III.teknik Prosedur Pengumpulan Data

22
PT. BENNANTA JASINDO LAPORAN PENDAHULUAN BAB III TEKNIK DAN PROSEDUR PENGUMPULAN DATA 3.1. INVENTARISASI JALAN. Pemeriksaan dilakukan dengan inverval setiap 1 km dengan kecepatan kendaraan 10 – 30 km/jam, jika tidak memungkinkan dengan menggunakan mobil dilakukan dengan cara berjalan kaki, data yang dikumpulkan merupakan data umum dari ruas jalan yang di rencanakan. Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah : 1. Tipe Jalan 2. Median 3. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi Macadam, Perkerasan Beton Semen dan lain - lain. 4. Lebar Perkerasan 5. Lebar dan Jenis Bahu 6. Jenis dan Kedalaman Saluran Samping 7. Terrain 8. Alinyemen 3.2. SURVEY TOPOGRAFI. 3.2.1. Metode Pengukuran 1. Pengukuran Situasi Paket : Perencanaan Peningkatan Jalan dari Long Bleh Alok ke Long Bleh Modang III - 1

description

ok

Transcript of III.teknik Prosedur Pengumpulan Data

G

PT. BENNANTA JASINDO LAPORAN PENDAHULUAN

BAB III

TEKNIK DAN PROSEDUR PENGUMPULAN DATA3.1.INVENTARISASI JALAN.Pemeriksaan dilakukan dengan inverval setiap 1 km dengan kecepatan kendaraan 10 30 km/jam, jika tidak memungkinkan dengan menggunakan mobil dilakukan dengan cara berjalan kaki, data yang dikumpulkan merupakan data umum dari ruas jalan yang di rencanakan.

Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :1. Tipe Jalan2. Median3. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi Macadam, Perkerasan Beton Semen dan lain - lain.

4. Lebar Perkerasan

5. Lebar dan Jenis Bahu

6. Jenis dan Kedalaman Saluran Samping

7. Terrain

8. Alinyemen

3.2.SURVEY TOPOGRAFI.

3.2.1.Metode Pengukuran 1.Pengukuran Situasi

Pengukuran situasi daerah sepanjang lokasi perencanaan jalan yang mencakup semua keterangan yang ada di daerah sepanjang jalan , misalnya: rumah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, tiang telepon, batas-batas bangunan jembatan, batas sawah, batas kebun, arah aliran dan lain sebagainya.

Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan.

Daerah yang diukur 200 meter panjang masing-masing oprit dari pangkal jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok DMJ.

2.Pemasangan Patok-Patok

Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan dipasang pada awal / akhir 2 (dua) buah, pada patok antara dipasang dengan interval 1 km dan berpotongan dengan rencana jalan dengan sungai, sebanyak 2 (dua) buah seberang menyeberang.

Patok beton tersebut ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 45 cm (sehingga yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 15 cm)

Patok-patok BM diberi tanda BM dan Nomor Urut.

Untuk memudahkan pencarian patok BM, maka patok tesebut diberi cat warna kuning kemudian tulisan warna hitam. Dan semua patok terletak ditepi jalan.

Patok polygon maupun patok stasiun diberi cat kuning dengan tulisan hitam, yang diletakkan di sebelah kiri ke arah jalannya pengukuran

Khusus untuk profil memanjang, titik-titik yang terletak di sumbu jalan diberi paku yang dilingkari dengan cat kuning sebagai tanda.

3.Perhitungan dan Penggambaran

Perhitungan koordinat polygon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang dipergunakan

Penggambaran titik-titik polygon harus didasarkan pada hasil perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis

Gambar ukur berupa gambar situasi jembatan dalam kertas millimeter dengan skala 1: 500.

Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula semua keterangan-keterangan yang penting.

3.2.2. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUKURAN

Secara garis besar pekerjaan pengukuran terdiri dari :

Pemasangan Benchmark dan patok kayu. Pengukuran poligon (utama dan cabang). Pengukuran sipat datar (water pass). Pengukuran cross jalan dan Sungai. Perhitungan. Ketelitian penggambaran. Penggambaran. Penyusunan hasil yang harus diserahkan.

1.Pemasangan BM :

BM dipasang pada lokasi perencanaan jembatan sebanyak dua (2) buah terletak di kiri dan kanan jalan, dengan Ukuran BM adalah 15x15x60 cm.

Tiap benchmark dipasang baut di atasnya. Kemudian dicat warna kuning dan tulisan warna hitam, dipasang di tempat yang aman, kuat dan mudah dicari kembali.

