II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN...

31
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan atau suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi semua bagian biosfer yang dapat dianggap tetap ataupun bersifat siklis yang terdapat di atas dan di bawah wilayah tersebut, yaitu tanah, batuan induk, relief, hidrologi, hewan dan tumbuhan, atmosfer, , dan segala akibat yang bisa muncul oleh aktivitas manusia baik di masa yang lalu maupun sekarang; yang keseluruhannya dapat berpengaruh terhadap penggunaan lahan yang dilakukan oleh manusia baik pada saat sekarang maupun di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa lahan mempunyai cakupan yang lebih luas dari pada tanah (soil), atau dengan kata lain tanah merupakan bagian dari lahan. Sedangkan tanah sendiri bermakna sebagai benda alami yang mempunyai tiga dimensi (yaitu panjang, lebar, dan tinggi) yang terdapat di permukaan kulit bumi di bagian atas dan memiliki sifat yang berbeda dari lapisan yang ada di bawahnya sebagai hasil kerja interaksi antara iklim, bahan induk, relief dan kegiatan organisme selama masa tertentu (Arsyad, 1989). 2.2 Lahan sebagai Sumberdaya Rees (1990) diacu oleh Fauzi (2004), menyampaikan bahwa sesuatu untuk dapat disebut sebagai sumberdaya harus: 1. ada pengetahuan, keterampilan untuk memanfaatkannya atau teknologi dan 2. pada sumberdaya tersebut harus ada permintaan (demand). Definisi sumberdaya terkait dengan kegunaaan atau usefulness, baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang bagi umat manusia. Sumberdaya dalam pengertian umum adalah sesuatu yang dapat dipandang mempunyai nilai ekonomi. Dapat pula disebut bahwa sumberdaya merupakan komponen

Transcript of II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN...

Page 1: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

8

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lahan

Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan atau suatu wilayah yang

terdapat di permukaan bumi, meliputi semua bagian biosfer yang dapat dianggap tetap

ataupun bersifat siklis yang terdapat di atas dan di bawah wilayah tersebut, yaitu tanah,

batuan induk, relief, hidrologi, hewan dan tumbuhan, atmosfer, , dan segala akibat yang bisa

muncul oleh aktivitas manusia baik di masa yang lalu maupun sekarang; yang

keseluruhannya dapat berpengaruh terhadap penggunaan lahan yang dilakukan oleh

manusia baik pada saat sekarang maupun di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973;

dan FAO, 1976).

Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa lahan mempunyai cakupan yang lebih luas dari

pada tanah (soil), atau dengan kata lain tanah merupakan bagian dari lahan. Sedangkan

tanah sendiri bermakna sebagai benda alami yang mempunyai tiga dimensi (yaitu panjang,

lebar, dan tinggi) yang terdapat di permukaan kulit bumi di bagian atas dan memiliki sifat

yang berbeda dari lapisan yang ada di bawahnya sebagai hasil kerja interaksi antara iklim,

bahan induk, relief dan kegiatan organisme selama masa tertentu (Arsyad, 1989).

2.2 Lahan sebagai Sumberdaya

Rees (1990) diacu oleh Fauzi (2004), menyampaikan bahwa sesuatu untuk dapat

disebut sebagai sumberdaya harus: 1. ada pengetahuan, keterampilan untuk

memanfaatkannya atau teknologi dan 2. pada sumberdaya tersebut harus ada permintaan

(demand). Definisi sumberdaya terkait dengan kegunaaan atau usefulness, baik untuk masa

sekarang maupun masa mendatang bagi umat manusia.

Sumberdaya dalam pengertian umum adalah sesuatu yang dapat dipandang

mempunyai nilai ekonomi. Dapat pula disebut bahwa sumberdaya merupakan komponen

Page 2: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

9

dari ekosistem yang menyediakan baik barang maupun jasa yang berguna bagi kebutuhan

manusia. Sumber daya alam digolongkan menjadi dua golongan. Yang pertama adalah

sumberdaya alam yang terbarukan sedangkan golongan kedua adalah sumberdaya alam

yang tidak terbarukan. umberdaya yang terbarukan (renewable) disebut juga kelompok stok.

Sumberdaya alam yang tidak dapat terbarukan atau juga sering disebut dengan sumber

daya yang dapat habis (depletable) adalah sumberdaya alam yang tidak mempunyai

kemampuan untuk regenerasi secara biologis. Sumberdaya alam semacam ini dibentuk

dengan melewati proses geologi, sehingga memerlukan waktu sangat lama agar dapat

dijadikan sebagai sumberdaya alam yang siap pakai atau siap diolah. Eksploitasi terhadap

sumberdaya ini akan menghabiskan cadangan sumberdaya. Apa yang kita manfaatkan

sekarang tidak mungkin lagi tersedia di masa mendatang. Kelompok sumberdaya yang ke

dua adalah sumberdaya yang terbarukan (renewable). Sumberdaya ini juga disebut dengan

“flows”. Pada jenis sumberdaya ini jumlah kuantitas fisik berubah sepanjang waktu. Berapa

banyak jumlah sumberdaya yang dimanfaatkan sekarang, bisa berpengaruh ataupun tidak

pada ketersediaaan sumberdaya di masa mendatang. Pada kelompok sumberdaya ini ada

yang regenerasinya bergantung pada proses biologi ada yang tidak.

Lahan mempunyai produktifitas untuk dapat menghasilkan bahan nabati, dan dari

hasil bahan nabati selanjutnya dihasilkan bahan hewani. Lahan mempunyai daya tumpu,

sebagai bahan mentah pembuatan aneka barang, mempunyai daya serap terhadap cairan.

Disamping itu lahan merupakan penyalur sebagian air hujan untuk mengisi air lahan

sehingga lahan merupakan sumber daya serba guna yang dapat memenuhi kebutuhan

kebendaan serta kejiwaan dan juga menjadi penyangga sumber daya lain. Oleh karena itu

lahan memenuhi kriteria sebagai sumberdaya, maka istilah sumberdaya lahan (land

resource) dapat digunakan.

Daya dukung lahan semakin menurun dengan meningkatnya penduduk yang cepat.

Dalam upaya memuaskan kebutuhan ataupun keinginan manusia yang senantiasa

Page 3: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

10

berkembang juga untuk memacu pertumbuhan ekonomi, pengelolaan terhadap sumberdaya

lahan seringkali menjadi kurang bijaksana dan tidak lagi mempertimbangkan aspek

keberlanjutannya (hanya untuk jangka pendek) sehingga kelestarian daya dukung lahan

menjadi terancam. Tanah sebagai sumberdaya alam sebenarnya mempunyai sifat tidak

dapat diperbaharui. Oleh karena itu sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi akan

berkurang dan manusia menjadi semakin bergantung pada sumberdaya lahan marginal

(kualitas lahan rendah). Ini berimplikasi pada semakin menjadi berkurangnya ketahanan

pangan, intensitas dan tingkat pencemaran yang berat juga kerusakan lingkungan lainnya.

Sebagai akibatnya, secara keseluruhan aktifitas kehidupan menjadi cenderung mengarah

pada sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung lahan yang

menurun. Di sisi lain, permintaan terhadap sumberdaya lahan senantiasa meningkat

sebagai akibat tekanan pertambahan penduduk dan juga peningkatan konsumsi per kapita.

2.3 Kondisi Biofisik Dataran Tinggi.

Dataran tinggi memiliki tanah dalam pengaruh aktivitas gunung berapi, baik yang

masih aktif maupun tidak. Daerah ini biasa ditanam tanaman sayuran oleh petani dan

merupakan bagian hulu suatu daerah aliran sungai atau disingkat dengan istilah DAS.

