III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitiandigilib.unila.ac.id/16128/12/BAB III.pdfregulasi yang...
Transcript of III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitiandigilib.unila.ac.id/16128/12/BAB III.pdfregulasi yang...
38
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan
sampel petani sertifikasi dilakukan secara sensus karena jumlah petani sertifikasi
hanya 30 petani. Jumlah sampel untuk petani nonsertifikasi sebanyak 30 petani,
penentuan jumlah sampel petani sertifikasi dan nonsertifikasi mengacu pada teori
Gay dan Diehl (1992) yang menyatakan bila suatu penelitian merupakan
penelitian kausal perbandingan maka sampel yang digunakan adalah 30 subjek per
kelompok. Pemilihan sampel petani nonsertifikasi dilakukan secara purposive
sampling berdasarkan umur tanaman kopi dan luas lahan yang dimiliki petani.
Petani nonsertifikasi yang dijadikan sampel adalah petani yang memiliki luas
lahan antara 0,25-3 ha dan tanaman kopi berumur 5-53 tahun. Jumlah sampel
keseluruhan dalam penelitian ini adalah 60 petani dan sebuah agroindustri
pengolahan kopi organik milik Gapoktan Hulu Hilir.
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan
untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.
39
Sertifikasi Organik merupakan proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa
proses produksi dilakukan secara organik (budidaya tanaman dan pemeliharaan)
atau proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan
regulasi yang ada sesuai dengan prinsip dan kaidah pertanian organik.
Pertanian Organik merupakan sistem usahatani pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis untuk menjaga
kelestarian lingkungan. Menurut IFOAM pertanian organik memiliki empat
prinsip utama yaitu prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan dan
prinsip perlindungan.
INOFICE (Indonesian organic farm certification) merupakan lembaga sertifikasi
organik yang berada di bawah naungan Yayasan Peduli Organik Madani.
Pelaksanaan sertifikasi organik INOFICE mengacu pada SNI 01-6729-2013
mengenai sistem pertanian organik.
SNI 01-6729-2013 merupakan standar mengenai sistem pertanian organik yang
menjadi acuan pertanian organik di Indonesia. Standar ini mencakup tata cara
usahatani, penggunaan input produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan
dan pengemasan serta tata cara sertifikasi produk organik oleh lembaga sertifikasi
organik.
Manfaat Sertifikasi merupakan manfaat yang dirasakan dari adanya sertifikasi
yang berupa peningkatan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial kopi. Manfaat
dalam aspek ekonomi diukur dari peningkatan produktivitas, efisiensi biaya,
pendapatan, nilai tambah pengolahan kopi serta praktik kopi yang berkelanjutan
40
secara ekonomi, sedangkan untuk aspek lingkungan dan sosial dilihat dari praktik
budidaya kopi secara organik yang berkelanjutan secara lingkungan dan sosial.
Manfaat sertifikasi dari aspek ekonomi adalah manfaat dari adanya sertifikasi
yang dirasakan petani ditinjau dari aspek ekonomi. Manfaat ekonomi ini diukur
melalui peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, pendapatan serta nilai tambah
pengolahan kopi. Jika produktivitas, efisiensi biaya dan pendapatan petani
sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka sertifikasi INOFICE
memberikan manfaat bagi petani.
Manfaat sertifikasi dari aspek ekonomi juga dihitung dari penilaian praktik kopi
yang berkelanjutan secara ekonomi. Indikator yang digunakan mengacu pada SNI
01 6729 2013 dan Jaker PO indonesia yaitu keadilan transaksi yang mencakup (1)
pihak yang menentukan harga kopi, (2) lembaga pemasaran yang bekerja sama
dengan petani (3) penentuan harga kopi berdasarkan mutu/grade dan
(4) keterbukaan untuk negosiasi harga/tawar-menawar. Pengukuran indikator
menggunakan skor 1-3 yaitu skor (1) jika tidak sesuai prinsip, (2) kurang sesuai
prinsip dan (3) sesuai prinsip. Nilai indikator yang diperoleh diuji dengan uji
Mann Whitney.
Manfaat sertifikasi dari aspek lingkungan ditinjau dari perbandingan praktik
usahatani kopi organik dan anorganik. Pengukuran praktik usahatani kopi
mengacu pada prinsip-prinsip pertanian organik yang ada dalam SNI 01-6729-
2013 yang diklasifikasikan dalam skor 1-3, yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan
sesuai dengan prinsip. Indikator-indikator yang digunakan dalam penilaian aspek
41
lingkungan adalah (1) manajemen ekosistem, (2) konservasi tanah dan air, (3) tata
cara produksi, (5) penggunaan dan pembuatan input pertanian organik,
(6) pemanenan dan penyimpanan. Nilai indikator yang diperoleh diuji
menggunakan uji beda Mann Whitney-U Test.
Manfaat Sosial adalah manfaat dari segi kehidupan sosial masyarakat (dimensi
sosial). Pengukuran manfaat dalam aspek sosial mengacu pada prinsip-prinsip
pertanian organik yang ada dalam SNI 01-6729-2013, Jaringan Kerja Pertanian
Organik Indonesia (Jaker PO Indonesia) dan IFOAM basic standard 2005.
Indikator pengukuran dalam aspek sosial antaralain (1) kesehatan petani,
(2) kearifan lokal, (3) keadilan sosial, (4) kebebasan berkumpul dan berorganisasi,
(5) kesetaraan gender dan tidak bertindak diskriminasi. Pengukuran indikator
menggunakan skor 1-3, yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai dengan
prinsip. Nilai indikator yang diperoleh diuji dengan uji beda Mann Whitney-U
Test.
