Ikterus Neonatorum
-
Upload
dian-putra-pepi-lepsi -
Category
Documents
-
view
146 -
download
6
description
Transcript of Ikterus Neonatorum
REFLEKSI KASUS
PENATALAKSANAAN IKTERUS NEONATORUM
Disusun Oleh :Dian Pratama Putra
H2A008012
Pembimbing:dr. Agus Saptanto, Sp. A.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2012
Penatalaksanaan
Ikterus Neonatorum
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk
mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat
menbimbulkan kernikterus atau ensefalopati bilirubin, serta mengobati penyebab
langsung ikterus. Dianjurkan agar dilakukan fototerapi, dan jika tidak berhasil
transfuse tukar dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar maksimum bilirubin
total dalam serum dibawah kadar maksimum pada bayi preterm dan bayi cukup
bulan yang sehat. Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme
bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian
kolesteramin), terapi sinar atau transfusi tukar, merupakan tindakan yang juga
dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin. Dikemukakan pula bahwa obat-
obatan IVIG (Intra Venous Immuno Globulin) dan Metalloporphyrins dipakai
dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi
bilirubin.1,2,3
Tabel Kadar bilirubin indirek maksimum (bayi preterm)2
BB lahir (g) Tidak ada komplikasi Ada komplikasi
< 1000 12-13 10-12
1000-1250 12-14 10-12
1251-1499 14-16 12-14
1500-1999 16-20 15-17
2000-2500 20-22 18-20
Komplikasi: Asfiksia, asidosis, hipoksia, hipotermia, hipoalbuminemia, meningitis, PIV, hemolisis, hipoglikemia atau tanda-tanda kernikterus.
Tabel Kadar bilirubin indirek pada bayi cukup bulan yang sehat.2
Umur (jam) Fototerapi Fototerapi&persiapan transfusi tukar
Transfusi tukar jika fototerapi gagal
< 24 - - -24-48 15-18 25 2049-72 18-20 30 25> 72 20 30 25> 2 Minggu Transfusi tukar Transfusi tukar Transfusi tukar
Fototerapi
Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958.
Banyak teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru
mengemukakan bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin.
Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi
senyawa berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk
isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke
dalam saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltik
usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus.1,5
Gambar 2.4 Prinsip Fototerapi.5
Fototerapi tetap menjadi standar terapi hiperbilirubinemia pada bayi.
Fototerapi yang efisien dapat menurunkan konsentrasi bilirubin serum secara
cepat. Pembentukan lumirubin, komponen yang larut air merupakan prinsip
eliminasi bilirubin dengan fototerapi. Dua faktor yang menentukan rata-rata
pembentukan lumirubin antara lain:3,5
1. Spektrum cahaya
Karena bilirubin adalah pigmen kuning maka lebih mudah mengabsorbsi
cahaya biru (dengan panjang gelombang 450 nm). Oleh karena itu cahaya
biru paling efektif dalam menurunkan hiperbilirubinemia, tetapi
ketegangan pada mata dan kesulitan untuk mendeteksi adanya sianosis
pada bayi membatasi rumah sakit untuk menggunakannya. Gelombang
yang lebih panjang (hijau) dapat menembus kulit lebih dalam dan lebih
efektif berinteraksi dengan bilirubin yang terikat albumin, tetapi cahaya
putih fluoresens adalah yang paling umum digunakan dalam fototerapi.
2. Dosis total cahaya
Dosis cahaya yang masuk atau penyinaran tergantung pada kekuatan
cahaya dan jaraknya dari bayi. Untuk fototerapi standar, delapan bohlam
lampu putih fluoresens digunakan untuk menghantarkan 6 -12 μW/cm2
luas permukaan tubuh yang terpapar tiap nanometer (nm) panjang
gelombang. Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin
sampai dosis saturasi tercapai. Hal ini bisa dicapai dengan memberikan
paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 mW/cm2 per nm
cahaya yang sesuai. Di atas titik saturasi, peningkatan intensitas tidak
memberikan efek tambahan apa-apa.
3. Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin,
tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100
mmol/l. Penurunan sebanyak 50% dapat dicapai dalam 24 jam dengan
kadar bilirubin >15 mg/dL menggunakan cahaya biru yang memiliki
spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin.
4. Faktor lain adalah usia bayi, umur gestasi, berat badan dan etiologi ikterus.
Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan
paling tidak efektif untuk bayi matur yang sangat kecil (gangguan
pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit. Selain
itu, makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi, makin
efektif.
5. Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang
tidak adekuat, sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun
secara terbalik dengan kuadrat jarak), lampu fluoresens yang terlalu panas
menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari
lampu yang tidak tepat. Idealnya, semua ruang perawatan perinatologi
memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif.
Gambar 2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fototerapi.5
Fototerapi yang intensif dapat membatasi kebutuhan akan transfusi tukar.
Fototerapi (penyinaran 11-14 μW/cm2/nm) dan pemberian asupan sesuai
keperluan (feeding on demand) dengan formula atau ASI dapat menurunkan
konsentrasi bilirubin serum > 10 mg/dl dalam 2-5 jam. Saat ini, banyak bayi
mendapatkan fototerapi dalam dosis di bawah rentang terapeutik yang optimal.
Tetapi terapi ini cukup aman, dan efeknya dapat dimaksimalkan dengan
meningkatkan area permukaan tubuh yang terpapar dan intensitas dari sinar.1,5
Bayi yang diterapi dengan fototerapi ditempatkan di bawah sinar (delapan
bohlam lampu fluoresens) dan lebih baik dalam keadaan telanjang dengan mata
tertutup. Temperatur dan status hidrasi harus terus dipantau. Fototerapi dapat
sementara dihentikan selama 1 – 2 jam untuk mempersilahkan keluarga
berkunjung atau memberikan ASI atau susu formula. Waktu yang tepat untuk
memulai fototerapi bervariasi tergantung dari usia gestasi bayi, penyebab ikterus,
berat badan lahir, dan status kesehatan saat itu. Fototerapi dapat dihentikan ketika
konsentrasi bilirubin serum berkurang hingga sekitar 4-5 mg/dl.5
Gambar 2.6 Petunjuk penggunaan fototerapi pada neonatus dengan usia gestasi ≥ 35 minggu.4
Terapi sinar konvensional dan intensif
Secara umum terapi sinar dibagi menjadi terapi sinar konvensional dan intensif.
Terapi sinar konvensional menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm. Cahaya
diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi. Sedangkan fototerapi intensif
menggunakan intensitas penyinaran > 12 μW/cm2/nm dengan area paparan
maksimal.1
Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari
biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes.
Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru,
walaupun pada bayi yang sehat, hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan.
Untuk mengurangi efek ini, digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian
tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap
bagian samping unit.1
Persiapan Unit Terapi sinar
Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan sehingga suhu di
bawah lampu antara 28 0C - 30 0C.
Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik.
Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering):
o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.
o Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun
tabung masih bisa berfungsi.
Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di
sekitar daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya
sebanyak mungkin kepada bayi1.
Pemberian Terapi Sinar :
o Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.
o Bila berat bayi ≥ 2 kg, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada
basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.
o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
o Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak
ikut tertutup. Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip.
o Balikkan bayi setiap 3 jam
o Pastikan bayi diberi makan. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan
ASI ad libitum, paling kurang setiap 3 jam:
- Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan
penutup mata
- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan
lain (contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
o Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa, tingkatkan
volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selama bayi
masih diterapi sinar .
o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan
pindahkan bayi dari terapi sinar .
o Selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih
lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi
khusus.
o Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan. Pindahkan bayi dari
unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa
dilakukan di dalam unit terapi sinar . Bila bayi sedang menerima oksigen,
matikan sinar terapi sinar sebentar untuk mengetahui apakah bayi
mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru)
o Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam.
Bila suhu bayi lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk
sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara
36,5 0C – 37,5 0C.
o Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus:
Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 13mg/dL
Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar,
persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah
sakit tersier atau pusat untuk transfusi tukar. Sertakan contoh darah
ibu dan bayi.
o Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3
hari.
o Setelah terapi sinar dihentikan:
Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum
bila memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan
metode klinis.
Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas
nilai untuk memulai terapi sinar, ulangi terapi sinar seperti yang telah
dilakukan.
o Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik
dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
o Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa
kembali bayi bila bayi bertambah kuning1.
