II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnyadigilib.unila.ac.id/12829/15/BAB II..pdf7 fisik dari...
Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnyadigilib.unila.ac.id/12829/15/BAB II..pdf7 fisik dari...
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya
Penelitian untuk mengetahui kualitas beton pada saat ini sudah banyak dilakukan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, seperti pada penelitian Mawardi (2003)
yaitu pengujian struktur beton menggunakan metode hammer test dan load test.
Dalam penelitian Mawardi, metode yang digunakan menghasilkan data visual
yang berupa retakan dan cacat pada permukaan beton setelah pengujian.
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan Andriawan (2014) menggunakan
metode hammer test dan test ultrasonik untuk menguji kuat tekan beton.
Andriawan menggunakan sampel beton berbentuk kubus dengan luas 225 cm2
sebanyak 21 dengan perlakuan faktor air semen yang berbeda. Pengujian kuat
tekan beton dilakukan pada sampel usia 14, 21 dan 28 hari. Fokus penelitian yang
dilakukan adalah untuk mengetahui nilai tekan sampel beton pada setiap metode.
Berdasarkan hasil penelitiannya, diperoleh nilai tekan beton rata-rata 255 kg/cm2
untuk metode hammer test dan 356,89 kg/cm2 menggunakan metode tes
ultrasonik.
Hammer test merupakan salah satu metode pengujian beton yang tidak merusak
fisik dari beton karena dalam pelaksanaanya, beton yang akan diuji hanya
diberikan sebuah tumbukan oleh benda lain yang kemudian dari tumbukan
tersebut akan diperoleh sebuah data langsung mengenai seberapa baik kualias
7
fisik dari sebuah beton. Sedangkan pada metode pembebanan (load test)
pengujian kuat beton dilakukan secara langsung dengan cara memberikan beban
kepada beton. Metode pengujian load test merupakan metode pengujian yang
akan mengakibatkan kerusakan sebagian pada komponen-komponen dari sampel
yang diuji. Tujuan pengujian dengan metode load test adalah untuk membuktikan
bahwa tingkat keamanan suatu struktur atau bagian suatu struktur sudah
memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada dengan tujuan memberikan
jaminan keselamatan umum.
B. Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian ini dilakukan pengujian kualitas beton menggunakan transformasi
fourier berdasarkan spektrum akustiknya. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelunya adalah jika pada penelitian sebelumnya menggunakan
metode hummer test dan load test (Mawardi, 2004), kemudian menggunakan
menggunakan test ultrasonik (Andriawan, 2014) untuk mengetahui kualitas beton,
maka pada penelitian ini menggunakan perekaman suara dentuman beton yang
kemudian dianalisis menggunakan transformasi fourier untuk mengetahui
frekuensi bunyi yang merambat pada medium beton.
C. Teori Dasar
1. Beton
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen
hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambahan
8
(admxture additive). Untuk mengetahui dan mempelajari prilaku elemen
gabungan (bahan bahan penyusun beton) perlu adanya pengetahuan mengenai
karakteristik untuk masing-masing komponen penyusun beton. Paramater-
parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah kualitas semen,
proporsi semen terhadap campuran, kekuatan dan kebersihan agregat, interaksi
atau adhesi antara pasta semen dengan agregat, pencampuran yang cukup dari
bahan-bahan pembentuk beton, penempatan yang benar, penyelesaian dan
pemadatan beton, perawatan beton dan kandungan klorida tidak lebih 0,15%
(Mulyono,2004).
Pada umumnya beton terdiri atas Β± 15 % semen, Β± 8 % air, Β± 3 % udara,
selebihnya pasir dan kerikil. Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai
sifat yang berbeda-beda, tergantung pada cara pembuatannya, perbandingan
campuran, cara pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak, cara
memadatkan, dan sebagainya akan mempengaruhi kualitas fisik beton (Sumekto
dkk, 2001).
Nilai kuat tekan beton berbanding lurus dengan kuat tarinya. Setiap usaha
perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh peningkatan yang kecil dari
kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik berkisar antara 9%-15%
dari kuat tekannya. Nilai pastinya sulit diukur. Pendekatan hitungan biasanya
dilakukan dengan menggunakan modulus of rapture, yaitu gaya tarik beton yang
muncul pada saat pengujian tekan beton normal (normal concerete). Kecilnya
kuat tarik beton ini merupakan salah satu kelemahan dari beton yang muncul pada
saat pengujian beton normal (normal concrete) (SKBI.I.4.53 1989:4).
9
Beton memiliki berbagai keunggulan, selain bahan baku yang mudah didapatkan,
beton memiliki volume dan daya tekan yang stabil sehingga dalam pembangunan
gedung beton berfungsi sebagai pelindung struktur baja pada saat terjadinya
kebakaran (Hidayat, 2009).
Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan beragregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya yang ditambahakan bahan
perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia
selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan
kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran yang merupakan komponen
utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan fungsi
dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan
susun, metode pengecoran, pelaksanaan finising, temperatur, dan kondisi
perawatan pengerasannya. Nilai kuat beton relatif tinggi dibandingkan dengan
kuat tariknya, dan beton merupakan bahan bersifat getas. Niai kuat tariknya hanya
berkisar 9%-15% saja dari kuat tekannya (Dipohusodo dan Istamawan 1994).
a. Kekuatan Beton
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah
kemampuan beton untuk dapat menerima gaya persatuan luas (Mulyono, 2004).
Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap
benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya
tekan hingga mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari
10
pengujian dengan menggunakan alat compression testing machine. Gambar 2.1
merupakan gambaran pengujian tekan beton.
Gambar 2.1 Ilustrasi uji tekan beton
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, yaitu :
1) Faktor air semen (FAS)
Faktor air semen (FAS) merupakan perbandingan antara jumlah air terhadap
jumlah semen dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS yaitu:
a) untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan
berlangsungnya pengerasan.
b) memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability) Semakin
tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan beton. Namun
nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton
semakin tinggi. rentang Fas kualitas beton yang baik minimum 0,4 dan
maksimum 0,65 ( Mulyono, 2004).
11
2) Sifat agregat
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Adapun sifat-
sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti, serapan air, kadar agregat, berat
jenis, gradasi agregat, modulus halus butir, kestabilan agregat, kekasaran dan
kekerasan agregat.
