II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Pendapatan ... fileArtinya pertimbangan yang diambil...

18
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto (NX). Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX …… (2.1) GDP atau produk domestik bruto adalah jumlah konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor bersih. Persamaan diatas disebut identitas pos pendapatan nasional (national income accounts identity). Investasi merupakan salah satu unsur GDP yang paling sering berubah. Investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi terbagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (Mankiw, 2006). Tujuan pengeluaran untuk investasi adalah pembeliaan barang-barang yang memberi harapan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Artinya pertimbangan yang diambil oleh pengusaha atau perusahaan dalam memutuskan membeli atau tidak membeli barang dan jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha atau perusahaan akan kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh. Harapan keuntungan ini merupakan faktor utama dalam investasi. Investasi bergantung pada tingkat bunga. Agar proyek investasi menguntungkan,

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Pendapatan ... fileArtinya pertimbangan yang diambil...

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Investasi

Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain

konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto (NX).

Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka

Y = C + I + G + NX …… (2.1)

GDP atau produk domestik bruto adalah jumlah konsumsi, investasi,

pembelian pemerintah, dan ekspor bersih. Persamaan diatas disebut identitas pos

pendapatan nasional (national income accounts identity).

Investasi merupakan salah satu unsur GDP yang paling sering berubah.

Investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan.

Investasi terbagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi

tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian

pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembelian

rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah

peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (Mankiw, 2006).

Tujuan pengeluaran untuk investasi adalah pembeliaan barang-barang

yang memberi harapan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang.

Artinya pertimbangan yang diambil oleh pengusaha atau perusahaan dalam

memutuskan membeli atau tidak membeli barang dan jasa tersebut adalah harapan

dari pengusaha atau perusahaan akan kemungkinan keuntungan yang dapat

diperoleh. Harapan keuntungan ini merupakan faktor utama dalam investasi.

Investasi bergantung pada tingkat bunga. Agar proyek investasi menguntungkan,

12

hasilnya (penerimaan dari kenaikan produksi barang dan jasa masa depan) harus

melebihi biayanya (pembayaran untuk dana pinjaman). Jika suku bunga

meningkat, lebih sedikit proyek investasi yang menguntungkan, dan jumlah

barang-barang investasi yang diminta akan turun. Secara grafik, hubungan antara

investasi dan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber : Gregory, N. Mankiw, 2006

Gambar 2.1 Fungsi Investasi

Model GDP seperti dalam model IS-LM didasarkan pada fungsi investasi

sederhana yang mengaitkan investasi dengan tiket bunga riil. Untuk memasukkan

hubungan antara tingkat bunga dan investasi ke dalam model maka tingkat

investasi yang direncanakan dapat ditulis sebagai berikut :

I = I (r) ………. (2.2)

Fungsi investasi ini dapat diperlihatkan dalam bagian (a) Gambar 2.2.

Karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman untuk mendanai proyek-proyek

investasi, maka kenaikan tingkat bunga akan mengurangi investasi yang

direncanakan. Akibatnya fungsi investasi miring ke bawah.

Kuantitas Investasi (I)

Fungsi Investasi, I(r)

Tingkat

Bunga Riil (r)

13

Sumber : Gregory, N. Mankiw 2006

Gambar 2.2 Dampak Tingkat Bunga terhadap Investasi dan Pendapatan dalam perpotongan Keynesian

IS

I(r1)

(c) Kurva IS

Pengeluaran yang direncanakan

Pengeluaran aktual

Y1 Y2

Y2 Y1

45o

∆I

∆I

I(r2)

r1

r2

I(r)

r1

r2

(a) Fungsi Investasi

(b) Perpotongan Keynesian

Pengeluaran, E

Investasi, I Pendapatan, Output, Y

Pendapatan, Output, Y

Tingkat bunga, r

Tingkat bunga, r

14

Untuk menentukan bagaimana pendapatan berubah ketika tingkat bunga

berubah, fungsi investasi dapat dikombinasikan dengan diagram perpotongan

Keynesian. Karena investasi berhubungan terbalik dengan tingkat bunga, maka

kenaikan tingkat bunga dari r1 ke r2 mengurangi jumlah investasi dari I(r1) ke

I(r2). Pengurangan investasi yang direncanakan, akan menggeser fungsi

pengeluaran yang direncanakan ke bawah, sebagaimana terlihat dalam bagian (b)

Gambar 2.2. Pergeseran dalam fungsi pengeluaran yang direncanakan

menyebabkan tingkat pendapatan turun dari Y1 ke Y2.. Dengan demikian,

kenaikan tingkat bunga mengurangi pendapatan.

