ilmu pengetahuan
Transcript of ilmu pengetahuan
FILSAFAT
(ILMU PENGETAHUAN)
OLEH :
LOKITA PURNAMASARI
P1506214006
PROGRAM MAGISTER BIOMEDIKKONSENTRASI MIKROBIOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih pula kepada bapak dosen
pengampu Mata Kuliah Filsafat atas motivasi dan dorongan telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis.
Dengan segala keterbatasan waktu dan kemampuan yang ada, Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan makalah masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis senantiasa mengharapkan sumbangan saran serta kritik yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga malakah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua. Terima kasih.
Penulis
Lokita purnamasari
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. 1
KATA PENGANTAR .......................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hakekat Ilmu Pengetahuan.............................. 8
B. Sifat Ilmu Pengetahuan.............................................................. 14
C. Objek ilmu pengetahuan............................................................ 15
D. Jenis ilmu pengetahuan............................................................. 18
E. Sumber ilmu pengetauan .......................................................... 19
F. Struktur Fundamental Ilmu Pengetahuan.................................. 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 26
B. Saran ........................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 28
3
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan
merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui
manusia. Itulah bedanya dengan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan
pengetahuan yang berupa informasi yang didalami sehingga menguasai
pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu.
Di kalangan masyarakat saat ini, bahkan siswa, mahasiswa pun
yang tiap harinya ke sekolah, ke kampus, hilir mudik masuk gedung
pendidikan untuk menuntut ilmu, untuk menambah pengetahuan, yang
mestinya mereka tahu akan perbedaan dua kata tersebut, yang mestinya
mereka tahu dengan jelas apa itu ilmu dan pengetahuan, terkadang
mereka masih bingung dengan perbedaan ilmu dan pengetahuan.
Ilmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda
dengan pengetahuan (knowledge atau dapat juga disebut common
sense). Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu
pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka
menyamakan dua pengertian tersebut. Tentang perbedaan antara ilmu
pengetahuan dan pengetahuan akan dicoba dibahas disini.
4
Mempelajari apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari atau
membahas esensi atau hakekat ilmu pengetahuan. Demikian pula
membahas pengetahuan itu juga berarti membahas hakekat
pengetahuan. Untuk itu kita perlu memahami serba sedikit Filsafat Ilmu
Pengetahuan. Dengan mempelajari Filsafat Ilmu Pengetahuan di samping
akan diketahui hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat pengetahuan, kita
tidak akan terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik sehingga makin
menyempit dan eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan
akan membuka perspektif (wawasan) yang luas, sehingga kita dapat
menghargai ilmu-ilmu lain, dapat berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain.
Dengan demikian kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara
interdisipliner.
Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari
perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal-hal sebagai berikut: 1) Hal
Pengenalan, yang meliputi pengenalan inderawi; yang memberi
pengetahuan tentang hal-hal yang kongkrit dari suatu benda. Dan
pengenalan rasional, yang dapat mencapai hakekat sesuatu melalui jalan
abstraksi. 2) Hal Metode, menurut Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah
pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum bukan objek-
objek eksternal atau fakta. Penggunaan prinsip atau hukum berarti
berargumentasi (reasoning). Menurut Aristoteles, mengembangkan “ilmu
pengetahuan” berarti mengembangkan prinsip-prinsip, mengembangkan
5
“ilmu pengetahuan” (teori) tidak terletak pada akumulasi data tetapi
peningkatan kualitas teori dan metode.
Sebelum kita memahami ilmu pengetahuan lebih luas, maka dalam
makalah ini lebih difokuskan pada pembahasan konsep-konsep dasar
ilmu pengetahuan yang meliputi pengertian, hakekat, sifat, jenis, objek,
sumber dan struktur fundamental ilmu pengetahuan.
B. Rumusan masalah
1. Apakan pengertian ilmu pengetahuan?
2. Apakan perbedaan ilmu dan pengetahuan?
3. Bagaimana mendeskripsikan sifat, jenis, objek dan sumber ilmu
pengetahuan, serta struktur fundamental ilmu pengetahuan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi ilmu dan pengetahuan
2. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan antara ilmu dan
pengetahuan
3. Untuk mengetahui sifat dan jenis ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui objek dan sumber
5. Untuk mengetahui struktur fundamental ilmu pengetahuan.
6
D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat membawa manfaat dalam
menambah wawasan tentang defenisi, perbedaan ilmu dan pengetahuan,
sifat, jenis, objek dan sumber ilmu pengetahuan, serta dapat dijadikan
sebagai referensi selanjutnya.
