III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran · karya kepada perusahaan pertambangan diantaranya...
Transcript of III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran · karya kepada perusahaan pertambangan diantaranya...
42
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pandangan kelembagaan (institutional minded) termasuk dalam
kelembagaan masyarakat yang menunjang aktifitas sosial ekonomi selalu
dihadapkan dengan masalah kelangkaan (scarcity) terutama kelangkaan
sumberdaya. Pengertian model kelembagaan bersifat relatif, artinya kelembagaan
dalam penelitian ini bermakna umum untuk jenis kasus yang ditimbulkan oleh
konflik pemanfaatan lahan. Jenis karakter persoalan kelembagaan tidak dapat
digeneralisir karena karakteristik tersebut cukup beragam yang merupakan jalan
masuk untuk mengelaborasi unsur-unsur pendekatan ilmiah, sehingga output dari
penelitian dapat merekomondasikan unsur keragaman dan kecenderungan
karakater persoalan kelembagaan itu secara relatif.
Konstruksi analisis kelembagaan dalam penelitian ini didesain melalui
kerangka ekonomi kelembagaan (New Institutional Economics) dimana kerangka
kelembagaan dibagi melalui dua pilar utama yakni institutional govarnance dan
institutional arrangement . Kerangka ini mengacu pada pernyataan Menard and
Shrley (2005) dimana analisis ini dilakukan berdasarkan kedua komponen di atas.
Institutinal govarnance merupakan tatakelola kelembagaan yang didasarkan pada
Transaction cost Economics (TCE). Oleh karena itu pada komponen ini aspek
manfaat dan biaya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya tambang
sesuai dengan stadia pengelolaan di wilayah kontrak karya PT Gorontalo Minerals
termasuk kegiatan penambangan tanpa izin (PETI) dianalisis terlebih dahulu
untuk memperoleh informasi biaya transaksi. Pada tahapan kedua yang berkaitan
dengan komponen Institutional Arrangement didasarkan pada property right dan
aspek legal yang didahului dengan analisis spasial untuk mengetahui kondisi riil
yang berkaitan dengan klaim pemanfaatan dan penguasaan lahan di wilayah
tumpang tindih. Kemudian berkaitan dengan peraturan kelembagaan dalam
pemanfaatan sumberdaya tambang. Kedua komponen ini akan memberikan input
bagi pengembangan model kelembagaan yang akan dibangun dan diselaraskan
pada jenis-jenis kasus kelembagaan pertambangan. Keseluruhan kerangka pikir
dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini.
43
Implikasi Model Kelembagaan Tambang
Institusional arrangement
Kelayakan
Kelaya-kan
Ekonmi
Kelayakan Kelembagaan Sosial Ekonomi
Masyarakat
Pendapat-an
Bersih
Kela-
yakan
Penju-
alan
Penda-
patan
LingkunganCadangan,
Harga
Biaya Konstruksi, Capital,
Operasi, Produkasi
Indikator(NPV, IRR, PBP)
Valuasi Model Hotelling
(Biaya Ekstraksi)Valuasi Ekonomi(Struktur Pasar)
Institusional Governance
Model Pemanfaatan SumberdayaTambang dan Kaitannya terhadap Pemb.
Wilayah di Kab. Bone Bolango
AnalisisSensitivitas
Royaliti PajakLand
Rent
Penguasaanlahan dan
PETI
Spatial & logistic
analysis
Penggunaan lahan
(land use
Model advokasi,
kelembaga-an sosek
Profil RT, Advokasi,
Kelembaga-an SOSEK
Gambar 15. Kerangka Pikir Penelitian
44
45
3.2. Hipotesis
Adapun hipotesis yang dapat di formulasikan dalam penelitian ini yaitu:
1. Diduga bahwa perubahan pengelolaan kawasan serta permasalahan-
permasalahan sosial ekonomi berdampak pada peningkatan penguasaan dan
pemanfaatan lahan konsesi kontrak karya PT Gorontalo Minerals saat ini.
2. Diduga bahwa hasil penelitian eksplorasi perusahaan-perusahaan pemegang
izin kontrak karya layak secara ekonomi baik dari aspek struktur pasar dan
pola ekstraksi optimal.
3. Diduga bahwa struktur kelembagaan berperan penting dalam pengelolaan
sumberdaya tambang dalam mengembangkan resolusi konflik pemanfaatan
sumberdaya tambang.
3.3. Alur Penelitian
Pada tahap awal penelitian ini mengkaji aspek-apek historis yaitu bentuk
kelembagaan pemanfaatan sumberdaya tambang dan bentuk-bentuk perubahan
kawasan di wilayah pemanfaatan sumberdaya tambang yang menjadi cikal bakal
sumber dan potensi konflik sosial ekonomi. Selanjutnya untuk memperkuat
argumentasi historis dilakukan analisis spasial dimana hasilnya memberikan
makna terhadap pemanfaatan ruang. Pada tahap berikutnya dilakukan analisis
valuasi ekonomi minerals kesiapan masyarakat untuk menyambut pemanfaatan
sumberdaya tambang secara profesional dapatlah dilakukan melalui penyerapan
persepsi masyarakat terhadap kapasitas pendidikan agar masyarakat menjadi
bagian dalam proses pemanfaatan sumberdaya tambang (tenaga kerja), persepsi
terhadap model advokasi yang dilakukan untuk memberikan pemahaman terhadap
pemanfaatan sumberdaya tambang, persepsi terhadap kesiapan infrastruktur dan
suprastruktur, persepsi terhadap lembaga sosial masyarkat dan lembaga ekonomi,
serta persepsi masyarakat yang melakukan pertambangan tanpa izin.
Tahapan-tahapan kajian diarahkan pada model kelembagaan pemanfaatan
sumberdaya tambang dengan mengacu pada dua unsur penting serta landasan-
landasan hukum dan peraturan yang diacu secara implisit di sektor pertambangan
seperti telah dideskripsikan pada (Gambar 15). Sistimatika penelitian dapat dilihat
pada Gambar 16 berikut ini.