Produktivitas usahatani kopi adalah perbandingan antara hasil produksi kopi
terhadap luas lahan usahatani kopi. Satuan yang digunakan untuk mengukur
produktivitas usahatani kopi adalah kilogram per hektar (kg/ha).
Produktivitas Lahan merupakan perbandingan penerimaan lahan terhadap harga
kopi dan disetarakan dengan luas lahan. Produktivitas lahan diukur dalam satuan
kilogram per hektar (kg/ha).
42
Efisiensi biaya kopi diukur dengan menghitung besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan satu kilogram kopi. Satuan yang digunakan untuk mengukur
efisiensi biaya adalah rupiah per kilogram (Rp/kg).
Efisiensi biaya lahan merupakan perbandingan total biaya pada lahan dengan
produktivitas lahan. Efisiensi biaya lahan dihitung dalam satuan rupiah per
kilogram (Rp/Kg).
Pendapatan usahatani kopi merupakan selisih antara total penerimaan kopi
dengan total biaya yang dikeluarkan dalam kopi selama satu tahun. Pendapatan
usahatani kopi diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
Pendapatan lahan merupakan selisih antara total penerimaan lahan dengan total
biaya yang dikeluarkan untuk lahan selama satu tahun. Satuan yang digunakan
untuk mengukur pendapatan lahan adalah rupiah per tahun (Rp/tahun).
Nilai Tambah merupakan selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada
tahap tertentu dan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung.
Nilai tambah diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Faktor konversi yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu
satuan input. Faktor koefesien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknnya
tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Barat. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten
43
Lampung Barat merupakan daerah yang telah mendapat sertifikasi kopi organik
dari INOFICE yaitu di Kecamatan Air Hitam dan merupakan sentra utama
penghasil kopi di Provinsi Lampung. Luas areal, volume produksi dan
produktivitas kopi per kecamatan di Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Luas areal, produksi dan produktivitas kopi per kecamatan Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2013
No Kecamatan Luas Areal (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
1 Sumberjaya 1.605 1.383 0,862
2 Kebun Tebu 3.185 2.828 0,888
3 Gedung Surian 2.936 2.669 0,909
4 Air Hitam 4.932 4.612 0,935
5 Way Tenong 4.810 4.265 0,887
6 Sekincau 5.714 5.417 0,948
7 Pagar Dewa 8.334 7.573 0,909
8 Batu Ketulis 4.643 4.185 0,901
9 Suoh 1.728 1.573 0,910
10 Bandar Negeri Suoh 1.700 1.512 0,889
11 Belalau 4.643 4.206 0,906
12 Batu Brak 2.620 2.335 0,891
13 Balik Bukit 1.410 1.195 0,848
14 Sukau 2.635 2.581 0,980
15 Lumbok Seminung 2.664 1.763 0,662
Total 53.559 48.097
Sumber: BPS Kabupaten Lampung Barat 2014a
Produktivitas kopi di Kecamatan Air Hitam pada tahun 2013 adalah sebesar 0,935
ton/ha. Kecamatan Air Hitam merupakan daerah dengan produktivitas kopi
tertinggi ketiga di Lampung Barat setelah Kecamatan Sukau dan Sekincau.
Gapoktan di Kecamatan Air Hitam yang telah telah mendapat sertifikasi organik
dari INOFICE adalah Gapoktan Hulu Hilir yang berada di Pekon Gunung Terang.
Gapoktan Hulu Hilir mendapat sertifikasi organik dari INOFICE sejak tahun
2012, dengan jumlah petani yang tersertifikasi sebesar 30 petani.
44
D. Jenis Dan Metode Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang berkaitan dengan penelitian yang
diperoleh langsung dari petani. Teknik pengumpulan data primer yang digunakan
adalah wawancara dengan bantuan kuisioner untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan tujuan penelitian serta pengamatan langsung daerah penelitian.
Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari instansi atau
lembaga yang mendukung penelitian ini seperti Dinas Perkebunan, Dinas
Pertanian, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lampung Barat, BPD AEKI Lampung dan lembaga serta instansi
lainnya.
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
deskriptif kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menjawab keempat
tujuan dalam penelitian dengan uji statistik, sedangkan penjabaran hasil penelitian
dari manfaat sertifikasi dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
1. Metode Analisis Manfaat Ekonomi
Manfaat sertifikasi kopi organik dalam aspek ekonomi ditinjau dari peningkatan
produktivitas, efisiensi biaya, pendapatan usahatani dan nilai tambah pengolahan
kopi organik. Penghitungan produktivitas, efisiensi biaya dan pendapatan
45
dilakukan dengan analisis usahatani yang diuji dengan uji beda t. Uji beda t
dilakukan untuk menguji Hipotesis 1a.
