III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1...

77
11 III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI Povinsi Bali merupakan pulau yang relatif kecil dan mempunyai sebaran topografi dari dataran rendah sampai dataran tinggi serta memiliki keanekaragaman hayati (flora dan fauna). Berbagai jenis flora dan fauna dijumpai dalam sebaran tipe ekosistem (tipe hutan dataran rendah, hutan hujan tropis pegunungan dan hutan pegunungan). Keanekaragaman flora dan fauna juga ditemukan pada berbagai kawasan konservasi seperti cagar alam, hutan lindung, taman wisata alam, taman hutan raya (mangrove), Kebun Raya dan Taman Satwa. Adanya beberapa gangguan atau tekanan terhadap keamanan hutan di Bali misalnya pembalakan liar, perburuan flora dan fauna, kebakaran, perambahan hutan serta alih fungsi kawasan hutan untuk kepentingan diluar kegiatan Kehutanan akan menyebabkan perubahan keseimbangan ekosistem dan berdampak terhadap terganggunya habitat dan kenyamanan fauna sekaligus akan menyebabkan menurunnya keanekaragaman hayati. Permasalahan yang menonjol adalah perubahan habitat alami satwa Bali seperti habitat Jalak Bali di TNBB dan Kakatua putih jambul kuning di Nusa Penida, disamping percepatan pertumbuhan penduduk memerlukan sumber daya alam yang cukup besar pula dan memberikan tekanan terhadap sumber daya alam Bali serta terjadi perubahan iklim pada lingkungan. Provinsi Bali memiliki wilayah seluas 563.286 Ha atau 0,29 % dari luas Indonesia, Pulau Bali yang pulau relatif kecil dan memiliki luas kawasan hutan masih dibawah luas minimal (‹ 30%) dari luas daratan sangat memerlukan perhatian serius dari masyarakat Bali untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.

Transcript of III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1...

Page 1: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

11

III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

Povinsi Bali merupakan pulau yang relatif kecil dan mempunyai

sebaran topografi dari dataran rendah sampai dataran tinggi serta

memiliki keanekaragaman hayati (flora dan fauna). Berbagai jenis

flora dan fauna dijumpai dalam sebaran tipe ekosistem (tipe hutan

dataran rendah, hutan hujan tropis pegunungan dan hutan

pegunungan). Keanekaragaman flora dan fauna juga ditemukan pada

berbagai kawasan konservasi seperti cagar alam, hutan lindung,

taman wisata alam, taman hutan raya (mangrove), Kebun Raya dan

Taman Satwa.

Adanya beberapa gangguan atau tekanan terhadap keamanan

hutan di Bali misalnya pembalakan liar, perburuan flora dan fauna,

kebakaran, perambahan hutan serta alih fungsi kawasan hutan untuk

kepentingan diluar kegiatan Kehutanan akan menyebabkan perubahan

keseimbangan ekosistem dan berdampak terhadap terganggunya

habitat dan kenyamanan fauna sekaligus akan menyebabkan

menurunnya keanekaragaman hayati. Permasalahan yang menonjol

adalah perubahan habitat alami satwa Bali seperti habitat Jalak Bali di

TNBB dan Kakatua putih jambul kuning di Nusa Penida, disamping

percepatan pertumbuhan penduduk memerlukan sumber daya alam

yang cukup besar pula dan memberikan tekanan terhadap sumber

daya alam Bali serta terjadi perubahan iklim pada lingkungan.

Provinsi Bali memiliki wilayah seluas 563.286 Ha atau 0,29 %

dari luas Indonesia, Pulau Bali yang pulau relatif kecil dan memiliki

luas kawasan hutan masih dibawah luas minimal (‹ 30%) dari luas

daratan sangat memerlukan perhatian serius dari masyarakat Bali

untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.

Page 2: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

12

Kawasan hutan Provinsi Bali yang sudah dikukuhkan dan

ditetapkan seluas 136.831,66 Ha yang terdiri kawasan hutan daratan

dan perairan dengan fungsi seperti pada table 3.1.

Tabel. 3.1. Fungsi Kawasan Hutan Provinsi Bali

No Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) Ket.

1 Hutan Taman Wisata 4.113,19

2 Hutan Cagar Alam 1.773,80

3 Taman Nasional 23.143,86

4 Hutan Taman Raya 1.129,19

5 Hutan Lindung 97.407,95

6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09

7 Hutan Produksi Tetap 1.872,80

8 Hutan Produksi yang dapat dikonversi 186,78

Sumber : SK. Penetapan Kawasan Hutan Provinsi Bali Tahun 2014

Kawasan hutan Provinsi Bali dibagi menjadi 23 Kelompok

hutan yang menyebar di Seluruh Pulau Bali dan Nusa Penida. Sejarah

dan Kronologis masing-masing kelompok hutan dapat disajikan

sebagai berikut :

3.1. Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1)

3.1.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda Nomor

19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd tanggal 6 Januari 1926 dengan penetapan

penunjukan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 6 Desember 1932 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 6 Mei 1933. Ditetapkan

kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor

821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang

batas 26,6 Km, luas 590 Ha dengan fungsi hutan lindung. Pada

Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1) terdapat 1 buah enklave

dengan luas 1,15 Ha dan topografinya sangat berat/curam.

Page 3: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

13

Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1) secara administratif

terletak di wilayah Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada, UPT KPH Bali Tengah.

3.1.2 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK. 99/Menhut-II/2014 tanggal 28 Januari 2014 tentang Penetapan

Kawasan Hutan Lindung Puncak Landep (RTK.1) seluas 590 (Lima

Ratus Sembilan Puluh) Hektar yang terletak di Kabupaten Buleleng,

Provinsi Bali.

3.1.3 Permasalahan Kawasan Hutan

Tidak terdapat pelanggran atau konflik yang cukup signifikan

yang dapat mengancam keberadaan kawasan hutan pada kelompok

hutan ini, namun kerawanan gangguan hutan berupa penebangan liar,

pengerjaan kawasan hutan untuk perladangan tetap ada sehingga

koordinasi dengan masyarakat sekitar kawasan hutan untuk tetap

menjaga kelestarsian baik kawasan maupun hutan itu sendiri tetap

harus dilakukan.

Page 4: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

14

3.1.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.1. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung

Puncak Landep (RTK.1)

3.2 Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2)

3.2.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 denagn

penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Januari 1932 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 6 Mei 1933. Ditetapkan

kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor

821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang

batas 38,96 Km, luas 1.134 Ha dengan fungsi hutan lindung. Pada

Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2) terdapat 2 buah enklave

dengan luas total 32,43 Ha dan topografinya sangat berat/curam.

Page 5: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

15

Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2) secara

administratif terletak di wilayah Desa Sukasada Kecamatan Sukasada,

Kab. Buleleng, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan

merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada, UPT KPH Bali

Tengah

3.2.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non

Kehutanan di kelompok hutan Gunung Mungsu seperti pada Tabel 3.2:

NO PENGGUNA UNTUK LUAS

(Ha)

DOKUMEN KETERANGAN

1.

PLN PLTB

SUTT 150 KV

Kapal- Pemaron

19,24 - Persetujuan

Prinsip No.: 576/Menhut_II/1

985 (digabung dengan RTK.4 dan termasuk

luas digabung ) - Perjanjian Pinjam

Pakai No.

342.1/Kwl-5/93, 001BA/1033/93/PLJTB tgl 23-3-

1993

- Berlaku dari

23-3-1993 s/d 23-3-1998

- Kompensasi di Sangeh seluas 3 Ha,

Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha

dan Abang Agung seluas 176,0 Ha

(sudah ditetapkan)

Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan BPKH

Wilayah VIII

3.2.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK. 100/Menhut-II/2014 tanggal 28 Januari 2014 tentang Penetapan

Kawasan Hutan Lindung Gunung Mungsu (RTK.2) seluas 1.134 (seribu

seratus tiga puluh empat) Hektar yang terletak di Kabupaten Buleleng,

Provinsi Bali.

Page 6: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

16

3.2.4 Permasalahan Kawasan Hutan

Terdapat kerawanan gangguan hutan berupa perambahan

untuk perladangan, perkebunan dan penebangan liar sporadis. serta

terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non

Kehutanan.

3.2.5 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.2. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung

Gunung Seraya (RTK.2)

3.3 Kelompok Hutan Gunung Silangjana (RTK.3)

3.3.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan

penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 1 Agustus 1933 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 23 Pebruari 1934.

Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor :

Page 7: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

17

821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilikI panjang

batas temu gelang 19,50 Km, luas 415,00 Ha dengan fungsi hutan

lindung.

Kelompok hutan Gunung Silangjana (RTK. 3) secara

administratif terletak di wilayah Kecamatan Sukasada dan sebagian di

Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, secara administrasi

pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi

Hutan (RPH) Sukasada dan RPH Kubutambahan, UPT KPH Bali Tengah.

3.3.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Pada kelompok hutan ini tidak ada Kawasan hutan yang

dipinjam pakai atau tukar menukar kawasan hutan dengan pihak

diluar kehutanan dan memang pada kelompok hutan ini tidak terdapat

penggunaan diluar kawasan hutan.

3.3.3 SK Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.2551/Menhut-VII/KUH/2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan

Lindung Silangjana (RTK.3) seluas 415 (Empat Ratus Lima Belas)

Hektar di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

Page 8: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

18

3.3.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.3. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung

Gunung Silangjana (RTK.3)

3.4. Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4)

3.4.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan

penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 15 Agustus 1933 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 23 Pebruari 1934.

Pada tahun 1956 berdasarkan SK. Ketua Dewan

Pemerintahan Tabanan tanggal 25-3-1956 No. 33, Kawasan Hutan

Gunung Batukau (RTK.4) dikeluarkan seluas 169,18 Ha untuk veteran

Pejuang Kemerdekaan (tanah penampung sementara) seperti pada

tabel berikut ini.

Page 9: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

19

Tabel 3.4 Peruntukan Pelepasan Kawasan Hutan

No Peruntukan/Tujuan Luas (Ha) Keterangan

1 Veteran Pejuang Kemerdekaan 140,00 B.969 – B.792

2 Karang Desa penampung 6,16 B.969 – B.792

3 Karang Desa Abang 2,00 B.969 – B.792

4 Laba Pura Beratan 5,02 B.969 – B.792

5 Orang-orang di Desa Abang 16,00 B.969 – B.792

TOTAL 169, 18

Sumber : Data Pelepasan Kawasan Hutan

Tanah tersebut di atas dimasukkan kembali sebagai kawasan

hutan berdasarkan Surat Gubernur Bali No. EK/I.C/7/77 karena tanah

tersebut ditelantarkan (kecuali tanah untuk Laba Pura Beratan dan

orang-orang di Desa Abang) diukur pada tahun 1979 sehingga luas

kawasan tersebut menjadi 15.368,98 Ha.

Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Bali melalui surat Nomor

412/IV/2, tanggal 22 Oktober 1980 memberikan sementara areal lahan

garapan dan pemukiman kepada eks pejuang sebanyak 6 KK yang

tidak bersedia ditransmigrasikan dengan catatan apabila mereka telah

mendapatkan lahan pengganti sesuai janji Bupati Kepala Daerah Tk II

Tabanan, mereka segera meningggalkan tanah hutan penampungan

dimaksud. (lokasi diantara pal batas B.971/7 smpai dengan B.971/14).

Hasil Pertemuan tanggal 5 September 1980 sebagaimana

surat bagian Perencanaan Hutan No. 339/V/7 tanggal 6 September

1980 intinya Para penggarap (6 KK) bersedia pindah dari kawasan

hutan apabila Bupati KDH Tk. II Tabanan telah memenuhi janjinya.

Ditunjuk kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan

nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik

panjang batas temu gelang 188,60 Km, luas 15.153,28 Ha dengan

fungsi hutan lindung.

Tahun 1984 dilaksanakan tata batas fungsi dengan rincian

seperti pada tabel berikut ini :

Page 10: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

20

Tabel 3.5 Tata batas fungsi pada tahun 1984

No Fungsi yang di Tata Batas Luas (Ha)

1 Hutan Lindung seluas 12.228,40

2 Hutan Wisata seluas 1.269,60

3 Cagar Alam 1.762,80

4 Kebun Raya 129,20

Sumber : Berita Acara Tata Batas Fungsi

Dengan SK Menhut Nomor 144/Kpts-II/1996 danau Buyan –

Tamblingan seluas 1.336,50 Ha ditetapkan sebagai TWA Buyan

Tamblingan.

Pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) terdapat 3

(tiga) danau yaitu danau Beratan, danau Buyan dan danau Tamblingan

serta terdapat 6 buah enklave dengan luas total 108,11 Ha.

Topogarfinya landai sampai sangat curam.

Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) secara administratif

terletak di Lintas Kabupaten Buleleng, Badung dan Tabanan. Untuk

Kabupaten Buleleng melintas di Kecamatan Banjar, Sukasada, Sawan

dan Kubutambahan, untuk Kabupaten Tabanan melintas di Kecamatan

Baturiti, Penebel dan Pupuan, untuk Kabupaten Badung melintas di

Kecamatan Petang secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan

hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada Banjar,

Kubutambahan, Petang, Candikuning, Penebel dan Pupuan

3.4.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Pada kelompok hutan Gunung Batukau terdapat beberapa

penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan diluar kehutanan

seperti pada tabel dibawah ini.