46
Gambar 16. Alur Penelitian
Tujuan
3. menyusun model kelembagaan
dalam mengelolaan sumber daya
mineral dlm rangka pengelolaan
sumberdaya alam untuk
pembangunan yang
berkelanjutan
2. Menganalisis kelayakan ekonomi sumberday tambang dari finansial, aspek ekstraksi terhadap cadangan, harga dan nlilai
lingkungan.
1.Mendeskripsikan sejarah perubahan dan pemanfaatan serta menyusun peta tutupan lahan dan inventarisasi luasan.
Alur Penelitian Model sumber daya tambang Dan kaitannya terhadap Pembangunan
Wilayah di Kabupaten Bone Bolango Prov.Gorontalo
INSTRUMENT DASAR PENDUKUNG UUD 1945. Undang-Undang no.32 Tahun 2004 Undang-Undang No.26 Tahun 2007
Undang-Undang No. 04 tahun 2009. Undang-Undang No.09 Tahun 1999. Kepmenhut No.324 dan No 325 Tahun 2010. Peraturan Pemerintah.No. 104 Tahun 2004
1. Sejarah perubahan dan
pemanfaatan kawasan.
Peta tutupan lahan dan
lay oout peta Adm,
pertanian, perkebunan,
PETI, serta peta
pemukiman
2.Kelayakan ekonomi
pada aspek financial
dan kelayakan ekstraksi
pada cadangan, harga
serta nilai lingkungan
berdasarkan model
Hotelling
3.Model kelembagaan
sumberdaya tambang
yang optimal
Output Analisis
1.Peta Citra SPOT4 liputan 2010-03-05 komposit warna kombinasi Band 213, Peta KK, Peta Desa, Peta RBI (1:50.000),Peta tutupan lahan 2009,peta dasar tematik Badan Planologi kehut RI
2.Data Primer: pengedaran angket dilokasi penelitian, titi koordinat dan info kondisi ril dilokasi melalui foto. Deposit eksplorasi PT Gorontalo Minerals
3. Data sekundr : BPS Kab. Bone Bolango 2010, dan Kecamatan Dalam angka pada sampel lokasi penelitian.
Sumber Data
1. Analisis Spasial sederhana
dan kajian sejarah (land
tenure)
2. Valuasi Finansial dan Ekonomi Sumber daya Mineral
3. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mineral Model Hotelling
4. Analisis Statistik Tabel frekuensi dan Kontigensi dan Analisis Statisitik Model Logistik.
Metode/Proses
1. Informasi Ruang dalam kawasan konsesi Kontrak karya yang berhimpitan langsung dengan: Pemukiman, Lahan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Semakbelukar, serta PETI.
2. Kelayakan Ekonomi dan Ekologi.
3. Model Kelembagaan pemanfaatan sumberday tambang di Kabupaten Bone Bolango.
Rekomendasi
Permasalahan
1.Bagaimanakah dampak permasalahan-
permasalahan masa lalu tersebut terhadap
konflik pengelolaan sumberdaya tambang
saat ini?.
Permasalan
2. Apakah sumberdaya tambang dapat
menjadi pendorong kinerja pemb.
Wilayah layak dikelola secara
profesional ?
3. Bagaimana kesiapan model
kelembagaan dalam pengelolaan
sumberdaya tambang di Kabupaten
Bone Bolango saat ini?
Alur Penelitian Model sumber daya tambang Dan kaitannya terhadap Pembangunan
Wilayah di Kabupaten Bone Bolango Prov.Gorontalo
47
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bone Bolango di Provinsi
Gorontalo. Penentuan lokasi penelitian ini didasari atas pertimbangan bahwa :
1. Pemerintah telah memberikan izin usaha pertambangan (IUP) dan kontrak
karya kepada perusahaan pertambangan diantaranya yaitu PT Gorontalo
Minerals serta memiliki Izin Penelitian Eksplorasi Tambang dari
Departemen ESDM RI dan telah menyampaikan hasil penelitian eksplorasi
dalam bentuk Feasibility Study (FS) dan rencana kerja anggaran bersama
kepada pemerintah. Namun saat ini wilayah kontrak karya ini telah tumpang
tindih dengan pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan penambangan
tanpa izin.
2. Kabupaten Bone Bolango adalah daerah yang persentase pertumbuhan
ekonominya relatif rendah dibanding kabupaten/kota lainnya di Provinsi
Gorontalo.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
1. Melalui analisis data yang terkait dengan penggunaan lahan dan tutupan
lahan dilakukan melalui pengamatan atau survei langsung di lapangan
untuk memperkuat akurasi data. Hal ini dapat dilihat pada peta lokasi
pengamatan wilayah tumpang tindih (Gambar 17).
Gambar 17. Peta Lokasi Sampel Wilayah Tumpang Tindih (Berhimpitan
Langsung) dengan Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals dan
Penambang Tanpa Izin
48
2. Metode penarikan data menggunakan metode simple random sampling yang
digunakan untuk rumah tangga responden di masing-masing desa disetiap
kecamatan, sedangkan untuk lembaga publik, lembaga produktif, informal
leader serta key informan akan dipilih secara purposive. Pengambilan
sampel ini mempertimbangkan keragaman dan perbedaan letak wilayah
seperti pegunungan, pantai, dataran rendah dan dataran tinggi (Juanda,
2007). Sebaran sampel ini dapat dilihat pada Lampiaran 9.
3. Data Primer diambil dalam bentuk wawancara yang dibarengi dengan
angket yang telah disiapkan untuk mencatat dan memberikan pembobotan
satu per satu terhadap hasil wawancara langsung dengan responden yang
dilakukan secara sengaja (purpose sampling).
