III. METODE PENELITIANeprints.umm.ac.id/44707/4/BAB III.pdf · Tanaman Pemanis dan Serat, 2015)....

19
12 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Asembagus Situbondo Jawa Timur. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2016. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat untuk pengambilan data menggunakan alat tulis, penggaris, jangka sorong, busur, Munsell Plant Tissue Colour Book; dan alat penunjang berupa label, kertas abu untuk background dokumentasi. 3.2.2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa bahan tanam yang terdiri dari delapan aksesi tanaman jarak pagar yang potensi dan telah dijadikan sebagai tetua persilangan yaitu SP-8, SP-16, SP-33, SP-38, HS-49, SM-35, IP-2A dan IP-3P. 3.3. Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan percobaan observatif terhadap individu tanaman jarak pagar dengan menggunakan delapan aksesi yang pernah dipergunakan sebagai kandidat tetua persilngan. Masing-masing aksesi diulang tiga kali, sehingga jumlah keseluruhan tanaman yang diamati sebanyak 24 tanaman.

Transcript of III. METODE PENELITIANeprints.umm.ac.id/44707/4/BAB III.pdf · Tanaman Pemanis dan Serat, 2015)....

12

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Asembagus Situbondo Jawa

Timur. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus

2016.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat untuk pengambilan

data menggunakan alat tulis, penggaris, jangka sorong, busur, Munsell Plant

Tissue Colour Book; dan alat penunjang berupa label, kertas abu untuk

background dokumentasi.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa bahan tanam yang

terdiri dari delapan aksesi tanaman jarak pagar yang potensi dan telah dijadikan

sebagai tetua persilangan yaitu SP-8, SP-16, SP-33, SP-38, HS-49, SM-35, IP-2A

dan IP-3P.

3.3. Rancangan Percobaan

Penelitian ini merupakan percobaan observatif terhadap individu tanaman

jarak pagar dengan menggunakan delapan aksesi yang pernah dipergunakan

sebagai kandidat tetua persilngan. Masing-masing aksesi diulang tiga kali,

sehingga jumlah keseluruhan tanaman yang diamati sebanyak 24 tanaman.

13

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1.4.1. Persiapan tanaman

Tanaman yang digunakan adalah delapan tetua tanaman jarak pagar yang

dipelihara di kebun percobaan Asembagus Situbondo yang berumur ±6 tahun

ditanam pada 8 April 2011.

1.4.2. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiangan dan pemberian pupuk

dasar. Pemberian pupuk dasar berupa pupuk organik dengan dosis 3 ton/ha dan

pupuk phonska dengan dosis 750 kg/ha. Sedangkan untuk pengairan

memanfaatkan air hujan saat musim penghujan dan dilakukan pengairan dengan

pompa air jika musim kamarau terlalau panjang/saat dibutuhkan.

3.5. Pengamatan

Adapun karakter morfologi yang diamati adalah sebagai betikut:

1. Morfologi batang.

Peubah yang diamati meliputi:

a. Tinggi tanaman. Diamati dengan mengukur mulai dari permukaan tanah

hingga batas tertinggi kanopi. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: <100 cm diberi tanda skor 3, 100-200 cm diberi tanda

skor 5, >200 cm diberi tanda dengan skor 7 (Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat, 2015).

b. Diameter batang. Diamati dengan mengukur diameter lingkar batang

utama dengan jarak 10 cm dari permukaan tanah. Kemudian hasil rata-

14

ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster.

Adapun kriterianya yaitu: <8 cm diberi tanda skor 3, 8-12 cm diberi

tanda skor 5, >12 cm diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat, 2015).

c. Diameter kanopi. Diamati dengan mengukur jarak antar ujung kanopi

terlebar. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria

untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: <151 cm diberi tanda

skor 1, 151-179 cm diberi tanda skor 2, 180-208 cm diberi tanda skor 3,

209-237 cm diberi tanda skor 4, 238-266 cm diberi tanda skor 5, >266

cm diberi tanda skor 6 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat,

2015).