Komplikasi terapi sinar umumnya ringan, sangat jarang terjadi dan reversibel.Tabel Komplikasi terapi sinar.1
Kelainan Mekanisme yang mungkin terjadi
Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil
penyinaran bilirubin
Diare Bilirubin indirek menghambat laktase
Hemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi
eritrosit
Dehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-
100%) karena menyerap energi foton
Ruam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast
kulit dengan pelepasan histamin
Transfusi tukar
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang
dilanjutkan dengan pemasukan darah dari donor dalam jumlah yang sama. Teknik
ini secara cepat mengeliminasi bilirubin dari sirkulasi. Antibodi yang bersirkulasi
yang menjadi target eritrosit juga disingkirkan. Transfusi tukar sangat
menguntungkan pada bayi yang mengalami hemolisis oleh sebab apapun. Satu
atau dua kateter sentral ditempatkan, dan sejumlah kecil darah pasien dikeluarkan,
kemudian ditempatkan sel darah merah dari donor yang telah dicampurkan
dengan plasma. Prosedur tersebut diulang hingga dua kali lipat volume darah telah
digantikan. Selama prosedur, elektrolit dan bilirubin serum harus diukur secara
periodik. Jumlah bilirubin yang dibuang dari sirkulasi bervariasi tergantung
jumlah bilirubin di jaringan yang kembali masuk ke dalam sirkulasi dan rata-rata
kecepatan hemolisis. Pada beberapa kasus, prosedur ini perlu diulang untuk
menurunkan konsentrasi bilirubin serum dalam jumlah cukup. Infus albumin
dengan dosis 1 gr/kgBB 1 – 4 jam sebelum transfusi tukar dapat meningkatkan
jumlah total bilirubin yang dibuang dari 8,7 – 12,3 mg/kgBB, menunjukkan
kepentingan albumin dalam mengikat bilirubin.1
Sejumlah komplikasi transfusi tukar telah dilaporkan, antara lain
trombositopenia, trombosis vena porta, enterokolitis nekrotikan, gangguan
keseimbangan elektrolit, graft-versus-host disease, dan infeksi. Oleh sebab itu
transfusi tukar hanya didindikasikan pada bayi dengan kriteria sebagai berikut:
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir
3. Gagal fototerapi intensif
4. Kadar bilirubin direk > 3,5 mg/dl di minggu pertama
5. Serum bilirubin indirek > 25 mg/dl pada 48 jam pertama
6. Hemoglobin < 12 gr/dl
7. Bayi pada resiko terjadi ensefalopati bilirubin
8. Munculnya tanda-tanda klinis yang memberikan kesan kernikterus pada
kadar bilirubin berapapun
Penggunaan transfusi tukar menurun secara drastis setelah pengenalan
prosedur fototerapi, dan optimalisasi fototerapi lebih lanjut dapat membatasi
penggunaannya.1
Transfusi pengganti digunakan untuk:
1. Mengatasi anemia akibat proses isoimunisasi.
2. Menghilangkan sel darah merah yang tersensitisasi
3. Menghilangkan serum bilirubin
4. Meningkatkan albumin bebas sehingga meningkatkan jumlah bilirubin yang
terikat albumin.
Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar
1. Darah yang digunakan harus golongan O.
2. Gunakan darah baru (usia < 7 hari), whole blood. Kerjasama dengan
dokter kandungan dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan
kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar.
3. Pada penyakit hemolitik rhesus, jika darah disiapkan sebelum persalinan,
harus golongan O dengan rhesus (-), crossmatched terhadap ibu. Bila
darah disiapkan setelah kelahiran, dilakukan juga crossmatched terhadap
bayi.
4. Pada inkompatibilitas ABO, darah donor harus golongan O, rhesus (-) atau
rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya. Crossmatched terhadap ibu dan
bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B. Biasanya
menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB, untuk memastikan
bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul.
5. Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah donor tidak boleh berisi
antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu.
6. Pada hiperbilirubinemia yang nonimun, darah donor ditiping dan
crossmatched terhadap plasma dan eritrosit bayi.
7. Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume
exchange) yaitu sekitar 160 ml/kgBB (dengan asumsi volume darah bayi
baru lahir adalah 80 ml/kgBB, sehingga diperoleh darah baru sekitar 87%.
8. Simple Double Volume. Push-Pull Tehcnique.
Jarum infus dipasang melalui kateter vena umbilikalis atau vena saphena
magna. Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantian.
9. Isovolumetric. Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui
arteri umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah
yang sama.
10. Partial Exchange Tranfusion. Tranfusi tukar sebagian, dilakukan biasanya
pada bayi dengan polisitemia.
11. Di Indonesia, untuk kasus kedaruratan, transfusi tukar pertama
menggunakan golongan darah O rhesus positif.5
12. Setiap 4-8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa
setiap hari sampai stabil.7
Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi:
- Emboli, trombosis
- Hiperkalemia, hipernatremia, hipokalsemia, asidosis, hipoglikemia
- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin
- Perforasi pembuluh darah(1).