Kurva IS yang ditunjukkan dalam bagian (c) Gambar 2.2, meringkas

hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan. Esensinya, kurva IS

mengkombinasikan interaksi antara r dan I yang ditunjukkan oleh fungsi investasi

dan interaksi antara I dan Y yang ditunjukkan oleh perpotongan Keynesian. Setiap

titik pada kurva IS menggambarkan keseimbangan pendapatan tergantung pada

tingkat suku bunga. Karena kenaikan tingkat bunga menyebabkan investasi yang

direncanakan turun, dan menyebabkan keseimbangan pendapatan turun, maka

kurva IS miring ke bawah (Mankiw, 2006).

2.1.2. Agroindustri

Agroindustri dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan industri yang

memanfaatkan produk primer hasil pertanian sebagai bahan bakunya untuk diolah

sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru baik yang bersifat setengah jadi

maupun yang dapat dikonsumsi. Menurut Saragih (2010) sektor agroindustri

adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak

langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup

15

hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan

agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan

produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung, berupa kegiatan

ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) di luar komoditas pertanian,

seperti bahan kimia, bahan kemasan, dan lain-lain, beserta kegiatan ekonomi yang

memasarkan dan memperdagangkannya. Agroindustri sebagai salah satu

subsistem dalam sistem agribisinis yang terutama memiliki potensi besar untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat,

menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemerataan pembangunan dan juga

mempercepat pembangunan daerah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu:

(1) agroindustri memiliki potensi dapat menarik pertumbuhan perekonomian

secara total karena memiliki pangsa pasar yang besar dalam perekonomian secara

keseluruhan, (2) mampu menarik pertumbuhan sektor lainnya, (3) keragaan dan

performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga efektif dalam membangun

daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan eksternal.

Krisnamurthi, et al. (2010) menjelaskan bahwa salah satu alternatif

strategi industrialisasi yaitu dengan pengembangan agroindustri. Sektor ini dapat

dijadikan sebagai salah satu sektor yang memimpin atau a leading sector dalam

pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor agroindustri paling efektif

berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara

berkesinambungan (sustainability). Dalam perkembangannya kemudian,

agroindustri yang bersistem agribisnis ini akan menjadi suatu paradigma baru

dalam pembangunan berbasis pertanian. Pembangunan sistem dan usaha

agribisnis termasuk pertanian di dalamnya, memiliki posisi tetap dan peranan

16

yang sangat strategis dan mendasar dalam pembangunan ekonomi nasional karena

hamparan wilayah Indonesia yang berbasiskan pertanian.

Dari beberapa definisi di atas jelas bahwa agroindustri mempunyai ruang

lingkup yang lebih kecil dibandingkan agribisnis. Agroindustri terbatas pada

kegiatan pengolahan produk yang berbasiskan pertanian, sedangkan agribisnis

mencakup semua kegiatan sejak menyediakan input, membudidayakan,

mengolah, menyediakan dana, memasarkan, dan mendistribusikan produk-produk

berbasiskan pertanian.

2.1.3. Keterkaitan Sektor Agroindustri

Menurut Meier dalam Affandi (2009), dua mekanisme yang bekerja dalam

sektor aktivitas produksi secara langsung adalah pertama, penyediaan input yang

menghasilkan permintaan atau backward linkage effects, yaitu setiap aktivitas

ekonomi non-primer akan mempengaruhi upaya untuk mensuplai melalui

produksi domestik input yang diperlukan oleh aktivitas tersebut. Kedua,

pemanfaatan output atau forward linkage effects, yaitu setiap aktivitas yang

menurut sifatnya tidak menjadi barang akhir, akan mempengaruhi usaha untuk

memanfaatkan output sebagai input pada aktivitas baru.

