II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …,...

18
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi (Salvatore, 1994). Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (1,2,3,…n) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Nicholson, 1995): = (1, 2, 3,...n) Di mana: Q = output X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input dengan output, dan juga dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri. Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K) dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan menjadi (Nicholson, 1995): = (,) Di mana: Q = output K = input modal L = input tenaga kerja 9

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …,...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Produksi

2.1.1 Fungsi produksi

Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi

dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau

masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output

tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi

(Salvatore, 1994).

Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan

dalam proses produksi (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, … 𝑋n) secara matematis dapat ditulis sebagai

berikut (Nicholson, 1995):

𝑄 = 𝑓 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3,. . . 𝑋n)

Di mana:

Q = output

X = input (X1, X2, X3, …, Xn)

Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara

input dengan output, dan juga dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri.

Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K)

dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan

menjadi (Nicholson, 1995):

𝑄 = 𝑓 (𝐾, 𝐿)

Di mana:

Q = output

K = input modal

L = input tenaga kerja

9

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

10

Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang dapat

diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal dan tenaga kerja

(Nicholson, 1995).

Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis

yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan

yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor yang digunakan

dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa mempehatikan

harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk

(Epp & Malone, 1981).

Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:

𝑌 = 𝑓 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, . . 𝑋n)

Di mana:

Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan

X1, X2, X3,…, Xn = berbagai faktor produksi atau input yang digunakan.

Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk

yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi

belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk

dan faktor produksi tersebut (Heady & Dillon, 1972). Untuk dapat memberikan

penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya

yang spesifik antara lain:

1. 𝑌 = a + b𝑋 (fungsi linear)

2. 𝑌 = a + b𝑋 – c𝑋2 (fungsi kuadratis)

2.1.2 Hubungan antara PM, PT, dan PR

Produk marginal (PM) merupakan tambahan satu-satuan faktor produksi X

yang dapat menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y, dan

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

11

PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM konstan maka dapat diartikan

bahwa setiap tambahan unit faktor produksi X, menyebabkan tambahan satu-satuan

unit output Y secara proposional (constans productivity). Apabila tambahan satu-

satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output Y turun

(decreasing productivity), maka PM akan menurun. Apabila penambahan satu-

satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satuan unit output Y meningkat

secara tidak proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang meningkat

(increasing productivity) (Soekartawi 2002).

Gambar 2.1

Tahapan dari Suatu Proses Produksi.

Menurut Soekartawi (2002) dengan mengaitkan Produk Marginal (PM),

Produk Rata-rata (PR), dan Total Produk (PT), maka dapat diketahui elastisitas

produksi usaha dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau tinggi.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

12

Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat ketika PT naik maka nilai PM

positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol. Bila PT sudah

mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan

increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate (Soekartawi, 2002).

Hubungan antara PM dan PR dapat dilihat pada Gambar 2.1 PR merupakan

perbandingan antara PT per jumlah faktor produksi. Adapun rumus mencari

PR yaitu:

PR = Y/X

Di mana :

PR = Produk Rata-rata

Y = Output

X = Faktor Produksi

Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM lebih besar dari pada

PR, maka posisi PR masih dalam keadaan meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR,

maka posisi PR dalam keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR

dalam keadaan maksimum.

Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya Ep

yaitu: (Soekartawi, 2002).

1. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.

2. Ep = 0 bila PM = 0 dalam situasi PR sedang turun.

3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I,

maka petani mampu memperoleh keuntungan ketika jumlah faktor produksi

ditambah.

4. 1 < Ep > 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi tidak

diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

13

Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi

yang diberikan maka PT tetap naik pada tahapan decreasing rate.

5. Ep < 0 yang berada di daerah III menunjukkan PT dalam keadaan turun,

nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap upaya

penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.

2.1.3 Efisiensi produksi

Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem

atau proses untuk setiap unit masukan (Downey & Erickson, 1992). Efisiensi

produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang

sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi tertentu. Efisiensi akan tercapai

jika nilai produk marginal (PM) untuk suatu input sama dengan harga input (P)

tersebut atau dapat ditulis dengan rumus:

𝑁𝑃𝑀𝑥 = 𝑃𝑥

, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑁𝑃𝑀𝑥

𝑃𝑥 = 1

Di mana:

Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian

NPMx = Nilai Produk Marginal

Dalam kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi

adalah NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai

efisien, input X perlu ditambah. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak

efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu dikurangi. NPMx / Px = 1, artinya

penggunaan input X sudah efisien dan diperoleh keuntungan maksimal

(Soekartawi, 1990).

Untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor

produksi komoditas pertanian digunakan persamaan sebagai berikut.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

14

PRx = 𝑌

𝑋

𝑃𝑀𝑥 = 𝛽. 𝑃𝑅𝑥

𝑁𝑃𝑀𝑥 = 𝑃𝑀. 𝑃𝑦

𝑁𝑃𝑀𝑥1

𝑃𝑥1

= 𝑁𝑃𝑀𝑥2

𝑃𝑥2 =

𝑁𝑃𝑀𝑥𝑛

𝑃𝑥𝑛

= 1

Di mana:

Y = Jumlah produksi komoditas pertanian

X = Jumlah faktor produksi komoditas pertanian

PR = Produk rata-rata

PM = Produk marginal

Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian

Py = Harga komoditas pertanian

β = Elastisitas produksi komoditas pertanian

Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi secara fisik yang

diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Terkait dengan penelitian ini

maka efisiensi yang dianalisis meliputi :

1. Efisiensi Teknis (ET) adalah perbandingan antara produksi aktual dengan

tingkat produksi potensial yang dapat dicapai oleh petani

(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini produksi dikatakan

efisien bilamana faktor produksi yang dipergunakan menghasilkan produksi

maksimum.

2. Efisiensi Harga atau Efisiensi Alokatif (EA) adalah perbandingan antara

produktivitas marginal masing-masing input dengan harga inputnya sama

dengan satu (Epp & Malone, 1981). Oleh karena itu dalam penelitian ini

dikatakan dapat mencapai efisiensi harga apabila nilai produksi marginal

sama dengan harga faktor produksinya.

3. Efisiensi Ekonomis (EE) adalah hasil kali antara seluruh efiensi, baik

efisiensi teknis maupun harga dari seluruh faktor input

(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini bilamana dapat

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

15

mencapai efisiensi ekonomis bilamana usaha pertanian tersebut mencapai

efisiensi teknis sekaligus efisiensi harga.

2.1.4 Fungsi produksi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (2005), Produksi hasil komoditas pertanian (on-farm)

sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan

untuk menghasilkan komoditas pertanian. Untuk menghasilkan suatu produk

diperlukan hubungan antara faktor produksi atau input dan komoditas atau output.

Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi

produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau

persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel independent (X) dan

variabel dependent (Y).

Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam

bentuk double logaritme natural (ln), sehingga merupakan bentuk linear berganda

(multiple linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil

(ordinary least square) yang dirumuskan sebagai berikut:

fungsi produksi Cobb-Douglas:

𝑌 = 𝛽0𝑋1β1𝑋2

β2 … 𝑋iβi … 𝑋n βn𝑒π

Setelah ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln):

𝐿𝑛 𝑌 = 𝐿𝑛 𝛽0 + 𝛽1 𝐿𝑛 𝑋1 + 𝛽2 𝐿𝑛 𝑋2 + 𝛽3 𝐿𝑛 𝑋3 + ⋯ + 𝛽n 𝐿𝑛 𝑋n + 𝑒

Di mana:

Y = Produksi

Xi = Faktor Produksi (X1, X2, X3, …, Xn)

Dalam proses produksi Y dapat berupa produksi komoditas petanian dan X

dapat berupa faktor produksi pertanian seperti lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan

sebagainya.

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

16

Ilustrasi penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas:

𝐵12.3 𝐵13.2 𝑌𝑖 = 𝐵1.23 𝑋 2i 𝑋3i

Setelah diambil log-nya dengan bilangan pokok

𝑙𝑛 𝑌𝑖 = 𝐵0 + 𝐵12.3 𝑙𝑛 𝑋2i + 𝐵13.2 𝑙𝑛 𝑋3i

Di mana:

Y = output

X3 = modal

X2 = tenaga kerja dalam satuan

B0 = 1n B1.23

Contoh manfaat penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah B12.3

dan B13.2 mengukur elastisitas output terhadap tenaga kerja dan modal. Jumlah B12.3

+ B13.2 memberikan informasi mengenai return to scale yaitu besarnya reaksi output

terhadap perubahan input secara proporsional. Jika B12.3 + B13.2 = 1 berarti return to

scale berada pada keadaan konstan, artinya jika input menjadi dua kali, maka secara

proporsional output juga menjadi tetap dua kali. Jika B12.3 + B13.2 < 1 (kurang dari

1) berarti terjadi penurunan return to scale, artinya jika input menjadi dua kali,

maka secara proporsional output akan menjadi kurang dari dua kali. Jika B12.3 +

B13.2 >1 (lebih besar dari 1) berarti akan terjadi kenaikan return to scale, artinya jika

input menjadi dua kali, maka secara proporsional output menjadi lebih dari

dua kali.

Menurut Soekartawi (2002) terdapat beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi dalam penggunaan penyelesaian fungsi produksi yang selalu

dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, yaitu:

1. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang bernilai nol, sebab logaritma

dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

2. Dalam fungsi produksi, diasumsikan tidak terdapat perbedaan teknologi pada

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

17

setiap pengamatan. Dalam arti bahwa kalau fungsi ini dipakai sebagai model

dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih

dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan

bukan pada kemiringan garis (slope) model fungsi produksi tersebut.

