ii - DinkesJatengProv

80
i

Transcript of ii - DinkesJatengProv

i

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

atas rahmat dan Karunianya, kami dapat menyelesaikan penyusuan Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2019. LKj IP Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

merupakan bentuk komitmen nyata Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

dalam mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) yang baik sebagai mana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 8 tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah yang diatur kemudian dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun

2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan secara

teknis diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah.

LKjIP adalah wujud pertanggungjawabn pejabat publik kepada

masyarakat tentang kinerja lembaga pemerintah selama satu tahun anggaran.

Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah telah diukur, dievaluasi,

dianalisis dan dijabarkan dalam bentuk LKj Dinas Kesehatan .

Tujuan penyusunan LKjIP adalah untuk menggambarkan penerapan

Rencana Strategis (Renstra) dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

organisasi di masing-masing perangkat daerah, serta keberhasilan capaian

sasaran saat ini untuk percepatan dalam meningkatkan kulitas capaian kinerja

yang diharapkan pada tahun yang akan datang. Melalui penyusunan LKj IP juga

dapat memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip good governance, yaitu

dalam rangka terwujudnya transparansi dan akuntabilitas di lingkungan

pemerintah .

iii

Demikian LKj IP ini kami susun semoga dapat digunakan sebagai bahan

bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya untuk peningkatan kinerja di

masa mendatang.

Semarang, Februari 2020

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iv DAFTAR LAMPIRAN v DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................... 1 B. Landasan Hukum............................................................... 2 C. Maksud dan Tujuan............................................................ 3 D. Gambaran Umum Organisasi............................................. 3 E. Fungsi Strategis Dinas Kesehatan...................................... 22 F. Permasalahan Utama (Isu Strategik).................................. 22 G. Sistematika Penulisan......................................................... 24

BAB II : PERENCANAAN KINERJA

A. Tujuan Perjanjian Kinerja.................................................... 26

BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

A. Capaian Kinerja Organisasi................................................. 33 B. Realisasi Anggaran............................................................. 64

BAB IV : PENUTUP

A. Tinjauan Umum Capaian Kinerja......................................... 70 B. Strategi untuk Peningkatan Kinerja...................................... 71

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Kerja Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun

2019

2. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2019

3. Alokasi dan Realisasi APBD(P) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2019

vi

DAFTAR TABEL

Hal 2.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Kepegawaian di

Lingkungan Dinkes Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 20

2.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Lingkungan Dinkes Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 20

2.3 Jenis dan Jumlah Fasilitas Perlengkapan Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 21

3.1 Ketercapaian Indikator Kinerja yang mendukung Upaya

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Tahun 2019 45

3.2 Ketercapaian Indikator Kinerja yang Mendukung Upaya Pencegah-

an dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa 51

3.3 Perkembangan Kasus PTM di Provinsi Jawa Tengah Tahun

2015-2019 52

3.4 Ketercapaian Indikator Kinerja yang Mendukung Persentase

Pelayanan Kesehatan bagi penduduk Terdampak Krisis

Kesehatan Akibat Bencana dan atau Berpotensi Bencana Provinsi

Tahun 2019 54

3.5 Ketercapaian Indikator yang Mendukung Persentase Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer dan Rujukan Sesuai Ketentuan di