3) Proporsi semen dan jenis semen
Perbandingan jumlah semen yang digunakan saat pembuatan mix design dan jenis
semen yang digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akan dibuat.
Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat dimana struktur
bangunan yang menggunakan material beton tersebut dibuat, serta pada kebutuhan
perencanaan apakah pada saat proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal
yang tinggi atau normal.
4) Bahan tambah
Bahan tambah (additive) ditambahkan pada saat pengadukan dilaksanakan. Bahan
tambah (additive) lebih banyak digunakan untuk penyemenan (cementitious), jadi
digunakan untuk perbaikan kinerja. Menurut standar ASTM C 494/C494M β 05a,
jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe, yaitu:
a) water reducing admixtures;
b) retarding admixtures;
c) accelerating admixtures;
d) water reducing and retarding admixtures;
e) water reducing and accelerating admixtures;
f) water reducing and high range admixtures;
12
g) water reducing, high range and retarding admixtures;
b. Adukan Beton
Menurut Dipohusodo dan Istamawan (1994), Beton yang berasal dari pengadukan
bahan-bahan penyusun agregat kasar dan agregat halus kemudian diikat dengan
semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan perekat, harus dicampur dan
diaduk dengan benar dan merata agar dapat dicapai mutu beton yang baik. Pada
umumnya pengadukan bahan beton dilakukan menggunakan mesin pengaduk
kecuali jika hanya untuk mendapatkan beton mutu rendah pengadukan dapat
dilakukan tanpa menggunakan mesin pengaduk. Kekentalan adukan beton harus
diawasi dan dikendalikan dengan cara memeriksa kemerosotan (slump) pada
setiap adukan beton baru.
Nilai slump digunakan sebagai petunjuk ketepatan jumlah pemakaian air dalam
hubungannya dengan faktor air semen yang ingin dicapai. Lamanya pengadukan
tergantung pada kapasitas isi mesin pengaduk, jumlah adukan, jenis serta susunan
butir bahan penyusun, dan slump beton, pada umumnya tidak kurang dari 1,50 menit
dimulai semenjak pengadukan, dan hasil menunjukkan susunan dan warna merata.
Sesuai dengan tingkat mutu beton akan dihasilkan:
a) keenceran dan kekentalan adukan yang mmungkinkan pengerjaan beton
(penuangan, perataan, pemadatan) dengan mudah kedalam adukan tanpa
menimbulkan kemungkinan terjadinya segregation atau pemisahan
agregat;
b) ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosi, dan lain-
lain);
13
c) Memenuhi uji kuat yang hendak dipakai.
c. Kelas dan Mutu Beton
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan struktur.
Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja
beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengan kelas dan mutu
beton yang dibuat, Sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan
konstruksi yang akan dibangun untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai
kebutuhan. Menurut PBIβ 71 beton dibagi dalam kelas dan mutu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kelas dan Mutu Beton
Kelas beton Mutu Beton Kekuatan tekan
Minimum (πππ)
Tujuan Pemakaian
Beton
I B0 50-100 Non-Struktural
II B1
K125
K175
K225
100
125
175
225
Rumah Tangga
Perumahan
Perumahan
Perumahan dan
Bendungan
III K>225 >225 Jembatan,Bangunan
Tinggi
Sumber: (Gunawan, 2000).
Untuk kepentingan pengendalian mutu disamping pertimbangan ekonomis, beton
dengan mutu Bo (beton dengan kuat tekan 50-80 MPa), perbandingan jumlah
agregat (pasir, kerikil atau batu pecah) terhadap jumlah semen tidak boleh
melampaui 8:1. Untuk beton dengan mutu B1 (beton dengan kuat tekan 100 MPa),
dan K125 (beton dengan kuat tekan minimum 125 MPa), dapat memakai
perbandingan campuran unsur bahan beton dalam takaran volume 1 pc : 2 Ps : 3
kr atau 3/2 ps : 5/2 kr (pc = semen portland, ps = pasir, kr = kerikil). Apabila
14
hendak menentukan perbandingan antar-fraksi bahan beton mutu K175 dan mutu
lainnya yang lebih tinggi harus dilakukan percobaan campuran guna dapat
menjamin tercapainya kekuatan karakteristik yang diinginkan dengan
menggunakan bahan-bahan susunan yang ditentukan.
Peraturan tentang standar beton selalu berubah, setelah PBI tahun 1991 kemudian
peraturan tentang standart beton untuk bangunan gedung diperbarui dengan
keluarnya SNI.03.2847.2002 dan kembali diperbarui dengan peraturan
SNI.7394.2008. Dalam SNI.7394.2008 peraturan perencanaan pembuatan beton
sudah ditetapkan untuk beberapa mutu beton seperti mutu beton 7,4 MPa (w/c =
0,87), 9,8 Mpa (w/c = 0,78), 12,2 MPa (w/c = 0,72), 14,5 Mpa (w/c = 0,66), 24
Mpa (w/c = 0,53) dan lain-lain. Dalam pekerjaan kontruksi, penggunaan standar
perencanaan pembuatan beton didasarkan pada bangunan yang akan dibangun.
Berikut ini adalah beberapa komposisi dalam perencanaan pembuatan beton
berdasarkan SNI.7394.2008.