7
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hakekat Ilmu Pengetahuan
Secara umum, filsafat ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya untuk
memahami makna, metode, struktur logis dari ilmu pengetahuan, termasuk
juga di dalamnya kriteria-kriteria ilmu pengetahuan, hukum-hukum, dan teori-
teori di dalam ilmu pengetahuan. Supaya lebih fokus, perlu dipertegas
beberapa poin tentang filsafat ilmu pengetahuan.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip
oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :
1) Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan
masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya
tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
2) Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
3) Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah
yang sederhana.
4) Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
8
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
5) Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan
yang disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia
empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia
yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindrea manusia. Lebih
lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang
mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk: “jika… maka”.
6) Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam,
masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep,
kategori dan hokum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya
diuji dengan pengalaman praktis.
Ada berbagai konsep yang digunakan secara khusus oleh seorang
ilmuwan, tetapi tidak dianalisis oleh ilmuwan tersebut. Misalnya, ilmuwan
seringkali menggunakan konsep-konsep seperti kausalitas, hukum, teori, dan
metode. Ada berbagai macam definisi atau pengertian dari ilmu, yaitu: Ilmu
merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu
yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan
sebagai Idroku syai bi haqiqotih (mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam
bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang
pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata
9
science(berasal dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu)
umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan,
meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua pengertian
yaitu:
a. Ilmu Pengetahuan diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu
ekonomi dan sebagainya.
b. Ilmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian,
tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya, seperti ilmu
akhirat, ilmu akhlak, ilmu batin, ilmu sihir, dan sebagainya.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, dengan
menggunakan metode-metode tertentu. Ilmu bukan sekedar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-
teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari
epistemologi. Setiap aktivitas ilmiah tentu bertolak dari konsep, karena
10
konsep merupakan sebuah struktur pemikiran. Sontag menyatakan bahwa
“setiap pembentukan konsep selalu terkait dengan empat komponen, yaitu,
kenyataan (reality), teori (theory), kata-kata (words), dan pemikiran (thought)”.
Kenyataan hanya akan merupakan sebuah misteri manakala tidak
diungkapkan ke dalam bahasa. Teori merupakan tingkat pengertian tentang
sesuatu yang sudah teruji, sehingga dapat dipakai sebagai titik tolak bagi
pemahaman hal lain. Kata-kata merupakan cerminan ide-ide yang sudah
diverbalisasikan. Pemikiran merupakan produk akal manusia yang
diekspresikan ke dalam bahasa. Kesemuanya itu akan membentuk
pengertian pada diri manusia, pengertian ini dinamakan konsep.
Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada
tiga hal, yaitu: produk-produk, proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan
sebagai Produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui
kebanarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini
terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk
disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan sebagai Proses artinya kegiatan kemasyarakatan
yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana
adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas
dipakai dalam proses ini adalah analisis - rasional, objektif, sejauh mungkin
“impersonal” dari masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan
11
data yang dapat diamati. Bagi Thomas Khun “normal science” adalah ilmu
pengetahuan dalam artian proses.
Ilmu pengetahuan sebagai Masyarakat artinya dunia pergaulan yang
tindak-tanduknya, perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat
ketentuan (imperative) yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih
(disinterstedness), dan skeptisisme yang teratur.
Van Meslen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu pengetahuan yaitu:
a. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan
yang secara lohis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian
(metode) maupun harus (susunan logis).
b. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan
tanggung jawab ilmuwan.
c. Universalitas ilmu pengetahuan.
d. Objektivitaas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi
oleh prasangka-prasangka subjektif.
e. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
f. Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-
sungguh, bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan
menimbulkan problem-problem baru lagi.
12
g. Kritis, artinya tidak ada teori ilmiah yang difinitif, setiap teori terbuka bagi
suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
h. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan
kebertautan antara teori dengan praktis.