Page 11: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

21

Tabel 3.6 Penggunaan kawasan hutan Gunung Batukau (RTK.4)

No

O PENGGUNA UNTUK

LUAS

(Ha) DOKUMEN KETERANGAN

1. PLN PLTB SUTT 150

KV Kapal - Pemaron

19,24 - Persetujuan Prinsip No.:

576/Menhut_II/1985 (digabung dengan RTK.2 dan termasuk luas digabung )

- Perjanjian Pinjam Pakai No. 342.1/Kwl-5/93, 001BA/1033/93/PLJTB tgl 23-3-1993

- Berlaku dari 23-3-

1993 s/d 23-3-1998

- Kompensasi di Sangeh seluas 3

Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha dan Abang Agung

seluas 176,0 Ha (sudah ditetapkan)

2. PLN Wil. XI SKTM 20 KV 0,34 - Persetujuan Prinsip No.: 382/Menhut_VI/1991 (digabung dengan RTK.20)

- Perjanjian Pinjam Pakai

No. 702/Kwl-5/92, 091PJ/449/1992/M tgl 23-3-93

- Berlaku dari 19-3-1993 s/d 23-3-2003

- Tanpa kompensasi

3. PT. Telkom Kandatel Bali

Rural Areal III

0,03 - Persetujuan Prinsip No.: 587/Menhut_II/1989

- Perjanjian Pinjam Pakai

No. 260/II/Kwl.Bl-5/90, 58/06/KH010/N.08-430/1990

- Berlaku dari 1-3-1990 s/d 1-3-2000

- Tanpa kompensasi

4. LIPI Kebun Raya Eka Karya

157,49 - Persetujusn Menhut No.:251/menhut-VII/2001 menjadi KDTK

- Belum membuat kesepakatan /Perjanjian Pinjam

Pakai

5. Bupati

Buleleng

Jalan Br.

Bingin (Ds. Galungan)

0,19 - Persetujuan Prinsip No.:

079/Menhut_II/1988 - Perjanjian Pinjam Pakai

No. 375/II/Kwl.Bl-5/88, 590/684/Pem/1988

- Berlaku dari 1-3-

1988 s/d 1-3-2008 - Tanpa kompensasi

6. PT. Bali Energy Lmt

Eksplorasi Panas Bumi

- Sudah dilaksanakan pengukuran pada

3 lokasi - Perjanjian Pinjam

Pakai belum jelas

hinggan kini

Sumber : Data Penggunaan Kawasan Hutan

3.4.3 SK Penetapan

- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 144/Kpts-II/1996

tanggal 4 April 1996 tentang Penetapan sebagian kawasan

hutan Batukau (RTK.4) yang terletak di Kabupaten Daerah

Tingkat II Tabanan dan Kabupaten Daerah Tingkat II

Buleleng, Provinsi Daerah Tingkat I Bali, seluas 1.336,50

(Seribu tiga ratus tiga puluh enam, lima puluh perseratus)

Page 12: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

22

Hektar sebagai Taman Wisata Alam dengan Nama Taman

Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan.

- Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014

tentang Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan

Gunung Batukau (RTK.4) seluas 15.102,90 (Lima belas ribu

seratus dua dan Sembilan Puluh Perseratus) Hektar di

Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten

Tabanan, Provinsi Bali.

3.4.4 Permasalahan Kawasan Hutan

- Terdapat permasalahan kawasan hutan yaitu Pemukiman,

dari masyarakat di Munduk Andong Kaja, Gunung Kangin

dan Bangli Kaja seluas ± 118,10 Ha.

- Permohonan Tukar Menukar an. I. Wayan Puja Umbara

belum jelas permohonannya dan belum ada

penyelesaiannya.

- Terdapat lahan garapan dan rumah/villa oleh masyarakat

disekitar Desa Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten

Tabanan.

Page 13: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

23

3.4.5 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.4. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan pada

Kelompok Hutan Batukau (RTK.4)

3.5. Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5)

3.5.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd tanggal 6 Januari 1926 dengan

penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Januari 1930 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 29 Oktober 1937.

Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor :

821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang

batas temu gelang 44,05 Km, luas 613,00 Ha dengan fungsi hutan

lindung. Pada Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5) terdapat 2

buah enklave dengan luas total 22,04 Ha dan topografinya

bergelombang sampai curam.

Page 14: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

24

Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5) secara

administratif terletak di wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten

Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan

merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Kintamani Barat, UPT

KPH Bali Tengah

3.5.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak ada penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non

Kehutanan.

3.5.3 SK Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.2555/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang

Penetapan Kawasan Hutan Lindung Munduk Pengajaran (RTK.5) seluas

613 (Enam ratus tiga belas) Hektar di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali

3.5.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 5.5. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung

Munduk Pengajaran (RTK.5)

Page 15: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

25

3.6 Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7)

3.6.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan

penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 9 Agustus 1932 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 30 Juli 1941.

Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7) ditata

batas pada tahun 1985 dengan Berita Acara Tata Batas luar tanggal

10-9-1985 dan disahkan tanggal 7-10-1987 dengan SK Penetapan

Nomor : 335/Kpts-II/1987 tanggal 7-11-1987. Kelompok hutan ini

memiliki panjang batas luar keliling 44,20 Km luas 2.528,00 Ha dengan

fungís pokok Hutan prduksi terbatas (453,00 Ha) dan Hutan

Wisata/Taman Wisata Alam (2.075,00 Ha). Pada Kelompok Hutan

Gunung Batur Bukit Payang (RTK. 7) terdapat 1 buah enklave dengan

luas 21,8 Ha. Topografinya datar sampai curam.

Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK. 7) secara

administratif terletak di Desa Kintamani (Kaldera Penelokan), desa

Kedisan, Toyo Bungkah, Songan Kecamatan Kintamani, Kabupaten

Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan

merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Penelokan, UPT KPH Bali

Timur.

Page 16: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

26

3.6.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tabel 3.7 penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non

Kehutanan NO PENGGUNA UNTUK LUAS

(Ha) DOKUMEN KETERANGAN

1 2 3 4 5 6

1.

Bupati Bangli

Jalan Kedisan

- Toyobungkah

2,01 - Persetujuan Dirjenhut No.:

3820/07/I/1978. - Perjanjian

Pinjam Pakai

tanpa Nomor, tgl 17-7-1979

- Berlaku dari 17-7-1979 s/d

17-7-2004

- Tanpa Kompensasi.

Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan

Tabel 3.8 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan

N

o

Pemohon Untuk Luas

(Ha)

Dokumen Lahan

Pengganti (Ha)

Keterangan

1.

I Wayan Merta

Bangunan

0,45

Persetujuan Menhut

no:621/Menhut-VII/1977

Kab Bangli seluas ±

1,05 (menempel KH Gn Batur

Bk Payang)

Belum ditata batas karena

lokasi yang dimohon berfungsi TWA

Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan

3.6.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.204/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan

Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7) seluas 2.528

(dua ribu lima ratus dua puluh delapan) Hektar dengan fungsi kawasan

Taman Wisata Alam seluas 2.075 (dua ribu tujuh puluh lima) Hektar

dan kawasan Hutan produksi terbatas seluas 453 (empat ratus lima

puluh tiga) Hektar, yang terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

3.6.4 Permasalahan Kawasan Hutan

Kerawanan gangguan hutan yang intensitasnya tinggi adalah

kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun pada saat musim

kemarau.

Page 17: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

27

3.6.5 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.6. Peta Lampiran SK Penetapan Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7)

3.7 Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8)

3.7.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan

penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Juli 1941 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 9 Pebruari 1948.

Sebagian Kelompok hutan ini disekitar Penelokan ditunjuk

oleh Menteri Pertanian Nomor. 655/Kpts/Um/10/1978, tanggal 25

Oktober 1978 sebagai Hutan Wisata cq. Taman Wisata Alam seluas

540 Ha.

Adanya perluasan kawasan hutan pinjam pakai dengan

kompensasi dan tukar menukar kawasan hutan seperti rincian pada

tabel dibawah ini.

Page 18: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

28

Tabel 3.9 Kompensasi dan tukar menukar kawasan hutan

Asal BA TB Luas (Ha) Keterangan Fungsi TWA Penelokan

8 Mei1982 disahkan 25-10-1984

574,27 Penunjukan Mentan

Perluasan 10 Agustus1983 disahkan 2-1-1984

12.120,87 Penunjukan Mentan

Perluasan 15 Agustus 1983 disahkan 2-4-1984

1.980,98 Penunjukan Mentan

Perluasan 21 Januari 1989 275,00 Penunjukan Mentan

Perluasan 24 Pebruari 1990

disahkan 1-5-1991

436,10 Penunjukan

Mentan

Perluasan 25 Januari 1992

disahkan 4-10-1995

62,50 Kompensasi

PLN PLJTB 22 Mei 1989

disahkan 9-3-1990

176,00 Kompensasi SUTT

150 KV

Yayasan Sarana

Wana Jaya

15 Januari 1997 7,50 Tukar menukar

PLN PLJTB 29 Maret 1997

disahkan 26-2-1998

2,41 Kompensasi SUTT

150 KV

Lagoon dan Pipa

Avtur Pertamina

26 April1997

disahkan 20-2-1998

30,04 Kompensasi

Waduk Grokgak 16 Agustus1999

disahkan 8-5-2000

2,092 Kompensasi

PT. BTID 19-Agustus-2009

40,200 Tukar menukar

Sumber : Data Pinjam Pakai dengan kompensasi Kawasan Hutan

Pada Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) terdapat

sebanyak 39 buah enklave dengan luas total 908,46 Ha. Topografinya

datar, bergelombang sampai sangat curam.

Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) secara

administratif terletak di Kecamatan Rendang, Selat, Bebandem,

Manggis, Abang dan Kubu Kabupaten Karang asem serta Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli, secara administrasi

pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi

Page 19: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

29

Hutan (RPH) Rendang, Selat, Bebandem, Karangasem Manggis,

Abang, Kubu dan Daya (Karangasem), RPH Penelokan (Bangli), UPT

KPH Bali Timur.

3.7.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tabel 3.10 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan

NO PENGGUNA UNTUK LUAS

(Ha)

DOKUMEN KETERANGAN

1.

Bupati Bangli

Pasar Seni Penelokan

0,04 - Persetujuan Dirjenhut No.: 4293/DJ/I1980 tgl

10-12-80. - Perjanjian Pinjam Pakai No. :22/TGH-

132/1981 - Perjanjian Kerjasama antara

Dirjen Geologi, Sumberdaya Mineral, Pemprov Bali dan BKSDA Bali

ttg Kolaborasi

- Perpanjangan sampai 10-1-2006

- Tanpa Kompensasi.

2. Dirjen

Pulkanologi

Pos

Penganmatan Gunung

Berapi

109 - Persetujuan Dirjen

PHKA no : 731/DJ-VII/Prog/86, 30-5-86

- Ijin pinjam pakai

berakhir tahun 2004

3. Diparda Tempat Parkir

Penelokan

0,17 - Belum ada ijin dari Menhut

- Lahan telah bergabung dengan

Museum Gunung Berapi

4. PT. Adi Murti Galian Golongan C

- Persetujuan prinsip no. : 177/Menhut-II/96, 12-2-1996

- Perjanjian pinjam pakai no : 1284/Kwl-5/1996, A.3/336/AM/IX/1996

- Ijin sudah dicabut - Berlaku dari 16-9-96 s/d 2001

Tabel 3.11 Permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan

No Pemohon Untuk Luas

(Ha) Dokumen

Lahan

Pengganti (Ha)

Keterangan

1.

Md Naris

Sanjaya

Pura

Keluarga

0,15

- Persetujuan Menhut no:639/M

enhut-VII/1977

- Kab Bangli seluas ± 1,05 (menempel

KH Gn Batur Bk Payang)

- Belum ditata batas karena lokasi yang

dimohon berfungsi TWA

Sumber : Data Tukar Menukar dan Penggunaan Kawasan Hutan

Page 20: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

30

3.7.3 SK. Penetapan

- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 28/Kpts-II/1990 Tanggal

13 Januari 1990 tentang Penetapan Areal Tanah seluas 275 Ha

yang terletak di Wilayah Banjar Pemuteran Desa Pempatan,

Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali

Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) yang sebagai

Kawasan Hutan Lindung.

- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 227/Kpts-II/1990

Tanggal 8 Mei 1990 tentang Penetapan Areal Tanah seluas 176

Ha yang terletak di Wilayah Desa Ban, Kecamatan Kubu,

Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali Kelompok Hutan Gunung

Abang Agung (RTK.8) yang sebagai Kawasan Hutan.

- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 247/Kpts-II/1991

Tanggal 6 Mei 1991 tentang Penetapan Perluasan Kelompok

Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 436,10 Ha yang

terletak di Wilayah Kecamatan Rendang, Kabupaten

Karangasem, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan Lindung.

- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 535/Kpts-II/1995

Tanggal 5 Oktober 1995 tentang Penetapan Kelompok Hutan

Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 62,5 Ha yang terletak di

Wilayah Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali sebagai Kawasan

Hutan Lindung

- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 306/Kpts-II/1998

tentang Penetapan Perluasan kelompok hutan Gunung Abang

Agung (RTK.8) seluas 2,41 (Dua, Empat puluh satu perseratus)

Hektar yang terletak di Wilayah Kecamatan Kubu, Kabupaten

Daerah Tingkat II Karangasem, Provinsi Daerah Tingkat I Bali,

Sebagai Kawasan Hutan dengan Fungsi Hutan Lindung.

- Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK-

2846/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang

Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung

Page 21: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

31

Abang Agung (RTK.8) seluas 14.857,17 (Empat belas ribu

Delapan Ratus Lima Puluh Tujuh dan Tujuh Belas Perseratus)

Hektar di kabupaten Bangli dan Kabupaten Tabanan, Provinsi

Bali.

3.7.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.7. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan pada

Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8)

3.8 Kelompok Hutan Gunung Seraya (RTK.9)

3.8.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penunjukan

penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 17 April 1935 dan

pengesahan penetapan batas hutan Tahun 1937. Pengukuran lanjutan

dan disyahkan tanggal 3 Nopember 1980 dan disahkan pada tanggal

29-1-1981. Di dalamnya terdapat pura yang disakralkan dalam

Page 22: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

32

rangkaian Nyegara Gunung yaitu Pura Lempuyang dan topografinya

rata-rata sangat curam.

Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan

nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik

panjang batas keliling/temu gelang 30,10 Km, luas 1.111 Ha dengan

fungsi hutan lindung.

Kelompok Hutan Gunung Seraya (RTK. 9) secara administratif

terletak di wilayah Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Abang dan RPH Karangasem/Manggis, UPT

KPH Bali Timur.

Terdapat perambahan berupa perladangan oleh masyarakat di

wilayah dusun Banyuning dan bangunan tempat ibadah berupa

rangkaian Pura Lempuyang.

3.8.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan non

Kehutanan.

3.8.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.

2554/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang Penetapan

Kawasan Hutan Lindung Gunung Seraya (RTK.9) seluas 1.111 (Seribu

Seratus Sebelas) Hektar di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

Page 23: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

33

3.8.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.8. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Gunung Seraya (RTK.9)

3.9 Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)

3.9.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10) ditunjuk sebagai

kawasan hutan berdasarkan Surat Penunjukkan G.B. 29-5-1927 No. 28

B.b.2 batas definitive mulai berlaku pada tahun 1934. Pada tahun 1952

dilaksanakan tata batas namun belum sampai penyelesaian Berita

Acara Tata Batasnya. Ditetapakn kembali oleh Menteri Pertanian

dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 821/Kpts/Um/II/1982

tanggal 10 Nopember 1982 seluruh kawasan hutan di Provinsi Bali

ditunjuk kembali termasuk Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10)

dengan luas 1.392 Ha.

Page 24: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

34

Pada tahun 1984/1985 Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10)

dilaksanakan pengukuran batas fungsi Hutan Lindung dan Hutan

produksi. Pada tahun 1987 dilaksanakan pengukuran batas Kawasan

Hutan Prapat Benoa (RTK.10) dengan Berita Acara Tata Batas tanggal

5 Pebruari 1987 dan disyahkan Menteri Kehutanan pada tanggal 10

Pebruari 1988 yang terbagi dalam 4 sub blok yakni:

- (RTK.10 A) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di barat laut

kelompok hutan yang bersangkutan desa Kuta Kecamatan Kuta

mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal batas B.486

sampai kembali ke B.1.

- (RTK.10 B) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di barat laut

kelompok hutan yang bersangkutan desa Pedungan Kecamatan

Denpasar Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal

batas B.146 sampai kembali ke B.1.

- (RTK.10 C) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di Timur laut

kelompok hutan yang bersangkutan desa Serangan Kecamatan

Denpasar Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal

batas B.128 sampai kembali ke B.1.

- (RTK.10 D) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di Barat laut

kelompok hutan yang bersangkutan desa Tanjung Benoa

Kecamatan Kuta Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai

dengan pal batas B.26 sampai kembali ke B.1.

Hasil tata batas Kelompok Hutan ini ditetapkan Menteri

Kehutanan dengan SK. Penetapan No. 067/Kpts-II/88 tanggal 15

Pebruari 1988 dengan luas 1.392 Ha.

Akibat adanya tukar menukar kawasan hutan untuk

kepentingan yayasan Sarana Wana Jaya seluas 7,5 Ha dan perluasan

Bandara Ngurah Rai Tahap I seluas 11 Ha maka luas kawasan hutan

Prapat Benoa menjadi 1.373,5 Ha.

Berdasarkan SK. Menhut No. 885/Kpts-II/92 tanggal 8

September 1992 Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) diubah

Page 25: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

35

fungsinya menjadi Taman Wisata Alam. Berdasarkan SK. Menhut No.

544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993 fungsinya dirubah

menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA) dengan nama TAMAN HUTAN

RAYA NGURAH RAI. Berdasarkan SK. Menhut No. 517/Kpts-II/1997

tanggal 12 Agustus 1997, kawasan hutan Tahura Ngurah Rai

khususnya Blok C (P. Serangan) dengan luas ± 80,14 ha dirubah

fungsinya menjadi Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi untuk

pengembangan Pariwisata an. PT.BTID.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor : SK.447/Menhut-II/2014 tanggal 30 April 2014 tentang

Perubahan Fungsi Antar Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Sebagian

Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai menjadi Kawasan Hutan

Produksi Yang Dapat Dikonversi, Yang terletak di Kabupaten Badung,

Provinsi Bali seluas ± 169.98 (Seratus Enam Puluh Sembilan dan

Sembilan Puluh Lima Perseratus) Hektar

Pada Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) terdapat

sebanyak 4 buah enklave dengan luas total 5,35 Ha topografinya rata-

rata datar karena merupakan hábitat mangrove.

Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) secara administratif

terletak di Lintas Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Untuk

Kabupaten Badung melintas di Kecamatan Kuta, untuk Kota Denpasar

melintas di Kecamatan Denpasar Selatan, secara pembagian

pemangkuan hutan terletak di wilayah UPT KPH Taman Hutan Raya

Ngurah Rai.

Page 26: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

36

3.9.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tabel 3.12 penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non

Kehutanan

NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha)

DOKUMEN KETERANGAN

1.

PT. BTDC

Lagoon

29,97

- Persetujuan Dirjenhut No.: 492/DJ/I/1977 tgl 17-2-77.

- Perjanjian Pinjam Pakai No.

:131/Kwl.Bl-5/1994, 08/SP/II/1994

- Berlaku dari 4-2-1994 s/d 4-2-1999

- Kompensasi.telah seslesai

- Belum ada perpanjangan waktu

2.

PT. BTDC

Jalan

Pintas Utara

3,03

- Persetujuan Prinsip Menhut no

: 903/Menhut-II/90, - Perjanjian Pinjam Pakai No. :1030/Kwl.Bl-2/1991

- Berlaku dari 12-8-1992

s/d 2002 - Kompensasi.telah seslesai - Belum ada perpanjangan

waktu

3.

Dep. PU

Estuary DAM

46,65 - Persetujuan Prinsip Menhut no : 1223/Menhut-II/93,

- Perjanjian Pinjam Pakai No. :36.1/Kwl-5/1994 dan 001//SPK-W14/II/1994

- Berlaku dari 5-1-1994 s/d 1999

- Kompensasi.belum ditata batas

- Belum ada perpanjangan

waktu 4.

PT. PLN PLJTB

SUTT 150 KV 4,66

38,55

8,10

0,63

0,09

- Persetujuan prinsip no. : 795/VIII-4/84 untuk Pesanggaran – Kuta

- Persetujuan prinsip no. : 93/VIII-4/85 untuk Pesanggaran-Nusa Dua I

- Persetujuan prinsip no. :

800/VIII-4/84 untuk Pesanggaran-Sanur

- Perjanjian pinjam pakai no :

342.1/Kwl-5/1993 dan, 001BA/1033/93/PLJTB

- Persetujuan prinsip no. : 828/Menhut-II/91 untuk SUTT

dan Perluasan Gardu Induk Nusa Dua tahap II

- Perjanjian pinjam pakai no :

2645/Kwl-5/2000 dan, 341.A/PJ/060/P3B/2000

- Persetujuan prinsip no. : 952/Menhut-VI/95 untuk

Ka[al-Pesanggaran-Sanur - Perjanjian pinjam pakai no :

1836.a/Kwl-5/1996 dan,

001PJ/1033/PikitringJIN/96

- Berlaku dari 23-3-1993 s/d 23-3-1998

- Kompensasi di Sangeh

seluas 3 Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha dan Abang Agung seluas 176,0 Ha (sudah

ditetapkan) - Berlaku dari tahun 2000

s/d 2005

- Kompensasi di gabung dengan kompensasi perluasan GI Pesanggaran luas

menjadi 2,41 Ha digabung dengan KH Gn Abang Agung (RTK.8)

- Berlaku dari tahun 1996 s/d 2001

- Kompensasi di Melaya dan Blimbing sari ± 3,367

Ha belum ditata batas

5.

PT. Indonesia Power

Perluasan Gardu

Induk Pesanggaran tahap I

dan II

0,20

0,63

- Persetujuan prinsip no. : 450/Menhut-II/92 untuk

perluasan GI Pesanggaran - Perjanjian pinjam pakai no :

529/Kwl-5/1992 dan,

037PJ/071/92 M

- Perjanjian pinjam pakai no : 342.1/Kwl-5/1993 dan, 001BA/1033/93/PLJTB M

- Berlaku dari 2-3-1992 s/d 2-3-1996

- Berlaku dari 23-3-1993 s/d 23-3-1998

- Kompensasi di gabung

dengan kompensasi perluasan GI Nusa Dua luas menjadi 2,41 Ha digabung dengan KH Gn

Abang Agung (RTK.8 6.

PLN Wil XI

Tranmisi 70 KV Jimbaran-

Bualu-Serangan

14,34 - Persetujuan prinsip no. : 3618/DJ/I/77

- Perjanjian pinjam pakai no :

06/TGH.132/1981

- Berlaku dari 13-4-81 s/d 13-4-1991

- Tanpa kompensasi

Page 27: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

37

7.

Dep. PU Jln Bay

pass Nusa Dua

7,9

- Persetujuan prinsip no. :

3613/DJ/I/78 - Perjanjian pinjam pakai no :

26/TGH.132/1981

- Berlaku dari 2-2-81 s/d 2-

2-1991 - Tanpa kompensasi

8.

Gubernur Bali

BPP Kramik

1,37

- Perpanjangan Kakanwil Hut Bali no. : 1583/KWL-5/96

- Perjanjian pinjam pakai no : 1536/KWL-5/1999

- Perjanjian Kerjasama no : 522/1113/DISHUT-4/2007, no : S1143/IV-K17/PPA-2/07 dan

229/PSTKP/BPPT/X/07

- Berlaku dari 1-7-99 s/d 1-7-2004

- Tanpa kompensasi -

9.

Dep. PU TPA Sampah

14,4

- Persetujuan prinsip no. : 231/Menhut-II/84 seluas 10

Ha - Perjanjian pinjam pakai no :

823/II/Kwl.BL-5/88 dan

TN.1014-W.14/828 - Telah ada Berita Acara

Pengembalian. - Berita Acara Adendum no :

928/Kwl-5/1992 tentang serah terima oleh Dinas PU

- Berlaku dari 8-8-88 s/d 8-8-1993

10.

BMG

Menara

Pemantau Angin

0,02

- Persetujuan prinsip no. :

1135/Menhut-II/90 - Perjanjian pinjam pakai no : 382/Kwl.BL-II/1991

- Berlaku dari 30-3-91 s/d

30-3-1996 - Tanpa kompensasi -

11. Dep. PU

IPAL

10,0 - Persetujuan prinsip no. :

680/Menhutbun-VIII/1999 - Ijin Menhut no : 1493/Menhut-IV/2002 ttg ijin penggunaan

KH Tahura Ngurah Rai untuk IPAL

- Kompensasi di Jembrana

bergabung dengan KH Budeng (RTK.30)

12. PT. Pertamina Lintasan Pipa Avtur

0,04 - Persetujuan prinsip no. : 322/Menhut-II/92

- Perjanjian pinjam pakai no : 551/Kwl-5/1994 dan 015A/F5000/94/SO

- Perpanjangan pinjam pakai no

: 2128/Kwl-5/1999

- Berlaku dari 8-1-94 s/d 8-1-1999

- Kompensasi gabung dengan kompensasi lagoon di Abang Agung

13.

SARBAGITA

Instalasi pengelolaa

n sampah terpadu

10,0

- Persetujuan prinsip no. : S.113/Menhut-IV/2004 ttg ijin

penggunaan seluas 10 Ha dan seluas 20 Ha untuk direhabilitasi

- Penetapan lahan IPST di

TAHURA Ngurah Rai no : 233/BPKS IV/2007

- Belum ada perjanjian pnjam pakai

14. PT. BTID Jalan

menuju Serangan

5,28 - Persetujuan prinsip no. :

1161/Menhut-IV/1994 ttg blok pemanfaatan TAHURA Ngurah rai seluas 445 Ha diserahkan pengelolaannya kepada PT.

BTID

- Belum ada perjanjian

pinjam pakai

15.

Dep. PU Jalan TOL Nusa Dua-

Ngurah Rai-Benoa

- Persetujuan Menhut No : 474/Menhut-IV/2011 dan no :

S.534/Menhut-IV/2011 dan no : S.220/Menhut-IV/2013 tgl. 21 Maret 2013

- Kerjasama/kolaborasi

16. Dinas PU U Turn

Timur Underpass Simpang

Dewaruci

0,17 - Surat Persetujuan Menteri

Kehutanan No.S.220/MENHUT-IV/2013 tanggal 21 Maret 2013

- Sudah ditatabatas dan

sudah di supervisi, dituangkan dalam berita acara tgl 24 Pebruari

2014. Luas 1700 M2, panjang 291,73 meter.

Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan

Page 28: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

38

Tabel 3.13 Tukar Menukar Kelompok Hutan Prapat benoa (RTK.10)

No Pemohon Peruntukan

Luas (Ha)

Dokumen Lahan Pengganti (Ha)

Keterangan

1.

2.

PT. BTID

Angkasa Pura

Pengembangan

Pariwisata

Perluasan

Bandara

Ngurah Rai

62,1

12,0

- Persetujuan Menhut

no:904/Menhut-II/97

- 647/Menhutbun-

II/ 1999 - S.480/Menhut-VII/ 2004

- Persetujuan Menhut no.942?Menhut-VII/ 1997

- 342/Menhutbun-VII/ 1999 (lahan pengganti)

- Kab. Karangasem seluas 40,02

- Kab Jembrana seluas 44,05

- Kab Jembrana seluas 12,97

- Areal yang dilepas

sudah disahkan

- Lahan

pengganti sudah disahkan dan

ditetapkan

- Areal yang dilepas fungsi TAHURA

- Lahan pengganti sudah disahkan/

ditetapkan

Sumber : Data Tukar Menukar kawasan Hutan

Tabel 3.14 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan No Pemoho

n

Peruntuka

n

Luas

(Ha)

Dokumen Lahan

Pengganti (Ha)

Keteranga

n

1.

