II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf ·...

35
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar memaparkan tentang teori belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran yaitu. a. Aliran Behavioristik (Tingkah Laku) Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. 1) Teori belajar menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. 2) Teori belajar menurut Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. b. Aliran Kognitif Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang. 1) Teori belajar menurut Piaget Menurut Jean Piaget salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan). 2) Teori belajar menurut Bruner Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf ·...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

21

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar

memaparkan tentang teori belajar yang secara umum dapat

dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran yaitu.

a. Aliran Behavioristik (Tingkah Laku)

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu

jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

1) Teori belajar menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus

dan respon.

2) Teori belajar menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara

stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud

harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur.

b. Aliran Kognitif

Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan

antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang.

1) Teori belajar menurut Piaget

Menurut Jean Piaget salah seorang penganut aliran kognitif yang

kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni

1). Asimilasi, 2). Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan).

2) Teori belajar menurut Bruner

Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik

dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui

contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

22

c. Aliran Humanistik

Dalam teori belajar humanistik, belajar merupakan berusaha memahami

perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut

pandang pengamatnya.

1) Teori belajar menurut Bloom dan Krathowl

Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin

dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan

berikut.

(a) Kognitif

Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu:Pengetahuan

(mengingat, menghafal),pemahaman(menginterprestasikan),

aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu

masalah), analisis (menjabarkan suatu konsep), sintesis

(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep

utuh) dan evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan

sebagainya)

(b) Psikomotor

Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:Peniruan

(menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk

melakukan gerak, ketepatan (melakukan gerak dengan benar),

perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar) dan

naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

(c) Afektif

Afektif terdiri dari lima tingkatan.

1. Pengenalan (inginmenerima, sadar akan adanyasesuatu)

2. Merespons (aktifberpartisipasi)

3. Penghargaan (menerimanilai-nilai, setiapadanilai-

nilaitertentu)

4. Pengorganisasisan (menghubung-hubungkannilai-nilai yang

dipercayai)

5. Pengamalan (menjadikannilai-nilaisebagai bagian dari

polahidup).

Berdasarkan pemaparan macam-macam teori belajar diatas, dapat diartikan

bahwa penelitian ini menggunakan teori belajar behavioristik, Hunabistic,

dan Kognitif karena teori beharvioristik ini berpandangan bahwa

perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi anatara

stimulus dan respon, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari

pada hasil belajarnya, dan teori belajar humanistik, belajar dianggap

berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

23

Siswa mengalami perubahan dalam hal kemampuaunnya untuk bertingkah

laku yang dapat berwujud sesuatu yang konkret atau yang nonkonkret

dengan cara-cara yang baru sebagai hasil dari interaksi belajarnya.

Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari terjadi proses belajar baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dalam proses pembelajaran,

unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Dengan belajar

manusia dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan,

nilai dan sikap yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri

maupun bagi masyarakat umumnya. Belajar merupakan proses melihat,

mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 2005: 28).

Diperkuat dengan pendapat Hamalik (2001: 27), yang mengatakan bahwa:

„„Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman . Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan

keterampilan bersifat pendidikan yang bersifat kontinyu dan interaktif.

Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingatkan,

akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami‟‟.

Menurut pendapat Slameto (2003: 34) belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri, karena

lebih menarik, lebih memuaskan, lebih menyenangkan dalam berinteraksi

langsung dengan lingkungannya. Proses belajar yang dialami oleh siswa

ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku dalam diri siswa baik dalam

aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang tercermin dalam hasil

belajar siswa.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

24

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui definisi belajar. Belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses

belajar yang dialami oleh siswa ditandai dengan terjadinya perubahan

perilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotorik yang tercermin dalam hasil belajar siswa. Melalui belajar

orang akan memperoleh berbagai keterampilan, pengetahuan, sikap dan

nilai yang diperoleh dari interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar

dalam pembelajaran. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu

proses untuk mencapai tujuan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang

lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati

dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses

belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan

enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

25

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah

untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,

menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan

baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan

menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat diketahui bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut

mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat

dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data

pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian

ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu

pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek

kognitif adalah tes.

3. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP menggunakan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memang

sudah diterapkan dari jenjang SD, sampai tingkat sekolah menengah baik

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

26

SMP maupun SMA. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan intergasi

dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Sumantri (2001: 93) bahwa Pendidikan IPS adalah

penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

humaniora, derta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan dikaji

secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.

“Menurut Trianto (2010: 71) bahwa Ilmu Pengetahuan IPS merupakan

integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial yang

dimaksud seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu

politik, dan pesikologi. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar

realitas dan fenomena sosial masyarakat yang diwujudkan dalam satu

pendekatan interdispliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial

tertentu.”

Gambar 2. Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuian Sosial

Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di

masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber

utama dari IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari, apakah

Sejarah Ilmu Politik

Geografi Ekonomi

Ilmu

Pengetahuan

sosial Sosiologi Psikologi Sosial

Antropologi Filsafat

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

27

itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, geografi bersumber dari

masyarakat.

