III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitianeprints.umm.ac.id/41062/4/BAB...
Transcript of III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitianeprints.umm.ac.id/41062/4/BAB...
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 hingga Januari 2018.
Kemudian preparasi sampel dan analisis sampel meliputi berbagai uji yang
dilakukan di Laboraturium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas
Muhammadiyah Malang dan Laboraturium Kimia dan Teknologi Pangan Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI).
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses filtrasi temulawak meliputi:
pemarut, pisau, penyaring, baskom, corong, kertas saring, gelas ukur. Alat yang
digunakan dalam proses pembuatan pati jagung meliputi: pisau, baskom, blender
(Vaganza VG-002), timbangan digital (Camry EK-5055), gelas ukur, kain saring,
cabinet dryer, ayakan 80 mesh (mRetsch, 8 inch DIA x 2 inch), sendok, loyang.
Alat yang digunakan pembuatan edible coating meliputi: gelas ukur, timbangan
digital, beaker glass, pipet ukur, hot plate (Maspion), spatula, penjapit,
thermometer, baskom, magnetic stirrer. Analisa uji parameter meliputi: colony
counter (Galaxy 230), erlenmeyer, tabung reaksi, kertas saring Whatman No 41,
autoklaf, sendok, plastik PP, tube, thermometer, incubator (Medcenter
Einrichtungen Gmbh), cawan porselin, sentrifuse (PLC series), pump pipet, pipet
ukur, petri disk, colour reader (CR-10 Konica Minolta), vortex (Waxi mix II),
texture analyzer (TPA EZ Test model SM-500N-168 Shimadzu TXT 32),
desikator (Glaswerk Wertheim 6132), hot plate (Maspion), oven (WTC binder
7200 type ES3 no. 89749), spectrophotometer (UV Visible tipe UV-1800
21
Shimadzu), water bath, timbangan analitik (Pioneer Ohaus PA413), kuvet,
Laminar Air Flow, mortal martil, plastik wrap, alumunium foil, gunting, kompor.
3.2.2 Bahan
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah temulawak umur
panen 12 bulan dan jagung jenis Arjuna umur panen 96 hari yang diperoleh di
pasar induk Gadang dan fillet daging ayam broiler yang diperoleh pada pukul
05.30 WIB dari Penjual Ayam Potong Segar di Jl. Raya Kebon Agung. Gliserol
(pa) dan CaCl2 (pa) yang diperoleh di toko Kimia. Aquades dan Folin Ciocalteau
yang diperoleh dari Laboraturium Bioteknologi. Natrium Karbonat, NaOH 0,1N,
CuSO4, Na K Tartrat, Tembaga sulfat, Bovine Serum Albumin (BSA), Natrium
Agar, petrolium benzene, yang diperoleh dari Laboraturium Ilmu dan Teknologi
Pangan Universitas Muhammadiyah Malang.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan secara bertahap, yaitu pembuatan ekstrak temulawak,
pembuatan pati jagung kemudian pembuatan edible coating dan analisa parameter
dan daya simpan produk. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 kali pengulangan dengan
faktor dua faktor yaitu faktor pertama adalah konsentrasi pati jagung dengan 3
level dan faktor kedua konsentrasi filtrat temulawak dengan 3 level sebagai
berikut:
Faktor I: konsentrasi pati jagung (J) ada 3 konsentrasi:
J1 = 1% (b/vtotal)
J2 = 3% (b/vtotal)
J3 = 5% (b/vtotal)
22
Faktor II: konsentrasi filtrat temulawak (T) ada 3 konsentrasi:
T1 = 1 mL/100 mL larutan total
T2 = 5 mL/100 mL larutan total
T3 = 10 mL/100 mL larutan total
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang terdapat dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 6. Kombinasi Perlakuan
F1
F2
Pati jagung (1%)
(J1)
Pati jagung (3%)
(J2)
Pati jagung (5%)
(J3)
Filtrat Temulawak
1 mL
(T1)
J1T1 J2T1 J3T1
Filtrat Temulawak
5 mL
(T2)
J1T2 J2T2 J3T2
Filtrat Temulawak
10 mL
(T3)
J1T3 J2T3 J3T3
Keterangan sebagai berikut:
J1T1 : konsentrasi pati jagung 1% + konsentrasi filtrat temulawak 1 mL
J1T2 : konsentrasi pati jagung 1% + konsentrasi filtrat temulawak 5 mL
J1T3 : konsentrasi pati jagung 1% + konsentrasi filtrat temulawak 10 mL
J2T1 : konsentrasi pati jagung 3% + konsentrasi filtrat temulawak 1 mL
J2T2 : konsentrasi pati jagung 3% + konsentrasi filtrat temulawak 5 mL
J2T3 : konsentrasi pati jagung 3% + konsentrasi filtrat temulawak 10 mL
J3T1 : konsentrasi pati jagung 5% + konsentrasi filtrat temulawak 1 mL
J3T2 : konsentrasi pati jagung 5% + konsentrasi filtrat temulawak 5 mL
J3T3 : konsentrasi pati jagung 5% + konsentrasi filtrat temulawak 10 mL
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Filtrat Temulawak
Rimpang temulawak ditimbang kemudian dikupas dan dicuci hingga
bersih. Kemudian diparut dan penambahan aquades sebanyak 1:1, kemudian
maserasi selama 1 jam. Hasil filtrat disaring dengan kertas saring kasar dan filtrat
siap digunakan.