Tabel 2.2 Komposisi beton mutu 7,4 Mpa (w/c = 0,87)
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan
PC Kg 247
PB Kg 869
KR Kg 999
Air Liter 215
Tenaga
Kerja
Pekerja OH 1,65
Tukang Batu OH 0,275
Kepala
Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083
15
Tabel 2.3 Komposisi beton mutu 9,8 Mpa (w/c = 0,78)
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan
PC Kg 276
PB Kg 828
KR Kg 1012
Air Liter 215
Tenaga
Kerja
Pekerja OH 1,65
Tukang Batu OH 0,275
Kepala
Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083
Tabel 2.4 Komposisi beton mutu 12,2 MPa (w/c = 0,72)
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan
PC Kg 299
PB Kg 799
KR Kg 1017
Air Liter 215
Tenaga
Kerja
Pekerja OH 1,65
Tukang Batu OH 0,275
Kepala Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083
Tabel 2.5 Komposisi beton mutu 14,4 MPa (w/c = 0,66)
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan
PC Kg 326
PB Kg 760
KR Kg 1029
Air Liter 215
Tenaga
Kerja
Pekerja OH 1,65
Tukang Batu OH 0,275
Kepala
Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083
16
Tabel 2.6 Komposisi beton mutu 14,4 MPa (w/c = 0,66)
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan
PC Kg 326
PB Kg 760
KR Kg 1029
Air Liter 215
Tenaga
Kerja
Pekerja OH 1,65
Tukang Batu OH 0,275
Kepala
Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083
Tabel 2.7 Komposisi beton mutu 24 MPa (w/c = 0,53)
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan
PC Kg 406
PB Kg 684
KR Kg 1026
Air Liter 215
Tenaga
Kerja
Pekerja OH 1,65
Tukang Batu OH 0,275
Kepala
Tukang OH 0,028
Mandor OH 0,083
2. Uji Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton dilakukan menggunakan alat mesin kompresor
(Compressor Mechine). Untuk menghitung kuat tekan beton digunakan rumus:
π ,π = P
A (2.1)
dengan:
π ,π = Kuat tekan beton (Mpa) ;
P = Beban Tekan (N) ;
A = Luas bidang permukaan (cm2).
(Antono, 1995).
17
Gambar 2.2 merupakan alat kompresing untuk uji kualitas beton.
Gambar 2.2 Alat kompresing untuk menguji kekuatan beton.
Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan suatu kuat tekan
rata-rata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang telah
dirancang campurannya harus diproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecil
frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan yang lebih rendah dari kuat tekan
seperti yang telah disyaratkan. Kriteria penerima beton tersebut harus pula sesuai
dengan standar yang berlaku. Menurut standar nasional Indonesia, kuat tekan harus
memenuhi 0,Mpa untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan memenuhi +0,82 Mpa
untuk rata empat buah benda uji yang berpasangan. Jika tidak memenuhi, maka diuji
mengikuti ketentuan selanjutnya
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton diantaranya
adalah:
a) proporsi bahan-bahan penyusunnya;
b) metode perancangan;
c) perawatan;
d) keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi
oleh lingkungan setempat.
18
Kekuatan tekan Mpa ditentukan dengan silinder standar (berukuran 6 inci x 12
inci) yang dirawat dibawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan tertentu,
pada umur 28 hari. Spesifikasi standar yang dipakai di Amerika Serikat biasanya
diambil dari ASTM C-39. Perlu dipahami bahwa kekuatan beton struktur aktual
dapat saja tidak sama dengan kekuatan silinder karena perbedaan pemadatan dan
kondisi perawatan.
D. Gelombang Akustik
1. Pengertian Gelombang Akustik
Gelombang akustik adalah gelombang yang dirambatkan sebagai gelombang
mekanik longitudinal sehingga dapat menjalar dalam medium padat, cair dan gas.
Medium gelombang akustik adalah molekul yang membentuk bahan medium
mekanik (Sutrisno, 1988). Gelombang akustik merupakan getaran molekul-
molekul zat dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut
terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi bahkan
tidak pernah terjadi perpindahan partikel (Resnick dan Halliday , 1992).
Sedangkan menurut Gabriel (1998), Gelombang bunyi merupakan gelombang
longitudinal yang terjadi karena perapatan dan perenggangan dalam medium gas,
cair dan padat. Gambar 2.3 merupakan gambar gelombang longituginal.
19
Gambar 2.3 Gelombang longituginal
Dalam sebuah medium, gelombang dihasilkan ketika sebuah benda bergetar dan
menyebabkan gangguan kerapatan medium. Gangguan dijalarkan dalam medium
melalui interaksi molekul-molekulnya. Gelombang ditimbulkan oleh sumber titik
yang bergerak secara harmonik, apabila gelombang suara mencapai batas
permukaan maka akan terjadi transmisi dan refleksi. Gelombang akustik dapat
merambat dalam medium cair, padat dan medium gas hal ini karena gelombang
akustik merupakan rambatan energi dari medium yang dilaluinya (Bueche, 1986).
Gambar 2.4 menjelaskan pembagian frekuensi gelombang akustik.
Gambar 2.4 Pembagian rentang frekuensi gelombang akustik
Berdasarkan Gambar 2.4 dapat diketahui bahwa gelombang akustik terbagi atas
tiga macam yaitu infrasonik yang memiliki frekuensi di bawah 100 Hz,
audiblesound yang memiliki frekuensi diatas infrasonik dengan frekuensi
1 Hz
100 Hz
10 kHz
1 MHz
100 MHz
Infrasound
Audible sound
Ultrasound
20
maksimal sekitar 1 MHz dan gelombang ultrasound yang memiliki frekuensi di
atas 100 MHz. Dari ketiga jenis gelombang ini, gelombang ultrasonik banyak
dimanfaatkan untuk menguji kualitas produksi dalam industri.
Dalam sebuah medium, gelombang akustik merambat melalui partikel-partikel
penyusun dari suatu zat. Semakin rapat partikel penyusun zat maka akan semakin
cepat gelombang suara merambat. Di dalam medium padat, cepat rambat dari
suatu gelombang dipengaruhi oleh sifat elastis dan masa jenis dari zat padat
tersebut (Resnick dan Halliday , 1992).
Pada suatu medium, perambatan gelombang terjadi karena gerakan bolak-baik
partikel yang melewati titik keseimbangan yang searah dengan arah rambat
gelombang. Oleh karena itu gelombang suara lebih dikenal dengan gelombang
longituginal seperti ditunjukan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Gelombang longituginal
Gelombang akustik banyak dimanfaatkan untuk pengujian hasil produksi
diantaranya adalah untuk mengetahui kualitas beton (Rosyidi, 2004). Karakteristik
gelombang yang melewati suatu medium mengakibatkan getaran partikel dengan
medium amplitudo sejajar dengan arah rambatannya secara longituginal sehingga
Ξ»
X
21
menyebabkan partikel medium membentuk regangan (strain) dan rapatan (stress).
Proses kontinu yang menyebabkan rapatan dan renggangan dalam medium
disebabkan oleh getaran partikel secara periodik selama gelombang ultrasonik
melaluinya (Halliday dan Resnick, 1992).