d. Warna batang utama. Diamati dengan membandingkan warna batang

dengan panduan Munsell Plant Tissue Colour Book (Wilde and Voigt

2012). Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria

untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: 7,5YR 4/2 diberi tanda

skor 1, 12,5GY 5/2 diberi tanda skor 2, 5Y 6/2 diberi tanda skor 3, 5Y

5/2 diberi tanda skor 4, 7,5GY 6/2 diberi tanda skor 5, 7,5GY 4/4 diberi

tanda skor 6 (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2007).

e. Jumlah cabang primer. Diamati dengan menghitung jumlah cabang

primer yang tumbuh kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: <

5 diberi tanda skor 1, 5-10 diberi tanda skor 2, >10 diberi tanda skor 3

(Sunil et al., 2010).

15

f. Pola percabanga. Diamati dengan mengidentifikasi letak tumbuhnya

percabangan (penelitian ini yang diamati adalah cabang skunder

dikarenakan bahan tanam yang digunakan adalah dari stek) seperti pada

Gambar 1. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan

kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: basal diberi

tanda skor 1, intermediate diberi tanda skor 2, top diberi tanda skor 3,

entire diberi tanda skor 4. (Sunil et al., 2010).

Gambar 1. Pola percabanga (Sunil et al., 2010).

2. Morfologi Daun.

Sampel daun muda yang diamati adalah daun ketiga dari pupus

daun pada masing-masing aksesi. Sedangkan sampel daun tua yang

digunakan adalah lima daun yang tumbuh dibagian tengah batang pada

masing-masing aksesi. Peubah yang diamati meliputi:

16

a. Derajat torehan daun. Diamati pada daun tua dengan menghitung

jumlah torehan. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: 1

torehan diberi tanda skor 1, 2 torehan diberi tanda skor 3, 3-5 torehan

diberi tanda skor 5, >5 torehan diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

Gambar 2. Torehan daun tanaman jarak pagar (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

b. Kedalaman torehan daun. Diamati pada daun tua dengan mengukur

jarak antar ujung tulang daun yang membentuk sirip. Kemudian hasil

rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster.

Adapun kriterianya yaitu: 0,2 cm diberi tanda skor 1, 0,3 cm-0,5 cm

diberi tanda skor 2, >0,5 cm diberi tanda skor 3 (pemberian sekor

berdasarkan hasil pengamatan).

c. Jarak gelombang helai daun. Diamati pada daun tua dengan mengukur

tinggi gelombang tepi daun yang sehat dari permukaan alas yang datar.

Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk

analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: <0,5 cm diberi tanda skor 1,

17

0,5 cm-0,7 cm diberi tanda skor 2, >0,7 cm diberi tanda skor 3

(pemberian skor berdasarkan hasil pengamatan).

d. Kedalaman lekukan pangkal daun. Diamati dengan mengukur jarak

antara pangkal tulang daun dengan dua tepi daun bagian pangkal pada

daun tua. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan

kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: <2 cm tanda

skor 1, 2 cm-4 cm diberi tanda skor 2, >4 cm diberi tanda skor 3

(pemberian skor berdasarkan hasil pengamatan).

e. Jarak lekukan pangkal daun. Diamati dengan mengukur jarak antara

dua tepi daun bagian pangkal pada daun tua. Kemudian hasil rata-

ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster.

Adapun kriterianya yaitu: <1 cm tanda skor 1, 1 cm-3 cm diberi tanda

skor 2, >3 cm diberi tanda skor 3 (pemberian skor berdasarkan hasil

pengamatan).

f. Bentuk pangkal daun. Diamati pada daun tua seperti Gambar 3.

Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk

analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: jika berbentuk runcing

diberi tanda skor 1, meruncing diberi tanda skor 2, tumpul diberi tanda

skor 3, membulat diberi tanda sekor 4, rata diberi tanda skor 5,

berlekuk diberi tanda skor 6. Seperti pada gambar 3 (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

18

Gambar 3. Bentuk pangkal daun (Balai Penelitian Tanaman Pemanis

dan Serat, 2015).

g. Bentuk ujung daun. Diamati pada daun tua seperti Gambar 4.

Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk

analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: jika berbentuk runcing

diberi tanda skor 1, berbentuk meruncing diberi tanda skor 2,

berbentuk tumpul diberi tanda skor 3 (Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat, 2015).

Gambar 4. Bentuk ujung daun (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan

Serat, 2015).

h. Arah ujung daun. Diamati pada daun tua dengan mengukur arah ujung

daun dari tulang tengah dun. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: kekiri 75˚-85˚ diberi tanda skor 1, lurus 90˚ diberi

tanda skor 2, kekanan 75˚-85˚ diberi tanda skor 3 (pemberian skor

berdasarkan hasil pengamatan).

19

i. Bulu pada daun muda. Diamati pada daun tua dengan melihat

keberadaan bulu pada daun muda (daun ketiga dari pupus daun).

Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk

analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: jika tidak ada bulu diberi

tanda skor 1, jika ada bulu diberi tanda skor 9 (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

j. Susunan daun pada batang. Diamati dengan melihat susunan letak

tumbuh daun pada batang. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu:

melingkar diberi tanda skor 1, berseling diberi tanda skor 2 (Sunil et

al., 2010).

k. Sudut daun dengan batang. Diamati dengan mengukur sudut antara

tangkai daun dengan batang. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: 0˚-15˚ diberi tanda skor 1, 15˚-45˚ diberi tanda skor

2, >45˚ diberi tanda skor 3 (Sunil et al., 2010).

g. Warna daun muda. Diamati dengan membandingkan warna daun muda

dengan panduan Munsell Plant Tissue Colour Book (Wilde and Voigt

2012). Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria

untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: 5R 3/6 diberi tanda

skor 1, 5YR 4/6 diberi tanda skor 2, 10R 4/4 diberi tanda skor 3, 5YR

4/4 diberi tanda skor 4, 10R 4/6 diberi tanda skor 5, 10R 5/6 diberi

tanda skor 6 (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2007).

20

h. Warna daun tua. Diamati dengan membandingkan warna daun tua

dengan panduan Munsell Plant Tissue Colour Book (Wilde and Voigt

2012). Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria

untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: 5GY 4/4 diberi tanda

skor 1, 2,5GY 5/4 diberi tanda skor 2, 7,5GY 4/4 diberi tanda skor 3,

7,5GY 3/4 diberi tanda skor 4, 5GY 4/6 diberi tanda skor 5 (Pusat

Perlindungan Varietas Tanaman, 2007).

l. Warna tulang permukaan atas dau. Diamati dengan membandingkan

warna tulang permukaan atas daun tua dengan panduan Munsell Plant

Tissue Colour Book (Wilde and Voigt 2012). Kemudian hasil rata-

ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster.

Adapun kriterianya yaitu: 2,5GY 8/8 diberi tanda skor 1, 2,5Y 8/10

diberi tanda skor 2, 5Y 7/8 diberi tanda skor 3, 2,5GY 5/6 diberi tanda

skor 4, 2,5GY 8/6 diberi tanda skor 5 (Pusat Perlindungan Varietas

Tanaman, 2007).

m. Intensitas hijau daun. Diamati dengan melihat kontras warna hijau

pada daun tua seperti Gambar 5. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: jika kontras warna hijaunya muda/cerah diberi tanda

skor 1, jika kontras warna hijaunya sedang diberi tanda skor 2, jika

kontras warna hijaunya tua/pekat diberi tanda skor 3.

21

Gambar 5. Intensitas hijau daun tanaman jarak pagar (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

n. Intensitas pewarnaan antosiani pada tangkai daun. Diamati dengan

melihat banyaknya warna antosianin yang terdapat pada tangkai daun

seperti Gambar 6. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu:

tidak ada diberi tanda skor 1, lemah diberi tanda skor 2, sedang diberi

tanda skor 3, kuat diberi tanda skor 4, sangat kuat diberi tanda skor 5

(Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

Gamabar 6. Intensitas pewarnaan antosianin pada tangkai daun

tanaman jarak pagar (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat,

2015).

o. Panjang daun. Diamati dengan mengukur mulai dari pangkal daun

sampai ujung daun pada daun tua seperti Gambar 7. Kemudian hasil

22

rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster.

