ii - USU Librarylibrary.usu.ac.id/download/fmipa/06000445.pdf · Elimasni: Perbanyakan Bibit...
-
Upload
trinhquynh -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of ii - USU Librarylibrary.usu.ac.id/download/fmipa/06000445.pdf · Elimasni: Perbanyakan Bibit...
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
ii RINGKASAN
Perbanyakan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) secara kultur
jaringan tanaman dijelaskan dalam laporan hasil penelitian ini. Pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat perhatian, terutama terhadap tanaman yang dapat menghasilkan produk non-kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang menghasilkan getah (kemenyan) yang mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan baku obat. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknik regenerasi yang efektif untuk perbanyakan tanaman Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) sebagai usaha untuk menghasilkan bibit kemenyan dalam jumlah banyak dan seragam, sehingga dapat memenuhi kebutuhan bibit bagi petani di daerah dekat hutan rakyat dan untuk keperluan bibit tanaman untuk hutan nasional.
Penelitian bersifat eksperimental, dengan kombinasi perlakuan percobaan dirancang secara acak faktorial dengan 6 ulangan setiap perlakuan. Kombinasi perlakuan diantaranya adalah media yang mengandung dan tanpa zat pengatur tumbuh. Prosedur penelitian terdiri atas persiapan bahan tanaman, penyediaan mendium kultur, sterilisasi eksplan dan penanaman eksplan, regenerasi kalus, dan aklimatisasi tanaman. Bahan baku untuk kultur jaringan tanaman adalah pohon kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) berkualitas baik dipilih dari areal hutan di Tapanuli Utara. Penelitian meliputi beberapa aspek perbanyakan bibit tanaman. kemenyan sumatrana (Styrox benzoin Dryander) secara kultur jaringan tanaman, untuk mendapatkan teknik regenerasi yang efektif untuk perbanyakan tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander), dan untuk mengetahui kondisi optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang diperbanyak secara teknik in vitro melalui kultur jaringan tanaman.
Dari hasil penelitian diperoleh setelah empat minggu terlihat kalus mulai terbentuk dan
membesar untuk beberapa kelompok perlakuan, dan dilanjutkan pada pertumbuhan kalus di dalam media kultur. Kalus yang bertumbuh terlihat bervariasi. Pertumbuhan kalus kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP yang ditambahkan ke dalam media kultur. Persentase kultur berkalus bervariasi, yaitu 50-83%, di mana persentase tertinggi ditemukan pada kelompok DIB0 dan D2B0 masing-masing 83%, berat kalus tertinggi diperoleh pada kelompok perlakuan D3B3 dengan rataan berat kalus 0.319 g. Analisis statistik sidik ragam menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kalus kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) (Fhitung 27.39 > Fcrit 2.44) pada taraf signifikansi 0,01.
Persentase keberhasilan kultur untuk bertumbuh menjadi tunas cukup tinggi. Variasi perlakuan memberikan perkembangan kultur menjadi tunas bervariasi, intensitas pertumbuhan tunas tertinggi terjadi pada kelompok D1 B3 dengan rataan jumlah tunas sebanyak 2,0 buah. Zat pengatur tumbuh berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas kemenyan (Fhitung 1.88 > Fcrit 2.44) pada taraf signifikansi 0,05. Pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP di dalam media basal MS juga sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan akar, jumlah akar yang paling banyak ditemukan pada kelompok perlakuan D3B0 dengan rataan jumlah akar 5.50 buah. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar kemenyan (Fhitung 8.08 > Fcrit 2.44) pada taraf signifikansi 0,01.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
iii
Regenerasi Styrax benzoin Dryander secara teoritis dapat dilakukan dengan memindahkan kalus embriogenik datam media inisiasi ke media MSO untuk membentuk planlet, akan tetapi pada penelitian ini tidak terjadi regenerasi tanaman tetapi berdifrensiai menjadi tunas dan akar. Aklimatisasi tanaman pada tahap ini belum dapat dilakukan karena tidak terbentuk planlet. Usaha masih dilakukan dengan penambahan berbagai jenis zat pengatur tumbuh untuk menumbuhkan planlet untuk perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tanaman.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
iv
SUMMARY
Propagation of benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander) by using of plant tissue culture is explained in this research report. The afford for sustainability and to improve the quality of production of forest plants is need, especially for the plants that specified as non-timber plants that have high economic value such as benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander) that could produce benzoin which is containing of bioactive as raw materials for medicine. The aim of the experiment is to obtain an effective regeneration method as affords to produce styrac benzoin seedling that are used as a source of seedling to be planted in the forest or industrial forest.
The study is experimentally with treatment combination in factorial with 6 replicate. The treatment combinations are including the mediums which in the absence and in the presence of growth regulators. The experimental steps are consists of preparation of plant, culture medium, explants sterilization and explants inoculation, callus regeneration, and acclimatization. The raw materials for the propagation are a good quality benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander) that are selected from the forest in North Tapanuli. The study consists of propagation aspects that is used to obtain an effective regeneration technique for the production of good quality seedling of benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander), and also to find optimum conditions for the growth and development of the seedling.
The results have been obtained that the callus are grown after four weeks of incubation, where the callus is starting to become bigger for some group treatments, and followed by the grown of the callus in the culture medium. The calluses are grown in various formations. The grown of the callus is affected by the grown stimulator 2,4-D and BAP that were added into the culture medium. The percentage of the callus grown are varied which are found about 50-83%, where the highest percentage was found in D1B0 and D2B0 (83%) and the heaviest callust are observed in D3B3 where the average callus is 0.319 g. The growth regulators influence callus growth of benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander) (F 27.39 >F(0.1) 2.44).
The percentage of the culture to grow become shots was found in high intensity. The variation in the treatments influenced the development of the culture to become shots, where the highest intensity of shot to grow is obtained in D1B3 where the average callus is 2.0. The growth regulators influence the growth of the shot of benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander) (F 1.88 >F(0.1) 2.44). Supplementing the growth regulator 2,4-D and BAP into the MS basal medium are also affecting the growth of the roots, where the highest intensity of root to grow is obtained in D3B0, the average is 5.5. The growth regulators influence the growth of the roots of the benzoin sumatrana (Styrox benzoin Dryander) (F 8.08 >F(0.1) 2.44).
Regeneration of benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander) is theoretically could be conducted by transferring the embryogenic callus into the MSO initiation medium that is useful for plantlet formation, however, in this research the regeneration of the plant was not obtained, but it differentiated to become shots and roots. The acclimatization of benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander) in this study could not be performed due to the lack of plantlet formation. The studies are still being conducted by addition of various types of growth stimulators as affords to grow the plantlets as steps to the propagation of benzoin sumatrana (Styrax benzoin Dryander).
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
vi DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Identitas dan Pengesahan Ringkasan ii Summary iv Kata Pengantar v Daftar Isi vi Daftar Gambar vii Daftar Tabel viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah 1 12. Ruang Lingkup Penelitian 2 1.3. Perumusan Masalah 3 1.4. Pembatasan Masalah 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1. Latar Belakang Penelitian 5 2.2. Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) 8 2.3. Propagasi Secara Kultur Jaringan Tanaman 9 2.4. Propagasi Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) 10 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 13 3.1. Tujuan Penelitian 13 3.2. Manfaat Penelitian Tahap Pertama 13 BAB IV METODE PENELITIAN 15 4.1. Rancangan Penelitian 15 4.2. Prosedur Penelitian 15 42.1. Persiapan Bahan Tanaman Kemenyan Sumatrana 16 4.2.2. Penyediaan Media Kultur 17 42.3. Sterilisasi Eksplan dan Penanaman Eksplan 18 42.4. Regenerasi tanaman 18 4.3. Organisasi dan Analisis Data 19 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 20 5.1. Induksi Kalus Kemenyan Sumatrana 20 52. Pengaruh Media Terhadap Pertumbuhan Kalus 22 5.3. Perkembangan Tunas Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) 25 5.3. Pengaruh Media Terhadap Pertumbuhan Akar Kemenyan Sumatrana 28 5.4. Regenerasi Kalus Styrax benzoin Dryander 30 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 31 6.1. Kesimpulan 31 62. Saran 33 DAFTAR PUSTAKA 34
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
vii DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1. Pohon kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) berkualitas baik dan masih produktif yang tumbuh di hutan rakyat Tapanuli Utara. 16 Gambar 4.2. Pucuk kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang diambil daun pertama membuka untuk dijadikan sebagai sumber eksplan dalam kultur jaringan tanaman. 17 Gambar 5.1. Bentuk kalus kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada minggu ke dua belas 22 Gambar 5.2. Pertumbuhan dan perkembangan tunas di kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) dalam media kultur setelah 6 minggu 26
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
viii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1. Rancangan percobaan perbanyakan kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) secara kultur jaringan tanaman 15 Tabel 5.1. Persentase kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang hidup di dalam media kultur dengan variasi perlakuan 21 Tabe15.2.Pertumbuhan kalus kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur tumbuh 23 Tabe15.3.Analisis sidik ragam pertumbuhan kalus kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur tumbuh (Data pada Tabel 5.2) 24 Tabel 5.4. Pertumbuhan tunas kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur tumbuh 25 Tabe15.5.Analisis sidik ragam pertumbuhan tunas kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur tumbuh (Data hasil pada Tabel 5.4) 27 Tabel 5.6. Pertumbuhan akar kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur tunibuh 28 Tabe15.7.Analisis sidik ragam pertumbuhan akar kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh (Data pada Tabel 5.6). 30
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat perhatian, terutama
terhadap tanaman yang dapat menghasilkan produk non-kayu yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Salah satu tanaman hutan yang sangat penting untuk dikembangkan dan
dibudidayakan adalah kemenyan Sumatrana (Styrax Benzoin Dryander) karena menghasilkan
getah kulit yang disebut kemenyan yang mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan baku
obat. Kemenyan Sumatrana mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai
bahan baku obat (Sianipar dan Simanjuntak, 2000). Tanaman ini tumbuh dengan baik di
hutan Sumatera Utara, khususnya di tiga kabupaten: Tapanuli Utara, Dairi dan Toba Samosir.
