IKHTISAR - bbpsdmp-medan.kominfo.go.idobjek pemberitaan di media dapat dinilai dari seluruh...
Transcript of IKHTISAR - bbpsdmp-medan.kominfo.go.idobjek pemberitaan di media dapat dinilai dari seluruh...
IKHTISAR
Analisis Isu Publik merupakan hasil penginputan data melalui aplikasi survey analisis isi
media yang kemudian hasil penginputan data tersebut diolah dan dianalisis oleh Tim Analisis
Isu Publik. Rangkuman pernyataan-pernyataan, kebijakan maupun penjelasan pejabat
pemerintah daerah berdasarkan hasil pemantauan Tim melalui surat kabar yang terbit di
Sumatera Utara dan daerah lain yang menjadi wilayah kerja Balai Besar Pengembangan dan
Penelitian Komunikasi dan Informatika Medan. Dari hasil pemantauan tersebut dilakukan
penginputan data, pengolahan data dan analisis data yang menghasilkan suatu Policy Brief.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Balai Besar
Pengembangan dan Penelitian Komunikasi dan Informatika (BBPSDMP Kominfo) Medan telah
menerbitkan Kajian Policy Brief (Analisis Isu Publik). Terbitan ini merupakan hasil penginputan
data dari beberapa surat kabar yang terbit di wilayah kerja BBPSDMP Kominfo Medan yang
memberitakan mengenai kebijakan pemerintah daerah baik itu bidang Ekuin, Kesra dan
Polhukam. Hasil penginputan data kemudian diolah dengan menggunakan SPSS dan dilakukan
analisis.
Pada terbitan Survey Analisis Isu Publik bulan ini, data didapat dari hasil monitoring
media dalam pemberitaan surat kabar terbitan Sumatera Utara yakni Sinar Indonesia Baru,
Analisa, Waspada, Sumut Pos, dan Medan Bisnis.
Medan, April 2018
Kepala BBPSDMP Kominfo Medan,
Drs. Irbar Samekto, M.Si
NIP. 19620919 198903 1 001
TIM KAJIAN POLICY BRIEF/ ANALISIS ISU PUBLIK
BALAI BESAR PENGEMBANGAN DAN PENELITIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MEDAN
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
2018
Pengarah Drs. Irbar Samekto, M.Si
Penanggung Jawab Budiman, S. Sos
Ketua Pelaksana Ratna, S.E, M.S
Wakil Ketua Pelaksana Hukeria Harianja, S.H, M.Hum
Sekretaris Drs. Asril
Penganalisis Budiman, S.Sos Ratna, SE, MS
Moh. Muttaqin, S.T, M.Eng
Pembahas Imron Pribadi, ST, M. Pd
Drs. Jonni Sitorus Drs. Ali Murtadha M. Arifin
Penanda Berita Hukeria Harianja, S.H, M.Hum
Drs. Asril
Penginput Data Pontas Halomoan
Hartalina, SS
Pengolah Data Laili Fahlia, S.E, S.Pd
Pengumpul Data Murniaty Rohana
Toga Panggabean
PENDAHULUAN
Balai Besar Pengembagan dan Penelitian Komunikasi dan Informatika (BBPSDMP
Kominfo) Medan adalah Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penelitian dan
Pengembangan SDM yang berada dibawah dan tanggungjawab Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan SDM dan secara administratif dibina oleh Sekretaris Badan Penelitian dan
Pengembangan SDM. BBPSDMP Kominfo Medan mempunyai tugas melaksanakan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan Informatika serta
pengembangan kapasitas dan peningkatan akses masyarakat di bidang informasi dan
pengetahuan di wilayah perbatasan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 19 Tahun 2017
tanggal 28 September 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan Informatika, wilayah
kerja BBPSDMP Kominfo Medan meliputi tujuh provinsi yaitu: Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera
Utara, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Kalimantan
Barat dan Provinsi Kalimantan Utara.
Sesuai dengan Visi dan Misi BBPSDMP Kominfo Medan, yaitu salah satunya
meningkatkan publikasi hasil-hasil pengkajian komunikasi dan informatika terutama di wilayah
perbatasan, maka dilakukan kajian dengan menggunakan aplikasi media monitoring terhadap
surat kabar terbitan Sumatera Utara dan daerah lain yang menjadi wilayah kerja BBPSDMP
Kominfo Medan dengan melakukan penginputan data, pengolahan data dan analisis data.
Diharapkan kajian ini akan dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan. Kajian dibagi menjadi tiga
bidang, yaitu Ekuin, Kesra dan Polhukam.
