Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Dalam Rangka Penerapan ...
III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1...
Transcript of III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALIbpkh8.menlhk.go.id/pdf/keg_2016/buku_ipkhb/ipkhb_bab3.pdf1...
11
III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI
Povinsi Bali merupakan pulau yang relatif kecil dan mempunyai
sebaran topografi dari dataran rendah sampai dataran tinggi serta
memiliki keanekaragaman hayati (flora dan fauna). Berbagai jenis
flora dan fauna dijumpai dalam sebaran tipe ekosistem (tipe hutan
dataran rendah, hutan hujan tropis pegunungan dan hutan
pegunungan). Keanekaragaman flora dan fauna juga ditemukan pada
berbagai kawasan konservasi seperti cagar alam, hutan lindung,
taman wisata alam, taman hutan raya (mangrove), Kebun Raya dan
Taman Satwa.
Adanya beberapa gangguan atau tekanan terhadap keamanan
hutan di Bali misalnya pembalakan liar, perburuan flora dan fauna,
kebakaran, perambahan hutan serta alih fungsi kawasan hutan untuk
kepentingan diluar kegiatan Kehutanan akan menyebabkan perubahan
keseimbangan ekosistem dan berdampak terhadap terganggunya
habitat dan kenyamanan fauna sekaligus akan menyebabkan
menurunnya keanekaragaman hayati. Permasalahan yang menonjol
adalah perubahan habitat alami satwa Bali seperti habitat Jalak Bali di
TNBB dan Kakatua putih jambul kuning di Nusa Penida, disamping
percepatan pertumbuhan penduduk memerlukan sumber daya alam
yang cukup besar pula dan memberikan tekanan terhadap sumber
daya alam Bali serta terjadi perubahan iklim pada lingkungan.
Provinsi Bali memiliki wilayah seluas 563.286 Ha atau 0,29 %
dari luas Indonesia, Pulau Bali yang pulau relatif kecil dan memiliki
luas kawasan hutan masih dibawah luas minimal (‹ 30%) dari luas
daratan sangat memerlukan perhatian serius dari masyarakat Bali
untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.
12
Kawasan hutan Provinsi Bali yang sudah dikukuhkan dan
ditetapkan seluas 136.831,66 Ha yang terdiri kawasan hutan daratan
dan perairan dengan fungsi seperti pada table 3.1.
Tabel. 3.1. Fungsi Kawasan Hutan Provinsi Bali
No Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) Ket.
1 Hutan Taman Wisata 4.113,19
2 Hutan Cagar Alam 1.773,80
3 Taman Nasional 23.143,86
4 Hutan Taman Raya 1.129,19
5 Hutan Lindung 97.407,95
6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09
7 Hutan Produksi Tetap 1.872,80
8 Hutan Produksi yang dapat dikonversi 186,78
Sumber : SK. Penetapan Kawasan Hutan Provinsi Bali Tahun 2014
Kawasan hutan Provinsi Bali dibagi menjadi 23 Kelompok
hutan yang menyebar di Seluruh Pulau Bali dan Nusa Penida. Sejarah
dan Kronologis masing-masing kelompok hutan dapat disajikan
sebagai berikut :
3.1. Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1)
3.1.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda Nomor
19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd tanggal 6 Januari 1926 dengan penetapan
penunjukan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 6 Desember 1932 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 6 Mei 1933. Ditetapkan
kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor
821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang
batas 26,6 Km, luas 590 Ha dengan fungsi hutan lindung. Pada
Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1) terdapat 1 buah enklave
dengan luas 1,15 Ha dan topografinya sangat berat/curam.
13
Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1) secara administratif
terletak di wilayah Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada, UPT KPH Bali Tengah.
3.1.2 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK. 99/Menhut-II/2014 tanggal 28 Januari 2014 tentang Penetapan
Kawasan Hutan Lindung Puncak Landep (RTK.1) seluas 590 (Lima
Ratus Sembilan Puluh) Hektar yang terletak di Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali.
3.1.3 Permasalahan Kawasan Hutan
Tidak terdapat pelanggran atau konflik yang cukup signifikan
yang dapat mengancam keberadaan kawasan hutan pada kelompok
hutan ini, namun kerawanan gangguan hutan berupa penebangan liar,
pengerjaan kawasan hutan untuk perladangan tetap ada sehingga
koordinasi dengan masyarakat sekitar kawasan hutan untuk tetap
menjaga kelestarsian baik kawasan maupun hutan itu sendiri tetap
harus dilakukan.
14
3.1.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.1. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Puncak Landep (RTK.1)
3.2 Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2)
3.2.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 denagn
penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Januari 1932 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 6 Mei 1933. Ditetapkan
kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor
821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang
batas 38,96 Km, luas 1.134 Ha dengan fungsi hutan lindung. Pada
Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2) terdapat 2 buah enklave
dengan luas total 32,43 Ha dan topografinya sangat berat/curam.
15
Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2) secara
administratif terletak di wilayah Desa Sukasada Kecamatan Sukasada,
Kab. Buleleng, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada, UPT KPH Bali
Tengah
3.2.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan di kelompok hutan Gunung Mungsu seperti pada Tabel 3.2:
NO PENGGUNA UNTUK LUAS
(Ha)
DOKUMEN KETERANGAN
1.
PLN PLTB
SUTT 150 KV
Kapal- Pemaron
19,24 - Persetujuan
Prinsip No.: 576/Menhut_II/1
985 (digabung dengan RTK.4 dan termasuk
luas digabung ) - Perjanjian Pinjam
Pakai No.
342.1/Kwl-5/93, 001BA/1033/93/PLJTB tgl 23-3-
1993
- Berlaku dari
23-3-1993 s/d 23-3-1998
- Kompensasi di Sangeh seluas 3 Ha,
Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha
dan Abang Agung seluas 176,0 Ha
(sudah ditetapkan)
Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan BPKH
Wilayah VIII
3.2.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK. 100/Menhut-II/2014 tanggal 28 Januari 2014 tentang Penetapan
Kawasan Hutan Lindung Gunung Mungsu (RTK.2) seluas 1.134 (seribu
seratus tiga puluh empat) Hektar yang terletak di Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali.
16
3.2.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Terdapat kerawanan gangguan hutan berupa perambahan
untuk perladangan, perkebunan dan penebangan liar sporadis. serta
terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan.
3.2.5 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.2. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Gunung Seraya (RTK.2)
3.3 Kelompok Hutan Gunung Silangjana (RTK.3)
3.3.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan
penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 1 Agustus 1933 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 23 Pebruari 1934.
Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor :
17
821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilikI panjang
batas temu gelang 19,50 Km, luas 415,00 Ha dengan fungsi hutan
lindung.
Kelompok hutan Gunung Silangjana (RTK. 3) secara
administratif terletak di wilayah Kecamatan Sukasada dan sebagian di
Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, secara administrasi
pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi
Hutan (RPH) Sukasada dan RPH Kubutambahan, UPT KPH Bali Tengah.
3.3.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Pada kelompok hutan ini tidak ada Kawasan hutan yang
dipinjam pakai atau tukar menukar kawasan hutan dengan pihak
diluar kehutanan dan memang pada kelompok hutan ini tidak terdapat
penggunaan diluar kawasan hutan.
3.3.3 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2551/Menhut-VII/KUH/2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan
Lindung Silangjana (RTK.3) seluas 415 (Empat Ratus Lima Belas)
Hektar di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
18
3.3.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.3. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Gunung Silangjana (RTK.3)
3.4. Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4)
3.4.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan
penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 15 Agustus 1933 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 23 Pebruari 1934.
Pada tahun 1956 berdasarkan SK. Ketua Dewan
Pemerintahan Tabanan tanggal 25-3-1956 No. 33, Kawasan Hutan
Gunung Batukau (RTK.4) dikeluarkan seluas 169,18 Ha untuk veteran
Pejuang Kemerdekaan (tanah penampung sementara) seperti pada
tabel berikut ini.
19
Tabel 3.4 Peruntukan Pelepasan Kawasan Hutan
No Peruntukan/Tujuan Luas (Ha) Keterangan
1 Veteran Pejuang Kemerdekaan 140,00 B.969 – B.792
2 Karang Desa penampung 6,16 B.969 – B.792
3 Karang Desa Abang 2,00 B.969 – B.792
4 Laba Pura Beratan 5,02 B.969 – B.792
5 Orang-orang di Desa Abang 16,00 B.969 – B.792
TOTAL 169, 18
Sumber : Data Pelepasan Kawasan Hutan
Tanah tersebut di atas dimasukkan kembali sebagai kawasan
hutan berdasarkan Surat Gubernur Bali No. EK/I.C/7/77 karena tanah
tersebut ditelantarkan (kecuali tanah untuk Laba Pura Beratan dan
orang-orang di Desa Abang) diukur pada tahun 1979 sehingga luas
kawasan tersebut menjadi 15.368,98 Ha.
Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Bali melalui surat Nomor
412/IV/2, tanggal 22 Oktober 1980 memberikan sementara areal lahan
garapan dan pemukiman kepada eks pejuang sebanyak 6 KK yang
tidak bersedia ditransmigrasikan dengan catatan apabila mereka telah
mendapatkan lahan pengganti sesuai janji Bupati Kepala Daerah Tk II
Tabanan, mereka segera meningggalkan tanah hutan penampungan
dimaksud. (lokasi diantara pal batas B.971/7 smpai dengan B.971/14).
Hasil Pertemuan tanggal 5 September 1980 sebagaimana
surat bagian Perencanaan Hutan No. 339/V/7 tanggal 6 September
1980 intinya Para penggarap (6 KK) bersedia pindah dari kawasan
hutan apabila Bupati KDH Tk. II Tabanan telah memenuhi janjinya.
Ditunjuk kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan
nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik
panjang batas temu gelang 188,60 Km, luas 15.153,28 Ha dengan
fungsi hutan lindung.
Tahun 1984 dilaksanakan tata batas fungsi dengan rincian
seperti pada tabel berikut ini :
20
Tabel 3.5 Tata batas fungsi pada tahun 1984
No Fungsi yang di Tata Batas Luas (Ha)
1 Hutan Lindung seluas 12.228,40
2 Hutan Wisata seluas 1.269,60
3 Cagar Alam 1.762,80
4 Kebun Raya 129,20
Sumber : Berita Acara Tata Batas Fungsi
Dengan SK Menhut Nomor 144/Kpts-II/1996 danau Buyan –
Tamblingan seluas 1.336,50 Ha ditetapkan sebagai TWA Buyan
Tamblingan.
Pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) terdapat 3
(tiga) danau yaitu danau Beratan, danau Buyan dan danau Tamblingan
serta terdapat 6 buah enklave dengan luas total 108,11 Ha.
Topogarfinya landai sampai sangat curam.
Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) secara administratif
terletak di Lintas Kabupaten Buleleng, Badung dan Tabanan. Untuk
Kabupaten Buleleng melintas di Kecamatan Banjar, Sukasada, Sawan
dan Kubutambahan, untuk Kabupaten Tabanan melintas di Kecamatan
Baturiti, Penebel dan Pupuan, untuk Kabupaten Badung melintas di
Kecamatan Petang secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan
hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada Banjar,
Kubutambahan, Petang, Candikuning, Penebel dan Pupuan
3.4.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Pada kelompok hutan Gunung Batukau terdapat beberapa
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan diluar kehutanan
seperti pada tabel dibawah ini.
21
Tabel 3.6 Penggunaan kawasan hutan Gunung Batukau (RTK.4)
No
O PENGGUNA UNTUK
LUAS
(Ha) DOKUMEN KETERANGAN
1. PLN PLTB SUTT 150
KV Kapal - Pemaron
19,24 - Persetujuan Prinsip No.:
576/Menhut_II/1985 (digabung dengan RTK.2 dan termasuk luas digabung )
- Perjanjian Pinjam Pakai No. 342.1/Kwl-5/93, 001BA/1033/93/PLJTB tgl 23-3-1993
- Berlaku dari 23-3-
1993 s/d 23-3-1998
- Kompensasi di Sangeh seluas 3
Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha dan Abang Agung
seluas 176,0 Ha (sudah ditetapkan)
2. PLN Wil. XI SKTM 20 KV 0,34 - Persetujuan Prinsip No.: 382/Menhut_VI/1991 (digabung dengan RTK.20)
- Perjanjian Pinjam Pakai
No. 702/Kwl-5/92, 091PJ/449/1992/M tgl 23-3-93
- Berlaku dari 19-3-1993 s/d 23-3-2003
- Tanpa kompensasi
3. PT. Telkom Kandatel Bali
Rural Areal III
0,03 - Persetujuan Prinsip No.: 587/Menhut_II/1989
- Perjanjian Pinjam Pakai
No. 260/II/Kwl.Bl-5/90, 58/06/KH010/N.08-430/1990
- Berlaku dari 1-3-1990 s/d 1-3-2000
- Tanpa kompensasi
4. LIPI Kebun Raya Eka Karya
157,49 - Persetujusn Menhut No.:251/menhut-VII/2001 menjadi KDTK
- Belum membuat kesepakatan /Perjanjian Pinjam
Pakai
5. Bupati
Buleleng
Jalan Br.