Kemenyan merupakan produk hasil hutan non kayu yang khas dari Tapanuli Utara
Sumatera Utara. Getah kemenyan bukan hanya dikonsumsi secara lokal, akan tetapi sudah
merupakan komoditas ekspor dari Sumatera Utara. Banyak masyarakat di sekitar hutan di
Tapanuli Utara yang menggantungkan hidup dari getah kemenyaan, yang dijual dalam
bentuk bahan baku mentah. Walaupun kemenyan sudah termasuk komoditas unggulan dari
Tapanuli Utara, akan tetapi budidaya kemenyan belum dilakukan dengan baik. Getah
kemenyan yang diproduksi dari Tapanuli Utara masih berasal dari kemenyan yang tumbuh
secara liar di hutan. Budidaya kemenyan sumatrana dalam jumlah banyak sulit untuk
dilakukan karena kendala dalam penyediaan bibit. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan masyarakat di sekitar hutan diketahui bahwa bibit pohon kemenyan yang tumbuh di
dalam hutan diperoleh dari biji yang tumbuh secara liar. Usaha untuk menghasilkan bibit
tanaman melalui biji telah dilakukan masyarakat akan tetapi jumlah biji yang dapat tumbuh
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
2
sangat sedikit bahkan tidak tumbuh sama sekali, karena kulit biji yang keras dan
ketersediaannya sangat sedikit. Hal ini menyebabkan usaha budidaya kemenyan menjadi
sulit dilakukan. Dengan demikian bila budidaya kemenyan tidak dilakukan, diperkirakan
tanaman ini akan mengalami kepunahan.
Permasalahan besar yang dihadapi dalam pemuliaan tanaman kemenyan adalah sulit
mendapatkan bibit yang tersedia. Penyediaan bibit kemenyan pada umumnya dilakukan
secara konvensional melalui perbanyakan generatif dengan biji yang tumbuh secara alami,
sehingga penanaman kemenyan dalam jumlah besar di hutan tidak memungkinkan untuk
dilakukan karena kesulitan dalam penyediaan bibit. Sebagai alternatif terbaik untuk
memenuhi penyediaan bibit kemenyan dalam jumlah besar harus dilakukan melalui teknik in
vitro, karena dapat memproduksi bibit dalam jumlah banyak dan seragam dalam waktu relatif
singkat. Hal ini yang mendorong peneliti melakukan penelitian sebagai upaya perbanyakan
tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin dryander) melalui kultur daun pucuk, sebagai
langkah awal dalam usaha penyediaan bibit kemenyan. 1.2. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini diarahkan pada usaha perbanyakan bibit kemenyan sumatrana (Styrax
benzoin Dryander) secara kultur jaringan tanaman untuk menghasilkan bibit kemenyan.
Permasalahan besar yang dihadapi dalam pemuliaan tanaman kemenyan adalah sulit
mendapatkan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang tersedia. Pada
umumnya penyediaan bibit kemenyan yang dilakukan oleh petani kemenyan adalah secara
konvensional melalui perbanyakan generatif dengan biji yang tumbuh secara alami, sehingga
penanaman kemenyan dalam jumlah besar di hutan tidak memungkinkan untuk dilakukan
karena kesulitan dalam penyediaan bibit. Dengan demikian, penyediaan bibit untuk hutan
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
3
rakyat dan hutan industri dalam areal luas sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan.
Sebagai alternatif terbaik untuk memenuhi penyediaan bibit kemenyan dalam jumlah besar
harus dilakukan melalui teknik in vitro, karena dapat memproduksi bibit dalam jumlah
banyak dan seragam dalam waktu relatif singkat. Hal ini yang mendorong peneliti
melakukan penelitian perbanyakan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
melalui kultur jaringan tanaman. Hasil penelitian ini sangat berguna untuk mengatasi
keterbatasan penyediaan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang selama
ini hanya dapat diperoleh masyarakat dari hutan yang tumbuh secara liar karena bibit
tanaman kemenyan sangat sulit ditumbuhkan dari biji secara budi daya tanaman. Teknik
penyediaan bibit seperti ini sangat sulit menyediakan benih yang seragam dalam jumlah
banyak, sehingga tidak memungkinkan menanam kemenyan pada area( luas di hutan lindung
yang sangat luas. Teknik kultur jaringan tanaman merupakan cara terbaik dalam mengatasi
permasalahan dalam penyediaan bibit kemenyan. 1.3. Perumusan Masalah
Untuk memberikan arahan spesifik dalam penelitian ini maka dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik kultur jaringan yang baik untuk perbanyakan tanaman kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander) sebagai usaha untuk penyediaan bibit kemenyan
sumatrana secara kultur jaringan tanaman dalam jumlah banyak dengan kualitas yang
seragam.
2. Bagaimana teknik regenerasi yang efektif untuk perbanyakan tanaman kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander).
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
4
3. Faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam usaha perbanyakan kemenyan sumatrana
(Styrax benzoin Dryander) agar diperoleh kondisi optimum untuk pertumbuhan dan
perkembangan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang diperbanyak
secara teknik in vitro melalui kultur jaringan tanaman. 1.4. Pembatasan Masalah
Masalah penelitian dikhususkan terhadap upaya perbanyakan tanaman kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander) sebagai upaya untuk menyediakan bibit kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander) secara kultur jaringan tanaman. Permasalahan akan
dibatasi pada studi teknik regenerasi yang efektif untuk perbanyakan tanaman kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander) sebagai langkah utama dalam mendapatkan kondisi
optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) yang diperbanyak secara teknik in vitro melalui kultur jaringan tanaman.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Latar Belakang Penelitian
Pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat perhatian, terutama
terhadap tanaman yang dapat mengasilkan produk non-kayu yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Salah satu tanaman hutan yang sangat penting untuk dikembangkan dan
dibudidayakan adalah kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) karena mempunyai
nilai ekonomi tinggi, yaitu tumbuhan yang penghasil getah kulit yang disebut kemenyan.
Kemenyan sumatrana mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan
baku obat (Sianipar dan Simanjuntak, 2000). Tanaman ini tumbuh dengan baik di hutan
Sumatera Utara, khususnya di lima kabupaten seperti Kabupaten Tapanuli Utara (Taput),
Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba dan Samosir (Tobasa), Kabupaten samosir, dan
Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Beberapa Kabupaten lain masih
dimungkinkan untuk tempat tumbuh tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin
Dryander), namun tanaman kemenyan belum dibudidayakan melalui hutan-hutan rakyat
maupun tanaman industri.
Bahan baku sebagai dari tanaman kemenyan yang dikenal dengan nama getah
kemenyan merupakan produk hasil hutan non-kayu dari Provinsi Sumatera Utara. Getah
kemenyan sangat potensil sebagai produk unggulan karena begitu diperlukan sebagai bahan
baku obat maupun kebutuhan lain. Getah kemenyan bukan hanya dikonsumsi secara lokal,
akan tetapi sudah merupakan komoditas ekspor andalan dari Sumatera Utara (BPS, 2003).
Banyak penduduk di sekitar hutan di lima kabupaten di atas (Taput, Dairi, Tobasa, Samosir,
dan Humbahas) yang menggantungkan hidup dari getah kemenyaan, pada umumnya masih
dijual dalam bentuk bahan baku mentah. Walaupun kemenyan sudah termasuk komoditas
unggulan dari Taput, Dairi, Tobasa, Samosir, dan Humbahas, akan tetapi budidaya kemenyan
belum dilakukan dengan baik. Getah kemenyan yang diproduksi dari Propinsi Sumatera Utara
masih berasal dari kemenyan yang tumbuh secara liar di hutan. Budidaya kemenyan
sumatrana dalam jumlah banyak sulit untuk dilakukan karena kendala dalam penyediaan bibit.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masyarakat secara sampling di beberapa
kabupaten (Taput, Dairi, Tobasa, Samosir, dan Humbahas) di sekitar hutan diketahui bahwa
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
6
bibit pohon kemenyan yang tumbuh di dalam hutan diperoleh dari biji yang tumbuh liar.