4. Sebelum angket didistribusikan kepada responden yang sesungguhnya,
angket ini diuji – cobakan kepada sejumlah warga masyarakat yang secara
apriori memberikan jawaban, sehingga dapat terkoreksi baik dari segi
bahasa maupun terpenuhinya aspek-aspek yang akan diteliti dalam angket.
5. Angket penelitian didistribusikan kepada responden pada saat peneliti
bertatap muka dengan tokoh masyarakat, agama, pemuda, wanita, (informal
leader) lembaga publik, rumah tangga, dan lembaga produktif di lokasi
penelitian yaitu di beberapa desa yang berada dilokasi Perencanaan
pertambangan yaitu Kecamatan Suwawa Timur, Kecamatan Suwawa,
Kecamatan Bone, Kecamatan Bulawa dan Kecamatan Bone Raya.
3.6. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder yang terdiri dari :
1. Data Primer diperoleh dari :
a. Data lapangan pada obyek penelitian yaitu pengamatan langsung di
lapangan terkait dengan informasi pemanfaatan lahan oleh masyarakat
yang lebih detail dengan mengambil titik-titk koordinat dan
memfusialkan dalam bentuk kamera digital tentang kondisi hasil
pengamatan di lahan pertanian, perkebunan, semak belukar, penambang
tanpa izin, serta wawancara lansung dengan para penambang tanpa izin.
49
Tujuannya mempermudah hasil digitasi on screen yang akan dilakukan
dengan Citra SPOT4, karena alat citra yang digunakan memiliki resolusi
sedang.
b. Aparat pemerintah yang menyangkut data sosial ekonomi, persepsi para
pihak, kesinergian kebijakan, pembangunan berkelanjutan, tatakelola dan
proses manajemen pemanfaatan sumberdaya tambang di Kabupaten Bone
Bolango dan Provinsi Gorontalo.
c. Tokoh masyarakat, agama, pimpinan yayasan sosial dan organisasi
kemasyarakatan terutama masyarakat yang berdomisili di lokasi
penelitian berupa data-data tentang faktor-faktor motivasi, kepemimpinan
serta persepsinya menyangkut tata kelola pemanfaatan sumberdaya
tambang Kabupaten Bone Bolango dan Provinsi Gorontalo.
2. Data sekunder, yaitu data instansi BPS, BAPPEDA, Dinas Kehutanan dan
Pertambangan Kabupaten Bone Bolango dan Provinsi Gorontalo, serta
laporan-laporan hasil kajian pada PT Gorontalo Minerals yang merupakan
pemilik Kontrak Karya sejak tahun 1971 dan dari Instansi terkait lainnya.
Selanjutnya untuk analisis konflik lahan dibutuhkan beberapa peta yaitu
peta rupa bumi Indonesia, peta penunjukkan kawasan hutan, peta
penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta intensitas hujan, peta citra
SPOT, peta blok plan kotrak karya PT. Gorontalo Minerals, peta geologi
dalam bentuk digital.
3.7. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian maka alat analisis yang digunakan yaitu:
3.7.1 Analisis Spasial dan Land Tenure
Bagian ini akan diawali dengan kajian deskriptif pada aspek historis
tentang tahapan-tahapan pemanfaatan dan perubahan kawasan. Kemudian
dilanjutkan dengan aspek ekologi, aspek sosial ekonomi dan aspek hukum dan
kelembagaan. Selanjutnya pada komponen spasial dimulai dari interpretasi awal
penutupan dan penggunaan lahan dilakukan berdasarkan tampilan warna, pola,
tekstur asosiasi dan dibantu dengan hasil survei di lapangan berupa titik-titik
koordinat dari masing-masing obyek yang disurvei.
50
Adapun hasilnya yaitu 1) peta tutupan lahan yang dari digitasi dari citra
SPOT dan Goegle Earth; 2) peta batas administrasi dihasilkan dari queri peta
penutupan dan penggunaan lahan dan di overlay dengan peta administrasi desa
dari BPS Kabupaten Bone Bolango dan peta konsesi kontrak karya PT Gorontalo
Minerals; 3) peta areal pertanian secara luas diperoleh dari queri areal pertanian
dan perkebunan di peta penutupan lahan yang di overlay dengan peta konsesi peta
batas administrasi kecamatan; 4) peta permukiman diperoleh dari queri
pemukiman peta penutupan lahan yang di overlay dengan peta konsesi kontrak
karya PT Gorontalo Minerals dan peta batas administrasi Kecamatan; 5) peta
Pertambangan Tanpa Izin (PETI) dihasilkan dari queri PETI di peta penutupan
lahan yang di overlay dengan peta konsesi kontrak karya PT Gorontalo Minerals.
Alur analisis spasial yang terbangun dari tujuan satu dalam rangka mendapatkan
output pemanfaatan dan penguasaan ruang di wilayah tumpang tindih dengan
kontrak karya PT Gorontalo Minerals disajikan pada (Gambar 18).
Gambar 18. Alur Pemikiran Analisis Spatial
Interpretasi dan digitasi
Inventarisasi Luas penutupan/
penggunaan lahan di lokasi studi
Citra SPOT
05-03-2010
Google Earth 03-03-2010
Peta Administrasi
Lokasi studi
Peta Penutupan/ Penggunaan Lahan
Layout : 1. Peta wilayah administrasi 2. Peta penutupan/penggunaan lahan 3. Peta areal pertanian vs izin pertambangan 4. Peta permukiman vs izin pertambangan 5. Peta PETI vs izin pertambangan
Data BPS Kab. Bone Bolango
51
Selanjutnya sistimatika analisis spasial berdasarkan tujuan penelitian, data
dasar, sumber data, analisis variabel indikator serta output diharapkan tertera pada
Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Tujuan Penelitian, Data Dasar, Analisis Variabel Indikator dan Output
Analisis Spasial dan Rapid Land Tanur Assesment (RATA)
N
o
Tujuan Penelitian Data Dasar Sumber Data Analisis
Variabel
Indikator
Output yang
diharapkan
1. Mengkaji dan
mengidentifikasi Aspek
Historis, perusahaan
pemegang konsesi
kontrak karya dan
tahapan Perubahan,
kawasan dan Konflik
Sosek dan statusnya
dirubah melalui
RTRWP
Peta
Perubahan
Status
Kawasan
1967,1991
&2009 yang
diolah
(overlay)
peta
administrasi
, peta
kehutanan,
dan Peta
Citra Spot
resolusi
sedang
Jumlah dan
luasan
masing-
masing
Desa masuk
dalam
Kawasan
tumpang
tindih
Legalitas
KK
Perusahaan
Pertambang
an 1967-
1998
Taman Nas.