Secara umum jenis tanah yang ada yaitu Andisol dan Entisol, biasa ditemui pada ketinggian

1.000 m dpl, serta Inceptisol pada ketinggian 700-1.000 m dpl. Tanah yang terbentuk dari

bahan vulkan ini mempunyai bahan organik dan kandungan fosfor yang tinggi. Pada

umumnya jenis tanah Andisol mempunyai kapasitas tukar kation atau KTK yang tergolong

tinggi. Sifat-sifat fisik tanah Andisol umumnya baik dengan struktur remah atau gembur

(friable) sampai lepas (loose), mempunyai kedalaman tanah (solum) dalam, porositas tinggi

dan drainase baik, kesuburan tanah pada wilayah ini tergolong tinggi.

Dataran tinggi memiliki topografi dengan relief wilayah bergelombang, berbukit sampai

bergunung. Curah hujan pada daerah ini termasuk tinggi yaitu kurang lebih 2000 mm

Page 4: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

11

pertahun. Dengan kondisi alami seperti ini daerah dataran tinggi berpotensi terjadi erosi.

Kondisi dataran tinggi dengan curah hujan yang tinggi, temperatur yang cukup sejuk (< 22oC)

merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan tanaman sayuran dataran tinggi. Oleh karena

itu pada umumnya daerah dataran tinggi merupakan sentra produksi tanaman sayuran.

Tabel 2. 1. Sifat fisik dan kimia tanah beberapa daerah hulu (dataran tinggi)

Sifat Tanah

Hydric

Dystrandepts

Segunung-Jabar

Ultric Hapludands

Batulawang-Jabar

Typic Melanudands

Pengalengan-Jabar

Sifat fisik tanah

Berat vol (g cm-3) 0,85 0,80 0.70

Porositas tanah (%

vol)

- 62,1 68,5

Pasir (%) 44 23 27

Debu (%) 37 48 54

Liat (%) 19 29 19

Sifat Kimia tanah

C-organik (%) 5,72 4,2 8,2

N-total (%) 0,68 0,4 0,5

P2O5 (mg 100 g-1) 242 173 -

KTK (me 100 g-1) - - -

Sumber: Undang Kurnia et al. 2000

Pengelolaan lahan pada budidaya tanaman sayuran di dataran tinggi pada umumnya

sederhana dan masih bersifat tradisional, yang dicirikan oleh penggunaan benih ataupun bibit

yang kurang bermutu, sehingga menyebabkan produktivitasnya terus menurun. Dalam

budidaya sayuran, baik yang dilakukan di dataran rendah maupun di dataran tinggi, petani

mengerjakan usahataninya dalam guludan atau bedengan selebar 0,7-1,2 m. Bedengan atau

guludan (raised bed) dibuat agar pelaksanaan penanaman, pemeliharaan, dan panen lebih

mudah. Disamping itu, agar menjaga kondisi aerasi tanah agar tetap baik, di antara guludan

atau bedengan biasanya dibuat saluran drainase atau parit. Pada lahan kering berlereng di

dataran tinggi, bedengan atau guludan umumnya dibuat tidak sesuai dengan kaidah-kaidah

konservasi tanah yang semestinya. Bedengan atau guludan dibuat memanjang mengikuti

arah lereng, sehingga tanah di dalam bedengan atau guludan mudah tererosi (Gambar 2.1).

Page 5: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

12

Gambar 2. 1. Pembuatan bedengan yang searah lereng di dataran tinggi (foto : Lestari, 2010)

2.4 Sistem Bertanam dan Erosi di daerah hulu

DAS Bagian hulu pada umumnya merupakan sentra produksi sayuran, dan budidaya

tanaman sayuran pada lahan yang berlereng curam di DAS bagian hulu seringkali dilakukan

tidak sesuai dengan kaidah konservasi. Petani menanam sayuran dengan bedengan atau

guludan searah dengan kemiringan lahan (kelerengan). Hal tersebut dilakukan karena

petani tidak ingin populasi tanaman berkurang, mudah dalam pemeliharaan, panen dan tidak

menambah tenaga kerja. Penanaman sayuran searah kontur akan mengurangi jumlah

tanaman yang ditanam, lebih sulit dalam pemeliharaan, panen dan memerlukan lebih

banyak tenaga kerja. Sifat tanah dataran tinggi yang remah atau gembur sangat rentan

terhadap terjadinya erosi pada saat musim hujan.

Erosi tanah merupakan peristiwa terangkutnya partikel tanah dari satu tempat

menuju ke tempat lain oleh air maupun angin (Arsyad, 1976). Pada prinsipnya ada tiga

bagian proses yang penyebab erosi yakni 1) pelepasan (detachment) dari partikel tanah, 2)

Page 6: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

13

pengangkutan (transportation), dan 3) pengendapan (sedimentation). Erosi mengakibatkan

hilangnya tanah lapisan bagian atas atau top soil dan unsur hara yang sangat berperanan

bagi pertumbuhan tanaman. Erosi oleh air hujan menjadi penyebab utama terjadinya

degradasi lahan di Indonesia.dan daerah tropis lainnya.

Lahan di daerah berlereng (dataran tinggi) mempunyai risiko terkena rerosi lebih

besar daripada lahan di daerah datar (dataran rendah). Ini disebabkan daerah berlereng itu

tidak stabil akibat pengaruh kemiringan, dan air hujan yang jatuh memukul permukaan

tanah. Sedangkan di dataran rendah, massa tanah dalam posisi yang stabil, tetesan air

hujan yang jatuh tidak terus menerus memukul permukaan tanah karena dengan terlindungi

oleh genangan air. Butiran-butiran tanah yang lepas sebagai akibat proses erosi tersebut

akan terangkut oleh air dan dapat menyebabkan pendangkalan saluran drainase baik itu

parit, sungai, maupun danau. Erosi yang telah berlanjut dapat menyebabkan rusaknya

ekosistem. Penanganan ekosistem yang sudah rusak akan memakan waktu yang lama dan

biaya yang mahal

Tabel 2. 2. Jumlah erosi pada lahan pertanaman sayuran berlereng 20% pada berbagai sistem bertanam pada tanah Andisol Batulawang, Cipanas

Perlakuan konservasi tanah Jumlah tanah tererosi (t ha-1)

Buncis Kubis Jumlah

Bedengan searah lereng, panjang 10 m 76,95 23,60 100,55

Bedengan searah lereng, setiap 4,5 m dibuat

teras gulud memotong lereng, ditanami katuk 23,90 16,30 40,20

Bedengan searah lereng, setiap 4,5 m dibuat

teras gulud memotong lereng, ditanami cabai 27,70 18,90 46,60

Bedengan searah kontur 28,60 11,90 40,50

Sumber: Suganda et al. (1997)

Erosi yang terjadi pada lahan sayuran dengan kelerengan 20% pada berbagai sistem

bertanam di Cipanas disajikan pada tabel 2.2. Bedengan searah lereng menyebabkan

kejadian erosi terbesar. Sedangkan bedengan searah lereng disertai pembuatan teras gulud

dan ditanami tanaman penguat teras mampu menurunkan erosi.

Page 7: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

14

Penurunan kesuburan lahan karena erosi dalam waktu cukup lama telah berakibat

pada penurunan produktivitas lahan seperti terjadi pada penanaman beberapa tanaman

sayuran di dataran tinggi yang disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2. 3. Penurunan produktivitas sayuran yang ditanam tanpa konservasi

Komoditi Hasil pada tahun (t ha-1) Persen turun

(%) 1998 2002

Kentang 16,6 14,9 10,24

Kubis 22,1 20,9 5,43

Wortel 15,9 15,5 2,52

Sumber : Kurnia dkk. (2002).

Pada umumnya Petani di dataran tinggi tidak menerapkan konservasi lahan dalam

menjalankan usahataninya, oleh karena itu tanah yang hilang dari lahannya cukup besar, dan

berakibat pada menurunnya produktivitas sayuran seperti tertera pada Tabel 2.3. Tanah yang

peka erosi dan aktivitas pertanian yang tidak disertai dengan upaya pengendalian erosi juga

turut mempengaruhi tingkat kehilangan tanah lahan-lahan pertanian terhadap erosi. Tingkat

erosi menjadi semakin tinggi dengan meningkatnya aktifitas penduduk yang membuka lahan-

lahan pertanian tanpa disertai dengan pengelolaan yang benar (Gambar 2.2).