DAFTAR ISI
Halaman
IKHTISAR ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
TIM KAJIAN .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BIDANG
KESRA ............................................................................................................................ 2
EKUIN ............................................................................................................................ 8
POLICY BRIEF
Bulan April 2018
Tim Analisis Isu Publik
Balai Besar Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan
Informatika Medan
Analisis isi (content analysis) adalah sebuah penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak pada media massa. Harold D.
Lasswell, pelopor metode ini menggunakan teknik symbol coding yakni mencatat lambang
atau pesan secara sistematis yang kemudian di interpretasi sehingga menjadi angka yang
terukur, yang pada akhirnya menghasilkan sebuah analisis yang terukur juga. Secara umum,
analisis isi merupakan sebuah metode yang meliputi semua analisis mengenai isi teks. Disis
lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus.
Holsti menjelaskan juga bahwa bahwa metode analisis isi adalah suatu teknik untuk
mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan
secara objektif, sistematis dan generalis. Penjelasan metode diatas terkait dengan analisis isi
media menggambarkkan bahwa ragam berita media yang ada akan menjelaskan dan
menggambarkan sebuah opini masyarakat secara umum terkait dengan kondisi yang terjadi.
Kajian analisis isi juga memiliki tujuan tertentu, sesuai dengan target kajian yang diharapkan.
Dalam analisis isi yang dilakukan di lingkungan Balai Besar Pengembangan SDM dan
Penelitian Kominfo (BBPSDMP) Kominfo Medan ini, yang menjadi target analisis isi adalah
terkait dengan pemberitaan media cetak terhadap apa yang telah dan akan dilakukan
pemerintah daerah di wilayah kerja BBPSDMP Kominfo Medan. Kinerja pemerintah sebagai
objek pemberitaan di media dapat dinilai dari seluruh pemberitaan media yang tersebar
dengan menggunakan metode analisis isi media dengan membahas seluruh informasi tertulis
dan tercetak pada media massa yang terbit. Media massa baik cetak maupun online menjadi
sumber data dalam kajian analisis isi media ini. Sebagai syarat teknis agar data yang
digunakan reliable, maka pada kajian analisis isi media ini menggunakan seluruh populasi
media yang terbit pada daerah kajian yang direpresentasikan menggunakan sampel media
yang mewakili seluruh populasi media yang ada. Sedangkan yang menjadi unit analisis adalah
seluruh berita yang memuat informasi terkait dengan kebijakan yang telah dan akan dilakukan
pemerintah pusat dan daerah. Kajian analisis isi yang dilaksanakan ini membagi kategori
berita menjadi 3 (tiga) bidang yakni bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam),
Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (Ekuin).
BIDANG KESRA
Bidang Kesra kembali menjadi bidang berita yang paing dicermati oleh Tim Analisis Isi
Media Kajian Opini Publik BBPSDMP Kominfo Medan pada bulan April 2018.
Perbandingan persentase antar bidang berita ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Persentase bidang berita bulan April 2018
Gambar 1 menunjukkan bidang Kesra menjadi bidang dengan persentase pemberitaan
terbesar dengan persentase 49,5%, diikuti bidang Polhukam dengan persentase 32,5%,
kemudian bidang Ekuin dengan persentase terendah yaitu 18,0%. Persentase berita bidang
ketiga bidang memiliki jarak yang hampir sama yaitu selisih 17% antara bidang Kesra dan
Polhukam, serta 14% antara bidang Polhukam dan Ekuin.
PEMILIHAN TOPIK
Berita-berita yang masuk dalam bidang Kesra dikelompokkan dalam 13 topik. Namun
hanya ada sembilan topik yang muncul dalam pemberitaan di bulan April dengan komposisi
setiap topik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Komposisi topik berita bidang Kesra
49.5
18.0
32.51. Kesejahteraan Rakyat
2. Ekonomi, Keuangan, dan Industri
3. Politik, Hukum dan Keamanan
5.8
6.8
3.4
1.9
12.1
8.7
1.0
3.9
1.0
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
b. Kesehatan
e. Kedaulatan Pangan
f. Lingkungan
g. Tenaga Kerja
h. Infrastruktur
j. Kedaulatan energy (kelangkaan…
k. Maritim dan Kelautan
l. Pembangunan Desa
n. Bencana alam
Berdasarkan Gambar 2, terdapat empat topik dengan persentase komposisi yang cukup
besar yaitu topik infrastruktur (12,1%), topik kedaulatan energi (8,7%), topik kedaulatan
pangan (6,8%), dan topik kesehatan (5,8%). Mengingat situasi yang cukup menjadi perhatian
publik adalah impor beras1 di tengah kondisi Indonesia yang justru diprediksi surplus beras2,
maka topik kedaulatan pangan menjadi menarik untuk dibahas pada edisi April ini. Dengan
pertimbangan tersebut, bidang Kesra pada bulan ini akan mengambil topik kedaulatan pangan.
