iii. pengenalan cacat rotan

39
Jl.Gunung Batu 5 Bogor 16610 Telp/Fax. (0251) 8633378 / 8633413 email: [email protected] www.pustekolah.org Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan ISBN: J a s n i K r i s d i a n t o Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bogor, 2015 DI LAPANGAN PENGENALAN KUALITAS ROTAN

Transcript of iii. pengenalan cacat rotan

Page 1: iii. pengenalan cacat rotan

Jl.Gunung Batu 5 Bogor 16610Telp/Fax. (0251) 8633378 / 8633413

email: [email protected]

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

ISBN:

Jasni Krisdianto

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanBadan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi

Lingkungan Hidup dan KehutananBogor, 2015

DI LAPANGANPENGENALAN KUALITAS ROTAN

Page 2: iii. pengenalan cacat rotan

Penulis : Dr. Krisdianto, S.Hut, M.Si

Dra. Jasni, M.Si

Editor: Dr. Ir. Osly Rachman, M.Sc

Penyunting :

Ir. Didik Purwito, M.Sc

Penerbit : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Jl. Gunung Batu No.5 Bogor – 161999

web: www.pustekolah.org email: [email protected]

Page 3: iii. pengenalan cacat rotan

Rotan adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki nilai ekonomis dan estetika yang tinggi. Produk-produk dari rotan sangat diminati masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri. Karena produk-produk rotan memiliki berbagai keunggulan, salah satu keunggulan produk rotan yaitu memiliki karekter yang unik, selain itu juga mempunyai kesan eksotis dan alami.

Tingginya minat terhadap produk-produk rotan, mendorong dibentuknya asosiasi atau organisasi dunia di bidang rotan dan bambu: International Network for Bamboo and Rattan (INBAR). INBAR mempunyai tujuan meningkatkan kehidupan petani rotan dan perajin bambu diseluruh dunia. Untuk menyamakan kualitas rotan, INBAR telah membuat standar yang harus diadopsi oleh para perajin rotan di seluruh dunia diantaranya adalah Indonesia. Namun demikian belum semua negara penghasil rotan mengadopsinya.

Buku pedoman ini menguraikan secara praktis karakter, sifat, dan kualitas rotan melalui pengenalan cacat rotan di lapangan, dengan mengacu pada standar kualitas rotan INBAR yang telah diacu dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-7208-2006.

Semoga buku ini dapat memberi manfaat dalam membantu mengidentifikasi/membantu cacat rota di lapangan.

Bogor, Agustus 2015

Kepala Pusat

Dr. Ir. Dwi Sudharto, M.Sc.

Page 4: iii. pengenalan cacat rotan

iii

Hal.

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------- i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------ iii DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------ v DAFTAR GAMBAR -------------------------------------------------------- vii I. PENDAHULUAN --------------------------------------------------- 1 II. PENENTUAN KUALITAS (GRADING) ---------------------- 2 A. Penentuan Kualitas Setelah Pemrosesan -------------------- 4 B. Penentuan Kualitas Sebelum Diperdagangkan ------------- 6 III. PENGENALAN CACAT ROTAN ------------------------------ 7 A. Pengertian Cacat Rotan ----------------------------------------- 7 B. Penyebab Cacat -------------------------------------------------- 8 1. Faktor Genetis ------------------------------------------------- 8 2. Faktor Biologis ------------------------------------------------ 10 3. Faktor Fisis-mekanis ----------------------------------------- 14 4. Cacat Ukuran -------------------------------------------------- 17 5. Faktor Kimiawi ----------------------------------------------- 18 C. Jenis Cacat Rotan dan Distribusinya -------------------------- 18 D. Cara Penanggulangan Cacat Rotan --------------------------- 20 1. Cacat Genetis -------------------------------------------------- 20 2. Cacat Biologis ------------------------------------------------- 21 3. Cacat Fisis-mekanis ------------------------------------------ 21 IV. PENUTUP ------------------------------------------------------------ 21 DAFTAR PUSTAKA

Page 5: iii. pengenalan cacat rotan

iv

Tabel Hal. 1. Pengelompokkan organisme perusak rotan ----------------------- 11 2. Jenis cacat yang terdapat pada rotan dan

distrubusinya menurut kelas cacat dan sortimen rotan -------------------------------------------------------------------- 19

Page 6: iii. pengenalan cacat rotan

v

Gambar Hal.

1. Rotan besar (a) dan rotan kecil (b) ---------------------------------- 3 2. Penyortiran diameter rotan ------------------------------------------- 3 3. Penggorengan rotan --------------------------------------------------- 5 4. Pembersihan permukaan rotan dengan air

bertekanan tinggi ------------------------------------------------------ 5 5. Buku menonjol (Sumber: Hing, 1991) ----------------------------- 8 6. Cacat batang terpuntir (Sumber: Hing, 1991) --------------------- 9 7. Sepotong rotan dengan cacat ruas pendek (Sumber:

Hing, 1991, dan Jasni, 2009) ---------------------------------------- 9 8. Kulit mengelupas (Sumber: Jasni, 2006) -------------------------- 9 9. Warna kulit rotan (Sumber: Jasni, 2006) --------------------------- 10 10. Diameter ruas berbeda (Sumber: Hing, 1991 --------------------- 10 11. Perubahan warna rotan akibat diserang jamur pada

kondisi basah (a) dan kering (b). ------------------------------------ 12 12. Cacat mata pecah akibat serangan sejenis

cacing.(Sumber: Hing, 1991, Jasni, 2005) --------------------------------- 12 13. Cacat akibat kumbang bubuk basah (perhatikan lubang-

lubang dengan pinggir hitam. (Sumber: Jasni, 2005). ------------------- 13 14. Lubang gerek akibat terserang bubuk kering. (Sumber:

Jasni, 2005) ----------------------------------------------------------------------- 13 15. (a & b) Bubuk dewasa Dinoderus minutus Fabr.; (c)

Larva bubuk Dinoderus minutus Fabr. (Sumber: Sri Harwati, 1999) ------------------------------------------------------------------- 13

16 Cacat keriput.(Sumber: Jasni, 2005) ---------------------------------------- 14 17. Cacat ketemu buku. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni,

2010) ------------------------------------------------------------------------------- 15

Page 7: iii. pengenalan cacat rotan

vi

Gambar Hal.