a. Produktivitas Usahatani
Produktivitas kopi menggambarkan kemampuan lahan dalam memberikan
manfaat terhadap aktivitas pada lahan tersebut. Perhitungan produktivitas kopi
dapat dilakukan dengan rumus :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑝𝑖 (𝐾𝑔)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑢𝑠𝑎𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑖 𝑘𝑜𝑝𝑖 (𝑎) ……..………………….(1)
Produksi yang digunakan untuk menghitung produktivitas adalah rata-rata
produksi kopi selama dua tahun terakhir yang dihasilkan petani mengingat
sertifikasi organik INOFICE baru berjalan selama dua tahun. Untuk melihat ada
tidaknya perbedaan antara produktivitas kopi petani sertifikasi dan nonsertifikasi,
maka dilakukan uji beda t-test dua sampel. Uji beda t dilakukan untuk menguji
Hipotesis 1a. Rumus uji beda yang digunakan yaitu (Sugiyono, 2007):
𝑡 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = x̅1 − x̅2
𝑆12
𝑛1+
𝑆22
𝑛2
………………………………………………….(2)
Keterangan :
x̅1 = rata–rata produktivitas kopi petani sertifikasi
x̅2 = rata–rata produktivitas kopi petani nonsertifikasi
S1 = standar deviasi produktivitas kopi petani sertifikasi
S2 = standar deviasi produktivitas kopi petani nonsertifikasi
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara produktivitas kopi petani
sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
46
H1 : μ1 > μ2 artinya produktivitas kopi petani sertifikasi lebih tinggi
dari petani nonsertifikasi.
Uji beda t dilakukan satu arah menggunakan SPSS 16 sebagai alat bantu
perhitungan. Cara pengambilan keputusan dalam uji beda t terlebih dahulu
dengan uji f untuk melihat homogenitas varian dari populasi. Jika signifikan F hit
> 0,05 maka varian populasi kedua kelompok sama dan uji t yang digunakan yaitu
uji t variance assumed, sebaliknya jika signifikasn F hitung < 0,05 maka varian
kedua populasi tidak sama dan uji t yang digunakan yaitu uji t variance not
assumed. Kriteria pengambilan keputusan t hitung yaitu jika t hitung > t tabel
maka tolak Ho artinya produktivitas kopi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani
nonsertifikasi. Jika t hitung < t tabel maka terima Ho artinya produktivitas kopi
petani sertifikasi dan nonsertifikasi sama atau tidak berbeda nyata. Jika
produktivitas kopi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka
terdapat manfaat yang diperoleh dari program sertifikasi INOFICE.
Praktik usahatani kopi secara organik akan mempengaruhi kesuburan dan
produktivitas lahan sehingga selain produktivitas usahatani kopi maka perlu
dihitung produktivitas lahan petani sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
Produktivitas lahan merupakan perbandingan penerimaan lahan terhadap harga
kopi dan disetarakan dengan luas lahan. Penerimaan lahan merupakan
penjumlahan keseluruhan penerimaan tanaman yang ada dilahan yaitu penerimaan
tanaman kopi, penerimaan tanaman tumpang sari dan penerimaan tanaman
naungan. Rumus perhitungan produktivitas lahan adalah sebagai berikut :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑎𝑛 = 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑅𝑝 :𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑘𝑜𝑝𝑖 (𝑅𝑝/𝐾𝑔)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑎𝑛 (𝐻𝑎) …………….(3)
47
Produktivitas lahan untuk petani sertifikasi dan nonsertifikasi diuji dengan
menggunakan uji beda t-test dua sampel pada Persamaan 2. Jika produktivitas
lahan petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka sertifikasi
INOFICE telah memberikan manfaat. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara produktivitas lahan petani kopi
sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya produktivitas lahan petani kopi sertifikasi lebih tinggi
dibanding petani non sertifikasi.
b. Efisiensi Biaya
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi dalam kegiatan produksi. Biaya
dalam terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Efisiensi merupakan suatu
keadaan dimana tercapainya perbandingan terbaik untuk suatu usaha pemanfaatan
sumber daya dengan hasil yang diperoleh. Efisiensi biaya akan memberikan
petani keuntungan yang lebih optimal.
Perhitungan efisiensi biaya kopi dilakukan untuk melihat besarnya biaya korbanan
(opportunity cost) yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu kilogram kopi.
Efisien tidaknya pengeluaran biaya bergantung pada besarnya biaya untuk
menghasilkan satu kilogram kopi. Semakin kecil biaya yang diperlukan untuk
menghasilkan satu kilogram kopi maka semakin besar efisiensi biaya yang
diperoleh. Perhitungan efisiensi biaya dilakukan dengan rumus:
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑝𝑖 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝑘𝑜𝑝𝑖 (𝑅𝑝)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑝𝑖 (𝐾𝑔) …………………………(4)
48
Efisiensi biaya kopi antara petani sertifikasi dan nonsertifikasi selanjutnya diuji
dengan uji beda untuk melihat ada tidaknya perbedaan. Jika efisiensi biaya petani
sertifikasi lebih tinggi maka program sertifikasi memberikan manfaat bagi petani.
Pengujian tersebut menggunakan rumus pada Persamaan 2. Hipotesis yang
digunakan adalah:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara efisiensi biaya kopi petani
sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya efisiensi biaya kopi petani sertifikasi lebih tinggi
dibanding petani non sertifikasi.
Usahatani kopi sering dilakukan dengan sistem tumpang sari dan naungan,
sehingga perlu dilakukan penghitungan efisiensi biaya lahan untuk melihat apakah
biaya yang dikeluarkan untuk pada lahan sudah efisien. Efisiensi biaya lahan
merupakan perbandingan total biaya lahan dengan produktivitas lahan. Sama
seperti efisiensi biaya kopi, semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka semakin
tinggi efisiensi biaya lahan. Penghitungan efisiensi biaya dilakukan dengan
rumus:
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑎𝑛 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝑙𝑎𝑎𝑛 (𝑅𝑝)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑎𝑛 (𝐾𝑔) …………………...(5)
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara efisiensi biaya lahan antara petani
sertifikasi dan nonsertifikasi maka dilakukan uji beda, jika efisiensi biaya lahan
petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka sertifikasi
memberikan manfaat bagi petani. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara efisiensi biaya lahan petani
sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
49
H1 : μ1 > μ2 artinya efisiensi biaya lahan petani sertifikasi lebih tinggi
dibanding petani nonsertifikasi.