2.

AA. Rosiawati

IB Sura Kusuma

Pura Keluarga

Bangunan

0,023

0,023

- Persetujuan Menhutbun no:650/Menhutbun-

VII/1999 - Perpanjangan ijin no :

S.436/Menhut-II/04

- Permohonan baru

sampai di DISHUT

Bali

- Kab Badung seluas 0,08

- Kab Badung seluas 0,03

- Belum ditata batas karena

tidak ada rekomendasi dari DPRD

- Lahan yang dimohon

sudah ada bangunan bersertifikat

Sumber : Data Permohonan Tukar Menukar Kawasan Hutan

3.9.3 SK. Penetapan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 067/Kpts-II/88

tanggal 15 Pebruari 1988 tentang Penetapan Kawasan Hutan Prapat

Benoa (RTK.10) seluas 1.392 HA di Kabupaten Dati II Badung, Propinsi

Dati I Bali.

Page 29: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

39

3.9.4 Permasalahan Kawasan Hutan

Tabel 3.15 Permasalahan di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)

seperti persertifikatan kawasan hutan adalah sebagai berikut : No Nama Pemilik Luas Penggunaan No. Sertifikat Posisi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

I wayan Suka

I wayan Suka

Ni Wayan Sudarti

I wayan Rembyok

I Ketut Urip

I Wayan Lunas

I Wayan Suadi

I Ketut Konde

I wayan Buda

I made Dogor, Luh Sendri, Ni Putu Wati, Made Warta dan

Nyoman Wartika

I Wayan Wija/ Tjegeg

I B Surakusuma/I B

Lolek

I Nyoman Sudri/ Artono

I Ketut Lolong, Made Kadiana, Nyoman Suarta (PT. Bali Siki Utama)

Bangunan rumah

Bangunan rumah

Bangunan rumah

Bangunan rumah

Bangunan rumah

Bangunan rumah

Bangunan rumah

Bangunan rumah

Bangunan rumah

Tanah Kaplingan dan Bangunan rumah

Bangunan rumah

Bangunan rumah

-

Tanah kaplingan dan Bangunan

rumah

No. 3283 tanggal

30-4-90 Ps. No. 86, PP No. 908

No. 3073 tanggal 4-11-89 Ps No. 9, PP No. 396

No. 3363 tanggal

4-8-90 Ps No. 89, PP No. 908 No. 3461 tanggal

13-12-90 Ps no. 89c, PP No. 334

No. 3539 tanggal 22-4-91 Ps no. 89c, PP No. 908

No. 3468 tanggal 12-12-90 Ps no. 89c, PP No. 908

No. 3657 tanggal 30-9-91 Ps no. 517c, PP No. 89c

No.- tanggal - Ps no. 89c, PP No. 517

No. - tanggal - Ps no. 89c, PP

No. 53 No. 1047 tanggal 31-8-90

No. 1442 tanggal 30-5-1996

No. 1363 tanggal 19-11-91

No. 3091 tanggal 3-9-96

No. 257 tanggal – tahun 1978

B.469-B.470

B.469-B.470

B.469-B.470

B.469-B.470

B.469-B.470

B.469-B.470

B.469-B.470

B.469-B.470

B.469-B.470

B.41 – B.43

B.78 – B.79

B.226 – B.227

B.37 – B.38

B.283 – B.288

Page 30: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

40

15.

16.

Ds. Adat Kedonganan

Drs. I Wayan Suwitra

Bangunan Sekolah

SMA N 2 Dipagar seng dan

telah diurug

No. 8115 tanggal

8-7-2001 No. 9362 tanggal

6-4-2010

-

-

Sumber : Data persertifikatan di atas diperoleh dari RPH Tahura Ngurah Rai

Page 31: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

41

3.9.5 Peta Kawasan Hutan

Page 32: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

42

Gambar 3.9. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Pada

Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)

3.10 Kelompok Hutan Yeh Ayah (RTK.11)

3.10.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penunjukan

penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 13 Juni 1933 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 25 September 1933.

Adanya perluasan seluas 83,73 Ha yang ditetapkan oleh

Menteri Kehutanan dengan SK. Penetapan No375/Kpts-II/86 tanggal

24 Nopember 1986, dengan luas total 575,73 Ha. memilik panjang

batas 35,84 Km, dengan fungsi hutan lindung. Topografinya sangat

curam.

Kelompok hutan Yeh Ayah (RTK.11) secara administratif

terletak di Kecamatan Selemadeg dan Pupuan Kabupaten Tabanan,

Page 33: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

43

secara administrasi pengelolaan/ kepemangkuan hutan merupakan

wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Antosari, UPT. KPH Bali Barat.

3.10.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tabel.3.16 penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan non Kehutanan.

No Pengguna Untuk Luas

(Ha)

Dokumen Keterangan

1.

Balai

Meteorolgi dan Geofisika

Alat sensor

Telemetri

0,04

- Persetujuan Prinsip Menhut

No.: 521/Menhut-II/1989. Perjanjian Pinjam Pakai no : 1442.A/II/Kwl.BL-5/91 dan

HK.303/1999/VIII.III-91

- Berlaku dari

19-10-1991 s/d 19-10-2001

- Tanpa

Kompensasi.

2.

Gubernur Bali

Jln Juwuk Manis

Pangiyangan

3,0

- Persetujuan Prinsip Menhut

No.: 370/Menhut-II/1988. - Belum ada Perjanjian Pinjam

Pakai

- Lahan

kompensasi belum terealisasi

3. PT. Telkom UPNR

Jalan menuju Relay Microwave

0,24 - Perjanjian Pinjam Pakai No:1371.1/Kwl-5/1997 dan Tel10A/02/HK810/UN10.00/

9 - Persetujuan Perpanjangan

Menhut No.: S.696/Menhut-VII/2006 tgl 6-1-2006

dengan kompensasai 1 : 2.

- Perjanjian pinjam pakai tahap II belum

ada - Lahan

kompensasi belum

disiapkan

Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan

3.10.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.2553/Menhut-VII/KUH/2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan

Lindung Yeh Ayah (RTK.11) seluas 575,73 (Lima Ratus Tujuh Puluh

Lima dan Tujuh Puluh Tiga Perseratus) Hektar di Kabupaten Tabanan,

Provinsi Bali.

3.10.4 Permasalahan Kawasan Hutan

Kerawanan gangguan hutan berupa penggunaan kawasan

hutan untuk kebun kopi, coklat dan lain-lain oleh masyrakat. Tidak

ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan non Kehutanan.

Page 34: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

44

3.10.5 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.10. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung

Yeh Ayah (RTK.11)

3.11 Kelompok Hutan Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12)

3.11.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan

Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penunjukan

penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.

Pengumuman pemancangan sementara tanggal 13 Juni 1933 dan

pengesahan penetapan batas hutan tanggal 25 September 1933.

Adanya perluasan seluas 83,73 Ha yang ditetapkan oleh

Menteri Kehutanan dengan SK. Penetapan No375/Kpts-II/86 tanggal

24 Nopember 1986, dengan luas total 575,73 Ha. memilik panjang

batas 35,84 Km, dengan fungsi hutan lindung. Topografinya sangat

curam.

Page 35: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

45

Kelompok hutan Yeh Ayah (RTK.11) secara administratif

terletak di Kecamatan Selemadeg dan Pupuan Kabupaten Tabanan,

secara administrasi pengelolaan/ kepemangkuan hutan merupakan

wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Antosari, UPT. KPH Bali Barat.

3.11.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan

non Kehutanan.

3.11.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.2552/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang

Penetapan Kawasan Hutan Lindung Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12)

seluas 4.686,30 (Empat Ribu Enam Ratus Delapan Puluh Enam dan

Tiga Puluh Perseratus) Hektar di Kabupaten Tabanan, Kabupaten

Buleleng, dan Kabupaten Jembranan, Provinsi Bali.

3.11.4 Permasalahan Kawasan Hutan

Kerawanan gangguan hutan yang intensitasnya paling tinggi

adalah pengerjaan kawasan hutan untuk kebun kopi, kakau dan

pisang dan pengerjaannya sudah sejak tahun 1950.

Page 36: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

46

3.11.5 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.11. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung

Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12)

3.12 Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19)

3.12.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan bali Barat (RTK.19) merupakan gabungan

dari lima kelompok hutan antara lain :

- Kelompok Hutan Gunung Sanghyang (RTK.13) ditunjuk

berdasarkan SK Gubernur Hindia Belanda tanggal 29 Mei 1927 No.

28 Sub A.a.2 dan b.1;

- Kelompok Hutan Gunung Bakungan (RTK.14) ditunjuk berdasarkan

SK Gubernur Hindia Belanda tanggal 29 Mei 1927 No. 28 Sub A.a.1;

- Kelompok Hutan Gunung Prapat Agung (RTK.16) ditunjuk

berdasarkan usul penetapan No 1643/71/IV, tanggal 2 Oktober

1936;

Page 37: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

47

- Banyuwedang ditunjuk dengan usul penunjukan No 2077/42,

tanggal 16 Juni 1947 dan Keputusan Dewan Raja-raja Bali Nomor :

E1/4/4 tanggal 13 Agustus 1947;

- Kelompok Hutan Gunung Candikusuma ditunjuk berdasarkan

dengan usul penunjukan No 5241/71/IV, tanggal 2 Nopember

1940 dan SK Residen Bali tanggal 24 Maret 1941 No. 12/P.A.S;

Tata batas untuk wilayah Kabupaten Jembrana dilaksanakan

tahun 1977, Berita acara tata batas di buat tanggal 31 maret 1977

disyahkan tanggal 7 September 1977 dan tata batas untuk wilayah

Kabupaten Buleleng dilaksanakan tahun 1977 dan tahun 1990, Berita

acara tata batas di buat tanggal 29 Juli 1991 disyahkan tanggal 24

Pebruari 1993 dengan surat Keputusan Penetapan Menteri Kehutanan

No. 204/Kpts-II/1993, tanggal 27 Pebruari 1993 dengan luas 39.086

ha.

3.12.2 Kawasan Taman Nasional Bali Barat

- Keputusan Dewan Raja-raja di Bali Nomor : E.1/4/5/47 tanggal 13

Agustus 1947 menetapkan kawasan Banyuwedang seluas 19.365,6

Ha sebagai Taman Perlindungan Alam Bali.

- Oleh Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor

429/Kpts/Org/7/1978, namanya di rubah menjadi Suaka Alam Bali

Barat.

- Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor

169/Kpts/Um/3/1978, tanggal 30 Nopember 1978 menunjuk Pulau

Menjangan, Pulau Kalong, Pulau Burung dan Pulau Gadung seluas

193 Ha sebagai Kawasan Suaka Alam dan digabung dengan

Suaka Alam Bali Barat.

- Pada tahun 1989 dilakukan tata batas Suaka Alam Pulau

Menjangan dan Gunung Prapat Agung Berita Acara Panitia Tata

batas di buat bulan Maret 1990.

Page 38: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

48

- Dideklarasikan oleh Menteri Pertanian menjadi calon Taman

Nasional Bali Barat melalui Surat Keputusan Nomor

736/Mentan/X/1982, tanggal 14 Oktober 1982.

- Oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor 096/Kpts-

II/1984, tanggal 12 Mei 1984 kawasan Suaka Alam Bali Barat

ditunjuk menjadi Taman Nasional Bali Barat yang dikelola oleh UPT

TNBB.

- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493/Kpts-II/1995,

tanggal 15 September 1995 tentang Perubahan fungsi dari

kawasan hutan Suaka Alam Bali Barat menjadi Taman Nasonal

Bali Barat dengan luas 19.002,89 Ha (termasuk perairan laut dan

sekitarnya seluas 3.415 Ha).

Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19) secara administratif

terletak di Lintas Kabupaten Buleleng (Gerokgak, Seririt dan

Busungbiu) dan Kabupaen Jembrana Kecamatan Pekutatan, Mendoyo,

Negara dan Melaya). Secara pengelolaan/kepemangkuan hutan

merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Pekutatan, Yeh Embang,

Tegal Cangkring, Candi Kusuma, Penginuman, Sumber Kelampok,

Sumberkima, Gerokgak, Seririt, Busungbiu dan Dadap Putih, UPT KPH

Bali Barat.

3.12.3 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tabel 3.17 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan Non Kehutanan

NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha)

DOKUMEN KETERANGAN

1.

2.

PT. PLN PLJTB

PT. PLN PLJTB

SUTT 150 KV Kapal-

Gilimanuk

SUTT 150 KV Lampu Nerah-

Gilimanuk-Pemaron Rural Areal III

46,56

3,22

- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 684/VII-4/1984.

- Perjanjian Pinjam Pakai no : 342.1I/Kwl.BL-5/93 dan 001BA/1033/93/PLJTB

- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 252/Menhut-VI/1995.