Adapun kriterianya yaitu: <12 cm diberi tanda skor 1, 12 cm-17 cm

diberi tanda skor 2, >17 cm diberi tanda skor 3 (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

p. Lebar daun. Diamati dengan mengukur jarak terlebar antara dua tepi

daun pada daun tua seperti Gambar 7. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: jika <13 cm tanda skor 1, 13 cm-18 cm diberi tanda

skor 2, >18 cm diberi tanda skor 3 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis

dan Serat, 2015).

Gambar 7. Panjang dan lebar daun tanaman jarak pagar (Balai

Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

q. Rasio panjang/lebar daun. Diamati dengan membandingkan hasil

pengukuran panjang daun dengan lebar daun. Kemudian hasil rata-

ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster.

Adapun kriterianya yaitu: membulat lemah (jika ukuran lebar kurang

dari dua kali ukuran panjang) diberi tanda skor 1, membulat sedang

(jika ukuran lebar dua kali ukuran panjang) diberi tanda skor 2,

membulat kuat (jika ukuran lebar lebih dari dua kali ukuran panjang)

23

diberi tanda skor 3 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat,

2015).

r. Bentuk daun. Diamati dengan membuat pola dengan menghubungkan

tepi-tepi daun (dari ujung daun hingga pangkal daun) pada daun tua

seperti Gambar 8. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu:

jika berbentuk bulat diberi tanda skor 1, bulat telur diberi tanda skor 2,

segi tiga diberi tanda skor 3, delta diberi tanda skor 4, menyerupai

bentuk jantung diberi tanda 5, menyerupai bentuk ginjal diberi tanda

skor 6 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

Gamabar 8. Bentuk daun (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan

Serat, 2015).

s. Panjang tangkai. Diamati dengan mengukur antara ujung tangkai daun

hingga pangkal tangkai daun. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: <14 cm diberi tanda skor 3, 14 cm-20 cm diberi

24

tanda skor 5, >20 cm diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat, 2015).

3. Morfologi bunga.

Sampel bunga yang digunakan sebanyak tiga tandan bunga dari

masing-masing aksesi. Peubah yang diamati meliputi:

a. Warna kelopak bunga. Diamati dengan membandingkan warna

kelopak bunga dengan panduan Munsell Plant Tissue Colour Book

(Wilde and Voigt 2012). Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu:

2,5GY 8/8 diberi tanda skor 1 dan 2,5GY 8/10 diberi tanda skor 2

(Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2007).

b. Warna mahkota bunga. Diamati dengan membandingkan warna

mahkota bunga dengan panduan Munsell Plant Tissue Colour Book

(Wilde and Voigt 2012). Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu:

2,5GY 8/6 diberi tanda skor 1 dan 2,5GY 8/8 diberi tanda skor 2

(Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2007).

c. Letak tumbuh bunga. Diamati dengan melihati tempat tumbuhnya

bunga. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria

untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: bunga tumbuh di

ujung cabang terminal diberi tanda skor 1, bunga tumbuh di ketiak

daun diberi tanda skor 2, bunga tumbuh di ujung cabang terminal dan

25

ketiak daun diberi tanda skor 3 (pemberian skor berdasarkan hasil

pengamatan).

d. Rasio bunga betina terhadap bunga jantan. Diamati dengan

membandingkan jumlah bunga betina dengan bunga jantan. Kemudian

hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis

cluster. Adapun kriterianya yaitu: 1:>23 diberi tanda skor 1, 1:19-23

diberi tanda skor 2, 1:<19 diberi tanda skor 3 (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

e. Pewarnaan antosianin pada bunga. Diamati dengan melihat keberadaan

pewarnaan antosianin yang terdapat pada bunga seperti Gambar 9.

Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk

analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: jika tidak ada diberi tanda

skor 1, jika ada diberi tanda skor 9 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis

dan Serat, 2015).