2. Pengukuran Polygon :

Pengukuran poligon dijelaskan di bawah ini :

Poligon harus merupakan daerah yang akan dipetakan dan merupakan kring tertutup. Kesalahan penutup sudut maksimum 30"(N, dimana N banyaknya titik poligon. Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada (titik triangulasi, benchmark yang sudah ada), titik referensi yang digunakan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Semua BM yang dipasang maupun yang telah ada harus dilalui poligon. Alat ukur sudut yang harus digunakan Teodolite T2 Wild atau yang sejenis (dan pengukuran sudut dilakukan dengan titik nol yang berbeda 0(, 45(, 90(dan seterusnya). Pengamatan matahari dilakukan setiap titik (maksimal) sepanjang jalur poligon utama, cabang dan titik siput. Ketelitian linear poligon 1 : 5.000.

3.Pengukuran Waterpass :

Pengukuran sipat datar (water pass) dijelaskan di bawah ini :

Alat yang digunakan alat ukur sipat datar Automatic Level Ni2, Nak1, Nak2 atau sejenis. Pengecekan baut-baut tripod (kakitiga) jangan sampai longgar. Sambungan rambu ukur harus lurus betul. Rambu harus menggunakan nivo. Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur Waktu pembidikan rambu harus diletakkan di atas alas besi. Bidikan rambu harus antara interval 0,5 m dan 2,75 m Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m. Usahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka = jarak rambu belakang atau jumlah jarak muka = jumlah jarak belakang. Usahakan jumlah jarak (slaag) per seksi selalu genap Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang yakni benang atas, benang bawah, dan benang tengah. Pengukuran sipat datar harus dilakukan setelah BM dipasang. Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang harus melalui jalur sipat datar apabila berada ataupun dekat dengan jalur sipat datar. Pada jalur yang terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan cara pergi pulang, sedang pada jalur yang terbuka diukur dengan cara stan ganda dan pergi pulang. Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 ( D mm, di mana D = jumlah jarak dalam km.4.Pengukuran Cross Section :

Pengukuran cross section dijelaskan di bawah ini :

Pekerjaan ini meliputi pengukuran memanjang dan melintang jalan dan sungai. Alat yang digunakan Theodolite T0 atau yang sejenis. Interval jarak pada setiap cross sebesar 25 m.

5.Perhitungan :

(1). Hitungan Koordinat (x, y)

Data-data yang ikut mendukung dalam hitungan koordinat azimuth, hitungan sudut, hitungan jarak dan akhirnya hitungan x, y. Untuk mendapatkan hasil hitungan koordinat yang baik dan sesuai dengan yang disarankan Direksi, maka hitungan yang mendukung harus baik pula.

(2). Hitungan Sudut Mendatar (hasil pengukuran poligon)

Pengukuran dan perhitungan sudut mendatar hasil pengukuran poligon terdiri dari pengolahan data ukuran poligon kerangka utama, yang dimaksud pengolahan data ukuran poligon disini adalah :

Perhitungan kontrol pengukuran sudut

Perhitungan kontrol pengukuran jarak

Perhitungan koordinat.

a). Perhitungan kontrol pengukuran sudut

Setelah data sudut diseleksi dan dicek kemudian dilakukan hitungan sudut mendatar. Pada umumnya metode yang digunakan adalah hitungan poligon tertutup. Dengan diketahui azimuth awal didapat dari bosule magnetis. Untuk mengetahui salah penutup sudut dan besarnya koreksi sudut perdetik digunakan rumus :

N - 2 x 180 atau :

a (awal) + s (sudut) - n - 2x180 + fa = a (awal)

Dimana :

a (awal) =azimuth awal

s (sudut)=jumlah sudut yang diukur

n

=banyaknya titik

fa

=besarnya salah penutup sudut

Untuk menentukan besarnya koreksi sudut pertitik maka dapat dicari dari fa : n. Seandainya fa tidak habis dibagi dengan n, maka koreksi sudut yang besar (hasil pembulatan) harus diberikan pada titik sudut yang mempunyai sisi poligon terpendek. Seandainya ternyata fa di atas toleransi 10n(n maka harus dicek kembali proses hitungan yang telah dilakukan dan apabila perlupun penjumlahan sudut. Dan apabila ternyata memang tidak ada pengukuran ulang yang akan dilakukan tidak perlu banyak dikerjakan.