3. Tiap variabel X adalah perfect competition.

4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup

pada faktor kesalahan u.

5. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan (Y).

2.2 Faktor Produksi

Faktor produksi disebut dengan input. Input merupakan hal yang mutlak,

karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah

faktor produksi tertentu. Misalnya untuk menghasilkan jagung dibutuhkan lahan,

tenaga kerja, tanaman, pupuk, pestisida, tanaman pelindung, dan umur tanaman.

Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisis teknologi

tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk

menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin (Riyadi, 2007).

Untuk menguji peran masing-masing faktor produksi, maka dari sejumlah

faktor produksi dianggap variabel, sedangkan faktor produksi lainnya dianggap

konstan (Mubyarto, 1994). Menurut Soekartawi (2005), ada lima faktor

produksi yaitu:

1. Lahan pertanian

Lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian

banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani

misalnya sawah, legal, dan pekarangan. Sedangkan, tanah pertanian adalah tanah

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

18

yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara

tradisional perlu dipahami agar dapat ditransfomasi ke ukuran luas lahan yang

dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah

juga diperhatikan.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam

proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya

tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan.

Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas

tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja

ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi.

3. Modal

Dalam proses produksi pertanian, modal dibedakan menjadi 2 macam, yaitu (1)

modal tidak bergerak (biasanya disebut modal tetap). Faktor produksi seperti tanah,

bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. (2)

Sebaliknya modal tidak tetap atau modal variabel, adalah biaya yang dikeluarkan

dalam proses produk dan habis dalam satu kali dalam proses produksi, misalnya

biaya produksi untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang dibayarkan

untuk pembayaran tenaga kerja.

4. Manajemen

Dalam usaha tani modern, peranan manajemen sangat penting dan strategis,

yaitu sebagai seni untuk merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta

mengevaluasi suatu proses produksi, bagaimana mengelola orang-orang dalam

tingkatan atau tahapan proses produksi.

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

19

5. Produk

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam bidang

pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena perbedaan kualitas.

Pengukuran terhadap produksi juga perlu perhatian karena keragaman kualitas

tersebut. Nilai produksi dari produk-produk pertanian kadang-kadang tidak

mencerminkan nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi diukur menurut harga

bayangannya/shadow price.

2.3 Tanaman Jagung ( Zea mays L. )

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80 s.d. 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi

tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya

berketinggian antara satu sampai tiga meter, ada varietas yang dapat mencapai

tinggi enam meter. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas

sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011).

Menurut Tjitrosoepomo (1991), tanaman jagung dalam tata nama atau

sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

20

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan

kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan

amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan

amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi

lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui

mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen

dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan

karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih

banyak (Anonim, 2011).

Jika ditinjau dari bagaimana suatu kultivar (varietas) jagung di buat maka

dapat dilihat berbagai tipe kultivar jagung (Anonim, 2011) :

1. Galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih.

2. Komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang

diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul.

3. Sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki

keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam.

4. Hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau

empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.

Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata

12 s.d. 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih

sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak

daun. Panjang daun berkisar antara 30 s.d. 150 cm dan lebar daun dapat mencapai

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

21

15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan unutk tumbuh dengan cepat.

Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).

Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar dua sampai empat cm

tergantung pada varietasnya. Genetik memberikan pengaruh yang tinggi pada

tanaman. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang

sangat berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).

Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan

berat rata-rata 250 s.d. 300 mg. Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar

yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung

diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur

embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru

untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian

yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil

terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan

berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga, memberikan pemahaman mengenai

posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.

Berikut ini hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.

Penelitian tentang pengaruh penggunaan pupuk Nitrogen dan pupuk Fosfat

dalam budidaya jagung di District Winnipeg USA yang dilakukan oleh Yeh (1961).

Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah model Cobb-Douglas.

Dari penelitian didapat persamaan:

𝑌 = 7,55 𝑁 0,097 𝑃 0,244 dengan nilai 𝑅2 = 88%

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

22

Budi Suprihono (2003) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi

Usahatani Padi Pada Lahan Sawah di Kabupaten Demak (Studi Kasus di

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak)”. Data yang digunakan adalah data

time series dan cros section dengan variabel independen berupa : benih, pupuk,

pestisida, tenaga kerja dan luas lahan. Sedangkan, variabel dependennya adalah

produksi padi. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Frontier. Dengan

hasil bahwa: usahatani lahan sawah di Kabupaten Demak relatif menguntungkan

seperti yang ditunjukkan oleh nilai R/C Ratio > 1, Efisiensi teknis (ET) pada lahan

sawah tadah hujan lebih efisien dibanding dengan lahan jenis pengairan teknis.