Bingin (Ds. Galungan)
0,19 - Persetujuan Prinsip No.:
079/Menhut_II/1988 - Perjanjian Pinjam Pakai
No. 375/II/Kwl.Bl-5/88, 590/684/Pem/1988
- Berlaku dari 1-3-
1988 s/d 1-3-2008 - Tanpa kompensasi
6. PT. Bali Energy Lmt
Eksplorasi Panas Bumi
- Sudah dilaksanakan pengukuran pada
3 lokasi - Perjanjian Pinjam
Pakai belum jelas
hinggan kini
Sumber : Data Penggunaan Kawasan Hutan
3.4.3 SK Penetapan
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 144/Kpts-II/1996
tanggal 4 April 1996 tentang Penetapan sebagian kawasan
hutan Batukau (RTK.4) yang terletak di Kabupaten Daerah
Tingkat II Tabanan dan Kabupaten Daerah Tingkat II
Buleleng, Provinsi Daerah Tingkat I Bali, seluas 1.336,50
(Seribu tiga ratus tiga puluh enam, lima puluh perseratus)
22
Hektar sebagai Taman Wisata Alam dengan Nama Taman
Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan.
- Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014
tentang Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan
Gunung Batukau (RTK.4) seluas 15.102,90 (Lima belas ribu
seratus dua dan Sembilan Puluh Perseratus) Hektar di
Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten
Tabanan, Provinsi Bali.
3.4.4 Permasalahan Kawasan Hutan
- Terdapat permasalahan kawasan hutan yaitu Pemukiman,
dari masyarakat di Munduk Andong Kaja, Gunung Kangin
dan Bangli Kaja seluas ± 118,10 Ha.
- Permohonan Tukar Menukar an. I. Wayan Puja Umbara
belum jelas permohonannya dan belum ada
penyelesaiannya.
- Terdapat lahan garapan dan rumah/villa oleh masyarakat
disekitar Desa Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten
Tabanan.
23
3.4.5 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.4. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan pada
Kelompok Hutan Batukau (RTK.4)
3.5. Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5)
3.5.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd tanggal 6 Januari 1926 dengan
penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Januari 1930 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 29 Oktober 1937.
Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor :
821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang
batas temu gelang 44,05 Km, luas 613,00 Ha dengan fungsi hutan
lindung. Pada Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5) terdapat 2
buah enklave dengan luas total 22,04 Ha dan topografinya
bergelombang sampai curam.
24
Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5) secara
administratif terletak di wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Kintamani Barat, UPT
KPH Bali Tengah
3.5.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak ada penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan.
3.5.3 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2555/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Lindung Munduk Pengajaran (RTK.5) seluas
613 (Enam ratus tiga belas) Hektar di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali
3.5.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 5.5. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Munduk Pengajaran (RTK.5)
25
3.6 Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7)
3.6.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan
penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 9 Agustus 1932 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 30 Juli 1941.
Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7) ditata
batas pada tahun 1985 dengan Berita Acara Tata Batas luar tanggal
10-9-1985 dan disahkan tanggal 7-10-1987 dengan SK Penetapan
Nomor : 335/Kpts-II/1987 tanggal 7-11-1987. Kelompok hutan ini
memiliki panjang batas luar keliling 44,20 Km luas 2.528,00 Ha dengan
fungís pokok Hutan prduksi terbatas (453,00 Ha) dan Hutan
Wisata/Taman Wisata Alam (2.075,00 Ha). Pada Kelompok Hutan
Gunung Batur Bukit Payang (RTK. 7) terdapat 1 buah enklave dengan
luas 21,8 Ha. Topografinya datar sampai curam.
Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK. 7) secara
administratif terletak di Desa Kintamani (Kaldera Penelokan), desa
Kedisan, Toyo Bungkah, Songan Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Penelokan, UPT KPH Bali
Timur.
26
3.6.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.7 penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan NO PENGGUNA UNTUK LUAS
(Ha) DOKUMEN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
1.
Bupati Bangli
Jalan Kedisan
- Toyobungkah
2,01 - Persetujuan Dirjenhut No.:
3820/07/I/1978. - Perjanjian
Pinjam Pakai
tanpa Nomor, tgl 17-7-1979
- Berlaku dari 17-7-1979 s/d
17-7-2004
- Tanpa Kompensasi.
Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan
Tabel 3.8 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan
N
o
Pemohon Untuk Luas
(Ha)
Dokumen Lahan
Pengganti (Ha)
Keterangan
1.
I Wayan Merta
Bangunan
0,45
Persetujuan Menhut
no:621/Menhut-VII/1977
Kab Bangli seluas ±
1,05 (menempel KH Gn Batur
Bk Payang)
Belum ditata batas karena
lokasi yang dimohon berfungsi TWA
Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan
3.6.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.204/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan
Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7) seluas 2.528
(dua ribu lima ratus dua puluh delapan) Hektar dengan fungsi kawasan
Taman Wisata Alam seluas 2.075 (dua ribu tujuh puluh lima) Hektar
dan kawasan Hutan produksi terbatas seluas 453 (empat ratus lima
puluh tiga) Hektar, yang terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
3.6.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Kerawanan gangguan hutan yang intensitasnya tinggi adalah
kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun pada saat musim
kemarau.
27
3.6.5 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.6. Peta Lampiran SK Penetapan Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7)
3.7 Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8)
3.7.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan
penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Juli 1941 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 9 Pebruari 1948.
Sebagian Kelompok hutan ini disekitar Penelokan ditunjuk
oleh Menteri Pertanian Nomor. 655/Kpts/Um/10/1978, tanggal 25
Oktober 1978 sebagai Hutan Wisata cq. Taman Wisata Alam seluas
540 Ha.
Adanya perluasan kawasan hutan pinjam pakai dengan
kompensasi dan tukar menukar kawasan hutan seperti rincian pada
tabel dibawah ini.
28
Tabel 3.9 Kompensasi dan tukar menukar kawasan hutan
Asal BA TB Luas (Ha) Keterangan Fungsi TWA Penelokan
8 Mei1982 disahkan 25-10-1984
574,27 Penunjukan Mentan
Perluasan 10 Agustus1983 disahkan 2-1-1984
12.120,87 Penunjukan Mentan
Perluasan 15 Agustus 1983 disahkan 2-4-1984
1.980,98 Penunjukan Mentan
Perluasan 21 Januari 1989 275,00 Penunjukan Mentan
Perluasan 24 Pebruari 1990
disahkan 1-5-1991
436,10 Penunjukan
Mentan
Perluasan 25 Januari 1992
disahkan 4-10-1995
62,50 Kompensasi
PLN PLJTB 22 Mei 1989
disahkan 9-3-1990
176,00 Kompensasi SUTT
150 KV
Yayasan Sarana
Wana Jaya
15 Januari 1997 7,50 Tukar menukar
PLN PLJTB 29 Maret 1997
disahkan 26-2-1998
2,41 Kompensasi SUTT
150 KV
Lagoon dan Pipa
Avtur Pertamina
26 April1997
disahkan 20-2-1998
30,04 Kompensasi
Waduk Grokgak 16 Agustus1999
disahkan 8-5-2000
2,092 Kompensasi
PT. BTID 19-Agustus-2009
40,200 Tukar menukar
Sumber : Data Pinjam Pakai dengan kompensasi Kawasan Hutan
Pada Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) terdapat
sebanyak 39 buah enklave dengan luas total 908,46 Ha. Topografinya
datar, bergelombang sampai sangat curam.
Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) secara
administratif terletak di Kecamatan Rendang, Selat, Bebandem,
Manggis, Abang dan Kubu Kabupaten Karang asem serta Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, secara administrasi
pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi
29
Hutan (RPH) Rendang, Selat, Bebandem, Karangasem Manggis,
Abang, Kubu dan Daya (Karangasem), RPH Penelokan (Bangli), UPT
KPH Bali Timur.
3.7.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.10 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan
NO PENGGUNA UNTUK LUAS
(Ha)
DOKUMEN KETERANGAN
1.
Bupati Bangli
Pasar Seni Penelokan
0,04 - Persetujuan Dirjenhut No.: 4293/DJ/I1980 tgl
10-12-80. - Perjanjian Pinjam Pakai No. :22/TGH-
132/1981 - Perjanjian Kerjasama antara
Dirjen Geologi, Sumberdaya Mineral, Pemprov Bali dan BKSDA Bali
ttg Kolaborasi
- Perpanjangan sampai 10-1-2006
- Tanpa Kompensasi.
2. Dirjen
Pulkanologi
Pos
Penganmatan Gunung
Berapi
109 - Persetujuan Dirjen
PHKA no : 731/DJ-VII/Prog/86, 30-5-86
- Ijin pinjam pakai
berakhir tahun 2004
3. Diparda Tempat Parkir
Penelokan
0,17 - Belum ada ijin dari Menhut
- Lahan telah bergabung dengan
Museum Gunung Berapi
4. PT. Adi Murti Galian Golongan C
- Persetujuan prinsip no. : 177/Menhut-II/96, 12-2-1996
- Perjanjian pinjam pakai no : 1284/Kwl-5/1996, A.3/336/AM/IX/1996
- Ijin sudah dicabut - Berlaku dari 16-9-96 s/d 2001
Tabel 3.11 Permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan
No Pemohon Untuk Luas
(Ha) Dokumen
Lahan
Pengganti (Ha)
Keterangan
1.
Md Naris
Sanjaya
Pura
Keluarga
0,15
- Persetujuan Menhut no:639/M
enhut-VII/1977
- Kab Bangli seluas ± 1,05 (menempel
KH Gn Batur Bk Payang)
- Belum ditata batas karena lokasi yang
dimohon berfungsi TWA
Sumber : Data Tukar Menukar dan Penggunaan Kawasan Hutan
30
3.7.3 SK. Penetapan
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 28/Kpts-II/1990 Tanggal
13 Januari 1990 tentang Penetapan Areal Tanah seluas 275 Ha
yang terletak di Wilayah Banjar Pemuteran Desa Pempatan,
Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali
Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) yang sebagai
Kawasan Hutan Lindung.
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 227/Kpts-II/1990
Tanggal 8 Mei 1990 tentang Penetapan Areal Tanah seluas 176
Ha yang terletak di Wilayah Desa Ban, Kecamatan Kubu,
Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali Kelompok Hutan Gunung
Abang Agung (RTK.8) yang sebagai Kawasan Hutan.
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 247/Kpts-II/1991
Tanggal 6 Mei 1991 tentang Penetapan Perluasan Kelompok
Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 436,10 Ha yang
terletak di Wilayah Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan Lindung.
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 535/Kpts-II/1995
Tanggal 5 Oktober 1995 tentang Penetapan Kelompok Hutan
Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 62,5 Ha yang terletak di
Wilayah Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali sebagai Kawasan
Hutan Lindung
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 306/Kpts-II/1998
tentang Penetapan Perluasan kelompok hutan Gunung Abang
Agung (RTK.8) seluas 2,41 (Dua, Empat puluh satu perseratus)
Hektar yang terletak di Wilayah Kecamatan Kubu, Kabupaten
Daerah Tingkat II Karangasem, Provinsi Daerah Tingkat I Bali,
Sebagai Kawasan Hutan dengan Fungsi Hutan Lindung.
- Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK-
2846/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung
31
Abang Agung (RTK.8) seluas 14.857,17 (Empat belas ribu
Delapan Ratus Lima Puluh Tujuh dan Tujuh Belas Perseratus)
Hektar di kabupaten Bangli dan Kabupaten Tabanan, Provinsi
Bali.
3.7.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.7. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan pada
Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8)
3.8 Kelompok Hutan Gunung Seraya (RTK.9)
3.8.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penunjukan
penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 17 April 1935 dan
pengesahan penetapan batas hutan Tahun 1937. Pengukuran lanjutan
dan disyahkan tanggal 3 Nopember 1980 dan disahkan pada tanggal
29-1-1981. Di dalamnya terdapat pura yang disakralkan dalam
32
rangkaian Nyegara Gunung yaitu Pura Lempuyang dan topografinya
rata-rata sangat curam.
Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan
nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik
panjang batas keliling/temu gelang 30,10 Km, luas 1.111 Ha dengan
fungsi hutan lindung.
Kelompok Hutan Gunung Seraya (RTK. 9) secara administratif
terletak di wilayah Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Abang dan RPH Karangasem/Manggis, UPT
KPH Bali Timur.
Terdapat perambahan berupa perladangan oleh masyarakat di
wilayah dusun Banyuning dan bangunan tempat ibadah berupa
rangkaian Pura Lempuyang.
3.8.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan non
Kehutanan.
3.8.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.
2554/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang Penetapan
Kawasan Hutan Lindung Gunung Seraya (RTK.9) seluas 1.111 (Seribu
Seratus Sebelas) Hektar di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.
33
3.8.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.8. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Gunung Seraya (RTK.9)
3.9 Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
3.9.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10) ditunjuk sebagai
kawasan hutan berdasarkan Surat Penunjukkan G.B. 29-5-1927 No. 28
B.b.2 batas definitive mulai berlaku pada tahun 1934. Pada tahun 1952
dilaksanakan tata batas namun belum sampai penyelesaian Berita
Acara Tata Batasnya. Ditetapakn kembali oleh Menteri Pertanian
dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 821/Kpts/Um/II/1982
tanggal 10 Nopember 1982 seluruh kawasan hutan di Provinsi Bali
ditunjuk kembali termasuk Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
dengan luas 1.392 Ha.