c. Pendapatan
Pendapatan kopi merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk kopi. Pendapatan lahan merupakan selisih penerimaan lahan dengan biaya
pada lahan tersebut. Perhitungan pendapatan dapat dilakukan dengan rumus
(Soekartawi, 1990):
𝜋 = 𝛴𝑌𝑖. 𝑃𝑦𝑖 − 𝛴𝑋𝑖. 𝑃𝑥𝑖 − 𝐵𝑇𝑇 …………………………………………….(6)
Keterangan:
𝜋 = pendapatan lahan(Rp)
Yi = hasil produksi (tanaman kopi, tanaman naungan, tanaman tumpang sari (kg))
Pyi = harga output (tanaman kopi, tanaman naungan, tanaman tumpang sari (Rp))
Xi = faktor produksi (i = 1, 2, 3, ....n)
Pxi = harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT = biaya tetap total (Rp)
Pendapatan dan biaya yang dihitung dalam pendapatan lahan ini adalah
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama dua tahun terakhir. Pendapatan
lahan meliputi seluruh penerimaan dan biaya dari yang dilakukan pada lahan baik
kopi, tanaman tumpang sari dan tanaman penaung. Dalam analisis pendapatan
suatu menguntungkan atau tidak dapat dilihat dari nilai R/C (return cost ratio),
yaitu rasio total penerimaan terhadap total biaya. Persamaan untuk analisis R/C
adalah sebagai berikut:
𝑅 𝐶 = 𝑇𝑅
𝑇𝐶 …………………………………………(7)
50
dimana, R/C = Return cost ratio
TR = Total revenue (Rp)
TC = Total cost (Rp)
Usahatani dikatakan menguntungkan jika nilai R/C >1, namun jika nilai R/C < 1
maka tidak menguntungkan. berada pada situasi impas atau tidak
menguntungkan dan tidak merugikan jika nilai R/C = 1 atau biasa disebut break
event point. Pendapatan lahan untuk masing-masing kelompok kemudian diuji
dengan uji beda. Jika pendapatan petani sertifikasi lebih tinggi maka terdapat
manfaat yang diperoleh petani dari program sertifikasi. Hipotesis yang digunakan
adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara pendapatan petani sertifikasi dan
petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya pendapatan petani sertifikasi lebih tinggi dibanding petani
nonsertifikasi.
Hipotesis tersebut diuji dengan t-test dua sampel, menggunakan rumus pada
persamaan 2. Jika pendapatan petani usahatani kopi petani sertifikasi lebih tinggi
maka ada manfaat dari adanya program sertifikasi.
d. Analisis Nilai Tambah
Biji kopi organik yang dihasilkan oleh petani sebagian besar dijual ke
pedagang/tengkulak dan sebagian lagi dijual kepada gapoktan untuk diolah
menjadi kopi bubuk organik. Pengolahan kopi menjadi kopi bubuk organik akan
memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut. Pengolahan biji kopi menjadi
51
kopi bubuk organik akan memberikan harga jual yang lebih baik sehingga dapat
meningkatkan keuntungan yang diterima. Nilai tambah merupakan penambahan
nilai suatu produk akibat adanya pengolahan. Perhitungan nilai menggunakan
analisis nilai tambah metode Hayami dan tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis nilai tambah metode Hayami
No Variabel Nilai
Output, Input, Harga
1 Output/ total produksi (Kg / periode) A
2 Input bahan baku (Kg / periode) B
3 Input Tenaga kerja (HOK / periode) C
4 Faktor konversi (1) / (2) D = A / B
5 Koefesien tenaga kerja (3) / (2) E = C / B
6 Harga produk ( Rp / Kg) F
7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK ( Rp /HOK) G
Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga input bahan baku ( Rp / Kg) H
9 Sumbangan input lain ( Rp / Kg) I
10 Nilai produk ( 4 ) x ( 6 ) ( Rp / Kg) J = D X F
11 a. Nilai tambah ( 10 ) - ( 8 ) – ( 9 ) ( Rp / Kg) K = J-H-I
b. Rasio nilai tambah (11a) / (10 ) ( % ) L % = ( K / J ) %
12 a. Pendapatan Tenaga kerja ( Rp / Kg) M = E x G
b. Imbalan tenaga kerja (12a) / (11a) ( % ) N % = ( M / K ) %
13 a. Keuntungan (11a) – ( 12a) ( Rp / Kg) O = K – M
b. Tingkat keuntungan (13a) / (10 ) ( % ) P % = ( O/ J ) %
Balas Jasa Untuk Faktor produksi
14
Marjin ( 10 ) - ( 8 ) ( Rp / Kg) Q = J – H
a. Pendapatan tenaga kerja (12a) / (14 ) ( % ) R % = ( M / Q ) %
b. Sumbangan input lain ( 9 ) / (14 ) ( % ) S % = ( I / Q ) %
c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14 ) ( % ) T % = ( O / Q ) %
Sumber: Hayami dalam Maharani (2013)
e. Penilaian Praktik Usahatani Kopi yang Berkelanjutan Secara Ekonomi
Penilaian ini dilakukan untuk melihat apakah program sertfikasi memberikan
manfaat berupa kemudahan dalam pemasaran dan keadilan dalam proses
transaksi. Indikator yang digunakan mengacu pada SNI 01 6729 2013 dan Jaker
52
PO indonesia yaitu keadilan transaksi yang mencakup (1) pihak yang menentukan
harga kopi, (2) lembaga pemasaran yang bekerja sama dengan petani,