Aktivitas ilmiah tergantung pada sarana ilmiah berupa bahasa,
pernyataan ilmiah. Lyotard mengajukan beberapa argumentasi yang
disyaratkan bagi sebuah pernyataan ilmiah, yaitu Pertama, diakuinya aturan-
aturan yang telah ditentukan alat argumentasi, yakni fleksibilitas sarana itu
berupa pluralitas bahasannya. Kedua, karakternya sebagai bentuk permainan
pragmatis yakni diakuinya “gerak” yang berlangsung tergantung pada suatu
rangkaian kontrkak di antara para ilmuwan sebagai partner dialog. Akibatnya
ada dua jenis kemajuan yang berbeda dalam pengetahuan: pertama,
kesesuaian pada suatu gerak baru (argumen baru) di dalam aturan-aturan
yang pasti; kedua, menemukan aturan-atuaran baru yakni perubahan pada
suatu permainan baru.
Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal,
yaitu:
a. Sumber ilmu pengetahuan
Sumber ilmu pengetahuan mempertanyakan dari mana ilmu
pengetahuan itu diperoleh. Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman
(empires) dan dari akal (ratio). Sehingga timbul faham atau aliran yang
disebut empirisme dan rasionalisme. Aliran empirisme yaitu faham yang
13
menyusun teorinya berdasarkan pada empiri atau pengalaman. Tokoh-
tokoh aliran ini misalnya David Hume (1711-1776), John Locke (1632-
1704), Berkley. Sedang rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan
ratio. Tokoh-tokoh aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes. Metode
yang digunakan aliran emperisme adalah induksi, sedang rasionalisme
menggunakan metode deduksi. Immanuel Kant adalah tokoh yang
mensintesakan faham empirisme dan rasionalisme.
b. Batas-batas Ilmu Pengetahuan
Menurut Immanuel Kant apa yang dapat kita tangkap dengan
panca indera itu hanya terbatas pada gejala atau fenomena, sedang
substansi yang ada di dalamnya tidak dapat kita tangkap dengan panca
indera disebut nomenon. Apa yang dapat kita tangkap dengan panca
indera itu adalah penting, pengetahuan tidak sampai disitu saja tetapi
harus lebih dari sekedar yang dapat ditangkap panca indera.
Yang dapat kita ketahui atau dengan kata lain dapat kita tangkap
dengan panca indera adalah hal-hal yang berada di dalam ruang dan waktu.
Yang berada di luar ruang dan waktu adalah di luar jangkauan panca indera
kita, itu terdiri dari 3 (tiga) ide regulatif:
1) ide kosmologis yaitu tentang semesta alam (kosmos), yang tidak dapat
kita jangkau dengan panca indera,
2) ide psikologis yaitu tentang psiche atau jiwa manusia, yang tidak dapat
kita tangkap dengan panca indera, yang dapat kita tangkap dengan panca
14
indera kita adalah manifestasinya misalnya perilakunya, emosinya,
kemampuan berpikirnya, dan lain-lain,
3) ide teologis yaitu tentang Tuhan Sang Pencipta Semesta Alam.
c. Struktur
Yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Yang
ingin kita ketahui adalah objek, diantara kedua hal tersebut seakan-akan
terdapat garis demarkasi yang tajam. Namun demikian sebenarnya dapat
dijembatani dengan mengadakan dialektika. Jadi sebenarnya garis
demarkasi tidak tajam, karena apabila dikatakan subjek menghadapi objek itu
salah, karena objek itu adalah subjek juga, sehingga dapat terjadi dialektika.
d. Keabsahan
Keabsahan ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa
ilmu pengetahuan itu sah berarti membahas kebenaran. Tetapi kebenaran
itu nilai (axiologi), dan kebenaran itu adalah suatu relasi. Kebenaran
adalah kesamaan antara gagasan dan kenyataan. Misalnya ada
korespondensi yaitu persesuaian antara gagasan yang terlihat dari
pernyataan yang diungkapkan dengan realita.
B. Sifat Ilmu Pengetahuan
Ciri umum dari kebenaran ilmu pengetahuan yaitu bersifat Rasional,
Empiris, dan Sementara. Rasional artinya kebenaran itu ukurannya akal.
Sesuatu dianggap benar menurut ilmu apabila masuk akal. Empiris artinya
15
ilmu itu berdasarkan kenyataan. Kenyataan yang dimaksud di sini yaitu
berdasarkan sumber yang dapat dilihat langsung secara materi atau wujud
fisik. Lain halnya dengan ilmu pengetahuan, kebenarannya bersifat
Sementara, artinya dapat dibantah apabila ditemukan teori-teori atau bukti-
bukti yang baru.