- Perjanjian Pinjam Pakai no :

1837.a/Kwl-5/96 dan 002/PI/1033/Pikitring/JTN/96

- Berlaku dari 19-3-1993 s/d 19-3-2003

- Kompensasi di Sangeh seluas 3 Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6

ha dan Abang Agung seluas 176,0 Ha (sudah ditetapkan)

- Berlaku dari 19-3-1993 s/d 19-3-2003

- Kompensasi di Melaya

dan Blimbingsari seluas ± 3,367 Ha dan belum ditata batas

Page 39: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

49

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

PT. Telkom

Bupati Buleleng

Bupati Buleleng

Dirjen Bina Marga

PT. Telkom UNPR

Balai Meteoro logi dan goefisika

PT. Cipta Karya

Dispenda Bali

Rural Areal

II Banyupoh

Jl Pucak sari -

Pelaga

SD Sumber Klampok dan lap olah raga

Jalan Denpasar-Gilimanuk Jalan dan

Relay

Microwave

Alat sensor telemetri

Bronkoptering bak Pengumpul dan Sumur

Bor air bersih

Kantor Pangkalan Dispenda di

cekik

0,03

1.0

1,0

8,16

4,69

0.039

0,18

1,0

- Persetujuan Prinsip Menhut

No.: 1844/Menhut-II/91 tgl 11-9-91

- Perpanjangan Kanwil no : 767/Kwl-5/97 tgl 14-5-97

- Perjanjian Pinjam Pakai no : 872.A/Kwl-5/97 dan Tel.17/03/HK.810/UN1000/96

- Pemberian ijin prinsip Dirjenhut no 4473/DJ/I/80

tgl 22-12-80 - Perjanjian Pinjam Pakai no : 4/TGH.132/1981 tgl 22-4-81

- Surat Bupati no 522/6239/Ek/91 perihal mohon perpanjangan ijin

- Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 3067/DJ/I/1974

- Perjanjian Pinjam Pakai no : 04/TGH.132/1981

- Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 138/DJ/I/1977

- Perjanjian Pinjam Pakai no : 7/TGH.132/1980

- Persetujuan Kakanwil no 1347/Kwl-5/96 tgl 25-9-96

- Perjanjian Pinjam Pakai No

: 1663/Kwl-5//96, Tel.17/03/HK810/UN.10.00/97

- Persetujuan Perpanjangan

Menhut No.: S.696/Menhut-VII/2006 tgl 6-1-2006 dengan kompensasai 1 : 2.

- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 521/Menhut-II/1989.

- Perjanjian Pinjam Pakai no : 1442.A/II/Kwl.BL-5/91 dan

HK.303/1999/VIII.III-91

- Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 572/DJ/I/1977

- Perjanjian Pinjam Pakai no :

8/TGH.132/1980

- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 1508/Menhut-II/1991.

- Persetujuan menhut

perpanjangan pinjam pakai no :1820/Menhut-II/1993

- Perjanjian Pinjam Pakai no :

141.4/II/Kwl.BL-5/96 dan 522.12/1065/Dispenda

- Berlaku dari 30-5-1997

s/d 30-5-2002 - Tanpa ada kompensasi

- Berlaku dari 22-4-1981

s/d 22-4-1991

- Tanpa ada kompensasi

- Berlaku dari 16-10-

1975 s/d 16-10-1995 - Tanpa ada kompensasi

- Berlaku dari 4-9-1980

s/d 4-9-2000 - Tanpa ada kompensasi

- Berlaku dari tgl 21-11-

1996 s/d 2001 - Perjanjian pinjam

pakai tahap II belum ada

- Lahan kompensasi belum disiapkan

- Berlaku dari 19-10-

1991 s/d 19-10-2001 - Tanpa Kompensasi

- Berlaku dari 15-9-1980

s/d 15-9-2005 - Tanpa Kompensasi

- Berlaku dari 7-10-1996 s/d 7-10-2000

- Lahan kompensasi

belum selesai - Lokasi pinjam pakai

telah berubah menjadi Jembatan Timbang

Page 40: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

50

11.

12.

13.

14.

Dinas PU

Dinas Hub.

RRI

Kepala Dusun Klatakan

Bangunan

Pos PU

Jembatan Timbang

Tapak station Relay RRI

Bangunan Balai Dusun

Klatakan

0,25

1,0

4,687

0,03

- Persetujuan Prinsip

Dirjenhut No.: 4190/DJ/I/1980.

- Perjanjian Pinjam Pakai no : 25/TGH.132/1981

- Persetujuan menhut perpanjangan pinjam pakai no :526/Menhut-II/1987

- Ijin Dinas Kehutanan No.: 2 tahun 1966

- Perjanjian Pinjam Pakai no :

3 tahun 1966 - Ijin Dirjen PHKA no :S.99/IV-KKBHL/2011 (perpanjangan pinjam pakai

dgn system Kerjasama/Kolaborasi sama TNBB

- Persetujuan Prinsip Menhut No.:370/Menhut-II/1989

- Persetujuan Dirjen PHKA No.: 387/DJ-

IV/BinProg/1987. - Perjanjian Pinjam Pakai no : 2881.A/PPA.030/TNBB/1987

- Berlaku dari 13-1-1981

s/d 13-1-1986 - Lahan kompensasi

belum ada/selesai - Lahan sudah tidak

digunakan lagi

- Lahan pnjam pakai

diperluas dan Pos Dispenda tidak kelihatan

- Terdapat bangunan

mess Dispenda - Lahan kompensasi

belum selesai

- Belum pernah diukur

- Tanpa kompensasi

- Berlaku dari 1987 s/d 1992

- Tanpa kompensasi

Sumber: Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan

Tabel 3.18 Tukar menukar kawasan hutan No Pemohon Peruntukan Luas

(Ha) Dokumen Lahan

Pengganti (Ha)

Keterangan

1.

Gubernur

Bali

Waduk Palasari

115,0

- Persetujuan

Menhut no:1024/DJ/I/1976

- Kab Jembrana

(Sombang) seluas 275

- Tukar menukar telah

selesai - Lahan pengganti

setelah diukur seluas 383,10 Ha

- Pada lahan pengganti terdapat lahan garapan masyarakat seperti sawah dan

hingga sekarang masih berada dalam kawasan hutan dan

sudah bersrtifikat

Sumber: Data Tukar Menukar Kawasan Hutan

3.12.4 SK Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.2849/Menhut-VII/KUH/ 2014 tanggal 16 April 2014 tentang

Penetapan Kawasan Hutan pada kelompok hutan Bali Barat (RTK.19)

seluas 86.649,84 (Delapan puluh enam ribu enam ratus empat puluh

Page 41: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

51

sembilan dan delapan puluh empat perseratus) Hektar di Kabupaten

Jembrana dan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

3.12.5 Permasalahan Kawasan Hutan

Kerawanan gangguan hutan intensitasnya sangat tinggi

yaitu mulai dari perambahan dan pengerjaan kawasan hutan untuk

ladang, kebun kopi, pisang dan lainnya. Penebangan liar pucaknya

terjadi awal reformasi tahun 1999 dilakukan secara masal sehingga

tanaman jati dibabat habis dan hingga sekarang secara sporadis

penebangan ilegal masih ada. Kebakaran hutan sering terjadi di Hutan

Produksi seperti di Pegunungan Klatakan serta pencarian kayu bakar

yang berintensitas tinggi oleh penduduk sehingga jangka panjang

dapat merusak hutan. Terdapat lahan bersertifikat diwilayah

kecamatan Melaya dan Pekutatan Kabupaten Jembrana.

Tabel 3.19 permasalahan kawasan hutan pada keompok Hutan Bali barat (RTK.19)

No Oleh Permasalahan Saran Tindak Lanjut

1 2 3 4

1. Eksodus Timor

Timur

- Pada tahun 1999 Timor Timur lepas dari NKRI

- Pemerintah Prov dan Kab Buleleng mengarahkan pada

Kawasan Hutan Produksi Bali Barat (RPH. Sumber Klampok)

- Terjadi perambahan kawasan

hutan dan pengkavlingan lokasi - Terdapat Bangunan permanen

dal lahan garapan oleh masyarakat semakin meluas

- Kerjasama Dep Transmigrasi dan

pemukiman Perambah Hutan

untuk melakukan sosialisasi transmigrasi yang

diarahkan di Wilayah NTB.

- Permasalahan belum diselesaikan hingga sekarang

Sumber : Data Identifikasi Permasalahan Tenurial Kawasan Hutan

Page 42: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

52

3.12.6 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.12. Peta lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan pada

Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19)

Page 43: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

53

3.13 Kelompok Hutan Penulisan Kintamani (RTK.20)

3.13.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda Nomor

19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penetapan

penunjukan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.

Kelompok Hutan ini merupakan penggabungan 2 kelompok

hutan yaitu Penulisan dan Kintamani. Tata batas untuk wilayah

Kabupaten Bangli dilaksanakan tahun 1980, Berita acara tata batas

dibuat tanggal 9 Nopember 1980 disyahkan 29 Januari 1981. Adanya

perluasan akibat kompensasi PLN dengan Berita Acara Tata Batas

dibuat tanggal 30 Juni 1989 disyahkan 18 Oktober 1990 dengan

penetapan Menhut nomor : 611/Kpts-II/90 tanggal 23 Oktober 1990

dengan luas 26,6 Ha. Tata batas untuk wilayah Kabupaten Buleleng

dilaksanakan tahun 1990, Berita acara tata batas di buat tanggal 27

Maret 1991 di syahkan tanggal 16 Mei 1995 dengan surat Keputusan

Penetapan Menteri Kehutanan No. 616/Kpts-II/1995 tanggal 16

Nopember 1995 dengan luas 1.629,95 ha. Kelompok Hutan ini memiliki

panjang batas luar keliling 223,73 Km luas 5.849,25 dengan fungsi

pokok Hutan Lindung (5.663,73 Ha) dan Hutan prduksi terbatas

(185,55 Ha) .

Pada Kelompok hutan Penulisan Kintamani (RTK. 20) terdapat

sebanyak 9 buah enklave dengan luas total 673,81 Ha. Topografinya

mulai datar dibagian atas sampai sangat curam pada lereng selatan

dan utara.

Kelompok hutan Penulisan Kintamani (RTK. 20) secara

administratif terletak di wilayah Kecamatan Kintamani Kabupaten

Bangli dan Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Kintamani Timur dan RPH Tejakula, UPT

KPH Bali Timur.

Page 44: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

54

3.13.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tabel 3.20 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non

Kehutanan pada kelompok hutan Kintamani (RTK.20)

NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha)

DOKUMEN KETERANGAN

1 2 3 4 5 6

1.

2.

PT. Telkom

PLN Wil XI

Stasiun Repeatur UHF

SKTM 20 KV

0,14

1,03

- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 370/Menhut-II/1988.

- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 382/Menhut-VI/1991.

- Perjanjian Pinjam Pakai no :

702/Kwl-5/1992 dan 091.PJ/449/1992/M

- Tanpa Lahan Kompensasi

- Berlaku dari 19-3-1993 s/d 19-3-2003

- Tanpa Lahan Kompensasi

Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan

Tabel 3.21 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan pada kelompok

hutan Kintamani (RTK.20)

No Pemohon Peruntukan Luas (Ha)

Dokumen Lahan Pengganti (Ha)

Keterangan

1 2 3 4 5 6 7

1.

2.

3.

I Nengah Aryana

I Md Kaler

I Ketut

Seker

Rumah Keluarga

Rumah Keluarga

Bangunan

0,05

0,18

-

- Persetujuan Menhut no:138/M

enhut-II/1997

- Persetujuan

Menhut no:136/Menhut-II/1997

- Belum ada

ijin Menteri Kehutanan

- Kab Bangli seluas 0,35 (menempel KH Penulisan Kintamani)

- Kab Bangli seluas 1,17 (menempel KH

Penulisan Kintamani)

- Kab. Bangli seluas

0,06 (menempel dengan Enklave Siakin)

- Sudah ditata batas areal dimohon

dan pengganti tapi belum

dibuat Berita Acara oleh Sub BIPHUT

Singaraja

- Sudah ditata batas

areal dimohon dan pengganti

tapi belum dibuat Berita Acara

oleh Sub BIPHUT Singaraja

- Sudah ada

bangunan sejak 1960

Sumber : Data Tukar Menukar Kawasan Hutan

Page 45: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

55

3.13.4 SK. Penetapan

- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 432/Kpts-II/1987

tanggal 31 Desember 1987 tentang Penetapan sebagian Kelompok

Hutan Penulisan Kintamani seluas 190,4 Ha di Dati II Buleleng,

Provinsi Dati I Bali sebagai Kawasan Hutan dengan fungsi sebagai

Hutan Produksi Terbatas.

- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 611/Kpts-II/1990

tanggal 20 Oktober 1990 tentang Penetapan perluasan Kelompok

Hutan Penulisan Kintamani seluas 26,6 Ha di Dati II Bangli,

Provinsi Dati I Bali sebagai Hutan Lindung.

- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 616/Kpts-II/1995

tanggal 16 Nopember 1995 tentang Penetapan kelompok Hutan

Penulisan-Kintamani (RTK.20), terletak di Provinsi Daerah Tingkat I

Bali seluas 5.822,65 (Lima ribu delapan ratus dua puluh dua, enam

puluh lima perseratus) Hektar yang terdiri dari seluas 4.192,7

(Empat ribu seratus sembilan puluh dua, tujuh persepuluh) Hektar

di Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli, sebagai kawasan hutan

dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas dhan seluas 1.629,95

(Serib enam ratus dua puluh sembilan, sembilan puluh lima

perseratus) Hektar di Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng,

sebagai Kawasan Hutan dengan Fungsi Hutan Lindung.

3.13.4 Permasalahan Kawasan Hutan

Kerawanan gangguan hutan relatif tinggi berupa

perambahan pada musim hujan, penebangan liar kayu pinus,

perladangan dan pencarian kayu bakar oleh penduduk setempat serta

terdapat galian C.

Page 46: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

56

3.13.5 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.13. Peta Lampiran SK. Penetapan Kelompok Hutan Penulisan Kintamani (RTK.20)

3.14 Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21)

3.14.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Usul penunjukan dengan Surat Keputusan Gubernur Jenderal

Van Nederlands tanggal 21 Pebruari 1919 Nomor 6 Stbl 1919 no 90

sebagai Cagar Alam (Natuur monumenten) seluas 10,8 Ha dengan

panjang batas 1,28 Km dengan pal batas sejumlah 17 buah. Berita

Acara Tata batas (panitia) tanggal 31 Juli 1979, pengesahan Berita

acara oleh Menteri Pertanian tanggal 3 Desember 1979 penetapan

berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Nomor 821/Kpts/Um-II/82

tanggal 10 Nopember 1982. Pada tahun 1988/1989 mendapat

perluasan dengan kompensasi SUTT 150 KV seluas 3,17 Ha Berita

Page 47: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

57

Acara dibuat tanggal 19 Mei -1990 sehingga luasnya menjadi 13,97

Ha dengan panjang batas 1,94 Km dan pal batas sejumlah 37 buah

dengan fungsi hutan Cagar Alam. Berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan No. 87/Kpts-II/93 tanggal 16 Pebruari 1993

dirubah fungsinya nenjadi Taman Wisata Alam. Telah ditetapkan oleh

Menteri Kehutanan dengan surat nomor : SK.203/Menhut-II/2014

tanggal 3 Maret 2014 seluas 13,91 Ha dengan fungsi sebagai Cagar

Alam (CA).

Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21) secara administratif

terletak di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, secara administrasi

pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi

Hutan (RPH) Petang, UPT KPH Bali Tengah. Pengelolaan TWA ini

dilakukan oleh Desa Adat Sangeh, Pihak Kehutanan cq Balai Konservasi

Sumber Daya Alam Bali hanya melakukan pembinaan habitat dan

pengamanan hutan serta Satwanya.

3.14.2 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

SK.203/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan

Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.21) seluas 13,91 (tiga

belas dan sembilan puluh satu perseratus) Hektar di Kabupaten

Badung, Provinsi Bali.

Page 48: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

58

3.14.3 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.14. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.22)

3.15 Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK.22)

3.15.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK.22) ditunjuk

berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No.

1013/Kpts/Wn/12/1981, tanggal 10 Desember 1981. Ditetapkan

berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Nomor 821/Kpts/Um-

II/82.

Kelompok hutan ini diukur definitif pada tahun 1980 dan

Berita Acara Tata Batas tanggal 6 Pebruari 1982 disahkan tanggal 2

April 1984 dengan luas 202 Ha memiliki panjang batas luar keliling

11,80 Km dengan fungsi pokok hutan lindung. Telah ditetapkan oleh

Menteri Kehutanan dengan surat nomor : SK.172/Menhut-II/2014

tanggal 3 Pebruari 2014 seluas 202,00 Ha dengan fungsi sebagai

Hutan Lindung (HL). Topografinya datar karena merupakan hábitat

mangrove.

Page 49: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

59

Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK. 22) secara

administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida/Pulau Lembongan,

Kabupaten Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan

hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa

Penida, UPT KPH Bali Timur.

3.15.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk

kepentingan non Kehutanan dan tidak ada kerawanan gangguan

hutan.

3.15.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.172/Menhut-II/2014 tanggal 19 Pebruari 2014 tentang Penetapan

Kawasan Hutan Lindung Nusa Lembongan (RTK.22) seluas 202 (Dua

ratus dua) Hektar yang terletak di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.

Page 50: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

60

3.15.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.15. Peta Lampiran SK Penetaan Kawasan Hutan Lindung Nusa Lembongan (RTK.22)

3.16 Kelompok Hutan Bunutan (RTK.23)

3.16.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Bunutan (RTK.23) ditunjuk dengan Surat

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 579/Kpts/Um-II/1978 tanggal 18

September 1978. Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor.369/Kpts/II/1986 tanggal 29 Nopember 1986.

Kelompok hutan ini diukur definitif pada tahun 1986 dan

Berita Acara Tata Batas tanggal 29 Januari 1986 disahkan tanggal 11

Nopember 1986 dengan luas 126,70 Ha memiliki panjang batas luar

keliling 15,28 Km dengan fungsi pokok hutan Lindung.

Kelompok hutan ini terdiri dari 3 bagian yaitu Bukit Balang

(86,10 ha), Bukit Pengelengan (37,10 Ha) dan Yeh Mesong (3,5 Ha).

Topografinya landai sampai curam.

Page 51: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

61

Kelompok hutan Bunutan (RTK. 23) secara administratif

terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Abang, UPT KPH Bali Timur.

3.16.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untu

kepentingan non Kehutanan dan tidak ada kerawanan gangguan

hutan.

3.16.3 SK. Penetapan

Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 369/Kpts-

II/1986 24 November 1986 tentang Penetapan Kawasan Hutan

Lindung Bunutan (RTK.23) seluas ± 126,70 Ha di DATI II Karangasem,

DATI I Bali.

3.16.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.16. Peta Lampiran SK Penetapan Hutan Lindung Bunutan

(RTK.23)

Page 52: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

62

3.17 Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK.24)

3.17.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK.24) ditunjuk sebagai

Kawasan Hutan akibat dari tukar menukar sebagian Kawasan Hutan

Prapat Benoa seluas 11 Ha untuk pengembangan Bandara Udara

Ngurah Rai Tahap I. Kelompok hutan ini ditunjuk dengan SK Menteri

Kehutanan Nomor : 390/Menhut-II/1987 tanggal 26 Oktober 1987. Kelompok

Hutan ini diukur definitif pada tahun 1987 dengan Berita Acara dibuat

tanggal 20 Pebruari 1988 disyahkan tanggal 20 Maret 1989 dengan luas 22,0

Ha memiliki panjang batas luar keliling 3,8 Km Jumlah pal batas 60 buah

dengan fungsi sebagai hutan Lindung. Topografinya landai pada bagian

utara dan curam pada bagian selatan.

Kelompok Hutan Bukit gumang rencana ada perluasan

karena kompensasi pinjam pakai kawasan hutan oleh Departemen PU

untuk Estuary DAM di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) namun

hingga sekarang belum ditata batas karena terdapat kepemilikan lahan

masyarakat pada rencana lokasi lahan kompensasi tersebut.

Kelompok Hutan ini secara administrasi terletak di

Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, secara administrasi

pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi

Hutan (RPH) Manggis, UPT KPH Bali Timur.

3.17.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk

kepentingan non kehutanan.

3.17.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 136/Kpts-II/1989,

tanggal 23 Maret 1989 seluas 22,00 Ha dengan fungsi sebagai Hutan

Lindung (HL).

Page 53: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

63

3.17.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.17. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung

Bukit Gumang (RTK.24)

3.18 Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25)

3.18.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25) merupakan program

perluasan kawasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan

Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember 1982.

Diukur definitif pada tahun 1990 dengan Berita acara Tata Batas

dibuat tanggal 24 Pebruari 1990 disyahkan tanggal 1 Mei 1991

dengan luas 35,0 Ha memiliki panjang batas 2,4 Km Jumlah pal batas

32 buah dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 247/Kpts-II/1991, tanggal 6 Mei 1991 seluas 35,00

Ha dengan fungsi sebagai Hutan Lindung (HL). Topografinya

bergelombang ringan.

Page 54: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

64

Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25) secara administrasi

terletak di Kecamatan Bebanden, Kabupaten Karangasem, secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Manggis, UPT KPH Bali Timur.

3.18.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk

kepentingan non kehutanan.

3.18.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 247/Kpts-II/1991

tentang Penetapan Perluasan Kelompok hutan Gunung Agung (RTK.8)

seluas 436,10 Ha yang terletak diwilayah kecamatan Rendang dan

Kecamatan Kubu, Daerah Tingkat II Karang Asem serta Areal Hutan

Bukit Pawon (RTK.25) seluas 35 Ha, yang terletak dikecamatan

Bebandem, Daerah Tingkat II Karang Asem, Provinsi Dati I Bali,

sebagai Kawasan hutan dengan Fungsi Lindung.

3.18.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.18. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung Bukit pawon (RTK.25)

Page 55: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

65

3.19 Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26)

3.19.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) merupakan program

perluasan kawasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan

Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember 1982.

Diukur definitif pada tahun 1992, Berita acara dibuat tanggal 25

Januari 1992 disyahkan tanggal 4 Januari 1995 dengan luas 89,50 Ha

memiliki panjang batas 12,43 Km dan jumlah pal batas 91. Pada

Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) terdapat sebanyak 2 buah

enklave dengan luas total 7,99 Ha. Topografinya bergelombang sampai

berbukit.

Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) secara administratif

terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Abang, UPT KPH Bali Timur.

3.19.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk

kepentingan non kehutanan.

3.19.3 SK Penetapan (Peta Penetapan)

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 535/Kpts-II/1995

tentang Penetapan kelompok hutan Gunung Abang Agung (RTK.8)

seluas 62,5 (enam puluh dua lima persepuluh) Hektar dan kelompok

hutan Kondang Dia (RTK.26 dan RTK.26A) seluas 89,5 (Delapan puluh

Sembilan, lima persepuluh) Hektar yang terletak di Daerah Tingkat II,

Karang asem, Propinsi Daerah Tingkat I Bali sebagai kawasan hutan

dengan fungsi kawasan hutan Lindung.

Page 56: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

66

3.19.4 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.19. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung

Kondangdia (RTK.26)

3.20 Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27)

3.20.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) merupakan

program perluasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan

Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember 1982.

Diukur definitif pada tahun 1992 dan Berita Acara Tata Batas dibuat

tanggal 25 Maret 1992 disyahkan tanggal 24 Pebruari 1993 dengan

luas 244 Ha memiliki panjang batas 29,59 Km dan jumlah pal batas

252 buah.

Pada Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) terdapat

sebanyak 6 buah enklave dengan luas total 5,61 Ha. Topografinya

daerah perbukitan dengan kelerengan datar sampai landai.

Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) secara

administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten

Page 57: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

67

Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan

merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida,

UPT KPH Bali Timur.

3.20.2 SK Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 191/ Kpts-II/93

tanggal 27 Februari 1993 tentang Penetapan Kelompok hutan Tanjung

Bakung (RTK.27a, RTK.27b dan RTK.28C) yang terletak dikabupaten

Daerah Tingkat II, Klungkung, Propinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 244

(Dua ratus empat puluh empat) Hektar sebagai kawasan hutan tetap

dengan fungsi Hutan Produksi.

3.20.3 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.20. Peta Lampiran SK. Penetapan Kelompok Hutan Tanjung

Bakung (RTK.27)

Page 58: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

68

3.21 Kelompok Hutan Suana (RTK.28)

3.21.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Suana (RTK.28) merupakan program

perluasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Penunjukan Gubernur

Bali No. 694 Tahun 1992 dan Keputusan Menhut Nomor 761/Kpts/Um-

II/1993 tanggal 18 Nopember 1983. Diukur definitif pada tahun 1993.

Berita Acara Tata Batas dibuat tanggal 25 Maret 1995 disyahkan

tanggal 10 Desember 1996 dengan luas 329,5 Ha memiliki panjang

batas 31,15 Km, terdiri dari 4 lokasi yaitu Hutan Suana I di dusun

Karangsari (103 Ha), Hutan Suana II di dusun Celagilan (29,3 Ha),

Hutan Suana III di dusun Suana (157,7 Ha), dan Suana IV di Dusun

Karang Gede (39,5 Ha).

Kelompok Hutan Suana (RTK.28) secara administratif

terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida, UPT KPH Bali

Timur.

3.21.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan

Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk

kepentingan non kehutanan.

3.21.3 SK. Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.459/Menhut-

II/2005 tanggal 13 Desember 2005 tentang Penunjukan dan

Penetapan Sebagian kelompok hutan Suana (RTK.28C) seluas 157,70

(seratus lima puluh tujuh dan tujuh puluh perseratus) Hektar di

Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan dengan

Tujuan Khusus untuk Hutan Penelitian Nusa Penida.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 759/Kpts-II/1996

tentang Penetapan Kelompok Hutan Suana (RTK.28A, 28B,28C dan

28D) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung, Propinsi

Page 59: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

69

Daerah Tingkat I Bali, seluas 329,50 (Tiga ratus dua puluh Sembilan,

lima puluh perseratus) Hektar, sebagai kawasan hutan tetap.

3.21.4 Permasalahan Kawasan Hutan

Untuk permasalahan kelompok hutan ini memilki kerawanan

gangguan hutan berupa perambahan di musim hujan untuk

perladangan dan pencarian kayu bakar oleh penduduk setempat.

3.21.5 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.21. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan hutan Lindung Suana (RTK.28)

3.22 Kelompok Hutan Sakti (RTK.29)

3.22.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Sakti (RTK.29) merupakan program

perluasan hutan berdasarkan Pola TGHK, penunjukan berdasarkan

Keputusan Menhut Nomor 76/Kpts - II/1995 tanggal 6 Pebruari 1995.

Diukur definitif pada tahun 1994 dengan Berita Acara tata Batas

tanggal 23 Maret 1995 disyahkan tanggal 6 Pebruari 1996 dengan luas

Page 60: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

70

273 Ha memiliki panjang batas 39,20 Km dan jumlah pal batas 410

buah.

Kelompok Hutan Sakti (RTK. 29) secara administratif

terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida.

3.22.2 SK Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 49/Kpts-II/1996,

tanggal 8 Pebruari 1996 tentang Penetapan Kelompok Hutan Sakti

(RTK.29) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung,

Provinsi Daerah Tingkat I Bali, seluas 273 (Dua Ratus Tujuh Puluh

Tiga) Hektar sebagai Kawasan Hutan Tetap.

3.22.3 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.22. Peta lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung Sakti (RTK.29)

Page 61: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

71

3.23 Kelompok Hutan Budeng (RTK.30)

3.23.1 Kronologis/Sejarah Kawasan

Kelompok Hutan Budeng (RTK.30) merupakan proses tukar

menukar kawasan hutan di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)

antara Departemen Kehutanan dengan PT. Angkasa Pura dan antara

Departemen Kehutanan dengan PT. Bali Turtle Island Development

(BTID) serta tanah kompensasi oleh IPAL.

Kelompok Hutan ini diukur definitif pada tahun 1999 dengan

Berita Acara tata Batas tanggal 10 Nopember 1999 disyahkan tanggal

16 Oktober 2000 dengan luas 67,03 Ha memiliki panjang batas 13,92

Km dengan fungsi pokok Hutan Produksi Tetap (HP).

Kelompok Hutan Budeng (RTK. 30) secara administratif

terletak di wilayah Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, secara

administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah

Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal Cangkring UPT KPH Bali Barat.