Berita pada topik kedaulatan pangan yang muncul terbagi menjadi tiga jenis berita.
Berita pertama adalah terkait ancaman gagal panen yang terjadi di beberapa wilayah.
Penyebab kegagalan panen ini antara lain adalah bencana banjir, seperti yang terjadi di areal
persawahan di Aceh Barat Daya maupun di lahan kedelai seluas 60 ha di Rokan Hilir, Riau.
Di Aceh Barat Daya, bencana banjir terjadi akibat meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS)
Krueng Manggeng dan Krueng Tangan-tangan. Akibatnya beras berkualitas bagus menjadi
rusak, patah, dan mengalami perubahan warna di areal persawahan yang mencapau puluhan
ha. Sedangkan di Rokan Hilir, banjir disebabkan curah hujan yang tinggi yang tidak mampu
diatasi oleh sarana irigasi yang ada, sehingga menyebabkan 60 ha kedelai berusia dua bulan
dipastikan rusak dan tidak dapat dipanen. Selain kedelai, ternyata lahan sayuran seluas 10 ha
di dekat lahan kedelai juga dipastikan gagal panen. Kegagalan panen yang lain justru terjadi
karena kondisi sebaliknya, yaitu irigasi yang kering. Peristiwa ini terjadi di hulu irigasi
Gurukinayan dan Torong yang masuk dalam zona merah erupsi Sinabung. Akibatnya lahan
padi sawah dan palawija warga terbengkalai. Di Desa Sukamaju, wilayah Sibolangit, Deli
Serdang, hal yang sama bahkan telah terjadi cukup lama sehingga tanaman padi seluas 200 ha
terlantar hingga tujuh tahun.
Berita selanjutnya adalah pengalihan lahan tanam padi menjadi lahan sawit yang
beramai-ramai dilakukan petani di daerah Bandarkhalifah, Serdang Bedagai. Kondisi sarana
irigasi yang belum memadai, bencana banjir terakhir akibat jebolnya tanggul sungai Padang,
hingga kurangnya perhatian pemerintah menjadi alasan para petani dengan berat hati beralih
meninggalkan aktivitas bersawah yang telah diwarisi turun-temurun menjadi pekebun sawit.
Hal ini tentu menjadi ironi di tengah gerakan pemerintah untuk menggenjot hasil panen padi
untuk mencapai swasembada beras.
Berita terakhir pada topik kedaulatan pangan adalah kondisi ketersediaan bahan pokok di
tengah-tengah masyarakat, terutama menjelang datangnya bulan suci Ramadhan dan hari raya
Idul Fitri. Plt. Sekda Provsu diberitakan melakukan pemeriksaan ketersediaan stok bahan
pokok untuk wilayah Sumatera Utara. Peninjauan lapangan yang dilakukannya bersama tim
dari Kementerian Perdagangan menyatakan stok bahan pokok Sumatera Utara aman untuk
menghadapi Ramadhan
1 Sampai Juni Nanti, Gudang Bulog Akan Dibanjiri Beras Impor. 2 April 2018. http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/04/02/sampai-juni-gudang-bulog-akan-dibanjiri-beras-impor 2 RI Bakal Suplus Beras pada Maret-April 2018. 19 Januari 2018. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3231381/ri-bakal-suplus-beras-pada-maret-april-2018
dan lebaran tahun ini. Kemendag lebih jauh juga telah menetapkan Harga Eceran
Tertinggi (HET) untuk beberapa komoditas seperti daging beku, gula, minyak goreng curah
dan minyak goreng kemasan. Selain itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga,
Kemendag juga menyiagakan bulog untuk siap menyuplai bahan pokok, terutama beras
hingga ke pedagang pasar. Sedangkan di Medan, Walikota melakukan peninjauan di pasar
tradisional sei sikambing dan petisah, serta di satu pasar modern di Jalan Imam Bonjol.