Tabel 2. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia

Dimensi Dalam

Kehidupan

Manusia

Ruang Waktu Nilai/Norma

Area dan

substansi

pembelajaran

Alam sebagai

tempat dan

penyedia

potensi

sumber daya

Alam dan

kehidupan yang

selalu berproses,

masa lalu, saat

ini, dan yang

akan datang

Kaidah atau aturan

yang menjadi perekat

dan penjamin

keharmonisan

kehidupan manusia

dan alam

Contoh

Kompetensi

Dasar yang

dikembang-kan

Adaptasi

spasial dan

eksploratif

Berpikir

kronologis,

prospektif,

antisipatif

Konsisten dengan

aturan yang disepakati

dan kaidah alamiah

masing-masing

disiplin ilmu

Alternatif

penyajian dalam

mata pelajaran

Geografi

Sejarah

Ekonomi,

Sosiologi/Antropologi

( Sumber : Trianto, 2014: 176 )

Mata pelajaran IPS di SMP/MTS memiliki beberapa karakteristik antara

lain:

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur

geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,

sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur

keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)

tertentu.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut

berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan

interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS dapat menyangkut

peristiwa dan perunahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab

akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolahan lingkungan, struktur,

proses dan masalah social serta upaya-upaya perjuangan hidup agar

survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan

jaminan keamanan. (Trianto, 2014: 174).

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

28

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang

terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakal program-

program pelajaran IPS di sekolah diorganisir secara baik. Dari rumusan

tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakir, dalam

Puskur, 2006b: 4).

a. Memilki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial kemudia dapat digunakan

untuk memecahkan masala-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta memebuat

keputusan untuk meneyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

mampu analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan

yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survei yang kemudian bertanggung jawab

membangun masyarakat.

f. Memotovasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

(Trianto, 2014: 177)

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Setiap siswa anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

29

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran.

“Menurut Sukmadinata (2006: 204), model-model dalam pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran peningkatan prestasi tim,

pembelajaran permainan tim, dan pembelajaran keahlian tim. Sedangkan

menurut Slavin (dalam Rusman, 2012: 201), pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6

orang dengan struktur kelompok heterogen.”

Terdapat unsur penting dalam belajar kooperatif menurut Johnson dan

(dalam Trianto, 2009: 60) adalah sebagai berikut.

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa (Positive

interdependence).

b. Adanya interaksi tatap muka langsung (Face to face promotive

interaction).

c. Adanya tanggung jawab individual (Personal responsibility).

d. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal (Iterpersonal

skill).

e. Proses kelompok (Group processing) terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik

dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran

kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang

membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari

belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 63) adalah

sebagai berikut.

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai

kriteria yang ditentukan.

b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung

jawab ini berfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

30

memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi

tanpa bantuan yang lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan

rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa

kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Model pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu

dibandingkan dengan model lainnya. Arends (dalam Trianto, 2009: 65)

menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif

memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenus kelamin yang beragam.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Menurut Rusman (2011: 209), model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mecapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran

penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan

pengembangan keterampilan sosial.

Aspek-aspek pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 78) adalah

sebagai berikut.

a. Tujuan: semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil dan

diminta untuk mempelajari materi tertentu dan slaing memastikan

semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.

b. Level kooperasi: kerja sama ditetapkan dalam level kelas (semua siswa

di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang di tugaskan) dan

level sekolah (semua siswa di sekolah benar-benar mengalami

kemajuan secra akademik).

c. Pola interaksi: setiap siswa saling saling mendorong kesuksesan antara

satu sama lain. Siswa mempelajari mempelajari materi pembelajaran

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

31

bersama siswa lain, saling menjelaskan cara-cara menyelesaikan tugas

pembelajaran masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras,

dan saling memberikan bantuan akademik.

d. Evaluasi: sistem evaluasi berdasarkan pada kriteria tertentu.

Terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pelajaran yang enggunakan

pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut dijelaskan pada Tabel

3 berikut.

Tabel 3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaranyang

ingin di capai pada mata pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar

Tahap-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Tahap-3

Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok

kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efesien

Tahap-4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Tahap-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempersentasikan hasil kerjanya

Tahap-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok Sumber : Rusman (2012 : 211)

“Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan bila: (1) guru

menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara

individual; (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam

belajar; (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui

teman sendiri; (4) guru menghendaki adanya perataan partisipasi aktif

siswa; (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan

berbagai masalah (Sanjaya dalam Isjoni, 2013: 206).”

Berdasarkan uraian tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif ini,

dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

32

bahwa manusi belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam

kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting.,

sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan

keterampilan berpikir logis. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung

keberhasilan individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut

sangat berarti untuk mecapai suatu tujuan yang positif dalam belajar

kelompok.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation)

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012: 221-222), menjelaskan bahwa

dalam GI (Group Investigation), para siswa bekerja melalaui enam

tahapan. Tahapan-tahapan ini dan komponen-komponennya dapat

dijabarkan sebagai berikut.

1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok.

a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik.

b) Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik

yang mereka pilih.

c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus

bersifat heterogen.

d) Guru membantu dalam mengumpulkan informasidan memfasilitasi

pengaturan.