23
3.4.2 Pembuatan Pati Jagung
Pembuatan pati jagung yaitu jagung dikupas kemudian dicuci hingga
bersih dan menyerut jagung dari bonggolnya dengan pisau dan ditimbang.
Kemudian dihancurkan dengan blender dengan penambahan aquades 2:1
kemudian disaring dengan kain saring, filtrasi dilakukan 2 kali agar maksimal.
Mendiamkan sari pati jagung selama 10 jam agar mengendap. Setelah itu,
endapan pati diambil dan diratakan pada loyang kemudian dikeringkan dengan
cabinet dryer pada suhu 50ºC selama 24 jam. Setelah dikeringkan, pati jagung
diblender dan diayak dengan ayakan 80 mesh agar partikelnya sama besar.
3.4.3 Pembuatan Edible Coating
Pati jagung ditimbang dengan konsentrasi 1%, 3% dan 5% (b/vtotal).
Menghomogenisasi pati jagung dengan ditambahkan dengan aquades sebanyak
100 mL. Memanaskan larutan sambil diaduk sampai suhu 75ºC. Menambahkan
gliserol 1% dari volume larutan. Menambahkan CaCl2 10 mg. Menurunkan suhu
larutan sampai suhu 50ºC. Menambahkan filtrat temulawak sesuai dengan
perlakuan yaitu 1, 5 dan 10 mL dalam 100 mL larutan. Mengaduk hingga
homogen.
3.4.4 Proses Pelapisan
Proses pelapisan dilakukan dengan memasukkan atau pencelupan fillet
daging ayam broiler kedalam larutan coating selama 30 detik yang sebelumnya
telah dipotong dengan panjang 3 cm, lebar 1,5 cm dan tebal 2 cm dengan berat 6
gram. Kemudian ditiriskan sampai larutan edible coating yang menempel pada
fillet daging ayam broiler agak mengering.
24
3.5 Parameter Pengamatan
Parameter yang digunakan pada pengamatan fillet daging ayam broiler
yang telah dilapisi edible coating aktif meliputi beberapa parameter, diantaranya
sebagai berikut :
3.5.1 Analisis Kadar Air (Sudarmadji, 2003)
1. Mengoven cawan kosong pada suhu 100ºC selama 2 jam kemudian
meletakkan pada desikator selama 30 menit dan menimbang berat kosong.
2. Memasukkan 2 gram sampel ke dalam cawan.
3. Mengeringkan pada oven dengan suhu 100ºC selama 5 jam kemudian
menimbangnya.
4. Menghitung kadar air dengan rumus:
Kadar Air (%)=a-b
ax 100%
Keterangan: a = berat sampel mula-mula (gr)
b = berat sampel setelah dikeringkan (gr)
3.5.2 Analisis Protein Metode Lowry (Andarwulan dkk, 2010)
3.5.2.1 Preparasi Sampel
1. Menghaluskan sampel sebanyak 1 gram dan dilarutkan dalam 9 mL aquades.
2. Secara merata dicampur, kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10
menit sampai protein yang terdenaturasi mengendap.
3. Supernatan kemudian diambil 1 mL.
3.5.2.2 Pereaksi
1. Natrium karbonat 2% dalam larutan NaOH 0,1 N pereaksi (1).
2. Tembaga sulfat 0,5% dalam larutan Na.K tartrat 1% pereaksi (2) (dibuat
hanya pada waktu akan digunakan).
25
3. Campuran 50 mL pereaksi (1) dengan 1 mL pereaksi (2) (hanya pada waktu
akan digunakan, hanya stabil selama 1 hari).