Bogani Nani
Wartabone
Dinas
Kehutanan
dan
Pertambang-
an Prov.
Gorontalo
Dep. Hut RI
Bakosur-
tanal
BAPPEDA
Prov. Gtalo
PT
Gorontalo
Minerals
Tokoh
Masyarakat,
Informal
Leader,
Buruh
Tambang
(masa
Eksplorasi
1968-1991)
LSM
Analisis
Spasial
sederhana
Agraviting
Factors:
Politics,
Economics
,
Environme
ntal
Tersusunnya
informasi
tentang
sejarah
pemegang
kontrak
karya dan
perubahan
status
kawasan.
Deskripsi
aspek
yuridis,
ekologis,
sosial
ekonomi di
wilayah
tumpang
tindih
Tersusunya
peta
penggunaan
dan peta
hasil layout
administrasi,
permukiman
,pertanian,
perkebunan,
dan
penambang
tanpa izin di
wilayah
tumpang
tindih
dengan
lahan
kontrak
karya PT
Gorontalo
Minerals
2. Mendeskripsikan aspek
yuridis, ekologis dan
sosial ekonomi yang
berkaitan dengan
perubahan peruntukan
sebagian kawasan TN
Bogani Nani
Wartabone yang
tumpang tindih dengan
wilayah KK PT
Gorontalo Minerals.
Analisis
Aktor
Wawancar
a, FGD,
PRA
Deskripsi
Analisis
Kebijakan
dan
Perspektif
Sejarah
Dialog
Kebijakan
3. Mengidentifikasi dan
menginventarisasi
kawasan tumpang
tindih dengan
administrasi wilayah,
pemukiman
masyarakat, kawasan
pertanian dan
perkebunan, kehutanan,
dan penambang tanpa
izin (PETI).
52
3.7.2 Analisis Tabel Frekuensi
Sesuai dengan tujuan penelitian yang dilaksanakan khusus untuk analisis
data primer yang telah diperoleh di lokasi sampel, maka alat analisis statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode tabel frekuensi
dan analisis tabel silang. Untuk mencari hubungan atau pengaruh yang signifikan
antara dua variabel, yaitu variabel X profil rumah tangga, tingkat pendidikan,
(keikutsertaan dalam penyuluhan, keikutsertaan dalam organisasi, pengetahuan,
peran tokoh masyarakat), peran kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi,
ketersediaan infrastruktur serta penyelesaian konflik pemanfaatan sumberdaya
tambang dengan variabel Y (tingkat partisipasi) melalui frekuensi observasi dan
frekuensi harapan, dengan taraf signifikan ( ) 0,05 menggunakan analisis X2
dengan persamaan sebagai berikut :
X2 =
e
2eo
f
)ff(, (1)
dimana X2 = Nilai tingkat hubungan variabel
fo = Frekuensi observasi
fe = Frekuensi harapan
Berdasarkan hasil uji dimana fo = ditolak jika “terdapat hubungan yang
signifikan antara kedua variabel tersebut”. Sebaliknya fe = diterima jika “tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut”.
Sedangkan untuk mencari hubungan kedua data nominal (kedua variabel)
yang dinyatakan dengan besarnya koefisien kontingensi (C) dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
C = nX
X2
2
, (2)
dimana : C = Koefisien Kontigensi
X2 = Nilai tingkat hubungan variabel
N = Jumlah sampel
Pada bagian metode analisis ini telah diformulasi dalam suatu matriks
(tabel) tujuan penelitian, data dasar, analisis variable indicator dan output analisis
dapatlah dilihat pada Tabel 7 berikut.
53
Tabel 7. Tujuan Penelitian, Data Dasar, Analisis Variabel Indikator Dan Output
Analisis Tabel Frekuensi Dan Analisis Tabel Silang
N
o
Tujuan Penelitian Data Dasar Sumber
Data
Analisis
Variabel
Indikator
Output yang
diharapkan
Memperoleh
informasi
langsung dari
masyarakat
pemukim yang
berhimpitan
langsung dengan
wilayah konsesi
Kontrak Karya PT
Gorontalo
Minerals melalui
pengedaran angket
bertujuan tuk
mengetahui dan
menganalisis
Identitas
Responden, profil
rumah tangga,
Model advokasi
pemanfaata SD
Tambang, model
penyelesaian
konflik
pemanfaatan
ruang
(kelembagaan
sosial ekonomi),
infrastruktur,
keterkaitan
masyarakat
dengan wilayah
konsesi dan
penambang
tradisional
Angket
diedarkan dan
diwawancara
langsung
dengan
responden
dilokasi
penelitian.
Wawancara
dan diskusi
informal
dalam rangka
menggali
informasi
yang lebih
baik.
Pengamatan
langsung
dilapangan
tentang
kondisi riil
dengan
mendokumnen
tasikan
kondisi riil
tersebut
dimasing-
masing lokasi
sampel.
Respon-
den telah
di
tentukan
secara
sengaja
karena
perilaku
aktivitas
responden
pada
umumnya
berpindah-
pindah.