2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari,

bagaimana mempelajarinya dan pembagian tugas.

3. Melaksanakan investigasi

a) Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat

kesimpulan.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang

dilakukan kelompoknya.

c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi, dan

mensintesis semua gagasan.

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

33

4. Menyiapkan laporan akhir

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas

mereka.

b) Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan

bagaimana mereka membuat presentasinya.

c) Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk

mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

5. Mempresentasikan laporan akhir

a) Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam

bentuk .

b) Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif .

c) Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi

berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

6. Evaluasi

a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut.

b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran

siswa.

c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling

tinggi.

“ Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)

merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri

materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari

melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui

investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses

kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)

dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.

Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama

sampai tahap akhir pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe GI

(Group Investigation) terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau

enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the

dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001: 75).”

Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon

terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah

pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun

tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

34

yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan

berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses

saling beragumentasi.

Slavin (2005: 28), mengemukakan hal penting untuk melakukan model

pembelajaran GI (Group Investigation) adalah.

1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus

mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan,

siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam

maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang

diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

2. Rencana Kooperatif

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang

mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka

akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.

3. Peran Guru

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara

kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan

membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa

menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang

menggunakan metode GI (Group Investigation) umumnya membagi

kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6

siswa dengan karakteristik yang heterogen.

Selain langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation) Sutikno akan mendeskripsikan mengenai tujuan atau misi

model GI (Group Investigation). Berikut ini akan dideskripsikan lebih

jelas mengenai tujuan dan misi dari model GI (Group Investigation).

“ Tujuan atau misi dari model GI (Group Investigation) adalah untuk

mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam

proses sosial demokratik dengan mengkombinasikan perhatian –

perhatian pada kemampuan antar- personal (kelompok) dan kemampuan

rasa ingin tau akademis. Aspek – aspek dari pengembangan yang utama

dari model ini (Sutikno, 2003: 27).”

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

35

Setiap metode atau model pembelajaran pasti mempunyai ciri khas sendiri,

mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan berikut ini

beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe GI

(Group Investigation).

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation): Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model

pembelajaran individual yang digunakan selama ini. Keunggulan itu dapat

dilihat pada kenyataan sebagai berikut.

1. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata

pelajaran, dan aktivitas belajar

2. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis

siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh

adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan

mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana

3. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih

bersemangat dan berani mengemukakan pendapat

4. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa,

lebih giat dan lebih termotivasi

5. Penerapan pembelajaran kooperatif dapa membantu siswa

mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari

pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka

6. Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam

menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan

kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah,

meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk

terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam

pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak

bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam

7. Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk

menyelesaikan tugas.

Selain kelebihan ada pada model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation), ada juga kekuranganya. Karena semua model pembelajaran

kooperatif memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

36

Kekurangan model kooperatif tipe GI (Group Investigation) sebagai

berikut.

1. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI (Group Investigation)

hanya sesuai untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena

tipe GI (Group Investigation) memerlukan tingkatan kognitif yang lebih

tinggi

2. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa

yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini

disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan

3. Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih

tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah

4. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif

akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang

konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat

disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum

berpengalaman

5. Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama

untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI (Group

Investigation) dengan baik

Tabel 4. Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran

Kooperatif dengan Model GI (Group Investigation)

Tahap-tahap Perilaku Guru

Tahap I

Mengidentifikasi topik dalam

membagi siswa ke dalam

kelompok.

Guru memberikan kesempatan bagi siswa

untuk memberi kontribusi apa yang akan

mereka selidiki. Kelompok dibentuk

berdasarkan heterogenitas.

Tahap II

Merencanakan tugas.

Kelompok akan membagi sub topik kepada

seluruh anggota. Kemudian membuat

perencanaan dari masalah yang akan diteliti,

bagaimana proses dan sumber apa yang akan

dipakai.

Tahap III

Membuat penyelidikan

Siswa mengumpulkan, menganalisis dan

mengevaluasi informasi, membuat

kesimpulan dan mengaplikasikan bagian

mereka ke dalam pengetahuan baru dalam

mencapai solusi masalah kelompok.

Tahap IV

Mempersiapkan tugas akhir.

Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir

yang akan dipresentasikan di depan kelas.

Tahap V

Mempresentasikan tugas

akhir.

Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.

Kelompok lain tetap mengikuti.

Tahap VI

Evaluasi.

Soal ulangan mencakup seluruh topik yang

telah diselidiki dan dipresentasikan. (sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/)

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

37

Tabel 4 mengenai tahap – tahap kemajuan siswa di dalam pembelajaran

kooperatif dengan model GI (Group Investigation) telah dijelaskan di atas,

selain model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation).

Peneliti juga meneliti mengenai model pembelajaran kooperatif tipe PBL

(Problem Based Learning).

6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning)

Menurut Tan dalam (Rusman, 2012: 229) PBL (Problem Based Learning)

merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL (Problem

Based Learning) kemampuan berpikir siswa betul – betul dioptimalisasi

melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa

dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan

kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

“ Menurut Trianto (2010: 90), model pembelajaran berdasarkan masalah

merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya

permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni

penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan

yang nyata.”