Usaha untuk menghasilkan bibit tanaman kemenyan melalui biji sering dicoba masyarakat,
akan tetapi, jumlah biji yang dapat tumbuh sangat sedikit bahkan tidak tumbuh sama sekali
karena kulit biji yang keras dan sulitnya mendapatkan media yang dapat menumbuhkan biji
kemenyan di persamaian. Hal ini menyebabkan usaha budidaya kemenyan menjadi sulit
dilakukan, terutama untuk kebutuhan hutan rakyat dan hutan industri lahan luas. Dengan
demikian bila budidaya kemenyan tidak dilakukan dan bila kebutuhan bibit tidak dapat diatasi
maka diperkirakan dalam waktu tidak lama tanaman ini akan mengalami kepunahan.
Usaha untuk menumbuhkan biji kemenyan sebagai bibit untuk digunakan sumber
eksplan dalam kultur jaringan telah dilakukan oleh peneliti (Nurwahyuni, 2002). Tujuan
utama dilakukan menumbuhan bibit dari biji kemenyan ini untuk mengatasi sumber
kontaminasi pada penelitian tahap awal, karena eksplan yang digunakan langsung dari hutan
sangat sulit untuk bebas dari kontaminasi jamur dan bakteri walau sudah dilakukan sterilisasi
yang optimum. Akan tetapi, dari beberapa cara yang telah dilakukan untuk menumbuhkan
bibit dari biji kemenyan, sesuai dengan saran masyarakat petani dan dengan pertimbangan
ilmiah, belum ada yang berhasil. Hasil ini menguatkan pernyataan masyarakat setempat
bahwa memperoleh bibit kemenyan melalui biji (di luar yang tumbuh secara liar) sangat sulit
untuk dilakukan, dari berbagai usaha yang dilakukan tersebut terbukti bahwa sangat sulit
untuk menumbuhkan biji kemenyan dalam lahan persamaian Kenyataan ini semakin
menambah tantangan yang mendorong peneliti untuk berusaha untuk memperbanyak tanaman
kemenyan melalui kultur jaringan tanaman.
Permasalahan besar yang dihadapi dalam pemuliaan tanaman kemenyan adalah sulit
mendapatkan bibit yang tersedia. Penyediaan bibit kemenyan pada umumnya dilakukan
secara konvensional melalui perbanyakan generatif dengan biji yang tumbuh secara alami,
sehingga penanaman kemenyan dalam jumiah besar dan seragam di hutan tidak
memungkinkan untuk dilakukan karena keterbatasan jumlah bibit yang tersedia. Dengan
demikian, penyediaan bibit untuk hutan rakyat dan hutan industri dalam areal luas sangat
tidak memungkinkan untuk dilakukan. Sebagai altematif terbaik untuk memenuhi penyediaan
bibit kemenyan dalam jumlah besar harus dilakukan melalui teknik in vitro, karena dapat
memproduksi bibit dalam jumlah banyak dan seragam dalam waktu relatif singkat. Hal ini
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
7
yang mendorong peneliti melakukan penelitian lanjutan perbanyakan bibit kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander) secara kultur jaringan tanaman sebagai usaha
penyediaan bibit kemenyan dalam jumlah yang besar dengan kualitas bibit yang baik dan
seragam.
Penelitian awal dalam perbanyakan Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin dryander)
melalui kultur pucuk telah dilakukan oleh peneliti (Nurwahyuni, 2002). Hasil penelitian
menunjukkan tahapan yang menggembirakan. Beberapa hasil penelitian ini yaitu diperoleh
pengaruh pemberian zat tumbuh terhadap pertumbuhan eksplan kultur daun pucuk di dalam
media kultur. Kemampuan jaringan tanaman untuk membentuk kalus sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi zat pengatur tumbuh kinetin dan α-napthaleneacetic acid (NAA). Dua jenis atau
tipe pertumbuhan kalus, yaitu membentuk kalus dan kalus berakar. Penambahan kinetin di
dalam media basal Murashige dan Skoog (MS) sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan
eksplan. Semakin tinggi kadar kinetin di dalam media, kualitas eksplan semakin baik, yaitu
dihasilkan kalus bertekstur padat, berwarna hijau, dan sebagian kecil friable berwarna putih.
Studi lanjutan masih perlu dilakukan untuk mencari media yang tepat dalam menumbuhkan
eksplan menjadi bibit tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander), yaitu melalui
eksplan dan variasi zat pengatur tumbuh lain yang sesuai untuk regenerasi kemenyan.
2.2. Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
Usaha pelestarian tanaman penghasil senyawa bioaktif, terutama tanaman penghasil
obat, di Indonesia perlu mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu
tanaman yang sangat potensil adalah tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin
Dryander). Tanaman kemenyan termasuk Divisio Spermatophyta, sub Divisio Angiospermae,
klass Dicotyledonae, Ordo Ebenales, Familia Styraceae, Genus Styrax, dan Spesies Styrax
benzoin Dryander. Kemenyan tumbuh dengan baik di hutan di Sumatera Utara dan
merupakan salah satu sumber penghasilan masyarakat di beberapa desa, yang dikenal dengan
getah kemenyan. Pemanfaatan kemenyan telah dikenal luas di Indonesia, terutama sebagai
bahan obat, baik sebagai obat tradisionil maupun untuk industri rokok, batik dan upacara
ritual. Lebih dari itu, tanaman kemenyan sebagai golongan styrax mengandung senyawa
kimia yang dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan (Shahjahan dan Islam, 1998; Bacchi,
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
8
dkk 1995; Bacchi dan Sertie, 1994; Jiang, dkk. 1979; Ulubelen dan Goren, 1973). Kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander) memiliki banyak senyawa bioaktif seperti asam sinamat
dan turunannya, yaitu senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
industri kosmetika dan obat-obatan (Sianipar dan Simanjuntak, 2000; Luo, dkk 1996).
Pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif telah dikenal luas di
Indonesia, terutama sebagai bahan obat, baik sebagai obat tradisionil maupun yang dikemas
dalam bentuk obat modern. Walaupun tanaman kemenyan memiliki potensi ekonomi yang
cukup tinggi, akan tetapi, usaha budidaya kemenyan belum dapat dilakukan karena kesulitan
dalam penyediaan bibit tanaman, sehingga masyarakat mengalami kesulitan di dalam
menanam kemenyan dalam areal luas seperti pada areal hutan rakyat dan hutan industri. Di
samping itu, apabila penanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) tidak
digalakkan maka diperkirakan suatu saat tanaman kemenyan akan punah dari hutan di
Sumatera Utara.
2.3. Propagasi Secara Kultur Jaringan Tanaman
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tanaman sangat tepat di dalam penyediaan
bibit dalam jumlah besar, seragam dan dengan kualitas baik. Teknik kultur jaringan juga
termasuk cara yang sangat baik untuk perbaikan kualitas tanaman, khususnya tanaman yang
potensil seperti tanaman-tanaman hortikultura dan tanaman hutan. Teknik kultur jaringan
tanaman telah banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman dikotil yang memiliki nilai
ekonomi (Chaturvedi, dkk, 1982). Dalam kultur jaringan tanaman, bahan tanaman (eksplan)
yang digunakan adalah bagian biji, benih, helai daun, tangkai daun, ruas batang, tunas aksilar,
dan meristem apikal, semuanya ini diambil dari bahan yang masih muda karena jaringan
tersebut mengandung sel-sel yang aktif membelah atau sel meristematik (Ling dan Iwamasa,
1997; Balch dan Alejo, 1997). Eksplan ditanam pada media MS yang mengandung
garam-garam mineral, asam-asam amino, vitamin, sumber karbon dan energi (gula) dan zat
pengatur tumbuh (ZPT) dengan komposisi tertentu (Murashige dan Skoog, 1962; Murashige
dan Tucker, 1969).
Ada beberapa jenis ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman, seperti auksin
(α-napthaleneacetic acid (NAA), 2,4 dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D), Indole-3-acetic acid
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
9
(IAA), IBA, dll.), dan sitokinin (benzyladenin (BA), kinetin (KI), dan zeatin (Zl)). Respon
tumbuhan terhadap ZPT yang ditambahkan ke dalam media berbeda-beda, tergantung pada
jenis tanaman yang dikultur. Efisiensi dan efektifitas dari hormon pertumbuhan juga berbeda
terhadap jenis tanaman yang berbeda. Sebagai contoh, kinetin sangat efektif untuk kultur
buku batang (Carimi, dkk., 1995), sementara sitokinin konsentrasi rendah dapat memacu
perkembangan tunas sedangkan konsentrasi tinggi merangsang penggandaan tunas
(Nurwahyuni, 2004). Auksin pada konsentrasi rendah dapat memacu pertumbuhan akar dan
pada konsentrasi tinggi dapat merangsang pertumbuhan kalus (Magoon dan Singh, 1995;
Goh, dkk, 1995). Dengan demikian, pengaturan zat pengatur tumbuh di dalam media sangat
menentukan terhadap keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan kultur. Dalam
perbanyakan tanaman dibutuhkan pemilihan perbandingan konsentrasi auksin, sitokinin dan
suplemen yang tepat, karena hal ini akan menentukan dalam derajat keberhasilan
pembentukan tanaman baru (Nurwahyuni dan Tjondronegoro, 1994).