4. Pereaksi Folin Ciocalteau (Pereaksi Fenol). Biasanya tersedia secara
komersil, larutkan dengan air 1:1 sebelum digunakan (3).
5. Larutan protein standar 0,25 mg/mL (larutan bovine serum albumin) (4).
3.5.2.3 Pengukuran Sampel dan Pembuatan Kurva Standar
1. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi :0 (blanko), 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8
dan 1,0 mL protein standar. Ditambahkan aquades sampai volume total
masing-masing 4 mL ke dalam tabung reaksi, tabahkan 5,5 mL pereaksi (3),
campur merata dan biarkan 10-15 menit pada suhu ruang.
2. Sebanyak 0,5 mL pereaksi (4) ditambahkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi, kocok merata dengan cepat sesudah penambahan.
3. Sampel dibiarkan selama 30 menit sampai terbentuk warna biru.
4. Absorbansi diukur pada 600 nm dengan menggunakan spektrofotometer.
5. Kurva standar dibuat dengan memplotkan konsentrasi larutan bovine pada
sumbu x dan absorbansi pada sumbu y. Dengan menggunakan regresi linier,
maka akan diperoleh persamaan linier.
3.5.3 Analisis Lemak (Sudarmadji, 2003)
1. Menghaluskan sampel yang akan dianalisis.
2. Menghaluskan sampel dan menimbang sampel halus sebanyak 2 gram.
3. Memasukkan sampel halus dalam timbel.
4. Memasukkan labu lemak dalam oven ± 3-4 jam untuk menstabilkan beratnya,
setelah itu labu lemak dimasukkan dalam desikator ± 15 menit sampai
beratnya konstan untuk ditimbang.
26
5. Menimbang labu lemak dan mencatat beratnya, setelah itu memasukkan 10
mL pelarut petrolium benzena dalam labu lemak.
6. Mengekstrak lemak dalam sampel dengan pelarut. Caranya mendestilasi pada
waterbath suhu ± 85ºC selama ± 2 jam, tergantung kadar lemak bahan.
7. Menguapkan pelarut dalam labu lemak dengan cara memasukkannya dalam
oven. Setelah semua pelarut teruapkan, memasukkan labu lemak dalam
desikator selama 15 menit dan menimbang berat labu lemak.
8. Mencatat hasilnya dan menghitung kadar lemak dengan rumus:
Kadar Lemak Kasar (%)=(berat akhir-berat awal)x100%
berat bahan
3.5.4 Analisis Total Plate Count (TPC) (Fardiaz, 1992)
1. Mensterilkan alat dan media pada suhu 121ºC dengan tekanan 1 atm.
2. Menimbang 1 gram sampel yang sudah dihaluskan terlebih dahulu.
3. Melarutkan sampel pada larutan pengencer yang berisi 9 mL aquades steril
lalu vortex.
4. Mengambil 1 mL lalu memasukkan ke tabung reaksi kedua yang telah berisi
aquades steril 9 mL. Melakukan hal yang sama sampai pengenceran ke 5
yang sudah disesuaikan dengan dugaan tingkat kebusukan daging ayam saat
pengamatan.
5. Mengambil 1 mL dari pengenceran yang diinginkan lalu memasukkan ke
petri disk yang sudah berisi media Natrium Agar.
6. Meratakan dengan menggunakan batang L.
7. Mendiamkan selama 15 menit, inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37ºC.
Posisi cawan didalam inkubator yaitu diatur secara terbalik.
27
8. Menghitung banyaknya bakteri yang tumbuh. Nilai TPC dapat dihitung
dengan rumus:
koloni per ml atau gr=jumlah koloni per cawan
1pengenceran
3.5.5 Analisis Intensitas Warna (Bourtoom et al, 2006)
1. Memotong edible film dengan ukuran 2x2 cm2.
2. Kemudian diuji warna menggunakan colour reader.
3. Mengamati nilai warna yaitu L, a, b.
Keterangan : L = 0 (hitam) hingga 100 (putih)
a = -60 (hijau) hingga +60 (merah)
b = -6 (biru) hingga +60 (kuning)
3.5.6 Analisis Tekstur dengan Texture Analyzer (Indiarto dkk, 2012)
1. Sampel dipotong untuk mendapatkan ukuran seragam yaitu 3x3x3 cm3.
2. Kemudian sampel ditekan probe diameter 6 mm sebanyak 2 kali.
3. Kecepatan probe diatur 5mm/s dan sampel ditekan sampai 30% tinggi
awalnya.
