d. Disiplin ilmu : Ilmu Perpustakaan dan Informasi e. Pangkat/Golongan : Pembina/ IV.a f. Jabatan : Pustakawan Madya g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Bahasa dan Seni h. Alamat : Jln. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang i. Telpon/Faks/E-mail : 0751-7053363/ [email protected] j. Alamat Rumah : Jln. Mangga I, Nomor 137 Belimbing Padang k. Telpon/Faks/E-mail : 082174337184/ [email protected]
4 Jumlah Anggota Peneliti :
5 Lokasi Penelitian : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Menyetujui Dekan FBS UNP, Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum NIP. 19610321 198602 1 001
Padang, Desember 2014 Peneliti, Drs. Januarisdi, M.L.I.S. NIP. 19650119 198903 1 001

ABSTRK Peralihan paradigma pembelajaran dari behaviorism ke constructivism menuntut mahasiswa memiliki kemampuan memanfaatkan sumber pembelajaran secara efektif. Salah satu faktor intrinsik yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa di era informasi adalah kecakapan yang terkait dengan sumber pembelajaran. Literasi Informasi yang mencakup kemampuan memahami kebutuhan informasi, menelusur dan menemubalikkan informasi, mengevaluasi informasi, menggunakan informasi secara etis dan bermartabat, serta mengkomunikasi informasi baru berhubungan dengan kualitas pembelajaran. Pengkajian ini merupakan sebuah analisis hubungan antara tingkat literasi informasi dengan prestasi akademik mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FBS UNP. Sampel pengkajian ini terdiri dari 45 orang mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris yang sedang menulis skripsi dan dan akan diwisuda pada September 2014. Dari hasil analisis data ditemukan koefisien korelasi anatara literasi informasi dan prestasi akademik sebesar 0,804086. Dari hasil uji hipotesis ditemukan bahwa Hipotesi 1 (Terdapat hubungan anatara tingkat literasi iformasi dengan prestasi akademik mahasiswa Jurussan Bahasa Inggris) diterima pada pada level of confidence 0,05 (95%) sampai pada degrees of freedoom 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi iformasi berkorelasi secara positif dengan prestasi akademik mahasiswa Jurussan Bahasa Inggris.

KATA PENGANTAR Walaupun belum mendapatkan perhatian serius dari akademisi dan praktisi khsusunya di
Indonesia, Literasi Informsi (Information Literacy) sudah menjadi bagian penting dalam
kehidupan masyarakat kita. Masyarakat informasi akan menghadapi kesulitan serius dalam
menjalan berbagai aspek kehidupan mereka, jika mereka tidak memiliki sensitivitas terhadap
kebutuhan informasi, kemampuan menelusur dan menemubalikkan informasi, mengevaluasi
informasi, menggunakan informasi secara etis dan bermartabat, dan mengkomunikasikan
informasi baru yang mereka ciptakan. Literasi informasi adalah kebutuhan mutlak
masyarakat informasi dalam semua sektor kehidupan, mulai dari pendidikan sampai ke
profesi dan hubungan sosial. Sehingga tidak berlebihan jika Literasi Informasi dipandang
sebagai ketrampilan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning skills).
Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
potensi kepada manusia untuk mengetahui semua nama (asma), pengkajian ini telah selesai
dengan baik. Walaupun memiliki berbagai kelemahan, tulisan ini diharapkan dapat
memberikan inspirasi kepada para akademisi dan praktisi untuk mencurahkan perhatian
mereka terhadap pentingnya Literasi Informasi dalam berbagai sektor kehidupan. Walaupun
dilakukan dalam cakupan yang sangat terbatas dan metodologi yang belum sempurna,
pengkajian ini diharapkan dapat mendorong para akademisi dan praktisi untuk melakukan
berbagai pengkajian yang lebih sempurna. Dengan demikian, upaya untuk memberikan
ketrampilan pembejaran sepanjang hanyat kepada masyarakat kita semakin intesif dan
berkalitas.
Akhirnya, pada kesempatan ini, kami ingin menyampakan terimaksih kepada semua
pihak, khsusnya mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris yang telah berpartisipasi dalam
pengkajian ini. Semoga kontribusi Anda bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khsusnya literasi informasi, pendidikan dan pembelajaran.
Hormat kami,
Drs. Januarisdi, M.L.I.S

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………. iABSTRAK.…………………………………………………………………….…… iiKATA PENGANTAR ………………………………………………………….….. iiiDAFTAR ISI………………………………………………………………………… ivDAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………… vDAFTAR TABEL …………………………………………………………………… viDAFTAR GRAFIK………………………………………………………………… vii BAB SATU…………………………………………………………………………. 1PENDAHLUAN .…………………………………………………………………… 11.1 Latar Belakang…………………………………………………………………… 11.2 Permasalahan…………………………………………………………………… 41.3 Hipotesi…………………………………………………………………………. 51.4 Definisi Operasional …………………………………………………………… 5 BAB DUA…………………………………………………………………………… 6TINJAUAN KEPUSTAKAAN……………………………………………………. 62.1 Kahikat Literasi Informasi……………………………………………………… 62.2 Peranan Literasi Informasi dalam Pembelajaran …………………………………112.3 Standar Literasi Informasi Pendidikan Tinggi ………………………………… 142.4 Prestasi Akademik……………………………………………………………… 17 BAB TIGA…………………………………………………………………………. 22METODOLOGI…………………………………………………………………… 223.1 Desain Pengkajian ……………………………………………………………… 223.2 Populasi dan Sampel…………………………………………………………… 243.3 Data dan Pengumpulan Data…………………………………………………… 243.4 Analisis Data …………………………………………………………………… 26 BAB EMPAT………………………………………………………………………. 27TEMUAN…………………………………………………………………………… 274.1 Deskripsi Data…………………………………………………………………… 274.2 Analisis Data …………………………………………………………………… 284.3 Uji Hipotesis …………………………………………………………………… 304.4 Pembahasan…………………………………………………………………….. 32 BAB LIMA.………………………………………………………………………… 33SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………… 335.1 Simpulan…..……………………………………………………………………. 335.2 Saran……………………………………………………………………………. 34DAFTAR KEPUSTAKAAN.……………………………………………………… 35
LAPIRAN Lampiran 1: Instrumen Pengumpulan Data untuk Literasi Informasi Lampiran 2: Data Mentah Lampiran 3: Tabel Hasil Pengolahan Data Lampiran 4: Tabel Nilai Koefisien Korelasi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Instrumen Pengumpulan Data untuk Literasi Informasi Lampiran 2: Data Mentah Lampiran 3: Tabel Hasil Pengolahan Data Lampiran 4: Tabel Nilai Koefisien Korelasi

DFTAR TABEL Tabel 3.1 Distribusi sampel berdasarkan tahun masuk dan Program Studi …………………23 Tabel 3.2: Standar Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi……………………………..24 Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel x dan y………………………………………………27 Tabel 4.2 Distribusi Data Kelas Interval……………………………………………………..28 Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Olahan Data………………………………………………….….29 Tabel 4.4 Nilai Koefisien Korelasi…………………………………………………………...30

DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Distribusi nilai Literasi Informasi …………………………………..28 Grafik 4.2 Distribusi IPK……………………………………………………….28

BAB SATU
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran di perguruan tinggi adalah prestasi
akademik (academic achievement atau academic performence) mahasiswa. Mahasiswa yang
mencapai prestasi akademik lebih tinggi dinilai lebih berhasil daripada mereka yang
mendapatkan prestasi akademik lebih rendah. Sampai saat ini, dunia kerja masih
menggunakan indikator prestasi akademik sebagai instrumen seleksi calon tenaga kerja,
walaupun hal itu bukan satu-satunya. Sehingga tidak sedikit mahaiswa menempatkan prestasi
akademik sebagai prioritas yang lebih penting ketimbang prestasi lain dalam kehidupan
perkuliahan mereka.
Pada dasarnya, prestasi akademik adalah semua yang diketahui, difahami dan yang
dapat dilakukan oleh seorang mahasiswa setelah menyelesaikan proses pembelajaran sebuah
mata kuliah. Namun demikian, dalam konteks relitas sehari-hari, indikator prestasi akademik
mahasiswa adalah skor atau nilai yang tertera di dalam Laporan Hasil Studi (LHS)
mahasiswa pada setiap akhir semester. Nilai ini dijadikan rujukan untuk menentukan tingkat
keberhasilan mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan di perguruan tinggi. Dengan
demikian, prestasi akademik seorang mahasiswa tercermin dari nilai yang tertera didalam
LHS mahasiswa pada setiap akhir semsester.
Berbagai faktor, seperti motivasi, intelegensi, fasilitas, metode pembelajaran dan
pengajaran, dan latar belakang ekonomi dan sosial mahasiswa ikut mempengaruhi prestasi
akademik seorang mahasiswa. Secara umum, faktor yang memperngaruhi prestasi akademik
dapat dikelompokkan atas dua: faktor yang berasal dari dalam diri seorang mahasiswa (faktor
internal), seperti motivasi, intlegensi, minat, dan kompetensi tertentu, dan faktor yang berasal

dari luar diri seorang mahasiswa (faktor eksternal), sepeerti fasilitas pembelajaran, metode
yang digunakan oleh dosen, dan suasana pembelajaran.
Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri seorang mahasiswa adalah kecakapan
(competency) yang terkait dengan sumber pembelajaran. Faktor ini berhubungan langsung
dengan proses pembelajaran yang intinya adalah keatifan mahasiswa. Mahasiswa yang
mampu menggunakan sumber pembalajaran secara efektif dan komprehensif cenderung
melakukan proses pembelajaran lebih sempurna daripada yang lain. Mahasiswa yang lebih
sering mengunjungi perpustakaan untuk tujuan pemanfaatan sumber pembelajaran cenderung
lebih efektif melakukan proses pembelajran. Akibatnya, mahasiswa tersebut cenderung
memperoleh nilai lebih tinggi daripada yang lain.
Peralihan pendekatan pembelajaran dari behaviorisme ke konstruktivisme berdampak
serius terhadap penggunaan sumber pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme yang
berasumsi bahwa pelajar (learners) memiliki potensi untuk membangun pengetahuan secara
mandiri telah memposisikan perpustakaan tidak lagi sebagai sarana penunjang sebuah
institusi pendidikan, tapi menjadi organ sentral proses pembelajaran. Abbot and Ryan (2006)
seperti dikutip oleh Costa dan Kallick (2010: 224-225) mengunkapkan bahwa pendekatan
konstruktivisme meyakini bahwa pembelajaran adalah sebuah proses aktif. Pada saat
mempelajari suatu yang baru, seorang pelajar selalu membawa pengalaman dan semua
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya kedalam pola mental baru. Setiap fakta atau
pengalaman baru diasimilasikan kedalam jaringan hidup pemahaman yang telah ada dalam
sistem otak orang tersebut. Dengan demikian pelajar harus jauh lebih aktif melakukan proses
pembelajaran ketimbang guru atau dosen yang selama ini mendominasi proses pembelajaran.
Oleh karena itu, peran informasi dan pengetahuan yang telah ada dalam sistem kognisi
seorang mahasiswa (background knowledge) sangat menentukan keberhasilan
pembelajarannya.