Peninjauan yang diiringi Kapolrestabes Medan serta Kepala Divre Perum Bulog Sumut ini
mengungkap bahwa harga kebutuhan pokok masih stabil dan belum terjadi lonjakan harga di
kota Medan. Kepala Divre Perum Bulog Sumut juga mengungkapkan bulog akan melakukan
operasi pasar dalam seminggu ke depan serta menjamin ketersediaan bahan pokok, tidak
hanya beras, namun juga gula, daging, minyak goreng, tepung terigu dan gula pasir.
Dari ketiga jenis berita topik kedaulatan pangan tersebut, analisis Kesra edisi April
2018 akan difokuskan pada permasalahan kegagalan panen dan peralihan lahan, yang
keduanya tentu mengancam target pencapaian swasembada pangan.
ANALISIS
Belum disahkannya RUU Kedaulatan Pangan yang diinisiasi DPD RI awal tahun 2018
ini menjadikan rujukan regulasi kedaulatan pangan masih mengacu pada UU No. 18 Tahun
2012 tentang Pangan. UU ini memang mencakup upaya pemenuhan kedaulatan pangan yang
diartikan sebagai “hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan
yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk
menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.”
Kebijakan yang saat ini menjadi sorotan terkait kedaulatan pangan adalah apakah impor
pangan (beras) yang dilakukan pemerintah melalui Kemendag memang merupakan upaya
yang diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (2) yang menyatakan “Impor Pangan Pokok hanya
dapat dilakukan apabila Produksi Pangan dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional tidak
mencukupi”. Keran impor beras yang telah dibuka sejak Januari, mulai masuk sejak akhir
Februari dan diperkirakan akan terus membanjiri gudang bulog hingga Juni, menjadi
pertanyaan karena pada kurun waktu pemutusannya negara tidak dalam kondisi “terancam”
memenuhi kebutuhan pangan nasional, terutama pangan pokok. Bahkan sejak Januari, negara
bersiap untuk menyambut swasembada beras yang diperkirakan mencapai puncaknya pada
April 2018 ini3. Sehingga kebijakan ini menjadi sorotan nasional hingga Mendag beberapa
kali menerima panggilan dari DPR karena kebijakannya dapat merugikan petani lokal. Yang
menarik adalah Menteri Perdagangan pernah
3 Sampai Juni Nanti, Gudang Bulog Akan Dibanjiri Beras Impor. 2 April 2018. http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/04/02/sampai-juni-gudang-bulog-akan-dibanjiri-beras-impor
menyatakan pada November 2017 bahwa stok beras aman hingga Mei 20184, namun
ketika menjawab pertanyaan DPR tentang impor beras pada Januari 2018 ia menyatakan
kekhawatiran akan stok beras dan ketidakstabilan harga5. Kemendag juga silang pendapat
dengan Kementan yang menyatakan stok beras nasional cukup.6 Maksud baik kemendag
menjaga stok nasional dan stabilitas harga memang harus diapresiasi, namun ketepatan waktu
kebijakan ini juga harus diseksamai bersama jangan sampai merugikan petani lokal. Jika
swasembada beras tercapai dan stok beras nasional harus bersaing dengan beras impor, maka
negara telah mengorbankan petaninya sendiri untuk menyerap produk pertanian negara lain
dan menumbuhkan ekonomi mereka. Kemendag dan Kementan harus segera duduk bersama
memastikan situasi mana yang sebenarnya sedang terjadi (stok pangan terancam atau surplus)
dan memutuskan kebijakan yang tepat.
Jika pada bulan April mulai muncul pemberitaan mengenai ancaman gagal panen,
seperti telah dijelaskan pada bagian pemilihan topik, maka harus diperiksa apakah kegagalan
ini menggejala secara nasional sehingga mempengaruhi stok pangan nasional, atau hanya
terjadi di wilayah tertentu saja. Bahkan jika ancaman kegagalan panen terjadi menggejala,
menjawab permasalahan ini dengan impor pangan pokok juga terlalu terburu-buru. Karena
dalam Pasal 22 ayat (2), disebutkan bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban
mengantisipasi dan menanggulangi ancaman Produksi Pangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melalui bantuan teknologi dan regulasi.” Langkah ini semestinya lebih diutamakan
dahulu, alih-alih langsung mengambil kebijakan impor yang terkesan sebagai “jalan pintas”.