Untuk mendeteksi kesalahan sudut dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan sistem grafis. Dari gambaran grafis akan bisa diketahui daerah mana yang terdapat penyimpangan sudut. Maka untuk daerah tersebut harus diadakan pengukuran ulang.

b). Perhitungan kontrol pengukuran jarak

1). Hitungan jarak langsung

Perhitungan jarak langsung dapat dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan roll meter antar patok.

2). Hitungan jarak optis

Umumnya menghitung jarak secara optis dapat digunakan rumus sebagai berikut :

d

=L cos2 Z

Dimana :

d

=jarak datar

L

=jarak optis (Ba - Bb) x 100

Z

=sudut miring

Ba

=bacaan benang atas

Bb

=bacaan benang bawah

Setelah perhitungan jarak selesai maka dilakukan hitungan koordinat secara prinsip. Di sini dapat diuraikan mengenai pemakaian rumus dasarnya, yaitu hitungan absis dan ordinatnya dipakai rumus sebagai berikut :

X2=X1 = D sin a 1 - 2

Y2=Y1 = D cos a 1 - 2

Sedangkan untuk hitungan koreksinya dipakai rumus :

X (akhir) - X (awal) = D sin a + fx

Y (akhir) - Y (awal) = D cos a + fy

Untuk menentukan koreksi per sisi dilakukan dengan membagi koreksi X (Y) dengan jumlah sisi yang ada, sedangkan untuk mengetahui salah relatif dapat dihitung dari rumus:

S=D adalah 1 : ..

Dimana :

S=((fx2 + fy2)

D=jumlah jarak datarSeandainya S dibagi D hasilnya ternyata di atas toleransi (1 : 5.000) maka hitungan harus dicek kembali dan apabila perlu dilakukan pengecekan di lapangan sampai kesalahan itu dapat diketahui atau ditemukan. Tentunya hal semacam ini diperlukan team yang berpengalaman dalam mendeteksi kesalahan.

(2). Hitungan Elevasi

1).Kontrol bacaan ukuran benang

Untuk kontrol bacaan ukuran benang dipakai rumus :

Ba + Bb

Bt=((((

2

2). Hitungan beda tinggi (pulang - pergi)

Beda tinggi didapat dari pembacaan rambu ke belakang dikurangi dengan pembacaan rambu ke muka, begitupun beda tinggi pulang. Selisih beda tinggi pergi dan beda tinggi pulang harus masuk toleransi 8(D km dan lebih dari toleransi, maka esoknya langsung dilakukan pengukuran ulang.

Hitungan beda tinggi perseksi akan diusahakan selalu dalam proses hitungan. Sistem hitungan prataan untuk koreksi ukuran dalam satu seksi akan digunakan sistem perataan biasa. Tiap seksi akan selalu dicek hitungannya apakah memenuhi toleransi maka tahap-tahap pemecahannya adalah sebagai berikut :

Cek semua data ukur perhitungan, barangkali ada salah dalam penjumlahan. Kalau ternyata semua data ukur/hitungan benar, maka dilanjutkan pada butir 2.

Deteksi kesalahan, yaitu mencari perkiraan kira-kira kesalahan itu terjadi dan setelah didapat maka langsung dicek ulang ke lapangan dengan alat ukur.

Dengan demikian seterusnya sampai akhirnya kesalahan itu diketahui secara pasti.

(3). Hitungan elevasi dan Situasi (Metode Tachimetry)

Untuk hitungan elevasi/tinggi cara pelaksanaannya akan dilakukan yang telah diuraikan di atas, begitu pula untuk hitungan jarak datar pada situasi. Di bawah ini akan diuraikan cara perhitungan beda tinggi dari detail situasi (metode tachimetry), yaitu :

H= L sin2 Z

Dimana :

H=beda tinggi

L=jarak miring/optis

=(Ba - Bb) x 100

Z=sudut miring/vertikal

Sedangkan untuk tinggi bidikan yang tidak sama dengan tinggi alat, maka rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :

H= L sin2 Z + Ta - Bt

Dimana :

H=beda tinggi

L=jarak miring/optis

=(Ba - bb) x 100

Z=sudut miring/vertikal

Ta=tinggi alat

Bt=bacaan benang tengah3.3.PELAKSANAAN UJI KEKUATAN TANAH DASAR DENGAN DCPPelaksanaan uji kekuatan tanah dasar dengan DCP ini adalah untuk mendapatkan nilai CBR lapisan tanah dasar yang dilakukan pada ruas ruas jalan yang belum beraspal, seperti jalan tanah, jalan kerikil atau jalan aspal yang telah rusak hingga tampak lapisan pondasinya.

Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk melakukan test DCP diperlukan 3 orang dengan pembagian tugas: 1 orang untuk memegang alat DCP, 1 orang untuk menarik palu geser keatas dan menjatuhkannya kembali, 1 orang untuk membaca dan mencatat penetrasi ujung konus tiap frekwensi dan jumlah tumbukan tiap frekwensi.

b. Pilihlah titik uji di lokasi seperti contoh dalam sketsa gambar di atas.

c. Gunakan formulir yang tersedia untuk mencatat data-data yang diperlukan.

d. Galilah lubang dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pengujian dengan alat DCP untuk keperluan pelebaran jalan

Ukuran lubang bergaris tengah 20 cm

Pilih titik-titik uji pada perbatasan antara perkerasan dan bahu jalan agar mudah menetapkan posisi tepi bawah subbase. Galian dimulai dari tepi atas bahu jalan di perbatasan antara perkerasan dan bahu jalan sampai material bahu jalan pada ketinggian tepi bawah subbase.

Alat DCP nantinya akan diletakkan tepat diatas permukaan tanah dasar atau persis sama dengan tepi bawah subbase.

Pengujian dengan alat DCP untuk keperluan pembangunan jalan baru atau rekonstruksi

Ukuran lubang bergaris tengah 20 cm. Pilih titik-titik uji di as jalan baru atau jalan yang akan direkonstruksi, kemudian cari posisi subgade sesuai dengan plan & profile atau pra rencana jalan baru untuk mengetahui dimana posisi alat DCP harus diletakkan sebelum pengujian dimulai.

Galian dilakukan sampai posisi tepi atas subgrade.

Pengujian dengan alat DCP untuk keperluan overlay jalan lama.

Ukuran lubang bergaris tengah 20 cm. Pilih titik-titik uji di wheel track pada lapis permukaan jalan beraspal, dari sini mulai dilakukan penggalian sampai kedalaman lapis perkerasan yang beraspal.

Alat DCP nantinya akan diletakkan tepat diatas lapis perkerasan yang tidak beraspal, pengujian akan dimulai dari sini.

a. Singkirkan bahan aspal atau apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan test DCP.

e. Pasanglah peralatan DCP dan pastikan agar semua sambungan sudah dalam keadaan kencang.

f. Pasanglah alat DCP dalam posisi vertikal sedemikian rupa sehingga konus terletak di dasar lubang yang digali, dimana bagian kerucut yang paling tebal terletak sama tingginya dengan permukaan dasar lubang. Ini sekarang merupakan posisi dimulainya pengujian/tes.

g. Letakkan batang pengukur khusus antara clamp ring dan dasar DCP (terkunci) diatas tanah keras dan ambillah pencatatan - 0. Catatlah pencatatan ini (dalam mm) pada Formulir (yang disediakan) untuk Tumbukan No. 0.

h. Mulai melakukan pemukulan pertama dengan palu geser dan dicatat hasil penurunannya dalam mm pada Formulir, kemudian diteruskan pemukulan kedua dan seterusnya termasuk pencatatannya pada Formulir tersebut.

Gambar Alat DCP

Lokasi pengujian dengan alat DCP ditentukan sebagai berikut:

A. Betterment dengan widening

B. Pembangunan jalan baru atau rekonstruksi

Lokasi Pengujian CBR lapangan dengan alat DCP

3.4. SURVEY LALU - LINTAS.

Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar perencanaan jalan.

Seluruh jenis kendaraan yang lewat baik dari arah depan maupun dari arah belakang harus dicatat.

Setiap lajur minimal 2 orang dengan peralatan yang digunakan 1 orang 1 counter serta format survey yang telah ditentukan.

Pos-pos perhitungan lalu lintas terdiri dari :

a Pos Kelas A : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang tinggi dan mempunyai LHR > 10.000 kendaraan.

b Pos Kelas B : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang sedang dan mempunyai 5.000 < LHR< 10.000 kendaaan.

c Pos Kelas C : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang rendah dan mempunyai LHR < 5.000 kendaraan.

Pemilihan Lokasi Pos

a. Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata dari ruas jalan tidak terpengaruh oleh angkutan ulang alik yang tidak mewakili ruas (commuter traffic).

b. Lokasi pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk kedua arah, sehingga memungkinkan pencatatan kendaraan dengan mudah dan jelas.

c. Lokasi pos tidak dapat ditempatkan pada persilangan jalan.