18. Cacat batang meruncing. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni, 2010) ------------------------------------------------------------------------------- 15

19. Cacat parut buaya. (Sumber: Jasni, 2005) ---------------------------------- 16 20 Cacat pecah buku. (Sumber: Jasni, 2005) ---------------------------------- 16 21. Cacat kulit tergores/pecah kulit. (Sumber: Jasni, 2005) ----------------- 17 22. Cacat serat lepas. (Sumber: Jasni, 2005). ----------------------------------- 18

Page 8: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 1

I. PENDAHULUAN

‘Rotan’ merupakan istilah kata dari Bahasa Melayu ‘rautan’ yang memiliki arti batang tanaman yang perlu diraut sebelum digunakan. Rotan yang dikenal dalam Bahasa Inggris ‘rattan’ adalah batang yang diperoleh dengan cara mengupas dengan pisau atau parang yang tajam. Dalam hal ini sebelum digunakan batang rotan perlu dihaluskan permukaannya. Rotan dalam definisi ini juga termasuk produk turunannya seperti kulit, core, fitrit dan split yang berbentuk setengah bundar, oval atau pipih yang diambil dari bagian dalam batang rotan. Berdasarkan asal tumbuhannya, rotan dapat diartikan sebagai tanaman dari kelompok palmae dari family Arecaceae yang termasuk tanaman memanjat. Dalam suku Calameae, terdapat 19 genus, dengan beberapa genus yang dikenal yaitu: Calamus, Ceratolobus, Daemonorops, Korthalsia, Metroxylon, Plectocomia dan Plectocomiopsis (Rachman dan Jasni, 2013). Pemanfaatan rotan sangat bervariasi dari tali pengikat sampai mebel, tikar dan aneka keranjang.

Salah satu keunggulan rotan adalah produknya mempunyai karakter unik dan eksotis. Selain itu, kesan produk alami selalu melekat pada produk dari rotan. Sifat khas, unik dan eksotis ini telah dicoba digantikan oleh produk yang sama terbuat dari plastik dengan kenampakan sama dengan rotan alami, namun rotan tiruan ini kurang diminati oleh pengguna rotan, karena sifat alaminya kurang terasa, selain itu harga produk rotan tiruan kadang lebih mahal dari rotan alaminya.

Produk rotan yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah mebel rotan. Mebel dalam berbagai bentuk dapat dibuat dengan

Page 9: iii. pengenalan cacat rotan

2 | Pengenalan Kualitas Rotan

bahan rotan, terutama untuk mebel yang membutuhkan bentuk lengkung. Batang rotan juga terbukti mampu memenuhi kekuatan yang dipersyaratkan oleh standar untuk mebel, namun hanya jenis rotan tanpa cacat dengan dimensi tertentu saja yang dapat digunakan. Untuk itu, rotan diameter besar bebas cacat diutamakan sebagai kerangka mebel rotan, sedangkan bagian lain dari mebel menggunakan rotan dengan kualitas yang lebih rendah.

Penentuan kualitas (grading) batang rotan mengacu pada penggunaannya, seperti mebel, kerajinan dan keranjang. Dua hal yang menjadi penentu kualitas rotan adalah ukuran diameter dan kenampakan permukaan batangnya termasuk keberadaan cacat pada batang rotan. Dalam perdagangan batang rotan, grading merupakan langkah awal yang sangat penting untuk menentukan persyaratan kualitas produk rotan. Selain itu, penentuan kualitas dalam kondisi alaminya menyebabkan batang rotan dapat digunakan secara optimum sesuai dengan sifat dan kualitas alami yang dimilikinya. Penggunaan batang rotan yang berkualitas sesuai dengan produk yang diinginkan juga memberikan keuntungan terhadap pengguna rotan dan mengurangi limbah akibat rusak cacat atau perbedaan kualitas.

Grading rotan tidak hanya berguna bagi petani rotan tetapi juga seluruh komponen perdagangan rotan seperti pengumpul, pengepul, pemroses setengah jadi, pembuat mebel, pengekspor, pengimpor, penjual dan pembeli atau pemakai. Dalam perdagangan rotan, grading membantu dalam penentuan harga dan memudahkan pembuat produk rotan menunjuk kualitas rotan yang diinginkan dari kualitas rotannya. Namun demikian, perbedaan tujuan penggunaan rotan dan sumberdaya yang ada

Page 10: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 3

menyebabkan variasi standar kualitas antar negara. Di Hongkong dan Singapura misalnya, kualitas rotan dibedakan hanya dalam 3 grade berdasarkan kekerasannya yaitu ‘lunak’, ‘agak keras’ dan ‘keras’, sedangkan di Filipina rotan dikelompokkan dalam grade AB (bebas cacat) dan CD(bercacat).

International Network for Bamboo and Rattan (INBAR) merupakan satu-satunya organisasi dunia di bidang rotan dan bambu. INBAR mempunyai tujuan meningkatkan kehidupan petani rotan dan perajin bambu diseluruh dunia. Dalam hal penentuan kualitas rotan, INBAR telah membuat panduan kualitas untuk rotan, namun standar tersebut belum seluruhnya diadopsi oleh negara penghasil rotan. Indonesia sebagai salah satu negara penghasil rotan terbesar di dunia telah mengadopsi standar kualitas rotan INBAR dan diacu dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7208-2006 tentang jenis, sifat dan kegunaan rotan. Buku pedoman ini menguraikan kualitas dan grading rotan seperti telah dijelaskan oleh INBAR dan Standar Nasional Indonesia, serta uraian cara pengenalan cacat yang terdapat pada rotan.