Literasi informasi adalah sebuah kecakapan (competency) seseorang dalam
menangani informasi dan sumber informasi. American Library Association (ALA) secara
umum mendefinisikan literasi informasi sebagai serangkain kemampuan yang diperlukan
oleh seseorang untuk menyadari bila informasi dibutuhkan dan memiliki kemapuan untuk
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
Brevick (1989) mengungkapkan bahwa literasi informasi bukanlah isu yang terkait dengan
pengajaran perpustakaan (library instruction), tapi konsep proses pembelajaran, khsususnya
pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Secara lebih luas, satu dekade kemudian,
Bravick (1998) mejelaskan bahwa literasi informasi mencakup konsep yang lebih luas,
seperti pembelajaran berbasis-sumber (resource-based leaarning), penelitian undergraduate,
pembelajaran jasa (service learning), dan pembelajaran berbasis-masalah (problem-based
learning). Stephenson (1996) dan Mayer (1996) seperti dikuti oleh Langford (1998)
membahas isu literasi informasi dalam konteks siswa madiri (indenpendent learners).
Namun demikian, kajian terkait literasi informasi, baik dalam kaitannya dengan
konsep pembelajaran maupun konsep ilmu perpustakaan dan informasi masih belum populer
bagi kalangan akademisi Indonesia. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Juruan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, seperti Rizka (2009), baru melakukan kajian
deskriftif terkait dengan tingkat literaasi mahasiswa. Penelitian ini hanya mendekripsikan
tingkat literasi informasi mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2009/2010. Sebelumnya, Rindyasari (2008)
melakukan penlitian deskriptif terhadap literasi informasi guru-guru, studi kasus guru-guru
salah satu SMA di Jakarta.
1.2 Permasalahan

Sebagai sebuah konsep yang dinilai baru, literasi informasi tidak mendapatkan
perhatian besar bagi kalangan akademisi dan pemerintah Indonesia. Kurangnya perhatian
para akademisi ini bukan hanya disebabkan karena ketidaktahuan tentang literasi informasi,
tapi juga rendahnya kepemihakan para penentu arah kebijakan di negeri ini terhadap dunia
informasi dan perpustakaan. Pemerintah Indonesia, baik melalui Perpustakaan Nasioanl RI,
maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan belum memiliki kebijkan yang terarah
pada program literasi informasi, seperti yang telah dimiliki oleh Amerika Serikat, Autralia,
Inggris, Malayasia, Philipina, dan Thailand. Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang
Perpustakaan masih belum terimplentasi secara utuh. Akibat dari keadaan ini, perhatian para
akademisi dan praktisi perpustakaan dan pendidikan terhadap dunia perpustakaan, termasuk
literasi informasi, masih sangat rendah.
Berdasarkan pengalaman empiris dan pengamatan sehari-hari peneliti, mahasiswa
yang sering berkunjung ke perpustakaan dan mereka yang memiliki kecakapan dalam
menggunakan tekhnologi informasi cenderung mengerjakan tugas-tugas perkuliahan lebih
baik. Ada indikasi bahwa mereka memiliki kesadaran dan memahami kebutuhan informasi
mereka, mengetahui dimana dan bagaimana menemukan informasi yang sesuai dengan
kebutuhannya, mampu menggunakan informasi tersebut dalam membuat tugas-tuga
perkuliahan, dan memiliki integritas akademik terhadap informasi yang mereka gunakan.
Kompetensi ini, secara teknis, disebut dengan litersi informasi (Information Literacy).
Dengan demikian permasalah peneltian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah terdapat hubungan antara tingkat literasi informasi dengan prestasi akademik
mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang?”
1.3 Hipotesis
Hipotesis peneltian ini dapat diformulasi sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat literasi informasi dengan prestasi akademik
mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris, FBS UNP.
H1: Terdapat hubungan positif antara tingkat literasi informasi dengan prestasi akademik
mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris, FBS UNP.
1.4 Definisi Opersional
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi akademik adalah tingkat ketercapain
mahasiswa dalam sebuah proses pembelajaran yang dilihat dari indek prestasi yang diperoleh
setiap akhir semester. Literasi informasi adalah kecakapan mahsiswa dalam menyadari,
mengetahui, memahami, menemukan dan menggunakan informasi secara efektif yang dilihat
dari hasil atau skor test literasi informasi yang telah dirancang khusus.

BAB DUA
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Hakikat Literasi Informasi
Literasi informasi (information literacy) sebenarnya bukan terminologi baru bagi kalangan
pustakawan dan spesialis informasi. Pada tahun 1980an konsep literasi informasi telah
diperkenalkan oleh Patricia Breivik melalui karyanya yang berjudul Information Literacy:
Revolution in the Library. Dalam berbagai presentasi dan artikelnya pada tahun 1980an,
Breivik memperkenalkan model dan program literasi informasi yang sangat inspiratif. Secara
tegas ia mengungkapkan bahwa literasi informasi bukanlah isu yang terkait dengan
pengajaran perpustakaan (library instruction), tapi terkait dengan konsep proses
pembelajaran, khsususnya pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Dalam bukunya
yang kedua (Student Learning in the Information Age. Phoenix, Ariz.: American Council on
Education/Oryx, 1998), Breivik mendefinisi ulang istilah literasi informasi secara lebih luas
yang mencakup pembelajaran berbasis-sumber (resource-based leaarning), penelitian
undergraduate, pembelajaran jasa (service learning, dan pembelajaran berbasis-masalah
(problem-based learning).
Pada dekade 1990an, isu literasi informasi semakin gencar dibahas pakar ilmu
perpustakan dan informasi dan ilmu pendidikan; sebagian besar diskusi tersebut mengaitkan
literasi informasi dengan topik-topik pembelajaran. Beberapa dari tulisan tersebut, seperti
diungkapkan oleh Langford (1998), adalah Cindy, Crebert & O’leary (1994), Bruce (1996),
Dow & Geer (1996), Wright & McGurk (1996) yang mengaitkan literasi informasi dengan
isu guru pralayan (preservice teachers); Stephenson (1996) dan Mayer (1996) membahas isu
literasi informasi dalam konteks siswa madiri (indenpendent learners); Henri (1988), Cooper
& Henderson (1995) mengaitkan konsep literasi informasi dengan komunitas sekolah literat-

informasi (information-literate school community); dan Johnson & Eisenberg (1991),
Eisenberg & Johnson (1996), Mitchell (1996) dan Mobley (1996) membahas isu literasi
informasi dalam hubungannya dengan tekhnologi informasi.
Pada dasarnya litrasi informasi adalah sebuah kompentensi yang dimiliki setiap orang
dalam menjalankan kehidupannya sebagai makhluk yang diberikan potensi dasar untuk
berkembang melalui proses pembelajaran. Kompetensi ini mencakup kesadaran seseorang
bahwa ia membutuhkan informasi untuk melanjutkan kehidupannya, yang kemudian
diungkapkan dalam bentuk formulasi kebutuhan informasi. Setalah memahami kebutuhan
informasi, kompetensi ini meningkat pada kemampuan menelusur dan menemukan informasi
yang dibutuhkan tersebut. Pada tahap ini, seseorang dituntut untuk mampu memilah dan
memilih informasi berdasarkan kualitas, relevansi, cakupan dan kecukupannya sesuai
kebutuhan. Pengorganisasian informasi adalah elemen kompetensi literasi informasi
berikutnya yang terkait dengan kemampuan mengelola dan menyusun informasi secara
sistematis. Kompetensi ini mencakup kemampuan mendokumentasikan, menyusun, dan
mengintegrasikan informasi dengan informasi terkait, sehingga melahirkan informasi baru.
Setelah informasi baru tercipta, ketrampilan berikutnya adalah kemampuan
mengkomunikasikan dan menyampaikan informasi baru tersebut dalam berbagai bentuk
seperti laporan, presentasi, grafik dan sebagainya. Terakhir, kompentsi yang merupkan
cakupan literasi informasi adalah kemapuan menghargai informasi sebagai sebuah proses
yang tidak hanya lahir secara mandiri. Informasi baru adalah hasil proses pencernaan dan
pengolahan berbagai informasi telah diciptakan orang lain sebelumnya.
Berbagai definisi literasi informasi telah dikemukan oleh pakar dan lembaga yang
bergerak dalam bidang perpustakaan dan informasi. Secara umum literasi informasi
didefinisikan oleh Humes (2003) sebagai kemampuan seseorang untuk mengakses,
mengevaluasi, mengorganisasikan, dan menggunakan informasi dari berbagai sumber. Secara

formal, American Library Association (ALA) mendefinisikan literasi informasi sebagai
serangkain kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk menyadari bila informasi
dibutuhkan dan memiliki kemapuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan
informasi yang dibutuhkan secara efektif. Dijelaskan lebih jauh bahwa untuk menjadi
information literate (melek informasi), seseorang harus mampu menyadari kapan informasi
dibutuhkan dan mempunyai kemampuan menemukan, mengevaluasi, dan secra efektif
menggunakan informasi yang dibutuhkan tersebut. Dengan demikian, orang yang melek
informasi adalah mereka yang telah belajar bagaimana belajar. Mereka tahu bagaimana
belajar karena mereka mengetahui bagaimana ilmu pengetahuan diorganisasikan, bagaimana
menemukan, dan bagaimana menggunakan informasi tersebut dengan cara yang martabat.
Mereka adalah orang yang siap untuk belajar sepanjang hayat, karena mereka dapat
menemukan informasi yang diperlukan untuk berbagai tugas atau keputusan di tangan.
Literasi informasi bukan ketrampilan seseorang dalam menggunakan tekhnologi
informasi atau computer. Secara tegas Breivik (1992) menegaskan bahwa walaupun literasi
informasi mencakup literasi komputer, seseorang yang memahami dan trampil menggunakan
komputer tidak selalu inforation literate (melek infromasi). Gilton (1994) menekankan
bahwa literasi informasi bukan sesuatu yang identik dengan litersi komputer (computer
literate), sebuah ketrampilan yang menghendaki seseorang mampu memanipulasi piranti
keras dan piranti lunak komputer. Ia juga menegaskan bahwa literasi informasi bukan literasi
perpustakaan (library literacy) yang menuntut seseorang mampu menggunakan koleksi dan
layanan perpustakaan. Namun demikian, kedua literasi tersebut memiliki keterkaitan yang
sangat erat dengan litrasi informasi. Literasi informasi lebih dari sekadar kemampuan
mengakses informasi dan pengetahun dengan bantuan tekhnologi infromasi; literasi informasi
mencakup kualitas pengalaman belajar. Literasi informasi bukan hanya sekadar ketrampilan
menelusur informasi dan menggunakan sumber-sumber referensi, karena hal itu semua

adalah persoalan tekhnis; literasi informasi sebenarnya adalah tujuan yang seharusnya
dicapai oleh setiap pelajar (learners). Darch et al. (1997) menambahkan bahwa literasi
informasi menuntut kesadaran tentang bagaimana sistem informasi bekerja, hubungan
dinamis antara kebutuhan informasi tertentu dengan sumber informasi dan saluran yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Owen (1996), seperti dikutip oleh Langford (1998), memberikan fokus penting
sebagai sebuah upaya menjelaskan litersi informasi dengan cara menilai apa yang ia anggap
mitos terkait konsep ini. Ia mengungkapkan bahwa literasi informasi disajikan melalui
kapasitas kita untuk secara menyakinkan menantang gagasan-gagasan karena kemampuan
kita mengakses dan menggunkan informasi secara efektif. Ia kemudian memperluas cakupan
literasi informasi dengan menambahkan bahwa dibalik peningkatan ketrampilan belajar dan
meneliti, literasi informasi berperan memberikan kemampuan atau kekuatan (empower),
menemukan dan memperlakukan informasi tersebut; literasi informasi merupakan alat
penguatan personal (personal empowerment) untuk semua orang, bukan hanya pelajar muda;
literasi informasi mencakup pelajar mandiri dan terarah secara mandiri (self-directed), pelajar
yang saling berketergantungan (interdependent); dan literasi informasi mencakup upaya
memperkaya dan menghidupkan pembelajaran sepanjang-hayat (life-long learning).
Secara lebih komprehensif, literasi informasi tidak hanya difahamai sebagai sebuah
kemampuan seseorang dalam menyadari bahwa ia membutuhkan informasi, menentukan
dimana sumber, memperoleh, dan mengevaluasi informasi, tapi juga sikap dan integritas
akademik seseorang terhadap informasi tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Reed (2007)
dengan membagi literasi informasi atas empat area fokus: 1) memulai dan menyelesaikan
proses penelitian, 2) tekhnik penelusuran, 3) evaluasi materi yang ditemukan, dan 4)
integritas akademik terhadap informasi yang digunaka. Secara lebih rinci, area pertama
mencakup pengetahuan tentang lokasi bahan, sumber untuk memilih topik, dan kualitas