Tanda Pengenal Pos

Setiap pos perhitungan lalu lintas rutin mempunyai nomor pengenal, terdiri dari satu huruf besar dan diikuti oleh tiga digit angka. Huruf besar A,B,dan C memberikan identitas mengenai tipe kelas pos perhitungan.

Tiga digit angka berikutnya identik dengan nomor ruas jalan dimana pos-pos tersebut terletak.

Apabila pada suatu ruas jalan mempunyai pos perhitungan lebih dari satu, maka kode untuk pos kedua, digit pertama diganti dengan 4 dan seterusnya. Urutan pos hendaknya dimulai dari kilometer kecil kearah kilometer besar pada ruas jalan tersebut.

Contoh:

1. Di ruas jalan 002 ada beberapa pos kelas A penulisan nomor posnya : A002; A302; A402 sampai dengan A902.

2. Di ruas jalan 057 ada beberapa pos kelas C, penulisan nomor posnya: C057; C357; C457 sampai dengan C957.

Periode Perhitungan

a. Pos Kelas A

Untuk Pos Kelas A perhitungan dilakukan dengan periode 40 jam selama 2 hari, mulai pukul 06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir 22.00 pada hari kedua.

Pembina jalan akan menginformasikan jadual perhitungan pada awal tahun anggaran. Apabila ada perubahan jadual, waktu survey akan ditentukan lebih lanjut oleh pembina jalan yang bersangkutan.b. Pos Kelas B

Untuk pos kelas B, pelaksanaan perhitungan seperti pada pos kelas A. Pelaksanaan perhitungan pada pos-pos kelas B sesuai jadual yang telah ditentukan. c.Pos Kelas C

Perhitungan dilakukan dengan periode 16 jam mulai pukul 06.00 pagi dan berakhir pada pukul 22.00 pada hari yang sama yang ditetapkan untuk pelaksanaan perhitungan.

Pengelompokan Kendaraan (RTC-Manual)

Dalam perhitungan jumlah lalu lintas, kendaraan dibagi kedalam 8 kelompok mencakup kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

Golongan / KelompokJenis Kendaraan yang masuk kelompok ini adalah

1Sepeda motor, sekuter, sepeda kumbang dan kendaraan bermotor roda 3

2Sedan, Jeep, dan Station Wagon.

3Opelet, Pick-up opelet, Suburban, Combi, Minibus

4Pick-up, Micro Truck dan Mobil hantaran atau Pick-up Box

5aBus Kecil

5bBus Besar

6Truk 2 sumbu

7aTruk 3 cumbu

7bTruk Gandengan

7cTruk Semi Trailer

8Kendaraan tidak bermotor, sepeda, becak, andong/ dokar, gerobak sapi

Pengenalan ciri kendaraan :

1. Sepeda Kumbang: sepeda yang ditempeli mesin 75 cc (max).2. Kendaraan bermotor roda 3 antara lain: bemo dan bajaj.

3. Kecuali Combi, umumnya sebagai kendaran penumpang umum maximal 12 tempat duduk seperti mikrolet, angkot, minibus, pick-up yang diberi penaung kanvas/ pelat dengan rute dalam kota dan sekitarnya atau angkutan pedesan.

4. Umumnya sebagai kendaraan barang maximal beban sumbu belakang 3,5 ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT).

5a. Bus Kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk antara 16 s/d 26 buah, seperti kopaja, metromini, elf dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG) dan panjang kendaraan maximal 9 m dengan sebutan bus .

5b. Bus Besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk antara 30 s/d 50 buah, seperti bus malam, bus kota, bus antar kota yang berukuran 12 m (+) dan STRG.

6. Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban sumbu belakang antara 5-10 ton (MST 5,8,10 dan STRG).

7a. Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu yang letaknya STRT dan SGRG (sumbu ganda roda ganda).

7b. Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no. 6 dan 7 yang diberi gandengan bak truk dan dihubungkan dengan batang segitiga. Disebut juga Full Trailer Truck.

7c. Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yang terdiri dari kepala truk dengan sumbu 2-3 sumbu yang dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang beroda belakang yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula.

Keterangan

Handle

Hammer (8 kg)

Hammer shaft

Coupling

Handguard

Clamp ring

Standard shaft

1 meter rule

60o cone

Tepi luar perkerasan lama, posisi DCP tidak mengganggu perkerasan lama

Pada Hari yang sama

16 Jam

06.00

22.00

Paket : Perencanaan Peningkatan Jalan dari Long Bleh Alok ke Long Bleh ModangIII - 18