Metode tabel
frekuensi dan
analisis tabel
silang. Untuk
mencari
hubungan atau
pengaruh yang
signifikan antara
dua variabel,
yaitu variabel X
profil rumah
tangga, tingkat
pendidikan,
(keikutsertaan
dalam
penyuluhan,
keikutsertaan
dalam
organisasi,
pengetahuan,
peran tokoh
masyarakat),
peran
kelembagaan
sosial dan
kelembagaan
ekonomi,
ketersediaan
infrastruktur
serta
penyelesaian
konflik
pemanfaatan
sumberdaya
tambang dengan
variabel Y
(tingkat
partisipasi)
melalui
frekuensi
observasi dan
frekuensi
harapan
Untuk mencari
hubungan atau
pengaruh yang
signifikan
antara dua
variabel, yaitu
variabel X
profil rumah
tangga, tingkat
pendidikan,
(keikutsertaan
dalam
penyuluhan,
keikutsertaan
dalam
organisasi,
pengetahuan,
peran tokoh
masyarakat),
peran
kelembagaan
sosial dan
kelembagaan
ekonomi,
ketersediaan
infrastruktur
serta
penyelesaian
konflik
pemanfaatan
sumberdaya
tambang
dengan
variabel Y
(tingkat
partisipasi)
54
3.7.3 Valuasi Sumberdaya Mineral (Tambang)
Secara umum penilaian asset sumberdaya mineral dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan antara lain dalam Suparmoko (2006) yaitu:
A. Pendekatan Biaya
Metode pendekatan biaya untuk melakukan penilaian diterapkan pada asset
mineral yang berada dalam tahap prospeksi atau eksplorasi, atau tahap awal dalam
pendefinisian sumberdaya. Dasar pemikiran dari aplikasi pendekatan biaya dalam
penilaian aset mineral adalah nilai riil dari asset eksplorasi dan penemuan
cadangan mineral yang ekonomis. Artinya semakin besar potensi dari sumberdaya
mineral dan prospek ekonomisnya, maka semakin besar pengeluaran eksplorasi
yang diperlukan untuk meningkatkan derajat kepercayaan dari cadangan.
B. Pendekatan Pasar
Penilaian asset mineral tambang menggunakan pendekatan pasar dapat
diterapkan untuk asset mineral yang masih pada tahap penelitian eksplorasi.
Prinsip dari pendekatan pasar adalah menggunakan harga transaksi (price
transaction) dari asset sejenis yang dapat dibandingkan dalam rangka penetapan
nilai dari asset subyek.
C. Pendekatan Pendapatan
Penilaian asset mineral dengan pendekatan pendapatan mempunyai dasar
pemikiran mengubah keuntungan kedepan (net operating income) yang bisa
dihasilkan jika aset mineral tersebut dapat diproduksi. Kegiatan penambangan
akan dilakukan di masa datang, sehingga dalam perhitungan aset dengan
menggunakan pendekatan pendapatan perlu ditetapkan asumsi-asumsi yang
mempertimbangkan faktor waktu dengan proyeksi dan akurasi data yang lebih
baik. Artinya faktor waktu memiliki peranan penting karena waktu terkadang
menjadi krusial. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias dalam penilaian asset.
Bila terjadi bias dalam penilaian asset maka penilaian kedepan akan mengalami
bias juga. Metode discounted Cash flow (DCF) dengan parameter yang digunakan
untuk menunjukkan nilai asset adalah Net Present Value (NPV).
55
D. Weighted average cost of capital (WACC)
WACC merupakan salah satu jenis discount rate dengan
mempertimbangkan cost of equity dan cost of debt perusahaan berdasarkan rasio
debt-equity. Komponen WACC adalah sebagai berikut:
a. Komposisi pinjaman, Komposisi hutang adalah peminjaman modal sebagai
sumber dana pembiayaan proyek yang akan dilakukan. Karena tidak
direncanakan adanya peminjaman modal, maka komposisi hutang
ditentukan sebesar 0 persen.
b. Komposisi modal, Komposisi modal adalah sumber dana pembiayaan
proyek dari perusahaan sendiri. Karena tidak direncanakan adanya
peminjaman modal, maka komposisi modal sendiri ditentukan sebesar
100%.
c. Pajak (Tax), Pajak yang dikenakan sebesar 30 persen, berdasarkan peraturan
perpajakan yang berlaku di Indonesia.
d. Biaya Modal (Cost of equity), Pendekatan yang digunakan untuk
menentukan biaya modal adalah dengan menggunakan expected return dari
suatu proyek/investasi. Expected return dipengaruhi oleh risk-free interest
rate, inflation premium, dan risk premium (expected return = risk-free
interest rate + inflation premium + risk premium). Risk-free interest rate
merupakan opportunity cost karena memiliki asset, dan inflation premium
adalah untuk mengakomodasi penurunan daya beli uang. Risk-free interest
rate dan inflation premium dapat diperkirakan berdasarkan government
bond. Bila disederhanakan; expected return = interest rate on government
bond + risk premium.
Cost of equity dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
(3)
Dimana:
Ke = Cost of Equity ;
Rf = Risk Free Rate ;
Rc = Country Risk Premium
Β = Equity Beta ;
EMRP = Equity Market Risk Premium
56
Penjelasan tentang unsur cost of equity yang telah dirumuskan di atas
dapat dideskripsikan sebagai berikut:
i. Rf (Risk Free Rate)
harga batubara dalam industri sumberdaya alam didasarkan pada satuan
USD, biasanya aliran kas (cash flow) dibuat dalam USD. Menggunakan
suku bunga tahunan rata-rata dari suku bunga US Treasury selama 10 tahun
sebagai acuan risk free rate yang sesuai, mengacu pada lokasi investasi yang
akan dilakukan. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap asumsi cash
flow adalah inflasi dan nilai tukar. Saat ini, suku bunga nominal rata-rata per
tahun dari suku bunga US Treasury sebesar 2,9 persen.