bahan yang dibutuhkan. Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki dalam area ini
antara lain adalah cara menemukan topik yang hendak ditulis atau diteliti, pengetahuan
tempat penelusuran jurnal dan buku, pengetahuan tentang peran layanan referensi (reference
desk), pengetahuan tentang jumlah dan keragaman pangkalan data yang digunkan.
Pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dimiliki pada area fokus kedua adalah penggunaan
operator Boolean (AND dan OR), dan truncation (pemotongan kata), tekhnik penelusuran
yang efisien, pengecekan semua pilihan untuk artikel, penemuan informasi dalam buku
(seperti indeks subjeks), dan penemunan informasi bibliografis dalam buku. Pada area ketiga,
mahasiswa harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan terkait jenis terbitan, penelusuran
Internet, dan tinjauan sejawat. Sedangkan pada area terakhir, mahasiswa harus mampu
menyitir (membuat sitasi) secara benar, menghindari pelanggaran/ pencideraan integritas
akademik, dan mengetahui sistem sitasi dan gaya penulisan bibliografi (seperti MLA dan
APA).
2.2 Peranan Literasi Informasi dalam Pembelajaran
Berbagai faktor mempengaruhi keberhasilan perkuliahan mahasiswa di perguruan
tinggi; satu di antaranya adalah penguasaan mahasiswa terhadap sumber pembelajaran
(learnng resources)—cara mengakses, cara menggunakan, dan mengevaluasi sumber
tersebut. Pengetahuan dan ketrampilan ini disebut secara umum disebut dengan literasi
informasi (information literacy). Hal senada diungkapkan oleh Nidds & McGerald (1996)
yang mengemukakan beberapa karakteristik mahasiswa dikategori berhasil dalam abad ke-21.
Satu diantaranya adalah bahwa mereka harus mampu menganalisa, mengisitesa dan
mengevaluasi informasi. Lebih jauh, Reed (2007) mendeskripsikan keberhasilan program

pengajaran kolaboratif anatara pustakawan dan dosen dalam hal literasi informasi yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran di perguruan tinggi. Dalam
konteks penyelesaian perkuliahan, Hurst (2007) mengungkapkan pengaruh pendidikan
pengguna perpustakaan (Library Instruction) terhadap kualitas karya akhir mahasiswa.
Penelitiannya membuktikan bahwa bahwa mahasiswa yang memperoleh library instruction
lebih cenderung mengutip lebih banyak sumber, menggunakan sumber yang beragam, dan
mengutip sumber dengan menggunakan fasilitas perpustakaan, dibandingkan dengan
mahasiswa yang tidak mendapatkan library instruction.
Walaupun pada awalnya diperkenalkan oleh seorang pustakawan, Patricia Breivik,
konsep literasi informasi lebih kental dngan nuansa pembelajaran ketimbang pendidikan
perpustakaan (library instruction). Sampai akhir tahun 1990an, seperti yang diungkapkan
oleh Lincoln (1987), Henri (1995), dan Holloway (1996), konsep literasi informasi dinilai masih
kabur, sehingga banyak guru kalangan pendidik yang tidak memahami dan bahkan salah faham
dengan istilah literasi informasi. Ada yang mengaitkan literasi informasi dengan pengajaran
perpustakaan (library instruction); ada yang mengaitkannya dengan konsep information skills dan
study skills; dan ada pula yang mengaitkannya dengan ketrampilan membaca (reading skills). Secara
komprehensif, Brevick (1998) mejelaskan bahwa literasi informasi mencakup konsep yang lebih
luas seperti pembelajaran berbasis-sumber (resource-based leaarning), penelitian
undergraduate, pembelajaran jasa (service learning), dan pembelajaran berbasis-masalah
(problem-based learning).
Berbagai upaya penerapan terkait literasi informasi untuk meningkatkan prestasi
akademik di perguruan tinggi telah dilakukan. Beberapa perguruan tinggi mengembangakan
pembelajaran elektronik, sementara yang lain mengembangkan program pendidikan literasi.
Uni Arab Emirates Univeristy, seperti dilaporkan oleh Taha (2006) telah mengembangkan
layanan informasi elektronik terjaring untuk mendukung proses pemebelajaran elektronik. Ia
menekankan bahwa e-literacy (sebuah aspek literasi informasi) memainkan peran yang

sangat penting dalam keberhasilan penerapan pemebalajaran elektronik. Stemper dan Butler
(2001) mengembangkan sebuah model layanan refernsi digital. Dengan menggunakan sebuah
sistem yang disebut Infopoint, mereka menemukan bahwa, dengan ketersediaan layanan
referensi 7 hari x 24 jam, mahasiswa sangat terbantu dalam mengakses informasi baik yang
terdapat di perpustakaan sendiri maupun yang terdapat di perpustakaan lain. Reed (2007)
secara kreatif dan inovatif mengembangkan sebuah model pembelajaran kolaboratif antara
pustakawan dan dosen dalam mengajar literasi informasi bagi mahasiswa baru. Beberapa
orang pustakawan bekerja sama dengan bebera orang dosen bekerja sama mengajar sebuah
mata kuliah wajib, Learning and Development Strategies pada semester pertama. Mereka
berkolaborasi dalam semua aspek pengajaran mulai dari pengembangan kurikulum,
pengembangan tugas-tugas, pengajaran dalam kelas, konsultasi pengembangan mahasiswa
secara individu, dan penilian.
Berbagai penelitian tentang keterkaitan antara literasi informasi dengan pendidikan
dan proses pembelajaran telah dilakukan. Azwan Shaiza Nizam, Normazidah Che Musa dan
Wahiza Wahi (2010) menemukan adanya hubugan yang berarti anatara kemampuan literasi
informasi dengan prestasi mahasiswa dalam kelas Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
(English as Second Language). Bleakley and Carrigan 1994 mengungkapkan bahwa karena
mahasiswa menjadi lebih mampu menggunakan pilihan sumber informasi, mereka menjadi
sadar dengan gaya belajar individual mereka dan lebih menyukai cara mengasimilasikan
pengetahuan. Literasi informasi merupakan komponen penting pendekatan individual bila ia
dibangun di atas fondasi kertampilan yang up-to-date (Bent dan Stockdale, 2009). Martin dan
Williamson (2003) sebagaimana dikutip oleh Bent dan Stockdale (2009) menggarisbawahi
bahwa semua pengguna informasi harus menjadi konsumen informasi yang kritis untuk
menghidari tumpang tindih dan mengembangkan ketrampilan intelektual baru untuk
mengelola informasi secara efektif dan mentranformasikannya menjadi ilmu pengetahuan

yang bermanfaat. (Bent dan Stockdale, 2009) lebih jauh mengemukakan bahwa pendidikan di
perguruan tinggi tidak hanya tentang pemerolehan subjek ilmu tertentu, ia harus menantang
mahaiswa untuk melihat pembelajaran mereka sebagai sesuatu yang tidak dibatasi oleh waktu
di universitas tapi menjadi bagian dari dunia mereka sehari-hari. Hurst dan Leonard (2007)
menemukan pengaruh pengajaran literasi informasi terhadap kualitas term paper mahasiswa.
Gunasekara (2008) melaporkan sebuah studi kasus tentang penggunaan sebuah kerangka
literasi informasi untuk meningkatkan pembelajaran madiri dan berfikir kritis di sebuah
perguruan tinggi manajemen di Autralia. Tesis dari kajian ini adalah ” … that information
literacy frameworks provide a ‘way in’ to constructing engaging, independent learning
journeys as summative and formative assessment tasks”. Secara ringkas dapat difahami
bahwa pembelajaran di perguruan tinggi akan berhasil secara sempurna bila mahasiswa
dibekali dengan kemampuan literasi informasi yang memadai.
2.3 Standar Literasi Informasi Pendidikan Tinggi
Berbagai model dan standar literasi informasi telah dikembangkan oleh perguruan tinggi dan
asosiasi profesional. The Society of College, National and University Libraries, pada tahun
2011, telah meluncurkan model literasi informasi untuk pendidikan tinggi yang dikenal
dengan The Seven Pilar. Model ini mencakup tujuh kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh seorang mahasiswa. Pilar pertama adalah identify, yakni kemampuan mengidentifikasi
kebutuhan personal terhadap informasi. Pilar kedua adalah socpe, yakni kemampuan
mengakses pengetahuan terkini dan mengidentifikasi “gap”. Pilar ketiga adalah plan, yakni
kemampuan membangun strategi untuk menemukan informasi dan data. Pilar keempat adalah
gather, yakni kemampuan menemukan dan mengakses informasi dan data yang dibutuhkan.
Pilar kelima adalah evaluate, yakni kemampuan me-riview proses penelitian dan
membandingkan serta mengevaluasi informasi dan data yang diperoleh. Pilar keenam adalah

manage, yakni kemampuan mengorganisir informasi secara profesional dan etis. Pilar ketujuh
adalah present, kemampuan menerapkan pengetahuan yang diperoleh: menyajikan hasil
pengkajian, mengsintesa informasi baru dan informasi lama, serta mengolah data untuk
menciptakan pengetahuan baru dan mendesiminasikannya dengan berbagai cara. Masing-
masing pilar tersebut memiliki berberapa indikator pemahaman dan indikator kemampuan
(The SCONUL, 2011).
Selain itu, The Association of College and Research Libraries, pada tahun 2000, telah
menyusun sebuah standar literasi informasi untuk pendidikan tinggi yang terdiri dari lima
standar. Standar pertama adalah bahawa mahasiswa yang melek informasi (information
literate) mampu menentukan hakikat dan tingkat kebutuhan informasinya. Indikator dari
standar ini adalah bahwa mahasiswa mampu menjelaskan dan mengungkapkan kebutuhan
informasinya; mahasiswa tersebut mampu mengidentifikasi berbagai jenis dan format sumber
informasi potensial; mahasiswa tersebut mampu mempertimbangkan biaya dan keuntungan
memperoleh informasi yang dibutuhkan; dan mahasiswa tersebut mampu mengevaluasi
kembali hakikat dan tingkat kebutuhan informasi.
Standar kedua adalah bahwa mahasiswa yang information literate (melek informasi)
mampu mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien dengan lima
indikator. Indikator pertama adalah bahwa mahasiswa yang information literate mampu
memilih metode pencarian informasi atau sistem temubalik informasi yang paling cocok
untuk mengkases informasi yang dibutuhkan. Indikator kedua adalah bahwa mahasiswa yang
information literate mampu mengkonstruksi dan menerapkan strategi penelusuran informasi
yang dirancang secara efektif. Indikator ketiga adalah bahwa mahasiswa yang information
literate mampu menemubalikkan informasi secara online atau melalui orang (in-person)
dengan menggunakan berbagai metode. Indikator keempat adalah bahwa mahasiswa yang
melek informasi mampu memperbaiki strategi penelusurannya bila perlu. Indikator kelima

adalah bahwa mahasiswa yang melek informasi mampu meringkas, mencatat, dan mengelola
informasi dan sumbernya.
Standar ketiga adalah bahwa mahasiswa yang information literate mampu
mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis dan mehubungkan informasi yang telah
dipilih dengan basis pengetahuannya sendiri dan sistem nilai. Standar ini memiliki tujuh
indikator. Pertama, mahasiswa yang information literate mampu meringkas ide pokok untuk
disari dari informasi yang dikumpulkan. Kedua, mahaiswa yang information literate mampu
mengkartikulasikan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-
sumbernya. Ketiga, mahasiswa yang information literate mampu mengsintesa ide pokok
untuk membangun konsep baru. Keempat, mahasiswa yang information literate mampu
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
untuk menentukan nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lain dari informasi.
Kelima, mahasiswa yang information literate mampu menentukan apakah pengetahuan baru
memiliki dampak terhadap sistem nilai seseorang dan mengambil langkah untuk rekonsiliasi.
Keenam, mahasiswa yang information literate mampu memvalidasi pemahaman dan
penafsiran informasi melalui diskurs dengan orang lain, pakar bidang ilmu, dan/atau praktisi.
Dan Terakhir, mahasiswa yang information literate mampu menentukan apakah pencarian
sebelumnya perlu direvisi.
Standar keempat adalah bahawa mahasiswa yang information literate, baik secara
individu maupun sebagai anggota kelompok, mampu menggunakan informasi secara efektif
untuk mencapai tujuan tertentu dengan tiga indkator. Indikator pertama adalah bahwa
mahasiswa yang information literate mampu menerapkan informasi baru dan informasi
sebelumnya untuk merencanakan dan menciptakan prestasi baru atau produk tertentu.
Indikator kedua adalah bahwa mahasiswa yang information literate mampu merevisi proses
pengembangan produk atau prestasi. Indikator ketiaga adalah bahwa mahasiswa yang