Pendapat lain yang memberikan pengertian mengenai PBL (Problem

Based Learning) selain Tan adalah Boud dan Feletti (dalam Rusman,

2012, 230), bahwa Problem Based Learning merupakan kemampuan

berpikir siswa betul – betul dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok

atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat mengasah, menguji dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan dan

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

38

PBL (Problem Based Learning) adalah inovasi yang paling signifikan

dalam pendidikan.

Menurut Mohamad Nur (dalam Rusmono, 2014: 82) PBL (Problem Based

Learning) memiliki beberapa karakteristik yakni.

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah),

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin,

3) Penyelidikan autentik,

4) Menghasilkan produk atau karya kemudian memamerkannya, dan

5) Kerja sama.

Karakteristik yang dimiliki oleh PBL (Problem Based Learning) selain yang

disebutkan oleh Ibrahim dan Nur lebih di spesifikasikan oleh Sanjaya, yaitu

dari 5 karakter menjadi 3 karakter utama pada model pembelajaran kooperatif

tipe PBL (Problem Based Learning). Menurut Ibrahim dan Nur karakteristik

PBL (Problem Based Learning) yakni dari pengajuan pertanyaan hingga

kerjasama, atau dari tahap yang mendasar hingga tahap kerjasama. Sedangkan

Sanjaya dari kegiatan yang umum hingga ke kegiatan yang khusus. Berikut

ciri utama dari PBL menurut Sanjaya sebagai berikut.

Menurut Sanjaya (2006: 212) ada tiga ciri utama PBL (Problem Based

Learning) yakni.

1) PBL (Problem Based Learning) merupakan rangkaian aktivitas

pembelajaran, artinya dalam pembelajaran ada sejumlah kegiatan yang

harus dilakukan siswa,

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah,

artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran

atau masalah merupakan kata kunci dari proses pembelajaran,

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah yang dilakukan secara sistmatis (tahapan-

tahapan) dan empiris (berdasarkan data dan fakta yang jelas).

Selain karakter dan ciri utama yang telah dideskripsikan diatas mengenai

model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning),

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

39

model PBL (Problem Based Learning) ini juga memiliki tujuan. Tujuan

pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) salah

satunya yaitu untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak –

banyaknya kepada siswa. Untuk lebih jelas akan dideskripsikan sebagai

berikut.

“ Menurut Rusmono (2014: 78) tujuan pembelajaran berdasarkan

masalah yang pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk

membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada

siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk

membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan

masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang

dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi;

dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.”

Model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) selain

memiliki karakter, dan ciri utama. PBL (Problem Based Learning) juga

memiliki prinsip. Prinsip dalam PBL (Problem Based Learning) yaitu

dalam ruang belajar guru merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan

masalah, menyajikan pemecahan masalah dengan menggunakan latihan

dan penggunanaan alat peraga untuk mendukung proses pembelajaran.

PBL (Problem Based Learning) melibatkan siswa dalam penyelidikan

sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan

fenomena dunia nyata dan membangun pehamanya tentang fenomena itu.

Ibrahim, Nur, Ismail (dalam Rusman, 2012: 243) mengemukakan bahwa

langkah – langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut.

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

40

Tabel 5. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Langkah-langkah Perilaku Guru

Fase 1

Orientasi siswa pada masalah.

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan, dan

memotivasi siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah

Fase II

Mengorganisasi siswa untuk

belajar.

Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut

Fase III

Membimbing pengalaman

individu / kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah.

Fase IV

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya.

Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti

laporan, dan membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temanya.

Fase V

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dan proses yang mereka gunakan.

Sumber : (Rusman : 2012,243)

Berdasarkan Tabel 5, Ibrahim dan Nur dalam (Rusman,2012: 242)

mengatakan bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah secara lebih

rinci, yaitu: Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan

memecahkan masalah, balajar berbagai peran orang dewasa melalui

pelibatan mereka dalam pengalaman nyata, menjadi para siswa yang

otonom. Pembelajaran ini melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan

sendiri yang memungkinkan mereka menginterprestasikan dan

menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya

tentang fenomena itu.

Langkah – langkah pembelajaran kooperatif telah dijelaskan pada Tabel 5,

dalam pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan dan kelebihan. Salah

satu kelebihan dari model pembelajaran kooperatif adalah membuat siswa

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

41

lebih aktif, namun selain mempunyai kelebihan juga memiliki kelemahan

yaitu siswa menjadi semakin malas yang awalnya sudah memiliki sifat

malas karena pembelajaranya dilakukan secara berkelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning)

memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran ini, adalah.

a. Membuat siswa lebih aktif,

b. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari,

c. Menimbulkan ide-ide baru,

d. Dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama,

e. Pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan

dengan kehidupan.