Komplikasi tranfusi tukar
- Vaskular: emboli udara atau trombus, trombosis
- Kelainan jantung: aritmia, overload, henti jantung
- Gangguan elektrolit: hipo atau hiperkalsemia, hipernatremia, asidosis
- Koagulasi: trombositopenia, heparinisasi berlebih
- Infeksi: bakteremia, hepatitis virus, sitomegalik, enterokolitis nekrotikan
- Lain-lain: hipotermia, hipoglikemia(1).
Perawatan pasca tranfusi tukar
- Lanjutkan dengan terapi sinar
- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi(1)
Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar :
1. Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan, mintakan
persetujuan tertulis dari orang tua penderita
2. Bayi jangan diberi minum 3 – 4 jam sebelum tindakan. Bila tranfusi harus
segera dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan
menghisapnya.
3. Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering
kompres dengan NaCl fisiologis
4. Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama
jika kadar albumin < 2,5 gr/dL. Diharapkan kapasitas ikatan albumin-
bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko
kernikterus menurun, kecuali ada kontraindikasi atau tranfusi tukar harus
segera dilakukan.
5. Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit,
GDS, hemoglobin, hematokrit, retikulosit, trombosit, kadar bilirubin
indirek, albumin, golongan darah, rhesus, uji coombs direk dan indirek,
kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah.
6. Koreksi gangguan asam basa, hipoksia, dan hipotermi sebelum memulai
tranfusi tukar.
7. Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan
(cek label darah).1
Jumlah Darah Donor yang Dipakai
Jika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 ml/kgBB, 100 ml/kgBB, 150
ml/kgBB dan 200 ml/kgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah
45%, 70%, 85-85% dan 90%.1
Pelaksanaan Tranfusi Tukar
1. Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10–20 mL atau tergantung berat
badan bayi, jangan melebihi 10 % dari perkiraan volume darah bayi
2. Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three
way stopcock. Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai
darah ini karena belum bercampur dengan darah donor
3. Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan.
Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 ml/kgBB/menit
4. Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik, agar beredar
dalam sirkulasi
5. Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai
target transfusi tukar selesai
6. Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran
observasi transfusi tukar
7. Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat
(ACD/PCD) setiap tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10
% intra vena perlahan-lahan. Pemberian tersebut terutama bila kadar
kalsium sebelum tranfusi < 7,5 mg/dL. Bila kadarnya di atas normal maka
kalsium glukonas tidak perlu diberikan. Pemberian larutan kalsium
glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat
dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi atau cardiac arest. Beberapa
peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada
pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda
hipokalsemia
8. Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal
monitoring
9. Setelah transfusi tukar selesai, darah bayi diambil untuk pemeriksaan
pasca transfusi tukar
10. Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang, lakukan jahitan silk purse
string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis. Ketika kateter
dicabut, jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan1.
Gambar 2.7 Pedoman transfusi tukar pada neonatus dengan usia gestasi ≥ 35 minggu.4
Tabel 2.6 Pedoman fototerapi dan transfusi tukar neonatus usia gestasi ≥ 35
minggu.4
Terapi farmakologis
Fenobarbital telah digunakan sejak pertengahan tahun 1960 untuk meningkatkan
konjugasi dan ekskresi bilirubin dengan mengaktivasi enzim glukoronil-
transferase, tetapi penggunaanya kurang efektif. Percobaan yang dilakukan pada
mencit menunjukkan fenobarbital mengurangi metabolisme oksidatif bilirubin
dalam jaringan saraf sehingga meningkatkan resiko efek neurotoksik. Pemberian
fenobarbital akan membatasi perkembangan ikterus fisiologis pada bayi baru lahir
bila diberikan pada ibu dengan dosis 90 mg/24 jam sebelum persalinan atau pada
saat bayi baru lahir dengan dosis 10 mg/kg/24 jam. Meskipun demikian
fenobarbital tidak secara rutin dianjurkan untuk mengobati ikterus pada neonatus
karena:1,5
a. Pengaruhnya pada metabolisme bilirubin baru terlihat setelah beberapa hari
pemberian.
b. Efektivitas obat ini lebih kecil daripada fototerapi dalam menurunkan kadar
bilirubin.
c. Mempunyai pengaruh sedatif yang tidak menguntungkan.
d. Tidak menambah respon terhadap fototerapi.
Beberapa penelitian juga menguji efektivitas dari enzim bilirubin oksidase
yang diperoleh dari fungi. Bilirubin tidak terkonjugasi dimetabolisme oleh enzim
bilirubin oksidase. Ketika darah melalui filter yang mengandung bilirubin
oksidase tersebut maka > 90% bilirubin didegradasi dalam sekali langkah.