(3) penentuan harga kopi berdasarkan mutu/grade, (4) keterbukaan untuk
negosiasi harga/tawar-menawar. Pengukuran indikator menggunakan skor 1-3
yaitu tidak sesuai prinsip, kurang sesuai prinsip, dan sesuai prinsip. Nilai
indikator yang diperoleh akan dianalisis dengan uji Mann Whitney.. Indikator
penilaian praktik yang berkelanjutan secara ekonomi tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Indikator penilaian praktik kopi yang berkelanjutan secara
ekonomi
No Indikator Skor Penilaian
Keadilan dalam proses transaksi
1 Pihak yang menentukan harga kopi
(1) Pihak pembeli
(2) Mengikuti harga pasar
(3) Pihak pembeli dan petani
2 Lembaga pemasaran yang bekerja sama dengan
petani
(1) Tidak ada
(2) Hanya koperasi/eksportir atau lembaga
sertifikasi
(3) Koperasi, eksportir dan lembaga sertifikasi
3 Penentuan harga kopi berdasarkan mutu/grade
kopi
(1) Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Iya selalu
4 Penentuan harga dilakukan melalui proses tawar-
menawar/negosiasi harga
(1) Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Iya selalu
Ketentuan skor penilaian adalah sebagai berikut:
1) Skor 1 bila pernyataan tidak sesuai dengan indikator
2) Skor 2 bila pernyataan sedikit sesuai dengan indikator
3) Skor 3 bila pernyataan sesuai dengan indikator
Sebelum dilakukan analisis terhadap indikator-indikator diatas maka perlu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen-instrumen yang ada dalam
penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen-
instrumen yang digunakan untuk mengukur suatu penelitian dapat benar-benar
53
mengukur dan menggambarkan apa yang ingin diteliti. Suatu penelitian dikatakan
mampu menggambarkan fenomena yang ingin diukur jika nilai validitas dan
reliabilitasnya tinggi. Menurut Singarimbun (1995) sebelum dilakukan analisis
lebih dalam maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuisioner yang
diisi 30 responden pertama. Alat bantu yang digunakan untuk melakukan uji
validitas dan reliabilitas adalah program SPSS 16.
Pengujian validitas kuesioner dengan menggunakan metode analisis faktor.
Menurut Sekaran (2006) analisis faktor diketahui dengan menghitung analisis data
reduction factor dengan melihat extraction method (principal component
analysis) dan Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequency serta Barlett’s
Test of Sphericity yang ada dalam program SPSS 16. Instrumen dinyatakan valid,
jika nilai Keiser Meyer Olkin (KMO) berada diatas 0,5 dan nilai extraction diatas
0,4 (Malhotra, 2002).
Reliabilitas merupakan nilai yang menunjukkan konsistensi suata alat pengukur
dalam mengukur fenomena yang sama. Menurut Ghozali (2006) kuisioner
dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan stabil atau
konsisten dari waktu ke waktu. Penelitian ini dilakukan dengan satu kali
wawancara terhadap responden, sehingga uji reliabilitas yang digunakan adalah
uji tes tunggal. Suatu kuisioner dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas (α) atau r
hitung > 0,6. Perhitungan nilai reliabilitas dapat digunakan dengan rumus
Cronbach-Alpha yaitu:
𝛼 = 𝑘
𝑘−1 1 −
∑𝜎𝑖 2
𝜎𝑡 2 ……………………………………….(8)
54
Keterangan
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah indikator
Σ𝜎𝑖2 = jumlah varians bulir
𝜎𝑡2 = varians total
Indikator-indikator manfaat ekonomi yang telah diuji validitas dan reliabilitas
kemudian dianalisis dengan metode statistik nonparametrik. Menurut Siegel
(1992) metode tes statistik non parametrik sering disebut sebagai metode bebas
sebaran (free distribution), yaitu tidak menetapkan syarat bahwa observasi-
observasinya harus ditarik dari populasi yang berdistribusi normal. Manfaat
sertifikasi dalam aspek lingkungan petani sertifikasi dan nonsertifikasi diuji
dengan Uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nyata
antara rata-rata dua populasi yang distribusinya sama melalui dua sampel yang
independen yang diambil dari kedua populasi. Uji Mann Whitney dilakukan untuk
menguji Hipotesis 1b, Hipotesis 2 dan Hipotesis 3.
Jika rata-rata skor praktik budidaya kopi yang berkelanjutan secara ekonomi
petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka sertifikasi INOFICE
memberikan manfaat bagi petani. Hipotesis penelitian dalam tujuan ini adalah:
H0 : μ1 = μ2 artinya rata-rata manfaat ekonomi yang diterima petani sertifikasi
dan nonsertifikasi tidak berbeda.
H1 : μ1 > μ2 artinya rata-rata manfaat ekonomi yang diterima petani sertifikasi
lebih tinggi dari petani nonsertifikasi.