Gambar 2. 2. Erosi yang terjadi di dataran tinggi (foto : Lestari, 2010)

Page 8: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

15

Gambar 2. 3. Tanah longsor yang terjadi di dataran tinggi (foto : Lestari, 2010)

2.5 Degradasi Lahan Dataran tinggi

Kekritisan suatu dataran tinggi ditandai dengan terjadinya degradasi lahan.

Degradasi lahan merupakan kemunduran dalam kualitas tanah yang meliputi kemunduran

dalam sifat fisik, kimia dan biologi dari suatu tanah. Degradasi lahan merupakan proses

penurunan produktivitas lahan, baik itu bersifat sementara maupun bersifat tetap. Akibat

selanjutnya dari proses degradasi lahan adalah munculnya daerah - daerah yang tidak

produktif atau sering dikenal sebagai lahan kritis.

Degradasi lahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain konversi hutan

menjadi lahan pertanian, intensifikasi pertanian, pengusahaan tanaman yang kurang tepat,

pengelolaan lahan yang tidak tepat. Degradasi lahan ditandai dengan tingkat limpasan

permukaan dan erosi yang tinggi, tingkat kesuburan yang menurun dan diikuti juga

penurunan produktivitas.

Page 9: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

16

Seperti yang terjadi pada konversi hutan menjadi perkebunan kopi monokultur yang

masih berumur satu tahun diikuti juga perubahan tingkat limpasan dari 27 mm menjadi 75

mm dari total curah hujan selama percobaan sebesar 458 mm. Peningkatan limpasan

permukaan ini diikuti dengan perubahan tingkat erosi dari 0,3 Mgha-1 pada hutan menjadi

33,6 Mgha-1 pada kebun kopi berumur 1 tahun (Widianto, 2004). Perubahan tingkat limpasan

dan erosi ini disebabkan perubahan tingkat penutupan tanah oleh kanopi tanaman dari hutan

(tingkat penutupan 100%).

Degradasi lahan yang umum terjadi di Indonesia disebabkan oleh erosi air hujan. Ini

berkaitan dengan tingginya intensitas dan jumlah curah hujan, terutama di Bagian Barat

Indonesia. Bahkan di bagian timur Indonesia pun yang termasuk daerah beriklim kering,

proses erosi yang cukup tinggi juga masih banyak terjadi, yaitu di daerah-daerah yang

mempunyai curah hujan dengan intensitas tinggi, meskipun curah hujan tahunan besarnya

relatif rendah (Abdurachman dan Sutono,2002; Kurnia et al., 2002).

Hal utama yang menjadi masalah pada dataran tinggi adalah tata guna lahan yang

kurang sesuai, tingkat konversi hutan menjadi pertanian monokultur sayuran yang cukup

tinggi, pengelolaan lahan yang tidak konservatif. Gambar 2.3 berikut menunjukkan peta tata

guna lahan dataran tinggi pada DAS Brantas Hulu. Dataran tinggi di Sub DAS

Sumberbrantas adalah salah satu contoh bagian DAS Brantas yang bagian hulu yang juga

mengalami degradasi. Kondisi di lapangan menunjukkan masih ada banyak daerah-daerah

yang berdasarkan kemiringan seharusnya berfungsi sebagai hutan, digunakan untuk

budidaya tanaman sayuran. Keadaan seperti ini berpotensi dapat menimbulkan kerusakan

lingkungan seperti banjir, tanah longsor, meningkatnya sedimentasi di sepanjang daerah hilir

sungai Brantas serta memperkecil debit sumber mata air yang ada. Sedimen dari Sumber

Brantas yang berasal dari erosi rata-rata sebesar 108.20 ton ha-1 tahun-1. Besarnya erosi

tersebut sebagai dampak alih fungsi kawasan hutan menjadi tanaman semusim, kondisi

lereng yang curam, sifat tanah yang mudah tererosi (Jasatirta,2002).

Page 10: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

17

Gambar 2.3 menunjukkan peta tata guna lahan dataran tinggi di DAS Brantas Hulu

pada tahun 1996. Tata guna lahan dataran tinggi di DAS Sungai Brantas di bagian hulu

sangat bervariasi dan tersebar di seluruh daerah tersebut. Tata guna lahan dataran tinggi di

Brantas bagian hulu terdiri dari lahan yang berfungsi sebagai hutan adalah 42,41 km2 atau

23%, semak 29,67 km2 atau 16% , lahan rumput 1,66 atau 1% ,perkebunan 9,10 atau 5%,

lahan keing52,23 atau29%, lahan kering1,62 km2 atau 1%, sawah 24,72 km2atau 14% dan

pemukiman adalah 20,95 km2 atau 12 %. Kondisi hutan di dataran tinggi DAS Brantas bagian

hulu sudah sangat memprihatinkan. Ini disebabkan maraknya kegiatan illegall logging yang

terjadi di daerah tersebut. Di bagian hulu Das Brantas ini, sejak tahun 1980 an luasan area

hutan sudah berkurang sebesar 33%.

Gambar 2. 4 bawah menurut studi BRLKT 2003, perubahan hutan menjadi fungsi

lain di dataran tinggi di sub DAS Amprong, Bango maupun di Brantas bagian hulu

menunjukkan bahwa erosi tertinggi terjadi di DAS Amprong yaitu sebesar 2.268 tonha-1 tahun-

1. Kalau dilihat pada kondisi tahun 1980 an, daerah sub DAS Amprong, Brantas

Gambar 2. 4. Tataguna lahan di DAS Brantas Hulu (Jasatirta, 2002)

Page 11: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

18

Bagian Hulu dan Bango menunjukkan tingkat erosinya meningkat dan besarnya menjadi

hampir 300%. Ini membuktikan bahwa daerah tersebut sangat signifikan telah mengalami

degradasi . Besarnya tingkat erosi yang terjadi di wilayah DAS Sungai Brantas bagian hulu

secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2. 4. Tingkat erosi di daerah DAS Brantas Hulu (Jasatirta, 2005)

No Wilayah Sub

DAS

Luas

(km2)

Tingkat Erosi

A=RKLSCP

ton/ha/tahun M3/km2/tahun Mm/tahun M3/tahun

1 Brantas Hulu 182 108,20 6.009,20 6,00 1.094.679

2 Bango-Sari 262 60,10 4.337,60 3,30 874.454

3 Amprong 348 172,50 9.585,60 9,60 4.335.779

4 Manten 217 61,70 4.430,20 3,40 744.359

5 Lesti Hulu 258 195,80 10.879,20 10,90 2.806.825

6 Genteng 131 152,50 8.472,00 8,50 1.109.827

7 Lesti Hilir 219 69,70 4.874,70 3,90 848.553

Keterangan: A adalah besarnya kehilangan tanah per satuan luas lahan, R = erosivitas curah hujan dan air, K = erodibilitas tanah, L = panjang lereng, S = slope atau kemiringan, C = pengelolaan cara bercocok tanam, P = praktek konservasi tanah dengan cara mekanik

Sumber: Water Resources Existing Facilities Rehabilitation and Capacity Improvement Project, Pebruari 2005

Dataran tinggi Sub-sub DAS Sumber Brantas secara administratif merupakan

wilayah kotamadya Batu termasuk dalam wilayah sub DAS Ambang.Sub DAS Ambang

merupakan salah satu sub DAS Brantas hulu yang memiliki luas 101.675 ha, yang meliputi

: Sub-sub DAS Sumber Brantas seluas : 44.529,23 ha (42,81 %) ; Sub-sub DAS Bango

seluas : 34.893,85 ha (34,32 %) dan Sub-sub DAS Amprong seluas : 24.251,95 ha

(22,87%). Sedang sub DAS Brantas bagian hulu lainnya adalah sub DAS Melamon yang

terdiri dari sub-sub DAS Metro, sub-sub DAS Lahor dan sub-sub DAS Lemon dan sub-sub

DAS Lesti Hulu (Perum Perhutani, 2006). Berikut disajikan peta sub DAS Brantas Hulu

(Gambar 2.4).