Dalam proses perambatan gelombang akustik, masing-masing partikel dengan
panjang dx mengalami gaya yang bekerja pada permukaan seperti yang di
tunjukan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Gaya ketika gelombang suara merambat
Gaya pada gelombang suara yang merambat melalui suatu medium mematuhi
hukum Newton II.
βπΉ = ππ (2.2)
dengan m= massa dan a = percepatan.
jika sebuah palu dipukulkan ke permukaan suatu medium dengan gaya (F), maka
di dalam medium akan menghasilkan gelombang yang merambat searah sumbu x
dengan gaya sebesar Fx (Gambar 2.6). Gelombang yang merambat kemudian akan
mengalami refleksi yang memiliki gaya sebesar Fx + ππΉπ₯
ππ₯ ππ₯.
Fx
x X+ dx
Fx + ππΉπ₯
ππ₯ ππ₯
dx
22
Sehingga besarnya gaya yang dihasilkan oleh perambatan gelombang pada sebuah
medium dapat dicari dengan persamaan 2.3 sebagai berikut.
ππΉπ₯ = πΉπ₯ + ππΉπ₯
ππ₯ ππ₯ β πΉπ₯ =
ππΉπ₯
ππ₯ ππ₯ (2.3)
Selama gelombang suara merambat elemen gelombang akan berpindah searah
sumbu x dengan nilai perpindahan sebesar x+dx. Hal ini ditunjukan pada Gambar
2.7.
Gambar 2.7 Proses perpindahan elemen selama gelombang suara merambat
(Yatarif ,2008).
2. Hubungan Cepat Rambat Gelombang dengan Frekuensi Benda Padat
Cepat rambat gelombang pada setiap benda memiliki nilai tidak sama, hal ini
disebabkan karena partikel penyusun zat dari benda tersebut memiliki komposisi
yang berbeda. Cepat rambat gelombang adalah kecepatan dimana puncak
gelombang mengalami gerak. Kecepatan gelombang dibedakan dari kecepatan
partikel pada medium benda. Cepat rambat gelombang dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut.
π£ = π/π (2.6)
X x+d x
23
Karena π = 1
π, maka persamaan menjadi
π£ = ππ (2.7)
Untuk benda padat, cepat rambat gelombang dapat dihitung menggunakan
modulus Young sebagai berikut.
π£ = π
π (2.8)
Dengan v = cepat rambat gelombang, Y = modulus Young dan π = massa jenis
benda padat (Giancoli, 1998).
Dengan mensubtitusikan persamaan 2.8 pada persamaan 2.7 dihasilkan
persamaan 2.9 sebagai berikut.
π =1
π
π
π (2.9)
E. Modulus Elastis Bahan
Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan (stress) dan regangan
(strain) pada suatu bahan. Tegangan terjadi akibat adanya gaya yang bekerja pada
suatu luasan bahan. Besarnya tegangan dituliskan pada persamaan 2.10.
π = πΉ
π΄ (2.10)
dengan F adalah gaya (N) yang diberikan dan A adalah luas permukaan bahan
yang dikenai gaya (m2). Sedangkan regangan adalah perbandingan antara
perubahan panjang terhadap panjang awal bahan. Besarnya regangan pada bahan
dapat dihitung menggunakan persamaan 2.11 berikut.
24
π = βπΏ
πΏπ (2.11)
dengan βπΏ pertambahan panjang bahan (m) dan Lo panjang awal bahan (m).
Berdasarkan persamaan 2.10 dan 2.11 maka nilai Modulus elastisitas bahan
adalah.
π = π
π (2.12)
dimana Ο adalah tegangan aksial searah sumbu benda uji, Ξ΅ adalah regangan aksial
dan Y adalah modulus elastisitas bahan atau biasa disebut modulus Young.
Modulus elastisitas menentukan ukuran kekakuan suatu bahan. Semakin tinggi
nilai modulus elastisitas bahan maka semakin sedikit perubahan bentuk yang
terjadi, sehingga nilai regangan pada bahan semakin kecil atau semakin kaku.
(Zemansky, 1994).
F. Tranduser Mikrofone
Mikrofone merupakan suatu jenis transduser yang berfungsi mengubah energi-
energi akustik (gelombang suara) menjadi sinyal listrik. Salah satu jenis
mikrofone yang sering digunakan untuk merekam suara adalah mikrofone jenis
kondensor. Mikrofone kondensor memiliki sensitivitas yang baik terhadap
gelombang suara. Mikrofone jenis kondensor merupakan tranduser
elektromekanis yang mengubah perubahan-perubahan dalam tekanan udara
menjadi perubahan-perubahan yang sesuai dalam sinyal listrik. Gambar 2.8
merupakan gambar dari mikrofone jenis kondensor.
25
Gambar 2.8 Kondensor
Pada mikrofon jenis kondensor terdapat kapasitor yang terdiri dari dua keping plat
yang memiliki tegangan. Kondensor bekerja berdasarkan prinsip kapasitansi
kapasitor plat sejajar seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Kapasitor plat sejajar
Dari Gambar 2.9 kita ketahui terdapat dua buah plat kapasitor yang memiliki
muatan yang berbeda-beda yaitu muatan positif (+) dan muatan negatif (-) yang
terpisah sejauh d. Perbedaan muatan pada suatu titik tertentu menyebabkan
terjadinya perubahan medan listrik sebanding dengan perubahan jarak yang
memisahkan kedua plat. Secara matematis terjadinya medan listrik dituliskan pada
persamaan 2.13.
πΈ =π
4ππ0π2 (2.13)
Selain terjadinya perubahan medan listrik, perubahan jarak pada kedua plat akan
menghasilkan perubahan beda potensial dan perubahan nilai kapasitansi kapasitor
26
yang sebanding dengan perubahan jarak kedua plat. Perubahan kapasitansi pada
kapasitor dapat dituliskan seperti pada persamaan 2.14.
πΆ = π0π΄
π (2.14)
Dari persamaan 2.14 perubahan kapasitansi dari kapasitor di pengaruhi oleh luas
plat, jenis dielektrik dan jarak antara kedua plat. Ketika sebuah kapasitor
mendapatkan sebuah inputan yang berupa sinyal suara, maka nilai kapasitansinya
berubah seiring perubahan jarak antara plat sehingga akan mempengaruhi nilai
tegangan keluaran yang dihasilkan oleh kapasitor. Hubungan perubahan nilai
kapasitansi dengan tegangan keluaran dituliskan pada persamaan 2.15.