Sedangkan syarat ilmu Pengetahuan sebagaimana pendapat Dani
Vardiansyah dalam bukunya Filsafat Ilmu Komunikasi, bahwa ilmu
pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
a. Sistematik yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai
suatu sistem.
b. Objektif atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut
terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian
bersifat universal.
c. Dapat dipertanggung jawabkan yaitu mengandung kebenaran yang
bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain
atau ahli-ahli lain.
C. Objek ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan untuk
mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu, yang diperoleh melalui
pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method),dan sistem
16
tertentu. Objek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (objek materi)
dan ada yang berupa bentuk (objek formal). Objek materi adalah sasaran
material suatu penyelidikan, pemikiran, atau penelitian keilmuan bisa berupa
benda-benda material maupun yang nonmaterial,bisa pula berupa hal-
hal,masalah - masalah, ide - ide dan konsep-konsep.
a. Objek Material yaitu seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek
penyelidikan suatu ilmu.
b. Objek Formal yaitu objek materia yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga
membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya, jika berobjek material yang
sama.
Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa menurut objek
formalnya, ilmu pengetahuan itu justru berbeda-beda dan banyak jenis serta
sifatnya. Ada yang tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan
alam), karena pendekatan yang dilakukan menurut segi yang fisis. Ada pula
yang tergolong ilmu pengetahuan non-fisis (ilmu pengetahuan sosial dan
humaniora serta ilmu pengetahuan Ketuhanan), Karena pendekatannya
menurut segi kejiwaan. Golongan pertama termasuk ilmu pengetahuan yang
bersifat kuantitatif, sedangkan golongan kedua merupakan ilmu pengetahuan
yang bersifat kualitatif.
17
D. Jenis Pengetahuan
Secara umum, pengetahuan terdiri atas:
a. Pengetahuan non ilmiah/ pengetahuan biasa (common sense)
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode
ilmiah. Secara umum pengetahuan non ilmiah ialah hasil pemahaman
manusia mengenai suatu objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah
adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai
dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu
metodologi ilmiah.
c. Pengetahuan noesis (filsafat) adalah pengetahuan yang tidak mengenal
batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling hakiki.
Pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebanaran yang asli
yang mengandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika atau pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah
prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik, ontologi dan
aksionlogi.
18
d. Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan melalui para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib
diikuti para pemeluknya. Menjadi tolak ukur kebenaran dalam suatu
keyakinan dan perpegang pada kitab yang dipegang oara pememluknya.
E. Sumber ilmu pengetahuan
Dalam hal ini ada beberapa pendapat mengenai sumber ilmu
pengetahuan diantaranya:
1. Empirisme
Kata ini berasal dari Yunani Empirikos, yang artinya pengalaman.
Menrut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya dan bila dikembalikan kepada kata Yunani, pengalaman
yang dimaksud ialah pengalaman indrawi
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan
akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap
objek. Akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal.
Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat
universal.Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah
abstraksi dari benda-benda konkrit.
19
3. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman
yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda
dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini
(intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi
adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak. Menurutnya,
mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya
bersifat analis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu penggambaran
secara simbolis. Karena itu intuisi adalah sarana untuk mengetahui
secara langsung dan seketika.
4. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada
manusia lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh dari Tuhan
tanpa upaya, tanpa bersusah payah. Pengetahuan mereka terjadi atas
kehendak Tuhan. Tuhan mensucikan jiwa mereka untuk memperoleh
kebenaran dengan jalan wahyu.
F. Struktur Fundamental Ilmu Pengetahuan
Dalam buku What is Science karya Archei J. Bahm di dalam bukunya
Muhammad Muslih bahwa secara umum membicarakan enam komponen
dari rancang bangun ilmu pengetahuan, artinya dengan enam komponen itu,
sesuatu itu bisa disebut ilmu pengetahuan, yaitu:
20
a. Adanya masalah (problem)
Dalam persoalan ini, Archei J. Bahm menjelaskan bahwa tidak semua
masalah menunjukkan ciri keilmiahan. Suatu masalah disebut masalah ilmiah
jika memenuhi ‘persyaratan’, yaitu bahwa masalah itu merupakan masalah
yang dihadapi dengan sikap dan metode ilmiah; Masalah yang terus mencari
solusi; Masalah yang saling berhubungan dengan masalah dan solusi ilmiah
lain secara sistematis (dan lebih memadai dalam memberikan pemahaman
yang lebih besar). Untuk itu ia menawarkan, masalah yang dapat
dikomunikasikan dan capable, yang disuguhkan dengan sikap dan metode
ilmiah sebagai ilmu pengetahuan awal, sudah pantas dikatakan “masalah
ilmiah” (scientific problem).
b. Adanya sikap ilmiah
Sikap ilmiah, menurut Bahm paling tidak, meliputi enam karakteristik
pokok, yaitu: keingintahuan, spekulasi, kemauan untuk objektif, kemauan
utnuk menangguhkan penilaian, dan kesementaraan.