2.4. Propagasi Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
Perbanyakan tanaman secara in vitro pada akhir-akhir ini banyak dilakukan, terutama
dalam usaha pemenuhan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas bibit dan produksi
yang relatif sama. Teknik kultur jaringan memiliki keuntungan karena dapat menghasilkan
bibit klonal secara massal dalam waktu yang singkat, dapat meningkatkan kualitas tanaman
karena menghasilkan tanaman seragam dan tingkat kesehatan yang lebih baik. Sepanjang
penelusuran pustaka yang sudah dilakukan oleh peneliti, belum ada usaha yang dilakukan
untuk perbanyakan tanaman kemenyan sumatrana secara kultur jaringan tanaman. Bahkan
hasil telusur pustaka lebih jauh telah dilakukan tetapi menunjukkan belum pernah dilakukan
usaha kultur jaringan tanaman terhadap tanaman golongan styrax. Hal ini mungkin
disebabkan karena belum banyaknya penelitian yang telah dilakukan terhadap potensi
tanaman tingkat tinggi golongan Styrax. Sebagai acuan perbanyakan kemenyan sumatrana
yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan pendekatan teknik in vitro terhadap tanaman
tingkat tinggi seperti yang dilakukan pada tanaman jeruk manis (Nurwahyuni, 2003;
Nurwahyuni, 2001x; Grosser, dkk, 1996)) dan tanaman kopi arabika (Nurwahyuni, 2001b,
Nurwahyuni, 1999). Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan eksplan
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
10
untuk kultur jaringan tanaman tingkat tinggi seperti diantaranya organ sumber eksplan, umur
organ, musim, ukuran eksplan, dan kualitas tanaman induk (Moreira-Dias, dkk. 2000;
Hidaka, 1984; Barlass dan Skene, 1982). Sumber eksplan adalah bagian vegetatif tanaman
karena mudah diperoleh. Faktor-faktor ini akan menjadi perhatian dalam kultur jaringan
tanaman kemenyan yang dilakukan dalam penelitian ini.
Penelitian awal dalam usaha perbanyakan tanaman Kemenyan Sumatrana (Styrax
benzoin dryander) melalui kultur pucuk telah dilakukan oleh peneliti (Nurwahyuni, 2002a).
Hasil penelitian ini menunjukkan tahapan yang menggembirakan, yaitu sebagai langkah awal
dalam usaha penyediaan bibit kemenyan menggunakan teknik kultur jaringan tanaman.
Tahapan penelitian sebagai usaha perbanyakan tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) secara kultur jaringan masih belum mencapai tahapan perbanyakan tanaman, akan
tetapi langkah yang sudah berhasil dilakukan sudah berada pada arah yang tepat. Sebagai
bagian dari tahapan awal penelitian ini, peneliti telah melakukan berbagai penelitian sebagai
usaha untuk perbanyakan bibit kemenyan sumatrana secara kultur jaringan tanaman
(Nurwahyuni, 2002). Perbanyakan kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) melalui
kultur daun pucuk juga telah dilakukan (Nurwahyuni, 2004) sebagai upaya mendapatkan
kalus dengan kualitas lebih baik untuk selanjutnya diregenerasi menjadi planlet dan tanaman.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan jaringan tanaman kemenyan untuk
membentuk kalus sangat dipengaruhi oleh konsentrasi kinetin dan NAA, yaitu ditunjukkan
dari berat basah kalus yang dihasilkan di dalam media kultur. Berat basah kalus yang
dihasilkan semakin meningkat dengan meningkatnya kadar kinetin dan NAA di dalam media
kultur (Nurwahyuni, 2005a). Propagasi in vitro tanaman kemenyan sumatrana (Styrox benzoin
Dryander) melalui kultur pucuk juga telah dilakukan (Nurwahyuni, 2005b). Kemampuan
jaringan tanaman kemenyan untuk membentuk kalus sangat dipengaruhi oleh konsentrasi zat
pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP. Pertumbuhan eksplan sangat bervariasi, sehingga tidak
ditemukan pola yang konsisten terhadap pertambahan berat kultur di dalam media. Eksplan
yang menghasilkan kalus menunjukkan kalus yang berbeda tipe sehingga sangat
memungkinkan untuk dilakukan subkultur untuk perbanyakan klonal dari kultur pucuk.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
11
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik regenerasi yang
efektif untuk perbanyakan tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) sebagai
usaha untuk menghasilkan bibit kemenyan dalam jumlah banyak dan seragam, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan bibit bagi petani di daerah dekat hutan rakyat dan untuk
keperluan bibit tanaman untuk hutan nasional. Secara spesifik, tujuan penelitian diperinci
adalah untuk:
1. Menyediakan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) secara kultur jaringan
tanaman sehingga memungkinkan untuk memproduksi bibit dalam jumlah besar dengan
kualitas yang seragam.
2. Mendapatkan teknik regenerasi yang efektif untuk perbanyakan tanaman kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander).
3. Mengetahui kondisi optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang diperbanyak secara teknik in vitro melalui
kultur jaringan tanaman.
3.2. Manfaat Penelitian Tahap Pertama
Penelitian bermanfaat untuk memberikan kontribusi ilmiah di dalam usaha perbanyakan
bibit tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) secara kultur jaringan
tanaman untuk memproduksi bibit dalam jumlah besar dengan kualitas yang seragam.
Melalui studi ini didapatkan teknik regenerasi yang efektif untuk perbanyakan tanaman
kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander),diketahui kondisi optimum untuk
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
12
pertumbuhan dan perkembangan bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang
diperbanyak secara teknik in vitro melalui kultur jaringan tanaman. Tujuan akhir penelitian
adalah usaha untuk memproduksi bibit kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
secara massal melalui kultur jaringan tanaman untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi petani
hutan rakyat dan hutan industri nasional.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
13
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian bersifat eksperimental, dengan kombinasi perlakuan percobaan dirancang
secara acak faktorial dengan 6 ulangan setiap perlakuan. Kombinasi perlakuan diantaranya
adalah media yang mengandung/tanpa zat pengatur tumbuh. Kombinasi perlakuan
diantaranya adalah media yang mengandung/bebas dari glukosa dan diperkaya dengan
beberapa jenis zat pengatur tumbuh seperti: Benzyl Amino Purin (BAP) dan 2,4
dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) seperti diperlihatkan dalam rancangan percobaan pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rancangan percobaan perbanyakan kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) secara kultur jaringan tanaman.
Variasi z pt BAP
2,4-D BO B 1 B2 B3
DO DOBO DOW DOB2 DOB3
DI DIBO DIBI DIB2 DIB3
D2 WBO D2BI D2B2 D2B3
D3 D3BO D3BI D3B2 D3B3
Keterangan:
DO = 0,0 mg/l 2,4-D BO = 0,0 mg/l BAP
D 1 = 0,05 mg/1 2,4-D B 1 = 0,1 mg/1 BAP
D2 = 0,5 mg/1 2,4-D B2 = 1,0 mg/1 BAP
D3 = 5,0 mg/1 2,4-D B3 = 10,0 mg/I BAP
14
4.2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri atas persiapan bahan tanaman, penyediaan mendium kultur,
sterilisasi eksplan dan penanaman eksplan, regenerasi kalus, dan aklimatisasi tanaman.
Masing-masing komponen ini akan dijelaskan secara singkat berikut ini.
4.2.1. Persiapan Bahan Tanaman Kemenyan Sumatrana
Bahan baku tanaman untuk kultur jaringan tanaman adalah pohon kemenyan sumatrana
(Styrax benzoin Dryander) berkualitas baik dipilih dari areal hutan di Tapanuli Utara, dan
dari hutan tersebut diambil anakan yang baik untuk ditanam di dalam pot di rumah kaca
Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Biologi FMIPA-USU. Tanaman induk yang dijadikan
sebagai sumber anakan adalah tanaman pohon kemenyan seperti diperlihatkan pada Gambar
4.1. Tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) ini digunakan sebagai sumber
bahan tanaman, sedangkan daun sumber eksplan digunakan daun muda seperti diperlihatkan
pada Gambar 4.2.
Gambar 4.1. Pohon kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) berkualitas baik dan
masih produktif yang tumbuh di hutan rakyat Tapanuli Utara.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
15
Gambar 4.2. Pucuk kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang diambil daun
pertama membuka untuk dijadikan sebagai sumber eksplan dalam kultur jaringan
tanaman.
4.2.2. Penyediaan Media Kultur
Media basal terdiri atas garam dan vitamin yaitu media MS (Murashige dan Skoog,
1962) dikeraskan dengan 8% agar. Kondisi pH media di atur pada pH 5.8, kemudian di
sterilisasi di autoclaf pada 121 OC selama 20 menit. Media basal yang digunakan divariasi
komposisinya zat pengatur tumbuh yaitu benzyl amino purin (BAP) dan 2,4
diklorophenoxyacetic acid (2,4-D). Percobaan dilakukan dengan variasi zat pengatur tumbuh
yaitu BAP (0, 0.1, 1.0 dan 10 mg/1) dan 2,4-D (0, 0.05, 0.5 dan 5 mg/1). Media kultur untuk
inisiasi kalus terdiri atas media MS (Murashige dan Skoog, 1962) yang diperkaya dengan zpt.