Page 12: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

19

Gambar 2. 5. Perubahan Hutan di Sub DAS Brantas Hulu (Jasatirta, 2002)

Gambar 2. 6. Peta dataran tinggi Sub DAS Brantas Hulu (Perum Perhutani, 2006)

Page 13: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

20

Dataran tinggi Sub-sub DAS Sumber Brantas terletak di wilayah dengan topografi

yang bergelombang, berbukit hingga bergunung. Pada daerah ini banyak yang

mengusahakan tanaman sayuran. Dalam meng-usahakan tanaman sayuran dilakukan

dengan pengolahan tanah dan pembuatan bedengan atau guludan yang seringkali

dilakukan searah kemiringan lahan. Setiap bedengan atau guludan dbuatkan parit sehingga

aerasi tanah cukup baik. Selain menjaga aerasi agar tetap baik pembuatan guludan dan

parit ditujukan untuk memudahkan penanaman, pemeliharaan dan pemanenan tanaman

sayuran. Sistem pertanian semacam ini tidak memperhatikan kaidah teknik konservasi untuk

mengendalikan erosi. Penanaman tanaman sayuran dilakukan sepanjang tahun mengingat

jumlah dan penyebaran curah hujan yang cukup merata.

Pengelolan sumberdaya akan menjadi keharusan ketika sumberdaya tersebut tidak

mencukupi lagi untuk kebutuhan manusia dan ketersediaannya pun tidak lagi melimpah. Jika

keadaan dimana sumberdaya tidak mencukupi untuk kebutuhan manusia,maka pengelolaan

DAS ditujukan untuk memperokeh manfaat sebaik-baiknya ditinjau dari sisi ukuran fisik,

teknik, sosial budaya, ekonomi, dan juga keamanan-kemantapan nasional. Sedangkan pada

keadaan dimana sumberdaya DAS berlimpah, pengelolaan ditujukan untuk mencegah

pemborosan.

Curah hujan yang tinggi (2400-3400 mm tahun-1), sifat fisik tanah yang mudah

tererosi, intensifikasi budidaya sayuran pada lahan yang berlereng curam di dataran tinggi

DAS Hulu Brantas, membuat daerah ini rentan terhadap erosi. Berdasarkan data Perum

Jasatirta (2005) erosi sub DAS Brantas Hulu pada tahun 2003 mencapai angka 108,20tonha-

1tahun-1, angka ini meningkat hampir 300 % dari tingkat tingkat erosi pada tahun 1980. Hal

ini menunjukkan bahwa daerah ini telah mengalami degradasi yang sangat nyata. Kekritisan

di DAS Sumberbrantas ini ternyata juga menyebabkan banjir dan sedimentasi waduk.

Berdasarkan data dari BP DAS Brantas pada tahun 2006, ternyata DAS Sumber Brantas

merupakan penyumbang tertinggi sedimentasi di Karangkates, sesudah DAS Amprong.

Page 14: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

21

Tingkat sedimentasi DAS Sumber Brantas mencapai sebesar 86,7 meter3 setiap tahunnya.

Sedimen dari Sumber Brantas berasal dari erosi yang terjadi yaitu rata-rata sebesar 143

tonha-1tahun-1.Erosi tersebut terjadi sebagai akibat dari alih fungsi menjadi usahatani dan

kawasan hutan perhutani yang digunakan untuk penamaman tanaman sayuran, kelerengan

yang curam dan erodibilitas tanah yang tinggi

Meskipun banyak petani sudah ada yang mengerti pentingnya upaya pengendalian

erosi, namun kebanyakan petani tidak mudah menerima teknologi hasil penelitian yang

sebenarnya diketahui dapat melestarikan lahan usahataninya. Beberapa alasan tidak

dijumpainya teknik konservasi tanah pada lahan usahatani sayuran dataran tinggi berkaitan

erat dengan permasalahan teknis ataupun sosial pada masyarakat petani sayuran. Selain

karena jenis-jenis tanaman sayuran pada umumnya bisa segera dipanen, penerapan teknik

konservasi tanah dipandang membutuhkan waktu yang cukup lama sampai cara tersebut

dapat bekerja efektif. Keengganan para petani sayuran dalam menerapkan teknik konservasi

tanah umumnya karena usahatani dengan konservasi tidak segera memberikan keuntungan

langsung bagi mereka. Mereka cukup membuat bedengan-bedengan selebar 0,7-1,2 m yang

dibuat searah lereng. Oleh sebab itu, penerapan konservasi tanah pada lahan usahatani

sayuran dataran tinggi sebaiknya memadukan faktor biofisik dan faktor sosial ekonomi.

Berdasarkan kenyataan ini, maka dipandang penting untuk dilakukan penelitian tentang

dampak erosi terhadap produktivitas tanaman, pendapatan petani, dan faktor-faktor sosial

ekonomi yang mem-pengaruhi adopsi usahatani konservasi pada DAS Brantas bagian hulu.

2.6 Konservasi Tanah

Asal kata konservasi, adalah Conservation yang berasal dari kata con dan servare.

Kata Con atau together dan servare atau keep atau save memiliki arti mengenai upaya

pemeliharaan apa yang kita miliki (keep atau save what you have), tetapi dengan cara

bijaksana atau wise use. Gagasan ini disampaikan oleh Roosevelt (1902) yaitu merupakan

Page 15: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

22

orang Amerika yang pertama menggagas tentang konsep konservasi. Sedangkan menurut

Rijksen (1981), konservasi adalah suatu bentuk evolusi kultural yang mana pada saat dulu,

upaya konservasi masih tidak lebih baik daripada yang ada saat sekarang. Konservasi

dapat dipandang juga dari sisi ekonomi dan ekologi. Konservasi dari sisi ekonomi yaitu

mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk masa sekarang, sementara dari sisi

ekologi, konservasi merupakan pengalokasian sumberdaya alam baik untuk sekarang

maupun masa yang akan datang.

Tujuan dari adanya konservasi lahan adalah supaya dapat terwujud sumberdaya

alam hayati dan ekosistem yang lestari dan berkelanjutan sehingga menjadi lebih

mendukung upaya peningkatan mutu kehidupan manusia serta kesejahteraan masyarakat

yang lebih baik. Agar tujuan tersebut terwujud, maka perlu diusahakan strategi dan demikian

juga pelaksanaannya. Di Indonesia, program konservasi seharusnya dijalankan secara

bersama baik oleh pemerintah maupun masyarakat, yang meliputi masyarakat umum,

perguruan tinggi, swasta, lembaga swadaya masyarakat, ataupun pihak-pihak lain.

Konservasi tanah merupakan penempatan tiap bidang tanah berdasarkan pada

kesesuaian antara penggunaan dengan kemampuan tanah serta memperlakukannya

menurut syarat-syarat yang dibutuhkan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Pemakaian

istilah konservasi tanah acap kali diikuti dengan istilah konservasi air. Walaupun keduanya

berbeda tetapi konservasi tanah dan konservasi air saling terkait. Ketika mempelajari

masalah konservasi, kedua sudut pandang yaitu ilmu konservasi tanah dan konservasi air

sering digunakan. Ditinjau secara umum, konservasi tanah bertujuan meningkatkan

produktivitas lahan dengan cara maksimal, memperbaiki lahan yang rusak/ atau kritis, dan

melakukan upaya untuk mencegah kerusakan tanah sebagai akibat erosi. Konservasi tanah

mempunyai sasaran mencakup keseluruhan sumber daya lahan, yang meliputi kelestarian

produktivitas tanah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mendukung

keseimbangan ekosistem.

Page 16: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

23

Mengacu pada pengertiannya, konservasi dapat didefinisikan dalam beberapa batasan,

seperti berikut ini :

1. Konservasi diartikan sebagai menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi

kebutuhan manusia dalam jumlah yang besar dan dalam periode yang lama (American

Dictionary).