II. PENENTUAN KUALITAS (GRADING)

Penentuan kualitas batang rotan perlu dan dilakukan pada tahap awal sehingga kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan suatu produk rotan. Penentuan kualitas batang rotan didasarkan pada 3 hal, yaitu: dimensi, kekerasan dan persentase cacat. Dimensi meliputi diameter dan panjang batang rotan, sedangkan

Page 11: iii. pengenalan cacat rotan

4 | Pengenalan Kualitas Rotan

kekerasan tidak berhubungan langsung dengan sifat kekerasan alaminya, namun kemampuan batang rotan kembali ke bentuk semula setelah dilengkungkan dengan kekuatan tangan. Cacat pada permukaan batang rotan terbagi menjadi cacat yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan dengan persentase tertentu.

Parameter dimensi batang rotan meliputi diameter dan panjang batang. Diameter batang rotan dipisahkan menjadi dua, yaitu diameter ‘besar’dan diameter ‘kecil’ (Gambar 1). Rotan diameter besar: rotan utuh dengan ukuran diameter >

18 mm; Rotan diameter kecil: rotan utuh dengan ukuran diameter <

18 mm.

Gambar 1. Rotan besar (a) dan rotan kecil (b).

Panjang batang, walaupun bukan merupakan parameter kualitas yang menentukan, namun dalam perdagangan rotan-rotan berdiameter besar umumnya memiliki panjang 1–8 m dengan panjang yang umumnya diperdagangkan 3–4 m. Untuk rotan kecil, umumnya diperdagangkan dengan panjang 4 - 5 m sampai 8 m (Gambar 2).

a b

Page 12: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 5

Gambar 2. Penyortiran diameter rotan

Berdasarkan kekerasannya, kualitas rotan dikelompokkan dalam tiga kelas kualitas yaitu: a. Rotan keras, apabila rotan dilengkungkan dengan kekuatan

tangan dan dilepaskan akan kembali ke bentuk lurus seperti semula dengan cepat.

b. Rotan sedang, apabila rotan dilengkungkan dengan kekuatan tangan dan dilepaskan akan kembali ke bentuk semula agak lambat dan tidak sepenuhnya lurus.

c. Rotan lunak, apabila rotan dilengkungkan dengan tangan menyebabkan retak atau pecah. Sebelum retak atau pecah dibagian ujung batangnya, batang rotan kembali ke bentuk awalnya.

Pada tahap awal, batang rotan yang memiliki cacat akibat kondisi alaminya dipisahkan untuk diperdagangkan di pasar lokal dengan pemrosesan lebih lanjut seperti perataan batang dan atau pemolesan. Kemudian, secara visual cacat pada rotan akibat perbedaan warna, jamur, pecah dan lubang gerek dipisahkan untuk kualitas yang lebih rendah.

Page 13: iii. pengenalan cacat rotan

6 | Pengenalan Kualitas Rotan

Di Indonesia, batang rotan yang bebas cacat dimasukkan dalam kelas kualitas tinggi (grade AB) dan rotan bercacat dimasukkan dalam kelas kualitas CD. Rotan kualitas AB memiliki nilai jual tinggi dan produk yang dihasilkan untuk tujuan ekspor, sedangkan rotan kualitas CD diproses lebih lanjut untuk mengurangi cacat seperti penghilangan kulit (scrapping) dan pemolesan. Setelah pemrosesan, rotan CD yang tidak memiliki cacat dimasukkan dalam kelompok CD 1 untuk diperdagangkan bagi produk rotan untuk ekspor. Setelah diproses, rotan yang masih memiliki cacat yang tampak secara visual dimasukkan dalam kelompok kualitas CD 2 yang diperdagangkan bagi produk rotan lokal.

Batang rotan grade AB dan CD 1 kemudian dikelompokkan dalam tujuh kelas diameter dari 14 – 30 mm. Di Hongkong dan Singapura, kualitas rotan dikelompokkan berdasarkan kekerasannya, yaitu ‘lunak’, ‘agak keras’ dan ‘keras’ seperti telah dijelaskan sebelumnya.

A. Penentuan Kualitas Pasca Pemrosesan Pengolahan

Setelah diproses, batang rotan dikelompokkan berdasarkan warna permukaannya dengan prinsip warna keputihan, krem dan kekuningan lebih baik dari warna kecoklatan. Setelah warna, kualitas rotan juga ditentukan oleh kilap dan kecerahan permukaannya, dimana permukaan batang rotan yang cerah dan mengkilap lebih baik dari batang yang berwarna kusam.

Untuk meningkatkan kualitas permukaan, batang rotan yang berwarna keabu-abuan atau kecoklatan dapat diputihkan dengan

Page 14: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 7

larutan hidrogen peroksida atau larutan pemutih lainnya. Selain pemutihan, batang rotan juga difumigasi dengan belerang setelah pencucian dan pengeringan untuk meningkatkan kecerahan dan kekilapan batang rotan. Pewarna tiruan dan pelapisan dengan melamine juga dilakukan terhadap batang rotan yang memiliki kualitas rendah agar dapat meningkatkan kualitas permukaannya.

Secara tradisional, peningkatan kualitas rotan dilakukan sebelum rotan dikeringkan yaitu dengan menggoreng rotan dengan minyak tanah (Gambar 3.). Setelah digoreng, rotan segar menjadi lebih berkilap dan mempercepat pengeringan di udara terbuka. Selain penggorengan dengan minyak tanah, penggorengan juga dilakukan dengan media air panas, namun hasilnya tidak sebaik penggorengan dengan minyak tanah. Selain itu, pembersihan permukaan rotan juga dilakukan melalui penyemprotan air bertekanan tinggi (water jet spray) (Gambar 4.). Namun demikian, proses peningkatan kualitas dengan hidrogen peroksida, fumigasi belerang, penggorengan dengan minyak tanah dan pemanasan dengan air belum memiliki latar belakang ilmiahnya terutama pengaruhnya terhadap kekuatan rotan. Selain itu, proses peningkatan kualitas tersebut berpengaruh terhadap kadar air rotan seperti pemutihan dengan hidrogen peroksida menyebabkan kadar air rotan meningkat lagi dan memerlukan pengeringan lanjutan, sedangkan fumigasi dengan pembakaran belerang menyebabkan hidrolisis batang rotan dalam kondisi asam menyebabkan rusaknya matrik batang rotan yang berpengaruh terhadap kekuatannya.