ii. Rc (Country Risk Premium)
Investasi di negara berkembang lebih beresiko dibandingkan dengan
investasi di Negara maju, hal ini disebabkan Negara berkembang memiliki
dasar perekonomian lebih lemah dibandingkan Negara maju. Hal ini
ditunjukkan tingkat kredit yang lebih rendah serta tingkat pinjaman luar
negeri yang lebih tinggi pada negara berkembang. Perbedaan incremental
dalam biaya pinjaman antara Negara berkembang dan negara maju disebut
dengan country risk premium dan dapat ditentukan dengan resiko dasar
yang dikenakan pada pinjaman di Negara tersebut. PT.GM mengasumsikan
nila dari country risk premium sebesar 4,1 persen, berdasarkan rata-rata
diantara US Treasury dan pemerintahan Indonesia dalam kurun waktu 3
tahun.
iii. β (Equity Beta),
β adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan
seluruh tren dalam pasar saham. Bila β > 1,00 artinya saham cenderung naik
dan turun lebih tinggi daripada pasar. β < 1,00 artinya saham cenderung
naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general
market index). Dalam perhitungan, nilai β ditentukan sama dengan dengan 1
yang artinya kecenderungan kenaikan dan penurunan saham sebanding
dengan indeks pasar secara umum.
57
iv. EMRP (Equity Market Risk Premium),
EMRP menunjukkan pengembalian tambahan dari risk free rate yang
dibutuhkan investor untuk melakukan investasi secara aman. Beberapa
penelitian menentukan EMRP antara lain Dimson, Marsh and Staunton
(2003), meneliti EMRP di 16 negara yang berbeda dari tahun 1900 sampai
2002. Hasil penelitian disimpulkan bahwa EMRP sebagian besar pasar
adalah 3-5 persen. Fama and French (2002) menentukan nilai EMRP dari
tahun 1951 sampai 2000 sebesar 2,5 sampai 4,3 persen. Nilai tersebut terlalu
jauh di bawah pengembalian saham dengan risk free rate 7.4 persen karena
pengurangan EMRP menyebabkan kenaikan harga saham yang tidak dapat
diprediksi. Nilai EMRP yang realistis berkisar antara 3 sampai 7 persen,
nilai EMRP PT GM adalah 3 persen. Rumus yang digunakan adalah:
(4)
Ke = 2,9% + 4,1% + 1*3,0%
= 10%
e. Biaya Pinjaman (Cost of debt)
Biaya Pinjaman adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemegang/pembeli obligasi. Jika PT.GM meminjam dari lembaga keuangan
dengan bunga pinjaman sebesar 8 persen per tahun, maka cost of debt adalah 8
persen. Perhitungan WACC dapat dilakukan menggunakan rumus berikut:
(5)
Dimana:
E = Komposisi modal ;
D = Komposisi pinjaman ;
TC = Total modal + pinjaman
Ke = Cost of Equity ;
Kd = Cost of Debt ;
T = Pajak
Dengan perhitungan seperti diatas, maka nilai WACC adalah
(6)
WACC = 10% + 0
WACC = 10%
Jadi nilai WACC dengan rasio debt-equity = 0-100% adalah 10%.
58
Untuk mencapai asumsi pembagian royalti berdasar harga pasar bagi
komoditi emas, tembaga dan perak serta discount rate juga biaya modal maka
dibutuhkan analisis sensitivitas. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk menjaga
ketidakpastian pasar dan kemungkinan lain yang terjadi seperti gejolak politik
atau bentuk kekerasan dan unjuk rasa buruh yang dapat menganggu dan bahkan
dapat membuat usaha dapat berhenti seperti dialami oleh perusahaan
pertambangan di daerah lain. Adapun parameter aliran kas akan dilakukan dengan
dua metode yaitu metode deterministik dan probabilistik. Tabel 8 menyajikan
tujuan penelitian, data dasar, sumber data dan analisis variabel indikator serta
output yang diharapkan pada valuasi ekonomi mineral berdasarkan perhitungan
konvensional (struktur pasar) disajikan berikut ini.
Tabel 8. Tujuan Penelitian 1, Data Dasar, Sumber Data, Analisis Variabel
Indikator dan Output Valuasi Sumberdaya di Wilayah KK PT GM
No Tujuan
Penelitian
Data Dasar Sumber Data Analisis Variabel
Indikator
Output yang
diharapkan
1.
2.
Analisis
Investasi dan
Kelayakan
Ekonomi.
Menganali-
sis rasio
cadangan
hasil
eksplorasi
sumberdaya
tambang
apakah layak
secara
ekonomi
Analisis
proyeksi
Kinerja
Pembangun
an Wilayah.
Mengiden-
tifikasi nilai
royalti dan
Pajak yang
dapat
diterima
Daerah
Hasil Kajian
Teknis
meliputi
aspek
geologi,
penambangan
, pengolahan
tembaga dan
emas serta
kajian
transportasi
konsentrat
dan tailing PT
GM
Data Investasi
sejak
eksplorasi
dan periode
penyiapan
sarana &
prasarana PT
GM
Kab. Bone
Bolango
dalam angka
2005-2010
Olah Data
untuk proyeksi
total cadangan
emas, tembaga
dan perak
Data diolah
dari total
cadangan
mineral pada
harga pasar
Internasional.
Olah Data
untuk proyeksi
penerimaan
(revenue)
Data diolah
untuk
memproyeksi
nilai royalty
dan pajak
sesuai dengan
UU dan
Peraturan
Pemerintah.
Indikator utama
kelayakan rencana
produksi tembaga-
emas adalah Net
Present Value
(NPV), jika NPV
bernilai positif
menunjukkan
rencana
penambangan
tembaga-emas
PT.GM layak
secara ekonomi.
Indikator lain
untuk menentukan
kelayakan adalah
Internal Rate of
Return (IRR) dan
Payback Period
(PBP).