Efisiensi harga pada lahan pengairan teknis lebih efisien bila dibanding lahan

tadah hujan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sisno (2001) dengan judul “Efisiensi Relatif

Usaha Tani Tembakau Berdasarkan Luas Lahan Garapan (Studi Kasus di Desa

Tuksari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Propinsi Jawa Tengah)”.

Data yang dipergunakan adalah data time series dan cros sections dengan variabel

independent berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan variabel

dependentnya adalah keuntungan produksi tembakau. Model yang digunakan

adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan hasil produksi tembakau rata-rata per

hektar petani kecil lebih besar dibandingkan dengan petani besar. Hasil estimasi

fungsi produksi sebagai fungsi keuntungan dibanding dengan petani besar. Petani

kecil maupun petani besar pada usahatani tembakau berada pada skala hasil yang

semakin menurun.

Chintya (2012) dalam penelitiannya yaitu analisis efisiensi usahatani padi

sawah menggunakan metode regresi linier berganda dengan model fungsi produksi

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

23

Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomi pada

usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam penelitiannya yaitu enam

variabel bebas yang meliputi bibit (X1), pupuk Urea (X2), pupuk NPK (X3), pupuk

organik (X4), pestisida (X5), tenaga kerja (X6), dan variabel terikat (Y) yaitu jumlah

produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan tidak adanya variabel

bebas yang berada pada daerah elastisitas produksi I, variabel bebas X2, X3, dan X4

berada pada daerah elastisitas produksi II, sedangkan variabel bebas X1, X5, dan X6

berada pada daerah elastisitas produksi III. Hasil analisis efisiensi harga

menunjukkan seluruh variabel bebas tidak efisien sehingga dapat disimpulkan

penggunaan variabel bebas yang dilakukan petani tidak efisien sehingga

keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh

variabel bebas tidak efisien.

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian

sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian juga

menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan model fungsi

produksi Cobb-Douglas. Sedangkan, perbedaan dengan penelitian sebelumnya

yaitu tidak menggunakan data time series dan cros sections dan berbeda lokasi

penelitian dengan penelitian sebelumnya.

2.5 Kerangka Pemikiran

Usaha tani secara umum adalah kegiatan untuk memproduksi di lingkungan

pertanian untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk dapat mendapat

keuntungan tersebut banyak faktor yang mepengaruhinya seperti kesuburan tanah,

varietas bibit, tersedianya pupuk, tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Oleh

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

24

karena itu dapat upaya peningkatan pendapatan petani itu harus memperhitungkan

faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya.

Dalam produksi pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya

beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Mubyarto,

1994). Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu,

ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam model ini yaitu tenaga kerja, bibit,

pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung,

seperti tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, penelitian ini

menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Persamaan fungsi produksi yang

digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma

natural. Dalam proses analisis ditetapkan beberapa kriteria yaitu kriteria ekonomi,

ekonometrika dan statistik, serta dilakukan uji validasi dengan membandingkan

nilai root mean square erorr (RMSE) dengan mean absolute error (MAE) untuk

menentukan metode peramalan yang lebih tepat digunakan, dan aplikasi model

untuk mengetahui apakah model sudah bagus dalam penelitian ini, sehingga dari

analisis tersebut dapat ditetapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi

jagung.. Setelah itu dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis,

harga, dan ekonomis sehingga akan diketahui apakah faktor produksi efisien atau

tidak. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu

model dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini

seperti Gambar 3.

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

25

Gambar 2.2

Skema kerangka pemikiran

Fungsi Produksi Cobb-Douglas :

𝑌 = 𝑏0𝑋1b1𝑋2

b2𝑋3b3𝑋4

b4 𝑋5b5

Pembangunan Pertanian di

Kabupaten Gianyar

Usahatani Jagung di Subak

Gunung Sari Kawan

Faktor Produksi Jagung

Tenaga Kerja

(X1)

Pestisida

(X5)

Bibit (X2)

Urea

(X3)

NPK

(X4)

Kriteria Ekonomi

Kriteria Ekonometrika

Kriteria Statistik

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Jagung

Simpulan

Rekomendasi

Validasi Model

Aplikasi Model

Analisis Efisiensi :

𝑁𝑃𝑀𝑥

𝑃𝑥

Tingkat Efisiensi Faktor Produksi Jagung

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi produksi II.pdf · X = input (X1, X2, X3, …, Xn) Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara input

26

2.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, serta uraian pada

penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida berpengaruh

secara nyata terhadap produksi jagung.

2. Penggunaan input produksi jagung di Subak Gunung Sari Kawan, Desa

Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar masih dapat

ditingkatkan efisiensinya.