55
Kemudian, untuk mengetahui hipotesis mana yang akan dipilih, dilakukan uji z
dengan rumus (Siegel, 1992):
𝑧 = 𝑈−
𝑛1𝑛22
𝑛1 𝑛2 𝑛1+𝑛2+1
12
……………………………………(9)
𝑈1 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛1 𝑛1+1
2− 𝑅1 …………………………………………………….(10)
𝑈2 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛2 𝑛2+1
2− 𝑅2 …………………………………………………….(11)
Keterangan
U1 = jumlah peringkat sertifikasi
U2 = jumlah peringkat non sertifikasi
R1 = Jumlah ranking sertifikasi
R2 = Jumlah ranking non-sertifikasi
n1 = jumlah petani sertifikasi
n2 = jumlah petani non-sertifikasi
Dari hasil perhitungan dipilih nilai U yang paling kecil diantara keduanya dan
dilakukan perhitungan untuk mencari besarnya nilai z. Uji Mann-Whitney U test
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 dengan uji satu arah menggunakan
selang kepercayaan (α) sebesar 5% (Z 0,05 = 1,645). Kriteria pengambilan
keputusan yaitu jika Z hitung > Z tabel maka tolak Ho artinya manfaat ekonomi
yang diterima petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi, sebaliknya
jika Z hitung < Z tabel maka terima Ho artinya manfaat ekonomi yang diterima
petani sertifikasi dan nonsertifikasi sama saja.
56
2. Metode Analisis Manfaat Lingkungan
Penilaian manfaat aspek lingkungan ini dilakukan melalui praktik kopi secara
organik. Indikator yang digunakan dalam penilaian manfaat sertifikasi dalam
aspek lingkungan mengacu pada SNI 6729 2013 yang manajemen ekosistem,
konservasi tanah dan air, tata cara produksi, penggunaan dan pembuatan input
pertanian organik serta pemanenan dan penyimpanan. Pengukuran indikator
menggunakan skala likert, skala dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu
tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai dengan prinsip. Indikator-indikator
penilaian manfaat lingkungan yang digunakan tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Indikator penilaian praktik kopi yang berkelanjutan secara
lingkungan
No Indikator Skor Penilaian
Manajemen Ekosistem
1
2
Macam-macam tanaman naungan yang ditanam
di lahan
Jumlah tanaman naungan yang ditanam di lahan
(1) Tidak ada
(2) Satu jenis
(3) Bermacam-macam
(1) 0- 200 pohon per ha
(2) 201-300 pohon per ha
(3) 301-600 pohon per ha
Konservasi Tanah dan air
3 Cara membersihkan rumput dikebun
(1) Disemprot dengan herbisida kimia
(2) Disemprot dan dikoret
(3) Dikoret lalu dikomposkan
4 Daur ulang sisa-sisa hasil panen (daun, kulit kopi
dll) untuk menjadi pupuk organik
(1) Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Iya selalu
5
Pembuatan parit, tanggul, guludan, lubang angin,
terasering atau penanaman mengikuti kontur
untuk mencegah erosi
(1) Tidak ada
(2) Hanya ada terasering atau tanggul
(3) Ada, terasering atau tanggul , lubang angin
dll
6 Tempat membuang air dari sisa penggunaan
herbisida atau pestisida dan input lainnya
(1) Di sungai
(2) Tidak tentu
(3) Di lubang khusus pembuangan limbah
7 Cara mengelola sampah dedaunan
(1) Dibakar
(2) Dibiarkan saja
(3) Ditimbun dalam tanah
8 Tempat membuang sampah plastik, botol dll
yang ada dilahan
(1) Di sungai atau dibakar
(2) Dibiarkan saja
(3) Ditimbun dalam tanah atau didaur ulang
Tata cara produksi
9 Lama masa konversi lahan untuk tanaman
tahunan 3 tahun sebelum panen pertama
(1) Tidak dikonversi,
(2) 1-2 tahun,
(3) ≥ 3 tahun.
57
Lanjutan Tabel 6.
No Indikator Skor Penilaian
10
Lahan organik dan konvensional memiliki
pembatas yang jelas berupa zona penyangga
(buffer zone)
(1) Tidak ada pembatas
(2) Pembatas menggunakan tanaman usahatani
yang langsung berbatasan dengan lahan
anorganik
(3) Ada pembatas berupa jenis tanaman lain
(buffer zone).
11
Kesuburan dan aktivitas biologi tanah harus
dipelihara atau ditingkatkan dengan :
a. Sumber bahan penyubur tanah berasal dari
mikroba, tumbuhan dan hewan organik
b. Penggunaan pupuk organik (pupuk
kompos, pupuk hijau dan pupuk kandang)
pada lahan
(1) Tidak menggunakan
(2) Kadang-kadang menggunakan
(3) Iya menggunakan
(1) Tidak menggunakan
(2) Kadang-kadang menggunakan
(3) Iya selalu menggunakan
12
Hama, penyakit dan gulma harus dikendalikan
dengan cara-cara berikut :
a. Pengendalian mekanis dengan penggunaan
perangkap, penghalang, cahaya dan suara.
b. Pengedalian hama, penyakit, dan gulma
menggunakan pestisida nabati
c. Pelestarian musuh alami (parasit, predator,
patogen dan serangga)
d. Ekosistem yang beragam (tumpang sari,
buffer zone, dan agroforestry )
e. Penggunaan mulsa dan penyiangan
(1) Menggunakan pestisida dan herbisida kimia
(2) Kadang-kadang, menerapkan salah satu cara
pengendalian HPT bergantian dengan
pengendalian HPT dengan bahan kimia
(3) Menerapkan salah satu/kombinasi cara-cara
pengendalian gulma secara organik
13
Jarak zona pembatas terhadap permukiman dan
sumber air atau sungai
(1) 0-15 m
(2) 15-30 m
(3) > 30 m
14
Pembersihan semua peralatan yang digunakan
sebelum digunakan pada lahan organik
(1) Tidak pernah dibersihkan
(2) Kadang-kadang dibersihkan
(3) Selalu dibersihkan
Penggunaan dan Pembuatan Input Produksi
Pertanian Organik
15 Benih/bibit kopi berasal dari tanaman kopi
organik
(1) Benih/bibit kopi yang berasal dari tanaman
kopi transgenik (GMO)
(2) Benih/bibit kopi yang berasal dari usahatani
secara anorganik atau semiorganik
(3) Benih/bibit kopi yang berasal dari usahatani
secara organik.