information literate mampu mengkomunikasikan produk atau kinerja secara efektif kepada
orang lain.
Stadar kelima adalah bahwa mahasiswa yang melek informasi (information literate)
mampu memahami berbagai isu sosial, ekonomi, dan hukum disekitar penggunaan dan akses
informasi, serta penggunaan informasi secara etis dan legal. Standar ini memiliki tiga
indikator. Pertama, mahasiswa yang information literate mamahami berbagai isu etika,
hukum, dan sosio-eknomis di sekitar informasi dan teknologi informasi. Kedua, mahasiswa
yang information literate mampu mematuhi hukum, peraturan, kebijakan institusi, dan etika
yang terkait dengan akses dan penggunaan sumber informasi. Ketiga, mahasiswa yang
information literate memberikan penghargaan terhadap penggunaan sumber informasi dalam
mengkomunikasikan produk atau kinerja.
2.4 Prestasi Akademik
Kajian tentang prestasi akademik (academic achievement/ academic performance)
sudah sangat banyak dilakukan. Berbagai variabel bebas (independent variables) dikaitkan
dengan prestasi akademik sebagai variabel trikat (independent variable). Bentley (1966),
umpamanya, meneliti hubungan antara Creativity and Academic Achievement. Mundy, et.al
(1972) mengkaji hubungan antara Social Class dan Academic Achievement. Kosmoski, Gay
dan Vockell (1990) mengaitkan Cultural Literacy dengan Academic Achievement. Selain itu,
Stepp (2008) menemukan bahwa kemampuan membaca, dalam hal ini sikap membaca,
motivasi membaca, dan prilaku membaca mempengaruhi prestasi akademi. Gordon dan Ming
Cui (2012) meneliti pengaruh School-Specific Parenting Processes terhadap Academic
Achievement pada Adolescence dan Young Adulthood. Ratusan, bahkan ribuan lagi penelitian
yang mengkaji hubungan antara variabel tertentu dengan prestasi akademik.

Namun demikian, penelitian yang mengkaji hubungan antara perpustakaan dan
sumber pembelajaran dengan prestasi akademik masih sangat langka. Salah satu kajian yang
secara tegas melihat pengaruh perpustakaan terhadap prestasi akademik adalah peneltian
yang dilakukan oleh Delores Z. Pretlow, Edward R. Lilly (1988). Meraka menemukan bahwa
perpustakaan/ spesialis media sangat mempengaruhi prestasi akademik siswa sekolah dasar.
Mereka menyarankan pustakawan dan spesialis media mampu untuk: 1) berperan sebagai
sumber media visual dan peranti lunak komputer mikro yang dapat mensuplemen dan
memperkuat pengajaran di kelas; 2) menyediakan berbagai aktivitas yang mendorong tekhnik
kelas; 3) menyediakan gagasan dan bahan yang disaran bagi guru untuk memperluas cakupan
bacaan sisiswa; 4) bekerja sama dengan administrator sekolah dan guru untuk merencanakan,
menyiapkan, dan menganggarakan untuk kurikulum yang tersedia; 5) menanamkan keinginan
membaca sebagai aktivitas sepanjang-hayat pada anak-anak pada tingkat sekolah dasar; 6)
mengintegasikan ketrampilan menggunakan perpustakaan dengan pengajaran kelas yang
direncanakan oleh guru; dan 7) menyediakan semua materi staf sekolah khusus untuk area
pengajaran dan administrasi mereka.
Walaupun banyak pandangan yang menilai bahwa keberhasilan akademik tidak selalu
menentukan keberhasilan seseorang dalam kehidupannya, banyak penelitian membuktikan
bahawa keberhasilan akademik sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam berbagai
aspek kehidupannya. Ellis & Worthington (1994) dan Scheuermann (2000), umpamanya,
mengungkapkan bahwa mahasiswa yang sukses selalu telah mempelajari bagaimana
menyeimbangkan aspek sosial dan aspek akademik secara efektif di sekolahnya, memiliki
harapan untuk berhasil, dan dapat digambarkan sebagai anak cerdas secara sosial,
berorientesi pada tujuan, dan bermotivasi secara instrinsik. Dengan mungutip berbagai
sumber, Brockman dan Russell (2004) mengemukankan bahwa keberhasilan akademik tidak
hanya penting karena ia merupakan ukuran kualitas seseorang dikaitkan dengan penghasilan

(National Center for Education Statistics, 2001; U.S. Department of Commerce, Bureau of
the Census, 1999), tapi juga penting karena dunia kerja memerlukan orang-orang yang
berhasil secara akademik untuk menangani kemajuan tekhnologi yang sangat pesat. Dengan
demikian, mereka menambahkan, bahwa mahasiswa yang sukses secara akademik akan
memiliki peluang kerja lebih besar dari yang lain. Sementara itu, Fleetwood & Shelley (2000)
dan Rentner & Kober (2001) mengungkapkan bahwa jumlah lapangan pekerjaan yang
memerlukan kualifikasi pendidikan tinggi akan menjadi lebih dari dua kali lipat dalam waktu
sepuluh sampai dua puluh tahun kedepan. Sebuah penelitian juga telah melaporkan bahwa
mereka yang sukses secara akademik cenderung stabil dalam pekerjaan, memiliki jaminan
kesehatan, tidak banyak tergantung pada bantuan publik, jarang terlibat dalam tidak kriminal,
aktif sebagai warga negara dan relawan bantuan sosial, dan memilki fisik yang sehat
(National Alliance of Business, Inc., 1998).
Berbagai faktor, seperti intelegensi, motivasi, sosioekonomi dan ketrampilan
pembelajaran, mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa. Daka (1993)
mengelompokkan faktor tersebut atas dua kategori utama, faktor intelektual dan faktor non-
intelektual. Faktor no-intelektual, lebih rinci, dikelompokkan atas enam kategori: kepribadian
(personality), keuletan (persistence), motivasi (motivation), tujuan pendidikan dan pekerjaan
(educational and vacational goals), status sosioekonomi (socioeconomic status), dan
kebiasaan sekolah (school behaviour).
Crede and Kuncel (2008) melaporkan bahwa kebiasaan belajar, ketrampilan belajar,
dan sikap belajar sangat menentukan performa akademik mahasiswa. Ia mengungkapkan
bahwa faktor-faktor tersebut sebagai “the Third Pillar Supporting Academic Performance”
(pilar ketiga yang mendukung performa akademik), selain prior academic performance
(prestasi akademik sebelumnya) dan scores on admissions tests (skor test masuk). Mereka
juga menemukan bahwa gabungan motivasi dan ketrampilan belajar memperlihatkan

hubungan yang paling kuat terhadap grade pont varage (GPA) (indek prestasi komulatif)
dan nilai untuk setiap mata kuliah. Secara keseluruhan, mereka menemukan bahwa kebiasaan
dan ketrampilan belajar merupakan alat prediksi keberhasilan akademik yang lebih baik
dibandingkan semua variabel nonkognitif lainnya. Mereka menyimpulkan bahwa:
“study skills, study habits, study attitudes, and study motivation exhibit relationships with academic performance that are approximately as strong as the relationship between academic performance and the two most frequently used predictors of academic performance: prior academic performance and scores on admissions tests. This finding, together with the relative independence of SHSA constructs from both prior academic performance and admissions test scores, suggests that study skills, study habits, study attitudes, and study motivation play a critical and central role in determining students' academic performance.” Crede dan Kuncel (2008:444). Crede dan Kuncel (2008) lebih jauh memperkenalkan sebuha model penentu
prestasi akademik seperti pada figur berikut:
Jika temuan diatas dikatkan dengan literasi informasi maka terdapat benang merah
hubungan antara literasi informasi dengan prestasi akademik. Ketrampilan belajar (study
skills), sebagaimana dijelaskan oleh Crede and Kuncel (2008), mengacu pada pengetahuan
mahasiswa tetang strategi dan metode belajar yang tepat dan kemampuan mengelola waktu
dan sumber pembelajaran untuk memenuhi tuntutan tugas-tugas akademik. Sementara literasi
informasi mencakup kemampuan menyadari akan kebutuhan informasi, menemukan
informasi, mengevaluasi kualitas informasi, dan kemampuan menggunakan informasi sera
legal, etis dan bermartabat. Dengan demikian hubungan anatara literasi informasi dengan

prestasi akademik dalam kaitannya dengan model Crede dan Kuncel diatas dapat
digambarkan sebagai berikut:
General Cognitive Ability
Procedural Knowledge
Declarative Knowledge Academic
Performance Dimension Prior Training and
Experience
Study Skills: …. Information Literacy

BAB TIGA
METODOLOGI
3.1 Desain Pengkajian
Karena hakikat penelitian ini adalah kajian hubungan antara dua variabel (tingkat literasi
informasi dan prestasi akademik mahasiswa) maka desain penelitian yang dipilih untuk
kajian ini adalah studi korelasi (correlational study). Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Creswell (2012:338) bahwa didalam desain penelitian korelasi (correlational research
designs), peneliti menggunakan uji statistik korelasi untuk menggambarkan dan mengukur
tingkat hubungan (atau korelasi) antara dua atau lebih variabel atau serangkaian skor. Karena
pada penelitian ini, peneliti melakukan uji statistik untuk menggambarkan dan mengukur
tingkat hubungan antara tingkat literasi informasi mahasiswa dengan prestasi akademik
bukan untuk memprediksi sebuah hasil atau kriteria, maka secara lebih khusus desain
korelasional yang digunkan dalam penelitian ini adalah the explanatory desain. Sebagaimana
dijelaskan oleh Creswell (2012:340) bahwa the explanatory desain adalah sebuah desain
penelitian korelasional yang dimana penliti ingin menggambarkan tingkat co-vary dari dua
variabel atau lebih; yakni perubahan yang terjadi pada sebuah vatriabel tercermin dari
perubahan pada variabel lain. Pada penelitian ini, peneliti akan menggambarkan bagaimana
perubahan yang terjadi pada variable “prestasi akademik” mahasiswa tercermin dari “tingkat
literasi informasi” mereka.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni
yang terdaftar pada tahun akademik 2013-2014 yang berjumlah 1.114 orang. Jumlah ini