Pengembangan agroindustri di satu pihak meningkatkan permintaan input

antara (intermediate input) seperti bahan baku tanaman pangan, tanaman

perkebunan, perikanan dan lain-lain yang dipasok oleh sektor pertanian. Hal ini

disebut keterkaitan ke belakang (backward linkage). Di pihak lain, sektor

agroindustri meningkatkan penawaran output untuk sektor-sektor lain seperti

perdagangan dan industri lainnya, di samping ada yang digunakan sendiri oleh

agroindustri. Hal ini disebut keterkaitan ke depan (forward linkage). Jadi, kedua

17

aspek ini yang dikenal sebagai efek keterkaitan antar industri (interindustry

linkage effect), yang mengarah ke belakang dan ke depan.

Selain itu, pengembangan sektor agroindustri akan meningkatkan

penyediaan kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga, yang selanjutnya

meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi yang dihasilkan

sektor lain. Keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang tersebut merupakan

dorongan untuk meningkatkan produktivitas dan akhirnya meningkatkan tabungan

di sektor agroindustri. Hubungan ini dikenal sebagai efek keterkaitan

ketenagakerjaan (employment linkage effect) dari efek keterkaitan penciptaan

pendapatan (income generation linkage effect)

Keberadaan agroindustri yang terpisah dengan industri hulu dan hilir tidak

akan mampu menjadi penggerak ekonomi secara efektif. Sektor ini hanya dapat

menjadi kekuatan yang efektif apabila dikombinasi dengan sektor hulu dan hilir

serta industri penunjang lain yang terkait misalnya, transportasi, industri,

perdagangan, dan jasa. Agroindustri merupakan rangkaian kegiatan agrobisnis

berbasis pertanian yang saling berkaitan dalam suatu sistem produksi, pengolahan,

distribusi, pemasaran dan berbagai kegiatan atau jasa penunjangnya. Keterkaitan

struktural antar sub-sistem amat vital dan merupakan kunci sukses dalam

membangun agroindustri yang tangguh. Kegiatan agroindustri dapat

menghasilkan produk pangan dan/atau produk nonpangan. Bahkan hampir semua

jenis pangan yang dipasarkan dan dikonsumsi berasal dari kegiatan produsen

agroindustri di dalam negeri maupun di luar negeri. Bagi Indonesia, sejauh pada

aspek produksi tingkat kemandirian kita masih cukup tinggi karena sebagian besar

produk agroindustri yang dikonsumsi penduduk utamanya berasal dari

18

agroindustri dalam negeri.

Menurut Tambunan dalam Krisnamurthi, et al. (2010), pengembangan

agribisnis terutama agroindustri mempunyai arti penting dalam suatu

perekonomian yakni: (1) besarnya efek pengganda nilai tambah (multiplier effect

of value added) sektor agroindustri, sehingga mempunyai potensi besar

mendorong pertumbuhan ekonomi, (2) sektor ini sebagai penyedia lapangan kerja

dalam suatu perekonomian baik nasional maupun regional, sehingga dapat

mengurangi pengangguran, dan (3) dalam perdagangan luar negeri, sektor ini

mempunyai potensi besar dalam meningkatkan devisa negara. Sehingga

reorientasi strategi industrialisasi berbasis agroindustri merupakan syarat mutlak

dalam menghadapi era globalisasi. Menggerakkan ataupun mengembangkan

sektor agroindustri harus diimplementasikan dalam kerangka sistem agribisnis

secara menyeluruh. Agroindustri sebagai down-stream agribusiness sub-system,

akan mempunyai hubungan keterkaitan dengan on-farm agribusiness sub-system.

Oleh karena itu, dalam pengembangan agroindustri akan dipengaruhi oleh kinerja

sub-sistem pertanian primer, lembaga penopang, kebijakan pemerintah dan

berbagai perubahan pada faktor eksternal lainnya.

2.2. Pendekatan Input-Output

2.2.1. Model Input-Output

Leontief dalam Daryanto (2010) menjelaskan bahwa analisis Input-Output

merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik

diantara beberapa sektor yang terdapat dalam sistem ekonomi yang kompleks.

Analisis ini fokus pada hubungan antar sektor di dalam suatu wilayah dan

mendasarkan analisisnya terhadap keseimbangan. Model Input-Output juga

19

dianggap sebagai pengembangan penting dari teori keseimbangan umum.

Tabel I-O adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi

barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian

berupa matriks (Priyarsono, et al., 2007). Dengan menggunakan Tabel I-O dapat

dilihat bagaimana output dari suatu sektor di dalam perekonomian didistribusikan

ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang

diperlukan dari sektor yang lainnya.

