Ilmu Filsafat dan Agama

25
Ilmu Filsafat dan Agama Tiga Sumber Kebenaran Manusia ialah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu : Ilmu, Filsafat, dan Agama. Ketiga cara ini mempunyai ciri tersendiri dalam mencari, menghampiri, dan menemukan kebenaran. Ketiga sumber termaksud itu mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap yang lainnya. Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahamanmanusia yang disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum hukum tentang sesuatu yang diselidikinya (alam, manusia, dan agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental. Filsafat Filsafat ialah “Ilmu Istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termaksud di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa. 1

Transcript of Ilmu Filsafat dan Agama

Page 1: Ilmu Filsafat dan Agama

Ilmu Filsafat dan Agama

Tiga Sumber Kebenaran

Manusia ialah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari,

menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu : Ilmu, Filsafat, dan Agama. Ketiga cara

ini mempunyai ciri tersendiri dalam mencari, menghampiri, dan menemukan kebenaran.

Ketiga sumber termaksud itu mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik

singgung yang satu terhadap yang lainnya.

Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahamanmanusia yang disusun dalam

satu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum hukum

tentang sesuatu yang diselidikinya (alam, manusia, dan agama) sejauh yang dapat

dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraannya, yang kebenarannya

diuji secara empiris, riset dan eksperimental.

Filsafat

Filsafat ialah “Ilmu Istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang

tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termaksud di

luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal-budinya untuk memahami

(mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sesuatu yang ada seperti

Hakikat Tuhan, Hakikat alam semesta, dan Hakikat Manusia. Serta sikap manusia

termaksud sebagai konsekuensi dari faham (pengetahuan atau pemahaman)-nya tersebut.

Agama

Agama (pada umumnya) ialah :

- Satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu

yang Mutlak di luar manusia.

- Satu sistem ritual (tata peribadatan) manusia yang dianggapnya mutlak.

1

Page 2: Ilmu Filsafat dan Agama

- Satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan

manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata

peribadatan yang dimaksud di atas.

Ditinjau dari segi sumbernya maka agama (tata keimanan, tata peribadatan, dan

tata aturan) itu dapat dibeda-bedakan atas dua bagian

Pertama, agama samawi (agama langit, agama wahyu, agama rofetis, revealed

religion, Din as-Samawi)

Kedua, agama budaya (agama bumi, agama filsafat, agama ra’yu, non-rebealed

religion, natural religion, Din at-Thabi’i, Din al-Ardhi)

Agama Islam adalah :

- Wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Rasul-Nya untuk disampaikan

kepada segenap umat manusia sepanjang masa.

- Satu sistem keyakinan dan tata ketentuan Ilahi yang mengatur segala

kehidupan dan penghidupan manusia dalam pelbagai hubungan baik

hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun hubungan manusia dengan

sesama manusia, ataupun hubungan manusia dengan alam.

- Bertujuan mencari Ridha Allah, keselamatan dunia dan akhirat serta rahmat

bagi segenap alam.

- Pada garis besarnya terdiri dari Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq.

- Bersumberkan Kitab Suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah swt untuk umat

manusia. Yaitu Al-Qur’an, sebagai penyempurna wahyu-wahyu Allah

sebelumnya, sejak manusia hadir di bumi.

Titik Persamaan antara Ilmu, Filsafat dan Agama

Baik Ilmu, maupun Filsafat, ataupun Agama, bertujuan yang sama yaitu

Kebenaran.

Ilmu pengetahuan, dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam

dan manusia. Filsafat, dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran, baik alam

maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan,

karena di luar jangkauannya), dan tentang Tuhan. Agama, dengan karakteristiknya

2

Page 3: Ilmu Filsafat dan Agama

sendiri pula, memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan

manusia. Baik tentang alam, maupun tentang manusia, ataupun tentang Tuhan.

Titik Perbedaan antara Ilmu, Filsafat dan Agama

Baik Ilmu maupun Filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu ra’yu

(akal, budi, rasio, reason, nous, rede, vertand, venunft) manusia. Sedangkan Agama

bersumberkan wahyu dari Allah.

Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan, pengalaman,

dan percobaan sebagai cara mencapai kebenaran. Filsafat menghampiri kebenaran dengan

menggunakan akal-budi secara radikal dan integral serta universal; tidak merasa terikat

oleh ikatan apapun kecuali ikatan tangannya sendiri bernama logika. Manusia mencari

dan menemukan kebenaran dengan dan dalam Agama dengan jalan mempertanyakan

seluruh masalah asasi dari atau kepada Kitab Suci, kodifikasi, firman Ilahi yang diberikan

oleh Allah.

Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengan

saat ini), kebenaran Filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat

dibuktikan secara empiri, riset, dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun

kebenaran Filsafat, keduanya bersifat nisbi. Sedangkn kebenaran Agama bersifat absolut.

Titik Singgung antara Ilmu, Filsafat dan Agama

Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat diawab secara positif

oleh Ilmu-Pengetahuan, karena ilmu itu terbatas, terbatas oleh subyeknya (sang

penyelidik), oleh obyeknya (baik obyek materia maupun obyek formalnya), oleh

metodologinya. Tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab oleh Ilmu, lantas

dengan sendirinya dapat dijawab oleh Filsafat. Jawaban filsafat sifatnya spekulatif dan

juga alternatifl tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat pelbagai jawaban filsafat

(para filsuf) sesuai dan sejalan dengan titik tolah sang ahli filsafat itu.Agama memberi

jawaban tentang banyak soal asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh Ilmu, yang

dipertanyakan, maupun tidak dapat dijawab secara utuh oleh filsafat. Akan tetapi perlu

kita tegaskan disinil juga tidak semua persoalan manusia terdapat jawabannya dalam

3

Page 4: Ilmu Filsafat dan Agama

agama. Adapun soal-soal manusia yang tidak ada jawabannya dalam agama dapat kita

sebut sebagai berikut.

Pertama, soal-soal kecil, detail yang tidak prinsipil, seperti: jalan kendaraaan

sebelah kir atau sebelah kanan, soal rambut panjang atau pendek, soal cek, wesel dan

sebagainya.

Kedua, persoalan yang tiada secara tegas dan jelas terseurat dalam Al-Qur’an

yang diserahkan kepada ijtihad.

Ketiga, persoalan-ersoalan yang tetap merupakan misteri, yang merupakan rahasia

yang tidak terungkap oleh akal-budi yang hanya diketahui oleh Allah swt.

Dengan kekuatan akal-budi, manusia menghampiri dan memetik kebenaran demi

kebenaran yang dapat dijangkau dengan kapasitasnya sendiri yang terbatas. Allah telah

menganugrahkan kepada manusia 3 hal, yaitu Alam, Akal budi, dan Wahyu. Dengan

ketiganya manusia akan lebih mudah memahami maksud Allah untuk mencapai

kebahagiaan yang hakiki.

4

Page 5: Ilmu Filsafat dan Agama

Logika Mistik

Ontologi Pengetahuan Mistik

1. Hakikat Pengetahuan Mistik

Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio,

maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami oleh rasio.

Pengetahuan mistik ialah pengetahuan supra-rasional tetapi kadang-kadang memiliki

bukti empiris.

2. Struktur Pengetahuan Mistik

Dari segi sifatnya mistik dibagi dua : mistik biasa yaitu mistik tanpa kekuatan

tertentu, contoh : tasawuf dalam Islam dan mistik magis. Mistik magis dibagi lagi

menjadi dua yaitu mistik magis putih, seperti : mukjizat, karomah dll. Mistik magis

hitam, seperti : sihir.

 

Epistemologi Pengetahuan Mistik

Pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa.

1. Objek Pengetahuan Mistik

Objek pengetahuan mistik adalah objek yang abstrak supra-rasional, seperti alam

gaib, malaikat, surga, neraka dsb.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik

Cara memperoleh pengetahuan mistik yaitu dengan jalan riyadhah/latihan.

3. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik

Adakalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik adalah kepercayaan dan

adakalanya adalah bukti empiris.

 

Aksiologi Pengetahuan Mistik

1. Kegunaan Pengetahuan Mistik

Pengetahuan mistik amat subyektif, yang paling tahu penggunaannya adalah

pemiliknya.

5

Page 6: Ilmu Filsafat dan Agama

2. Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah

Pengetahuan mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses inderawi juga

tidak melalui proses rasio. Hal ini berlaku bagi mistik putih dan mistik hitam.

Netralitas Pengetahuan Mistik

Pengetahuan mistik dengan mudah dilihat bahwa ia tidak netral karena isi ajaran

agama yang jelas tidak netral dan bagi mistik magis selalu memiliki sifat individualistik,

karena ia subyektif.

6

Page 7: Ilmu Filsafat dan Agama

Hipotesis dalam logika

Hipotesis berasal dari bahasa yunani : Hypo = di bawah, thesis = pendirian,

pendapat yang ditegakkan, kepastian.

Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmuah yang digunakan dalam rangka

kegiatan ilmuah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teiliti, dan

terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan

hipotesis. Dan tidak adak perbedaan makna di dalamnya.

Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah

anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan

atau proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.

Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di

dalam penelitian, salah satu diantaranya yaitu Penelitian sosial.:

Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui

tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang

dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah

Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan

benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian Meskipun

hipotesis telah memenuhi syarat secara [proporsional]], jika hipotesis tersebut masih

abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji

secara nyata.

Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus

memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni :

1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah

dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan

jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah

dengan tujuan penelitian.

2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan

secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empirisadalah

7

Page 8: Ilmu Filsafat dan Agama

harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan

diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.

3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan

memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk

hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran,

atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai

yang mempunyai makna.

4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan

preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah

seperti halnya dalam hipotesis.

5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat

dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid darivariabel yang

diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat

digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis

yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak

ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis

bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik

metode observasi, pengumpulan data,analisis data, maupun generalisasi.

6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk

kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan

yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di

antara variabel dalam istilah arah (seperti, positifdan negatif). Satu hipotesis

menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan

antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas

dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan

hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah

hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut,

teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat

diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan

dihipotesiskan.

8

Page 9: Ilmu Filsafat dan Agama

7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu

hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara

variabel dibuat secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:

1. Penentuan masalah. Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah

yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak

atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu

yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar

dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut,

penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.

2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis) Dugaan

atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini

digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, obserfasi

tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan

untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang

dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis

priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan

sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum

penelitian sebenarnya dilaksanakan.

3. Pengumpulan fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya

tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevandengan hipotesa preliminer

yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.

4. Formulasi hipotesa.Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi,

dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan

saat terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh

sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa,

diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya

dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat

hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.

9

Page 10: Ilmu Filsafat dan Agama

5. Pengujian hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat

diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebutverifikasi(pembenaran).  Apabila

hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi fasifikasi

(penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai

dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak

terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration). Hipotesa yang

sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebutteori.

6. Aplikasi/penerapan apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan

menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus

terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat

diverifikasikan/koraborasikan dengan fakta.

Abduksi sebagai logika yang menentukan pembentukan hipotesis apapun. Setiap

pengamatan dan interpretasi merupakan hipotesis yang dibuat berdasarkan abduksi.

Sebagai sebuah proses sadar, abduksi— sesudah deduksi dan induksi—

merupakan bentuk ke tiga kesimpulan logis (seni melakukan penyimpulan). Abduksibisa

dipandang sebagai pencarian akan penjelasan terbaik bagi fenomena apapun yang diamati

yang memerlukan penjelasan: X (misalnya, penggunaan tak terduga sebuah kata tertentu)

sungguh luar biasa; A, B, C merupakan kemungkinan penjelasan akan penggunaan ini; B

(misalnya posisi sosial penutur, yang membedakannya dari interlokuter lain) tampaknya

paling meyakinkan. Jika B memang benar, fenomena X tidak lagi luar biasa; dengan

demikian B diterima sebagai satu hipotesis yang bisa menguraikan kejadian X.

            Abduksi merupakan pencarian sebuah kaidah yang bisa menjelaskan peristiwa-

peristiwa khusus. Bentuk pembuatan kesimpulan semacam ini selalu ditandai oleh

ketidakpastian yang besar, namun— berlawanan dengan proses deduktif dan induktif—

bentuk ini memberikan satu-satunya kesimpulan yang bisa menggiring ke arah lahirnya

gagasan baru. Untuk memperlihatkan bahwa sebuah penjelasan tertentu

merupakan hipotesis yang cocok dengan validitas umum— dibanding sekadar penjelasan

terbaik atas sebuah fenomena— penjelasan jenis ini pertama-tama

10

Page 11: Ilmu Filsafat dan Agama

mengharuskan pengujian induksi dan kemudian deduksi (untuk menentukan aplikabilitas

umumnya). Pembuatan inferensi abduktif memainkan sebuah peran penting dalam

perumusan hipotesis dan dengan demikian, juga dalam penelitian sosial kualitatif, yang

berkaitan dengan pengembangan penjelasan.

11

Page 12: Ilmu Filsafat dan Agama

Logika Dalam Mengambil Keputusan

Pengambilan keputusan didefinisikan secara universal sebagai pemilihan

alternatif. bahwa analisis komprehensif mengenai pengambilan keputusan disebutkan

sebagai suatu “proses pengambilan keputusan merupakan teknik untuk mempersempit

pilihan”. pengambilan keputusan erat kaitannya dengan pemilihan suatu alternatif untuk

menyelesaikan atau memecahkan masalah serta memperoleh kesempatan.

Tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan yaitu :

Aktivitas intelegensi yakni penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan

pengambilan keputusan

Aktivitas desain yakni terjadi tindakan penemuan, pengembangan dan analisis

masalah

Aktivitas memilih yakni memilih tindakan tertentu dari yang tersedia

Fungsi pengambilan keputusan yaitu :

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah

mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut :

- Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik

secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun

secara organisasional

- Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut dengan hari depan/masa

yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama

Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua yaitu :

- Tujuan bersifat tunggal yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat

tunggal terjadi apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah

artinya sekali diputuskan dan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain

- Tujuan bersifat ganda yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat

ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari

satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus

12

Page 13: Ilmu Filsafat dan Agama

memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat kontradiktif atau bersifat

tidak kontradiktif

Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan terdiri dari :

2. Tahap identifikasi

Tahap ini adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan

diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas

masalah yang dihadapi

3. Tahap pengembangan

Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada

atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses

pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide

solusi ideal yang tidak jelas

4. Tahap seleksi

Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi yakni

dengan penilaian pembuat keputusan : berdasarkan pengalaman atau intuisi,

bukan analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan

dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan

dan semua manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara

formal dan otorisasi dilakukan.

Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan teknik serta didukung

oleh informasi yang tepat (accurate), benar(reliable) dan tepat waktu (timeliness). Ada

beberapa landasan yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang sangat

bergantung dari permasalahan itu sendiri. Menurut George R.Terry dan Brinckloe

disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan

yaitu :

Intuisi

Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki

sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan

berdasarkan intuisn ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.

13

Page 14: Ilmu Filsafat dan Agama

Keuntungan :

- waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek

- untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini

akan memberikan kepuasan pada umumnya

- kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat

berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.

Kelemahan :

- Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik

- Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan

keabsahannya

- Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.

Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi

pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan

keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan

yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan

lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau

tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.

Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakt dapat memberikan keputusan yang

sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap

pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima

keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh

pimpinan terhadap bawahannyaatau orang yang lebih tinggi kedudukannya

kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan

berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan :

- Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan

tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa

14

Page 15: Ilmu Filsafat dan Agama

- Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama

- Memiliki daya autentisitas yang tinggi

Kelemahan :

- dapat menimbulkan sifat rutinitas

- mengasosiasikan dengan praktik diktatorial

- sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga

dapat menimbulkan kekaburan

Logika

Pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang rasional

terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan.

Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang

dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk

memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat

dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada

pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu :

- kejelasan masalah

- orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai

- pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan

konsekuensinya

- preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria

- hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil

ekonomis yang maksimal

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu :

Internal Organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan,

teknologi dan sebagainya

Eksternal Organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi, hukum dan

sebagainya

Ketersediaan informasi yang diperlukan

Kepribadian dan kecapakan pengambil keputusan

15

Page 16: Ilmu Filsafat dan Agama

Generalisasi Yang Benar Dan Yang Salah

Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena

individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis

dengan fenomena individual yang diselidiki

.

Macam-macam Generalisasi

Generalisasi sempurna adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang

menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya setelah kita memperhatikan jumlah hari

pada setiap bulan tahun Masehi kemudian disimpulkan bahwa: Semua bulan Masehi

mempunyai hari tidak lebih dari 31.Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu

jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan. Generalisasi

macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja

tidak praktis dan tidak ekonomis.

Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena

untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum

diselidiki.

Misalnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka

adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa

Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah

generalisasi tidak sempurna.

Falacy of Dramatical Instance

Fallacy of Dramatic Instance berawal dari kecenderungan orang untuk melakukan

apa yang dikenal dengan over-generalisation. Yaitu, penggunaan satu-dua kasus untuk

mendukung argumen yang bersifat general atau umum. Seringkali kesimpulan itu

merujuk pada pengalaman pribadi seseorang.

16

Page 17: Ilmu Filsafat dan Agama

Contoh dari kesalahan berpikir ini adalah sekarang banyak orang miskin di

Indonesia. Berdasarkan kenyataan ini, muncul teori bahwa kemiskinan disebabkan oleh

struktur ekonomi yang timpang. Lalu ketimpangan ini lantas disebut sebagai teori

‘kemiskinan struktural’.

Namun teori ini dibantah oleh contoh lain. Seorang buruh dengan penghasilan

kecil namun punya semangat kewirausahaan tinggi, tekun, dan tabah, akhirnya menjadi

pengusaha rokok yang besar. Artinya, setiap orang yang mau tekun bekerja keras seperti

pengusaha rokok itu, pasti akan menjadi pengusaha besar atau konglomerat.

Itulah akibat dari over-generalisatuon dari sebuah pengalaman pribadi terhadap

kasus-kasus yang lebih luas cakupannya.

17