16 Penggunaan bahan kimia sintetik (pupuk dan
pestisida kimia) dalam proses produksi kopi
(1) Iya selalu
(2) Kadang-kadang menggunakan
(3) Tidak menggunakan
Pemanenan dan Penyimpanan
17 Cara pemanenan kopi
(1) Tidak dipilih-pilih (hijau dan merah)
(2) Dipilih, biji yang hampir merah
(3) Dipilih, hanya biji yang merah saja
18 Cara penjemuran kopi
(1) Di tanah tanpa alas
(2) Di tanah dengan alas (terpal)
(3) Di lantai semen
19 Pembersihan alat-alat pengolahan
(1) Tidak dibersihkan
(2) Kadang-kadang dibersihkan
(3) Selalu dibersihkan
20 Tempat penyimpanan kopi
(1) Di teras rumah
(2) Di dalam rumah (tidak tentu)
(3) Di tempat khusus dalam rumah
58
Ketentuan skor penilaian adalah sebagai berikut:
1) Skor 1 bila pernyataan tidak sesuai dengan indikator
2) Skor 2 bila pernyataan sedikit sesuai dengan indikator
3) Skor 3 bila pernyataan sesuai dengan indikator
Indikator-indikator manfaat lingkungan dianalisis dengan metode yang sama
dengan indikator manfaat ekonomi yaitu uji Mann Whitney dan terlebih dahulu
diuji validitas dan reabilitas. Uji Mann Whitney digunakan untuk menguji
Hipotesis 2. Jika rata-rata skor praktik budidaya kopi yang berkelanjutan
lingkungan petani sertifikasi lebih tinggi maka sertifikasi INOFICE memberikan
manfaat bagi petani. Hipotesis pengujian yang digunakan yaitu:
H0 : μ1 = μ2 artinya rata-rata manfaat lingkungan yang diterima petani sertifikasi
dan nonsertifikasi tidak berbeda.
H1 : μ1 > μ2 artinya rata-rata manfaat lingkungan yang diterima petani sertifikasi
lebih tinggi dibanding petani nonsertifikasi.
3. Metode Analisis Manfaat Sosial
Manfaat sertifikasi dalam aspek sosial diukur dengan menggunakan indikator-
indikator kepedulian sosial prinsip pertanian organik yang mengacu pada SNI
6729 2013, IFOAM basic standard 2005 dan Jaker PO Indonesia (Jaringan kerja
pertanian organik Indonesia). Indikator-indikator ini digunakan untuk menilai
tingkat keberlanjutan kopi organik dari segi sosial. Indikator untuk mengukur
praktik kopi organik yang dapat diterima secara sosial tersaji pada Tabel 7.
59
Tabel 7. Indikator penilaian praktik kopi yang dapat diterima secara
sosial
No Indikator Skor
1
2
3
4
5
Kesehatan Petani
Penggunaan Alat-alat pelindung ketika
pemupukan dan penyemprotan
Penyimpanan peralatan pelindung diri yang
bersamaan dengan penyimpanan bahan
kimia (pupuk, pestisida,dll).
Tempat penyimpanan pupuk dan pestisida
Jarak penyimpanan pupuk dan pestisida dari
sumber air atau sumur
Tempat membersihkan diri dan mencuci
pakaian setelah melakukan pemupukan dan
penyemprotan pestisida
(1) Tidak menggunakan pelindung
(2) Menggunakan sebagian alat pelindung (misal
topi/sepatu)
(3) Menggunakan masker, sepatu, pakaian tertutup
dan topi
(1) Selalu
(2) Kadang-kadang
(3) Tidak pernah
(1) Di kebun
(2) Di dalam rumah (tidak tentu)
(3) Di tempat khusus dalam rumah
(1) 0-15 m
(2) 15-30 m
(3) >30 m
(1) Di sungai
(2) Di kamar mandi rumah
(3) Di kamar mandi khusus di kebun
6 Kearifan Lokal
Mengadakan musyawarah/diskusi mengenai
permasalahan dalam usahatani kopi
(1) Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Iya, selalu
7
8
9
Iuran rutin untuk kegiatan kelompok tani
dan bantuan bagi kelompok tani yang
membutuhkan
Pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan bagi
petani dari kelompok tani bekerja sama
dengan lembaga sertifikasi
Penanaman kopi dengan pola tumpang sari
dan tanaman naungan
(1)Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Iya selalu
(1) Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Iya, selalu
(1) Tidak melakukan
(2) Kadang-kadang melakukan
(3) Iya selalu melakukan
7
8
9
10
Iuran rutin untuk kegiatan kelompok tani
dan bantuan bagi kelompok tani yang
membutuhkan
Pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan bagi
petani dari kelompok tani bekerja sama
dengan lembaga sertifikasi
Penanaman kopi dengan pola tumpang sari
dan tanaman naungan
Status dan kepemilikan lahan yang
digunakan untuk kopi.