Kekurangan pada model pembelajaran ini, adalah.

a. Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) biasa dilakukan

secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin malas,

b. Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model

pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih aktif,

c. Membutuhkan banyak waktu dan pendanaan,

d. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk

menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan

tingkat berpikir anak,

e. Pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan berbagai sumber untuk

memecahkan masalah, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

7. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang

didasarkan pada bakat alam, di mana hanya mereka yang berbakat saja

yang bisa menjadi orang kreatif padahal anggapan tersebut tidak

sepenuhnya benar, meskipun dalam kenyataan ada orang tertentu yang

memiliki kemampuan untuk menciptakan ide – ide baru dengan cepat dan

beragam namun kreativitas dapat dimunculkan dari setiap diri seseorang

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

42

dengan mengembangkan serta memberikan kesempatan seseorang dalam

berkreasi. Pada hakekatnya kreativitas dimiliki oleh setiap orang, tinggal

bagaimana orang tersebut mampu mengeluarkan atau mengaktualisasikan

diri sesuai dengan daya kreasi dan pola berpikir yang dikembangkan orang

tersebut.

Setiap individu memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat

dikembangkan. Potensi dasar itu berupa minat, dorongan ingin tahu,

dorongan membuktikan kenyataan, dorongan ingin menyelidiki, dan

dorongan ingin menemukan sendiri. Kenyataan ini menunjukan bahwa

setiap orang memiliki kemampuan berpikir kreatif dengan tingkat yang

berbeda-beda.

Menurut Hassoubah (dalam Noer 2010: 34) kemampuan berfikir kreatif

merupakan pola pikir yang didasarakan pada suatu cara yang mendorong

kita untuk menghasilkan produk yang kreatif. Hal ini senada dengan

pendapat Rawlinson yang mengemukakan bahwa berpikir kreatif adalah

upaya untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang

sebelumnya tidak berkembang. Pola berfikir kreatif membutuhkan

imajinasi dan akan membawa kita kepada kemungkinan jawaban atau ide-

ide yang banyak, bersifat divergen, diawali dari suatu uraian permasalahan

kemudian menyebar untuk dapat menghasilkan berbagai macam ide untuk

memecahkan permasalahan tersebut atau menyediakan berbagai

kemungkinan jawaban untuk masalah itu.

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

43

Proses berpikir terbentuk dari pribadi seseorang, oleh karena itu

kemampuan berpikir kreatif seseorang dipengaruhi juga oleh pribadi yang

kreatif yang akan mendorong dari dalam untuk berkreasi. Menurut Carl

Rogers (dalam Munandar 2009: 34) tiga kondisi dari pribadi kreatif

adalah: 1) Keterbukaan terhadap pengalaman. 2) Kemampuan untuk

menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (Internal locus of

evaluation). 3 Kemampuan untuk bereksperimen, untuk ” bermain “

dengan konsep – konsep. Pada pribadi keterampilan kreatif seseorang, jika

sudah memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang menunjang atau

lingkungan yang memberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif

maka diprediksikan akan muncul kreativitas. Seseorang yang memiliki

kreativitas selain dia sebagai pemikir yang konvergen atau intelegensi

(memperoleh pengetahuan dan pengembangan) juga sebagai pemikir

divergen yang mampu menggabungkan unsur – unsur dengan cara tidak

lazim dan tidak terduga.

“ Guilford (dalam Desmita, 2009: 176) menyebutkan adanya dua

kemampuan berpikir yaitu kemampuan berpikir konvergen dan divergen.

Kemampuan berpkir konvergen (convergent thinking) atau penalaran

logis merujuk pada pemikiran yang menghasilkan satu jawaban dan

mencirikan jenis pemikiran berdasarkan tes intelegensi standar.

Sedangkan kemampuan berpikir divergen (divergent thinking) merujuk

pada pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan

yang sama atau lebih. Sehingga perlu adanya keterpaduan antara kedua

kemampuan tersebut, dengan kata lain orang yang mempunyai

kemampuan bepikir konvergen dan kemampuan divergen dapat

mewujudkan kreativitas (memiliki kemampuan berpikir kreatif).”

Menurut Guilford (dalam Satiadarma, 2003: 111) berpikir kreatif adalah

proses berpikir menyebar (divergen) dengan penekanan pada segi

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

44

keragaman jumlah dan kesesuaian. Trefingger (dalam Munandar, 2009:

35) mengatakan bahwa seseorang yang kreatif biasanya lebih terorganisir

dalam tindakan, rencana inovatif mereka telah dipikirkan dengan matang

lebih dahulu dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul

dan implikasinya. Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang

luar biasa sering tampak pada orang kreatif.

Menilai kemampuan berpikir kreatif menggunakan acuan yang dibuat

Munandar (2009: 192) yang mengemukakan bahwa kemampuan berpikir

kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek –

aspek sebagai berikut:

a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau kelancaran yang menyebabkan

seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian

masalah atau pertanyaan.

b. Berpikr luwes (Flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan

seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan

yang bervariasi. yang konvergen atau intelegensi (memperoleh

pengetahuan dan pengembangan.

c. Berpikir Orisinil (Original thinking) yang menyebabkan seseorang

mampu melahirkan ungkapan – ungkapan yang baru dan unik atau

mampu menemuka kombinasi –kombinasi yang tidak biasa dar unsur –

unsur yang biasa.

d. Keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability) yang menyebabkan

seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan.

Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan dengan

memahami proses berpikir kreatifnya dan berbagai faktor yang

mempengaruhinya serta melalui latihan yang tepat. Kemampuan berpikir

kreatif seseorang dapat ditingkatkan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih

tinggi 10 . Dengan cara memahami proses berpikir, dan faktor-faktornya

serta melalui latihan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

45

bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat berubah dari

satu tingkat ke tingkat selanjutnya.

Silver menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak

dan orang dewasa dapat dilakukan dengan menggunakan “The Torrance

Test ofCreative Thinking (TTCT)”11. Tiga komponen yang digunakan

untuk menilai kemampuan berpikir kreatif melalui TTCT adalah kefasihan

(fluency), fleksibilitas (fleksibility) dan kebaruan (novelty). Dengan

pengertian sebagai berikut :

a. Kefasihan (fluency) adalah jika siswa mampu menyelesaikan masalah

dengan beberapa alternatif jawaban (beragam) dan benar.

b. Fleksibilitas (fleksibility) adalah jika siswa mampu menyelesaikan

masalah dengan dengan cara yang berbeda.

c. Kebaruan (novelty) adalah jika siswa mampu menyelesaikan masalah

dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi bernilai benar dan satu

jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa pada tahap

perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.

Supaya dapat mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa, pada

penelitian ini digunakan tes berpikir kreatif yang mengacu pada tiga

komponen yang dikemukakan oleh Torrance yaitu kefasihan, fleksibilitas,

dan kebaruan. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir

kreatif siswa setelah dilakukan tes berpikir kreatif, maka digunakan

penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa yang dikembangkan oleh

Siswono. Pengembangannya adalah sebagai berikut.

Tabel 6. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK)

(TKBK) Karakteristik Tingkat Kemampuan

Berpikir Kreatif

TKBK 4

(Sangat Kreatif)

Siswa mampu membuat satu jawaban yang

baru (tidak biasa dibuat siswa pada tingkat

berpikir umumnya) dengan fasih dan

fleksibel. Atau siswa hanya mampu

membuat satu jawaban yang baru dan dapat

menyelesaikan masalah dengan beberapa

cara (fleksibel).

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

46

Tabel 6. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) (Lanjutan)

TKBK 3

(Kreatif)

Siswa mampu membuat satu jawaban yang

baru dengan fasih, tetapi tidak dapat

menyelesaikan masalah dengan beberapa

cara (fleksibel). Atau siswa dapat

menyelesaikan masalah dengan beberapa

cara (fleksibel) dan fasih.

TKBK 2

(Cukup Kreatif)

Siswa mampu membuat satu jawaban yang

baru meskipun tidak dengan fleksibel

ataupun fasih. Atau siswa mampu

menyelesaikan dengan beberapa

cara(fleksibel) meskipun tidak fasih dalam

menjawab dan jawaban yang dihasilkan

tidak baru.

TKBK 1

(Kurang Kreatif)

Siswa mampu menjawab dengan fasih,

tetapi tidak mampu membuat satu jawaban

yang baru dan tidak mampu menyelesaikan

masalah dengan beberapa cara (fleksibel).

TKBK 0

(Tidak Kreatif)

Siswa tidak mampu menjawab dengan fasih,

membuat satu jawaban yang baru, dan

menyelesaikan masalah dengan beberapa

cara (fleksibel).

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 7. Penelitian yang Relevan

No. Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Heni

Sumarsih

(2007)

Aplikasi model

pembelajaran

kooperatif Group

Investigation Dalam

Meningkatkan Prestasi

Belajar Geografi Ssiwa

Kelas XI IPS 5 SMU

Negeri 8 Surakarta

Terjadi peningkatan aktivitas

belajar siswa dari siklus ke siklus

yang diikuti dengan peningkatan

prestasi belajar siswa setelah

menggunakan pembelajaran

kooperatif Group Investigation

dengan ketuntasan nilai tes siswa

dari siklus I ke siklus II

meningkat 34 % (siklus I = 51%

dan siklus II = 85 %).

2. Munika

Surya

Erniningsih

(2006)

Studi komparasi model

pembelajaran

kooperatif metode

Group Investigation

dan student teams

achievement division

serta metode

Hasil penelitian menunjukan

bahwa: (1) terdapat perbedaan

yang signifikan antara siswa yang

menggunakan model

pembelajaran GI, STAD, dan

konvensional dengan signifikan

Fobservasi > Ftabel.

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

47

Tabel 7. Penelitian yang Relevan (Lanjutan)

konvesional terhadap

hasil belajar biologi

siswa kelas X

Fobservasi = 14.5365 > Ftabel =

3.07

3. Ari

Irnitawati

Hidayah

(2008)

Efektifitas Metode

Pembelajaran

Kooperatif Group

Investigation dalam

Mata Pelajaran

Geografi Pada

Kompetensi Dasar

Kemampuan

Menerapkan Sig Dalam

Kajian Geografi Di

SMA Muhamadiyah 2

Gemolong Tahun

Ajaran 2008/2009

Terjadi peningkatan aktivitas

belajar siswa dari siklus ke siklus

yang diikuti dengan peningkatan

prestasi belajar siswa setelah

menggunakan pembelajaran

kooperatif GI dengan signifikan

Fobs = 16,74, dan F tabel (n=34)

dengan taraf signifikansi 5 %

yaitu sebesar Ftabel = 3,99, berarti

Fobs > Ftabel (16.74 > 3.99)

4. Praptiwi

dan Jeffry

Handika

(2012)

Efektifitas Metode

Pembelajaran

Kooperatif Group

Investigation dan

student teams

achievement division

ditinjau dari

Kemampuan Awal

Hasil penelitian menunjukan

bahwa: (1) metode kooperatif tipe

GI lebih baik dari pada metode

kooperatif tipe STAD; (2) siswa

dengan kemampuan awal tinggi

mempunyai prestasi belajar fisika

yang lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang memepunyai

kemampuan awal rendah; (3) ada

interaksi antara model

pembelajaran dan kemampuan

awal siswa terhadap prestasi

belajar fisika.