34
Pada tahun 1984/1985 Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
dilaksanakan pengukuran batas fungsi Hutan Lindung dan Hutan
produksi. Pada tahun 1987 dilaksanakan pengukuran batas Kawasan
Hutan Prapat Benoa (RTK.10) dengan Berita Acara Tata Batas tanggal
5 Pebruari 1987 dan disyahkan Menteri Kehutanan pada tanggal 10
Pebruari 1988 yang terbagi dalam 4 sub blok yakni:
- (RTK.10 A) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di barat laut
kelompok hutan yang bersangkutan desa Kuta Kecamatan Kuta
mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal batas B.486
sampai kembali ke B.1.
- (RTK.10 B) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di barat laut
kelompok hutan yang bersangkutan desa Pedungan Kecamatan
Denpasar Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal
batas B.146 sampai kembali ke B.1.
- (RTK.10 C) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di Timur laut
kelompok hutan yang bersangkutan desa Serangan Kecamatan
Denpasar Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal
batas B.128 sampai kembali ke B.1.
- (RTK.10 D) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di Barat laut
kelompok hutan yang bersangkutan desa Tanjung Benoa
Kecamatan Kuta Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai
dengan pal batas B.26 sampai kembali ke B.1.
Hasil tata batas Kelompok Hutan ini ditetapkan Menteri
Kehutanan dengan SK. Penetapan No. 067/Kpts-II/88 tanggal 15
Pebruari 1988 dengan luas 1.392 Ha.
Akibat adanya tukar menukar kawasan hutan untuk
kepentingan yayasan Sarana Wana Jaya seluas 7,5 Ha dan perluasan
Bandara Ngurah Rai Tahap I seluas 11 Ha maka luas kawasan hutan
Prapat Benoa menjadi 1.373,5 Ha.
Berdasarkan SK. Menhut No. 885/Kpts-II/92 tanggal 8
September 1992 Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) diubah
35
fungsinya menjadi Taman Wisata Alam. Berdasarkan SK. Menhut No.
544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993 fungsinya dirubah
menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA) dengan nama TAMAN HUTAN
RAYA NGURAH RAI. Berdasarkan SK. Menhut No. 517/Kpts-II/1997
tanggal 12 Agustus 1997, kawasan hutan Tahura Ngurah Rai
khususnya Blok C (P. Serangan) dengan luas ± 80,14 ha dirubah
fungsinya menjadi Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi untuk
pengembangan Pariwisata an. PT.BTID.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : SK.447/Menhut-II/2014 tanggal 30 April 2014 tentang
Perubahan Fungsi Antar Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Sebagian
Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai menjadi Kawasan Hutan
Produksi Yang Dapat Dikonversi, Yang terletak di Kabupaten Badung,
Provinsi Bali seluas ± 169.98 (Seratus Enam Puluh Sembilan dan
Sembilan Puluh Lima Perseratus) Hektar
Pada Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) terdapat
sebanyak 4 buah enklave dengan luas total 5,35 Ha topografinya rata-
rata datar karena merupakan hábitat mangrove.
Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) secara administratif
terletak di Lintas Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Untuk
Kabupaten Badung melintas di Kecamatan Kuta, untuk Kota Denpasar
melintas di Kecamatan Denpasar Selatan, secara pembagian
pemangkuan hutan terletak di wilayah UPT KPH Taman Hutan Raya
Ngurah Rai.
36
3.9.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.12 penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan
NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha)
DOKUMEN KETERANGAN
1.
PT. BTDC
Lagoon
29,97
- Persetujuan Dirjenhut No.: 492/DJ/I/1977 tgl 17-2-77.
- Perjanjian Pinjam Pakai No.
:131/Kwl.Bl-5/1994, 08/SP/II/1994
- Berlaku dari 4-2-1994 s/d 4-2-1999
- Kompensasi.telah seslesai
- Belum ada perpanjangan waktu
2.
PT. BTDC
Jalan
Pintas Utara
3,03
- Persetujuan Prinsip Menhut no
: 903/Menhut-II/90, - Perjanjian Pinjam Pakai No. :1030/Kwl.Bl-2/1991
- Berlaku dari 12-8-1992
s/d 2002 - Kompensasi.telah seslesai - Belum ada perpanjangan
waktu
3.
Dep. PU
Estuary DAM
46,65 - Persetujuan Prinsip Menhut no : 1223/Menhut-II/93,
- Perjanjian Pinjam Pakai No. :36.1/Kwl-5/1994 dan 001//SPK-W14/II/1994
- Berlaku dari 5-1-1994 s/d 1999
- Kompensasi.belum ditata batas
- Belum ada perpanjangan
waktu 4.
PT. PLN PLJTB
SUTT 150 KV 4,66
38,55
8,10
0,63
0,09
- Persetujuan prinsip no. : 795/VIII-4/84 untuk Pesanggaran – Kuta
- Persetujuan prinsip no. : 93/VIII-4/85 untuk Pesanggaran-Nusa Dua I
- Persetujuan prinsip no. :
800/VIII-4/84 untuk Pesanggaran-Sanur
- Perjanjian pinjam pakai no :
342.1/Kwl-5/1993 dan, 001BA/1033/93/PLJTB
- Persetujuan prinsip no. : 828/Menhut-II/91 untuk SUTT
dan Perluasan Gardu Induk Nusa Dua tahap II
- Perjanjian pinjam pakai no :
2645/Kwl-5/2000 dan, 341.A/PJ/060/P3B/2000
- Persetujuan prinsip no. : 952/Menhut-VI/95 untuk
Ka[al-Pesanggaran-Sanur - Perjanjian pinjam pakai no :
1836.a/Kwl-5/1996 dan,
001PJ/1033/PikitringJIN/96
- Berlaku dari 23-3-1993 s/d 23-3-1998
- Kompensasi di Sangeh
seluas 3 Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha dan Abang Agung seluas 176,0 Ha (sudah
ditetapkan) - Berlaku dari tahun 2000
s/d 2005
- Kompensasi di gabung dengan kompensasi perluasan GI Pesanggaran luas
menjadi 2,41 Ha digabung dengan KH Gn Abang Agung (RTK.8)
- Berlaku dari tahun 1996 s/d 2001
- Kompensasi di Melaya dan Blimbing sari ± 3,367
Ha belum ditata batas
5.
PT. Indonesia Power
Perluasan Gardu
Induk Pesanggaran tahap I
dan II
0,20
0,63
- Persetujuan prinsip no. : 450/Menhut-II/92 untuk
perluasan GI Pesanggaran - Perjanjian pinjam pakai no :
529/Kwl-5/1992 dan,
037PJ/071/92 M
- Perjanjian pinjam pakai no : 342.1/Kwl-5/1993 dan, 001BA/1033/93/PLJTB M
- Berlaku dari 2-3-1992 s/d 2-3-1996
- Berlaku dari 23-3-1993 s/d 23-3-1998
- Kompensasi di gabung
dengan kompensasi perluasan GI Nusa Dua luas menjadi 2,41 Ha digabung dengan KH Gn
Abang Agung (RTK.8 6.
PLN Wil XI
Tranmisi 70 KV Jimbaran-
Bualu-Serangan
14,34 - Persetujuan prinsip no. : 3618/DJ/I/77
- Perjanjian pinjam pakai no :
06/TGH.132/1981
- Berlaku dari 13-4-81 s/d 13-4-1991
- Tanpa kompensasi
37
7.
Dep. PU Jln Bay
pass Nusa Dua
7,9
- Persetujuan prinsip no. :
3613/DJ/I/78 - Perjanjian pinjam pakai no :
26/TGH.132/1981
- Berlaku dari 2-2-81 s/d 2-
2-1991 - Tanpa kompensasi
8.
Gubernur Bali
BPP Kramik
1,37
- Perpanjangan Kakanwil Hut Bali no. : 1583/KWL-5/96
- Perjanjian pinjam pakai no : 1536/KWL-5/1999
- Perjanjian Kerjasama no : 522/1113/DISHUT-4/2007, no : S1143/IV-K17/PPA-2/07 dan
229/PSTKP/BPPT/X/07
- Berlaku dari 1-7-99 s/d 1-7-2004
- Tanpa kompensasi -
9.
Dep. PU TPA Sampah
14,4
- Persetujuan prinsip no. : 231/Menhut-II/84 seluas 10
Ha - Perjanjian pinjam pakai no :
823/II/Kwl.BL-5/88 dan
TN.1014-W.14/828 - Telah ada Berita Acara
Pengembalian. - Berita Acara Adendum no :
928/Kwl-5/1992 tentang serah terima oleh Dinas PU
- Berlaku dari 8-8-88 s/d 8-8-1993
10.
BMG
Menara
Pemantau Angin
0,02
- Persetujuan prinsip no. :
1135/Menhut-II/90 - Perjanjian pinjam pakai no : 382/Kwl.BL-II/1991
- Berlaku dari 30-3-91 s/d
30-3-1996 - Tanpa kompensasi -
11. Dep. PU
IPAL
10,0 - Persetujuan prinsip no. :
680/Menhutbun-VIII/1999 - Ijin Menhut no : 1493/Menhut-IV/2002 ttg ijin penggunaan
KH Tahura Ngurah Rai untuk IPAL
- Kompensasi di Jembrana
bergabung dengan KH Budeng (RTK.30)
12. PT. Pertamina Lintasan Pipa Avtur
0,04 - Persetujuan prinsip no. : 322/Menhut-II/92
- Perjanjian pinjam pakai no : 551/Kwl-5/1994 dan 015A/F5000/94/SO
- Perpanjangan pinjam pakai no
: 2128/Kwl-5/1999
- Berlaku dari 8-1-94 s/d 8-1-1999
- Kompensasi gabung dengan kompensasi lagoon di Abang Agung
13.
SARBAGITA
Instalasi pengelolaa
n sampah terpadu
10,0
- Persetujuan prinsip no. : S.113/Menhut-IV/2004 ttg ijin
penggunaan seluas 10 Ha dan seluas 20 Ha untuk direhabilitasi
- Penetapan lahan IPST di
TAHURA Ngurah Rai no : 233/BPKS IV/2007
- Belum ada perjanjian pnjam pakai
14. PT. BTID Jalan
menuju Serangan
5,28 - Persetujuan prinsip no. :
1161/Menhut-IV/1994 ttg blok pemanfaatan TAHURA Ngurah rai seluas 445 Ha diserahkan pengelolaannya kepada PT.
BTID
- Belum ada perjanjian
pinjam pakai
15.
Dep. PU Jalan TOL Nusa Dua-
Ngurah Rai-Benoa
- Persetujuan Menhut No : 474/Menhut-IV/2011 dan no :
S.534/Menhut-IV/2011 dan no : S.220/Menhut-IV/2013 tgl. 21 Maret 2013
- Kerjasama/kolaborasi
16. Dinas PU U Turn
Timur Underpass Simpang
Dewaruci
0,17 - Surat Persetujuan Menteri
Kehutanan No.S.220/MENHUT-IV/2013 tanggal 21 Maret 2013
- Sudah ditatabatas dan
sudah di supervisi, dituangkan dalam berita acara tgl 24 Pebruari
2014. Luas 1700 M2, panjang 291,73 meter.
Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan
38
Tabel 3.13 Tukar Menukar Kelompok Hutan Prapat benoa (RTK.10)
No Pemohon Peruntukan
Luas (Ha)
Dokumen Lahan Pengganti (Ha)
Keterangan
1.
2.
PT. BTID
Angkasa Pura
Pengembangan
Pariwisata
Perluasan
Bandara
Ngurah Rai
62,1
12,0
- Persetujuan Menhut
no:904/Menhut-II/97
- 647/Menhutbun-
II/ 1999 - S.480/Menhut-VII/ 2004
- Persetujuan Menhut no.942?Menhut-VII/ 1997
- 342/Menhutbun-VII/ 1999 (lahan pengganti)
- Kab. Karangasem seluas 40,02
- Kab Jembrana seluas 44,05
- Kab Jembrana seluas 12,97
- Areal yang dilepas
sudah disahkan
- Lahan
pengganti sudah disahkan dan
ditetapkan
- Areal yang dilepas fungsi TAHURA
- Lahan pengganti sudah disahkan/
ditetapkan
Sumber : Data Tukar Menukar kawasan Hutan
Tabel 3.14 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan No Pemoho
n
Peruntuka
n
Luas
(Ha)
Dokumen Lahan
Pengganti (Ha)
Keteranga
n
1.
2.
AA. Rosiawati
IB Sura Kusuma
Pura Keluarga
Bangunan
0,023
0,023
- Persetujuan Menhutbun no:650/Menhutbun-
VII/1999 - Perpanjangan ijin no :
S.436/Menhut-II/04
- Permohonan baru
sampai di DISHUT
Bali
- Kab Badung seluas 0,08
- Kab Badung seluas 0,03
- Belum ditata batas karena
tidak ada rekomendasi dari DPRD
- Lahan yang dimohon
sudah ada bangunan bersertifikat
Sumber : Data Permohonan Tukar Menukar Kawasan Hutan
3.9.3 SK. Penetapan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 067/Kpts-II/88
tanggal 15 Pebruari 1988 tentang Penetapan Kawasan Hutan Prapat
Benoa (RTK.10) seluas 1.392 HA di Kabupaten Dati II Badung, Propinsi
Dati I Bali.