Jawa Tengah Tahun 2019 55

3.6 Jumlah RS Terakreditasi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 58

3.7 Laporan IKS per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2019 60

vii

DAFTAR GAMBAR

Hal

1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Tahun 2019 19

1.2 Struktur Organisasi UPT Dinas Kesehatan Tahun 2019 19

3.1 Grafik AHH Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2019 34

3.2 Jumlah Kasus Kematian Ibu per Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2019 38

3.3 Trend Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah Tahun

2014 – 2019 38

3.4 Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 39

3.5 Trend Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015-2019 40

3.6 Jumlah Kasus Kematian Bayi Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 41

3.7 Trend Angka Kematian Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun

2015-2019 42

3.8 Jumlah Kematian Balita per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2019 43

3.9 Trend Penyakit Menular Prioritas yang Mendukung Indikator

Ketercapaian Upaya Pencegahan dan Pengendalian penyakit

Menular di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019 44

3.10 Trend Angka Kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2014-2019 46

3.11 Angka Kesakitan DBD per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2019 46

3.12 Angka Penemuan Kasus TB yang Ternotofokasi di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2019 47

3.13 Kasus Baru HIV di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 47

3.14 Kasus Baru AIDS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 48

3.15 Target RPJMD dan Capaian Angka Kesakitan malaria Tahun

2015-2019 48

3.16 Distribusi kasus Malaria per Kabupaten/kota di Jawa Tengah

Tahun 2019 49

3.17 Proporsi Kasus Penyakit Tidak Menular Tahun 2019 51

3.18. Kabupaten/Kota dengan Puskesmas Pelayanan Kesehatan Jiwa

Di Provnisi Jawa Tengah Tahun 2019 53

3.19 Peta Kasus KLB Keracunan di Jawa Tengah Tahun 2019 54

viii

3.20 Kabupaten/Kota dengan Puskesmas Terakreditasi di Jawa

TengahTahun 2019 56

3.21 Kabupaten/Kota dengan 100% Puskesmas Terakreditasi di

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 57

3.22 Capaian Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah Tahun

2012-2019 58

3.23 Perbandingan IKS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 61

dan Tahun 2019

3.24 Capaian 12 Indikator PISPK di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 61

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan

kepada daerah provinsi/kabupaten/kota untuk mengurus dan memajukan

daerahnya sendiri. Hal ini diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, dan

pemberdayaan peran serta masyarakat

Dalam pelayanan di bidang Kesehatan, peraturan perundangan yang

menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, yaitu:

1. Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJMN), yang menempatkan periode 2015-

2019 sebagai tahapan keempat untuk memantapkan pembangunan

secara menyeluruh di berbagai bidang.

2. Undang-undang nomor 26 tahun 2009 tentang Kesehatan yang

menyebutkan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

4. Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan

Nasional, untuk mensinergikan pembangunan kesehatan di Jawa Tengah

dengan pembangunan kesehatan nasional.

5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 tahun 2016 tentang

Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 9 tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah

2

7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 5 tahun 2019 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Jawa Tengah 2018 – 2023

8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 9 tahun 2019 tentang

Sistem Kesehatan Provinsi

9. Peraturan Gubernur nomor 58 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

10. Peraturan Gubernur nomor 99 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Agar berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan dimasa

mendatang dapat berhasil dengan baik, maka harus disusun dalam suatu

perencanaan yang matang. Perencanaan yang disusun tentunya harus

mempertimbangkan keadaan yang ada dan memprediksikan keadaan yang

akan datang dengan berbagai dukungan dan hambatan yang akan timbul.

B. LANDASAN HUKUM

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 dilandasi dengan dasar hukum sebagai

berikut :

1. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah

2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan

Penetapan Kinerja dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah

3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah.

3

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah (LKj IP) Tahun 2019 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

adalah:

1. Untuk mengetahui pencapaian kinerja sasaran strategis Dinas Kesehatan

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah;

2. Sebagai acuan untuk perencanaan kegiatan di tahun mendatang,

khususnya dalam perencanaan kinerja di tahun mendatang;

3. Sebagai bukti akuntabilitas kepada publik atas penggunaan sumber daya

dalam rentang waktu satu tahun .

D. GAMBARAN UMUM ORGANISASI

Sebagaimana diatur Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor

58 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Jawa Tengah, kedudukan, tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah adalah sebagai berikut:

1. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah merupakan unsur pelaksana

urusan pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan

daerah. Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah

dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mempunyai tugas membantu

Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesehatan yang

menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan

kepada Daerah.

3. Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya

kesehatan;

4

b. pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya

kesehatan;

c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta

sumber daya kesehatan;

d. pelaksanaan dan pembinaan administrasi, dan kesekretariatan

kepada seluruh unit kerja di lingkungan Dinas.

e. pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Gubernur,

sesuai tugas dan fungsinya

4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terdiri atas:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat;

c. Bidang Kesehatan Masyarakat;

d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;

e. Bidang Pelayanan Kesehatan;

f. Bidang Sumber Daya Kesehatan;

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas;

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas dan

fungsi Dinas Kesehatan. Adapun Sekretariat merupakan unsur pembantu

pimpinan, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris dan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Dinas.