5. Ria novita

sari (2012)

Perbandingan

Pembelajaran Mind

Mapping dan Problem

Based Learning (PBL)

di SMP Negeri 9

Bandar Lampung

Hasil penelitian menunjukan

bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar Ekonomi antara siswa

yang diajarkan dengan model

pembelajaran Mind Mapping

dengan siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) pada mata

pelajaran Ekonomi. Hal ini dapat

dilihat melalui nilai rata-rata

penggunaan model Problem

Based Learning (PBL) yang lebih

tinggi yaitu 75,6 dibandingkan

dengan nilai rata-rata Mind

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

48

Tabel 7. Penelitian yang Relevan (Lanjutan)

Mapping sebesar 69,4.

Berdasarkan uji anava diperoleh

sig. 0,003 < 0,05 sehingga ada

perbedaan nyata antara hasil

belajar yang diberikan

pembelajaran Mind Mapping

dengan model Problem Based

Learning (PBL).

6. Yuniar

(2012)

Upaya Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil

Belajar Siswa dengan

menggunakan model

Problem Based

Learning (PBL) Pada

Mata Pelajaran IPS di

Kelas VII D Semester

Genap Pada SMP

Negeri 1 Pulau

Panggung Tahun

Pelajaran 2012/2013

Hasil penelitian menunjukan

bahwa model pembelajaran

kooperatif Problem Based

Learning (PBL) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Pelaksanaan tindakan dari hasl

belajar yang diukur dari kognitif

adalah siklus I sebesar 48,57%,

pada siklus II sebesar 65,75%

pada siklus III sebesar 85,71%.

7. Fahmi

tamimi

(2012)

Penerapan Model

Problem Based

Learning (PBL) untuk

meningkatkan sikap

percaya diri dan

keterampilan berpikir

keritis siswa pada

pembelajaran tematik

kelas IV Sulaiman SD

Muhamadiyah Metro

Pusat Tahun Ajaran

2012/2013

Hasil penelitian menunjukan

bahwa penggunaan model

Problem Based Learning (PBL)

meningkatkan sikap percaya diri

dan keterampilan berpikir keritis.

Dapat dilihat pada presentase

sikap percaya diri siswa secara

klasikal pada siklus I sebesar

(52,85%) dengan kategori sikap

percaya diri siswa secara klasikal

“cukup baik”, sedangkan siklus II

sebesar (75,02%) dengan kategori

sikap klasikal siswa “baik”. Hal

ini menunjukan adanya

peningkatan dari siklus I ke siklus

II sebesar (22,17%). Sedangkan

untuk keterampilan berfikir kritis

siswa secara klasikal pasa siklus I

adalah (60%) dengan kategori

presentase ketuntasan

keterampilan berfikir kritis siswa

secara klasikal “baik”, sedangkan

presentase ketuntasan

keterampilan berfikir kritis siswa

siklus II adalah (80%) dengan

Page 29: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

49

Tabel 7. Penelitian yang Relevan (Lanjutan)

kategori presentase nilai

keterampilan berfikir kritis siswa

secara klasikal “baik”. Hal ini

menunjukan adanya peningkatan

presentase nilai keterampilan

berfikir kritis siswa secara

klasikal dari siklus I dan II

sebesar (20%).

C. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang

disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Pengertian lain

kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai

masalah yang penting.

Proses pembelajaran memiliki tujuan yaitu berhasilnya proses pembelajaran

yang terlihat dari hasil belajar. Tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan

suatu kegiatan tergantung pada proses pembelajaran. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat keberhasilan salah satunya adalah model pembelajaran

oleh guru. Model pembelajaran yang dipilih oleh guru sangat menunjang

keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang

tepat akan membuat pembelajaran semakin menarik dan menyenangkan.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membuat pembelajaran

semakin menarik dan menyenangkan, dengan mendapatkan hasil yang baik,

terlihat dengan hasil presentase sebelum menggunakan model pembelajaran

Page 30: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

50

kooperatif siswa yang mencapai nilai ≥ 70 hanya 59,24% sedangkan yang ≤

70 adalah 40,76%.