39
3.9.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Tabel 3.15 Permasalahan di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
seperti persertifikatan kawasan hutan adalah sebagai berikut : No Nama Pemilik Luas Penggunaan No. Sertifikat Posisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
I wayan Suka
I wayan Suka
Ni Wayan Sudarti
I wayan Rembyok
I Ketut Urip
I Wayan Lunas
I Wayan Suadi
I Ketut Konde
I wayan Buda
I made Dogor, Luh Sendri, Ni Putu Wati, Made Warta dan
Nyoman Wartika
I Wayan Wija/ Tjegeg
I B Surakusuma/I B
Lolek
I Nyoman Sudri/ Artono
I Ketut Lolong, Made Kadiana, Nyoman Suarta (PT. Bali Siki Utama)
Bangunan rumah
Bangunan rumah
Bangunan rumah
Bangunan rumah
Bangunan rumah
Bangunan rumah
Bangunan rumah
Bangunan rumah
Bangunan rumah
Tanah Kaplingan dan Bangunan rumah
Bangunan rumah
Bangunan rumah
-
Tanah kaplingan dan Bangunan
rumah
No. 3283 tanggal
30-4-90 Ps. No. 86, PP No. 908
No. 3073 tanggal 4-11-89 Ps No. 9, PP No. 396
No. 3363 tanggal
4-8-90 Ps No. 89, PP No. 908 No. 3461 tanggal
13-12-90 Ps no. 89c, PP No. 334
No. 3539 tanggal 22-4-91 Ps no. 89c, PP No. 908
No. 3468 tanggal 12-12-90 Ps no. 89c, PP No. 908
No. 3657 tanggal 30-9-91 Ps no. 517c, PP No. 89c
No.- tanggal - Ps no. 89c, PP No. 517
No. - tanggal - Ps no. 89c, PP
No. 53 No. 1047 tanggal 31-8-90
No. 1442 tanggal 30-5-1996
No. 1363 tanggal 19-11-91
No. 3091 tanggal 3-9-96
No. 257 tanggal – tahun 1978
B.469-B.470
B.469-B.470
B.469-B.470
B.469-B.470
B.469-B.470
B.469-B.470
B.469-B.470
B.469-B.470
B.469-B.470
B.41 – B.43
B.78 – B.79
B.226 – B.227
B.37 – B.38
B.283 – B.288
40
15.
16.
Ds. Adat Kedonganan
Drs. I Wayan Suwitra
Bangunan Sekolah
SMA N 2 Dipagar seng dan
telah diurug
No. 8115 tanggal
8-7-2001 No. 9362 tanggal
6-4-2010
-
-
Sumber : Data persertifikatan di atas diperoleh dari RPH Tahura Ngurah Rai
41
3.9.5 Peta Kawasan Hutan
42
Gambar 3.9. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Pada
Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
3.10 Kelompok Hutan Yeh Ayah (RTK.11)
3.10.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penunjukan
penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 13 Juni 1933 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 25 September 1933.
Adanya perluasan seluas 83,73 Ha yang ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan dengan SK. Penetapan No375/Kpts-II/86 tanggal
24 Nopember 1986, dengan luas total 575,73 Ha. memilik panjang
batas 35,84 Km, dengan fungsi hutan lindung. Topografinya sangat
curam.
Kelompok hutan Yeh Ayah (RTK.11) secara administratif
terletak di Kecamatan Selemadeg dan Pupuan Kabupaten Tabanan,
43
secara administrasi pengelolaan/ kepemangkuan hutan merupakan
wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Antosari, UPT. KPH Bali Barat.
3.10.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel.3.16 penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan non Kehutanan.
No Pengguna Untuk Luas
(Ha)
Dokumen Keterangan
1.
Balai
Meteorolgi dan Geofisika
Alat sensor
Telemetri
0,04
- Persetujuan Prinsip Menhut
No.: 521/Menhut-II/1989. Perjanjian Pinjam Pakai no : 1442.A/II/Kwl.BL-5/91 dan
HK.303/1999/VIII.III-91
- Berlaku dari
19-10-1991 s/d 19-10-2001
- Tanpa
Kompensasi.
2.
Gubernur Bali
Jln Juwuk Manis
Pangiyangan
3,0
- Persetujuan Prinsip Menhut
No.: 370/Menhut-II/1988. - Belum ada Perjanjian Pinjam
Pakai
- Lahan
kompensasi belum terealisasi
3. PT. Telkom UPNR
Jalan menuju Relay Microwave
0,24 - Perjanjian Pinjam Pakai No:1371.1/Kwl-5/1997 dan Tel10A/02/HK810/UN10.00/
9 - Persetujuan Perpanjangan
Menhut No.: S.696/Menhut-VII/2006 tgl 6-1-2006
dengan kompensasai 1 : 2.
- Perjanjian pinjam pakai tahap II belum
ada - Lahan
kompensasi belum
disiapkan
Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan
3.10.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2553/Menhut-VII/KUH/2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan
Lindung Yeh Ayah (RTK.11) seluas 575,73 (Lima Ratus Tujuh Puluh
Lima dan Tujuh Puluh Tiga Perseratus) Hektar di Kabupaten Tabanan,
Provinsi Bali.
3.10.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Kerawanan gangguan hutan berupa penggunaan kawasan
hutan untuk kebun kopi, coklat dan lain-lain oleh masyrakat. Tidak
ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan non Kehutanan.
44
3.10.5 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.10. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Yeh Ayah (RTK.11)
3.11 Kelompok Hutan Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12)
3.11.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan
Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penunjukan
penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Pengumuman pemancangan sementara tanggal 13 Juni 1933 dan
pengesahan penetapan batas hutan tanggal 25 September 1933.
Adanya perluasan seluas 83,73 Ha yang ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan dengan SK. Penetapan No375/Kpts-II/86 tanggal
24 Nopember 1986, dengan luas total 575,73 Ha. memilik panjang
batas 35,84 Km, dengan fungsi hutan lindung. Topografinya sangat
curam.
45
Kelompok hutan Yeh Ayah (RTK.11) secara administratif
terletak di Kecamatan Selemadeg dan Pupuan Kabupaten Tabanan,
secara administrasi pengelolaan/ kepemangkuan hutan merupakan
wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Antosari, UPT. KPH Bali Barat.
3.11.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan
non Kehutanan.
3.11.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2552/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Lindung Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12)
seluas 4.686,30 (Empat Ribu Enam Ratus Delapan Puluh Enam dan
Tiga Puluh Perseratus) Hektar di Kabupaten Tabanan, Kabupaten
Buleleng, dan Kabupaten Jembranan, Provinsi Bali.
3.11.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Kerawanan gangguan hutan yang intensitasnya paling tinggi
adalah pengerjaan kawasan hutan untuk kebun kopi, kakau dan
pisang dan pengerjaannya sudah sejak tahun 1950.
46
3.11.5 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.11. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12)
3.12 Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19)
3.12.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan bali Barat (RTK.19) merupakan gabungan
dari lima kelompok hutan antara lain :
- Kelompok Hutan Gunung Sanghyang (RTK.13) ditunjuk
berdasarkan SK Gubernur Hindia Belanda tanggal 29 Mei 1927 No.
28 Sub A.a.2 dan b.1;
- Kelompok Hutan Gunung Bakungan (RTK.14) ditunjuk berdasarkan
SK Gubernur Hindia Belanda tanggal 29 Mei 1927 No. 28 Sub A.a.1;
- Kelompok Hutan Gunung Prapat Agung (RTK.16) ditunjuk
berdasarkan usul penetapan No 1643/71/IV, tanggal 2 Oktober
1936;
47
- Banyuwedang ditunjuk dengan usul penunjukan No 2077/42,
tanggal 16 Juni 1947 dan Keputusan Dewan Raja-raja Bali Nomor :
E1/4/4 tanggal 13 Agustus 1947;
- Kelompok Hutan Gunung Candikusuma ditunjuk berdasarkan
dengan usul penunjukan No 5241/71/IV, tanggal 2 Nopember
1940 dan SK Residen Bali tanggal 24 Maret 1941 No. 12/P.A.S;
Tata batas untuk wilayah Kabupaten Jembrana dilaksanakan
tahun 1977, Berita acara tata batas di buat tanggal 31 maret 1977
disyahkan tanggal 7 September 1977 dan tata batas untuk wilayah
Kabupaten Buleleng dilaksanakan tahun 1977 dan tahun 1990, Berita
acara tata batas di buat tanggal 29 Juli 1991 disyahkan tanggal 24
Pebruari 1993 dengan surat Keputusan Penetapan Menteri Kehutanan
No. 204/Kpts-II/1993, tanggal 27 Pebruari 1993 dengan luas 39.086
ha.
3.12.2 Kawasan Taman Nasional Bali Barat
- Keputusan Dewan Raja-raja di Bali Nomor : E.1/4/5/47 tanggal 13
Agustus 1947 menetapkan kawasan Banyuwedang seluas 19.365,6
Ha sebagai Taman Perlindungan Alam Bali.
- Oleh Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor
429/Kpts/Org/7/1978, namanya di rubah menjadi Suaka Alam Bali
Barat.
- Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor
169/Kpts/Um/3/1978, tanggal 30 Nopember 1978 menunjuk Pulau
Menjangan, Pulau Kalong, Pulau Burung dan Pulau Gadung seluas
193 Ha sebagai Kawasan Suaka Alam dan digabung dengan
Suaka Alam Bali Barat.
- Pada tahun 1989 dilakukan tata batas Suaka Alam Pulau
Menjangan dan Gunung Prapat Agung Berita Acara Panitia Tata
batas di buat bulan Maret 1990.
48
- Dideklarasikan oleh Menteri Pertanian menjadi calon Taman
Nasional Bali Barat melalui Surat Keputusan Nomor
736/Mentan/X/1982, tanggal 14 Oktober 1982.
- Oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor 096/Kpts-
II/1984, tanggal 12 Mei 1984 kawasan Suaka Alam Bali Barat
ditunjuk menjadi Taman Nasional Bali Barat yang dikelola oleh UPT
TNBB.
- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493/Kpts-II/1995,
tanggal 15 September 1995 tentang Perubahan fungsi dari
kawasan hutan Suaka Alam Bali Barat menjadi Taman Nasonal
Bali Barat dengan luas 19.002,89 Ha (termasuk perairan laut dan
sekitarnya seluas 3.415 Ha).
Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19) secara administratif
terletak di Lintas Kabupaten Buleleng (Gerokgak, Seririt dan
Busungbiu) dan Kabupaen Jembrana Kecamatan Pekutatan, Mendoyo,
Negara dan Melaya). Secara pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Pekutatan, Yeh Embang,
Tegal Cangkring, Candi Kusuma, Penginuman, Sumber Kelampok,
Sumberkima, Gerokgak, Seririt, Busungbiu dan Dadap Putih, UPT KPH
Bali Barat.
3.12.3 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.17 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan Non Kehutanan
NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha)
DOKUMEN KETERANGAN
1.
2.
PT. PLN PLJTB
PT. PLN PLJTB
SUTT 150 KV Kapal-
Gilimanuk
SUTT 150 KV Lampu Nerah-
Gilimanuk-Pemaron Rural Areal III
46,56
3,22
- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 684/VII-4/1984.
- Perjanjian Pinjam Pakai no : 342.1I/Kwl.BL-5/93 dan 001BA/1033/93/PLJTB
- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 252/Menhut-VI/1995.
- Perjanjian Pinjam Pakai no :
1837.a/Kwl-5/96 dan 002/PI/1033/Pikitring/JTN/96
- Berlaku dari 19-3-1993 s/d 19-3-2003
- Kompensasi di Sangeh seluas 3 Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6
ha dan Abang Agung seluas 176,0 Ha (sudah ditetapkan)
- Berlaku dari 19-3-1993 s/d 19-3-2003
- Kompensasi di Melaya
dan Blimbingsari seluas ± 3,367 Ha dan belum ditata batas
49
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PT. Telkom
Bupati Buleleng
Bupati Buleleng
Dirjen Bina Marga
PT. Telkom UNPR
Balai Meteoro logi dan goefisika
PT. Cipta Karya
Dispenda Bali
Rural Areal
II Banyupoh
Jl Pucak sari -
Pelaga
SD Sumber Klampok dan lap olah raga
Jalan Denpasar-Gilimanuk Jalan dan
Relay
Microwave
Alat sensor telemetri
Bronkoptering bak Pengumpul dan Sumur
Bor air bersih
Kantor Pangkalan Dispenda di
cekik
0,03
1.0
1,0
8,16
4,69
0.039
0,18
1,0
- Persetujuan Prinsip Menhut
No.: 1844/Menhut-II/91 tgl 11-9-91
- Perpanjangan Kanwil no : 767/Kwl-5/97 tgl 14-5-97
- Perjanjian Pinjam Pakai no : 872.A/Kwl-5/97 dan Tel.17/03/HK.810/UN1000/96
- Pemberian ijin prinsip Dirjenhut no 4473/DJ/I/80
tgl 22-12-80 - Perjanjian Pinjam Pakai no : 4/TGH.132/1981 tgl 22-4-81
- Surat Bupati no 522/6239/Ek/91 perihal mohon perpanjangan ijin
- Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 3067/DJ/I/1974
- Perjanjian Pinjam Pakai no : 04/TGH.132/1981
- Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 138/DJ/I/1977
- Perjanjian Pinjam Pakai no : 7/TGH.132/1980
- Persetujuan Kakanwil no 1347/Kwl-5/96 tgl 25-9-96
- Perjanjian Pinjam Pakai No
: 1663/Kwl-5//96, Tel.17/03/HK810/UN.10.00/97
- Persetujuan Perpanjangan
Menhut No.: S.696/Menhut-VII/2006 tgl 6-1-2006 dengan kompensasai 1 : 2.
- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 521/Menhut-II/1989.
- Perjanjian Pinjam Pakai no : 1442.A/II/Kwl.BL-5/91 dan
HK.303/1999/VIII.III-91
- Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 572/DJ/I/1977
- Perjanjian Pinjam Pakai no :
8/TGH.132/1980
- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 1508/Menhut-II/1991.
- Persetujuan menhut
perpanjangan pinjam pakai no :1820/Menhut-II/1993
- Perjanjian Pinjam Pakai no :
141.4/II/Kwl.BL-5/96 dan 522.12/1065/Dispenda
- Berlaku dari 30-5-1997
s/d 30-5-2002 - Tanpa ada kompensasi
- Berlaku dari 22-4-1981
s/d 22-4-1991
- Tanpa ada kompensasi
- Berlaku dari 16-10-
1975 s/d 16-10-1995 - Tanpa ada kompensasi
- Berlaku dari 4-9-1980
s/d 4-9-2000 - Tanpa ada kompensasi
- Berlaku dari tgl 21-11-
1996 s/d 2001 - Perjanjian pinjam
pakai tahap II belum ada
- Lahan kompensasi belum disiapkan
- Berlaku dari 19-10-
1991 s/d 19-10-2001 - Tanpa Kompensasi
- Berlaku dari 15-9-1980
s/d 15-9-2005 - Tanpa Kompensasi
- Berlaku dari 7-10-1996 s/d 7-10-2000
- Lahan kompensasi
belum selesai - Lokasi pinjam pakai
telah berubah menjadi Jembatan Timbang
50
11.
12.
13.
14.
Dinas PU
Dinas Hub.
RRI
Kepala Dusun Klatakan
Bangunan
Pos PU
Jembatan Timbang
Tapak station Relay RRI
Bangunan Balai Dusun
Klatakan
0,25
1,0
4,687
0,03
- Persetujuan Prinsip
Dirjenhut No.: 4190/DJ/I/1980.
- Perjanjian Pinjam Pakai no : 25/TGH.132/1981
- Persetujuan menhut perpanjangan pinjam pakai no :526/Menhut-II/1987
- Ijin Dinas Kehutanan No.: 2 tahun 1966
- Perjanjian Pinjam Pakai no :
3 tahun 1966 - Ijin Dirjen PHKA no :S.99/IV-KKBHL/2011 (perpanjangan pinjam pakai
dgn system Kerjasama/Kolaborasi sama TNBB
- Persetujuan Prinsip Menhut No.:370/Menhut-II/1989
- Persetujuan Dirjen PHKA No.: 387/DJ-
IV/BinProg/1987. - Perjanjian Pinjam Pakai no : 2881.A/PPA.030/TNBB/1987
- Berlaku dari 13-1-1981
s/d 13-1-1986 - Lahan kompensasi
belum ada/selesai - Lahan sudah tidak
digunakan lagi
- Lahan pnjam pakai
diperluas dan Pos Dispenda tidak kelihatan
- Terdapat bangunan
mess Dispenda - Lahan kompensasi
belum selesai
- Belum pernah diukur
- Tanpa kompensasi
- Berlaku dari 1987 s/d 1992
- Tanpa kompensasi
Sumber: Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Tabel 3.18 Tukar menukar kawasan hutan No Pemohon Peruntukan Luas
(Ha) Dokumen Lahan
Pengganti (Ha)
Keterangan
1.
Gubernur
Bali
Waduk Palasari
115,0
- Persetujuan
Menhut no:1024/DJ/I/1976
- Kab Jembrana
(Sombang) seluas 275
- Tukar menukar telah
selesai - Lahan pengganti
setelah diukur seluas 383,10 Ha
- Pada lahan pengganti terdapat lahan garapan masyarakat seperti sawah dan
hingga sekarang masih berada dalam kawasan hutan dan
sudah bersrtifikat
Sumber: Data Tukar Menukar Kawasan Hutan
3.12.4 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2849/Menhut-VII/KUH/ 2014 tanggal 16 April 2014 tentang
Penetapan Kawasan Hutan pada kelompok hutan Bali Barat (RTK.19)
seluas 86.649,84 (Delapan puluh enam ribu enam ratus empat puluh
51
sembilan dan delapan puluh empat perseratus) Hektar di Kabupaten
Jembrana dan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
3.12.5 Permasalahan Kawasan Hutan
Kerawanan gangguan hutan intensitasnya sangat tinggi
yaitu mulai dari perambahan dan pengerjaan kawasan hutan untuk
ladang, kebun kopi, pisang dan lainnya. Penebangan liar pucaknya
terjadi awal reformasi tahun 1999 dilakukan secara masal sehingga
tanaman jati dibabat habis dan hingga sekarang secara sporadis
penebangan ilegal masih ada. Kebakaran hutan sering terjadi di Hutan
Produksi seperti di Pegunungan Klatakan serta pencarian kayu bakar
yang berintensitas tinggi oleh penduduk sehingga jangka panjang
dapat merusak hutan. Terdapat lahan bersertifikat diwilayah
kecamatan Melaya dan Pekutatan Kabupaten Jembrana.
Tabel 3.19 permasalahan kawasan hutan pada keompok Hutan Bali barat (RTK.19)
No Oleh Permasalahan Saran Tindak Lanjut
1 2 3 4
1. Eksodus Timor
Timur
- Pada tahun 1999 Timor Timur lepas dari NKRI
- Pemerintah Prov dan Kab Buleleng mengarahkan pada
Kawasan Hutan Produksi Bali Barat (RPH. Sumber Klampok)
- Terjadi perambahan kawasan
hutan dan pengkavlingan lokasi - Terdapat Bangunan permanen
dal lahan garapan oleh masyarakat semakin meluas
- Kerjasama Dep Transmigrasi dan
pemukiman Perambah Hutan
untuk melakukan sosialisasi transmigrasi yang
diarahkan di Wilayah NTB.
- Permasalahan belum diselesaikan hingga sekarang
Sumber : Data Identifikasi Permasalahan Tenurial Kawasan Hutan
52
3.12.6 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.12. Peta lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan pada
Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19)
53
3.13 Kelompok Hutan Penulisan Kintamani (RTK.20)
3.13.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda Nomor
19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penetapan
penunjukan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4.
Kelompok Hutan ini merupakan penggabungan 2 kelompok
hutan yaitu Penulisan dan Kintamani. Tata batas untuk wilayah
Kabupaten Bangli dilaksanakan tahun 1980, Berita acara tata batas
dibuat tanggal 9 Nopember 1980 disyahkan 29 Januari 1981. Adanya
perluasan akibat kompensasi PLN dengan Berita Acara Tata Batas
dibuat tanggal 30 Juni 1989 disyahkan 18 Oktober 1990 dengan
penetapan Menhut nomor : 611/Kpts-II/90 tanggal 23 Oktober 1990
dengan luas 26,6 Ha. Tata batas untuk wilayah Kabupaten Buleleng
dilaksanakan tahun 1990, Berita acara tata batas di buat tanggal 27
Maret 1991 di syahkan tanggal 16 Mei 1995 dengan surat Keputusan
Penetapan Menteri Kehutanan No. 616/Kpts-II/1995 tanggal 16
Nopember 1995 dengan luas 1.629,95 ha. Kelompok Hutan ini memiliki
panjang batas luar keliling 223,73 Km luas 5.849,25 dengan fungsi
pokok Hutan Lindung (5.663,73 Ha) dan Hutan prduksi terbatas
(185,55 Ha) .
Pada Kelompok hutan Penulisan Kintamani (RTK. 20) terdapat
sebanyak 9 buah enklave dengan luas total 673,81 Ha. Topografinya
mulai datar dibagian atas sampai sangat curam pada lereng selatan
dan utara.
Kelompok hutan Penulisan Kintamani (RTK. 20) secara
administratif terletak di wilayah Kecamatan Kintamani Kabupaten
Bangli dan Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Kintamani Timur dan RPH Tejakula, UPT
KPH Bali Timur.
54
3.13.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tabel 3.20 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non
Kehutanan pada kelompok hutan Kintamani (RTK.20)
NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha)
DOKUMEN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
1.
2.
PT. Telkom
PLN Wil XI
Stasiun Repeatur UHF
SKTM 20 KV
0,14
1,03
- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 370/Menhut-II/1988.
- Persetujuan Prinsip Menhut No.: 382/Menhut-VI/1991.
- Perjanjian Pinjam Pakai no :
702/Kwl-5/1992 dan 091.PJ/449/1992/M
- Tanpa Lahan Kompensasi
- Berlaku dari 19-3-1993 s/d 19-3-2003
- Tanpa Lahan Kompensasi
Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Tabel 3.21 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan pada kelompok
hutan Kintamani (RTK.20)
No Pemohon Peruntukan Luas (Ha)
Dokumen Lahan Pengganti (Ha)
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
1.
2.
3.
I Nengah Aryana
I Md Kaler
I Ketut
Seker
Rumah Keluarga
Rumah Keluarga
Bangunan
0,05
0,18
-
- Persetujuan Menhut no:138/M
enhut-II/1997
- Persetujuan
Menhut no:136/Menhut-II/1997
- Belum ada
ijin Menteri Kehutanan
- Kab Bangli seluas 0,35 (menempel KH Penulisan Kintamani)
- Kab Bangli seluas 1,17 (menempel KH
Penulisan Kintamani)
- Kab. Bangli seluas
0,06 (menempel dengan Enklave Siakin)
- Sudah ditata batas areal dimohon
dan pengganti tapi belum
dibuat Berita Acara oleh Sub BIPHUT
Singaraja
- Sudah ditata batas
areal dimohon dan pengganti
tapi belum dibuat Berita Acara
oleh Sub BIPHUT Singaraja
- Sudah ada
bangunan sejak 1960
Sumber : Data Tukar Menukar Kawasan Hutan
55
3.13.4 SK. Penetapan
- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 432/Kpts-II/1987
tanggal 31 Desember 1987 tentang Penetapan sebagian Kelompok
Hutan Penulisan Kintamani seluas 190,4 Ha di Dati II Buleleng,
Provinsi Dati I Bali sebagai Kawasan Hutan dengan fungsi sebagai
Hutan Produksi Terbatas.
- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 611/Kpts-II/1990
tanggal 20 Oktober 1990 tentang Penetapan perluasan Kelompok
Hutan Penulisan Kintamani seluas 26,6 Ha di Dati II Bangli,
Provinsi Dati I Bali sebagai Hutan Lindung.
- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 616/Kpts-II/1995
tanggal 16 Nopember 1995 tentang Penetapan kelompok Hutan
Penulisan-Kintamani (RTK.20), terletak di Provinsi Daerah Tingkat I
Bali seluas 5.822,65 (Lima ribu delapan ratus dua puluh dua, enam
puluh lima perseratus) Hektar yang terdiri dari seluas 4.192,7
(Empat ribu seratus sembilan puluh dua, tujuh persepuluh) Hektar
di Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli, sebagai kawasan hutan
dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas dhan seluas 1.629,95
(Serib enam ratus dua puluh sembilan, sembilan puluh lima
perseratus) Hektar di Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng,
sebagai Kawasan Hutan dengan Fungsi Hutan Lindung.
3.13.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Kerawanan gangguan hutan relatif tinggi berupa
perambahan pada musim hujan, penebangan liar kayu pinus,
perladangan dan pencarian kayu bakar oleh penduduk setempat serta
terdapat galian C.
56
3.13.5 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.13. Peta Lampiran SK. Penetapan Kelompok Hutan Penulisan Kintamani (RTK.20)
3.14 Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21)
3.14.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Usul penunjukan dengan Surat Keputusan Gubernur Jenderal
Van Nederlands tanggal 21 Pebruari 1919 Nomor 6 Stbl 1919 no 90
sebagai Cagar Alam (Natuur monumenten) seluas 10,8 Ha dengan
panjang batas 1,28 Km dengan pal batas sejumlah 17 buah. Berita
Acara Tata batas (panitia) tanggal 31 Juli 1979, pengesahan Berita
acara oleh Menteri Pertanian tanggal 3 Desember 1979 penetapan
berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Nomor 821/Kpts/Um-II/82
tanggal 10 Nopember 1982. Pada tahun 1988/1989 mendapat
perluasan dengan kompensasi SUTT 150 KV seluas 3,17 Ha Berita
57
Acara dibuat tanggal 19 Mei -1990 sehingga luasnya menjadi 13,97
Ha dengan panjang batas 1,94 Km dan pal batas sejumlah 37 buah
dengan fungsi hutan Cagar Alam. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 87/Kpts-II/93 tanggal 16 Pebruari 1993
dirubah fungsinya nenjadi Taman Wisata Alam. Telah ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan dengan surat nomor : SK.203/Menhut-II/2014
tanggal 3 Maret 2014 seluas 13,91 Ha dengan fungsi sebagai Cagar
Alam (CA).
Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21) secara administratif
terletak di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, secara administrasi
pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi
Hutan (RPH) Petang, UPT KPH Bali Tengah. Pengelolaan TWA ini
dilakukan oleh Desa Adat Sangeh, Pihak Kehutanan cq Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Bali hanya melakukan pembinaan habitat dan
pengamanan hutan serta Satwanya.