(1)Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Iya selalu
(1) Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Iya, selalu
(4) Tidak melakukan
(5) Kadang-kadang melakukan
(6) Iya selalu melakukan
(1) Sedang dalam sengketa
(2) Lahan bebas sengketa namun tidak memiliki
sertifikat
(3) Lahan bebas sengketa dan memiliki sertifikat
11
12
13
Keadilan Sosial
Pertimbangan dalam melilih pekerja
Penentuan jam istirahat bagi pekerja
Cara penentuan upah bagi pekerja
(1) SARA (suku, ras dan agama)
(2) Tidak ada
(3) Potensi kerja (rajin, kuat, disiplin)
(1) Pemilik kebun yang menentukan
(2) Mengikuti jam istirahat yang berlaku di daerah
tersebut
(3) Kesepakatan petani dan pekerja
(1) Petani yang menentukan
(2) Mengikuti upah yang berlaku di daerah tersebut
(3) Kesepakatan petani dan pekerja
60
Lanjutan Tabel 7.
No Indikator Skor
14
15
16
Kebebasan berkumpul dan berorganisasi
Lembaga atau organisasi apa saja yang
diikuti petani
Keaktifan petani dalam kegiatan dan
perkumpulan organisasi yang diikuti
Keaktifan petani dalam mengikuti
penyuluhan oleh penyuluh/tokoh
desa/perusahaan
(1) Tidak mengikuti organisasi
(2) Hanya mengikuti kelompok tani
(3)Mengikuti kelompok tani dan kelompok
atau organisasi lainnya yang ada di desa (arisan,
pengajian, dan lain sebagainya).
(1) Tidak aktif/ tidak pernah hadir
(2) Cukup aktif/kadang-kadang hadir
(3) Aktif/selalu hadir
(1) Tidak pernah
(2) Kadang-kadang
(3) Selalu mengikuti
17
18
Kesetaraan Gender dan tidak bertindak
diskriminati
Pemilihan pekerja didasarkan pada jenis
kelamin (gender)
Perbandingan jumlah pekerja pria dan
wanita
(1) Iya selalu
(2) Kadang-kadang
(3) Tidak pernah
(1) Tidak ada pekerja wanita, semua pekerja pria
(2) Penggunaan pekerja wanita dibatasi, lebih banyak
pekerja pria
(3) Jumlah pekerja pria dan wanita berimbang/tidak
dibatasi
Ketentuan skor penilaian adalah sebagai berikut:
1) Skor 1 bila pernyataan tidak sesuai dengan indikator
2) Skor 2 bila pernyataan kurang sesuai dengan indikator
3) Skor 3 bila pernyataan sesuai dengan indikator
Metode analisis data yang digunakan pada tujuan ketiga ini sama dengan metode
yang digunakan untuk menjawab tujuan kedua yaitu uji Mann-Whitney. Uji Mann
Whitney digunakan untuk menguji Hipotesis 3 dalam penelitian. Jika rata-rata
skor praktik budidaya kopi yang berkelanjutan sosial petani sertifikasi lebih tinggi
dari petani nonsertifikasi maka program sertifikasi memberikan manfaat bagi
petani. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : μ1 = μ2 artinya rata-rata manfaat sosial yang diterima petani sertifikasi dan
nonsertifikasi tidak berbeda.
H1 : μ1 > μ2 artinya rata-rata manfaat sosial yang diterima petani sertifikasi lebih
tinggi dari petani nonsertifikasi.
61
4. Metode Analisis Manfaat Sertifikasi Terhadap keberlanjutan Usahatani
Kopi
Penilaian manfaat ekonomi, manfaat lingkungan dan manfaat sosial kemudian
dibandingkan untuk melihat keberlanjutan usahatani kopi yang dilakukan petani
sertifikasi maupun petani nonsertifikasi. Hasil skor penilaian manfaat ekonomi,
lingkungan dan manfaat sosial diklasifikasikan untuk mengetahui tingkat
keberlanjutan kopi secara ekonomi, lingkungan dan secara sosial. Keberlanjutan
kopi secara ekonomi, lingkungan dan sosial dihitung dengan indeks keberlanjutan.
Indeks keberlanjutan mencerminkan tingkat keberlanjutan masing-masing petani.
Pengukuran indeks keberlanjutan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100 % …………………………...(12)
Hasil persentase indeks keberlanjutan diklasifikasikan menurut Thamrin et al.
(2007) yang mana status keberlanjutan terbagi menjadi empat kategori yaitu nilai
indeks 0-25 persen berarti tidak keberlanjutan (buruk), nilai indeks 25,1-50 persen
berarti kurang berkelanjutan (kurang), nilai indeks 50,1-75 persen berarti cukup
berkelanjutan (cukup) dan nilai indeks 75-100 persen yang berarti berkelanjutan
(baik). Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan indeks keberlanjutan
multidimensi (ekonomi, lingkungan dan sosial) petani sertifikasi dan
nonsertifikasi maka dilakukan uji beda t. Uji beda t dilakukan untuk menguji
Hipotesis 4 dalam penelitian. Jika rata-rata nilai indeks keberlanjutan
multidimensi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka
terdapat manfaat program sertifikasi bagi keberlanjutan usahatani kopi organik.
Jika rata-rata indeks keberlanjutan usahatani petani sertifikasi lebih tinggi dari
petani nonsertifikasi maka program sertifikasi telah memberikan manfaat bagi
62
keberlanjutan usahatani kopi organik. Uji beda t menggunakan Persamaan 2
dengan hipotesis:
H0 : μ1 = μ2 artinya rata-rata indeks keberlanjutan petani sertifikasi sama dengan
petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya rata-rata indeks keberlanjutan petani sertifikasi lebih tinggi
dari petani nonsertifikasi.