Suatu realita yang dapat kita lihat saat ini masih banyak guru yang memakai

metode langsung. Metode ini dipilih oleh guru dengan alasan mudah

diterapkan. Pembelajaran dengan metode langsung bersifat teacher centered

sehingga siswa tidak memiliki andil yang besar dalam pembelajaran, padahal

siswalah yang seharusnya memiliki andil yang besar dalam proses

pembelajaran. Hal ini jika diterapkan lebih lama lagi maka akan menghambat

kreatifitas siswa. Saat ini para guru mulai melakukan pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif menuntut siswa memiliki andil yang

dominan dalam pembelajaran (student centered). Saat ini pembelajaran telah

menggunakan model pembelajaran kooperatif yang hasilnya lebih bagus dari

model pembelajaran yang sebelumnya yakni model pembelajaran secara

langsung, saat ini hasil belajar dari model pembelajaran kooperatif minimal

mencapai 75,17 %. Hal itu terlihat bahwa dengan pemilihan model

pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar. Penelitian ini

memilki variabel bebas dan variabel terikatnya yaitu.

Penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, terikat, dan

moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe GI (Group Investigation) (X1) dan model pembelajaran

kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) (X2), variabel terikatnya

adalah hasil belajar siswa (Y) dan variabel moderatornya adalah kemampuan

berfikir kreatif (M). Dalam penelitian ini hasil belajar siswa yang diukur yaitu

Page 31: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

51

pada hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI

(Group Investigation) (Y1) dan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) (X2).

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen secara

kolaboratif. Model pembelajaran kooperatif berkembang dari waktu ke waktu

karena dianggap dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran

kooperatif tipe GI (Group Investigation) dan pembelajaran kooperatif tipe

PBL (Problem Based Learning), memiliki langkah-langkah, kekurangan, dan

kelebihan berbeda-beda sehingga dimungkinkan hasil belajar ekonomi

dengan penggunaan dua model tersebut berbeda.

Model pembelajaran kooperatif yang dipilih pada penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dan model

pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning), untuk lebih

jelasnya mengenai model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation) dan model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based

Learning) akan dideskripsikan sebagai berikut

Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)merupakan

salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)

pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya

dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Selain model

pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) yang telah dijelaskan

Page 32: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

52

diatas dalam penelitian ini juga menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe PBL (Problem Based Learning) juga diteliti oleh peneliti. Untuk lebih

jelas mengenai model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based

Learning) akan di deskripsikan sebagai berikut.

Model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning)

merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam model pembelajaran

kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) kemampuan berfikir siswa

betul – betul dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok atau tim yang

sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Berdasarkan teori – teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya dianalisis

secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan

antara variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut,

selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir penelitian dapat

divisualisasikan sebagai berikut.

Page 33: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

53

Gambar 3. Kerangka Pikir Perbandingan Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe GI dan Tipe PBL dengan Memperhatikan

Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan gambar tersebut diatas dapat diberikan penjelasan sebagai

berikut :

1. Variabel yang diteliti adalah variabel terikat, variabel bebas, dan variabel

moderator, dalam hal ini variabel terikatnya adalah model pembelajaran

kooperatif tipe GI (Group Investigation) dan model pembelajaran

kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu. Variabel moderator dalam

penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif.

Perencanaan Pembelajaran

Proses Pembelajaran

GI (Group Investigation)

PBL (Problem Based Learning)

Berfikir Kreatif

Tinggi

Berfikir Kreatif

Tinggi

Hasil Belajar Hasil Belajar

Ada Perbedaan Hasil Belajar IPS melalui Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Tipe PBL

Berfikir Kreatif

Rendah

Berfikir Kreatif

Tinggi

Page 34: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

54

2. Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah melakukan

tes yaitu pre tes dan post test untuk mendapatkan hasil belajar IPS Terpadu

namun dilihat juga dari tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa. Hasil

penelitian yang relevan adalah suatu penunjang untuk mendukung suatu

hasil penelitian yang peneliti telah teliti.

3. Deskripsi dari masing – masing variabel yang diteliti yaitu pengertian

model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation), model

pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning), kemampuan

berpikir kreatif, hasil belajar IPS Terpadu atau deskripsi dari X1, X2, X3

dan Y. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam

hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat

dilihat pada nilai setiap mengikuti tes. Pre test ini mencerminkan

kemampuan awal siswa tentang materi yang akan disampaikan oleh guru,

sedangkan pos test menggambarkan hasil akhir dari proses pembelajaran

yang dilakukan siswa.

4. Sintesa / kesimpulan adalah kesimpulan dari semua variabel yang diteliti,

selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara.

Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan

menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk

merumuskan hipotesis.

Page 35: II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A ...digilib.unila.ac.id/10008/16/BAB II.pdf · untuk memecahkan masala-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses

55

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir

dan anggapan dasar yang telah diuraikan terdahulu, maka rumusan hipotesis

penelitian ini adalah.

1. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya

melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)

dibandingkan dengan pembelajarannya yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning).

2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa terhadap kemampuan berpikir

kreatif tinggi yang pembelajarannya melalui model pembelajaran

kooperatif tipe GI (Group Investigation) lebih tinggi dibandingkan dengan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe PBL

(Problem Based Learning).

3. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa terhadap kemampuan berpikir

kreatif rendah yang pembelajarannya melalui model pembelajaran

kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) lebih tinggi dibandingkan

dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe GI (Group Investigation).

4. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan

berpikir kreatif pada mata pelajaran IPS Terpadu .