2. Konservasi adalah pengalokasian sumberdaya alam antar waktu (generasi) secara

optimal dan sosial (Randall, 1982).

3. Konservasi adalah manajemen air, udara, tanah, mineral ke organisme hidup meliputi

juga manusia dengan demikian dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Yang

termasuk di dalam kegiatan manajemen adalah survai, administrasi, penelitian,

preservasi, pendidikan, latihan dan pemanfaatan (IUCN, 1968).

4. Konservasi adalah pengelolaan penggunaan biosfer oleh manusia agar bisa

memberikan ataupun memenuhi keuntungan yang besar tetapi juga bisa diperbaharui

untuk generasi-generasi mendatang (WCS, 1980).

Strategi konservasi nasional telah dirumuskan menjadi tiga hal berikut taktik

pelaksanaannya, yakni :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK)

a) Penetapan wilayah PSPK.

b) Penetapan pola Dasar pembinaan program PSPK.

c) Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK.

d) Penertiban pengelolaan dan penggunaan tanah dalam wilayah PSPK.

e) Penertiban pengusahaan di perairan dalam wilayah PSPK secara maksimal

2. Pengawetan keanekaragaman jenis vegetasi dan satwa termasuk ekosistemnya

a. Pengawetan keanekaragaman vegetasi dan satwa termasuk ekosistemnya

b. Pengawetan jenis vegetasi dan satwa (konservasi in-situ dan konservasi eks-situ).

3. Pemanfaatan ekosistem dan sumberdaya alam hayati secara lestari.

Page 17: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

24

a. Pemanfaatan keadaan lingkungan wilayah pelestarian alam.

b. Pemanfaatan jenis vegetasi dan juga satwa liar (untuk: pengkajian, penelitian dan

pengembangan, perdagangan, penangkaran, perburuan, peragaan, budidaya,

pertukaran,).

Model The conservation bertumpu pada usaha tanam campuran atau disebut crop

livestock yang merupakan hasil dari revolusi pertanian Inggris. Disamping itu juga bertumpu

pada konsep kelaparan lahan yang diinspirasi oleh ahli tanah Jerman yang bernama

Ricardo, Mill. Yang tergolong dalam konservasi adalah sebagian lahan subur digunakan

untuk tanaman dan sebagian lagi digunakan untuk penggembalaan, tersedia cukup untuk

pakan ternak, pupuk hijau yang berfungsi mempertahankan kesuburan tanah serta adanya

masukan atau input dari sektor pertaniannya.

2.7 Teknik Konservasi Tanah

Salah satu masalah pokok yang kita hadapi dalam pengelolaan sumber daya alam

agar taraf hidup masyarakat khususnya petani meningkat, adalah bagaimana sumber daya

alam dapat dimanfaatkan secara lestari dan juga efisien baik bagi generasi sekarang maupun

generasi yang akan datang (Munandar, 1995). Usaha tani dapat dilakukan secara

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, bila penerapan teknik konservasi tanah

senantiasa menjadi prioritas. Agar teknik konservasi tanah dapat diterapkan secara tepat,

efektif, dan efisien, diperlukan perencanaan yang baik dan terarah.

Untuk perencanaan konservasi tanah diperlukan data erosi, yang dapat diperoleh

dengan cara melakukan pengukuran langsung di lapangan. Namun, pengukuran di lapangan

memerlukan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. Salah satu cara yang cepat dan murah

yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan penaksiran atau prediksi. Data erodibilitas

tanah merupakan salah satu informasi penting yang diperlukan, baik dalam hubungannya

dengan prediksi erosi maupun perencanaan konservasi tanah.

Page 18: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

25

Pembentukan tanah di daerah beriklim tropika basah termasuk Indonesia

diperkirakan dua kali lebih besar kalau dibandingkan dengan daerah beriklim sedang,

dengan demikian penetapan erosi yang dapat diabaikan (soil of tolerable loss) juga akan

lain. Apabila besarnya erosi pada tanah dengan ciri tersebut lebih besar dibandingkan

dengan angka erosi yang dapat diabaikan, maka perlakuan konservasi sangat diperlukan.

Teknik konservasi tanah baik secara vegetatif, mekanis (sipil teknis) maupun kimia pada

dasarnya bertujuan sama yaitu pengendalian laju erosi, tetapi efektifitas, persyaratan dan

kelayakan agar diterapkan sangat berbeda. Dengan demikian pemilihan teknik konservasi

yang tepat tentu diperlukan.

1) Metode Vegetatif

Metoda vegetatif merupakan metoda konservasi dengan cara menanam berbagai

jenis tanaman, sebagai contoh tanaman penutup tanah, penanaman dalam strip, tanaman

penguat teras, pergiliran tanaman serta penggunaan mulsa dan pupuk organik. Pengelolaan

tanah dengan cara vegetatif dapat menjamin keberlanjutan keberadaan tanah dan air karena

mempunyai sifat:

a) memelihara kestabilan struktur tanah dengan memperbesar granulasi tanah

melalui sistem perakaran,

b) mengurangi evaporasi dengan penutupan lahan oleh seresah dan tajuk,

c) meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang berakibat pada peningkatan porositas

tanah, sehingga dapat memperbesar jumlah infiltrasi selanjutnya mencegah

terjadinya erosi.

d) Peranan vegetasi berupa tanaman kehutanan juga tidak kalah pentingnya yaitu

mempunyai nilai ekonomi dengan demikian dapat menambah penghasilan petani.

Macam-macam teknik konservasi tanah dengan metode Vegetatif

a) Sistem Pertanaman Lorong

Page 19: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

26

Koservasi metode vegetatif sistem pertanaman lorong merupakan suatu sistem pola

tanam di mana tanaman pangan diletakkan pada lorong atau di antara barisan tanaman

pagar. Metode ini bermanfaat dalam mengurangi laju aliran permukaan dan erosi, juga

sebagai sumber hara dan bahan organik terutama N untuk tanaman lorong. Sistem

pertanaman lorong telah lama diperkenalkan dan dikembangkan sebagai salah satu tipe

teknik konservasi tanah dan air untuk mengembangkan sistem pertanian berkesinambungan

pada lahan kering di daerah beriklim tropika basah, tetapi sistem ini belum dipraktekkan

secara meluas oleh petani.

b) Sistem Pertanaman Strip Rumput

Metode vegetatif sistem pertanaman strip rumput adalah sistem pertanaman yang

hampir mirip dengan pertanaman lorong, tetapi yang digunakan sebagai tanaman pagarnya

adalah rumput. Rumput ditanam sebagai strip, dibuat searah kontur dengan lebar strip 0,5m

bisa lebih. Semakin lebarstrip semakin efektif dalam mengendalikan erosi. Sistem ini dapat

juga diintegrasikan denganternak. Penanaman rumput sebagai makanan ternak

ditempatkan didalam jalur/strip. Penanaman dilakukan mengikuti garis kontur dengan tata

letak penanaman dibuat berselang-seling agar rumput dapat tumbuh dengan baik,

penanaman dilakukan pada awal musim penghujan. Selain itu jalur rumput sebaiknya

ditempatkan ditengah yaitu di antara barisan tanaman pokok.

c) Konservasi dengan Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanam tersendiri atau secara

bersamaan dengan tanaman pokok. Tanaman penutup tanah berfungsi sebagai: 1)

menahan atau menurunkan daya perusak tetesan hujan yang menerpa permukaan tanah

dan aliran air di bagian atas permukaan tanah, 2) memberi bahan organik tanah melalui

cabang, ranting-ranting dan juga daun mati yang jatuh, dan 3) menjalankan transpirasi,

sehingga mengurangi kandungan air tanah. Peranan dari tanaman penutup tanah tersebut

adalah mengurangi kekuatan dispersi dari air hujan, menurunkan jumlah dan kecepatan

Page 20: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

27

aliran permukaan serta meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, dengan demikian dapat

mengurangi erosi.