terdiri dari 106 orang Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, 63 orang Program Studi
Sastra Inggris dan 14 orang Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang.
Dengan pertimbangan kemudahan, penentuan sample pengkajian ini dilakukan
purposive tanpa memperhatikan proporsi program studi, tahun masuk dan jeni kelamin.
Sampel pengkajian ini berjumlah mpat puluh lima (45) orang mahiswa yang Jurusan Bahasa
Inggris yang sedang menyelsikan tugas kahir atau skripsi dan akan wisuda pada perode ke-
101, September 2014. Jumlah ini terdiri dari 39 orang dari progrm studi Pendidikan Bahsa
Inggris, 6 orang (semua) dari Program Studi Sastra Inggiris; Program Studi Pendidikan Baha
Jepang belum ada yang akan wisuda pada periode ini. Dari tahun masuk, empat orang sampel
adalah mahaiswa dengan tahun msuk 2006, 2 orang dengan tahun masuk 2007, 4 orang
dengan tahun masuk 2008, 11 orang dengan tahun masuk 2009, dan 24 orang dengan tahun
masuk 2010. Distribusi sampel berdasarkan tahun masuk dan program studi terlihat pada
Tabel 2.1
Tabel 3.1 Distribusi sampel berdasarkan tahun masuk dan Program Studi
Tahun Masuk
Program Studi Jumlah
2006 Pendidikan Bahasa Inggris 3
4Sastra Inggris 1
2007 Pendidikan Bahasa Inggris 2
2Sastra Inggris 0
2008 Pendidikan Bahasa Inggris 1
4Sastra Inggris 3
2009 Pendidikan Bahasa Inggris 11
11Sastra Inggris 0
2010 Pendidikan Bahasa Inggris 22
24Sastra Inggris 2Junlah 45
3.3 Data dan Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah sebuah angket
yang terdiri dari dua bagian. Data untuk vaibel prestasi akademik dilihat dari indeks prestasi
komulatif (IPK) yang diperoleh dari dokumen Sub-Bagian Akdemik Fakulatas Bhasa dan
Seni UNP. Data untuk variabel tingkat literasi informasi diperoleh dari sebuah instrument uji
literasi informasi yang memuat pertanyaan terkait literasi informasi yang mencakup lima
komponen dasar literasi informasi berdasarkan standar literasi informasi dari The Association
of College and Research Libraries (2000) sperti terlihat pada Tabel 3.1.
Dari indikator kompetensi tersebut dikembangkan beberapa pertanyaan dengan
jawaban pilihan berganda (multiple choice) yang berjumlah 40 item pertanyaan. Semua opsi
jawaban (A, B, C, D, dan E) adalah benar, namun bobot skor untuk setap opsi berbeda,
dengan rentangan dari 1 sampai 5). Sehingga skor mentah tertinggi untuk setiap mahasiswa
adalah 200 (40 x 5) dan terendah adalah 40 (40 x 1). Nilai literasi informasi mahasisawa
dihitung dengan cara pembagian skor mentah yang diperoleh (Sm) kemungkinan dengan skor
tertinggi (Max=200) dikali 100 (Sm x Max/ 100). Umpanya seorang mahasiswa mendapat
skor mentah 150, maka nilai literasi informasinya adalah 75 (150/200 x 100). Dengan
demikian kemungkian nilai tertinggi adalah 100 (200/200 x 100) dan nilai terendah adalah 20
(40/200 x 100).
Tabel 3.2: Standar Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi.
KOMPONEN LITERASI INFORMASI DAN
STANDAR KOMPETENSI
INDIKATOR
Kemampuan Mengidentifikasi dan Formulasi Kebutuhan Informasi Stadar 1: Mahasiswa yang melek informasi (information literate) mampu menentukan hakikat dan tingkat kebutuhan informasinya.
Mahasiswa mampu: 1. menjelaskan dan mengungkapkan kebutuhan
informasinya, 2. mengidentifikasi berbagai jenis dan format sumber
informasi potensial; 3. mempertimbangkan biaya dan keuntungan
memperoleh informasi yang dibutuhkan; dan 4. mengevaluasi kembali hakikat dan tingkat
kebutuhan informasi. Kemampuan Mengakses Sumber Informasi.
Mahasiswa mampu: 1. memilih metode pencarian informasi atau sistem

Standar 2 Mahasiswa yang information literate (melek informasi) mampu mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien
temubalik informasi yang paling cocok untuk mengkases informasi yang dibutuhkan;
2. mengkonstruksi dan menerapkan strategi penelusuran informasi yang dirancang secara efektif;
3. menemubalikkan informasi secara online atau melalui orang (in person) dengan menggunakan berbagai metode;
4. memperbaiki strategi penelusurannya bila perlu; 5. meringkas, mencatat, dan mengelola informasi dan
sumbernya. Kemampuan Melakukan Penelusuran Infromasi Standar 3 Mahasiswa yang information literate mampu mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis dan mehubungkan informasi yang telah dipilih dengan basis pengetahuannya sendiri dan sistem nilai. Standar ini memiliki tujuh indikator.
Mahasiswa mampu: 1. meringkas ide pokok untuk disari dari informasi
yang dikumpulkan; 2. mengkartikulasikan dan menerapkan kriteria awal
untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya;
3. mengsintesa ide pokok untuk membangun konsep baru;
4. membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk menentukan nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lain dari informasi.
5. menentukan apakah pengetahuan baru memiliki dampak terhadap sistem nilai seseorang dan mengambil langkah untuk rekonsiliasi;
6. memvalidasi pemahaman dan penafsiran informasi melalui diskurs dengan orang lain, pakar bidang ilmu, dan/atau praktisi;
7. menentukan apakah pencarian sebelum perlu direvisi.
Kemampu Mengorganisir dan Menggunaan Infromasi Standar 4 Mahasiswa yang information literate, baik secara individu maupun sebagai anggota kelompok, mampu menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Mahasiswa mampu: 1. menerapkan informasi baru dan informasi
sebelumnya untuk merencanakan dan menciptakan prestasi baru atau produk tertentu;
2. merevisi proses pengembangan produk atau prestasi;
3. mengkomunikasikan produk atau kinerja secara efektif kepada orang lain.
Memiliki Integritas Akademik terhadap Sumber Informasi Standar 5 Mahasiswa yang melek informasi (information literate) mampu memahami berbagai isu sosial, ekonomi, dan hukum disekitar penggunaan dan akses informasi, serta penggunaan informasi secara etis dan legal
Mahasiswa: 1. berbagai isu etika, hukum, dan sosio-eknomis di
sekitar informasi dan teknologi informasi; 2. mematuhi hukum, peraturan, kebijakan institusi,
dan etika yang terkait dengan akses dan penggunaan sumber informasi;
3. memberikan penghargaan terhadap penggunaan sumber informasi dalam mengkomunikasikan produk atau kinerja.

3.4 Analisis Data
Karena hakikat penelitian adalah kajian hubungan antara dua variabel (tingkat literasi
informasi dan prestasi akademik) dengan menggunakan sampel, maka data penlitian ini
dianalisis dengan menggunakan analisis inferensial. Seperti dijelaskan oleh Creswell
(2012:187) bahwa analisis inferensial dugunakan untuk kajian yang membadingkan dua
kelompok atau menghubungkan dua atau lebih variabel. Lebih jauh dijelaskan bahwa, pada
dasarnya peneliti melihat skor dari sebuah sampel dan menggunakan hasil analisis terhadap
sample untuk melakukan inferensi prakiraan tentang populasi. Karena data kedua variabel
penelitian ini bersifat categorical, maka uji statistik (statistical test) yang digunakan adalah
Spearman Rank-order Correlation, seperti yang disarankan oleh Creswell (2012:191).

BAB EMPAT
TEMUAN 4.1 Deskripsi Data
Seperti terlihat Pada Tabel 4.1, dari hasil test tingkat literasi informasi ditemukan bahwa skor
mentah tertinggi yang diperoleh oleh mahasiswa adalah 187 dengan nilai 93,50, sementara
skor mentah terendah adalah 165, dengan nilai 62. Nilai rata-rata (mean) tingkat literasi
informasi adalah 82,61, sedang nilai tengah (median) adalah 84,00. Nilai yang paling sering
muncul (mode) untuk tingkat literasi informasi adalah 89,00. Sedangkan standar deviasi utuk
nilai tingkat literasi informasi adalah 8,2. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian
Administrasi Kemahasiwaan FBS, indeks prestasi komulatif (IPK) tertinggi mahasiswa yang
dipilih sebagai sampel adalah 3,85, sementara IPK terendah adalah 2,27. Nilai rata-rata
(mean) untuk IPK adalah 3,16, sedangkan nilai tengah (median) adalah 3,21. Nilai yang
paling sering muncul (mode) untuk IPK adalah 3,21. Sedangkan stadar deviasi untuk IPK
adalah 0,35.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel x dan y
Statistik Deskriptif Variabel LI (x) IPK (y)
Skor Tertingi 93,50 3,85Skor Terendah 62,00 2,27Mean (rata-rata) 82,61 3,16Median (nilai tenah) 84,00 3,21Mode 89,00 3,21Standar Deviasi 8,12 0,35
Setelah data dikelompok berdarakan interval, seperti terlihat pada Tabel 4.2, frekuensi
tertingg nilai tingkat literasi informasi yang diperoleh oleh sampel berada pada interval 80 –
89 (22 orang), disusul oleh interval 90 – 100 (9 orang), interval 70 – 79 (8 orang), dan
frekuensi terendah berada pada interval 60 – 69 (6 orang). Untuk indek prestasi komulatif

(IPK), frekuensi tertinggi berada pada interval 3,61 – 3,60 (32 orang), disusul oleh interval
2,51 – 3,00 (9 orang), interval 3,61 – 4,00 dan interval 2,00 – 2,500 (4 orang). Secara grafis,
gambaran distribusi nilai literasi informasi dan IPK sampel pengkajaian ini terlihat pada Grafi
4.1 dan Grafik 4,2.
Tabel 4.2 Distribusi Data Kelas Interval
Litrasi Informasi IPK Interval Data Frekuensi Interval Data Frekuensi90 - 100 9 3,61 - 4,00 480 – 89 22 3,01 - 3,60 3270 – 79 8 2,51 - 3,00 960 -69 6 2,00 - 2,50 4
Grafik 4.1 Distribusi nilai Literasi Informasi Grafik 4.2 Distribusi IPK
4.2 Analisis Data
Sebagaimana disampaikan diatas bahwa data kajian ini dinalisis dengan menggunakan
statistik korelasi dengan menggunakan formula Pearson-Product Moment Correlation
sebagai berikut:
(∑x) (∑y) ∑xy – N
√ (∑x)2 (∑y)2 ∑x2 - ∑y2 –
N N Sumber: Gay (2009:322) Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Olahan Data

N ∑ x ∑ y ∑ xy ∑ x2 ∑ Y2 45 3708,50 142,35 11832,19 308525,75 455,73
Catatan: Data lengkap dapat dilihat pada Lamprian 3
Berdasarkan hasil olahan data seperti terlihat pada Tabel 4.3, maka koefisien korelasi
anatara variebel x an y adalah sebagai berikut:
(3708,50) (142,35) 11832,19 - 45 √ (3708,50)2 (142,35)2 308525,75 - 455,73 –
45 45 100,9633 √ [ 2904,144] [5,4288] 100,9633 √15766,02 100,9633 125,5628 0,804086 Dengan demikian, koefisien korelasi (r) antara variable x (tingkat literasi informasi) dan
variable y (indek prestasi komulatif) sampel adalah 0,804086.
4.3 Uji Hipotesi
Untuk menentukan tingkat signifikansi korelasi antara variable x dan y, dilakukan uji
hipotesis dengan membandingkan nilai r yang peroleh dengan nilai r yang terdapat pada
Tabel Nilai Koefisien Korelasi (lihat Lampiran 4). Seperti terlihat pada Tabel 4.4, nilai r yang
diperoleh lebih besar dari nilai r yang tertera dalam tabel pada pada levelof confidence 0,10
(90%) sampai pada degrees of fredoom 4; pada level of confidence 0,05 (95%) sampai pada
degrees of freedoom 5; pada level of confidence 0,01 (99%) sampai pada degrees of
freedoom 7; dan pada levelof confidence 0,001 sampai pada degrees of freedomm 11. Ini

berarti bahwa Hipotesi 1 (H1) diterima pada levelof confidence 0,10 (90%) sampai pada
degree of fredoom 4; pada level of confidence 0,05 (95%) sampai pada degree of freedoom 5;
pada levelof confidence 0,01 (99%) sampai pada degree of freedoom 7; dan pada level of
confidence 0,001 sampai pada degree of freedomm 11.
Tabel 4.4 Nilai Koefisien Korelasi
Df 0,10 0,05 0,01 0,001 3 0,8054 0,8783 0,95873 0,99116 4 0,7293 0,8114 0,91720 0,97406 5 0,6694 0,7545 0,8745 0,95074 6 0,6215 0,7067 0,8343 0,92493 7 0,5822 0,6664 0,7977 0,8982 11 0,4762 0,5529 0,6835 0,8010
4.4 Pembahasan
Hasil analisis data diatas menunjukkan bahwa pada level of confidence 0,05 (95%) nilai
koefisien korelasi (r) yang ditemukan lebih besar dari pada nilai r yang terdapat dalam tabel
Nilai Koefisien Korelasi pada degree of freedom 5. Dengan demikian, Hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat literasi informasi dengan prestasi
akademik mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FBS UNP diterima dengan level of confidence
0,05 pada degree of freedoom 5. Ini mengandung makna bahwa peningkatan skor literasi
informasi seiring dengan peningkatan indeks prestasi komulatif (IPK) pada mahasiswa
Jurusan Bahasa Inggris FBS, dan sebaliknya. Dengan demikian, tingkat literasi informasi
dapat dijadikan alat prediksi terhadap prestasi akademik mahasiswa Jurrusan Bahasa Inggris
FBS UNP.
Hasil kajian ini mendukung temuan Crede and Kuncel (2008) yang mengungkapkan
bahwa kebiasaan, ketreampilan, dan sikap belajar (the Third Pillar Supporting Academic
Performance) sangat menentukan performa akademik mahasiswa. Pillar ketiga ini mengacu
pada pengetahuan tetang strategi dan metode belajar yang efektif, kemampuan mengelola
waktu, dan sumber pembelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dengan