Dalam BPS (2009), Tabel I-O sebagai suatu metode kuantitatif yang

memberikan gambaran menyeluruh tentang :

1. Struktur perekonomian negara atau wilayah yang mencakup output, input,

dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar

sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri

maupun barang impor atau yang berasal dari negara atau wilayah lain.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh berbagai sektor

produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Priyarsono, et al. (2007) menyatakan tentang beberapa kegunaan dari

analisis I-O adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai

tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di

berbagai sektor.

2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa

terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan

20

substitusinya.

3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan

terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap

pertumbuhan perekonomian.

4. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan

mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

Dalam suatu model Input-Output yang bersifat terbuka statis (static model)

menurut Jensen dan West dalam Priyarsono, et al. (2007) bahwa transaksi-

transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel I-O diperlukan tiga asumsi

atau prinsip dasar, yaitu berikut ini ;

1. Keseragaman (Homogenity), yaitu asumsi dimana hanya dihasilkan secara

tunggal, artinya setiap sektor hanya memproduksi satu jenis barang dan

jasa dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input sektor yang berbeda.

2. Kesebandingan (Proportionality), yaitu asumsi hubungan antara output

dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya

kenaikan dan penurunan output suatu sektor sebanding dengan kenaikan

dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3. Penjumlahan (Additivity), yaitu total efek dari kegiatan produksi berbagai

sektor sebagai penjumlahan dari efek pada kegiatan sektor secara terpisah.

2.2.2. Kerangka Dasar Tabel Input- Output

Tabel Input-Output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian

data yang menggunakan dua dimensi yaitu baris dan kolom. Isian sepanjang baris

Tabel Input-Output menunjukkan pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh

suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan

21

permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input

yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya.

Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang

disajikan dalam tabel Input-Output dapat dikelompokkan menjadi 4 kuadran

dengan kerangka penyajian seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Struktur Kuadran Input-Output

I

Transaksi Antar Sektor

II

Permintaan Akhir

II

Input Primer IV

Sumber : Bappeda Kota Bogor, 2011

Berdasarkan contoh Tabel 2.1, empat kuadran yang terdapat dalam Tabel

I-O diberi nama yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Isi dan pengertian masing-masing

kuadran tersebut adalah sebagai berikut :

Pada kuadran I (Intermediate Quadran) merupakan transaksi antara, yaitu

transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini

memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi

dalam suatu perekonomian. Dalam analisis I-O kuadran ini memiliki peranan

yang sangat penting karena menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam

melakukan produksinya.

Kuadran II (Final Demand Quadrant) menjelaskan penjualan barang dan

jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi

permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung

dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap bruto,

perubahan stok dan ekspor.

22

Kuadran III (Primary Input Quadrant) menjelaskan pembelian input yang

dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara.

Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah dan gaji), surplus usaha,

penyusutan dan pajak tak langsung. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan

menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) merupakan kuadran

input primer permintaan akhir yang menunjukkan 24 transaksi langsung antara

kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi.

Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian Tabel Input-Output,

maka diberikan ilustrasi Tabel Input-Output pada sistem perekonomian. Ilustrasi

Tabel I-O dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output

Struktur Input

Intermediate

Demand

Final

Demand

Total

Output

Production

Sectors

1 j n

Intermediate

Input

Production

Sector

1 x11 x1j x1n F1 X1

i xj1 xjj xjn Fi X i

n xn1 xnj xnn Fn Xn

Primary Input V1 Vj Vn

Total Input X1 Xj Xn

Sumber : BPS dalam Bappeda Kota Bogor, 2010

Hubungan sepanjang baris menunjukan alokasi output dari sektor i kepada

intermediate sector, yaitu sektor 1, j hingga sektor-n, serta kepada final demand

(F). Keseluruhan output yang dihasilkan oleh sektor produksi ini ditunjukan oleh

X1 hingga Xn. Maka dengan persamaan matematis, hubungan baris ini dapat

dinotasikan sebagai berikut :

23

j =1

n

∑ x ij + F i = X i ……… (2.1)

Dimana :

xij : banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j sebagai input

produksi

Fi : permintaan akhir terhadap sektor i (terdiri dari konsumsi rumah

tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan nilai tambah bruto,

perubahan stok dan ekspor.