4. Parameter yang diamati meliputi hardness dan cohesiveness didapatkan dari
program makro dari software texture analyzer TXT 32.
3.5.7 Analisis Daya Simpan terhadap Fillet Daging Ayam (Kusumawati dan
Widya, 2013)
1. Menganalisa fillet daging ayam yang telah dilakukan edible coating dengan
melakukan penyimpanan pada suhu ruang.
2. Penyimpanan dilakukan selama 2 hari kemudian dilakukan pengujian pada
hari ke 0, 1, dan 2.
28
3. Dilihat kenampakannya dengan analisi TPC (Total Plate Count), kadar air,
kadar lemak, kadar protein, warna, tekstur dan organoleptik.
3.5.8 Analisis Organoleptik (Soekarto, 2013)
Uji organoleptik merupakan analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi
dengan menggunakan panel yang bertindak instrumen atau alat. Alat ini terdiri
dari orang atau kelompok yang disebut panel yang bertugas menilai sifat atau
mutu produk. Uji organoleptik dilakukan menggunakan metode hedonik dengan
skala 1 sampai 5 sesuai dengan kategori uji. Pengujian melibatkan 30 panelis yang
diminta menyatakan penilaiannya terkait produk pada lembar format yang telah
disediakan. Pengujian organoleptik dilakukan dengan bahan mentah dan bahan
matang atau yang telah direbus. Masing-masing uji terdapat uji rasa, warna, aroma
dan kesukaan.
Skor Rasa Pahit
(Temulawak)
Aroma Warna Kesukaan
Temulawak Kebusukan
1 Sangat Tidak
Terasa Sangat Tidak Kuat Sangat Gelap
Sangat
Tidak Suka
2 Tidak Terasa Tidak Kuat Gelap Tidak Suka
3 Cukup Terasa Cukup Kuat Cukup Gelap Cukup Suka
4 Terasa Kuat Cerah Suka
5 Sangat Terasa Sangat Kuat Sangat Cerah Sangat Suka
3.5.9 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisa Variansi (ANOVA).
Analisa data ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari penelitian apakah
perbedaan konsentrasi pati jagung dan filtrat temulawak berpengaruh nyata atau
tidak terhadap mutu dan daya simpan fillet daging ayam broiler, kemudian akan
dilanjutkan dengan Duncan taraf 5%.
29
Gambar 4. Diagram alir ekstraksi temulawak (Kusumawati dan Widya, 2013,
modifikasi)
Filtrat temulawak
Temulawak
Penimbangan 50 gram
Pengupasan
Pencucian
Kulit
Maserasi, t=1 jam
Penyaringan dengan
kertas saring kasar
Penambahan
aquades 1:1
Pemarutan
Ampas
Air Kotor Air bersih
Analisa :
Uji TPC
30
Gambar 5. Diagram alir pembuatan pati jagung (Kusumawati dan Widya, 2013,
modifikasi)
Jagung
Penyerutan bonggol
jagung
Pengupasan
Pencucian Air kotor
Kulit jagung
Air bersih
Penimbangan
Penghancuran dengan blender
Filtrasi 2x
Filtrat
ampas
Penambahan
aquades 2:1
Pengendapan, t=10 jam
Endapan filtrat
Pengeringan cabinet dryer 50ºC, 24 jam
Penghalusan dengan blender
Pengayakan 80 mesh
Pati Jagung
Air endapan
Analisa :
1. Amilosa
2. Amilopektin
31
Gambar 6. Diagram alir pembuatan edible coating (Febriani, 2015, modifikasi)
Timbang pati jagung (1%,
3%, 5%) b/vtotal
Homogenisasi
Aduk dan gelatinisasi 75ºC
Ektrak temulawak
(1, 5 dan 10 mL)
Menurunkan suhu 50ºC
Pengadukan
Penambahan
aquades hingga
100 mL
Penambahan
gliserol 1% dan
CaCl2 10 mg
Larutan edible
coating
32
Gambar 7. Diagram alir proses pelapisan (Febriani, 2015, modifikasi)
Analisa:
1. Kadar Air
2. Protein
3. Lemak
4. Warna
5. Tekstur
6. Total Plate Count
7. Organoleptik (rasa,
warna, aroma dan
kesukaan)
(Hari ke 0, 1 dan 2)
Fillet daging ayam
broiler
Pemotongan (p=3 cm, l=1,5
cm, t=2 cm, berat=6 gram)
Pencelupan pada larutan
edible coating, t=30 detik
Penirisan
Fillet daging ayam
broiler telah terlapisi,
Penyimpanan suhu
ruang