3.14.2 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
SK.203/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan
Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.21) seluas 13,91 (tiga
belas dan sembilan puluh satu perseratus) Hektar di Kabupaten
Badung, Provinsi Bali.
58
3.14.3 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.14. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.22)
3.15 Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK.22)
3.15.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK.22) ditunjuk
berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No.
1013/Kpts/Wn/12/1981, tanggal 10 Desember 1981. Ditetapkan
berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Nomor 821/Kpts/Um-
II/82.
Kelompok hutan ini diukur definitif pada tahun 1980 dan
Berita Acara Tata Batas tanggal 6 Pebruari 1982 disahkan tanggal 2
April 1984 dengan luas 202 Ha memiliki panjang batas luar keliling
11,80 Km dengan fungsi pokok hutan lindung. Telah ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan dengan surat nomor : SK.172/Menhut-II/2014
tanggal 3 Pebruari 2014 seluas 202,00 Ha dengan fungsi sebagai
Hutan Lindung (HL). Topografinya datar karena merupakan hábitat
mangrove.
59
Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK. 22) secara
administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida/Pulau Lembongan,
Kabupaten Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan
hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa
Penida, UPT KPH Bali Timur.
3.15.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan non Kehutanan dan tidak ada kerawanan gangguan
hutan.
3.15.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.172/Menhut-II/2014 tanggal 19 Pebruari 2014 tentang Penetapan
Kawasan Hutan Lindung Nusa Lembongan (RTK.22) seluas 202 (Dua
ratus dua) Hektar yang terletak di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.
60
3.15.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.15. Peta Lampiran SK Penetaan Kawasan Hutan Lindung Nusa Lembongan (RTK.22)
3.16 Kelompok Hutan Bunutan (RTK.23)
3.16.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Bunutan (RTK.23) ditunjuk dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 579/Kpts/Um-II/1978 tanggal 18
September 1978. Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor.369/Kpts/II/1986 tanggal 29 Nopember 1986.
Kelompok hutan ini diukur definitif pada tahun 1986 dan
Berita Acara Tata Batas tanggal 29 Januari 1986 disahkan tanggal 11
Nopember 1986 dengan luas 126,70 Ha memiliki panjang batas luar
keliling 15,28 Km dengan fungsi pokok hutan Lindung.
Kelompok hutan ini terdiri dari 3 bagian yaitu Bukit Balang
(86,10 ha), Bukit Pengelengan (37,10 Ha) dan Yeh Mesong (3,5 Ha).
Topografinya landai sampai curam.
61
Kelompok hutan Bunutan (RTK. 23) secara administratif
terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Abang, UPT KPH Bali Timur.
3.16.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untu
kepentingan non Kehutanan dan tidak ada kerawanan gangguan
hutan.
3.16.3 SK. Penetapan
Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 369/Kpts-
II/1986 24 November 1986 tentang Penetapan Kawasan Hutan
Lindung Bunutan (RTK.23) seluas ± 126,70 Ha di DATI II Karangasem,
DATI I Bali.
3.16.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.16. Peta Lampiran SK Penetapan Hutan Lindung Bunutan
(RTK.23)
62
3.17 Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK.24)
3.17.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK.24) ditunjuk sebagai
Kawasan Hutan akibat dari tukar menukar sebagian Kawasan Hutan
Prapat Benoa seluas 11 Ha untuk pengembangan Bandara Udara
Ngurah Rai Tahap I. Kelompok hutan ini ditunjuk dengan SK Menteri
Kehutanan Nomor : 390/Menhut-II/1987 tanggal 26 Oktober 1987. Kelompok
Hutan ini diukur definitif pada tahun 1987 dengan Berita Acara dibuat
tanggal 20 Pebruari 1988 disyahkan tanggal 20 Maret 1989 dengan luas 22,0
Ha memiliki panjang batas luar keliling 3,8 Km Jumlah pal batas 60 buah
dengan fungsi sebagai hutan Lindung. Topografinya landai pada bagian
utara dan curam pada bagian selatan.
Kelompok Hutan Bukit gumang rencana ada perluasan
karena kompensasi pinjam pakai kawasan hutan oleh Departemen PU
untuk Estuary DAM di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) namun
hingga sekarang belum ditata batas karena terdapat kepemilikan lahan
masyarakat pada rencana lokasi lahan kompensasi tersebut.
Kelompok Hutan ini secara administrasi terletak di
Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, secara administrasi
pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi
Hutan (RPH) Manggis, UPT KPH Bali Timur.
3.17.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan non kehutanan.
3.17.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 136/Kpts-II/1989,
tanggal 23 Maret 1989 seluas 22,00 Ha dengan fungsi sebagai Hutan
Lindung (HL).
63
3.17.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.17. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Bukit Gumang (RTK.24)
3.18 Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25)
3.18.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25) merupakan program
perluasan kawasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan
Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember 1982.
Diukur definitif pada tahun 1990 dengan Berita acara Tata Batas
dibuat tanggal 24 Pebruari 1990 disyahkan tanggal 1 Mei 1991
dengan luas 35,0 Ha memiliki panjang batas 2,4 Km Jumlah pal batas
32 buah dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 247/Kpts-II/1991, tanggal 6 Mei 1991 seluas 35,00
Ha dengan fungsi sebagai Hutan Lindung (HL). Topografinya
bergelombang ringan.
64
Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25) secara administrasi
terletak di Kecamatan Bebanden, Kabupaten Karangasem, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Manggis, UPT KPH Bali Timur.
3.18.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan non kehutanan.
3.18.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 247/Kpts-II/1991
tentang Penetapan Perluasan Kelompok hutan Gunung Agung (RTK.8)
seluas 436,10 Ha yang terletak diwilayah kecamatan Rendang dan
Kecamatan Kubu, Daerah Tingkat II Karang Asem serta Areal Hutan
Bukit Pawon (RTK.25) seluas 35 Ha, yang terletak dikecamatan
Bebandem, Daerah Tingkat II Karang Asem, Provinsi Dati I Bali,
sebagai Kawasan hutan dengan Fungsi Lindung.
3.18.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.18. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung Bukit pawon (RTK.25)
65
3.19 Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26)
3.19.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) merupakan program
perluasan kawasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan
Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember 1982.
Diukur definitif pada tahun 1992, Berita acara dibuat tanggal 25
Januari 1992 disyahkan tanggal 4 Januari 1995 dengan luas 89,50 Ha
memiliki panjang batas 12,43 Km dan jumlah pal batas 91. Pada
Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) terdapat sebanyak 2 buah
enklave dengan luas total 7,99 Ha. Topografinya bergelombang sampai
berbukit.
Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) secara administratif
terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Abang, UPT KPH Bali Timur.
3.19.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan non kehutanan.
3.19.3 SK Penetapan (Peta Penetapan)
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 535/Kpts-II/1995
tentang Penetapan kelompok hutan Gunung Abang Agung (RTK.8)
seluas 62,5 (enam puluh dua lima persepuluh) Hektar dan kelompok
hutan Kondang Dia (RTK.26 dan RTK.26A) seluas 89,5 (Delapan puluh
Sembilan, lima persepuluh) Hektar yang terletak di Daerah Tingkat II,
Karang asem, Propinsi Daerah Tingkat I Bali sebagai kawasan hutan
dengan fungsi kawasan hutan Lindung.
66
3.19.4 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.19. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Kondangdia (RTK.26)
3.20 Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27)
3.20.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) merupakan
program perluasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan
Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember 1982.
Diukur definitif pada tahun 1992 dan Berita Acara Tata Batas dibuat
tanggal 25 Maret 1992 disyahkan tanggal 24 Pebruari 1993 dengan
luas 244 Ha memiliki panjang batas 29,59 Km dan jumlah pal batas
252 buah.
Pada Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) terdapat
sebanyak 6 buah enklave dengan luas total 5,61 Ha. Topografinya
daerah perbukitan dengan kelerengan datar sampai landai.
Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) secara
administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten
67
Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan
merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida,
UPT KPH Bali Timur.
3.20.2 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 191/ Kpts-II/93
tanggal 27 Februari 1993 tentang Penetapan Kelompok hutan Tanjung
Bakung (RTK.27a, RTK.27b dan RTK.28C) yang terletak dikabupaten
Daerah Tingkat II, Klungkung, Propinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 244
(Dua ratus empat puluh empat) Hektar sebagai kawasan hutan tetap
dengan fungsi Hutan Produksi.
3.20.3 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.20. Peta Lampiran SK. Penetapan Kelompok Hutan Tanjung
Bakung (RTK.27)
68
3.21 Kelompok Hutan Suana (RTK.28)
3.21.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Suana (RTK.28) merupakan program
perluasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Penunjukan Gubernur
Bali No. 694 Tahun 1992 dan Keputusan Menhut Nomor 761/Kpts/Um-
II/1993 tanggal 18 Nopember 1983. Diukur definitif pada tahun 1993.
Berita Acara Tata Batas dibuat tanggal 25 Maret 1995 disyahkan
tanggal 10 Desember 1996 dengan luas 329,5 Ha memiliki panjang
batas 31,15 Km, terdiri dari 4 lokasi yaitu Hutan Suana I di dusun
Karangsari (103 Ha), Hutan Suana II di dusun Celagilan (29,3 Ha),
Hutan Suana III di dusun Suana (157,7 Ha), dan Suana IV di Dusun
Karang Gede (39,5 Ha).
Kelompok Hutan Suana (RTK.28) secara administratif
terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida, UPT KPH Bali
Timur.
3.21.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan
Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan non kehutanan.
3.21.3 SK. Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.459/Menhut-
II/2005 tanggal 13 Desember 2005 tentang Penunjukan dan
Penetapan Sebagian kelompok hutan Suana (RTK.28C) seluas 157,70
(seratus lima puluh tujuh dan tujuh puluh perseratus) Hektar di
Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan dengan
Tujuan Khusus untuk Hutan Penelitian Nusa Penida.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 759/Kpts-II/1996
tentang Penetapan Kelompok Hutan Suana (RTK.28A, 28B,28C dan
28D) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung, Propinsi
69
Daerah Tingkat I Bali, seluas 329,50 (Tiga ratus dua puluh Sembilan,
lima puluh perseratus) Hektar, sebagai kawasan hutan tetap.
3.21.4 Permasalahan Kawasan Hutan
Untuk permasalahan kelompok hutan ini memilki kerawanan
gangguan hutan berupa perambahan di musim hujan untuk
perladangan dan pencarian kayu bakar oleh penduduk setempat.
3.21.5 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.21. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan hutan Lindung Suana (RTK.28)
3.22 Kelompok Hutan Sakti (RTK.29)
3.22.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Sakti (RTK.29) merupakan program
perluasan hutan berdasarkan Pola TGHK, penunjukan berdasarkan
Keputusan Menhut Nomor 76/Kpts - II/1995 tanggal 6 Pebruari 1995.
Diukur definitif pada tahun 1994 dengan Berita Acara tata Batas
tanggal 23 Maret 1995 disyahkan tanggal 6 Pebruari 1996 dengan luas
70
273 Ha memiliki panjang batas 39,20 Km dan jumlah pal batas 410
buah.
Kelompok Hutan Sakti (RTK. 29) secara administratif
terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida.
3.22.2 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 49/Kpts-II/1996,
tanggal 8 Pebruari 1996 tentang Penetapan Kelompok Hutan Sakti
(RTK.29) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung,
Provinsi Daerah Tingkat I Bali, seluas 273 (Dua Ratus Tujuh Puluh
Tiga) Hektar sebagai Kawasan Hutan Tetap.
3.22.3 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.22. Peta lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung Sakti (RTK.29)
71
3.23 Kelompok Hutan Budeng (RTK.30)
3.23.1 Kronologis/Sejarah Kawasan
Kelompok Hutan Budeng (RTK.30) merupakan proses tukar
menukar kawasan hutan di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10)
antara Departemen Kehutanan dengan PT. Angkasa Pura dan antara
Departemen Kehutanan dengan PT. Bali Turtle Island Development
(BTID) serta tanah kompensasi oleh IPAL.
Kelompok Hutan ini diukur definitif pada tahun 1999 dengan
Berita Acara tata Batas tanggal 10 Nopember 1999 disyahkan tanggal
16 Oktober 2000 dengan luas 67,03 Ha memiliki panjang batas 13,92
Km dengan fungsi pokok Hutan Produksi Tetap (HP).
Kelompok Hutan Budeng (RTK. 30) secara administratif
terletak di wilayah Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, secara
administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah
Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal Cangkring UPT KPH Bali Barat.
3.23.2 SK Penetapan
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.2848/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang
Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap Budeng (RTK.30) seluas
66,99 (Enam puluh enam dan sembilan puluh sembilan perseratus)
Hektar di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.