Optimasi percobaan meliputi inisiasi kalus, regenerasi, aklimatisasi akan dilakukan dengan
berbagai variasi perlakuan. Studi terhadap resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit
akan dilakukan dalam tingkat kalus dengan variasi jumlah vektor seperti fungi, bakteri dan
virus di dalam kalus yang berhasil dikultur pada tahapan awal. Adaptasi tanaman terhadap
iklim dan kadar air dilakukan secara laboratorium dirumah kaca dengan perlakuan variasi
tingkat kesuburan tanah (pemupukan), suhu dan curah hujan. Percobaan di atas akan
dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial (Zar, 1996).
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
16
4.2.3. Sterilisasi Eksplan dan Penanaman Eksplan
Daun muda tanaman kemenyan diambil lalu dicuci dengan air detergen dan dibilas
dengan air kran. Bahan disterilasi dalam kondisi aseptik dalam alkohol 70% selama 1 menit
dan diikuti dengan pemindahan ke dalam larutan bayclin 10 dan 20 % masing-masing selama
15 menit masing-masing diseling dengan pembilasan memggunakan akuades sebanyak 3
kali. Eksplan dipotong sebesar 1.Ocm dan ditanam pada 16 perlakuan media yang sudah
dibuat. Kultur diinkubasi dengan penyinaran 1000 lux selama 16 jam/hari, dengan suhu
25-27 OC. Kultur dipelihara selama 90 hari dan pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali.
Terhadap setiap kultur akan dilakukan pengamatan yaitu persentase kultur terkontaminasi,
pertumbuhan kultur: jumlah tunas, tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, jumlah akar,
persentase kultur mengkalus. Jika pada media perlakuan dihasilkan kalus embriogenik maka
kalus tersebut diregenerasi dalam media MSO (media MS tanpa zat pengatur tumbuh).
Kondisi ruangan kultur dipelihara sama seperti pada saat inisiasi. Pada fase ini dilakukan
pengamatan kemampuan kultur beregenerasi menjadi tanaman, seperti jumlah planlet
terbentuk..
4.2.4. Regenerasi tanaman
Terhadap kalus yang terbentuk pada kultur akan dilakukan regenerasi kalus menjadi
tanaman dengan cara memindahkan kalus ke dalam media regenerasi. Sebagai media
regenerasi digunakan media MSO (media MS tanpa zat pengatur tumbuh) dan MS yang
diperkaya dengan zat pengatur tumbuh. Kondisi ruangan kultur dipelihara sama seperti pada
saat inisiasi. Pada fase ini dilakukan pengamatan kemampuan kultur morfogenik
beregenerasi menjadi tanaman, seperti jumlah tunas dan tunas beralcar, jumlah tunas per-
eksplan, jumlah akar dan kecepatan pertumbuhan, hasil diferensiasi kalus setelah di
subkultur, respon tunas pada media perakaran, dan kecepatan pertumbuhan. Faktor-faktor
lain juga akan dioptimasi untuk mendapatkan kondisi optimum pertumbuhan dan
perkembangan kalus.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
17
4.3. Organisasi dan Analisis Data
Data penelitian ini akan dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis secara statistik untuk
penarikan kesimpulan (Zar, 1996). Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk
persentase, tabel, grafik atau kurva sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam percobaan.
Hasil pemotretan (foto) dari pertumbuhan, perkembangan kalus dan bibit tanaman juga akan
disajikan sebagai hasil penelitian dan akan dijadikan sebagai sumber data untuk keperluan
interpretasi data hasil penelitian.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
18
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Induksi Kalus Kemenyan Sumatrana
Pada teknik kultur jaringan tanaman, telah diketahui bahwa kemampuan jaringan
tanaman untuk membentuk kalus sangat dipengaruhi antara lain oleh komponen dan
konsentrasi media, jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (zpt) dan intensitas cahaya
(Nurwahyuni, 1994), maka dalam dalam kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) digunakan media MS sehingga pengaruh pemberian kombinasi zat pengatur
tumbuh terhadap pertumbuhan kalus dapat diamati. Eksplan tanaman kemenyan yang berasal
dari daun pucuk yang sudah disterilisasi dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam botol
kultur berisi media. Potongan daun dibenamkan dengan seluruh permukaan menempel pada
media. Cara ini dilakukan karena ternyata meletakkan daun pada posisi permukaan bawah
atau permukaan atas daun yang bersentuhan dengan media cukup baik untuk inisiasi dan
pertumbuhan kalus pada kultur daun pucuk kemenyan ini karena setiap sel pada permukaan
yang bersentuhan dengan media mempunyai potensi untuk menyerap nutrien yang terdapat
dalam media. Walaupun menurut Hendroyono dan Wijayani (1994) cara seperti ini tidak
selalu efektif dalam induksi kalus, akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan pada kultur
jaringan kopi (Nurwahyuni, 1999), dan kultur jaringan jeruk manis (2001) telah terbukti
bahwa cara yang dilakukan seperti pada kultur jaringan kemenyan ini tidak efektif dalam
merangsang pembentukan kalus embriogenik.
Kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) kemudian diinkubasi di dalam
ruang dengan pencahayaan konstan 1000 lux pada suhu 25±2 °C. Setelah masa inkubasi
empat minggu terlihat kalus mulai terbentuk dan membesar untuk beberapa kelompok
perlakuan, dan dilanjutkan pada pertumbuhan kalus di dalam media kultur pada minggu ke
duabelas. Kalus bertumbuh mulai pada bagian eksplan bekas luka yang merupakan pinggiran
yang bersentuhan langsung dengan media, dan selanjutnya perlumbuhan meluas keseluruh
permukaan eksplan. Pertumbuhan kalus pada eksplan semakin meningkat apabila pada
eksplan terdapat tulang-tulang daun apalagi ibu tulang daun yang mengandung
berkas/jaringan pengangkut, hal ini disebabkan oleh karena pada jaringan pengangkut
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
19
tersebut terdapat nutrien yang lebih banyak bila dibandingkan dengan jaringan daun yang
tidak mempunyai jaringan pengangkut mengakibatkan pemacuan pertumbuhan kalus
meningkat. Hasil seperti ini selalu didapati seperti dijelaskan dalam beberapa penelitian
sebelumnya (Nurwahyuni, 2002, dan Nurwahyuni, 2004). Jumlah kultur yang hidup dari
seluruh kultur yang ditumbuhkan dalam berbagai kelompok perlakuan dirangkum pada Tabel
5.1.
Tabel 5.1. Persentase kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang hidup
di dalam media kultur dengan variasi perlakuan.
Pertumbuhan kalus pada minggu ke Perlakuan
1 2 3 4 5 6
DOBO
DOB1
DOB2
DOB3
DIB0
DIB1
DIB2
DIB3
D2B0
D2B1
D2B2
D2B3
D3B0
D3B1
D3B2
D3B3
* * * * * *
* * + + + +
* * + + + +
* * + + + +
* * + + + +
* * + + + +
* * + + + +
* * + + + +
* * * * + +
* * + + ++ ++
* * + + + ++
* * + + ++ ++
* * + ++ ++ +++
* * + + ++ +++
* * + + ++ +++
* * ++ ++ +++ +++
Keterangan:
DO = 0,0 mg/l 2,4-D BO = 0,0 mp/l BAP Dl = 0,05 mg/1 2,4-D B 1 = 0,1 mg/l BAP
D2 = 0,5 mg/l 2,4-D B2 = 1,0 mg/I BAP D3 = 5,0 mg/l 2,4-D B3 = 10,0 mgll BAP
20
(*) eksplan membesar, (+) kalus bertumbuh, (++) intensitas pertumbuhan kalus sedang,
(+++) intensitas pertumbuhan kalus sangat besar
Kalus yang bertumbuh terlihat bervariasi. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa kalus
berwarna coklat berair hanya bertumbuh menjadi kalus dalam jumlah yang besar, tetapi tidak
dapat menghasilkan tanaman. Sedangkan kalus yang berwama hijau merupakan kalus
embriogenik, berkembang dengan baik. Bentuk kalus yang bertumbuh pada minggu ke enam
diperlihatkan pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Bentuk kalus kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada
minggu ke dua belas
5.2. Pengaruh Media Terhadap Pertumbuban Katus
Pertumbuhan dan perkembangan kalus kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
sangat dipengaruhi oleh jenis zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media kultur.
Dalam percobaan ini telah dilakukan variasi beberapa jenis zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan ke dalam media kultur, kemudian persentase kultur yang bertumbuh kalusnya
diamati dan berat kalus ditimbang untuk dianalisis secara statistika. Pengaruh pemberian zat
pengatur tumbuh ke dalam media kultur mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kalus, yaitu diamati setelah pengkulturan selama 1 bulan.