Page 15: iii. pengenalan cacat rotan

8 | Pengenalan Kualitas Rotan

Gambar 3. Penggorengan rotan

Gambar 4. Pembersihan permukaan rotan dengan air bertekanan tinggi

B. Penentuan Kualitas Sebelum Diperdagangkan

Pada proses terakhir, rotan dalam bentuk turunan: bundar, belah, split dan fitrit dikelompokkan dalam kelompok kualitasnya sebelum dipasarkan. Pengelompokkan kualitasnya berdasarkan dimensi rotan (diameter, ketebalan, panjang, perbedaan diameter ujung dan pangkal (taper), panjang antar buku), warna, kecerahan dan kilap, kekerasan dan cacat (kelurusan), jamur pewarna, lubang gerek, bekas pukulan dan retak. Pengelompokkan rotan belah, split serta fitrit lebih

Page 16: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 9

diutamakan pada ukurannya seperti diameter/lebar, ketebalan dan panjangnya. Cacat rotan akibat serangan jamur, lubang gerek, pecah dan bekas pukulan tidak diperkenankan dalam produk turunan ini.

1. Permasalahan dalam sistem grading saat ini

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penentuan kualitas (grading) bervariasi di setiap negara berdasarkan kebutuhannya. Penentuan kualitas masih berdasarkan penilaian subyektif secara visual. Penentuan kualitas rotan berdasarkan warna, misalnya, masih berdasarkan persepsi manusia terhadap warna yang ditangkap oleh mata. Penggunaan tabel warna yang digunakan untuk produk cat juga memiliki keterbatasan.

Selain itu, perbedaan sebutan nama rotan menyebabkan kebingungan dalam penentuan standar secara internasional. Untuk jenis Calamus caesius misalnya, disebut ‘rotan sega’ di Malaysia dan beberapa lokasi di Indonesia, namun di bagian lain Indonesia menyebut rotan jenis tersebut dengan sebutan ‘rotan taman’. Di Malaysia, terdapat empat sebutan rotan berdasarkan persepsi produknya, yaitu: Rotan ‘sega’ yaitu batang rotan yang lapisan silikanya telah

rusak dan cepat kembali ke bentuk semula pada saat dilengkungkan dengan kekuatan tangan. Jenis rotan yang masuk dalam kelompok ini adalah Calamus caesius, C.

optimus, C. trachycoleus dan C. leiocaulis. Rotan ‘lunti’ adalah rotan sama seperti sega namun lapisan

silikanya telah dihilangkan. Jenis rotan ini sama dengan rotan sega.

Page 17: iii. pengenalan cacat rotan

10 | Pengenalan Kualitas Rotan

Rotan ‘ayer’ adalah batang rotan yang sudah tidak memiliki lapisan silika.

Rotan ‘sticks’ adalah rotan yang lurus dan kuat dan ditujukan untuk produk rotan lurus dan kuat untuk tongkat dan kerangka mebel.

Untuk jenis rotan yang termasuk ayer dan sticks bervariasi bergantung dari bentuk produk akhirnya.

Di Filipina, batang rotan dikelompokkan dalam enam kelompok, yaitu: palasan, limuran, tumalim, olisi, sika dan arorog. Penentuan kualitasnya berdasarkan ukuran diameter.

2. Penentuan kualitas berdasarkan perbedaan diameter di beberapa negara

Dalam kategori rotan diameter besar dan kecil, diameter dikelompokkan dalam empat atau lima kelas diameter dengan perbedaan 2, 3, 5, 6 atau 9 mm. Di Thailand, diameter diukur dalam mm dengan kelebihan atau kekurangan yang diperbolehkan sebesar 2 mm.

Secara umum, permasalahan yang muncul karena tidak tersedianya standar adalah: ketidak pastian istilah, tidak adanya standar kualitas, pemanenan rotan yang masih muda dan kualitas produk rotan yang bervariasi dan cenderung rendah. Pengenalan terhadap standar penentuan kualitas memiliki keuntungan peningkatan kualitas produk rotan yaitu peningkatan kualitas produk rotan, ketersediaan produk rotan berkualitas secara global, mengurangi limbah.

Page 18: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 11

III. PENGENALAN CACAT ROTAN

A. Pengertian Cacat Rotan

Cacat rotan adalah kelainan tertentu pada rotan yang dapat menurunkan atau berpengaruh negatif terhadap mutu rotan. Cacat-cacat tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu: 1) Cacat ringan (cacat ringan adalah cacat yang pengaruh

negatifnya terhadap mutu rotan relatif ringan); 2) Cacat sedang (cacat sedang adalah cacat yang pengaruh

negatifnya terhadap mutu rotan relatif sedang); 3) Adapun cacat berat (cacat yang pengaruh negatifnya terhadap

mutu rotan relatif berat. Cacat berat tidak diperkenankan masuk ke dalam semua kelas mutu, kecuali mutu terendah.

Penyebab cacat yang terjadi pada rotan dapat dikelompokan menjadi empat faktor, yaitu: (1) faktor genetis atau keturunan; (2) faktor biologis; (3) faktor fisis-mekanis; dan (4) faktor kimiawi.

Cacat yang disebabkan faktor genetis sukar dihilangkan karena merupakan sifat turun-temurun yang diwariskan dari induk kepada keturunannya. Sifat ini mungkin dapat dikurangi dengan cara pemuliaan tanaman atau melalui rekayasa genetis.

Sedangkan, Cacat akibat faktor biologis, merupakan cacat yang terjadi akibat serangan organisme perusak rotan (OPR) atau disebut juga perusak biologis. Cacat biologis dapat dikurangi atau dihilangkan apabila sifat dan perilaku OPR serta teknologi pencegahannya (pengawetan) dikuasai.

Cacat karena faktor fisis-mekanis merupakan cacat yang terjadi akibat pe-ngaruh fisis dan atau mekanis selama

Page 19: iii. pengenalan cacat rotan

12 | Pengenalan Kualitas Rotan

pemanenan, pengangkutan dan pengolah-an rotan. Cacat fisis-mekanis dapat dikurangi atau dihilangkan jika metode penanganan (handling) dalam pemanenan, pengangkutan dan pengolahan rotan talah dikuasai.