π = π
πΆ (2.15)
Dengan mensubtitusi persamaan 2.14 ke persamaan 2.15 diperoleh persamaan
tegangan mikrofon seperti pada persamaan 2.16.
π = π
π΄π0 π (2.16)
dengan:
C = kapitansi kapasitor; d = jarak antara kedua pelat;
π0 = permitifitas ruang hampa; Q = jumlah muatan;
A = luas penampang; V = beda potensial.
(Cahyono dkk, 2008).
Pada mikrofone kapasitor, terjadi peristiwa pengisian dan pelucutan kapasitor.
Salah satu plat pada kapasitor terbuat dari bahan mengkilap yang merupakan
27
diafragma mikrofon. Salah satu plat mikrofon difungsikan sebagai membran dan
plat yang satunya dibuat tetap. Diafragma akan bergetar jika ada gelombag suara
yang mengenainya, suara yang masuk akan merubah jarak antara dua plat yang
akan mengakibatkan terjadinya perubahan kapasitansi, jadi disaat plat bergetar
maka hal yang terjadi adalah mula-mula plat akan berdekatan yang
mengakibatkan kapasitas akan meningkat dan tegangan berkurang seiring
peningkatan kapasitas pada plat, kemudian sebaliknya plat akan menjauh yang
mengakibatkan kapasitasnya menurun yang mengakibatkan peningkatan nilai
tegangan . Gambar 2.10 merupakan gambaran cara kerja mikrofon.
Gambar 2.10 Prinsip kerja Mikrofone (Ronald, 2014)
G. Penguat Transistor Dua Tingkat
Rangkaian penguat digunakan untuk menghasilkan bati tegangan yang lebih
besar. Untuk menghasilkan bati tegangan yang lebih besar, rangkaian penguat
dibuat bertingkat (cascade) dua atau lebih penguat. Pada penguatan bertingkat
keluaran pertama digunakan sebagai masukan ke tingkat kedua. Selanjutnya
keluaran kedua dapat digunakan sebagai masukan ke tingkat selanjutnya
28
(Malvino, 2003). Gambar 2.11 merupakan rangkaian penguat transistor bias
pembagi tegangan dua tingkat (a) dan rangkaian ekivalen AC.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.11 Rangkaian penguat transistor bias pembagi tegangan dua tingkat (a),
rangakaian ekivalen AC (b dan c)
Pada Gambar 2.11 (c) tegangan masukan basis pada rangkaian penguat tingkat
pertama dapat dihitung dengan persamaan 2.17.
Vout
Vout
C1
R1
R2
RC
RE
Q12N3904
Q22N3904
C2
1nF
C3R5
R
re
RE
R3
C4
R4
RC
9 V
C51nF
V2 Vin
R1BR'E
Br'e
R2IC
RC1 R4R3R10
Br'e
IC RL=R5RC2
VIN
Vin
R
Zin1(stage)
RC1R
Zin 2(stage)
I
icI
IC
RC2 R5
29
ππ = ππ .πππ1π π‘πππ (2.17)
Vin adalah tegangan masukan pada mikrofon dengan π πΊ sebagai hambatan
mikrofon. Besarnya impedansi masukan (πππ π π‘πππ ) pada tingkat pertama
dihitung dengan persamaan berikut.
πππ1 π π‘πππ = π 1 // π 2 // π½πβ²π (2.18)
r'e adalah hambatan emitor pada mode AC untuk penguat pertama besarnya dapat
dihitung dengan persamaan 2.19
πβ²π = πππ
ππ (2.19)
Vbe merupakan tegangan basis emitor dengan nilai pendekatan sebesar 25 mV
sedangkan ie adalah arus emitor pada mode AC. Besar penguatan tegangan pada
transistor tingkat pertama dapat dihitung menggunakan persamaan 2.20 sebagai
berikut.
π΄π£1 = ππ1
πβ²π (2.20)
Dengan ππ1 = π π ββ πππ1 π π‘πππ
Tegangan yang keluar dari rangkaian penguat tingkat pertama menjadi masukan
tegangan pada penguat tingkat kedua. Tegangan AC yang masuk ke kaki basis 2
(ππ2) dapat dihitung dengan persamaan 2.21 sebagai berikut.
ππ2 = ππ2.π π//πππ2π π‘πππ (2.21)
Besarnya impedansi masukan (πππ π π‘πππ ) pada tingkat kedua dihitung dengan
persamaan berikut.
πππ2 π π‘πππ = π π1 //π 3// π 42 // π½ππ2 (2.22)
30
Besar penguatan tegangan pada transistor tingkat kedua (π΄2) dapat dihitung
dengan persamaan 2.23.
π΄π£2 = ππ2
πβ²π (2.23)
dengan ππ2 = π π // π πΏ
setelah diperoleh π΄π£1 dan π΄π£2, total penguatan tegangan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut (Malvino, 2003).
π΄π£ππ’π‘ = π΄π£1.π΄π£2 (2.24)
Dari persamaan 2.23 diatas kita dapat memperoleh Vout menggunakan persamaan
2.24.
πππ’π‘ = π΄π£.πππ (2.25)
H. Akuisisi Data dengan Sound Card
Akuisisi data merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengambil,
mengumpulkan dan menyiapkan data, hingga memprosesnya untuk menghasilkan
data yang diinginkan. Jenis serta metode yang dipilih pada umumnya bertujuan
untuk menyederhanakan setiap langkah yang dilaksanakan pada keseluruhan
proses. Suatu sistem akuisisi data pada umumnya dibentuk sedemikian rupa
sehingga sistem tersebut berfungsi dengan baik dalam proses mengambil,
mengumpulkan dan menyimpan suatu data ke dalam bentuk yang siap untuk
dilakukan proses selanjutnya (Ariyus dan Andri, 2008).
Dalam akuisisi data terdapat dua mode yaitu mode sinkron dan mode asinkron.
Akuisisi sinkron merupakan akuisisi data yang dalam pengiriman dan penerimaan
31
data terjadi dalam waktu yang serentak sehingga dalam akuisisi sinkron sebelum
adanya pengiriman data dilakukan sinkronisasi antara pengirim dan penerima.