I : 1, 2, 3,........, n

X i : jumlah output total sektor i

Hubungan sepanjang kolom menunjukan pemakaian atau penggunaan

intermediate input dan primary input oleh masing-masing sektor ekonomi.

Persamaan yang menyatakan hubungan sepanjang kolom dinotasikan sebagai

berikut :

i =1

n

∑ x ij + V j = X j ……….(2.2)

Dimana :

xij : banyaknya input yang digunakan sektor j yang berasal dari sektor i

V ij : input primer terhadap sektor j (terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha,

penyusutan, indirect taxes dan impor)

j : 1, 2, 3,......., n

Susunan angka-angka dalam bentuk matriks pada Tabel 2.2,

memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengait di antara beberapa sektor. Dalam

Tabel I-O ada suatu patokan yang sangat penting, yaitu jumlah output suatu sektor

harus sama dengan jumlah inputnya. Maka dalam bentuk persamaan, hubungan

masing-masing output di atas dapat dinotasikan dengan :

24

nnnnnjn

inij

XFxxx

XFxxx

=+++

=+++

1

1111

MMMMM…… (2.3)

Sedangkan hubungan inputnya, dapat dibuat persamaan sebagai berikut :

nnnnnjn

inij

XVxxx

XVxxx

=+++

=+++

1

1111

MMMMM……. (2.4)

Input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output

daam sektor bersangkutan dan bersifat unik. Koefisin input dapat diperoleh

dengan membandingkan antara output sektor i yang dipergunakan sebagai input

sektor j (xij) dengan jumlah total input sektor j, atau dapat dinotasikan dengan :

aij = xij

Xj ……… (2.5)

Koefisien input mencerminkan hubungan antara output dan inputnya, atau

lebih jelas menunjukkan jumlah input yang dibutuhkan oleh tiap sektor untuk

menghasilkan output senilai satu unit. Di dalam analisis input-output, hubungan

ini bersifat tetap. Besaran hubungan ini tidak berubah walaupun terdapat

peningkatan-peningkatan output dalam perekonomian. Hal ini dikarenakan proses

produksi di dalam analisisi input-output mengikuti fungsi produksi Leontif yang

bersifat constant return to scale. Fungsi produksi yang demikian menyatakan

bahwa proses produksi yang optimal di sepanjang expansion path diperoleh

dengan proporsi penggunaan input yang konstan. Di sepanjang isoquant dari

suatu proses produksi hanya terdapat satu titik optimal produksi.

25

2.2.3. Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan ini dapat digunakan sebagai dasar perumusan strategi

pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu

sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi

keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan

keterkaitan antar industri atau sektor dalam pembelian terhadap total pembelian

input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward

linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam

penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan

langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara

ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak

langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan Leontief.

2.2.4. Analisis Multiplier

Digunakan untuk mengetahui respon atau dampak dari stimulus ekonomi

terhadap perekonomian secara keseluruhan. Di dalam Tabel Input-Output,

stimulus ekonomi umumnya merupakan perubahan atau peningkatan satu unit

permintaan akhir suatu sektor, mencakup stimulus perubahan output, pendapatan

dan tenaga kerja.

Di dalam model input-output, rumah tangga dapat diperlakukan sebagai

faktor endogen atau eksogen. Dalam kondisi biasa, rumah tangga diperlakukan

sebagai sektor yang eksogen dengan asumsi bahwa rumah tangga memiliki

perilaku sendiri yang dapat memutuskan pengeluaran mereka. Namun dalam

kondisi riil, perilaku pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan

yang diperolehnya sebagai hasil bekerja dari sektor produksi. Dalam kondisi ini

26

rumah tangga diperlakukan sebagai variabel endogen sehingga seakan-akan

seperti posisi sektor produksi yang lain di dalam sektor antara (Bappeda Kota

Bogor, 2011)

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai peran dan keterkaitan suatu sektor dalam

perekonomian dengan menggunakan analisis Input-Output telah banyak

dilakukan, diantaranya yaitu penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian,

penelitian terhadap salah satu sektor dalam perekonomian seperti pertanian,

industri pengolahan, perdagangan dan hotel, jasa-jasa dan lain sebagainya. Setiap

penelitian umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan

langsung ke depan (direct forward linkage), keterkaitan langsung ke belakang

(direct backward linkage), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dan