Pertama, Keingintahuan; Yang dimaksud di sini adalah keingintahuan
ilmiah, yang bertujuan untuk memahami. Ia berkembang dan berjalan terus
sebagai perhatian bagi penyelidikan, penelitian, pengujian, eksplorasi,
petualangan dan eksperimentasi.
Kedua, Spekulatif yang penuh arti; Yaitu diawali dengan keingintahuan
untuk mencoba memecahkan semua masalah yang ditandai dengan
beberapa usaha, termasuk usaha untuk menemukan solusi, misalnya dengan
21
mengusulkan satu hipotesa atau lebih. Artinya, spekulasi adalah sesuatu hal
yang disengaja dan berguna untuk mengembangkan dan mencoba membuat
berbagai hipotesa. Dengan demikian, spekulasi merupakan karakteristik yang
esensial dalam sikap ilmiah
Ketiga, Kemauan untuk objektif di sini Archei J. Bahm menjelaskan
bahwa ‘objektifitas’ adalah salah satu jenis sikap subjektif. Dalam arti bahwa
objektifitas bergantung kepada eksistensinya, tidak hanya eksistensi sebuah
subyek, tetapi juga atas kemauan subyek untuk memperoleh dan mengikuti
sikap objektif, dalam arti sifat untuk memahami sifat dasar objek itu sendiri,
sejauh objek tersebut bisa dipahami dengan cara ini.
Keempat, Keterbukaan. Maksud sikap ini menyangkut kemauan untuk
bersikap terbuka. Ini termasuk kemauan untuk mempertimbangkan semua
saran yang relevan dengan hipotesis, metodologi, dan bukti yang
berhubungan dengan masalah di mana seseorang bekerja. Sikap ini harus
dibarengi dengan sikap toleran, dan bahkan menerima ide-ide baru,
termasuk, tidak saja ide yang berbeda dengan ide-idenya, tetapi juga yang
kontradiksi atu yang berseberangan dengan kesimpulan-kesimpulannya.
Kelima, Kemauan, untuk menangguhkan penilain atau menunda
keputusan. Bila penyelidikan tentang suatu objek atau masalah tidak
menghasilkan pemahaman atau solusi yang diinginkan, maka seseorang
tidak boleh menuntut jawaban yang lebih dari apa yang ia peroleh. Sikap
22
ilmiah menyangkut kemauan untuk menangguhkan penilaian sampai bisa
diperolehnya semua bukti yang diperlukan.
Keenam, Kesementaraan. Sikap kesementaraan akan selalu
meragukan validitas suatu hipotesa termasuk pengerjaannya, bahkan
meragukan segala usaha ilmiah termasuk bidang keahlian seseorang.
Meskipun pengalaman perorangan dan kelompok cenderung membenarkan
keyakinan yang lebih kuat dan memandangnya sebagai kesimpulan.
c. Menggunakan metode ilmiah
Sifat dasar metode ilmiah ini, menurut Archei J. Bahm harus
dipandang sebagai hipotesa untuk pengujian lebih lanjut. “Esensi ilmu
pengetahuan adalah metodenya”, sedang sisi yang lain, “Berkenaan dengan
sifat dasar metode ilmiah. Archei J. Bahm berpendapat bahwa metode ilmiah
itu adalah satu sekaligus banyak; dikatakan satu karena metode ilmiah,
dalam penerapannya tidak ada persoalan, sedang dikatakan banyak, karena
pada kenyataannya terdapat banyak jalan. Yaitu;
1) Masing-masing ilmu mempunyai metodenya sendiri-sendiri, yang paling
cocok dengan jenis masalahnya sendiri.
2) Setiap masalah particular memerlukan metode uniknya sendiri.
3) Secara historis, para ilmuwan dalam bidang yang sama dalam waktu yang
berbeda, memakai metode yang sama sekali berbeda, lantaran berbeda
dalam perkembangan teoritis dan temuan teknologis.