Gambar 2. 7. Penanaman strip rumput sebagai tanaman pagar pada lahansayuran dataran

tinggi (foto Lestari, 2010)

d) Mulsa

Mulsa adalah bahan-bahan plastik, sisa-sisa panen, dan lain sebagainya yang

disebar dan difungsikan untuk menutupi permukaan tanah. Mulsa bermanfaat untuk

mengurangi penguapan atau evaporasi serta melindungi tanah terhadap pukulan langsung

butir-butir hujan, sehingga ng akan mengurangi tingkat kepadatan tanah. Mulsa bisa berupa,

dan mulsa batu, mulsa sisa tanaman, ataupun lembaran plastik. Mulsa sisa tanaman ini

merupakan bahan organik sisa tanaman seperti batang jagung, jerami padi, daun-daun dan

ranting tanaman pangkasan dari tanaman pagar. Bahan tersebut ditebarkan dengan merata

di atas permukaan tanah dengan ketebalan 2-5 cm dengan demikian permukaan tanah

tertutup sempurna.

Page 21: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

28

Peneltian tentang pengaruh mulsa terhadap tanah di lahan kering, telah dilakukan

oleh Thamrin dan Hanafi (1992) dengan menggunakan seresah tanaman. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian mulsa dapat menjaga lengas tanah dari proses penguapan,

dengan demikian kebutuhan tanaman akan kelengasan tanah terutama pada musim kering

dapat terjamin. Disamping itu, dengan pemberian mulsa, pertumbuhan gulma yang

mengganggu tanaman dapat dihambat, sehingga konsumsi air lebih rendah.

Tabel 2. 5. Jumlah erosi pada pertanaman kentang dengan perlakuan arah bedengan dan

pola tanam + jenis mulsa

Perlakuan Konservasi tanah Jumlah erosi

kg 24 m-1 t ha-1

Arah bedengan 32,06

sejajar kontur 76,95 68,63

diaognal terhadap kontur 164,72

Poal tanam dan mulsa

monokultur kentang + mulsa jerami 128,44 53,52

monokultur kentang + mulsa plastik 133,85 55,77

tumpang sari kentang dan bawan daun 118,75 49,48

Sumber: Sutapraja dan Asandhi (1998)

Pemberian mulsa baik organik maupun plastik perak pada lahan pertanaman

kentang mampu menekan erosi sebesar 13 - 15 ton ha-1 dibanding arah bedengan yang

diagonal kontur. Hal tersebut memberikan pengaruh pada peningkatan hasil tanaman

kentang seperti yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 2. 6. Hasil Tanaman kentang pada perlakuan konservasi tanah

Perlakuan Konservasi tanah Hasil umbi kentang

t ha-1

Arah bedengan

searah kontur 14,88

diaognal terhadap kontur 15,55

Poal tanam dan mulsa

monokultur kentang + mulsa jerami 20,71

monokultur kentang + mulsa plastik 21,64

monokultur kentang, tanpa mulsa 14,12

Sumber: Sutapraja dan Asandhi (1998)

Page 22: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

29

Penggunaan mulsa organik maupun plastik perak hitam mampu meningkatkan hasil

umbi kentang sebesar 5,2 – 6,1 ton ha-1 dibandingkan arah bedengan diagonal terhadap

kontur.

e) Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam

Teknik ini dilakukan dengan mengelompokkan tanaman yang mempunyai kebutuhan air

yang sama dalam suatu landscape. Pengelompokkan tanaman ini bertujuan memberikan

kemudahan dalam pengaturan air. Penggolongan tanaman dalam suatu bentang alam

mengikuti kebutuhan air yang sama, dengan demikian irigasi dapat dikelompokkan menurut

kebutuhan tanaman. Pemberian air irigasi yang dialirkan hanya menurut kebutuhan

tanaman, dengan demikian air dapat dihemat.

f) Penyesuaian antara jenis tanaman dan karakteristik wilayah.

Teknik konservasi ini merupakan teknik konservasi air untuk menyesuaikan kemampuan

antara tanaman alternatif dengan tingkat kekeringan yang terjadi di suatu daerah. Sebagai

contoh dalam hal ini adalah tanaman jagung dengan kebutuhan akan air 0,8 kali dari

kebutuhan air padi sawah akan tepat kalau ditanam sebagai tanaman sebagai ganti padi

sawah untuk antisipasi kekeringan. Pada dataran tinggi yang merupakan area yang

mempunyai kemiringan curam, tanaman kehutanan menjadi pilihan komoditas utama.

f) Penentuan pola tanam dengan tepat.

Penentuan pola tanam dengan tepat adalah baik untuk areal yang mendatar maupun

berlereng. Pola tanam didasarkan pada kondisi curah hujan setempat agar mengurangi

deficit air pada musim kemarau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lahan yang

mempunyai kelerengan 5% dengan pola tanam campuran antara ketela pohon dan jagung

dapat menekan limpasan permukaan atau run off dari 43% menurun menjadi 33% dari curah

hujan, jika dibandingkan dengan jagung monokultur. Ini terjadi karena adanya perbedaan

yang besar kebutuhan air tiap jenis tanaman. Besarnya kebutuhan air pada berbagai jenis

tanaman dapat dijadikan dasar dalam membuat pola tanam yang optimal.

Page 23: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

30

2) Metode Sipil Teknis

Metode sipil teknis merupakan suatu metoda konservasi yang mengatur aliran

permukaan, supaya lapisan olah tanah atau top soil tidak rusak . Metode sipil teknis

merupakan upaya konservasi dengan cara membuat bangunan-bangunan koservasi seperti

pembuatan guludan, teras, pengolahan tanah sesuai kontur, dan saluran air (rorak, terjunan

dan saluran pembuangan air)

Penerapan Metode konservasi dengan Sipil Teknis

a) Pembuatan teras pada lahan yang mempunyai kemiringan yang curam.

Pembuatan teras dilakukan pada lahan yang mempunyai kemiringan lebih besar dari

8%. Jenis-jenis teras yang digunakan untuk konservasi tanah sama dengan jenis-jenis teras

yang digunakan untuk konservasi air. Jenis-jenis teras antar lain : hillside ditches, saluran

pembuangan air, teras bangku, teras batu, teras datar, teras individu, teras kredit, teras

buntu atau rorak, dan. teras gulud .Usahatani tanaman semusim sebaiknya menghindari

daerah yang mempunyai kelerengan curam.

Teras gulud pada umumnya dibuat pada lahan dengan kemiringan kemiringan 10 – 15%

dan biasanya dilengkapi dengan pembuatan saluran pembuangan air yang bertujuan untuk

mengurangi kecepatan aliran air pada waktu hujan, dengan demikian erosi dapat dicegah

serta penyerapan air oleh tanah dapat diperbesar. Teras bangku merupakan pembuata teras

dengan cara memotong lereng dan menjadikannya rata dengan di bidang olah dengan

demikian terjadi deretan menyerupai tangga. Teras ini bermanfaat sebagai pengendali air

yang mengalir permukaan dan juga pengendali erosi. Jenis konservasi ini diterapkan pada

lahan yang mempunyai kemiringan 10-40%, tanah yang bersolum dalam yaitu lebih besar

dari 60cm, tanah yang relatif tidak mudah terjadi longsor, dan tanah yang tidak mempunyai

kandungan unsur yang bersifat racun bagi tanaman seperti unsur aluminium dan unsur besi.