Akuisisi asinkron merupakan akuisisi data yang dalam pengiriman dan
penerimaan datanya tidak harus terjadi pada waktu yang serentak.
Untuk membangun sebuah sistem akuisisi data digunakan beberapa alat yang
salah satunya adalah sound card. Sound card merupakan perangkat keras
komputer yang berfungsi untuk mengolah data berupa audio atau suara. Sound
Card memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai synthesizer, sebagai MIDI
interface, pengonversi data analog ke digital (misalnya merekam suara dari
mikrofon) dan pengkonversi data digital menjadi analog (misalnya saat
memproduksi suara dari speaker). Sound card biasanya terdapat pada komputer-
komputer yang bercirikan multimedia. Penelitian yang menggunakan sound card
sebagai akuisisi data telah banyak dilakukan diantaranya penghitung denyut
jantung manusia (Somawirata dan Subagio, 2011), getaran jembatan (Khotimah,
2004), dan Electrokardiogram (EKG) yang dilengkapi jaringan saraf tiruan
(Setiawan., dkk 2011).
Komponen utama dari sebuh sound card adalah Analog Digital Converter (ADC)
dan Digital Anaog Converter (DAC) yang berfungsi sebagai pengonversi sinyal
analog menjadi digital dan sinyal digital menjadi sinyal analog. Gambar 2.12
menjelaskan fungsi kerja dari sound card.
32
Gambar 2.12 Blok diagram sound card (Engdahl, 2009)
Gambar 2.12 memberikan informasi bahwa masukan dari sound card berupa
sinyal suara yang dihasilkan mikrofone melalui jalur masukan (input). Sinyal
suara yang dihasilkan oleh mikrofone akan memasuki mixer chip yang memiliki
fungsi untuk mengatur sinyal masukan analog yang kemudian diubah menjadi
sinyal digital. Selanjutnya sinyal akan diolah lebih lanjut melalui proses Digital
Signal Processing (DSP) di dalam Personal Computer (PC).
I. Transformasi Fourier
Transformasi Fourier adalah suatu model transformasi yang mengubah domain
spasial atau domain waktu menjadi domain frekuensi. Transformasi Fourier
merupakan suatu proses yang banyak digunakan untuk mengubah domain dari
suatu fungsi atau obyek ke dalam domain frekuensi. Di dalam pengolahan citra
digital, transformasi fourier digunakan untuk mengubah domain spasial pada citra
menjadi domain frekuensi. Analisa-analisa dalam domain frekuensi banyak
digunakan seperti filtering. Dengan menggunakan transformasi fourier, sinyal atau
citra dapat dilihat sebagai suatu objek dalam domain frekuensi.
33
Transformasi Fourier didefinisikan dengan persamaan 2.26 sebagai berikut
π π = π₯ π‘ β
ββπβπ2πππ‘ππ‘
= π₯ π‘ β
ββcos 2πππ‘ ππ‘ β π π₯ π‘
β
ββsin 2πππ‘ ππ‘ (2.26)
dengan:
x (t) = fungsi atau sinyal dalam domain waktu;
πβπ2πππ‘ = fungsi kernel;
X(f) = fungsi dalam domain frekuensi dan;
f = frekuensi.
fungsi dari persamaan (2.26) digunakan untuk mentransformasikan sinyal dari
domain waktu ke dalam domain frekuensi. Dengan keterbatasan eksekusi
komputer, maka persamaan (2.26), khususnya pada bagian real, didekati dengan
π₯ π‘ β
ββ
cos 2πππ‘ ππ‘ β π₯ πβπ‘ πππ 2πππβπ‘ βπ‘
π
= β π₯ πβπ‘ πππ 2πππβπ‘βπ βπ‘π
= β π₯ πβπ‘ πππ 2πππ
π βπ‘π (2.27)
dimana m dan n adalah bilangan bulat.
Domain waktu periode suatu sinyal dinyatakan sebagai T = Nβt, sedangkan pada
domain frekuensi βπ = ππ
π dengan βπ menyatakan interval antar frekuensi dan ππ =
1
βπ‘= πβπ. Dengan demikian, dalam persamaan (2.27) βπ‘βπ =
1
π, yang
merupakan penghubung antara domain waktu dengan domain frekuensi. Bila
jumlah data lebih kecil dari fs maka frekuensi yang dihasilkan tidak presisi. Disisi
34
lain fs haruslah β₯ πππππ πππ’π untuk menghindari aliasing frekuensi di dekat
frekuensi yang dicari. Aliasing merupakan fenomena munculnya frekuensi yang
sama dari hasil transformasi yang mana kita tidak bisa membedakan antara
frekuensi yang asli dengan frekuensi bayangan.
Pada umumnya, transformasi Fourier menggunakan alat yang disebut real-time
spectrum analyzer yang telah terintegrasi dalam bentuk chip untuk menghitung
sinyal diskret dalam domain waktu yang berasal dari microphone. Untuk dapat
menganalisis spektrum frekuensi, di dalam prosessor DSP disusun program
Discrete Fourier Transform (DFT) (Schuler, 2003: 477).
1. Transformasi Fourier Diskrit (DFT)
Discrete Fourier Transform (DFT) adalah deretan yang terdefinisi pada kawasan
frekuensiβdiskrit yang merepresentasikan Transformasi Fourier terhadap suatu
deretan terhingga (Finite Duration Sequence). DFT berperan penting untuk
implementasi algoritma suatu varitas pengolahan sinyal, karena efisien untuk
komputasi berbagai aplikasi (Pratiwi dkk, 2012). DFT merupakan cara mengubah
suatu fungsi atau sinyal dari kawasan (domain) waktu ke kawasan frekuensi.
Dalam pemrosesannya, sinyal diskrit dapat direpresentasikan ke dalam bentuk
fungsi, grafik, tabel, delay unit sample dan transformasi Z. Selain itu, sinyal
diskrit dapat digunakan dengan menggunakan metode lain yaitu diskrit fourier
transform (DFT). Dalam pengolahan sinyal digital, discrete fourier transform
(DFT) digunakan untuk mengubah data diskrit dari daerah waktu (time domain)
menjadi daerah frekuensi (frekuensi domain). Sinyal diskrit dihasilkan dari sinyal
analog yang didefinisikan seperti pada persamaan (2.28).