demikian, literasi informasi yang mencakup kemampuan menyadari akan kebutuhan
informasi, menemukan informasi, mengevaluasi kualitas informasi, dan kemampuan
menggunakan informasi secara legal, etis dan bermartabat merupakan konsep yang
berhubungan erat dengan the Third Pillar yang diperkenalkan oleh Crede and Kuncel (2008).
Literasi informasi, pada dasarnya tidak berhubungan langsung dengan prestasi
akademik mahasiswa, tapi berbengaruh langsung terhadap pengetahuan dekleratif dan
pengetahuan prosedural yang mempengaruhi kualitas pembelajaran mahasiswa. Mahasiswa
yang memiliki tingkat literasi informasi tinggi tidak hanya memiliki kesadaran akan
kebutuhan informasi, tapi juga memliki pengetahuan tentang sumber informasi, trampil
menggunakan sumber informasi dan tekhnologi informasi, serta memiliki sikap dan integritas
akademik yang baik. Kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap tersebut mempengaruhi
kualitas pembelajaran yang pada gilirannya mempengarahi presasi akademik.
Temuan pengkajian ini juga mengkonfirmasi pentingnya pemenuhan standar literasi
informasi bagi mahasiswa. Untuk memperoleh prestasi akademik yang baik, seorang
mahasiswa harus memiliki kemampuan mengidentifikasi dan memformulasikan kebutuhan
informasi. Mereka mampu menjelaskan dan merumuskan kebutuhan informasi mereka untuk
menyelesaikan sebuah proses pembelajaran. Mahasiswa yang berhasil secara akademik
adalah mahasiswa yang mampu mengakses sumber informasi secara efektif dan efisien.
Selain itu, mahasiswa yang memiliki prestasi akademik baik adalah mereka yang mampu
menelusur dan menemubalikkan informasi yang mereka butuhkan dalam proses
General Cognitive Ability
Procedural Knowledge
Declarative Knowledge Kualitas
Pembelajaran
Prior Training and Experience
Study Skills: …. Information Literacy
Academic Performance Dimension

pembelajaran. Mahasiswa yang berhasil dalam mencapai prestasi akademik tinggi adalah
mereka yang mampu mengorganisir dan memanfaatkan informasi yang mereka peroleh
secara sistematis. Dan mahaiswa yang berprestasi akademik tinggi adalah mereka yang
memiliki integritas akademik baik, menghargai karya dan hak intelektual orang lain.

BAB LIMA
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan temuan diatas dapat dsimpulkan bahwa literasi informasi berkorelasi
secara positif dengan prestasi akademik mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Semakin tinggi tingkat literasi informasi seorang mahasiswa semakin tinggi pula prestasi
akademiknya; sebaliknya, semakin rendah tingkat literasi informasi seorang mahasiswa
semakin rendah pula prestasi akademiknya. Korelasi tersebut cukup tinggi (0,8040) pada
level of confidence 95% dan pada degree of freedoom 5. Dengan demikian tingkat literasi
informasi mahasiswa dapat dijadikan alat untuk memprediksi prestasi akademik mahaiswa.
Mahasiswa yang memiliki tingkat literasi informasi tinggi memiliki kecenderungan yang
cukup besar untuk meraih prestasi akademik baik.
5.2 SARAN
Berdasarkan temuan pengkajian ini, dan untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa,
perlu disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Perpustakaan perguruan tinggi harus mengembangkan model literasi informasi yang
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di perguruan tinggi, seperti the Seven Pilar.
2. Perpustakaan perguruan tinggi harus mensosialisasikan dan mempromosikan literasi
informasi dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi dan pembelajaran
sepanjang-hayat (life-long learning),
3. Perguruan tinggi harus membuat sebauh standar literasi informasi untuk mahasiswa,
mulai dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi.

4. Perguruan tinggi harus menerapkan program literasi informasi, baik secara terpisah
maupun terintegrasi kedalam beberapa mata kuliah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN American Library Association, Presidential Committee on Information Literacy. 1989. Final
Report. Washington, DC. Tersedia di: The Association of College and Research Libraries (2000.) Information Literacy Competency
Standards for Higher Education. A division of the American Library Association: Chicago, Illinois.
Bentley, Joseph C. (1966). Creativity and Academic Achievement. The Journal of Educational Research, Vol. 59, No. 6 (Feb., 1966), pp. 269-272
Breivik, Patricia Senn and Gee, E. Gordon. 1989. Information Literacy: Revolution in the Library. American Council on Education and Oryx Press, Phoenix, AZ.
Breivik, Patricia Senn and Jones, Dan L. Winter 1993. "Information Literacy: Liberal Education for the Information Age". Liberal Education, Vol. 79, No. 1.
Breivik, Patricia Senn. Summer 1992. "Education for the Information Age" in Information Literacy: Developing Students as Independent Learners New Directions for Higher Education (Farmer, D.W. and Mech, T.F., editors.) San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers, No. 78.
Costa, Athur L dan Kallick, Bena. “It takes some getting used to: Rethinking curriculum fo the 21st Century”. Curriculum 21; Essential Education for a changing world. Edited by Heidi Hayes Jacub. Alexandria, Virginia: ASCD, 2010.
Creswell, John W (2012). Educational Research: Planning, Conductiing, and Evaluatiing Quantitative and Qualitative Research. Fourth Edition. New York: Pearson.
Deka, Ucharan (1993). Factors of Academic Achievement. New Delhi: Northern Book Center.
Darch, C., Karelse, C., and Underwood, P. (1997). Alternative Routes on the Super Highway. Independent Online-Higher Education Review. Independent Educational Media. http://www.
Guy, Gilton, Donna (1994). A World of Difference: Preparing For Information Literacy Instruction
for Diverse Groups. Multicultural Review. V. 3 no. 3 (September, 1994) pp. 54-62. Gordon, Mellissa S. dan Ming Cui (2012). The Effect of School-Specific Parenting Processes
on Academic Achievement in Adolescence and Young Adulthood. Family Relations, Vol. 61, No. 5 (December 2012), pp. 728-741
Humes, Barbara (2003). Understanding Information Literacy. Published by the US Federal government.
Kosmoski, Georgia J., Gay, Geneva and Vockell, Edward L. (1990). Cultural Literacy and Academic Achievement. The Journal of Experimental Education, Vol. 58, No. 4 (Summer, 1990), pp. 265-272
Langford, Linda. Information Literacy: A Clarification. School Libraries Worldwide, Volume 4, Number 1, 1998, 59-72.
Mundy, Paul, Fredericks, Marcel A. and Mackey, William J. (1972). The Minor Seminarian: Social Class and Academic Achievement. The Journal of Experimental Education, Vol. 40, No. 4 (Summer, 1972), pp. 65-69
Pretlow, Delores Z. dan Lilly, Edward R. (1988). The Library/Media Specialist: Conduit for Academic Achievement. Teacher Education Quarterly, Vol. 15, No. 1, Economics and Social Policy (WINTER 1988), pp. 83-87
Reed, M., Kinder, D. & Farnum, C. (2007) Collaboration between Librarians and Teaching Faculty to Teach Information Literacy at One Ontario University: Experiences and

Outcomes” Journal of information literacy, 1 (3), http://jil.lboro.ac.uk/ojs/index.php/JIL/article/view/RA-V1-I3-2007-3.
Rizka (2009). Literasi Informasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan (S1), Fakultas Satra, Universitas Sumatera Utara (Semester VII/ T.A 2009/2010). Skripsi (tidak dipublikasikan). Medan: Program Studi Ilmu PerpustakaanFakultas Satra, Universitas Sumatera Utara
SCONUL Working Group on Information Literacy (2011). The SCONUL Seven Pillars of Information Literacy Core Model For Higher Education.
Stemper, James A and Butler , John T. Developing a model to provide digital reference services. Reference Services Review; 2001; 29, 3; Research Library pg. 172
Stepp, Julie (2008) Reading Ability and Academic Achievement of College Education Majors: Reading Attitude, Motivation, and Behaviours. A Dessertation Presented to the Faculty of Graduate School, Tennessee Technological University
Taha, Ahmed Networked e-information services to support the e-learning process at UAEUniversity. The electronic Library. Volume: 25 Issue: 3 2007. Retrieved September, 2011 from www.emeraldinsight.com/0264-0473.htm

Lampiran 1: Instrument Uji Literasi Informasi Saudara mahasiswa yang berbahagia, Untuk tujuan pengemabangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu perpustakaan dan informasi, dan peningkatan mutu layanan Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni, kami mohon kesedian Saudara untuk mengisi angket berikut sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Beri tanda silang (X) pada huruf pilihan Anda (A, B, C, D, atau E) pada lembaran jawaban yang telah disediakan. 1. Pilihlah pernyaataan berikut yang paling sesuai dengan pendapat Anda. A. Informasi merupakan kebutuhan utama dalam menyelesaikan tugas‐tugas pekuliahan. B. Tugas perkuliahan dapat diselesaikan dengan baik bila kita memiliki catatan perkuliahan yang
lengkap dan rapi. C. Ceramah/ presentasi dosen cukup membantu dalam membuat tugas perkuliahan. D. Tugas perkuliahan bisa diselesaikan dengan pengetahuan yang telah diperoleh dari
perkulihaan. E. Teman sejawat sangat membatu dalam menyelesaikan tugas perkuliahan.
2. Sumber informasi yang paling sering Anda gunakan untuk menyelesaikan tugas perkuliahan
adalah. A. Jurnal Elektronik dan jurnal tercetak. B. Buku teks dan bahan lain yang tersedia di perpustakaan C. Situs internet yang didapatkan dari hasil penelusuran search engine (seperti Google). D. Majalah dan terbitan brseri populer lainya. E. Catatan perkuliahan dan handout dosen.
3. Manakah formulasi kebutuhan informasi berikut ini yang Anda anggap paling baik
A. Adakah hubungan anatara metacognitive skills dengan kemampuan membaca? B. Apa/ bagaimana hubungan hubungan anara metacognitive skills dengan kemampuan
membaca. C. Buatlah sebuah laporan bacaan tentang hubungan anatara metacognitive skills dengan
kemampuan membaca. D. Saya memerlukan informasi terkait hubungan antara metacognitive skills dengan kemampuan
membaca. E. Adakah informasi terkait hubungan antar metacognitive skills dengan kemampuan membaca.
4. Berdasarkan rumusan kebutuhan informasi di atas, Anda memerlukan informasi tentang
A. Metacognitive skills dan ketrampilan/ kemampuan membaca (reading skills). B. Hubungan metacognitive skills dan kemampuan memabaca. C. Laporan tentang hubungan metacognitive skills dan kemampuan membaca. D. Metacognitive, rading skills dan kemampuan memabca. E. Kemampuan metacognitive, reading skills dan ketrampilan membaca.

5. Untuk kebutuhan informasi seperti dirumuskan diatas, sumber informasi yang paling dini Anda gunakan adalah A. Buku rujukan dosen dan buku catatan perkuliahan B. Situs internet dan perpustakaan digital C. Ensiklopedi, kamus, dan glosori D. Bibliografi dan katalog perpustakaan E. Indeks jurnal ilmiah dan indeks majalah
6. Setelah memahami kebutuhan informasi Anda, apa yang langkah yang segera Anda lakukan? A. Menentukan titik sibak (acces point) penelusuran, seperti subjek, kata kunci, pengarang atau
judul B. Mencari buku di perpustakaan yang berhubungan dengan kebutuhan informasi tersebut. C. Menelurus informasi di internet dengan menggunakan search engine (seperti
Google/Yahoo). D. Mencari informasi tentang terbitan yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan. E. Mencari sumber informasi bibliografis terkait topik informasi yang dibutuhkan.
7. Berikut ini adalah sumber informasi yang paling cocok digunakan untuk kebutuhan informasi akademik.
A. Perpustakaan konvensional dan perpustakaan digital. B. Pusat layanan informasi umum. C. Pusat dokumentasi informasi ilmiah. D. Badan perpustakaan dan arsip nasional/ daerah. E. Internet
8. Manakah alat penelusuran informasi berikut ini yang Anda kenal dan biasa Anda gunakan untuk
menelusur informasi (pilihan boleh lebih dari satu) A. Katalog Manual Perpustakaan B. Katalog Online (OPAC) C. Bibliografi D. Indeks Jurnal/ Majalah E. Search Engine Internet
9. Jika Anda memerlukan informasi tentang makna sebuah istilah/ konsep/ kata/ terminologi tertentu, Anda akan menggunkan .... A. Kamus, ensiklopedi, register, dan glosori. B. Thesaurus, kamus dan direktori C. Wikipidea, ‘mbah goole’ dan kamus online D. Handbook, buku panduan (guide book), dan E. Search engine internet (Goole atau Yahoo).