Prosedur tersebut terbukti bermanfaat dalam terapi hiperbilirubinemia
neonatorum, tetapi belum diujikan secara klinis. Lebih lanjut, kemungkinan dapat
terjadi reaksi alergi pada penggunaan prosedur tersebut karena enzim diperoleh
dari fungus.1
Pencegahan
Reduksi bilirubin dalam sirkulasi enterohepatik
Bayi baru lahir yang tidak diberi asupan secara adekuat dapat meningkatkan
sirkulasi enterohepatik bilirubin, karena keadaan puasa dapat meningkatkan
akumulasi bilirubin. Peningkatan jumlah asupan oral dapat mempercepat ekskresi
bilirubin, sehingga pemberian ASI yang sering atau asupan tambahan dengan susu
formula efektif dalam menurunkan kadar bilirubin serum pada bayi yang sedang
menjalani fototerapi. Sebaliknya, asupan tambahan dengan air atau dekstrosa
dapat mengganggu produksi ASI, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi
bilirubin.1
Tidak ada obat-obatan atau agen-agen lain yang dapat menurunkan
sirkulasi enterohepatik bilirubin. Pada tikus percobaan, karbon aktif dapat
berikatan dengan bilirubin dan meningkatkan ekskresinya, tetapi efikasi dari
karbon aktif tersebut pada bayi belum pernah diujikan. Pada sebuah penelitian,
penggunaan agar pada bayi yang sedang menjalani fototerapi secara signifikan
dapat menurunkan durasi fototerapi dari 48 jam menjadi 38 jam. Cholestyramine
yang digunakan untuk terapi ikterus obstruktif, dapat meningkatkan ekskresi
bilirubin melalui ikatan dengan asam empedu di dalam intestinal dan membentuk
suatu kompleks yang tidak dapat diabsorbsi.1,5
Inhibisi produksi bilirubin
Metalloporfirin sintetis dapat menghambat produksi bilirubin dengan menjadi
inhibitor kompetitif enzim heme-oksigenase. Pada bayi prematur dengan berat
lahir 1500-2500 gram, dosis tunggal mesoporfirin timah intramuskular (6
μmol/kg) yang diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran dapat menurunkan
kebutuhan fototerapi sebesar 76%, dan menurunkan konsentrasi puncak bilirubin
serum sebesar 41%. Satu-satunya efek yang merugikan adalah eritema sementara
akibat fototerapi. Walaupun tampak sangat menjanjikan, metalloporfirin saat ini
belum disetujui penggunaannya pada bayi baru lahir.1
Pencegahan ensefalopati bilirubin
Sekali bilirubin terakumulasi, peningkatan pH otak dapat membantu mencegah
ensefalopati, karena bilirubin lebih mudah larut dalam suasana alkali. Pada bayi
baru lahir dengan hiperbilirubinemia berat, alkalinisasi yang cukup (pH 7,45 –
7,55) dapat diperoleh dengan infus bikarbonat atau dengan menggunakan strategi
ventilator untuk menurunkan tekanan parsial karbon dioksida sehingga pH
meningkat.1
Indikasi untuk merujuk ke RS4
Ikterus timbul dalam 24 jam kehidupan
Ikterus hingga di bawah umbilikus
Ikterus yang meluas hingga ke telapak kaki harus dirujuk segera karena
kemungkinan membutuhkan transfusi tukar.
Riwayat keluarga dengan penyakit hemolitik yang signifikan atau
kernikterus
Neonatus dengan keadaan umum yang kurang baik
Ikterus memanjang > 14 hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ennery, P., Eidman, A., Tevenson, D., 2001. Neonatal Hyperbilirubinemia. New England Journal of Medicine, Vol. 344, No. 8.
2. Kliegman, Robert M. 2004. Neonatal Jaundice And Hyperbilirubinemia Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB Editors. Nelson Textbook Of Pediatrics. 17Th Edition. Philadelphia, Pennsylvania : Saunders.
3. Etika, R., Harianto, A., Indarso, F., Damanik, Sylviati M. 2004. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Divisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fk Unair/Rsu Dr. Soetomo - Surabaya
4. American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Hyperbilirubinemia. 2004. Management Of Hyperbilirubinemia In The Newborn Infant 35 Or More Weeks Of Gestation. Pediatrics; 114;297-316.
5. Maisels, M. J., & Mcdonagh, Antony F. 2008. Phototherapy For Neonatal Jaundice. New England Journal of Medicine; 358:920-8.
ALGORITMA PENANGANAN IKTERUS NEONATORUM