35
π π = π₯ π‘ πβπ2πππ‘β
ββ ππ‘ (2.28)
dengan:
π π = sinyal kawasan frekuensi;
π₯ π‘ = sinyal kawasan waktu.
Kemudian fungsi waktu kontinyu π₯ π‘ diubah menjadi fungsi diskrit π₯ π (TF
menjadi DFT), maka persamaan 2.28 fungsi kawasan frekuensi dimana t (waktu)
diubah menjadi n (diskrit) dan π₯ π‘ dirubah ke π₯ π ,
X k = β x n eβjΟnNβ1n=0 (2.29)
Untuk π₯ π berhingga N (n=0 .........N-1), maka:
π π = β π₯ π πβπ2ππππβ1π=0 (2.30)
2. Fast Fourier Transform (FFT)
Fast Fourier Transform (FFT) adalah suatu algoritma transformasi Fourier yang
dikembangkan dari algoritma Discrete Fourier Transform (DFT). Dengan metode
Fast Fourier Transform (FFT), kecepatan komputasi dari perhitungan
transformasi Fourier dapat ditingkatkan. Pada Discrete Fourier Transform (DFT)
proses komputasi memerlukan looping sehingga banyak memerlukan memori.
Dengan menerapkan metode Fast Fourier Transform (FFT) perhitungan Discrete
Fourier Transform (DFT) dapat dipersingkat dengan cara mereduksi proses
looping. Ada dua macam metode Fast Fourier Transform (FFT) yaitu Decimation
In time (DIT) dan metode Decimation In Frekuensi (DIF) yang memiliki fungsi
yang sama yaitu untuk mentransformasi sinyal menjadi frekuensi dasarnya.
36
a. FFT Decimation In Time
Fast Fourier Transform (FFT) diperoleh dengan modifikasi Discrete Fourier
Transform (DFT), perubahan yang dilakukan adalah dengan cara
mengelompokan batas n ganjil dan n genap sehingga N point DFT menjadi
(N/2) point. Persamaan 2.31 merupakan FFT Decimation In Time.
X [k] = β π₯ π πππππβ1
π=0 k = 0,1, .... N-1 (2.31)
Kemudian membagi persamaan 2.31 menjadi dua bagian sehingga diperoleh
persamaan seperti pada persamaan 2.32.
π π = β π₯ π πππππβ2
π=2π + β π₯ π πβ1π=1 ππ
ππ (2.32)
π genap π ganjil
n=2r n = 2r+1
dengan memasukan nilai n genap dengan 2r dan untuk n ganjil 2r+1 diperoleh
persamaan seperti pada persamaan 2.33
π π = β π₯ 2π ππ2πππ/2β1
π=0 + β π₯ 2π + 1 π/2β1π=0 ππ
2π+1 π (2.33)
dengan
ππ2ππ = ππ
2 ππ
= πβπ2π
π 2ππ
= πβπ2ππ
2
ππ
= ππ/2ππ
ππ/2π+π/2
= ππ/2π
ππ/2π/2
= ππ/2π
dengan Wm = πβ2ππ = cos (-2Ο) + i sin (-2Ο) = 1
Sehingga
37
π π = β π₯ 2π ππ/2πππ/2β1
π=0 + πππ β π₯ 2π + 1
π/2β1π=0 ππ/2
ππ (2.34)
(Tanudjaja, 2007).
dengan:
πΊ π = DFT π/2 titik data dengan indek genap;
π» π = DFT π/2 titik data dengan indek ganjil.
Persamaan 2.35 dapat dituliskan
π π = πΊ π + πππ π» π (2.35)
J. Low Pass Filter
Filter adalah suatu rangkaian yang dirancang untuk melewatkan suara pita
frekuensi tertentu seraya memperlemah semua isyarat di luar pita ini. Jaringan-
jaringan pada filter bisa bersifat aktif maupun pasif. Jaringan-jaringan yang pasif
hanya berisi tahanan, induktor dan kapasitor saja, sedangkan jaringan-jaringan
pada filter yang aktif, menggunakan transistor atau penguat operasional ditambah
dengan tahanan, induktor dan kapasitor. Induktor jarang sekali digunakan dalam
filter-filter aktif, sebab ukurannya sangat besar dan harganya relatif mahal dan
bisa memiliki komponen-komponen bertahanan dalam besar (Coughlin, 1983).
Lowpass filter merupakan jenis filter yang yang hanya melewatkan sinyal dengan
frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cutt-off (fc) dan akan melemahkan
sinyal dengan frekuensi lebih tinggi dari cutt-off (fc). Lowpass filter RC
merupakan jenis filter analog dengan respon frekuensi yang ditentukan oleh
konfigurasi resistor (R) dan kapasitor (C). Rangkaian dan grafik respon keluaran
lowpass filter dapat dilihat pada Gambar 2.13 dan 2.14.
38
Gambar 2.13 Rangkaian low pass filter
Gambar 2.14 Grafik respon keluaran low pass filter (Coughlin, 1983).
Besarnya frekuensi cut-off dari rangkaian lowpass filter dapat ditentukan dengan
persamaan 2.36.
ππ = 1
2ππ πΆ (2.36)
Rangkaian filter pasif LPF RC pada Gambar 2.13 terlihat seperti pembagi
tegangan menggunakan R. Dimana pada filter LPF RC ini teganga output diambil
pada titik pertemuan RC. Tegangan output (Vout) filter pasif LPF seperti terlihat
pada rangkaian di atas dapat diekspresikan dalam persamaan matematis sebagai
berikut.
πππ’π‘
πππ=
1
1+π½π€π πΆ. (2.37)
Besarnya penguatan tegangan (G) pada filter pasif yang ideal maksimum adalah 1
= 0 dB yang hanya terjadi pada frekuensi sinyal input dibawah frekuensi cut-off
39
(fc). Penguatan tegangan (G) filter LPF RC pasif dapat dituliskan dalam
persamaan matematis sebagai berikut (Wijaya, 2014)
πΊ = πππ’π‘
πππ (2.38)
Dalam satuan desible, penguatan tegangan dapat dituliskan seperti pada
persamaan (2.39)
G = 20 log πππ’π‘
πππ (2.39)
K. Filter Savitzky Golay
Savitzky-Golay (S-G) filter merupakan metode smoothing data berdasarkan
kuadrat pendekatan polinomial. Filter ini menunjukkan polinomial untuk satu set
sampel input dan kemudian mengevaluasi polinomial yang dihasilkan pada satu
titik dalam interval pendekatan setara dengan konvolusi diskrit dengan respon
impuls tetap. Ide dasar kuadrat smoothing digambarkan dalam Gambar 2.15, yang
menunjukkan urutan sampel x(n) dari sinyal diskrit sebagai titik padat.