72
3.23.3 Peta Kawasan Hutan
Gambar 3.23. Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap Budeng (RTK.30)
73
BAB IV. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT YANG
BERMUKIM DI SEKITAR KAWASAN HUTAN
Untuk beberapa kawasan hutan atau kelompok hutan di
Provinsi Bali, dalam buku ini kami sajikan gambaran keadaan Sosial,
Perekonomian dan Budaya secara umum pada salah satu Desa dan
diambil secara sample pada beberapa Desa yang masih berada di
sekitaran kawasan hutan masing-masing KPH sebagai berikut :
4.1 KPH Bali Tengah diwakilkan Desa Sambangan Kecamatan
Sukasada
4.1.1 Sejarah Desa
Menurut cerita para pendahulu, yang dituturkan oleh
seorang tokoh masyarakat yang bernama : I Nyoman Dumira (Alm.)
dalam bukunya yang berjudul “Desa Sambangan Riwayat Kejuangan
dan Pengembangannya”, yang disusun pada tahun 1990, maka dapat
deceritakan sebagai berikut : Bahwa Desa Sambangan sebelum
bernama Desa Sambangan, awalnya disebut Lapang karena daerah ini
masih kosong/belum dihuni oleh penduduk. Lama kelamaan mulai ada
pendatang ke daerah/tanah lapang tersebut karena ingin mendapat
lahan tanah/lahan. Adapun para pendatang itu ada yang berasal dari
Lumbanan, Runuh, Panji, Bale Agung, Delod Peken, dan Banjar Tegal.
Para pendatang itu akhirnya berkembang dan membentuk satu Banjar
yang disebut Banjar Sambangan.
Dimana secara filosopis kata Sambangan mempunyai makna
nyambang (datang), karena penduduknya semua pendatang. Banjar
Sambangan berada dibawah keperbekelan Desa Sukasada. Lambat
laun Desa Sukasada merasa tidak mampu menangani masalah-
masalah adat di Banjar Sambangan disebabkan luasnya wilayah yang
ditangani. Oleh karena itu Desa Sukasada menyerahkan wilayah Banjar
Sambangan kepada Desa Panji. Kemudian ± tahun 1880 an, warga
Banjar Sambangan dibawah pimpinan Wayan Diarta memohon kepada
74
pemerintah agar Banjar Sambangan bisa terlepas dari Perbekelan Desa
Panji karena ingin membentuk satu perbekelan sendiri. Permohonan
tersebut dikabulkan Raja namun dengan syarat harus dibangun
Kahyangan Tiga. Syarat itu disanggupi Wayan Diarta dan lanjut mulai
menyusun organisasi adat yang waktu itu diketuai Bapak Gusti Putu
Gempuk, wakin ketua Pan Luh Sriasih dan panganteb caru adalah Guru
Ketut Kandel. Untuk penyawangan sementara dibangun sebuah Jero
Gede di pertengahan Desa yaitu di Bale Banjar Sambangan,
dibangunnya Kantor Desa, Kemudian membuat kuburan dan dilanjutka
pembangunan Pura Dalem. Dengan telah dipenuhinya syarat yang
diminta Raja, maka raja mengeluarkan surat keputusan mengenai
status Desa Sambangan menjadi desa yang berdiri sendiri terlepas dari
perbekelan Desa Panji.
Gambar 4.1 Kantor Kepala Desa Sambangan Kec. Sukasada
4.1.2 Pemukiman
Dari hasil kegiatan di lapangan, dapat diketahui bahwa
mayoritas pemukiman Desa Sambangan sudah semi permanen.
Dimana pemukiman mereka umumnya berkelompok antara satu rumah
dengan rumah yang lainnya, tetapi ada sebagian pemukiman yang
berpencar mendekati lokasi lahan garapan yang dimiliki oleh masing-
masing penduduk.
75
4.1.3 Tata Guna Lahan Desa
Luas wilayah Desa Sambangan menurut informasi yang
diperoleh yaitu seluas 7,67 Km2. Di dalam penggunaan lahannya,
sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian dengan luas 223,00
Ha. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Sambangan
No. Penggunaan Lahan Luas
1 Sawah 223,00 Ha
2 Tegalan 202,00 Ha
3 Perkebunan 183,00 Ha
4 Pekarangan 45,00 Ha
5 Kuburan 3,00 Ha
6 Lainnya 88,00 Ha
Total 7,67 Km2
Sumber : Monografi Desa Sambangan
4.1.4 Sistem dan Struktur Masyarakat
Masyarakat Desa Sambangan menurut agama yang dianut
menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Sambangan mayoritas
penduduknya beragama Hindu dimana mayoritas penduduknya
memiliki sistem dan struktur masyarakat yang homogen, yaitu
merupakan penduduk asli dan turun temurun lahir, tinggal , dan
bekerja di desa tempat tinggal mereka.
Bahasa yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari adalah
bahasa Bali. Masyarakat Desa Sambangan masih menjunjung tinggi
adat istiadat terutama yang berkaitan dengan upacara keagamaan,
perkawinan serta dalam upacara pemakaman.
Di Desa Sambangan juga sudah memiliki lembaga-lembaga
kemasyarakatan, seperti BPD (Badan Perwakilan Desa), LPM (lembaga
Pemberdayaan Masyarakat), PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga), HANSIP (Pertahanan Sipil), BPAM (Badan Pengelola Air
76
Minum), Karang Taruna yang diberi nama Teratai Putih serta Kelompok
Tani Wana Lestari yang sekarang dikenal dengan Kelompok Tani
Perambah.
4.1.5 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Secara umum, kondisi perekonomian Desa Sambangan dari
hasil pengamatan di lapangan mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani pangan, perkebunan, selain itu juga ada
yang bermata pencaharian sebagai peternak, pedagang, PNS ABRI dan
yang lainnya. Komoditi utama dari hasil pertanian yaitu padi dan
jagung. Sedangkan komoditi dari perkebunannnya seperti kelapa, kopi,
cengkeh, vanili dan tembakau. Hasil pertanian Desa Sambangan cukup
maju, hal ini didukung dengan adanya subak yang berjumlah 4
(empat) buah serta sebuah bendungan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat untuk keperluan pertanian.
Selain itu juga, masyarakat memperoleh tambahan
penghasilan dari bidang pariwisata yang dimiliki Desa Sambangan. Hal
ini terlihat dari adanya wisata air terjun yang dikenal dengan nama air
terjun Aling-aling. Menurut sekretaris Desa Sambangan, selama ini
pengembangan wisata air terjun adalah murni swadaya masyarakat
terutama untuk jalan menuju lokasi dengan mengandalkan bantuan
PNPM Mandiri, masyarakat setempat telah berhasil membuat jalan
yang menyisiri tebing air terjun. Dengan pengembangan wisata air
terjun Aling-aling, membawa dampak positif bagi bagi masyarakat
sekitar. Ide kreatif masyarakat mulai tumbuh dengan menciptakan
berbagai kerajinan yang bisa dijual kepada wisatawan.
Hal lain yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat Desa Sambangan dari hasil kegiatan di lapangan, diperoleh
informasi bahwa masih banyak ditemukan perambahan oleh
masyarakat setempat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, hal ini
dikarenakan ada sebagian masyarakat Desa Sambangan yang tinggal
77
di sekitar kawasan hutan dimana mereka tidak memiliki lahan garapan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak memiliki lahan
garapan, yang pada akhirnya lahan garapan yang mereka manfaatkan
merupakan hasil dari merambah kawasan hutan disekitar pemukiman
mereka.
4.1.6 Kondisi Politik Lokal yang mempengaruhi Keberadaan
Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa
Dari hasil pengamatan di lapangan, bahwa masyarakat Desa
Sambangan khususnya di dusun yang kami kunjungi sebagian besar
tidak memiliki lahan garapan pertanian maupun perkebunan. Maka dari
itu mereka merambah kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Dengan munculnya masyarakat perambah hutan, Dinas
Kehutanan Kabupaten Buleleng akhirnya membentuk kelompok Tani
dengan nama Kelompok Tani Perambah Hutan. Kelompok ini dibentuk
dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi kawasan hutan yang telah
rusak. Masyarakat Desa Sambangan yang tinggal di sekitar kawasan
hutan belum seluruhnya memahami pentingnya keberadaan hutan.
Pembentukan Kelompok Tani ini merupakan kelompok tani
hutan binaan, karena posisinya masih dalam taraf binaan KPH Bali
Tengah. Dimana kelompok ini memberikan pernyataan antara lain :
bersedia menjaga kawasan hutan dari segala bentuk jenis gangguan
dan permasalahan, melakukan penanaman dengan cara swadaya,
masyarakat boleh mengambil hasil penanamannya dengan catatan
tidak boleh memperluas atau membuka lahan garapan baru.
Agar masyarakat tidak merambah hutan maka Dinas
Kehutanan Kabupaten Buleleng mengadakan program penanaman di
luar kawasan hutan (di sekitar kawasan hutan) dimana yang tadinya
masyarakat mengharapkan tanaman jenis kayu (Albisia), diganti
dengan jenis buah-buahan. Sehingga sekitar kawasan hutan ini
menjadi hutan penyangga. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
78
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberadaan fungsi hutan
lindung, mencegah masyarakat untuk kembali merambah serta untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk bantuan bibit
diharapkan dari pihak BPPT dan BPTH dapat memberikan bantuan
MPTS (Multi Purpose Tree Species) atau dikenal dengan tanaman multi
guna.
4.2 KPH Bali Timur diwakilkan Desa Siakin, Kecamatan Kintamani
4.2.1 Sejarah Desa
Desa Siakin merupakan desa hasil pemekaran dari Desa
Pinggan pada tahun 1968 yang terdiri dari Banjar Siakin dan Banjar
Batih. Semenjak terpisah dari desa Pinggan desa Siakin dalam
pembangunan di desanya dapat dilakukan sendiri dan dapat berjalan
dengan baik dan teratur.
Gambar 4.2 Kantor Perbekel Desa Saikin
4.2.2 Pemukiman
Penduduk Desa Siakin pada umumnya hidup secara
berkelompok dalam satu pemukiman, yang sebagian besar rumah
penduduknya sudah permanen terbuat dari tembok dengan lantai
keramik atau semen, dan beratap genteng/seng/asbes, tetapi masih
ada beberapa rumah masyarakat yang masih semi permanen
dindingnya terbuat dari kayu atau bambu dengan lantai dari kayu
maupun tanah, dan beratap kayu/bambu/daun ilalang.
Gambar 4.3 Pemukiman Desa Saikin
79
Luas wilayah desa Siakin berdasarkan penggunaan lahannya
adalah 8,84 Km2. Penduduk Desa Siakin sebagian besar
bermatapencaharian sebagai petani lahan kering, sehingga dalam
penggunaan tanah/lahan umumnya digunakan untuk tegalan dengan
luas 269 hektar dan untuk perkebunan dengan luas 138 hektar.
4.2.3 Sistem dan Struktur Masyarakat
Desa Siakin mayoritas penduduknya memiliki sistem dan
struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli
dan turun temurun lahir, tinggal, dan berkreasi di desa tempat tinggal
mereka. Hubungan kekerabatan antar penduduk sangat kental terjalin
dengan mayoritas etnis Bali serta bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah bahasa Bali dan Agama/kepercayaan penduduk desa terpilih
mayoritas beragama Hindu. Dalam pembangunan desa masyarakat
telah berperan aktif didalamnya, baik perencanaan, Maupun dalam
pembangunan desa masih diterapkan. Semangat gotongroyong
masyarakat Desa Siakin dalam berbagai kegiatan, seperti dalam
pembangunan rumah, pengolahan tanah, pemeliharaan fasilitas umum
dan fasilitas sosial, dalam proses pemakaman orang meninggal, dalam
menjaga kebersihan desa dan lain-lain. Adapun adat istiadat yang
berkembang dalam masyarakat Desa Siakin diantaranya adalah adat
istiadat dalam perkawinan, dalam upacara -upacara Yadnya, dalam
upacara kematian, dalam pengelolaan hutan, dalam tanah pertanian,
dalam memecahkan konflik warga, dan dalam menjauhkan bala
penyakit dan bencana alam, adat istiadat tersebut masih berkembang
hingga sekarang, selain itu di Desa Siakin juga terdapat lembaga
kemasyarakatan desa/kelurahan yang masih aktif hingga sekarang,
adapun organisasi-organisasi anggota lembaga masyarakat yang masih
aktif tersebut adalah LKMD/LPM, PKK, Karang Taruna, RT, RW,
Lembaga Adat, Posyandu, Kelompok Tani, Organisasi Perempuan,
Kelompok Gotong Royong, dan Organisasi Keagamaan.
80
4.2.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Pada umumnya penduduk desa Siakin bermatapencaharian
pokok sebagai petani dan beternak sebanyak 600 orang. Selain itu ada
juga yang bermatapencaharian sebagai buruh tani, Pegawai Negeri
Sipil, Pengrajin Industri Rumah Tangga, Montir, Pembatu Rumah
Tangga, TNI, POLRI dan Karyawan Perusahaan Swasta.
Pada lahan pertanian umumnya ditanami tanaman pangan
dan tanaman buah-buahan. Tanaman pangan yang diusahakan oleh
penduduk Desa Siakin adalah tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar,
cabai, bawang merah, bawang putih, tomat, buncis, dan talas.
Sedangkan tanaman buah-buahan yang diusahakan penduduk adalah
jeruk, alpukat, mangga, pepaya, pisang, limau, jeruk nipis, dan
nangka. Untuk pemasaran hasil tanaman pangan dan tanaman buah-
buahan biasanya dijual langsung ke konsumen atau ke pasar, tetapi
ada sebagian penduduk yang menjualnya ke tengkulak atau pengecer,
dan sebagian lagi tidak dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri.