Pertumbuhan eksplan baru menunjukkan gejala tumbuh setelah 1 bulan pengkulturan, dan
diikuti dengan perkembangan kalus. Perkembangan kalus di dalam media kultur sangat
lambat. Pertumbuhan dan perkembangan kalus oleh pengaruh konsentrasi zat pengatur
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
21
tumbuh 2,4-D dan BAP di dalam media basal MS ditunjukkan dari berat basah kalus di
dalam kultur. Dari pengaruh variasi zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan kalus
diperoleh seperti dirangkum para Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Pertumbuhan kalus kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada
media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur tumbuh
Berat akhir kalus
No
Jenis
Perlakuan
%kultur kalus
Bertumbuh Berat
(g)
Notasi*
1 DOBO 0 0.017 f
2 DOB 1 67 0.028 ef
3 DOB2 67 0.030 ef
4 D0B3 67 0.031 ef
5 DIB0 83 0.042 ef
6 D1B1 67 0.042 ef
7 D1B2 67 0.050 ef
8 D1B3 67 0.053 ef
9 D2B0 83 0.065 de
10 D2B1 67 0.068 de
11 D2B2 67 0.073 de
12 D2B3 67 0.093 cd
13 D3B0 67 0.146 b
14 D3B1 50 0.161 b
15 D3B2 67 0.190 b
16 D3B3 67 0.319 a
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
22
Keterangan:
DO = 0,0 mg/I 2,4-D BO = 0,0 mg/1 BAP D1 = 0,05 mg/I 2,4-D B 1 = 0,1 mg/1 BAP
D2 = 0,5 mg/1 2,4-D B2 = 1,0 mgfI BAP D3 = 5,0 mg/I 2,4-D B3 = 10,0 mg/1 BAP
*Diperoleh berdasarkan hasil analisis statistika "Uji Jarak Duncan"
Pemberian zat pengatur tumbuh sangat nyata berpengaruh terhadap induksi dan
kecepatan perkembangan kalus tetapi tidak berpengaruh terhadap persentase kultur
membentuk kalus. Pada kelompok perlakuan ditemukan persentase kultur berkalus yang
bervariasi, yaitu 50-83%, di mana persentase tertinggi ditemukan pada kelompok Dl BO dan
D2B0 masing-masing 83%, sedangkan persentase terrendah ditemukan pada kelompok D3B1
hanya bertumbuh 50%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa media dengan komposisi
kombinasi zat pengatur tumbuh sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dun
perkembangan kalus kemenyan, dimana berat kalus tertinggi diperoleh pada kelompok
perlakuan D3B3 dengan rataan berat kalus 0.319 g, disusul dengan kelompok perlakuan
D3B2 dengan rataan berat basah kalus 0.190 g, sedangkan berat kalus terrendah diperoleh
pada kelompok perlakuan DOBI dengan rataan berat kalus 0.028 g, yaitu hampir sama
dengan kelompok control DOBO dengan rataan berat kalus 0.017g. Dari data ini diketahui
bahwa konsentrasi zat pengatur tumbuh sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan kalus,
yaitu semakin tinggi konsentrasi 2,4-D dun BAP yang ditambahkan ke dalam media kultur
maka berat basah kalus yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Tabel 5.3. Analisis sidik ragam pertumbuhan kalus kultur kemenyan sumatrana (Styrax
benzoin Dryander) pada media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat
pengatur tumbuh (Data pada Tabel 5.2).
SK db JK KT Fhit F,05 F,0l Perlakuan D B DxB Galat
15 3 3 9 49
0.14 0.12 0.01 0.01 0.02
0.01 0.04 0.00 0.00 0.00
27.39 113.45 11.70 3.94
** ** ** **
1.88 2.80 2.80 2.08
2.44 4.23 4.23 2.81
Total 64 0.16
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
23
Ket : KK (a) =2.45%
* * = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Analisis data dengan menggunakan statistik analisis sidik ragam dirangkum pada Tabel
5.3. Dari hasil ini disimpulkan bahwa zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam
media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kalus Kemenyan Sumatrana (Styrax
benzoin Dryander) (Fhitung 27.39 > Fcrit 2.44) pada taraf signifikansi 0,01. Pengaruh nyata dari
masing-masing zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media kultur juga sangat
signifikan, yaitu 2,4-D sangat nyata mempengaruhi pertumbuhan kalus (Fhitung 113.45 > Fcrit
4.23) dan media BAP juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kalus (Fhitung 11.70 >
Fcrit 4.23) masing-masing pada taraf signifikansi 0,01. Hasil ini juga menunjukkan adanya
pengaruh interaksi yang signifikan antar variabel (Fhitung 3.94 > Fcrit 2.44) pada taraf
signifikansi 0,01.
5.3. Perkembangan Tunas Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
Perkembangan tunas di dalam kultur untuk beberapa kondisi perlakuan menunjukkan
pertumbuhan yang cukup baik. Persentase keberhasilan kultur untuk bertumbuh menjadi
tunas cukup tinggi. Kalus di dalam media kultur menunjukkan pertumbuhan dan
perkembangan yang cukup baik setelah 6 minggu, yaitu berkembang membentuk tunas
seperti dirangkum pada Tabel 5.4.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
24
Tabel 5.4. Pertumbuhan tunas kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada
media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur tumbuh
Jumlah Tunas
No Jenis Perlakuan % Kultur Bertunas Rataan Tunas Notasi*
(buah)
1 DOBO 0 0.00 e
2 DOB I 67 0.50 d
3 DOB2 67 1.00 be
4 DOB3 67 1.00 be
5 DIB0 0 0.00 e
6 DIB1 67 1.00 cd
7 DIB2 67 1.50 abc
8 DIB3 67 2.00 a
9 D2B0 0 0.00 e
10 D2B 1 0 0.00 e
II D2B2 67 1.00 be
12 D2B3 67 1.75 ab
13 D3B0 0 0.00 e
14 D3B1 0 0.00 e
15 D3B2 0 0.00 e
16 D3B3 67 1.25 abc
Keterangan:
DO = 0,0 mg/1 2,4-D BO = 0,0 mgll BAP D 1 = 0,05 mg/I 2,4-D B 1 = 0,1 mg/1 BAP
D2 = 0,5 mg/1 2,4-D B2 = 1,0 mg/1 BAP D3 = 5,0 mg/I 2,4-D B3 = 10,0 mg/l BAP
*Diperoleh berdasarkan hasil analisis statistika "Uji Jarak Duncan"
25
Dari hasil diketahui bahwa variasi perlakuan memberikan perkembangan kultur menjadi
tunas bervariasi.namun jumlah tunas antar perlakuan tidak berbedanyata. Kalus yang
terbentuk pada beberapa kombinasi media, seperti pada perlakuan D1B3 memiliki intensitas
pertumbuhan tunas yang tinggi dengan rataan jumlah tunas sebanyak 2,0 buah, disusul
dengan kelompok perlakuan D2B3 dengan rataan jumlah tunas sebanyak 1.75 buah,
kelompok perlakuan DIB2 dengan rataan jumlah tunas sebanyak 1.50 buah, dan kelompok
perlakuan D3B3 dengan rataan jumlah tunas sebanyak 1.25 buah. Akan tetapi masih banyak
kelompok perlakuan yang tidak bertumbuh tunas seperti pada kelompok perlakuan D1B0,
D2B0, D2B1, D3B0, D3B1, dan kelompok D3B2, yaitu hampir sama dengan kelompok
kontrol D0B0. Dari hasil ini terlihat bahwa peningkatan konsentrasi zat pengatur tumbuh
tidak konsisten terhadap variasi pertumbuhan tunas.
Gambar 5.2. Pertumbuhan dan perkembangan kultur bertunas kemenyan sumatrana (Styrax
benzoin Dryander) dalam media kultur setelah 6 minggu.
Lebih lanjut diketahui bahwa variasi perlakuan memberikan perkembangan kultur
menjadi tunas dengan bentuk bervariasi. Tipe pertumbuhan untuk tunas kemenyan sumatrana
(Styrax benzoin Dryander) bervariasi seperti perbesaran eksplan yang disebabkan oleh
peningkatan jumlah sel dan pembesaran sel yang menyebabkan eksplan bertambah luas
permukaannya. Warna eksplan coklat dan bentuknya berupa lembaran potongan daun yang
membesar. Tunas yang bertumbuh di dalam media kultur menunjukkan pertumbuhan dan
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
26
perkembangan yang cukup baik setelah 6 minggu. Tunas yang dihasilkan Bentuk tunas yang
bertumbuh diperlihatkan pada Gambar 5.2.
Analisis data dengan menggunakan statistik analisis sidik ragam dirangkum pada
Tabel 5.5. Dari hasil ini disimpulkan bahwa zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam
media berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) (Fhitung 1.88 > Fcrit 2.44) pada taraf signifikansi 0,05, tetapi tidak nyata pada taraf
signifikansi 0,01. Akan tetapi, masing-masing zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke
dalam media kultur memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tunas, yaitu 2,4-D nyata
mempengaruhi pertumbuhan tunas (Fhitung 9.50 > Fcrit 4.23) dan media yang mengandung BAP
juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas (Fhitung 52.45 > Fcrit 4.23)
masing-masing pada taraf signifikansi 0,01. Hasil ini juga menunjukkan adanya pengaruh
interaksi yang signifikan antar variabel (Fhitung 4.59 > Fcrit 2.81) pada taraf signifikansi 0,01.