Cacat kimiawi adalah cacat yang terjadi akibat kekeliruan penggunaan bahan kimia dalam pengolahan rotan, antara lain dalam proses pemutihan (bleaching).

B. Penyebab Cacat

Faktor-faktor penyebab cacat dan jenis cacat yang ditimbulkannya diuraikan seperti di bawah ini:

1. Faktor Genetis (keturunan)

a. Batang tidak bulat

Pada umunya bentuk batang rotan adalah bulat atau hampir silindris. Bila terjadi penyimpangan dari bentuk batang tersebut maka dinyatakan sebagai cacat. Bentuk tidak bulat ini dapat terjadi sepanjang batang atau hanya sepanjang beberapa ruas. Contoh bentuk tidak bulat sepanjang batang adalah dari jenis semambu, tabu-tabu (minong), tanah, cemeti dan wilatung. Sedangakan contoh rotan yang tidak bulat pada beberapa ruas adalah dari jenis mawi, tarumpu dan dahan.

b. Buku menonjol

Pada umumnya rotan dengan bentuk batang tidak silindris mempunyai bentuk buku yang menonjol, sehingga

Page 20: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 13

ukuran diameter tiap ruas tidak sama sepanjang batang (Gambar 5). Contoh: rotan batang, manuk, mantang dan ampar bungkus

Gambar 5. Buku menonjol

(Sumber: Hing, 1991)

c. Batang terpilin

Cacat batang terpuntir mirip dengan cacat serat terpuntir pada batang kayu. Rotan yang mengandung cacat ini tampak seperti terpilin (Gambar 6), sehingga sangat sukar dalam pengerjaannya sebagai bahan pembuatan mebeler. Oleh karena itu cacat ini harus ditolak dalam pengujian.

Gambar 6. Cacat batang terpuntir

(Sumber: Hing, 1991)

d. Ruas pendek

Hampir semua rotan mempunyai panjang ruas sekitar 15 cm atau lebih, bahkan beberapa jenis rotan ada yang mempunya ruas sepanjang 60 – 100 cm. Namun beberpa jenis rotan mempunyai ruas lebih pendek dari batasan minimum sekitar 15 cm. Karena itu, rotan tersebut disebut sebagai rotan yang mempunyai cacat ruas pendek seperti

Page 21: iii. pengenalan cacat rotan

14 | Pengenalan Kualitas Rotan

dapat dilihat pada Gambar 7. Contoh: rotan batu dan rotan tapah.

Gambar 7. Sepotong rotan dengan cacat ruas pendek

(Sumber: Hing, 1991, dan Jasni, 2009)

e. Kulit mengelupas

Hampir semua jenis rotan mempunyai kulit yang kuat dan tidak mudah mengelupas. Menyimpang dari karakteristik tersebut maka rotan jenis um-bulu termasuk rotan yang sangat disukai, tetapi kulitnya lemah dan sangat mudah mengelupas (Gambar 8). Sifat tersebut karena penampakanya kurang menarik maka dikategorikan sebagai kulit mengelupas.

Gambar 8. Kulit mengelupas. (Sumber: Jasni, 2006).

Page 22: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 15

f. Warna gelap

Rotan berwarna gelap dapat dibedakan menjadi kemerahan (dahan), cokelat kemerahan (semambu, wilatung) dan coklat kehitaman (selutop/bu-yong). Sesungguhnya warna gelap belum dapat dikategorikan sebagai cacat karena selera konsuman atas warna bersifat sangat relatif. Artinya, ketidak senangan terhadap warna gelap dapat berubah tergantung selera atau trend. Beberapa jenis rotan dengan warna berbeda disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Warna kulit rotan. (Sumber: Jasni, 2006).

g. Diameter ruas berbeda

Pada umumnya semua jenis rotan mempunya diameter ruas sedikit berbeda sepanjang batang (contoh: rotan sega). Namun beberapa jenis memperlihatkan diameter ruas yang sangat berbeda sepanjang batang (contoh: rotan irit) sehingga diameter ruas yang sangat berbeda ini dikategorikan sebagai cacat (Gambar 10).

Semambu (gelap kemerahan)

Kuning cerah (seuti)

Page 23: iii. pengenalan cacat rotan

16 | Pengenalan Kualitas Rotan

Gambar 10. Diameter ruas berbeda. (Sumber: Hing, 1991).

2. Faktor Biologis

Faktor perusak biologis terhadap rotan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu jamur dan serangga. Jenis organisme perusak rotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengelompokkan organisme perusak rotan

Organisme perusak

Macam kerusakan

Kondisi rotan Jenis organisme

1. Jamur (fungi)

Pewarna Basah Ascomycetes; Ceratocystis, Diplodia

Lapuk, rengas Kering yang kebasahan

Basidiomycetes;(Schizophyl

um commune Fr., Dacryopinax spathularia Schw., Pycnoporus

sangunius (fr)Karts)

2. Serangga (insecta)

Kumbang penggerek basah (pinhole,

Ambrosia beetle)

Basah Scolitydae; Platypodidae.(Xyloborus,

Platypus dan Diapus).

Kumbang penggerek kering (Powder

post beetle)

Kering Bostrychidae: Lyctidae: Cerambicidae; Anobiidae, (Dinodrus minutus Fabr., Heterobostrychus aequalis Watt., Lyctus sp., Mintea sp.)

Page 24: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 17

Organisme perusak

Macam kerusakan

Kondisi rotan Jenis organisme

Rayap Lembab Rayap tanah; Termitidae; Rhinotermitidae; (Coptotermes sp., Macrotermes sp., Microtermes sp.)

Kering Rayap kayu kering (Cryptotermes

cynocephalus Light.) jarang ditemukan

Sumber: Jasni dan Martono (1999).