Guludan merupakan suatu sistem yang merupakan tempat tanaman pangan ditanam pada

lorong atau di antara barisan tanaman pagar. Jenis teras ini sangat bermanfaat dalam

Page 24: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

31

menekan laju limpasan permukaan dan erosi, juga merupakan sumber hara terutama N

untuk tanaman lorong dan bahan organik.

b) Wind break

Pembuatan Wind break bertujuan untuk mengurangi kecepatan angin sehingga dapat

menurunkan kehilangan air lewat permukaan tanah dan dari tanaman (evapotranspirasi).

c) Pemanenan Air hujan

Teknik konservasi air ini merupakan salah satu pilihan untuk menyimpan air hujan

pada waktu musim penghujan. Air hujan dipanen dan kemudian dapat digunakan lagi waktu

musim kemarau. Di Indonesia teknik pemanenan air hujan yang biasa dilakukan, antara lain

dengan pembuatan embung dan channel reservoir. Embung adalah sarana konservasi air

berupa suatu bangunan yang berbentuk kolam yang digunakan untuk menampung air hujan

, air limpahan atau rembesan di sawah dengan tadah hujan yang berdrainase baik. Embung

merupakan teknik konservasi air yang banyak diaplikasikan di lahan tadah hujan di daerah

yang bercurah hujan rendah.

Konservasi air sangat cocok dalam meningkatkan produktivitas lahan kering, serta

mencegah bahaya banjir, tanah longsor dan kekeringan. Pada dasarnya prinsip konservasi

air adalah menyimpan air pada musim hujan sebanyak-banyaknya dan memanfaatkannya

kembali pada musim kemarau. Meskipun teknik konservasi air semacam ini sudah cukup

banyak dipraktekkan di lahan kering, namun keberhasilannya sangat ditentukan oleh sosial

ekonomi, keinginan petani dan kondisi biofisik.

d) Dam Parit

Dam Parit adalah suatu cara membendung atau mengumpulkan aliran air pada suatu

parit yang bertujuan untuk menampung aliran air permukaan, dengan demikian dapat

digunakan untuk mengairi lahan yang ada di sekitarnya. Dam parit dapat menekan tingkat

aliran permukaan, erosi, dan juga sedimentasi.

Keunggulan dari Dam Parit:

Page 25: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

32

a. Menampung air dalam jumlah volume yang besar akibat terbendungnya air yang

mengalir di saluran atau parit.

b. Tidak menggunakan wilayah atau lahan pertanian yang produktif.

c. Mengairi lahan yang cukup luas, sebab dibangun berseri di seluruh DAS

d. Menurunkan kecepatan aliran permukaan,sehingga dapat mengurangi erosi, tingkat

kehilangan lapisan olah yang terdapat di bagian tanah atas yang biasanya subur

serta sedimentasi.

e. Memberikan kesempatan supaya terjadi peresapan air ke dalam tanah di wilayah

seluruh DAS dengan demikian dapat menurunkan risiko kekeringan pada waktu

musim kemarau.

f. Biaya pembuatan konservasi ini lebih murah, relatif terjangkau oleh petani

3) Metode kimia

Teknik konservasi tanah kimiawi merupakan penggunaan senyawa-senyawa kimia

baik itu senyawa anorganik maupun organik yang ditujukan untuk memperbaiki sifat tanah

dan juga menekan laju erosi. Teknik ini merupakan teknik yang mahal sehingga jarang

digunakan oleh petani yang mempunyai keterbatasan modal. Selain itu, teknik ini sulit

pengadaannya dan hasilnya tidak berbeda jauh dengan penggunaan senyawa-senyawa

alami. Bahan kimiawi yang masuk dalam golongan ini adalah pembenah tanah atau soil

conditioner seperti urethanised (PVAu), polyvinil alcohol (PVA), polyacrilamide (PAM),

sodium polyacrylate (SPA), vinylacetat maleic acid yang disingkat menjadi VAMA copolymer,

polybutadiene (BUT), natural rubber latex, polyurethane dan asphalt atau bitumen.

Senyawa-senyawa tersebut diaplikasikan ke tanah dengan tujuan memperbaiki sifat fisik

yaitu struktur tanah melalui peningkatan stabilitas dari agregat tanah, dengan demikian

tanah tahan terhadap erosi

Page 26: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

33

2.8 Inovasi dan adopsi konservasi lahan.

2.8.1 Konservasi lahan sebagai Inovasi

Inovasi merupakan suatu gagasan, metode, informasi, atau obyek yang dianggap

baru oleh kebanyakan masyarakat dalam suatu daerah yang dapat dimanfaatkan agar

terjadi perubahan-perubahan di seluruh aspek kehidupan masyarakat demi selalu

terciptanya perbaikan-perbaikan baik mutu hidup setiap individu maupun seluruh warga

masyarakat yang bersangkutan (Rogers dan Shoemaker, 1971; Mosher,1978; Mardikanto,

1993; Van den Ban dan H.S. Hawkins, 1999 ). Inovasi tidak harus merupakan hasil dari

penelitian mutakhir, tetapi bisa juga berkembang dari gagasan petani berdasarkan

pengalamannya (Van den Ban dan H.S. Hawkins, 1999). Konservasi lahan Pertanian

merupakan inovasi lahan pertanian dataran tinggi agar terwujud ekosistem sumberdaya

alam hayati yang berkesinambungan, sehingga mendukung upaya peningkatan mutu

kehidupan manusia dan kesejahteraan masyarakat lebih baik.

Adopsi merupakan proses mental, dalam pengambianl keputusan apakah menerima

atau menolak ide baru dan kemudian menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan maupun

penolakan ide baru tersebut. Adopsi dapat juga diberi batasan sebagai proses mental

seseorang mulai mendengar, mengetahui inovasi sampai kemudian mengadopsi. Adopsi

merupakan suatu proses dimulainya ide-ide dan munculnya ide-ide dari satu pihak,

kemudian disampaikan kepada pihak kedua, sampai selanjutnya ide tersebut diterima oleh

pihak kedua yaitu masyarakat. Adopsi dalam penyuluhan pada dasarnya dapat diartikan

sebagai proses penerimaan inovasi ataupun perubahan perilaku baik itu berupa

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah inovasi yang

disampaikan penyuluh diterima oleh petani atau masyarakat sasarannya (Rogers, 1983).

Page 27: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

34

2.8.2 Faktor-faktor yang menentukan tingkat adopsi konservasi lahan.

Konservasi lahan pertanian mempunyai peranan yang penting dalam menentukan

kualitas lahan dan juga produktivitas lahan dalam jangka panjang. Pengabaian penerapan

konservasi lahan pertanian akan berakibat pada penurunan produktivitas lahan, hasil

pertanian dan selanjutnya berpengaruh pada keberlanjutan sektor pertanian. Di sisi lain

petani cenderung lebih menekankan kepentingan jangka pendek dalam melakukan usaha

taninya, yaitu berusaha memaksimalkan perolehan usaha taninya dengan tidak

mengkonservasi lahannya. Kepentingan jangka panjang yang merupakan fungsi ekologis

menjadi terkalahkan dengan fungsi ekonomi.

Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dapat dilakukan dengan memilih

tanaman yang berproduktivitas tinggi dan atau dengan intensifikasi. Carson dan Utomo

(1986) mencoba menghubungkan tingkat keuntungan dan resiko erosi berbagai pola tanam

yang banyak dilakukan di Jawa (Gambar 2.7). Dari Gambar 2.7 pertimbangan pemilihan

tanaman hendaknya tidak hanya berdasarkan keuntungan yang dapat dihasilkan saja, tetapi

juga perlu dipertimbangkan resiko erosi yang terjadi. Dalam hal ini hendaknya tetap

dipikirkan agar tingkat erosi yang terjadi serendah mungkin sehingga produktivitas yang

tinggi dapat dipertahankan lama dan bahkan jika mungkin ditingkatkan dalam jangka yang

panjang.