3.23.2 SK Penetapan

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

SK.2848/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang

Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap Budeng (RTK.30) seluas

66,99 (Enam puluh enam dan sembilan puluh sembilan perseratus)

Hektar di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.

Page 62: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

72

3.23.3 Peta Kawasan Hutan

Gambar 3.23. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap Budeng (RTK.30)

Page 63: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

73

BAB IV. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT YANG

BERMUKIM DI SEKITAR KAWASAN HUTAN

Untuk beberapa kawasan hutan atau kelompok hutan di

Provinsi Bali, dalam buku ini kami sajikan gambaran keadaan Sosial,

Perekonomian dan Budaya secara umum pada salah satu Desa dan

diambil secara sample pada beberapa Desa yang masih berada di

sekitaran kawasan hutan masing-masing KPH sebagai berikut :

4.1 KPH Bali Tengah diwakilkan Desa Sambangan Kecamatan

Sukasada

4.1.1 Sejarah Desa

Menurut cerita para pendahulu, yang dituturkan oleh

seorang tokoh masyarakat yang bernama : I Nyoman Dumira (Alm.)

dalam bukunya yang berjudul “Desa Sambangan Riwayat Kejuangan

dan Pengembangannya”, yang disusun pada tahun 1990, maka dapat

deceritakan sebagai berikut : Bahwa Desa Sambangan sebelum

bernama Desa Sambangan, awalnya disebut Lapang karena daerah ini

masih kosong/belum dihuni oleh penduduk. Lama kelamaan mulai ada

pendatang ke daerah/tanah lapang tersebut karena ingin mendapat

lahan tanah/lahan. Adapun para pendatang itu ada yang berasal dari

Lumbanan, Runuh, Panji, Bale Agung, Delod Peken, dan Banjar Tegal.

Para pendatang itu akhirnya berkembang dan membentuk satu Banjar

yang disebut Banjar Sambangan.

Dimana secara filosopis kata Sambangan mempunyai makna

nyambang (datang), karena penduduknya semua pendatang. Banjar

Sambangan berada dibawah keperbekelan Desa Sukasada. Lambat

laun Desa Sukasada merasa tidak mampu menangani masalah-

masalah adat di Banjar Sambangan disebabkan luasnya wilayah yang

ditangani. Oleh karena itu Desa Sukasada menyerahkan wilayah Banjar

Sambangan kepada Desa Panji. Kemudian ± tahun 1880 an, warga

Banjar Sambangan dibawah pimpinan Wayan Diarta memohon kepada

Page 64: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

74

pemerintah agar Banjar Sambangan bisa terlepas dari Perbekelan Desa

Panji karena ingin membentuk satu perbekelan sendiri. Permohonan

tersebut dikabulkan Raja namun dengan syarat harus dibangun

Kahyangan Tiga. Syarat itu disanggupi Wayan Diarta dan lanjut mulai

menyusun organisasi adat yang waktu itu diketuai Bapak Gusti Putu

Gempuk, wakin ketua Pan Luh Sriasih dan panganteb caru adalah Guru

Ketut Kandel. Untuk penyawangan sementara dibangun sebuah Jero

Gede di pertengahan Desa yaitu di Bale Banjar Sambangan,

dibangunnya Kantor Desa, Kemudian membuat kuburan dan dilanjutka

pembangunan Pura Dalem. Dengan telah dipenuhinya syarat yang

diminta Raja, maka raja mengeluarkan surat keputusan mengenai

status Desa Sambangan menjadi desa yang berdiri sendiri terlepas dari

perbekelan Desa Panji.

Gambar 4.1 Kantor Kepala Desa Sambangan Kec. Sukasada

4.1.2 Pemukiman

Dari hasil kegiatan di lapangan, dapat diketahui bahwa

mayoritas pemukiman Desa Sambangan sudah semi permanen.

Dimana pemukiman mereka umumnya berkelompok antara satu rumah

dengan rumah yang lainnya, tetapi ada sebagian pemukiman yang

berpencar mendekati lokasi lahan garapan yang dimiliki oleh masing-

masing penduduk.

Page 65: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

75

4.1.3 Tata Guna Lahan Desa

Luas wilayah Desa Sambangan menurut informasi yang

diperoleh yaitu seluas 7,67 Km2. Di dalam penggunaan lahannya,

sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian dengan luas 223,00

Ha. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Sambangan

No. Penggunaan Lahan Luas

1 Sawah 223,00 Ha

2 Tegalan 202,00 Ha

3 Perkebunan 183,00 Ha

4 Pekarangan 45,00 Ha

5 Kuburan 3,00 Ha

6 Lainnya 88,00 Ha

Total 7,67 Km2

Sumber : Monografi Desa Sambangan

4.1.4 Sistem dan Struktur Masyarakat

Masyarakat Desa Sambangan menurut agama yang dianut

menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Sambangan mayoritas

penduduknya beragama Hindu dimana mayoritas penduduknya

memiliki sistem dan struktur masyarakat yang homogen, yaitu

merupakan penduduk asli dan turun temurun lahir, tinggal , dan

bekerja di desa tempat tinggal mereka.

Bahasa yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari adalah

bahasa Bali. Masyarakat Desa Sambangan masih menjunjung tinggi

adat istiadat terutama yang berkaitan dengan upacara keagamaan,

perkawinan serta dalam upacara pemakaman.

Di Desa Sambangan juga sudah memiliki lembaga-lembaga

kemasyarakatan, seperti BPD (Badan Perwakilan Desa), LPM (lembaga

Pemberdayaan Masyarakat), PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga), HANSIP (Pertahanan Sipil), BPAM (Badan Pengelola Air

Page 66: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

76

Minum), Karang Taruna yang diberi nama Teratai Putih serta Kelompok

Tani Wana Lestari yang sekarang dikenal dengan Kelompok Tani

Perambah.

4.1.5 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Secara umum, kondisi perekonomian Desa Sambangan dari

hasil pengamatan di lapangan mayoritas penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani pangan, perkebunan, selain itu juga ada

yang bermata pencaharian sebagai peternak, pedagang, PNS ABRI dan

yang lainnya. Komoditi utama dari hasil pertanian yaitu padi dan

jagung. Sedangkan komoditi dari perkebunannnya seperti kelapa, kopi,

cengkeh, vanili dan tembakau. Hasil pertanian Desa Sambangan cukup

maju, hal ini didukung dengan adanya subak yang berjumlah 4

(empat) buah serta sebuah bendungan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat setempat untuk keperluan pertanian.

Selain itu juga, masyarakat memperoleh tambahan

penghasilan dari bidang pariwisata yang dimiliki Desa Sambangan. Hal

ini terlihat dari adanya wisata air terjun yang dikenal dengan nama air

terjun Aling-aling. Menurut sekretaris Desa Sambangan, selama ini

pengembangan wisata air terjun adalah murni swadaya masyarakat

terutama untuk jalan menuju lokasi dengan mengandalkan bantuan

PNPM Mandiri, masyarakat setempat telah berhasil membuat jalan

yang menyisiri tebing air terjun. Dengan pengembangan wisata air

terjun Aling-aling, membawa dampak positif bagi bagi masyarakat

sekitar. Ide kreatif masyarakat mulai tumbuh dengan menciptakan

berbagai kerajinan yang bisa dijual kepada wisatawan.

Hal lain yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi

masyarakat Desa Sambangan dari hasil kegiatan di lapangan, diperoleh

informasi bahwa masih banyak ditemukan perambahan oleh

masyarakat setempat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, hal ini

dikarenakan ada sebagian masyarakat Desa Sambangan yang tinggal

Page 67: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

77

di sekitar kawasan hutan dimana mereka tidak memiliki lahan garapan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak memiliki lahan

garapan, yang pada akhirnya lahan garapan yang mereka manfaatkan

merupakan hasil dari merambah kawasan hutan disekitar pemukiman

mereka.

4.1.6 Kondisi Politik Lokal yang mempengaruhi Keberadaan

Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa

Dari hasil pengamatan di lapangan, bahwa masyarakat Desa

Sambangan khususnya di dusun yang kami kunjungi sebagian besar

tidak memiliki lahan garapan pertanian maupun perkebunan. Maka dari

itu mereka merambah kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Dengan munculnya masyarakat perambah hutan, Dinas

Kehutanan Kabupaten Buleleng akhirnya membentuk kelompok Tani

dengan nama Kelompok Tani Perambah Hutan. Kelompok ini dibentuk

dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi kawasan hutan yang telah

rusak. Masyarakat Desa Sambangan yang tinggal di sekitar kawasan

hutan belum seluruhnya memahami pentingnya keberadaan hutan.

Pembentukan Kelompok Tani ini merupakan kelompok tani

hutan binaan, karena posisinya masih dalam taraf binaan KPH Bali

Tengah. Dimana kelompok ini memberikan pernyataan antara lain :

bersedia menjaga kawasan hutan dari segala bentuk jenis gangguan

dan permasalahan, melakukan penanaman dengan cara swadaya,

masyarakat boleh mengambil hasil penanamannya dengan catatan

tidak boleh memperluas atau membuka lahan garapan baru.

Agar masyarakat tidak merambah hutan maka Dinas

Kehutanan Kabupaten Buleleng mengadakan program penanaman di

luar kawasan hutan (di sekitar kawasan hutan) dimana yang tadinya

masyarakat mengharapkan tanaman jenis kayu (Albisia), diganti

dengan jenis buah-buahan. Sehingga sekitar kawasan hutan ini

menjadi hutan penyangga. Program ini bertujuan untuk meningkatkan

Page 68: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

78

kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberadaan fungsi hutan

lindung, mencegah masyarakat untuk kembali merambah serta untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk bantuan bibit

diharapkan dari pihak BPPT dan BPTH dapat memberikan bantuan

MPTS (Multi Purpose Tree Species) atau dikenal dengan tanaman multi

guna.

4.2 KPH Bali Timur diwakilkan Desa Siakin, Kecamatan Kintamani

4.2.1 Sejarah Desa

Desa Siakin merupakan desa hasil pemekaran dari Desa

Pinggan pada tahun 1968 yang terdiri dari Banjar Siakin dan Banjar

Batih. Semenjak terpisah dari desa Pinggan desa Siakin dalam

pembangunan di desanya dapat dilakukan sendiri dan dapat berjalan

dengan baik dan teratur.

Gambar 4.2 Kantor Perbekel Desa Saikin

4.2.2 Pemukiman

Penduduk Desa Siakin pada umumnya hidup secara

berkelompok dalam satu pemukiman, yang sebagian besar rumah

penduduknya sudah permanen terbuat dari tembok dengan lantai

keramik atau semen, dan beratap genteng/seng/asbes, tetapi masih

ada beberapa rumah masyarakat yang masih semi permanen

dindingnya terbuat dari kayu atau bambu dengan lantai dari kayu

maupun tanah, dan beratap kayu/bambu/daun ilalang.

Gambar 4.3 Pemukiman Desa Saikin

Page 69: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

79

Luas wilayah desa Siakin berdasarkan penggunaan lahannya

adalah 8,84 Km2. Penduduk Desa Siakin sebagian besar

bermatapencaharian sebagai petani lahan kering, sehingga dalam

penggunaan tanah/lahan umumnya digunakan untuk tegalan dengan

luas 269 hektar dan untuk perkebunan dengan luas 138 hektar.

4.2.3 Sistem dan Struktur Masyarakat

Desa Siakin mayoritas penduduknya memiliki sistem dan

struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli

dan turun temurun lahir, tinggal, dan berkreasi di desa tempat tinggal

mereka. Hubungan kekerabatan antar penduduk sangat kental terjalin

dengan mayoritas etnis Bali serta bahasa yang digunakan sehari-hari

adalah bahasa Bali dan Agama/kepercayaan penduduk desa terpilih

mayoritas beragama Hindu. Dalam pembangunan desa masyarakat

telah berperan aktif didalamnya, baik perencanaan, Maupun dalam

pembangunan desa masih diterapkan. Semangat gotongroyong

masyarakat Desa Siakin dalam berbagai kegiatan, seperti dalam

pembangunan rumah, pengolahan tanah, pemeliharaan fasilitas umum

dan fasilitas sosial, dalam proses pemakaman orang meninggal, dalam

menjaga kebersihan desa dan lain-lain. Adapun adat istiadat yang

berkembang dalam masyarakat Desa Siakin diantaranya adalah adat

istiadat dalam perkawinan, dalam upacara -upacara Yadnya, dalam

upacara kematian, dalam pengelolaan hutan, dalam tanah pertanian,

dalam memecahkan konflik warga, dan dalam menjauhkan bala

penyakit dan bencana alam, adat istiadat tersebut masih berkembang

hingga sekarang, selain itu di Desa Siakin juga terdapat lembaga

kemasyarakatan desa/kelurahan yang masih aktif hingga sekarang,

adapun organisasi-organisasi anggota lembaga masyarakat yang masih

aktif tersebut adalah LKMD/LPM, PKK, Karang Taruna, RT, RW,

Lembaga Adat, Posyandu, Kelompok Tani, Organisasi Perempuan,

Kelompok Gotong Royong, dan Organisasi Keagamaan.

Page 70: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

80

4.2.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Pada umumnya penduduk desa Siakin bermatapencaharian

pokok sebagai petani dan beternak sebanyak 600 orang. Selain itu ada

juga yang bermatapencaharian sebagai buruh tani, Pegawai Negeri

Sipil, Pengrajin Industri Rumah Tangga, Montir, Pembatu Rumah

Tangga, TNI, POLRI dan Karyawan Perusahaan Swasta.

Pada lahan pertanian umumnya ditanami tanaman pangan

dan tanaman buah-buahan. Tanaman pangan yang diusahakan oleh

penduduk Desa Siakin adalah tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar,

cabai, bawang merah, bawang putih, tomat, buncis, dan talas.