Gambar 2.15 Proses smoothing data Savitzky-Golay (S-G) filter
Gambar 2.15 mengilustrasikan kuadrat-smoothing dengan menggunakan garis
polinom tingkat kedua (garis tebal) untuk lima sampel masukan, (dot)
menunjukkan sampel masukan, (o) menunjukkan kuadrat sampel output, dan x
40
menunjukkan respon impulse yang efektif sampel (bobot konstanta). (Garis putus-
putus menunjukkan pendekatan polinomial unit impuls berpusat.)
Kelompok 2M+1 sampel berpusat di n = 0, nilai koefisien polinomial dari sampel
dapat diperoleh dengan persamaan berikut.
π π = β πππππ
πβ0 (2.40)
Untuk mengurangi kesalahan digunakan pendekatan
ππ = β β πππππ
πβ0 β π₯[π] 2ππ=βπ (2.41)
Dalam Gambar 2.15 diketahui N = 2 dan M = 2, kurva padat di sebelah kiri pada
Gambar 2.15 adalah p(n) polinomial dievaluasi pada grid terbaik antara 2 dan 2,
dan nilai output dihasilkan dengan mengevaluasi p (n) pada titik pusat n = 0.
Artinya, y [0], output pada n = 0, adalah y [0] = p (0) = a0. Nilai output pada
sampel berikutnya diperoleh dengan menggeser interval analisis ke kanan dengan
satu sampel dan mengulangi pas polinomial dan evaluasi di lokasi pusat.
Proses ini diulang pada setiap sampel dari input setiap kali memproduksi nilai
output urutan y [n]. Contoh lain ditampilkan di sebelah kanan dimana pusat
interval digeser untuk sampel n = 10 dan polinomial baru untuk sampel 8β€ n β₯12
ditunjukkan kembali oleh kurva solid dan output di n = 10 adalah nilai polinomial
baru dievaluasi pada pusat lokasi.
Pada proses pemfilteran, filter ini mengamati setiap posisi nilai penghalusan
output dari sampling diperoleh menggunakan polinomial identik dengan
kombinasi linear dari nilai sampel masukan, yaitu set 2M + 1 sampel masukan
41
dalam interval pendekatan yang efektif dikombinasikan dengan satu set tetap
koefisien pembobotan yang dapat dihitung sekali untuk order polinomial
diberikan N dan selang perkiraan panjang 2M + 1. Artinya, sampel output dapat
dihitung oleh konvolusi diskrit menggunakan.
π¦ π = β π π π₯ π β π = β π π β π π₯ π π+ππ=πβπ π
π=βπ (2.42)
Nilai-nilai yang ditandai dengan x pada Gambar 2.15 adalah perubahan impuls
tanggapan h [0 - m] dan h [10 - m] yang dapat digunakan untuk menghitung
sampel keluaran dengan label 0, sehingga menggantikan proses fitting polinomial
pada setiap sampel dengan evaluasi tunggal (Schafer, 2010).
L. Matrix Labolatory (MATLAB)
MATLAB adalah salah satu bahasa pemrograman dengan kemampuan tinggi
untuk proses komputasi. MATLAB menggabungkan proses komputasi, visualisasi
dan pemrograman dalam satu kesatuan yang mudah digunakan di mana masalah
dan penyelesaianya diekspresikan dalam notasi matematik yang sudah dikenal.
Dalam aplikasinya, pemakain MATLAB meliputi:
a) matematika dan komputasi;
b) pengembangan algoritma;
c) akuisisi data;
d) pemodelan, simulasi dan protptype;
e) grafik saintifik dan engginering;
f) perluasan pemakaian seperti Graphical User Interface (GUI).
42
MATLAB adalah sistem interaktif yang mempunyai basis data array yang
membutuhkan banyak dimensi. Hal ini dapat digunakan untuk menyelesaikan
banyak masalah komputasi teknis, khususnya yang berkaitan dengan formulasi
matrik dan vektor. Nama MATLAB merupakan singkatan dari Matrix
Labolatory. MATLAB awalnya dibuat untuk memudahkan dalam megakses
softwere matriks yang dikembangkan oleh LINPACK dan EISPACK. Dalam
perkembangannya MATLAB mampu mengintegrasikan beberapa software untuk
kompeutasi matriks. Tidak hanya itu, MATLAB juga mampu melakukan
komputasi simbolik yang biasa digunakan oleh MAPLE.
MATLAB memiliki sistem yang terdiri atas lima bagian.
a) Development Envoriment merupakan kumpulan semua alat-alat dan fasilitas
untuk membantu kita dalam menggunakan file MATLAB. Bagian ini memuat
desktop, comman window, comman history, editor and debugger, dan browser
untuk melihat help, workspace, files.
b) The MATLAB Mathematical Fungtion Library merupakan bagian yang berisi
semua algoritma komutasi, mulai dai fungsi sederhana seperti sum, sine, cosine
sapai fungsi lebih rumit seperti invers matriks, nilai eigen, fungsi bessel dan
fast fourier tranform.
c) The MATLAB Leangue merupakan bahasa matriks level tinggi dengan control
flow, fungsi, struktur data, input/output dan objek programing lainnya.
d) Graphics merupakan fasilitas yang dimiliki MATLAB untuk menampilkan
vector dan matriks sebagai grafik. Faslitas ini mencangkup visualisasi data
dua/tiga dimensi, pemrosesan citra (image), animasi dan grafik animasi.
e) The MATLAB Aplication Program Interface (API)
43
Paket ini memungkinkan kita menulis bahasa C dan Port yang berinteraksi
dengan MATLAB (dinamic Linking) yang disebut MATLAB sebagai mesin
penghitung, dan untuk membaca dan menulis M AT-files.
(Bruce, 2000).