Page 28: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

35

Gambar 2. 8. Diagram hubungan antara keuntungan relatif dan resikoerosi berbagai

tanaman di Jawa (Carson dan Utomo, 1994)

Faktor-faktor sosial ekonomi yang menjadi penyebab bagi petani untuk menerapkan

atau tidak sistem usaha tani konservasi perlu dikaji. Temuan dan perbaikan terhadap faktor-

faktor tersebut diharapkan dapat menghilangkan kendala bagi petani untuk mengkonservasi

lahannya. Sebab dengan menerapkan konservasi pada lahan pertanian degradasi lahan

dapat ditekan.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada dukungan masyarakat terhadap upaya

penerapan konservasi lahan di dataran tinggi DAS Hulu Citarum adalah umur petani, jumlah

anggota keluarga, tingkat pendapatan, pekerjaan sampingan, dan luas lahan (Sarmingsih

2007).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2006) yang melakukan survey pada

111 petani lahan sawah, 15 petani melakukan konservasi dengan pembuatan teras

sederhana. Sekitar 80% mengusahan pertaniannya pada luasan lahan 50 are atau kurang

(Tabel 5). Petani yang tidak melakukan konservasi 58,3% mengusahakan pertaniannya

pada luasan lahan 50 are atau kurang, sedangkan 13,5 % mengusahakan pertaniannya

High

High Low Moderat

Low

Low

A M O U N T

OF

E

RELATIVE PROVITABILITY

Maize-cassava terraced

Natural forrest

Grassland

Triple rice cropping

Fruit orchard terraced grass covered

Sugercane

Closed teak plantation 100 slope

Fruit orchard intercropped

Maize-cassava upper volcanic

Potatoes sloping land

Tobacco sloping, upper

Page 29: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

36

pada luasan lahan lebih dari 100,1 are. Petani yang tidak melakukan konservasi 44,8%

menghasilkan hasil 500 kg atau kurang , 31,3 % hasilnya 501 hingga 1000 kg, bahkan 24

% petani mendapatkan hasil lebih dari 1000 kg.

Tabel 2. 7. Jumlah petani dengan luas lahan yang melakukan konservasi dan yang tidak

melakukan konservasi

≤ 50 are 50,1 – 100

are

≥100,1 are Total

Tanpa

konservasi

Konservasi

56

(58,3)

12

(80,0)

27

(28,1)

2

(13,3)

13

(13,5)

1

(6,7)

96

(100,0)

15

(100,0)

Total 68

(61,3)

29

(26,1)

14

(12,6)

111

(100,0)

Keterangan : Angka dalam tanda kurung adalah persentase

Sumber: Siregar (2006)

Tidak satupun petani yang melakukan konservasi memperoleh hasil pertaniannya

lebih dari 1 ton, 66,7 % petani lainnya mendapatkan hasil kurang atau sama dengan 500 kg

dan sisanya menghasilkan antara 501–1000 kg. Data ini menunnjukkan bahwa tanpa

konservasi lahan petani memungkinkan mendapatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan

petani yang tidak mengkonservasi. Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan

konservasi luasan lahan yang dapat ditanami berkurang, dengan demikian mengakibatkan

penurunan hasil.

Tabel 2. 8. Jumlah petani dengan hasil pertanian yang melakukan konservasi dan tidak

melakukan konservasi

≤ 500 kg

500,1 –

1000 kg ≥1000 kg Total

Tanpa

konservasi

Dengan

Konservasi

43

(44,8)

10

(66,7)

30

(31,3)

5

(33,3)

23

(24,0)

0

(0,0)

96

(100,0)

15

(100,0)

Total 68

(47,7)

29

(31,5)

14

(20,7)

111

(100,0)

Keterangan : Angka dalam tanda kurung adalah persentase

Page 30: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

37

Sumber: Siregar (2006)

Data diatas diperoleh dari penelitian pada petani dalam upaya konservasi lahan

sawah. Namun demikian, kondisi ini tidak akan berbeda dengan petani yang mengusahakan

lahan kering di dataran tinggi DAS hulu. Petani lahan kering juga ingin memaksimalkan

keuntungan dalam mengusahakan pertaniannya. Seringkali keuntungan usaha tani yang

dicapainya adalah keuntungan jangka pendek. Oleh karena itu petani lebih memilih

menanam tanaman semusim, tidak melakukan konservasi bahkan malah membuat guludan

yang searah dengan kemiringan lahan.

Karena yang dipandang adalah keuntungan jangka pendek, maka penanaman

tanaman pohon yang memungkinkan dapat menekan tingkat erosi tidak dilakukan.

Penanaman pohon dipandang kurang menguntungkan karena pendapatan diterima dalam

jangka yang panjang. Meskipun pada tiga tahun pertama petani masih bisa melakukan

tumpangsari pohon dan tanaman sayuran, tetapi petani akan memperoleh pendapatan yang

lebih kecil dibandingkan dengan jika mereka menanam tanaman semusim dengan cara

monokultur karena ruangan berkurang untuk penanaman pohon. Pada tahun berikutnya

pendapatan akan lebih berkurang karena kanopi pohon lebih berkembang sehingga

menghalangi tanaman semusim dalam menangkap sinar matahari.

Dari data ini menunjukkan bahwa petani akan memaksimalkan penggunaan lahan

dan mengintesifkan pengusahaannya untuk memperoleh pendapatan dengan tidak

mengkonservasi lahannya. Selanjutkan keadaan ini akan mengakibatkan kenaikan tingkat

erosi. Fakta ini dikuatkan oleh hasil penelitian Astuti (2008) bahwa semakin rendah tingkat

pendapatan rumahtangga semakin tinggi tingkat tekanan penduduk terhadap sumber daya

alamnya dan berakibat semakin tinggi tingkat erosi dan sedimentasi. Data ini bisa juga

mengungkapkan hal yang sebaliknya yaitu semakin tinggi tingkat erosi dan sedimentasi

menyebabkan tingkat kesuburan tanah semakin rendah dan berakibat penurunan

Page 31: II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahanrepository.ub.ac.id/2612/3/BAB II.pdf · II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan Istilah lahan dapat didefinisikan sebagai bagian daratan

38

produktivitas lahan pertaniannya yang akhirnya akan menurunkan tingkat pendapatan dari

hasil pertanian. Dijelaskan juga tekanan penduduk yang tinggi di Desa Sindangherang tetapi

ditunjang dengan pengairan yang baik pada lahan sawahnya tetap dapat menghasilkan

pendapatan yang tinggi.

Tabel 2. 9. Pedoman pemilihan teknologi konservasi tanah secara mekanisdan vegetatif berdasarkan tingkat kemiringan lahan, erodibilitas tanah, dan kedalaman solum (P3HTA dengan modifikasi)

Kemiringan (%)

erodibilitas /Kedalaman solum (cm) Rekomendasi

proporsi tanaman (%)

>90 cm 40 – 90 cm < 40 cm

Rendah

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

Tinggi

Semusim

Tahunan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

15 - 25

TB, BL, TB, BL,

TB, BL, TG, BL,

TG, BL, TG, BL,

Maks 50 Min 50 PH, SP,

PH, SP,

PH, SP,

PH, SP,

PH, SP,

PH, SP,

PT, RR,

PT, RR,

PT, RR,

PT, RR,

PT, RR,

PT, RR,

ST ST ST ST ST ST

25 - 40

TB, BL, TG, BL,

TG, BL, TG, BL,

TG, BL, TI, RR, TB, BL,

Maks 25 Min 75

PH, PT PH, PT

PH, PT PH, PT

PH, PT PH, PT

> 40 TI, TK TI, TK

TI, TK TI, TK

TI, TK TI, TK

0 100

Keterangan : * Untuk tanah peka erosi (Ultisol, Entisol, Vertisol, Alfisol) dibatasi sampai lereng 65%, sedangkan

untuk tanah yang kurang peka sampai lereng 100%.TB = Teras bangku; BL = Budidaya lorong, TG = Teras gulud; TI = Teras Individu; RR = Rorak; TK = Teras kebun; PH = Pagar hidup; ST = Strip rumput atau strip tanaman alami; SP = Silvipastura; PT = Tanaman penutup tanah

Semakin tinggi ketergantungan penduduk terhadap lahan pertaniannya maka

tekanan penduduk pada lahan semakin tinggi dan menyebabkan semakin rendah daya

dukung lahan, yang artinya semakin sedikit jumlah orang yang bisa dicukupi dari lahan

pertaniannya.