10. Sumber informasi online yang paling baik digunakan untuk mengetahui pengertian istilah/ konsep atau terminologi yang bersifat umum adalah.... A. Britannica Online (http://www.britannica.com/) B. Webster’s Online (http://www3.merriam‐webster.com/opendictionary/ ) C. Library of Congress Public Access Catalog (http://www.loc.gov) D. Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Main_Page ) E. Oxford Dictionary Online (http://oxforddictionaries.com/ )
11. Jika Anda membutuhkan informasi tentang terbitan (seperti buku, artikel, makalah, dan
sejenisnya) terkait informasi yang dibutuhkan, Anda akan menggunakan.... A. Ensiklopedia, glosori dan handbook B. Katalog (manual dan online), bibliografi, indeks jurnal/ majalah dan abstraks. C. Search engine internet (Goole atau Yahoo) D. Laporan penelitian, makalah dosen dan tugas akhir mahasiswa. E. Abstrak laporan peneltian, biogafi, dan buku teks dalam bidang tersebut.
12. Situ Web katalog perpustakaan online berikut yang Anda kenal adalah (pilihan boleh lebih dari
satu) A. http://www.loc.gov B. http://www.digilib.unp.ac.id C. http://www.lib.ui.ac.id/ D. http://library.usu.ac.id/ E. http://www.pnri.go.id
13. Jika Anda membutuhkan informasi tentang orang (seperti tokoh, penulis, dan selebritis), Anda
akan menggunakan .... A. Bibliografi katalog inuduk (union katalog), indeks artikel dan abstraks B. Ensiklopedia, kamus, dan glosori C. Biografi seperti Whose who, D. Search engine internet (Goole atau Yahoo) E. Direktori
14. Manakah sumber informasi yang paling untuk mendukung tugas‐tuga Anda membat karya
ilmiah. A. Buku referensi (reference book) B. Buku teks ilmiah C. Tugas akhir mahasiswa (tesis, skripsi dan sejenisnya) D. Artikel jurnal ilmiah E. Laporan penelitian ilmiah

15. Jika Anda memerlukan informasi tentang buku teks yang terkait dengan tugas Anda, (judul, pengarang, penerbit, tgahun terbit dan sebagainya), manakah fasilitas berikut ini yang Anda gunakan? A. Katalog perpustakaan (manual atau online) B. Bibliografi, indeks, dan abstraks. C. Situs web toko buku D. Daftar tambahan koleksi perpustakaan (accesssion list) E. Search engine (Google atau Yahoo)
16. Ketika melakukan penulusuran katalog online perpustakaan (OPAC), apa jenis penelusuran yang
sering Anda gunakan? A. Penelusuran sederhada (simpel search) B. Penelusuran tingkat lanjut (advanced search) C. Penelusuran tajuk subjek (subejct heading search) D. Penelusuran judul dan pengarang (author and title search) E. Tidak pernah menggunakan katalog perpustakaan online (OPAC)
17. Jika Anda penah menggunakan penulusuran tingkat lanjut (advanced serach) melalui katalog
perpustakaan online (OPAC), logika Boolean yang mana yang paling sering Anda gunakan? A. AND dan OR B. OR dan NOT C. NOT dan BUT D. BUT dan AND E. Tidak pernah menggunaka advanced search katalog perpustakaan online (OPAC)
18. Dimana Anda bisa menemukan berbagai artikel jurnal ilmiah (abstraks, dan teks utuh)
A. Katalog perpustakaan online B. Indeks jurnal ilmiah dan abstraks C. Pangkalan data jurnal ilmiah (seperti Ebsco, Emerald, Medline, Eric, ... D. Search engine (Google atau Yahoo) E. Situs Web jurnal tertentu
19. Jika Anda menemukan artikel jurnal yang sesuai dengan pebutuhan Anda, apa format file yang
paling sering Anda unduh (download) A. pdf., doc. dan jpg. B. tif., gif. dan jpg. C. waf., mp3. dan jpg. D. Lain dari A, B, C, D E. Tidak tahu jenis file
20. Manakah situs jurnal ilmiah berikut ini yang paling Anda yakini sebagai sumber kajian satera dan
budaya. A. http://myais.fsktm.um.edu.my B. http://jurnal‐humaniora.ugm.ac.id C. http://www.gale.cengage.com

D. http://budaya‐indonesia.org E. http://www.wiley.com/bw/
21. Mana situs Web berikut berikut ini yang Anda yakini sebagai sumber informasi ilmiah unutk
pengajaran bahasa Inggris? A. http://myais.fsktm.um.edu.my/, B. http://exchanges.state.gov/englishteaching/forum‐journal.html C. http://eltj.oxfordjournals.org/ D. http://www.ox.ac.uk/research/libraries/index.html E. http://www.lib.cam.ac.uk/
22. Bila buku teks yang berhubungan dengan tugas perkuliahan Anda telah temui, maka langkah
brikutnya yang Anda lakukan adalah ... A. Langsung membaca bab yang memuat topik yang berhubungan dengan tugas Anda. B. Membaca daftar isi buku, indeks dan daftar istilah C. Membaca bab pendahuluan D. Memperhatikan dan mempelajari ilustrasi (seperti gambar, figur, tabel dll) E. Memfotokopi bagian‐bagian yang berhubungan dengan tugas Anda.
23. Bila Anda ingin menemukan topik/ subjek tertentu dalam sebuah buku teks, maka langlah yang
Anda lakukan adalah .... A. Melihat indeks subjek yang biasanya diterdapat di halam‐halam akhir buku. B. Melihat daftar isi yang biasanya terdapat di halaman‐halaman depan buku. C. Melihat daftar istilah/ glosory yang biasanya terdapat di halam belakang buku. D. Melihat subheading dalam setiap bab buku. E. Melihat daftar ilustrasi, tabel dan apendiks
24. Bila Anda telah menemukan sebuah buku terkait tugas Anda, tapi Anda masih membutuhkan
buku dan sumber lain untuk tugas Anda, maka langkah yang Anda lukan adalah.. A. Melihat katalog perpustakaan (manual atau online). B. Melihat bibliografi/ referensi/ daftar bacaan buku tersebut. C. Menelusur informasi dengan menggunakan search engine (Goole atau Yahoo) D. Melihat indeks artikel jurnal imiah E. Melihat / mencari buku lain di rak buku perpustakaan.
25. Tekhnik membaca apa yang Anda gunakan bila Anda ingin menemukan sebuah informasi
tertentu dalam sebuah dokumen (buku, artikel jurnal, dll)? A. Scanning B. Skimming C. Speed Reading D. Akademik reading E. Reading for pleasure (membaca santai)
26. Tekhnik membaca apa yang Anda lakukan bila Anda ingin mendapatkan pemahaman umum
yang sifat menyeluruh dari sebuah dokumen (buku, artikel jurnal, dll)?

A. Scanning B. Skimming C. Speed Reading D. Akademik reading E. Reading for pleasure (membaca santai)
27. Jika Anda ditugasi membuat tinjauan, analisis dan penilaian terhadap sebuah dokumen, maka
tekhnik membaca yang Anda gunakan adalah A. Scanning B. Skimming C. Critical reading dan aktive reading (membaca kritis dan membaca aktif) D. Akademik reading E. Reading for pleasure (membaca santai)
28. Apa yang selalu Anda lakukan pada saat atau setelah membaca dokumen (buku teks, artikel jurnal dll.). a. Membauat catatan khusus dalam sebuah buku catatan (reading note book) b. Langsung mencatatnya kedalam tuisan yang sedang dibuat. c. Memfotokopi halaman‐halaman yang memuat informasi yang dibutuhkan d. Menggarisbawahi kalimat‐kalimat penting dalam dokumen yang sedang dibaca. e. Membuat catatan khusus dalam kartu catatan baca (reading cards).
29. Bila menemukan sebuah dokumen online yang berhubungan dengan tugas Anda, apa yang Anda
lakukan? a. Mengunduh (download) dokumen tersebut b. Mencetak dokumen tersebut dengan printer c. Mencatan isi dokumen tersebut sebagian atau seluruhnya d. Mengirimkannya dengan menggunakan e‐mail ke teman e. Mencatat situs web dari dokument tersebut
30. Setiap selesau mencatat, memfotokopi, mencetak atau mengunduh (download) dokumen, apa
yang selali Anda lakukan? a. Mencatat data bibliografis dokumen tersebut (seperti judul, pengarang, penerbit, tahun
terbit, nama jurnal, volume dan nomor jurnal, dll.). b. Memfotokopi halaman verso dari buku atau halaman depan jurnal tersebut. c. Menguduh (download) data bibiliografis dokumen dari internet. d. Mencari data bibliografis dokumen tersebut didalam daftar bibliografi atau indeks jurnal. e. Mengecek katalog perpustakaan (manual atau online)
31. Apa yang Anda lakukan terhadap catatan bacaan dan fotokopian dokumen yang telah Anda
buat. a. Menyusunnya dalam sebuah folder tersendiri berdasarkan subjek/ isi dokumen. b. Menyusunnya dalam sebuah foldet tersendiri berdasarkan tanggal pencatatan/ fotokopi. c. Menyusunnya dalam sebuah folder tersendiri berdasarkan pengarang dokumen. d. Menyusunnya dalam sebuah folder tersendiri berdasarkan nama jurnal/ judul buku. e. Menyusunnya dalam sebuah folder tersendiri berdasarkan nomor kode yang dibuat sendiri.
32. Apa yang Anda lakukan untuk dokumen digital yang diunduh (download) dari situs Web? a. Menyimpannya (save) file dalam folder sesuai subjek/ isi dokumen b. Menyimpannya (save) file dalam folder sesuai tanggal/ waktu mengunduh (download). c. Menyimpannya (save) file dalam folder sesuai judul/ pengarang dokumen.

d. Menyimpannya (save) file dalam folder sesuai judul buku/ nama jurnal/ nama situs. e. Menyimpannya (save) file dalam folder sesuai nomor kode yang dibuat sendiri.
33. Selain sumber dan data bibliografis dokumen, apa yang selalu Anda tulis didalam dokumen (biak
hard copy mapun soft copy) yang sudah anda susun? a. Rujukan silang (cross refernce) ke dokumen lain yang berkaitan isi/ subjek. b. Daftar karya/dokumen lain yang mirip dengan dokumen tersebut. c. Membuat hyperlink ke dokumen lain yang isi mirip dengan dokumen tersebut d. Membuat nama file dokuemn lain yang isinya mirip dengan isi file dokumen tersebut. e. Membuat tanggal, bulan dan tahun Anda mengunduh atau memfotokpi atau mencatan
dokuen tersebut.
34. Selain dokumen yang sudah Anda susun secara sistematis, apa yang perlu Anda lengkapi terhadap dokumen, baik hard copy maupun soft copy? a. Dafatar bibliografi untuk semua dokumen tersebut b. Daftar situs Web untuk semua dokumen tersebut c. Daftar nama pengarang dari semua dokumen tersebut d. Daftar alamat (e‐mail dan post) penerbit dan pengarang dari semua dokumen tersebut. e. Daftar subjek, kata kunci atau topik dari semua dokumen tersebut.
35. Setelah Anda menemukan dokumen informasi yang Anda perkirakan relefan dengan kebutuhan
Anda, apa yang Anda lakukan? A. Menyimpan dokumen tersebut di tempat yang mudah diakses B. Memilah dan memiliah dokumen tersebut sesuai dengan kualitasnya C. Mengelompokkan dokumen tersebut sesuai dengan subjeknya D. Membaca semua dokumen tersebut secara cepat E. Menandai bagian‐bagian yang dirasa perlu untuk dijadikan rujuan tulisan
36. Ketika ingin menggunakan sebuah sumber informasi sebagai rujukan karya Anda, apa yang perlu
Anda pertimbangkan? A. Apakah sumber informasi tersebut dapat dipercayai, dan informasi didalamnya sahih. B. Apakah informasi yang terdapat didalam sumber tersebut akurat C. Apakah sumber informasi tersebut dapat dipercayai, informasi didalamnya sahih,
informasinya akurat, dan terkini. D. Apakah penerbitnya, dan pengarangnya terkenal, E. Apakah tahun terbitnya terkini dan penerbitnya terkenal.
37. Informasi yang bisa digunakan untuk mengetahui kualitas sumber informasi adalah
A. Nama Pengarang B. Nama Penerbit C. Tahun terbit D. Kota tempat terbit E. Nama Jurnal
38. Ketika Anda mengutip ide seseorang, sebagian atau keseluruhan, apa yang Anda lakukan?
A. Menuliskan nama orang yang punya ide dan tahun terbit karya tersebut