23
4) Perkembangan yang cepat dalam banyak ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin lama semakin saling bergantung dewasa ini, memerlukan
perkembangan berbagai metodologi baru yang cepat, berkenaan dengan
jenis masalah yang lebih ruwet dan dinamis.
5) Siapa saja yang concern pada metode ilmiah harus mengakui bahwa
metode ini mempunyai tahapan-tahapan yang membutuhkan metode
yang berbeda pada setiap tahapannya.
Secara lebih khusus, metode ilmiah meliputi lima langkah, yaitu 1)
Menyadari akan masalah; 2) Menguji masalah 3) Mengusulkan solusi 4)
Menguji usulan atau proposal; dan 5) Memecahkan masalah.
d. Adanya aktifitas
Ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan oleh para ilmuwan,
yang kemudian bisaa disebut dengan “riset ilmiah”. Riset demikian
mempunyai dua aspek: iindividu dan social. Aspek Individu; Ilmu
pengetahuan adalah suatu aktifitas yang dilaku-kan oleh orang-orang khusus.
Aspek Sosial; Aktivitas ilmiah mencakup lebih banyak dari apa yang
dikerjakan oleh para ilmuwan khusus.
e. Adanya kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah pengetuan yang dihasilkan. Makanya ilmu
pengetahuan sering dipahami sebagai kumpulan pengetahuan. Ide - ide
adalah ilmu pengetahuan itu sendiri. kesimpulan pemahaman yang dicapai
sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan ilmu pengetahuan.
24
Kesimpulan adalah akhir atau tujuan yang membenarkan sikap, metode, dan
aktifitasnya sebagai cara-cara. Kesimpulan adalah ilmu yang diselesaikan,
bukan ilmu sebagai prospek atau dalam proses.
f. Adanya pengaruh
Ilmu pengetahuan adalah apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan.
Bagian apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan tersebut, kemudian
menimbulkan pengaruh beraneka ragam, yang dapat dihubungkan pada dua
hal, yaitu; a). Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap teknologi dan industri,
yang disebut ilmu terapan. b). pengaruh ilmu terhadap atau dalam
masyarakat dan peradaban
25
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan selalu
berurusan dengan fakta-fakta, yakni informasi tentang dunia dan unsur-
unsurnya yang diaggap sebaga fakta keras dan dapat dianalisis.
Kata ilmu pengetahuan berasal dari bahasa inggris science. Kata itu
memiliki akarnya pada bahasa latin scientia yang berarti pengetahuan. Jadi,
ilmu pengetahuan menawarkan sebuah pengetahuan dan bukan sekedar
opini tanpa dasar. Jadi, Ilmu pengetahuan adalah kerangka konseptual atau
teori yang saling berkaitan yang memberi tempat pengkajian dan pengujian
secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang
sama, dengan demikian bersifat sistematik, objektif, dan universal.
Sebagai obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal, dan metode
pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience) dengan
menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey, studi
kasus, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh fikiran atas
dasar hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara
analitis, induktif, kemudian ditentukan relasi antara data-data, diantaranya
relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan relasi-relasi disusun menurut suatu
sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang terintegratif.
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan sebagai konsep awal dalam
26
memahami filsafat ilmu dengan segala keterbatasan, kami berharap juga bisa
ikut membantu dalam mencerdaskan generasi bangsa.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini jauh dari kesempurnaan
untuk itu mohon saran dan kritik, dan berharap pada Penulisan makalah inii
diharapkan dapat membawa manfaat dalam menambah wawasan tentang
ilmu pengetahuan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali:Dimensi Ontologi dan Aksiologi. Pustaka Setia: Bandung.
Bertens, K. 1989. Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Gramedia: Jakarta.
Dani,Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks: Jakarta.
Meslen, Van. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, Gramedia: Jakarta.
Muslih, Muhammad. 2004. Filsafat Ilmu; Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka teori Ilmu Pengetahuan, Belukar: Yogyakarta.
Mustansyir, Rizal. 2006. Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Suriasumantri, Jujun. 1998. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, PT Bumi Aksara: Jakarta. 2005
Wattimena, Reza. 2008. Filsafat dan Science Sebuah Pengantar. Grasindo: Jakarta.
Wahyudi, Imam. 2007. Pengantar Epistemologi, Badan Penerbitan Filsafat UGM: Yogyakarta.
28