Analisis Sensifitas
menggunakan
metode
deterministik dan
metode
probabilitas.
kegiatan
produksi
tembaga-emas
oleh PT.GM,
secara tidak
langsung
pemerintah
akan
mendapatkan
keuntungan
melalui
royalty dan
pajak .
Nominal
royalty dan
pajak
ditunjukkan
secara
kuantitatif
pada proyeksi
aliran kas.
59
3.7.4 Valuasi Sumberdaya Tambang Model Hotelling
Tujuannya yaitu bagaimana ekstraksi yang optimal dapat dilakukan
terhadap sumberdaya tambang, bagaimana memilih alur ekstraksi yang efisien
dari berapa besar output optimalnya. Karena produk sumberdaya tambang tersebut
harganya dipengaruhi oleh mekanisme pasar maka model Hottelling dalam
analisis ini menggunakan struktur pasar kompetitif. Adapun asumsi-asumsi
sederhana yang digunakan yaitu harga persatuan output dari sumberdaya konstan,
artinya kurva permintaan dari sumberdaya bersifat elastis sempurna. Selanjutnya
biaya ekstraksi sumberdaya diasumsikan hanya merupakan fungsi dari output
(Fauzi, 2006). Persamaan dari kedua asumsi diatas dapat diturunkan dalam model
Hotelling. Dimisalkan harga per satuan output pada periode 0 dan 1 masing-
masing adalah Podan P . Jumlah ekstraksi pada kedua periode ditulis sebagai
0q dan 1q . Dimisalkan bahwa biaya ekstraksi berkolerasi linier terhadap jumla
yang diekstraksi, atau:
tcqC1 2,1t (7)
Di mana C adalah biaya perunit ekstraksi. Sehingga manfaat dari ekstraksi
sumberdaya tambang dapat ditulis:
1,tcqqp tttt (8)
Karena sifat sumberdaya tambang ini memiliki kendala stok yang terbatas,
kendala tersebut dapat ditulis:
Sqq 10 (9)
Artinya adalah jumlah yang diekstrkasi pada dua periode tersebut harus sama
dengan stok yang tersedia ( S ).
Ciri utama dari ekstraksi sumberdaya tambang ini yaitu sangat terkait dengan
peranan waktu yang bersifat intertemporal, dimana manfaat ekonomi periode 0
dan periode 1 tidak sama, dimana pada periode 1 harus didiskon dengan
menggunakan discount rate, sehingga total manfaat ekonomi ekstraksi
sumberdaya tambang dapat ditulis:
10)1(
1PV (10)
60
Di mana PV (present value) menggambarkan manfaat ekonomi dalam dua periode
dan adalah discount rate yang menggambarkan biaya oportunitas dari capital.
Beberapa asumsi penyederhanaan diatas, penentuan ekstraksi yang optimal dapat
ditentukan dengan:
10)1(
1max PV (11)
Dengan Kendala:
Sqq 10 (12)
Pemecahan masalah diatas dapat menggunakan fungsi Lagrangian yang
sudah biasa digunakan dalam pendekatan ekonomi. Fungsi Lagrangian dari
persamaan diatas ditulis:
)(1
11010 qqSL
)()()1(
1)( 10111000 qqScqqpcqqp (13)
Di mana merupakan pengganda Lagrangian (Lagrange multiplier) karena
variable pilihan dalam hal ini adalah 0q dan 1q , syarat keharusan (necessary
condition) dari persamaan (13) adalah:
0)( 0
0
cpq
L
0)()1(
11
1
cpq
L (14)
Karena kedua sisi kanan dari persamaan (14) sama dengan nol, dengan
penyederhanaan aljabar dihasilkan:
)()1(
1)( 10 cpcp
)()1(
1)( 10 cpcp (15)
Persamaan di atas dapat disederhanakan lebih lanjut menjadi:
)(
)()(
0
01
cp
cpcp (16)
61
Persamaan 16 merupakan dasar persamaan Hotelling untuk sumberdaya
alam tidak terbarukan (sumberdaya tambang) (Fauzi, 2006). Lebih lanjut
dikatakan bahwa notasi sebelah kiri tanda sama dengan menunjukkan laju
pertumbuhan proporsional dari manfaat bersih sumberdaya, sementara notasi di
sebelah kanan tanda sama dengan menunjukkan biaya opportunity dari kapital
atau aset yang sering ditunjukkan dengan suku bunga. Jadi, jika suku bunga 15
persen, hukum Hotelling mengatakan bahwa ekstraksi yang efisien dan optimal
mengharuskan manfaat bersih dari sumberdaya tambang tumbuh secara
proporsional sebesar 15 persen setiap tahun. Dengan kata lain agar pemilik
sumberdaya “indifferent” antara mengekstrak kini atau di masa yang akan datang,
manfaat yang diperoleh kini (capital gain) harus sama dengan discount rate.
Proses analisis model Hotelling disajikan pada (Tabel 9).
Tabel 9. Tujuan Penelitian 2, Data Dasar, Sumber Data, Analisis Variabel
Indikator dan Output Analisis Valuasi Ekonomi Tambang Model
Hotelling.
No Tujuan Penelitian Data Dasar Sumber Data Analisis Variabel
Indikator/Asumsi
Output yang
diharapkan
1.
ekstraksi yang
optimal dapat
dilakukan terhadap
sumberdaya
tambang,
bagaimana memilih
alur ekstraksi yang
efisien dari berapa
besar output
optimalnya. Karena
produk sumberdaya
tambang tersebut
harganya
dipengaruhi oleh
mekanisme pasar
maka model
Hottelling dalam
analisis ini
menggunakan
struktur pasar
kompetitif.
Hasil
Penelitian
Eksplorasi
yang telah
dilakukan
oleh
Perusahaan
pemegang
konsesi
kontrak
karya PT
GM dan
Perusahaan
pemegang
konsesi
kontrak
karya
sebelumnya
PT GM
Departemen
ESDM
Data
Perusahaan
Pertambang-
an lain yang
telah
beroperasi: PT
Newmont
Mataram dan
PT Aneka
Tambang
Pongkor Kab.