Sementara terkait peralihan lahan pertanian menjadi lahan lain yang tidak termasuk pangan
pokok (bahkan bukan tanaman pangan) seperti sawit misalnya, sebenarnya juga merupakan
penyebab semakin tergerusnya stok pangan nasional. Masih dalam Pasal yang sama (Pasal 22)
ayat (1), alih fungsi penggunaan lahan merupakan satu dari sembilan ancaman produksi
pangan nasional. Dalam UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan dijelaskan bahwa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang
lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
Agar suatu lahan yang menanam tanaman pangan mendapat proteksi maksimal dari UU ini,
maka lahan tersebut perlu diinventarisasi dan ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Tanaman
Pangan berkelanjutan. Dalam Bagian Penetapan dijelaskan bahwa setelah melalui serangkaian
proses perencanaan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan
4 DPR akan panggil pemerintah soal impor beras . 17 Januari 2018. https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/dpr-akan-panggil-pemerintah-soal-impor-beras/1033425 5 Di DPR, Mendag Jelaskan Alasan di Balik Keputusan Impor Beras. 18 Januari 2018. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3821171/di-dpr-mendag-jelaskan-alasan-di-balik-keputusan-impor-beras 6 Polemik Impor Beras, DPR Panggil Menteri Perdagangan. 18 Januari 2018. https://bisnis.tempo.co/read/1051639/polemik-impor-beras-dpr-panggil-menteri-perdagangan
nasional, maka lahan-lahan tersebut ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dimuat dalam RPJP, RPJM dan RKP (Pasal 17) dan Rencana Tata Ruang
Wilayah (Pasal 23). Setelah ditetapkan, maka pemerintah memiliki kewajiban untuk
melaksanakan langkah-langkah pengembangan (pasal 27) yang terdiri dari langkah
intensifikasi (Pasal 28) meliputi:
a. peningkatan kesuburan tanah;
b. peningkatan kualitas benih/bibit;
c. pendiversifikasian tanaman pangan;
d. pencegahan dan penanggulangan hama tanaman;
e. pengembangan irigasi;
f. pemanfaatan teknologi pertanian;
g. pengembangan inovasi pertanian;
h. penyuluhan pertanian; dan/atau
i. jaminan akses permodalan.
Dan ekstensifikasi (Pasal 29) yang meliputi:
a. pencetakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. penetapan lahan pertanian pangan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
dan/atau
c. pengalihan fungsi lahan nonpertanian pangan menjadi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Jika diperhatikan, amanat UU tersebut untuk menjaga kedaulatan pangan nasional sangat rigid
dan menyeluruh. Namun jika dikaitkan dengan pemberitaan tentang petani pangan yang
beralih menjadi pekebun sawit karena berkali-kali gagal panen karena bencana serta
kurangnya perhatian dari pemerintah maka terasa ada yang salah dengan realisasi regulasinya.
Dugaan pertama, lahan pertanian pangan yang telah digarap sejak lama tersebut tidak kunjung
ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, sehingga tidak masuk dalam
perencanaan dan mustahil mendapat perhatian pemerintah melalui serangkaian tahapan
pengembangan, khususnya intensifikasi. Dugaan kedua, lahan-lahan tersebut telah terdaftar,
namun amanat UU untuk langkah pengembangan tidak dijalankan sebagaimana mestinya oleh
instansi pemerintah terkait, sehingga petani merasa sebaiknya mengalihfungsikan lahan saja,
untuk bertahan hidup. Jika alih fungsi dilakukan terhadap lahan yang telah terdatftar di luar
ketentuan yang dibenarkan (pasal 44 ayat (2)), maka petani akan mendapat dampak yang
tidak mengenakkan yaitu sanksi pidana (pasal 72). Bahkan pihak berwenang yang
mengeluarkan izin alih fungsi tidak sesuai ketentuan juga dapat dipidana (pasal 73), karena
pada dasar Lahan Pertanian Pangan berkelanjutan terlarang untuk dialihfungsikan (Pasal 44
ayat (1)). Pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat harus lebih serius lagi menjalankan
langkah perencanaan untuk memastikan lahan-lahan potensial tercatat sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan, memuatnya dalam RTRW, RPJP, RPJM, dan RKP.
Kemudian pemerintah perlu memberi perhatian serius dalam tahap pengembangan sebagai
amanat UU, terutama dalam langkah intensifikasi. Dengan
lebih menyeriusi langkah-langkah ini, pembangunan pertanian kita akan mengarah
kepada kesejahteraan petani, keamanan stok pangan nasional, dan terwujudnya kedaulatan
pangan.