B. Menuliskan nama orang yang punya ide, tahun terbit dan nomor halama dimana ide tersebut diungkapkan
C. Menuliskan nama lembaga yang menerbitkan ide tersebut D. Menuliskan nama orang yang bertanggung jawab terhadap ide tersebut E. Menuliskan judul kayara diaman ide tersebut diterbitkan
39. Cara menuliskan sumber informasi yang Anda kutip/ Anda gunakan adalah
A. Crede dan Kuncel (2008) B. Crede (2008) C. (Crede dan Kuncel, 2008) D. Crede dan Kuncel (2008:120‐121) E. (Crede dan Kuncel, 2008:120‐121)
40. Cara penulisan daftar bacaan yang benar adalah
A. Bentley, Joseph C. (1966). Creativity and Academic Achievement. The Journal of Educational Research, Vol. 59, No. 6 (Feb., 1966), pp. 269‐272
B. Humes, Barbara (2003). Understanding Information Literacy. Published by the US Federal government.
C. Kosmoski, Georgia J., Gay, Geneva and Vockell, Edward L. (1990). Cultural Literacy and Academic Achievement. The Journal of Experimental Education, Vol. 58, No. 4 (Summer, 1990), pp. 265‐272
D. Bentley, Joseph C. (1966). Creativity and Academic Achievement. The Journal of Educational Research, Vol. 59, No. 6 (Feb., 1966), pp. 269‐272
E. Bentley, Joseph C. (1966). Creativity and Academic Achievement. The Journal of Educational Research, Vol. 59, No. 6.

Lampiran 2: Data Mentah
No. Urut Sampel
Nomor Item Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21 22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
1 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 2 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 3 3 5 5 5 3 3 5 5 5 2 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 3 4 5 4 4 2 5 4 4 3 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5 3 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 3 5 3 5 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 5 3 5 5 5 3 5 3 3 4 3 5 3 4 5 3 3 2 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3
5 4 4 4 4 5 3 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 4 3 2 3 5 5 6 4 3 3 4 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4
7 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 3 5 3 5 3 5 5 5 3 5 2 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 8 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 3 5 4 4 4 3 5 5 3 4 5 5 3 4 5 5 4 3 5 4 5 5 4 5 4 5
9 5 5 5 4 3 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 3 2 5 3 3 5 5 10 3 4 4 4 3 3 3 5 5 3 2 3 4 4 3 3 5 5 5 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 5 2 3 3 2 3 11 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 3 5 4 5 5 3 5 3 5 3 4 5 4 5 5 3 5 2
12 5 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5 4 5 5 4 4 2 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
13 4 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5
14 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 5 3 5 4 4 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 5 3 5 5 4 5 15 4 5 4 5 5 5 3 5 4 3 5 5 3 5 5 4 5 5 3 4 5 4 4 5 5 5 4 3 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5
16 3 5 5 3 5 5 4 5 4 3 5 3 5 5 3 4 5 4 5 3 4 3 5 3 5 5 4 5 3 3 5 4 4 5 5 3 5 3 5 5 17 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 18 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 3 5 5 3 4 5 4 5 5
19 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 3 5 2 5 5 20 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 3 3 5 5 5
21 4 5 3 5 3 4 5 4 3 5 3 3 5 4 4 2 4 5 3 2 4 4 5 4 4 3 3 5 4 5 3 3 4 3 4 5 5 4 5 5 22 5 4 5 5 5 4 3 5 5 4 5 4 5 2 5 5 3 5 4 3 5 5 3 4 3 3 5 3 5 3 3 3 5 5 4 2 3 4 5 4
23 4 3 4 4 5 3 3 4 5 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 3 4 3 4 2 4 5 4 24 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 5 5 5 5 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 25 4 5 3 5 3 4 5 4 3 4 3 3 5 4 5 2 4 5 3 2 4 4 4 4 5 3 3 5 4 5 3 3 4 3 4 5 5 4 5 5
26 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 3 5 4 5
27 5 4 5 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 3 5 4 5
28 4 3 4 4 5 3 3 4 5 4 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 3 4 3 4 2 4 5 4 29 5 5 4 5 4 5 3 5 5 3 5 5 3 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 4 5 5 4 3 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5
30 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 31 4 5 4 5 5 5 3 5 5 3 5 5 3 5 5 4 4 5 3 5 5 5 5 4 5 5 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 532 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5
33 4 5 5 5 4 5 3 5 5 4 5 5 3 5 5 3 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 4 3 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 34 4 5 3 5 3 4 5 4 4 3 3 3 4 4 5 2 5 5 3 2 4 3 4 4 5 3 3 5 4 5 4 3 5 3 4 5 5 4 5 5
35 3 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 36 4 5 5 4 5 5 5 5 5 3 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5
37 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 5 5 5 5 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 38 5 4 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 39 5 4 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 3 4 3 5 4 5
40 5 3 5 4 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 3 3 5 4 5 5 4 5 5 3 5 4 5 5 3 5 5 4 5 3 4 5 41 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 4 5 5 5 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3
42 4 3 3 5 3 5 3 5 5 3 4 3 5 3 5 5 3 5 4 5 5 5 3 4 5 3 5 4 3 5 5 5 5 3 5 4 3 3 4 5 43 4 3 5 5 4 5 5 3 3 5 3 5 4 4 4 5 5 5 3 3 5 5 4 5 3 5 4 3 5 5 5 5 3 4 4 5 4 5 4 5
44 3 3 5 3 5 5 4 3 5 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 4 3 4 4 5 3 5 5 5 4 4 3 4 5 3 5 4 5 5 4 45 4 5 4 3 5 3 4 4 5 4 3 3 4 3 5 5 3 3 5 5 5 5 3 3 5 3 3 4 3 5 3 4 3 5 5 4 5 4 5 3

Lampiran 3: Tabel Hasil Pengolahan Data
Nomor Urut
Sampel
Score Variabel
xy x2 y2 Literasi Informasi
(x) IPK (y) Mentah Nilai
1 185 92,50 3,85 356,125 8556,250 14,823 2 178 89,00 3,53 314,170 7921,000 12,461 3 157 78,50 3,07 240,995 6162,250 9,425 4 134 67,00 2,46 164,820 4489,000 6,052 5 171 85,50 3,01 257,355 7310,250 9,060 6 139 69,50 2,98 207,110 4830,250 8,880 7 173 86,50 3,11 269,015 7482,250 9,672 8 170 85,00 3,10 263,500 7225,000 9,610 9 175 87,50 3,38 295,750 7656,250 11,424 10 124 62,00 2,27 140,740 3844,000 5,153 11 167 83,50 3,23 269,705 6972,250 10,433 12 179 89,50 3,51 314,145 8010,250 12,320 13 173 86,50 3,30 285,450 7482,250 10,890 14 181 90,50 3,47 314,035 8190,250 12,041 15 178 89,00 3,27 291,030 7921,000 10,693 16 168 84,00 3,01 252,840 7056,000 9,060 17 175 87,50 3,21 280,875 7656,250 10,304 18 183 91,50 3,20 292,800 8372,250 10,240 19 170 85,00 3,26 277,100 7225,000 10,628 20 183 91,50 3,50 320,250 8372,250 12,250 21 158 79,00 3,21 253,590 6241,000 10,304 22 163 81,50 3,23 263,245 6642,250 10,433 23 154 77,00 3,06 235,620 5929,000 9,364 24 134 67,00 2,69 180,230 4489,000 7,236 25 158 79,00 3,21 253,590 6241,000 10,304 26 170 85,00 3,77 320,450 7225,000 14,213 27 178 89,00 3,61 321,290 7921,000 13,032 28 155 77,50 3,07 237,925 6006,250 9,425 29 180 90,00 3,28 295,200 8100,000 10,758 30 183 91,50 3,41 312,015 8372,250 11,628 31 180 90,00 3,28 295,200 8100,000 10,758 32 137 68,50 2,41 165,085 4692,250 5,808 33 180 90,00 3,28 295,200 8100,000 10,758 34 159 79,50 3,22 255,990 6320,250 10,368 35 155 77,50 3,00 232,500 6006,250 9,000 36 187 93,50 3,30 308,550 8742,250 10,890 37 134 67,00 2,69 180,230 4489,000 7,236 38 162 81,00 3,49 282,690 6561,000 12,180 39 167 83,50 3,79 316,465 6972,250 14,364 40 168 84,00 3,20 268,800 7056,000 10,240 41 133 66,50 2,39 158,935 4422,250 5,712 42 165 82,50 2,81 231,825 6806,250 7,896 43 162 81,00 3,05 247,050 6561,000 9,303 44 172 86,00 3,05 262,300 7396,000 9,303 45 160 80,00 3,13 250,400 6400,000 9,797
N= 45 ∑ 3708,50 142,35 11832,19 308525,75 455,73

Lampiran 4: Pearson’s Correlation Coefficient r (Critical Values) Level of Significance for a Two-Tailed Test df=(N-2) .10 .05 .02 .01 .001
1 0.988 0.997 0.9995 0.9999 0.99999 2 0.900 0.950 0.980 0.990 0.999 3 0.805 0.878 0.934 0.959 0.991 4 0.729 0.811 0.882 0.971 0.974 5 0.669 0.755 0.833 0.875 0.951 6 0.621 0.707 0.789 0.834 0.928 7 0.582 0.666 0.750 0.798 0.898 8 0.549 0.632 0.715 0.765 0.872 9 0.521 0.602 0.685 0.735 0.847 10 0.497 0.576 0.658 0.708 0.823 11 0.476 0.553 0.634 0.684 0.801 12 0.457 0.532 0.612 0.661 0.780 13 0.441 0.514 0.592 0.641 0.760 14 0.426 0.497 0.574 0.623 0.742 15 0.412 0.482 0.558 0.606 0.725 16 0.400 0.468 0.542 0.590 0.708 17 0.389 0.456 0.529 0.575 0.693 18 0.378 0.444 0.515 0.561 0.679 19 0.369 0.433 0.503 0.549 0.665 20 0.360 0.423 0.492 0.537 0.652 21 0.352 0.413 0.482 0.526 0.640 22 0.344 0.404 0.472 0.515 0.629 23 0.337 0.396 0.462 0.505 0.618 24 0.330 0.388 0.453 0.496 0.607 25 0.323 0.381 0.445 0.487 0.597 26 0.317 0.374 0.437 0.479 0.588 27 0.311 0.367 0.430 0.471 0.579 28 0.306 0.361 0.423 0.463 0.570 29 0.301 0.355 0.416 0.456 0.562 30 0.296 0.349 0.409 0.449 0.554 40 0.257 0.304 0.358 0.393 0.490 60 0.211 0.250 0.295 0.325 0.408
120 0.150 0.178 0.210 0.232 0.294 ∞ 0.073 0.087 0.103 0.114 0.146