Bogor
(sebagai
informasi
umum dalam
membangun
analisis.
harga per satuan
output pada periode
0 dan 1 adalah
Po dan P . jumlah
ekstraksi pada kedua
periode ditulis
sebagai 0q dan 1q.
jika suku bunga 15
persen, hukum
Hotelling
mengatakan ekstraksi
yang efisien dan
optimal
mengharuskan
manfaat bersih
tumbuh secara
proporsional sebesar
15 persen setiap
tahun, agar pemilik
sumberdaya
“indifferent” antara
mengekstrak kini
atau dimasa men
datang, manfaat kini
(capital gain) harus
sama dengan
discount rate.
Kelayakan
usaha
pertambangan
layak atas
penerimaan
bersih
perusahaan
maupun
kelayakan
pembagian
royalty dan
pajak serta land
rent terhadap
pemerintah .
kelayakan
ekonomi model
Hotelling
menjadi
alternatif solusi
mempertim-
bangkan
variabel
lingkungan
eksternal
perusahaan .
62
3.7.5 Analisis Regresi Model Logistik Pada Model Kelembagaan
Pemanfaatan Sumberdaya Tambang di Kabupaten Bone Bolango
Selanjutnya terdapat 3 model analisis logistik menggunakan software
Minitab yaitu regresi logistik biner yang digunakan apabila suatu klasifikasi hanya
memiliki 2 kategori (skala biner), dan analisis regresi logistik ordinal yang
digunakan apabila memiliki lebih dari 3 kategori (skala data ordinal) serta analisis
regresi logistik nominal digunaka apabila memiliki lebih dari 3 kategori nominal
dan tidak ada urutan (Juanda, 2009) menyatakan bahwa pendekatan dengan least
square (OLS dan WLS) diterapkan dalam model logit dengan asumsi peubah x
dikelompokkan dulu (dalam suatu selang), namun pada umumnya dalam
penggunaan model logit yaitu kemungkinan maksimum atau maximum likelihood
(ML) estimator. Sebagaimana telah disebutkan bahwa i bernilai 1 atau 0 dan
menyebar menurut sebaran (distribusi) Bernouli maka fungsi peluang atau fungsi
kemungkinan untuk pengamatan berpasangan ),( ii untuk i= 1,2,...n adalah:
ii
iii1
)(1)()( (17)
Karena n pengamatan ),( ii diasumsikan bebas, maka fungsi kemungkinan
bersamanya:
)()().....()()(1
21 i
n
i
n (18)
Prinsip prosedur MLE adalah menentukan dugaan yang nilainya akan
memaksimumkan persamaan peluang bersama n pengamatan (18) karena
)(
dan
)( sulit dicari maka untuk mempermudahnya ditransformasi dengan
logaritme natural, sehingga mendapatkan fungsi log likelihood berikut:
)(1ln)1()(ln)(ln)(1
iiii
n
i
L (19)
Untuk menentukan dugaan yang memaksimumkan (l ) kita
diferensiasikan persamaan (19) terhadap masing-masing parameter, dan
kemudian disamakan dengan 0 sehingga :
01
ii
n
i
L (20)
63
01
ii
n
i
L
(21)
Persamaan (18) dan (19) serta persamaan (20) dan (21) disebut persamaan
kemungkinan (likelihood equations) yang merupakan persamaan non linier dalam
parameter ( dab ) sehingga diperlukan metode iterasi yang telah diprogramkan
dalam software regresi logistik. Proses model regresi logistik yang digunakan
untuk menganalisis model kelembagaan di wilayah pemanfaatan sumberdaya
tambang yang tumpang tindih dengan konsesi wilayah kontrak karya PT
Gorontalo Minerals disajikan pada (Tabel 10).
Tabel 10. Tujuan Penelitian, Data Dasar, Sumber Data, Analisis Variabel
Indikator dan Output Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap
Kesiapan Pemanfaatan Sumberdaya Tambang di Wilayah Konsesi
Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals
N
o
Tujuan Penelitian Data Dasar Sumber Data Analisis Variabel
Indikator
Output yang
diharapkan
1.
Mengetahui
persepsi
masyarakat
terhadap
pemanfaatan
sumberdaya
tambang di
wilayah konsesi
kontrak karya
PT GM dimana
setelah analisis
aspek kelayakan
cukup
prospektif dan
ekonomis.
Persepsi
masyarakat
penting untuk
Model
advokasi,
kelembagaan
sosial ekonomi,
sarana
prasarana,
kapasitas
pendidikan dan
PETI.
Data primer
dari sampel
lokasi
penelitian 4
Kecamatan
yang
berhimpitan
langsung
dengan
wilayah
Konsesi
kontrak karya.
Hasil Fokus
Group
Discussion di
sampel lokasi
Penambang
tanpa izin
seperti Di
pegunungan
Waluhu,
Mantulangi,
desa
Bulantala,
desa Tulabolo
Timur.
Masyarakat
yang
bermukim
dilahan
konsesi
kontrak karya
yang dipilih
secara
proporsional.
Penambang
tanpa izin
yang dipilih
secara
proporsional.
Tokoh
Masyarakat
dan Pemilik
usaha
ekonomi
dilahan
konsesi
Analisis regresi
logistik biner
digunaka
apabila suatu
klasifikassi
hanya memiliki
skala data biner.
Apabila
variabel respon
bersifat
kualitatif.
bahan
informasi
penting
pada aspek
non teknis)
yang
digunakan
oleh para
pihak untuk
menyusun
kebijakan
dan
program.
solusi
alternatif
yang efektif
dalam
membangun
resolusi
konflik
model
kelembaga-
an yang
efektif dan
efisien.
64