KESIMPULAN
1. Kedaulatan pangan menjadi bahasan penting ditengah polemik antara Kementerian
Perdagangan yang sebelumnya menyataka stok pangan nasional aman, namun kemudian
melakukan impor dengan alasan menstabilkan harga dan menjaga stok nasional. Di sisi
lain kementerian pertanian menyatakan stok pangan nasional justru aman, sementara
DPR mengkhawatirkan membanjirnya pangan pokok impor akan memukul petani lokal
yang segera melaksanakan panen raya dan diprediksi akan mencapai swasembada pangan
pokok (beras).
2. Dalam pemberitaan April 2018 mengenai kedaulatan pangan dilaporkan beberapa lahan
pangan terancam gagal panen, sementara di daerah lainnya petani beramai-ramai
berencana mengalihfungsikan lahan pertanian pangan mereka menjadi kebun sawit. Hal
ini disebabkan petani senantiasa rugi akibat bencan yang terjadi (banjir) serta kurangnya
perhatian pemerintah terhadap petani.
3. Dalam UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, impor merupakan salah satu solusi untuk
menjaga stok nasional (Pasal 36 ayat (2)). Namun, dalam UU yang sama ditegaskan
bahwa pemerintah berkewajiban mengatasi ancaman produksi pangan dengan teknologi
dan regulasi (Pasal 22 ayat (1)).
4. Kegagalan panen disejumlah daerah harus diperiksa apakah memang mengganggu
agenda pencapaian swasembada pangan nasional, atau tidak. Jikapun benar, maka solusi
pasal 22 ayat (1) harus dijalankan dulu, sedangkan solusi pasal 36 ayat (2) adalah solusi
akhir yang harus diputuskan ekstra hati-hati. Selain itu simpang siur kondisi pangan
nasional harus segera diselesaikan oleh Kemendag dan Kementan, apakah situasi nasional
sebenarnya kekurangan stok pangan sehingga dipecahkan dengan impor, atau justru
surplus, sehingga masuknya pangan pokok impor justru akan menyaingi produk pangan
pokok lokal yang melimpah. Jangan sampai kita membantu ekonomi negara eksportir
pangan dengan membunuh potensi ekonomi agraris negeri sendiri.
5. Sementara dalam kasus pengalihfungsian lahan pertanian pangan yang telah digarap
bertahun-tahun dan turun temurun, pemerintah perlu mencermati hal ini sebagai ancaman
bagi produksi pangan nasional. Pemerintah perlu melaksanakan amanat UU No. 41
Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Pemerintah
perlu giat dalam melaksanakan tahap Perencanaan kemudian memberi perhatian kepada
para petani melalui pelaksanaan Tahap Pengembangan, terutama intensifikasi. Alihfungsi
semestinya tidak mudah dilakukan, dan dilindungi dengan ketentuan yang sangat ketat
(pasal 44).
BIDANG EKUIN
Dalam analisis isi media yang dilakukan BBPSDMP Kominfo Medan pada bulan April
2018 ini terlihat pada Gambar. 1 dibawah ini.
Gambar 1. Persentase Bidang Berita Bulan April 2018
Gambar. 1 menunjukkan bidang Kesra mendapat porsi pemberitaan terbesar yakni
49,5%, selanjutnya adalah bidang Polhukam dengan pemberitaan sebesar 32,5% dan bidang
Ekuin sebesar 18,0%.
Pada bidang Ekuin bulan Maret 2018 berita mengenai ekonomi mikro yakni perilaku
konsumen, industri, penentuan harga pasar dan produksi barang jasa mendapat persentase
sebesar 12,6%, pemberitaan mengenai ekonomi makro sebesar 3,4 % dan pemberitaan
mengenai pariwisata sebesar 1,5% seperti yang ditunjukkan oleh Gambar. 2 berikut ini.
Gambar 2. Komposisi topik berita bidang Ekuin
Hasil Kajian Analisis Isi Medan bulan April 2018 bidang ekuin memunculkan beberapa
topik utama diantaranya topik yang berkaitan dengan ekonomi mikro, kegiatan pariwisata dan
ekonomi makro. Untuk ekonomi mikro, media banyak memberitakan mengenai sejumlah
pangan mengalami penurunan harga. Sejumlah komoditi pangan di pasar tradisional Sumatera
49.5
18.0
32.5 1. Kesejahteraan Rakyat
2. Ekonomi, Keuangan,dan Industri
3. Politik, Hukum danKeamanan
1.5
12.6
3.4
a. Pariwisata
b. Ekonomi Mikro(Perilaku konsumen,industry, penentuan hargapasar, produksi barangdan jasa)
Utara mengalami penurunan harga pada akhir April 2018 ini, hal ini dikarenakan pasokan
kebutuhan tersebut masih banyak untuk tingkat pedagang. Tim Pemantau Harga Pangan
Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan menjelang bulan Ramadhan 2018 ini,
pasokan pangan terus meningkat sehingga diharapkan saat bulan puasa harga tetap terkendali
dan tidak mengakibatkan inflasi.