Gamabar 9. Pewarnaan antosianin pada bunga tanaman jarak pagar

(Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

26

4. Morfologi buah.

Sampel buah yang diamati sebanyak tiga buah dari masing-masing

akssesi yang berupa buah yang sudah matang berwarna kuning (minimal

50%). Peubah yang diamati meliputi:

a. Bentuk buah. Diamati dengan melihat pola yang terbentuk dari buah

sepertu Gambar 10. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu:

jika polanya berbentuk elips diberi tanda skor 1, jika polanya

berbentuk bulat diberi tanda skor 2, lonjong diberi tanda skor 3 (Balai

Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

Gambar 10. Bentuk buah tanaman jarak pagar (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

b. Panjang buah. Diukur dengan jangka sorong dari pangkal hingga ujung

buah buah seperti Gambar 11. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: <30 mm diberi tanda skor 3, 30 mm-34 mm diberi

tanda skor 5, >34 mm diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat, 2015).

27

c. Lebar buah. Diukur dengan jangka sorong mulai dari tepi kanan hingga

tepi kiri buah seperti Gambar 11. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: <28 mm diberi tanda skor 3, 28 mm-30 mm diberi

tanda skor 5, >30 mm diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat, 2015).

Gambar 11. Panjang dan lebar buah tanaman jarak pagar (Balai

Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

d. Rasio panjang/lebar buah. Diamati dengan membagi ukuran panjang

dengan ukuran lebar buah. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu:

<0,90 mm diberi tanda skor 3, 0,90 mm-0,95 mm diberi tanda skor 5,

>0,9 5 mm diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan

Serat, 2015).

5. Morfologi biji.

Sampel yang digunakan adalah biji yang baru dikupas dari buah

yang sudah matang sebanyak 5 biji. Peubah yang diamati meliputi:

a. Bentuk biji. Diamati dengan melihat bentuk pola yang terbentuk dari

biji. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria

28

untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: jika polanya

berbentuk elips diberi tanda skor 1, bila polanya berbentuk lonjong

diberi tanda skor 2 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat,

2015).

b. Panjang biji. Diukur dengan jangka sorong mulai dari ujung hingga

pangkal biji seperti Gambar 12. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: <18 mm diberi tanda skor 3, 18 mm-19 mm diberi

tanda skor 5, >19 mm diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat, 2015).

c. Lebar biji. Diukur dengan jangka sorong mulai dari tepi kiri hingga

tepi kanan biji seprti Gambar 12. Kemudian hasil rata-ratanya

dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun

kriterianya yaitu: <11 mm diberi tanda skor 3, 11 mm-11,5 mm diberi

tanda skor 5, >11,5 mm diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian Tanaman

Pemanis dan Serat, 2015).

Gamabar 12. Panjang dan lebar biji tanaman jarak pagar (Balai

Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

29

d. Ketebalan biji. Diukur dengan jangka sorong pada bagian buah yang

berbentuk paling pipih. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan

berdasarkan kriteria untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu:

<8,5 mm diberi tanda skor 3, 8,5 mm-9,0 mm diberi tanda skor 5, >9,0

mm diberi tanda skor 7 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat,

2015).

e. Warna kulit biji. Diamati dengan melihat kenampakan warna dari biji.

Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk

analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: jika berwarna hitam diberi

tanda skor 1, jika berwarna coklat diberi tanda skor 2 (Balai Penelitian

Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

f. Tekstur permukaan biji. Diamati dengan indera peraba. Kemudian

hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria untuk analisis

cluster. Adapun kriterianya yaitu: kasar diberi tanda skor 1, halus

diberi tanda skor 2 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat,

2015).

g. Kecerahan permukaan biji. Diamati dengan melihat kontras warna dari

biji. Kemudian hasil rata-ratanya dikategorikan berdasarkan kriteria

untuk analisis cluster. Adapun kriterianya yaitu: tidak mengkilap

diberi tanda skor 1, sedang diberi tanda skor 2, mengkilap diberi tanda

skor 3 (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2015).

30

3.6 Analisis Data

Data hasil pengamatan karakter morfologi yang diperoleh dianalisis

dengan dua cara:

a. Analisis secara diskripsi untuk menggambarkan karakter yang diperoleh dari

masing-masing aksesi.

b. Persentase kemiripan diuji menggunakan analisis cluster dengan program

NTSys 2.02 berdasarkan data skoring dari masing-masing karakter.