Jamur (fungi) perusak rotan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: jamur pewarna dan jamur pelapuk. Jamur pewarna berasal dari kelas Ascomycetes, menyerang pada rotan yang masih basah dan dapat menimbulkan cacat perubahan warna (Gambar 11). Serangan jamur ini dapat terlihat jelas pada core/hati setelah rotan dipolis/dikupas atau dibelah. Jamur ini tidak merombak dinding sel tetapi hidup dari zat pengisi sel karena itu tidak menurunkan kekuatan rotan. Namun demikian, perubahan warna tersebut dapat menurunkan kualitas rotan, karena pewarnaan yang ditimbulkannya menyebabkan perubahan warna menjadi gelap, hitam atau kecoklatan.

Jamur pelapuk, umumnya berasal dari kelas Basidiomycetes. Jamur ini mempunyai kemampuan untuk merombak selulosa dan lignin yang menjadi komponen utama dinding sel, sehingga kekuatan rotan menjadi berkurang. Rotan yang diserang jamur ini menjadi lapuk dan rapuh pada saat dibentuk.

Page 25: iii. pengenalan cacat rotan

18 | Pengenalan Kualitas Rotan

(a) (b)

Gambar 11. Perubahan warna rotan akibat diserang jamur pada kondisi basah (a) dan kering (b).

Serangga (Insecta) perusak rotan dapat digolongkan berdasarkan saat terjadinya serangan, yaitu pada rotan basah atau segar yang masih berdiri atau rotan yang baru ditebang dan rotan yang sudah kering. Serangga yang menyerang rotan yang masih berdiri adalah sejenis cacing (worm). Cacat yang ditimbulkannya disebut sebagai cacat mata pecah. Akibat serangan ini rotan berlubang seperti disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Cacat mata pecah akibat serangan sejenis

cacing.(Sumber: Hing, 1991, Jasni, 2005)

Jamur biru

Page 26: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 19

Kumbang bubuk basah, menyerang rotan basah atau segar

yang mempunyai kadar air tinggi. Cacat yang ditimbulkannya disebut sebagai cacat lubang gerek dan lubang tersebut masih tetap terbawa sampai rotan kering. Akibat serangannya batang rotan berlubang-lubang kecil sampai besar dan di pinggir lubang bewarna hitam (Gambar 13).

Kumbang bubuk rotan kering, menyerang rotan yang sudah kering yang masih dalam bentuk bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Cacat yang ditimbulkannya disebut sebagai cacat lubang gerek. Akibat serangannya sepanjang batang rotan tampak berlubang kecil (Gambar 14). Namun, bila serangan sudah parah maka bagian dalam rotan sudah hampir habis dimakannya sehingga rotan menjadi kropos.

Jenis rotan yang mengandung zat pati tinggi, mudah diserang oleh serangga bubuk rotan kering ini. Serangan

Gambar 13. Cacat akibat kumbang bubuk basah (perha-tikan lubang-lubang dengan pinggir hitam. (Sumber: Jasni, 2005).

Gambar 14. Cacat akibat kumbang bubuk basah (perhati-kan lubang-lubang de-ngan pinggir hitam. (Sumber: Jasni, 2005).

Page 27: iii. pengenalan cacat rotan

20 | Pengenalan Kualitas Rotan

serangga bubuk rotan ditandai oleh adanya tepung halus hasil sekresinya. Kumbang bubuk rotan kering merupakan serangga yang paling banyak ditemukan menyerang rotan (Gambar 15).

Gambar 15. (a & b) Bubuk dewasa Dinoderus minutus Fabr.; (c)

Larva bubuk Dinoderus minutus Fabr. (Sumber: Sri Harwati, 1999)

Rayap tanah menyerang rotan yang diletakkan langsung berhubungan dengan tanah. Serangan rayap dapat terjadi secara langsung atau melalui terowongan yang ditandai dengan adanya saluran yang terbuat dari tanah. Serangan rayap tanah banyak dijumpai pada produk rotan yang digunakan di luar ruangan, seperti kursi taman. Selain itu, serangan rayap ini juga dijumpai pada produk rotan yang ditumpuk pada gudang yang lembab serta kurang pencahayaan.

(a) (b) (c)

Page 28: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 21

1. Faktor Fisis-mekanis

Jenis-jenis cacat yang timbul akibat faktor fisis-mekanis adalah sebagai berikut:

a. Keriput

Rotan yang dipanen pada umur masak tebang dalam pengeringan akan mengalami penyusutan secara normal tetapi tidak sampai mengalami keriput. Cacat keriput terjadi karena rotan dipanen pada umur muda sehingga penurunan kadar air sewaktu pengeringan terlalu besar pada potongan rotan (Gambar 16).

Gambar 16. Cacat keriput.(Sumber: Jasni, 2005)

Page 29: iii. pengenalan cacat rotan

22 | Pengenalan Kualitas Rotan

b. Ketemu buku dan batang meruncing (tapered)

Cacat ketemu buku merupakan cacat yang aneh dan menarik, karena beberapa buku rotan kelihatan berdempetan, sehingga menimbulkan kesan seperti tanpa ruas yang menghubungkan buku-buku tersebut. Cacat ini terjadi akibat pertumbuhan rotan tertindih oleh benda lain (cabang atau batang dari tanaman inang) di sekitarnya dalam waktu yang relatif lama, sampai rotan bebas walaupun dengan kondisi cacat. Akibat pengaruh yang sama dapat juga terjadi pada batang rotan cacat meruncing (tapered), yaitu batang rotan semakin ke ujung semakin kecil diameternya (Gambar 17 dan Gambar 18).

Gambar 17. Cacat ketemu buku. (Sumber: Hing, 1991 dan Jasni, 2010)

Gambar 18. Cacat batang meruncing. (Sumber: Hing, 1991 dan

Jasni, 2010).

Page 30: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 23

c. Parut buaya

Parut buaya adalah cacat akibat batang rotan ditekuk pada waktu masih segar dan dibiarkan sampai menjadi kering udara. Terlihat juga kesan menekuk pada kulit rotan, akibat lipatan waktu masih basah yang terlambat diluruskan. Perlakuan sedemikian akan menyebabkan terjadinya cacat parut buaya pada bagian batang rotan yang tertekuk karena mengalami gaya-gaya kompresi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 19. Parut buaya ini merupakan ciri khas pada rotan berdiameter kecil antara lain rotan sega, rotan sega air (ronti) dan juga pada rotan tohiti walaupun yang disebut terakhir ini tergolong rotan berdiameter sedang.