Tabel 5.5. Analisis sidik ragam pertumbuhan tunas kemenyan sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) pada media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur
tumbuh (Data hasil pada Tabel 5.4).
SK db JK KT Fhit F,05 F.01
Perlakuan 15 6.40 0.43 2.20 * 1.88 2.44
D 3 0.80 0.27 9.50 ** 2.80 4.23
B 3 4.44 1.48 52.45 ** 2.80 4.23
DxB 9 1.16 0.13 4.59 ** 2.08 2.81
Galat 49 1.38 0.03
Total 64 7.79
Ket : KK (a) = 16.33%
* * = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
27
5.3. Pengaruh Media Terhadap Pertumbuhan Akar Kemenyan Sumatrana
Untuk mengetahui pengaruh ZPT terhadap pertumbuhan akar kemenyan sumatrana
(Styrax benzoin Dryander) di dalam media kultur, telah dilakukan penambahan 2,4-D dan
BAP dengan variasi konsentrasi ke dalam media basal MS, dan pertumbuhan akar diamati.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP di
dalam media basal MS sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan akar kemenyan
sumatrana (Styrax benzoin Dryander). Akar yang tumbuh pada media basal yang
mengandung 2,4-D dan BAP menunjukkan kualitas bervariasi seperti di rangkum pada Tabel
5.6.
Tabel 5.6. Pertumbuhan akar kultur kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) pada
media MS yang diperkaya dengan berbagai jenis zat pengatur tumbuh
Jumlah Akar
No
Jenis Perlakuan % Kultur Berakar Rataan Akar
(buah)
Notasi*
1 DOBO 67 0.50 ef
2 DOB I 67 0.50 ef
3 DOB2 0 0.00 ef
4 DOB3 0 0.00 ef
5 D1B0 83 2.40 cd
6 D1B1 67 2.75 bcd
7 D1B2 67 1.25 de
8 DIB3 67 4.25 abc
9 D2B0 83 2.20 cd
10 D2B1 67 2.75 bed
11 D2B2 67 1.25 de
12 D2B3 67 1.75 de
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
13 D3130 67 5.50 a
14 D3B I 50 4.67 ab
15 133132 67 2.75 bed
16 133133 67 1.50 de
Keterangan:
DO = 0,0 mg/l 2,4-D BO = 0,0 mgll BAP DI = 0,05 mg/1 2,4-D B I = 0,1 mg/1 BAP
D2 = 0,5 mg/1 2,4-D B2 = 1,0 mg/1 BAP D3 = 5,0 mg/l 2,4-D B3 =10,0 mg/1 BAP
*Diperoleh berdasarkan hasil analisis statistika "Uji Jarak Duncan"
Dari berbagai jenis perlakuan terlihat adanya variasi pertumbuhan akar tanaman
kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) yang dipengaruhi oleh pemberian zat
pengatur tumbuh ke dalam media kultur. Pola pertumbuhan akar tanaman bervariasi untuk
kelompok perlakuan, dimana jumlah akar yang paling banyak ditemukan pada kelompok
perlakuan 133130 dengan rataan jumlah akar 5.50 buah, diikuti oleh kelompok perlalcuan
D3B1 dengan rataan jumiah akar 4.67 buah, dun kelompok perlakuan D1 B3 dengan rataan
jumlah akar 4.25 buah. Sementara itu masih ada kelompok perlakuan yang tidak
menghasilkan akar yaitu kelompok perlakuan DOB2 dun kelompok DOW yang hampir sama
dengan kelompok kontrl DOBO. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan akar
tanaman kemenyan sumatrana sangat dipengaruhi oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan ke dalam media kultur.
Data pertumbuhan akar oleh pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh dianalisis
menggunakan statistik analisis sidik ragam dirangkum pada Tabel 5.7. Dari hasil ini
disimpulkan bahwa zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan akar Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) (Fhitung
8.08 > Fcrit 2.44) pada taraf signifikansi 0,01. Lebih lanjut diketahui bahwa masing-masing zat
pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media kultur memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan akar, yaitu 2,4-D sangat nyata mempengaruhi pertumbuhan
akar (Fhitung = 27.56 > Fcrit 4.23) dan media BAP juga berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan akar (Fhitung 4.48 > Fcrit 4.23) masing-masing pada taraf signifikansi 0,01. Hasil
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
28
ini juga menunjukkan adanya pengaruh interaksi yang signifkan antar variabel Fhitung 2.78 >
Fcrit 2.81) pada taraf signifkansi 0,05 tetapi tidak signifkan pada taraf signifikansi 0,01.
Tabe15.7.Analisis sidik ragam pertumbuhan akar kemenyan sumatrana (Styrax benzoin
Dryander) pads. media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh (Data pada
Tabel 5.6).
SK db JK KT Fhit F,05 F.01
Perlakuan 15 15.52 1.03 8.08 ** 1.88 2.44
D 3 10.59 3.53 27.56 ** 2.80 4.23
B 3 1.72. 0.57 4.48 ** 2.80 4.23
DxB 9 3.21 0.36 2.78 * 2.08 2.81
Galat 49 6.28 0.13
Total 64 21.80
Ket : KK (a) = 23.82%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata
5.4. Regenerasi Kalus Styrax benzoin Dryander
Regenerasi Styrax benzoin Dryander dapat dilakukan dengan memindahkan kalus
embriogenik dalam media inisiasi ke media MSO untuk membentuk planlet. Di samping itu,
pembentukan planlet dapat juga dilakukan melalui regenerasi langsung, yaitu planlet langsung
terbentuk di dalam media. Untuk mengembangkan kalus menjadi plantlet maka embrio
somatik dipindahkan ke dalam media yang tidak mengandung zat pengatur tumbuh.. Dalam
hal ini pembentukan planlet terjadi melalui regenerasi tidak langsung, yaitu melalui
pembentukan kalus dan harus terlebih dahulu dipindahkan ke media MSO. Kalus yang
beregenerasi pada media yaitu menunjukkan diferensiasi sel menjadi tunas dan akar. Pada
tahap ini belum dapat dilakukan aklimatisasi tanaman karena tidak terbentuk planlet. Usaha
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
29
masih dilakukan dengan penambahan berbagai jenis zat pengatur tumbuh untuk
menumbuhkan planlet untuk perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tanaman.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Perbanyakan tanaman Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin dryander) melalui kultur
daun pucuk dalam penelitian ini menunjukkan tahapan yang menggembirakan, yaitu sebagai
langkah awal dalam usaha penyediaan bibit kemenyan menggunakan teknik kultur jaringan
tanaman. Tahapan penelitian sebagai usaha perbanyakan tanaman Kemenyan Sumatrana
(Styrax benzoin Dryander) secara kultur jaringan masih belum mencapai tahapan
perbanyakan tanaman, akan tetapi langkah yang sudah berhasil dilakukan sudah berada pada
arah yang tepat. Beberapa hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu diperoleh pengaruh
pemberian zat tumbuh terhadap pertumbuhan eksplan kultur daun pucuk di dalam media
kultur. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan jaringan tanaman untuk membentuk kalus sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP. Perkembangan kalus di dalam media
kultur sangat lambat. Persentase kultur berkalus yang bervariasi, yaitu 50-83%, di mana
persentase tertinggi ditemukan pada kelompok D1B0 dan D2B0 masing-masing 83%,
sedangkan persentase terendah ditemukan pada kelompok D3B1 hanya bertumbuh 50%.
Pertumbuhan kalus di dalam media kultur untuk seluruh kelompok perlakuan adalah
dengan rata-rata berat basah kalus 0,764 g. Berat basah kalus yang paling tinggi adalah
pada perlakuan D3B3 dengan rataan berat kalus 0.319 g. Analisis data dengan
menggunakan statistik analisis sidik ragam bahwa zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan ke dalam media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kalus Kemenyan
Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) (Fhitung 27.39 > Fcrit 2.44) pada taraf signifikansi
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
31
0,01. yaitu 2,4-D sangat nyata mempengaruhi pertumbuhan kalus (Fhitung 113.45 > Fcrit
4.23) dun media BAP juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kalus (Fhitung 11.70
> Fcrit 4.23) masing-masing pada taraf signifikansi 0,01, adanya pengaruh interaksi yang
signifikan antar variabel (Fhitung 3.94 > Fcrit 2.44) pada taraf signifikansi 0,01.
2. Persentase keberhasilan kultur untuk bertumbuh menjadi tunas cukup tinggi. variasi
perlakuan memberikan perkembangan kultur menjadi tunas bervariasi.namun jumlah tunas
antar perlakuan tidak berbeda nyata. perlakuan D1B3 memiliki intensitas pertumbuhan
tunas yang tinggi dengan rataan jumlah tunas sebanyak 2,0 buah. Zat pengatur tumbuh
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas kemenyan sumatrana (Fhitung 1.88 > Fcrit
2.44) yaitu 2,4-D nyata mempengaruhi pertumbuhan tunas (Fhitung 9.50 > Fcrit 4.23) dan
media BAP juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas (Fhitung 52.45 > Fcrit
4.23), interaksi antar variabel nyata (Fhitung 4.59 > Fcrit 2.81) pada taraf signifikansi 0,01.
3. Pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP di dalam media basal MS sangat
mempengaruhi terhadap pertumbuhan akar. Pola pertumbuhan akar tanaman bervariasi
untuk kelompok perlakuan, dimana jumlah akar yang paling banyak ditemukan pada
kelompok perlakuan D3B0 dengan rataan jumlah akar 5.50 buah. Zat pengatur tumbuh
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar kemenyan sumatrana (Fhitung 8.08 > Fcrit
2.44), yaitu 2,4-D sangat nyata mempengaruhi pertumbuhan akar (Fhitung 27.56 > Fcrit 4.23)
dan BAP juga nyata mempengaruhi pertumbuhan akar (Fhitung 4.48 > Fcrit 4.23)
masing-masing pada taraf signifikansi 0,01, dan interaksi antar variabel signifikan (Fhitung
2.78 > Fcrit 2.81) pada taraf signifikansi 0,05.
4. Regenerasi Styrax benzoin Dryander secara teoritis dapat dilakukan dengan memindahkan
kalus embriogenik dalam media inisiasi ke media MSO untuk membentuk planlet. Akan
tetapi kalus yang ditumbuhkan hanya dapat berkembang menjadi akar dan tunas dan
belum berhasil berdifrensiasi menjadi planlet. Penumbuhan kalus menjadi planlet belum
dapat dilakukan walau telah dikultur dalam waktu yang cukup lama (12 minggu) dan
dengan variasi berbagai jenis zat pengatur tumbuh.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
32
5. Pada tahap ini belum dapat dilakukan aklimatisasi tanaman karena tidak terbentuk planlet.
Usaha masih dilakukan dengan penambahan berbagai jenis zat pengatur tumbuh untuk
menumbuhkan planlet untuk perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tanaman.
6.2. Saran
Agar perbanyakan bibit tanaman Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
dapat tercapai, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut yaitu perlu dilakukan
penelitian lanjutan berupa variasi zat pengatur tumbuh lain sampai menghasilkan planlet dan
bibit tanaman, atau perlakuan subkultur. Dalam penelitian lanjutan diharapkan akan dapat
dilakukan regenerasi tanaman dan aklimatisasi.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
33
DAFTAR PUSTAKA
Bacchi, E.M. dan Sertie, J.A., (1994), Antiulcer action of Styrax camporum and Caesalpinia
ferrea in rats, Planta Medica 60: 118-120.
Bacchi, E.M.; Sertie, J.A.; Villa, N. Dan Katz, H., (1995), Antiulcer action and toxicity of
Styrax camporum and Caesalpinia ferrea, Planta Medica 61: 204-207.
Balch, E.P.M. dan Alejo, N.O., (1997), In vitro plant regeneration of Mexican lime and
Mandarin by direct organogenesis, Hortscience 32: 931-934.
Barlass, M. dan Skene, K.G.M., (1982), In Vitro plantlet formation from Citrus species and
hybrids, Scientia Horticulturae 17: 333-341.
BPS, (2003), Statistik Hasil Hutan Indonesia Tahun 1991-1993, Komoditi Kemenyan, Biro
Pusat Statistik, Indonesia
Carimi, F.; DePasquale, F. dan Crescimanno, F.G., (1995), Somatic embryogenesis in Citrus
from styles culture, Plant Science 105: 81-86.
Chaturvedi, H.C.; Sharma, A.K.; Sharma, M. dan Prasad, R.N., (1982), Morphogenesis,
micropropagation and germplasm preservation of some economic plants by tissue
cultures. In: Plant Tissue Culture, (A.Fugiwara, eds), Maruzen, Tokyo, p. 687-688.
Grosser, J.W.; Gmitter, F.G.; Tusa, N.; Recupero, G.R. dan Cucinotta, P., (1996), Further
evidence of a cybridization requirement for plant regeneration from citrus leaf
protoplasts following somatic fusion, Plant Cell Report 15: 672-676.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
34
Jiang WD. Xu DZ. Hu GJ. Lin BZ. (1979), Some pharmacologic effects of the "Styrax pill
for coronary disease" and the pharmacological basis of a simplified styrax-borneol
preparation, Acta Pharmaceutica Sinica 14(11): 655-61 (Abstract)
Ling, J.T. dan Iwamasa, M., (1997), Plant regeneration from embryogenic calli of six Citrus
related genera, Plant Cell and Organ Culture 49: 145-148.
Luo, G.; Yang, R.; Lai, X.; Yang, W.; Xie, S. dan Zhou, H., (1996), Analysis of cinnamic
acid in storax and its original plant by HPLC, China Journal of Chinese Materia Medica
21(12): 744-745, 763 (Abstract)
Maggon, R. dan Singh, B.D., (1995), Promotion of adventitious bud regeneration by ABA in
combination with BAP in epicotyl and hypocotyl explants sweet orange (Citrus sinensis
L.Osbeck), Scientia Horticulturae 63: 123-128.
Moreira-Dias, J.M.; Molina, R.V.; Guardiola, J.L. dan Garcia-Luis, A., (2001), Daylength
and photon flux density influence the growth regulator effects on morphogenesis in
epicotyl segments of Troyer citrange, Scientia Horticulturae 87: 275-290.
Murashige, T. dan Skoog, F., (1962), A revised media for rapid grouth and bioassay with
tobacco tissue culture, Physiol. Plant. 15: 473-496.
Murashige, T. dan Tucker, D.P.H., (1969), Grouth factor requirement of citrus tissue culture,
Proc. 1st. Citrus Symp. 3: 1155-1161.
Nurwahyuni, 1., (1999), Perbanyakan tanaman kopi arabika (Cofea arabica L) secara kultur
jaringan, Komunikasi Penelitian 11(2): 88-102.
Nurwahyuni, I., (2005a), Propagasi in vitro tanaman kemenyan sumatrana (Styrax Benzoin
Dryander) melalui kultur pucuk, Jurnal Sain Indonesia (In Press)
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
35
Nurwahyuni, I., (2005b), Perbanyakan tanaman kemenyan sumatrana (Styrax Benzoin
Dryander) melalui kultur jaringan tanaman, Jurnal Sain Indonesia29(2): 44-49
Nurwahyuni, I., (2004), Perbanyakan Tanaman Kemenyan Sumatrana (Styrax Benzoin
Dryander) Melalui Kultur Pucuk, Laporan Hasil Penelitian, PPD REDS-FMIPA USU
Medan
Nurwahyuni, I., (2000), Kultur Kalus Jeruk Manis (Citrus sinensis Brasitepu), Laporan Hasil
Penelitian, FMIPA USU Medan.
Nurwahyuni, I., (2001a), Perbanyakan Tanaman Jeruk Manis (Citrus sinensis Brasitepu)
Secara Kultur Jaringan, Laporan Hasil Penelitian, FMIPA USU Medan.
Nurwahyuni, I., (2001b), Kultur jaringan daun kopi arabika (Coffea arabica L.) dalam media
MS diperkaya dengan kombinasi sitokinin dan auksin, Jurnal Pendidikan Science
25(2A): 29-38.
Nurwahyuni, I., (2002a), Upaya Perbanyakan Tanaman Kemenyan Sumatrana (Styrax
Benzoin Dryander) Melalui Kultur Pucuk, Laporan Hasil Penelitian, PPD REDS
-FMIPA USU Medan.
Nurwahyuni, I., (2002b), Kultur jaringan daun jeruk manis (Citrus sinensis Brasitepu) untuk
mikropropagasi, Jurnal Sain Indonesia 24(1): 17-20.
Nurwahyuni, I., (2003), Uji ketahanan kultur jeruk manis (Citrus sinensis Brasitepu)
terhadap salinitas menuju bibit unggul, Jurnal Scientia 3(2): 75-84
Nurwahyuni, I., dan Tjondronegoro, P., (1994), Induksi kalus dan regenerasi tanaman
Dioscorea composita Hemls, Hayati 1: 15-17.
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository©2006
36
Nurwahyuni, I.; Munir, E., dan Riyani, Y., (1996), Perbanyakan Tanaman Anggrek
Dendrobium sp. secara Kultur jaringan, Komunikasi Penelitian 8(4): 331-337.
Shahjahan, M. dan Islam, I., (1998), Preliminary evaluation of shilajit as a suspending agent
in antacid suspensions, Drug Development & Industrial Pharmacy 24: 11091112.
Sianipar, H., dan Simanjuntak, B., (2000) Isolasi dan identifikasi asam sinamat dari
Kemenyan Sumatrana, Media Farmasi 4(1): 22-28.
Ulubelen, A. dan Goren, N., (1973), Preliminary investigations on the herba of Styrax
officinalis. I., Planta Medica 24: 290-293.
Zar, J.H.., (1996), Biostatistical Analysis, 3`d ed, Prentice hall International Inc., London