Penjualan dilakukan di pasar kecamatan yang jaraknya kurang lebih 12
km dari desa, yang diangkut dengan menggunakan kendaraan kecil
(pick up).
Tanaman perkebunan yang diusahakan penduduk Desa
Siakin adalah kelapa, kopi, cengkeh, dan coklat. Adapun pemasaran
hasil perkebunan tersebut sama seperti pemasaran tanaman pangan
dan tanaman buah-buahan. Selain sebagai petani, penduduk Desa
Siakin juga bermatapencaharian pokok sebagai peternak. Jenis ternak
yang diusahakan oleh penduduk adalah sapi, babi, ayam kampung,
bebek, dan angsa. Hasil yang diambil dari beternak adalah telur dan
dagingnya. Pemasaran hasil beternak adalah dijual langsung ke
konsumen, dijual ke pasar hewan, selain itu ada yang dijual melalui
tengkulak dan pengecer, dan ada juga yang tidak dijual untuk
dikonsumsi sendiri.
81
Di Desa Siakin sudah terdapat sarana dan prasarana
pendidikan walaupun kurang memadai yaitu dengan adanya sekolah
TK dan SD (lihat Tabel 3). Untuk jenjang yang lebih tinggi, masyarakat
Desa Siakin pada umumnya tidak ragu untuk menyekolahkan anaknya
ke desa lain bahkan ke kecamatan lain.
Di Desa Siakin sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa
Posyandu, Pustu, tempat praktek dokter, dan pos KB dengan tenaga
kesehatannya adalah bidan. Dengan adanya fasilitas tersebut sangat
membantu penduduk, terutama bagi kesehatan wanita hamil dan
anak-anak. Pihak-pihak yang bekerja di dinas kesehatan tersebut juga
sering melakukan penyuluhan mengenai kesehatan terutama masalah
kebersihan dalam penggunaan air. Air yang digunakan masyarakat
Desa Siakin pada umumnya berasal dari sumber mata air sehingga
perlu perhatian khusus dalam penggunaannya agar tidak tercemar
ketika sampai ke rumah-rumah masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat bergotong-royong membuat pipa-pipa untuk menyalurkan
air-air tersebut sampai ke rumah penduduk. Selain masalah
penggunaan air bersih masalah sanitasi seperti penggunaan jamban
juga disosialisasikan petugas kesehatan kepada penduduk Desa Siakin.
4.2.5 Kondisi Politik Lokal yang Mempengaruhi Keberadaan
Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa
Penduduk Desa Siakin tinggal dan menetap secara turun
temurun yang pada umumnya masyarakat mengetahui batas desanya
berdasarkan data geografis dan cerita asal usul desa dari sesepuh
desa, yang berada di tepi kawasan hutan.
Menurut penduduk Desa Siakin kondisi hutan di sekitar
tempat tinggal mereka masih dalam keadaan baik, batas kawasan
hutan diwilayah desa dapat diketahui secara jelas dengan adanya pal
atau tanda batas dilapangan. Kebijakan lokal yang terdapat di Desa
Siakin adalah masyarakat dilarang menebang dan mengambil kayu dari
kawasan hutan. Walaupun penduduk Desa Siakin sudah mengetahui
82
adanya kawasan hutan namun penduduk desa masih melakukan
aktifitas di dalam kawasan hutan dengan menanam tanaman rumput
gajah untuk pakan ternak sapi dan mengambil ranting-ranting pohon
untuk kayu bakar, tetapi kelestarian hutan tetap terjaga.
4.2.6 Analisis Usaha Kehutanan dan Tani Masyarakat
Usaha pertanian yang dikembangkan penduduk Desa Siakin
adalah berupa tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Untuk
tanaman kehutanan masyarakat bekerjasama dengan dinas kehutanan
mengadakan penghijauan, pada tahun 2002 lahan kritis yang terdapat
di desa ini dilakukan penghijauan dengan menanam tanaman cemara/
Pinus (Pinus mercusii). Pada tahun 2004 Kepala Dusun mengadakan
program penanaman tanaman semusim, seperti cabai, jahe, kunyit,
dan daun sirih.
4.3 KPH Bali Barat diwakili Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak
4.3.1 Sejarah Desa, Pemukiman, dan Tata Guna Lahan Desa
Desa Pejarakan berdiri sejak pada tahun 1968. Desa yang
mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa sehingga
dapat berjalan dengan baik dan teratur.
Gambar 4.4 Kantor Kepala Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak
83
Pada umumnya penduduk Desa Pejarakan hidup secara
berkelompok dalam satu pemukiman. Adapun pemukiman yang
digunakan sebagian besar penduduknya sudah permanen, tetapi
sebagian ada yang yang masih semi permanen.
Pemukiman penduduk yang sudah permanen dindingnya
terbuat dari tembok dengan lantai keramik atau semen, dan beratap
genteng/seng/asbes ataupun beton.
Sedangkan pemukiman penduduk yang masih semi
permanen dindingnya terbuat dari kayu atau bambu dengan lantai dari
kayu maupun tanah, dan beratap kayu/bambu/daun ilalang.
Luas wilayah menurut penggunaan tanah di Desa Pejarakan
adalah 8,84 Km2. Penduduk Desa Pejarakan sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani tanah kering, sehingga dalam penggunaan
tanah/lahan umumnya digunakan untuk tegalan/huma dengan luas
269 hektar dan untuk perkebunan dengan luas 138 hektar.
4.3.2 Sistem dan Struktur Masyarakat
Desa Pejarakan mayoritas penduduknya memiliki sistem dan
struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli
dan turun temurun lahir, tinggal, dan berkreasi di desa tempat tinggal
mereka. Oleh karena itu, hubungan kekerabatan antar penduduk
sangat kental terjalin. Etnis yang berkembang di desa terpilih
mayoritas etnis Bali dengan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Bali. Agama/kepercayaan penduduk desa terpilih mayoritas
adalah agama Hindu.
Dalam pembangunan desa masyarakat ikut berperan aktif
didalamnya, sebagai contohnya adalah dalam musyawarah
perencanaan pembangunan desa/kelurahan/Musrenbangdes jumlah
kehadiran masyarakat adalah 80% dari jumlah peserta yang
seharusnya hadir, jumlah masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan
pembangunan fisik di desa dan kelurahan sesuai hasil Musrenbang
84
adalah 100% (semua terlibat). Selain peran serta masyarakat dalam
pembangunan desa, semangat kegotongroyongan masyarakat Desa
Pejarakan juga ada dalam berbagai kegiatan. Sebagai contohnya
adalah adanya kegiatan gotong royong atau sambatan dalam
pembangunan rumah, pengolahan tanah, pemeliharaan fasilitas umum
dan fasilitas sosial, pemberian modal usaha, pengerjaan sawah dan
kebun, dalam proses pemakaman orang meninggal, dalam menjaga
kebersihan desa, adanya kelompok arisan, adanya dana sehat, dan
lain-lain.
Adapun adat istiadat yang berkembang dalam masyarakat
Desa Pejarakan diantaranya adalah adat istiadat dalam perkawinan,
dalam perkawinan anak, dalam upacara kematian, dalam pengelolaan
hutan, dalam tanah pertanian, dalam memecahkan konflik warga, dan
dalam menjauhkan bala penyakit dan bencana alam. Adat istiadat
tersebut menurut informasi masyarakat masih berkembang hingga
sekarang.
Di Desa Pejarakan juga terdapat lembaga kemasyarakatan
desa/kelurahan yang masih aktif hingga sekarang. Adapun organisasi-
organisasi anggota lembaga masyarakat yang masih aktif tersebut
adalah LKMD/LPM, PKK, Karang Taruna, RT, RW, Lembaga Adat,
Posyandu, Kelompok Tani, Organisasi Perempuan, Kelompok Gotong
Royong, dan Organisasi Keagamaan.
4.3.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Pada umumnya penduduk Desa Pejarakan
bermatapencaharian pokok sebagai petani dan peternak sebanyak
600 orang. Selain itu, ada juga yang bermatapencaharian sebagai
buruh tani, Pegawai Negeri Sipil, pengrajin industri rumah tangga,
montir, pembantu rumah tangga, TNI, POLRI, dan karyawan
perusahaan swasta.
Pada lahan pertanian penduduk umumnya ditanami tanaman
pangan dan tanaman buah-buahan. Tanaman pangan yang
85
diusahakan oleh penduduk Desa Pejarakan adalah tanaman jagung,
ubi kayu, ubi jalar, cabai, bawang merah, bawang putih, tomat,
buncis, dan talas. Sedangkan tanaman buah-buahan yang diusahakan
penduduk adalah jeruk, alpukat, mangga, pepaya, pisang, limau,
jeruk nipis, dan nangka. Untuk pemasaran hasil tanaman pangan dan
tanaman buah-buahan biasanya dijual langsung ke konsumen atau ke
pasar, tetapi ada sebagian penduduk yang menjualnya ke tengkulak
atau pengecer, dan sebagian lagi tidak dijual melainkan untuk
dikonsumsi sendiri. Penjualan dilakukan di pasar kecamatan yang
jaraknya kurang lebih 12 km dari desa, yang diangkut dengan
menggunakan kendaraan kecil (pick up).
Tanaman perkebunan yang diusahakan penduduk Desa
Pejarakan adalah kelapa, kopi, cengkeh, dan coklat. Adapun
pemasaran hasil perkebunan tersebut sama seperti pemasaran
tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Selain sebagai petani,
penduduk Desa Pejarakan juga bermatapencaharian pokok sebagai
peternak. Jenis ternak yang diusahakan oleh penduduk adalah sapi,
babi, ayam kampung, bebek, dan angsa. Hasil yang diambil dari
beternak adalah telur dan dagingnya. Pemasaran hasil beternak
adalah dijual langsung ke konsumen, dijual ke pasar hewan, selain itu
ada yang dijual melalui tengkulak dan pengecer, dan ada juga yang
tidak dijual untuk dikonsumsi sendiri.
Di Desa Pejarakan sudah terdapat sarana dan prasarana
pendidikan walaupun kurang memadai yaitu dengan adanya sekolah
TK dan SD (lihat Tabel 3). Untuk jenjang yang lebih tinggi,
masyarakat Desa Siakin pada umumnya tidak ragu untuk
menyekolahkan anaknya ke desa lain bahkan ke kecamatan lain.
Di Desa Pejarakan sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa
Posyandu, Pustu, tempat praktek dokter, dan pos KB dengan tenaga
kesehatannya adalah bidan. Dengan adanya fasilitas tersebut sangat
membantu penduduk, terutama bagi kesehatan wanita hamil dan
86
anak-anak. Pihak-pihak yang bekerja di dinas kesehatan tersebut juga
sering melakukan penyuluhan mengenai kesehatan terutama masalah
kebersihan dalam penggunaan air. Air yang digunakan masyarakat
Desa Pejarakan pada umumnya berasal dari sumber mata air
sehingga perlu perhatian khusus dalam penggunaannya agar tidak
tercemar ketika sampai ke rumah-rumah masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat bergotong-royong membuat pipa-pipa untuk menyalurkan
air-air tersebut sampai ke rumah penduduk. Selain masalah
penggunaan air bersih masalah sanitasi seperti penggunaan jamban
juga disosialisasikan petugas kesehatan kepada penduduk Desa
Pejarakan.
4.3.4 Kondisi Politik Lokal yang Mempengaruhi Keberadaan
Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa
Penduduk Desa Pejarakan mayoritas sudah lama tinggal dan
menetap secara turun temurun di desa sehingga merupakan
penduduk asli. Pada umumnya masyarakat mengetahui batas desanya
berdasarkan data geografis dan cerita asal usul desa dari sesepuh
desa. Pemukiman penduduk Desa Pejarakan mayoritas berada di tepi
kawasan hutan dengan jalan utama menuju atau keluar kawasan
hutan adalah jalan tanah.
Menurut penduduk Desa Pejarakan kondisi hutan di sekitar
tempat tinggal mereka masih dalam keadaan baik dengan jenis batas
yang diketahui penduduk adalah pal atau tanda batas. Adapun
kebijakan yang ada di Desa Pejarakan adalah masyarakat dilarang
menebang atau bahkan mengambil kayu dari hutan yang masuk ke
dalam kawasan hutan. Walaupun penduduk Desa Pejarakan sudah
mengetahui adanya tanda batas dan kebijakan tersebut tetapi
penduduk desa masih melakukan aktifitas di dalam kawasan hutan
dengan menanam tanaman rumput gajah untuk pakan ternak sapi
dan mengambil ranting-ranting pohon untuk kayu bakar, tetapi
87
penduduk Desa Pejarakan tetap berusaha menjaga kelestarian hutan
agar tidak rusak.
4.3.5 Analisis Usaha Kehutanan dan Tani Masyarakat
Usaha pertanian yang dikembangkan penduduk Desa
Pejarakan adalah berupa tanaman pangan dan tanaman buah-
buahan. Untuk tanaman kehutanan masyarakat bekerjasama dengan
dinas kehutanan mengadakan penghijauan. Menurut informasi dari
penduduk pada tahun 2002 terdapat lahan kritis yang kemudian
terdapat program penghijauan dengan menanam tanaman cemara.
Pada tahun 2005 Kepala Dusun mengadakan program penanaman
tanaman semusim, seperti cabai, jahe, kunyit, dan daun sirih.