Gambar 19. Cacat parut buaya. (Sumber: Jasni, 2005).

d. Pecah buku

Cacat pecah buku adalah terkelupasnya kulit sekitar buku rotan yang disebabkan oleh perlakuan pembersihan yang kasar dan atau pengerjaan kikis buku yang kurang hati-hati.

Page 31: iii. pengenalan cacat rotan

24 | Pengenalan Kualitas Rotan

Beberapa konsumen mempersyaratkan perlakuan kikis buku, khususnya untuk rotan yang akan digunakan sebagai bahan jalinan. Dalam proses kikis buku tersebut sering terjadi ikut terkikisnya bagian yang tidak seharusnya terkikis. Bila hal tersebut terjadi, maka timbulah cacat pecah buku (Gambar 20).

Gambar 20. Cacat pecah buku. (Sumber: Jasni, 2005).

Permintaan kikis buku tersebut pada masa ekspor rotan bulat tidak merupakan persyaratan yang umum, karena kebanyakan konsumen menginginkan buku rotan tetap utuh, karena selain memiliki nilai dekoratif yang alamiah, juga merupakan pembeda jenis rotan yang dikehendaki.

e. Kulit tergores/pecah kulit/pecah

Kulit tergores mirip dengan pecah buku yaitu adanya bagian kulit yang terkelupas karena pengerjaan mekanis yang kurang hati-hati. Cacat ini kadang-kadang disebut juga sebagai pecah kulit atau pecah. Terjadinya kulit tergores disebabkan oleh beberapa hal, antara lain perlakuan penebangan dan pemotongan batang yang terlalu kasar,

Page 32: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 25

perlakuan pembersihan/ penggosokan yang kurang hati-hati, perlakuan penumpukan yang kasar sehingga rotan terbanting pada benda yang keras dan tajam. Beberapa contoh cacat kulit tergores adalah seperti pada Gambar 21.

Gambar 21. Cacat kulit tergores/pecah kulit. (Sumber: Jasni, 2005).

f. Hangus

Pada umumnya rotan berdiameter besar dan beberapa jenis rotan berdiameter kecil, antara lain rotan manau, semambu, sega batu, getah putih dan getah merah memerlukan perlakuan penggorengan untuk mempercepat proses penggeringan rotan agar rotan tidak diserang perusak biologis.

Lamanya waktu penggorengan tidak sama untuk semua jenis rotan, karena adanya kandungan air dalam sel-sel rotan dan perbedaan zat ekstraktif dalam batang rotan. Bila penggorengan dilakukan lebih lama dari waktu optimum

Page 33: iii. pengenalan cacat rotan

26 | Pengenalan Kualitas Rotan

bagi tiap jenis rotan, maka akan terjadi cacat hangus di beberapa bagian potongan rotan.

2. Cacat Ukuran

a. Bontos tidak siku

Bontos tidak siku adalah cacat yang disebabkan oleh kelalaian dalam pemotongan ujung-ujung rotan. Apabila bontos berbentuk siku akan memudahkan cara pengukuran dan penetapan dimensi panjang secara benar, sedangkan bila sebaliknya maka akan menyulitkan dan memperlambat proses penetapan ukuran karena rotan harus dipotong ulang sampai menjadi siku.

b. Salah potong

Salah potong adalah kesalahan pengerjaan sehingga panjang rotan lebih pendek dari panjang standar. Cacat ini mengakibatkan potongan rotan yang seharusnya masuk mutu yang lebih tinggi menjadi turun ke mutu yang lebih rendah karena kurang ukuran.

c. Serat lepas

Cacat serat lepas atau disebut juga serat terlepas adalah terlepasnya sel-sel serat rotan pada permukaan hasil pengupasan, kikis buku dan pembuatan hati rotan (core). Sel-sel serat tersebut tidak dapat terkerat dengan baik oleh pisau pengerjaan sehingga muncul seperti bulu-bulu halus sepanjang potongan rotan (Gambar 22). Hal ini dapat terjadi

Page 34: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 27

karena pisau pengupas terlalu tumpul, sudut kerat pisau tidak sesuai dengan kekerasan rotan atau rotan terlalu kering.

Gambar 22. Cacat serat lepas. (Sumber: Jasni, 2005).

3. Faktor Kimiawi

Kerusakan kimia disebabkan karena pada saat pemutihan, bahan kimia yang digunakan terlalu pekat, sehingga reaksinya berlebihan dan rotan menjadi regas dan rapuh. Pengasapan dengan belerang pada suhu tinggi menyebabkan uap belerang terlalu pekat dan rotan menjadi rapuh. Kerusakan kerapuhan dimana permukaan rata, ringan dan warna yang merata menunjukkan kualitas rotan yang bagus. Jika tampak daerah yang berwarna abu-abu, maka rotan tersebut sebaiknya tidak dipilih untuk bentuk lengkung, karena daerah abu-abu itu rapuh.

Page 35: iii. pengenalan cacat rotan

28 | Pengenalan Kualitas Rotan

C. Jenis Cacat Rotan dan Distribusinya

Jenis-jenis cacat rotan dapat didistribusikan ke dalam kelas cacat dan sortimen rotan terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis cacat yang terdapat pada rotan dan distrubusinya menurut kelas cacat dan sortimen rotan

No. Nama cacat Definisi Kelas Cacat

Untuk penilaian sortimen

1. Alur kulit Lekuk kecil kearah memanjang potongan rotan

R Asalan, bundar WS

2. Lubang gerek kecil

Lubang pada permukaan rotan akibat serangga penggerek

R Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, bundar kupasan

3. Kulit mengelupas

Keadaan mengelupasnya kulit rotan akibat faktor genetis (seperti pada rotan jenis umbulu) juga pada rotan muda

R Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, bundar kupasan

4. Retak kulit Retak pada kulit rotan akibat bantingan dan tenaga mekanis lanilla

R Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku,

5. Kulit tergores

Goresan benda keras dan atau benda tajam pada kuli rotan

R Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku,

6. Pecah kulit Terlepasnya serat memanjang pada kulit rotan akibat tenaga mekanis

R Kulit

7. Cerah tidak merata

Kesan kecerahan warna yang ridak merata pada sepotong atau setumpuk rotan

R Bundar kupasan

8. Serat lepas Terlepasnya serat-serat pada permukaan rotan tetapi ridak sampai putus

R Bundar kupasan, kikis buku, kulit rotan

Page 36: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 29

No. Nama cacat Definisi Kelas Cacat

Untuk penilaian sortimen

9. Parut buaya Kesan menekuk pada kulit rotan, akibat lipatan sewaktu masih basah yang terlambat diluruskan

R Asalan, bundar WS, bundar pendek, belan, kikis buku, bundar kupasan, kulit

10. Jamur pewarna

Serangan Namur pewarna pada rotan sehingga tampak berwarna relatif kebiruan

R Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, kupasan kulit

11. Gosong Warna kehitaman pada permukaan rotan akibat penggorengan yang terlambat diangkat

R Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, kupasan

12. Mata pecah Lubang pada permukaan rotan akibat serangan cacing

S Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kulit

13. Keriput Tampilan tidak rata pada kulit rotan akibat panen muda

B Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, kupasan kulit

14. Pecah ujung Terlepasnya serat rotan pada bagian ujung potongan rotan

S Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, bundar kupasan

15. Pecah tengah Terlepasnya serat rotan pada bagian tengah potongan rotan

B Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, bundar kupasan

16. Pecah buku Terkelupasnya kuli pada buku rotan

B Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, bundar kupasan

17. Bontos tidak suiku

Bontos potongan rotan tidak membentuk sudut situ-siku dengan bidang datar

R Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, bundar kupasan

18. Lapuk Rusaknya rotan akibat serangan jamur pelapuk

B Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, bundar kupasan, kulit

Page 37: iii. pengenalan cacat rotan

30 | Pengenalan Kualitas Rotan

No. Nama cacat Definisi Kelas Cacat

Untuk penilaian sortimen

19. Busuk Keadaan membusuk rotan akibat bakteri

B Asalan, bundar WS, bundar pendek, belahan, kikis buku, bundar kupasan

D. Cara Penanggulangan Cacat Rotan

1. Cacat Genetis

Batang tidak bulat, buku menonjol dan batang terpelintir, lakukan scraping dan polis dalam dan hindari sebagai komponen struktural. Ruas pendek dan diameter ruas berbeda, gunakan sebagai componen struktur pada mebel, karena rotan cukup kuat. Kulit mengelupas, gunakan untuk rotan core karena bagian dalam sangat baik. Sedangkan warna rotan bewarna gelap, warna gelap kadang-kadang sangat disukai karena tergantung selera dan memberi kesan alami.

2. Cacat Biologis

Apabila kena serangan jamur pewarna, kumbang bubuk basah ditanggulangi dengan pengawetan propilaktik (pengawetan sementara) segera sestela panen. Untuk tidak terjadi atau terserang jamur pelapuk, hindari rotan yang sudah kering dari tempias air. Untuk serangan cacing yang menybabkan cacat mata pecah, hindari agar rotran tidak tumbuh menjalar diatas tanah, terutama ditempat basah atau becek. Sedangkan untuk cacat

Page 38: iii. pengenalan cacat rotan

Pengenalan Kualitas Rotan | 31

lubang gerek akibat bubuk kering, hindari dengan cara pengawetan.

3. Cacat Fisis-mekanis

Keriput terjadi karena rotan masih muda, jangan pernah memanen rotan yang belum masak tebang. Ketemu buku dan batang meruncing, bagian ini bisa digunakan sebagai componen hiasan karena batangnya keras dan kyat. Untuk cacat parut buaya, contoh rotan basah (sega, irit, tohiti kecil dll) yang tertekuk waktu pengangkutan atau pemanenan, rotan segera diluruskan ditempa tujuan sebelum rotan tersebut kering. Hangus, jangan menggoreng rotan terlalu lama (± 30 menit, suhu 70 derajat Celsius). Pecah buku, kulit terkelupas dan cacat ukuran, cacat ini dapat dihindari dengan cara memperlakukan rotan dengan hati-hati tidak dibanting, ditarik/didorong dengan kasar dan dipotong dengan usuran yang sudah ditentukan. Kalau serat lepas, jangan mengupas (scraping) rotan dengan pisau tumpul.

IV. PENUTUP

Tulisan ini merupakan pedoman untuk mengenal kualitas dan cacat rotan yang terjadi dilapangan, bermanfaat bagi masyarakat yang bergerak sebagai pengenal, pengolah dan penguji rotan dilapangan. Sehingga tidak terjadi pemborosan dalam menggunakan rotan sebagai bahan baku rotan, mulai dari hulu sampai hilir.

Page 39: iii. pengenalan cacat rotan

32 | Pengenalan Kualitas Rotan

DAFTAR PUSTAKA

BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2006. Jenis, sifat dan kegunaan rotan. Standar Nasional Indonesia. ( SNI 01-7208-2006).

BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2006. Rotan. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional (BSN). SNI 01-7254-2006.

Hing.L.W. 1991. Rattan Furniture Production. ASEAN Timber Technology Centre. Kuala Lumpur. Malaysia.

Jasni dan N,Supriana. 1999. The resistance of eight rattan species against the powder – post beetle Dinoderus minutus Farb. Proceeding of the 4th International Conference on the Development of Wood Science, Wood Technology and Forestry. FPRC, England.

_____ dan D. Martono. 1999. Pengawetan rotan asalan. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hutbun. Bogor.

Mandang, I. Y. dan Rulliyati S. M. 1986. Anatomi batang rotan. Himpunan diktat Kursus Penguji Rotan, jilid I. Sirkulasi terbatas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Rachman dan Jasni. 2013. Rotan. Sumberdaya, Sifat dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor.

Uhl, N. W. dan Dransfield, J. 1987. Genera Palmarhum. Allen Press, Lawrence, Kansas.