Harga sejumlah kebutuhan pokok di Sumut bulan April ini mengalami penurunan yang
sangat tajam. Harga cabai merah yang sebelumnya sempat bertahan di kisaran Ro 40 ribu
perKg, saat ini dijual hanya kisaran Rp. 25 ribu perKg. Penurunan harga juga berlaku untuk
cabai rawit, bawang merah, bawang putih dan komoditas lainnya. Namun selama bulan April
ini terdapat beberapa komoditas yang tidak mengalami perubahan harga seperti beras, telur,
daging ayam dan sayur mayur.
Hal lain yang menjadi topik pemberitaan bidang ekuin adalah pemberdayaan ekonomi
digital dan UKM yang dilakukan oleh Pemko Medan. Pemko Medan melihat peluang
ekonomi digital sebagai salah satu cara untuk mengurangi angka pengangguran yang semakin
tinggi saat ini. Bebagai regulasi harus diberdayakan, bagaimana agar ekonomi digital bisa
hidup di Medan. Saat ini masyarakat sudah semakin melek internet dan hal ini merupakan
modal sosial yang cukup besar untuk pemberdayaan ekonomi digital dan UKM. Kemajuan
teknologi informasi membuat arus informasi mengalir deras dan sekaligus memangkas biaya-
biaya transaksi. Pemanfaatan teknologi internet juga telah mengubah mindset pelaku bisnis
kearah yang lebih global tanpa harus dibatasi oleh letak geografis dan kondisi. Terjadi
perubahan paradigma dan pola pikir dalam pemberdayaan ekonomi konvensional kearah
ekonomi digital. Yang dimaksud ekonomi digital adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan
dengan memanfaatkan jaringan internet sebagai alat komunikasi, informasi dan transaksi
elektronik.
Sektor lain yang perlu terus diberdayakan dalam meningkatkan potensi perekonomian di
Kota Medan adalah pemberdayaan UKM. Akses permodalan kepada pelaku UKM harus
dilakukan dengan tujuan mereka bisa berdaya. Disamping itu bimbingan dan arahan harus
dilakukan kepada pelaku UKM agar bisa menjadi soko guru perekonomian Medan. BUMD
bisa diberdayakan untuk menambah PAD Kota Medan dan membuka lapangan kerja. Apabila
BUMD Kota Medan dikelola dengan profesional maka pertumbuhan ekonomi akan semakin
baik. Disamping diperlukan upaya kolaborasi swasta, pemerintah dan masyarakat sangat
diharapkan untuk meningkatkan potensi perekonomian masyarakat. Kita mengharapkan
pertumbuhan ekonomi yang kondusif bisa dipertahankan agar pembangunan bisa lebih baik
dan angka pengangguran bisa ditekan.
Pemerintah sedapat mungkin memperhatikan sektor usaha kecil mikro dan menengah
(UMKM) untuk membantu pergerakan ekonomi ke arah positif. Karena berdasarkan
pengalaman kita selama ini, kita dapat melihat bahwa saat mata uang dunia perkasa berimbas
pada rupiah, perekonomian UMKM dapat membantu rupiah tetap stabil. Demikian pula
halnya di Sumatera Utara yang menjadi wilayah kerja BBPPKI Medan, sektor UMKM di
Sumatera Utara hendaknya dapat terus memperoleh stimulus baik itu stimulus dari
Pemerintah maupun sektor swasta untuk semakin menggerakkan pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara. Pembinaan terhadap UMKM juga mutlak diperlukan dengan memberi
bantuan kepada para pelaku usaha mulai dari petani, nelayan, pedagang dan pelaku usaha
lainnya. Pemerintah juga dapat memberi akses yang lebih luas kepada para pelaku UMKM
untuk permodalan dan pembinaan manajemen disamping pihak Perbankan di Sumatera Utara
diharapkan dapat lebih bersinergi dengan Pemerintah dalam hal permodalan guna membantu
menggerakkan sektor UMKM ini.
KESIMPULAN .
Berdasarkan pemaparan data kajian analisis isu publik bulan April 2018 dengan total
sampel sebagai unit analisis bidang ekonomi, keuangan dan industri (ekuin) dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengembangan sektor UMKM perlu terus ditingkatkan agar dapat dijadikan sumber
pertumbuhan ekonomi mengingat sektor UMKM ini relatif kuat dalam menghadapi
ancaman krisis perekonomian.