Sedangkan tanaman buah-buahan yang diusahakan penduduk adalah

jeruk, alpukat, mangga, pepaya, pisang, limau, jeruk nipis, dan

nangka. Untuk pemasaran hasil tanaman pangan dan tanaman buah-

buahan biasanya dijual langsung ke konsumen atau ke pasar, tetapi

ada sebagian penduduk yang menjualnya ke tengkulak atau pengecer,

dan sebagian lagi tidak dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri.

Penjualan dilakukan di pasar kecamatan yang jaraknya kurang lebih 12

km dari desa, yang diangkut dengan menggunakan kendaraan kecil

(pick up).

Tanaman perkebunan yang diusahakan penduduk Desa

Siakin adalah kelapa, kopi, cengkeh, dan coklat. Adapun pemasaran

hasil perkebunan tersebut sama seperti pemasaran tanaman pangan

dan tanaman buah-buahan. Selain sebagai petani, penduduk Desa

Siakin juga bermatapencaharian pokok sebagai peternak. Jenis ternak

yang diusahakan oleh penduduk adalah sapi, babi, ayam kampung,

bebek, dan angsa. Hasil yang diambil dari beternak adalah telur dan

dagingnya. Pemasaran hasil beternak adalah dijual langsung ke

konsumen, dijual ke pasar hewan, selain itu ada yang dijual melalui

tengkulak dan pengecer, dan ada juga yang tidak dijual untuk

dikonsumsi sendiri.

Page 71: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

81

Di Desa Siakin sudah terdapat sarana dan prasarana

pendidikan walaupun kurang memadai yaitu dengan adanya sekolah

TK dan SD (lihat Tabel 3). Untuk jenjang yang lebih tinggi, masyarakat

Desa Siakin pada umumnya tidak ragu untuk menyekolahkan anaknya

ke desa lain bahkan ke kecamatan lain.

Di Desa Siakin sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa

Posyandu, Pustu, tempat praktek dokter, dan pos KB dengan tenaga

kesehatannya adalah bidan. Dengan adanya fasilitas tersebut sangat

membantu penduduk, terutama bagi kesehatan wanita hamil dan

anak-anak. Pihak-pihak yang bekerja di dinas kesehatan tersebut juga

sering melakukan penyuluhan mengenai kesehatan terutama masalah

kebersihan dalam penggunaan air. Air yang digunakan masyarakat

Desa Siakin pada umumnya berasal dari sumber mata air sehingga

perlu perhatian khusus dalam penggunaannya agar tidak tercemar

ketika sampai ke rumah-rumah masyarakat. Oleh karena itu,

masyarakat bergotong-royong membuat pipa-pipa untuk menyalurkan

air-air tersebut sampai ke rumah penduduk. Selain masalah

penggunaan air bersih masalah sanitasi seperti penggunaan jamban

juga disosialisasikan petugas kesehatan kepada penduduk Desa Siakin.

4.2.5 Kondisi Politik Lokal yang Mempengaruhi Keberadaan

Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa

Penduduk Desa Siakin tinggal dan menetap secara turun

temurun yang pada umumnya masyarakat mengetahui batas desanya

berdasarkan data geografis dan cerita asal usul desa dari sesepuh

desa, yang berada di tepi kawasan hutan.

Menurut penduduk Desa Siakin kondisi hutan di sekitar

tempat tinggal mereka masih dalam keadaan baik, batas kawasan

hutan diwilayah desa dapat diketahui secara jelas dengan adanya pal

atau tanda batas dilapangan. Kebijakan lokal yang terdapat di Desa

Siakin adalah masyarakat dilarang menebang dan mengambil kayu dari

kawasan hutan. Walaupun penduduk Desa Siakin sudah mengetahui

Page 72: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

82

adanya kawasan hutan namun penduduk desa masih melakukan

aktifitas di dalam kawasan hutan dengan menanam tanaman rumput

gajah untuk pakan ternak sapi dan mengambil ranting-ranting pohon

untuk kayu bakar, tetapi kelestarian hutan tetap terjaga.

4.2.6 Analisis Usaha Kehutanan dan Tani Masyarakat

Usaha pertanian yang dikembangkan penduduk Desa Siakin

adalah berupa tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Untuk

tanaman kehutanan masyarakat bekerjasama dengan dinas kehutanan

mengadakan penghijauan, pada tahun 2002 lahan kritis yang terdapat

di desa ini dilakukan penghijauan dengan menanam tanaman cemara/

Pinus (Pinus mercusii). Pada tahun 2004 Kepala Dusun mengadakan

program penanaman tanaman semusim, seperti cabai, jahe, kunyit,

dan daun sirih.

4.3 KPH Bali Barat diwakili Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak

4.3.1 Sejarah Desa, Pemukiman, dan Tata Guna Lahan Desa

Desa Pejarakan berdiri sejak pada tahun 1968. Desa yang

mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa sehingga

dapat berjalan dengan baik dan teratur.

Gambar 4.4 Kantor Kepala Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak

Page 73: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

83

Pada umumnya penduduk Desa Pejarakan hidup secara

berkelompok dalam satu pemukiman. Adapun pemukiman yang

digunakan sebagian besar penduduknya sudah permanen, tetapi

sebagian ada yang yang masih semi permanen.

Pemukiman penduduk yang sudah permanen dindingnya

terbuat dari tembok dengan lantai keramik atau semen, dan beratap

genteng/seng/asbes ataupun beton.

Sedangkan pemukiman penduduk yang masih semi

permanen dindingnya terbuat dari kayu atau bambu dengan lantai dari

kayu maupun tanah, dan beratap kayu/bambu/daun ilalang.

Luas wilayah menurut penggunaan tanah di Desa Pejarakan

adalah 8,84 Km2. Penduduk Desa Pejarakan sebagian besar bermata

pencaharian sebagai petani tanah kering, sehingga dalam penggunaan

tanah/lahan umumnya digunakan untuk tegalan/huma dengan luas

269 hektar dan untuk perkebunan dengan luas 138 hektar.

4.3.2 Sistem dan Struktur Masyarakat

Desa Pejarakan mayoritas penduduknya memiliki sistem dan

struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli

dan turun temurun lahir, tinggal, dan berkreasi di desa tempat tinggal

mereka. Oleh karena itu, hubungan kekerabatan antar penduduk

sangat kental terjalin. Etnis yang berkembang di desa terpilih

mayoritas etnis Bali dengan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah

bahasa Bali. Agama/kepercayaan penduduk desa terpilih mayoritas

adalah agama Hindu.

Dalam pembangunan desa masyarakat ikut berperan aktif

didalamnya, sebagai contohnya adalah dalam musyawarah

perencanaan pembangunan desa/kelurahan/Musrenbangdes jumlah

kehadiran masyarakat adalah 80% dari jumlah peserta yang

seharusnya hadir, jumlah masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan

pembangunan fisik di desa dan kelurahan sesuai hasil Musrenbang

Page 74: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

84

adalah 100% (semua terlibat). Selain peran serta masyarakat dalam

pembangunan desa, semangat kegotongroyongan masyarakat Desa

Pejarakan juga ada dalam berbagai kegiatan. Sebagai contohnya

adalah adanya kegiatan gotong royong atau sambatan dalam

pembangunan rumah, pengolahan tanah, pemeliharaan fasilitas umum

dan fasilitas sosial, pemberian modal usaha, pengerjaan sawah dan

kebun, dalam proses pemakaman orang meninggal, dalam menjaga

kebersihan desa, adanya kelompok arisan, adanya dana sehat, dan

lain-lain.

Adapun adat istiadat yang berkembang dalam masyarakat

Desa Pejarakan diantaranya adalah adat istiadat dalam perkawinan,

dalam perkawinan anak, dalam upacara kematian, dalam pengelolaan

hutan, dalam tanah pertanian, dalam memecahkan konflik warga, dan

dalam menjauhkan bala penyakit dan bencana alam. Adat istiadat

tersebut menurut informasi masyarakat masih berkembang hingga

sekarang.

Di Desa Pejarakan juga terdapat lembaga kemasyarakatan

desa/kelurahan yang masih aktif hingga sekarang. Adapun organisasi-

organisasi anggota lembaga masyarakat yang masih aktif tersebut

adalah LKMD/LPM, PKK, Karang Taruna, RT, RW, Lembaga Adat,

Posyandu, Kelompok Tani, Organisasi Perempuan, Kelompok Gotong

Royong, dan Organisasi Keagamaan.

4.3.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Pada umumnya penduduk Desa Pejarakan

bermatapencaharian pokok sebagai petani dan peternak sebanyak

600 orang. Selain itu, ada juga yang bermatapencaharian sebagai

buruh tani, Pegawai Negeri Sipil, pengrajin industri rumah tangga,

montir, pembantu rumah tangga, TNI, POLRI, dan karyawan

perusahaan swasta.

Pada lahan pertanian penduduk umumnya ditanami tanaman

pangan dan tanaman buah-buahan. Tanaman pangan yang

Page 75: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

85

diusahakan oleh penduduk Desa Pejarakan adalah tanaman jagung,

ubi kayu, ubi jalar, cabai, bawang merah, bawang putih, tomat,

buncis, dan talas. Sedangkan tanaman buah-buahan yang diusahakan

penduduk adalah jeruk, alpukat, mangga, pepaya, pisang, limau,

jeruk nipis, dan nangka. Untuk pemasaran hasil tanaman pangan dan

tanaman buah-buahan biasanya dijual langsung ke konsumen atau ke

pasar, tetapi ada sebagian penduduk yang menjualnya ke tengkulak

atau pengecer, dan sebagian lagi tidak dijual melainkan untuk

dikonsumsi sendiri. Penjualan dilakukan di pasar kecamatan yang

jaraknya kurang lebih 12 km dari desa, yang diangkut dengan

menggunakan kendaraan kecil (pick up).

Tanaman perkebunan yang diusahakan penduduk Desa

Pejarakan adalah kelapa, kopi, cengkeh, dan coklat. Adapun

pemasaran hasil perkebunan tersebut sama seperti pemasaran

tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Selain sebagai petani,

penduduk Desa Pejarakan juga bermatapencaharian pokok sebagai

peternak. Jenis ternak yang diusahakan oleh penduduk adalah sapi,

babi, ayam kampung, bebek, dan angsa. Hasil yang diambil dari

beternak adalah telur dan dagingnya. Pemasaran hasil beternak

adalah dijual langsung ke konsumen, dijual ke pasar hewan, selain itu

ada yang dijual melalui tengkulak dan pengecer, dan ada juga yang

tidak dijual untuk dikonsumsi sendiri.

Di Desa Pejarakan sudah terdapat sarana dan prasarana

pendidikan walaupun kurang memadai yaitu dengan adanya sekolah

TK dan SD (lihat Tabel 3). Untuk jenjang yang lebih tinggi,

masyarakat Desa Siakin pada umumnya tidak ragu untuk

menyekolahkan anaknya ke desa lain bahkan ke kecamatan lain.

Di Desa Pejarakan sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa

Posyandu, Pustu, tempat praktek dokter, dan pos KB dengan tenaga

kesehatannya adalah bidan. Dengan adanya fasilitas tersebut sangat

membantu penduduk, terutama bagi kesehatan wanita hamil dan

Page 76: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

86

anak-anak. Pihak-pihak yang bekerja di dinas kesehatan tersebut juga

sering melakukan penyuluhan mengenai kesehatan terutama masalah

kebersihan dalam penggunaan air. Air yang digunakan masyarakat

Desa Pejarakan pada umumnya berasal dari sumber mata air

sehingga perlu perhatian khusus dalam penggunaannya agar tidak

tercemar ketika sampai ke rumah-rumah masyarakat. Oleh karena itu,

masyarakat bergotong-royong membuat pipa-pipa untuk menyalurkan

air-air tersebut sampai ke rumah penduduk. Selain masalah

penggunaan air bersih masalah sanitasi seperti penggunaan jamban

juga disosialisasikan petugas kesehatan kepada penduduk Desa

Pejarakan.

4.3.4 Kondisi Politik Lokal yang Mempengaruhi Keberadaan

Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa

Penduduk Desa Pejarakan mayoritas sudah lama tinggal dan

menetap secara turun temurun di desa sehingga merupakan

penduduk asli. Pada umumnya masyarakat mengetahui batas desanya

berdasarkan data geografis dan cerita asal usul desa dari sesepuh

desa. Pemukiman penduduk Desa Pejarakan mayoritas berada di tepi

kawasan hutan dengan jalan utama menuju atau keluar kawasan

hutan adalah jalan tanah.

Menurut penduduk Desa Pejarakan kondisi hutan di sekitar

tempat tinggal mereka masih dalam keadaan baik dengan jenis batas

yang diketahui penduduk adalah pal atau tanda batas. Adapun

kebijakan yang ada di Desa Pejarakan adalah masyarakat dilarang

menebang atau bahkan mengambil kayu dari hutan yang masuk ke

dalam kawasan hutan. Walaupun penduduk Desa Pejarakan sudah

mengetahui adanya tanda batas dan kebijakan tersebut tetapi

penduduk desa masih melakukan aktifitas di dalam kawasan hutan

dengan menanam tanaman rumput gajah untuk pakan ternak sapi

dan mengambil ranting-ranting pohon untuk kayu bakar, tetapi

Page 77: III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 ... 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi

87

penduduk Desa Pejarakan tetap berusaha menjaga kelestarian hutan

agar tidak rusak.

4.3.5 Analisis Usaha Kehutanan dan Tani Masyarakat

Usaha pertanian yang dikembangkan penduduk Desa

Pejarakan adalah berupa tanaman pangan dan tanaman buah-

buahan. Untuk tanaman kehutanan masyarakat bekerjasama dengan

dinas kehutanan mengadakan penghijauan. Menurut informasi dari

penduduk pada tahun 2002 terdapat lahan kritis yang kemudian

terdapat program penghijauan dengan menanam tanaman cemara.

Pada tahun 2005 Kepala Dusun mengadakan program penanaman

tanaman semusim, seperti cabai, jahe, kunyit, dan daun sirih.