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dan juga multiplier effect

pendapatan, output dan tenaga kerja. Berdasarkan dari tiga referensi penelitian

terdahulu yaitu Karmi (2006), Triastuti (2010), dan Iman (2011) didapatkan

adanya persamaan dalam hasil dari penelitian yang mereka lakukan. Ketiga

penelitian tersebut menggunakan metode analisis Input-Output. Penelitian yang

dilakukan oleh Karmi (2006) dalam skripsinya menganalisis tentang peranan dan

kenaikan ekspor agroindustri terhadap perekonomian Indonesia. Tabel I-O

Indonesia tahun 2003 yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa

sektor agroindustri mempunyai peranan penting dalam struktur permintaan akhir

dibandingkan dengan struktur permintaan antaranya. Dalam penelitian ini

dikemukakan bahwa dampak penyebaran sektor agroindustri lebih mampu

mempengaruhi pembentukan output terhadap sektor-sektor yang menyediakan

27

dari sektor tersebut (sektor hulunya), dibandingkan terhadap sektor-sektor yang

menggunakan output tersebut (sektor hilirnya). Hal ini dilihat dari hasil

perhitungan untuk nilai kepekaan penyebaran sektor agroindustri sebesar 1.10 dan

koefisien penyebaran 0.91. Sedangkan nilai multiplier digunakan untuk melihat

dampak dari permintaan akhir output sektor agroindustri terhadap output,

pendapatan, dan tenaga kerja rumah tangga.

Penelitian yang dilakukan Triastuti (2010) yaitu tentang dampak

revitalisasi sektor agroindustri di Indonesia dengan menggunakan Tabel I-O

Indonesia Tahun 2008. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sektor

agroindustri ternyata lebih mampu mendorong pertumbuhan atau pembentukan

output sektor-sektor yang menjadi penyedia input sektor agroindustri (sektor hulu)

dibandingkan terhadap sektor-sektor yang menggunakan outputnya

(sektor hilirnya), hal ini terlihat dari nilai koefisien penyebaran yang lebih dari

satu atau sebesar 1.14, serta nilai kepekaan penyebaran sebesar 0.89 dan nilai

keterkaitan ke belakang yang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan

kedepannya. Sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke depan secara

langsung sebesar 1.72, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 4.14.

Adapun untuk keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0.65 dan secara

langsung dan tidak langsung sebesar 2.20. Hasil analisis multiplier output,

pendapatan dan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.3.

28

Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Multiplier Penelitian Multiplier

No. Lokasi & Sektor Tahun Output Pendapatan Tenaga Kerja

Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II

1 Indonesia Agroindustri Nonagroindustri

2006 2.14 2.34

2.87 3.07

2.64 2.49

3.69 3.49

4.68 5.29

6.04 9.69

2 Indonesia Agroindustri Nonagroindustri

2010 2.19 2.18

2.91 2.93

2.83 2.32

3.99 3.26

6.07 3.48

8.04 6.53

Sumber : Triastuti, 2010

Penelitian yang dilakukan oleh Iman (2011) yaitu tentang dampak

investasi di sektor agroindustri di Kabupaten Ciamis dengan menggunakan Tabel

Input-Output Kabupaten Ciamis Tahun 2008. Dari penelitian tersebut

memperlihatkan sektor agroindustri lebih mampu meningkatkan sektor hulunya

daripada sektor hilirnya. Hal ini terlihat dari nilai koefisien penyebaran yang lebih

besar dari nilai kepekaan penyebaran yaitu 0.95 untuk nilai koefisien penyebaran

dan 0.65 untuk nilai kepekaan penyebaran. Sedangkan untuk nilai keterkaitan ke

belakang yang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan kedepannya.

Sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung sebesar

0.26, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 1.36. Adapun untuk

keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0.29, dan secara langsung dan

tidak langsung sebesar 1.38.

Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dengan penelitian

sebelumnya dalam hal cakupan wilayah. Penelitian ini memfokuskan pada suatu

wilayah atau regional yang lebih sempit yaitu Kota Bogor. Penelitian

menggunakan metode Input-Output dengan klasifikasi 10 dan 12 sektor. Tabel

Input-Output yang digunakan yaitu Tabel I-O Kota Bogor tahun 2008 atas dasar

harga produsen. Dengan metode penelitian ini akan lebih dapat menjelaskan

kondisi terkini dari perekonomian Kota Bogor.