2. Potensi UMKM di Sumatera Utara yang cukup prospektif sebenarnya memberi ruang
bagi pengembangan UMKM oleh perbankan di Sumatera Utara melalui penyaluran
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
REKOMENDASI
1. Pemerintah sedapat mungkin memperhatikan sektor usaha kecil mikro dan menengah
(UMKM) untuk membantu pergerakan ekonomi ke arah positif. Pembinaan terhadap
UMKM juga mutlak diperlukan dengan memberi bantuan kepada para pelaku usaha
mulai dari petani, nelayan, pedagang dan pelaku usaha lainnya.
2. Pemerintah juga dapat memberi akses yang lebih luas kepada para pelaku UMKM untuk
permodalan dan pembinaan manajemen disamping pihak Perbankan di Sumatera Utara
diharapkan dapat lebih bersinergi dengan Pemerintah dalam hal permodalan guna
membantu menggerakkan sektor UMKM ini.
PENGOLAHAN DATA ANALISIS ISI MEDIA
BULAN APRIL 2018
1. Jenis Media
2. Nama Surat Kabar
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
1. Cetak 2. Online
99.0
1.0
28.6
3.9
28.6
22.8
16.0
Analisa
Medan Bisnis
Sinar Indonesia Baru
Sumut Pos
Waspada
3. Penempatan Berita
4. Posisi di Headline
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Headline
Halaman depan
Halaman tengah
Halaman belakang
2.9
13.1
82.5
1.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
a. utama
b. Kolom Opinii. Lainnya
3.4
.51.0
5. Format Berita
6. Sifat Berita
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
1. Laporan / Liputan2. Editorial / Pojok;
Kolom 3. Opini
97.6
1.0
1.5
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0
1. Argumentatif
2. Deskriptif
4. Informatif
1.5
50.0
48.5
7. Bidang Berita
8. Bidang Berita: Kesejahteraan Rakyat
49.5
18.0
32.5 1. Kesejahteraan Rakyat
2. Ekonomi, Keuangan,dan Industri
3. Politik, Hukum danKeamanan
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0
b. Kesehatan
e. Kedaulatan Pangan
f. Lingkungan
g. Tenaga Kerja
h. Infrastruktur
j. Kedaulatan energy (kelangkaan…
k. Maritim dan Kelautan
l. Pembangunan Desa
n. Bencana alam
5.8
6.8
3.4
1.9
12.1
8.7
1.0
3.9
1.0
9. Bidang Berita: Ekuin
10. Bidang Berita: Polhukam
1.5
12.6
3.4
a. Pariwisata
b. Ekonomi Mikro(Perilaku konsumen,industry, penentuan hargapasar, produksi barangdan jasa)
c. Ekonomi Makro(Pendapatan nasional,investasi, kesempatankerja dan inflasi)
.02.04.06.08.0
10.012.0
.5
4.4
10.2
.5
5.8
.5 .5 .53.4 4.9
1.0
11. Topik Berita Menurut Kategori Pemerintah
12. Cakupan Permasalahan Dalam Berita
1.0
43.2
52.9
2.9
1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Provinsi.
3. PemerintahKabupaten/ Kota
4. Pemerintah Pusat danpemerintah daerah(prov/kab/ko)
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
1. Lokal
2. Regional
3. Nasional
4. Internasional
52.4
44.2
2.9
.5
13. Sumber Informasi Utama/Dominan Berita
14. Sumber Informasi Lainnya
1. Eksekutif:Presiden,
WakilPresiden dst
2. Yudikatif:Pejabat
Peradilan;Jaksa Agung
3. Legislatif4. Media:Wartawanitu sendiri.
5.Masyarakat:
Anggotamasyarakat,LSM, Tokohmasyarakat
30.1
4.4
47.6
5.8 12.1
1. Eksekutif: Presiden, Wakil Presiden dst
2. Yudikatif: Pejabat Peradilan; JaksaAgung
3. Legislatif
4. Media: Wartawan itu sendiri.
5. Masyarakat: Anggota masyarakat,LSM, Tokoh masyarakat
25.2
6.8
2.4
2.9
16.0
15. Tone Berita Secara Keseluruhan
16. Keberimbangan Berita
51.548.51. Mendukung (Positif)
3. Tidak berpihak (Netral)
100.0
2. Liputan Dua Sisi (Both Side Coverage)