Dalam melaksanakan tugas, Sekretaris mempunyai fungsi:

1. penyiapan bahan koordinasi kegiatan di lingkungan Dinas;

2. penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program dan

kegiatan di lingkungan Dinas;

3. penyiapan bahan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang

meliputi ketatausahaan, kepegawaian, hukum, keuangan, kerumah-

5

tanggaan, aset, kerja sama, kehumasan, kearsipan dan dokumentasi di

lingkungan Dinas;

4. penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan penataan organisasi dan

tata laksana di lingkungan Dinas;

5. penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan sistem pengendalian intern

pemerintah dan pengelolaan informasi;

6. penyiapan bahan pengelolaan barang milik/kekayaan Daerah dan

pelayanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Dinas;

7. penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di lingkungan Dinas; dan

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sekretariat membawahi :

1. Subbagian Program;

2. Subbagian Keuangan; dan

3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.

Subbagian-subbagian, masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala

Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Subbagian Program mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan, koordinasi dan penyusunan perencanaan program dan

kegiatan, evaluasi dan pelaporan di bidang program.Tugasnya meliputi :

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang program;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian perumusan kebijakan teknis di bidang

program;

3. menyiapkan bahan penyusunan perencanaan program dan kegiatan di

lingkungan Dinas;

4. menyiapkan bahan pengendalian program dan kegiatan di lingkungan

Dinas;

5. menyiapkan bahan pengelolaan data dan informasi di bidang program;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang program; dan

7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

6

perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan

pelaporan di bidang keuangan. Tugas dimaksud meliputi :

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang keuangan;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di

bidang keuangan;

3. menyiapkan bahan pengelolaan keuangan;

4. menyiapkan bahan pelaksanaan verifikasi dan pembukuan;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan akuntansi ;

6. menyiapkan bahan pengelolaan data dan informasi di bidang keuangan;

7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang keuangan; dan

8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang umum dan kepegawaian. Tugas

dimaksud meliputi:

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang umum dan

kepegawaian;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian perumusan kebijakan teknis di

bidang umum dan kepegawaian;

3. menyiapkan bahan pengelolaan ketatausahan di lingkungan Dinas;

4. menyiapkan bahan pengelolaan kepegawaian di lingkungan Dinas;

5. menyiapkan bahan pengelolaan rumah tangga dan aset di lingkungan

Dinas;

6. menyiapkan bahan kerjasama dan kehumasan di lingkungan Dinas;

7. menyiapkan bahan pengelolaan kearsipan dan dokumentasi di lingkungan

Dinas;

8. menyiapkan bahan pelaksanaan organisasi, hukum dan ketatalaksa-naan

di lingkungan Dinas;

9. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang umum dan

kepegawaian; dan

10. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

7

Bidang Kesehatan Masyarakat merupakan unsur pelaksana di bidang

kesehatan masyarakat, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas.Bidang Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Bidang.

Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta

pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi, promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat dan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan

olah raga.

Dalam melaksanakan tugas Bidang Kesehatan Masyarakat,

menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi;

2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat;

3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan,

kesehatan kerja dan olah raga;

4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri atas :

1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;

2. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; dan

3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga.

Seksi-seksi sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh seorang

Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Bidang Kesehatan Masyarakat.

Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi.

8

Tugas sebagaimana dimaksud, meliputi:

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan keluarga

dan gizi;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian kebijakan teknis di bidang kesehatan

keluarga dan gizi;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional upaya kesehatan

keluarga dan gizi masyarakat skala provinsi;

4. menyiapkan bahan pelaksanaan upaya kesehatan keluarga dan gizi

masyarakat skala provinsi;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan upaya

kesehatan keluarga dan gizi masyarakat skala provinsi;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang

kesehatan keluarga dan gizi;

7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, sebagaimana

dimaksud mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan

bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Tugas

sebagaimana dimaksud meliputi :

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang promosi

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional di bidang promosi

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat skala provinsi;

4. menyiapkan bahan pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat skala provinsi;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat skala Daerah;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang promosi kesehatan

dan pemberdayaan masyarakat;

9

7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga, mempunyai

tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan

pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga. Tugas dimaksud, meliputi :

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;

3. menyiapakan bahan penyusunan standar operasional di bidang kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga skala Daerah;

4. menyiapkan bahan pelaksanaan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan

olah raga skala Daerah;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga skala Daerah;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pelaksanaan kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga; dan

7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit merupakan unsur

pelaksana di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit, dipimpin oleh Kepala Bidang. Bidang

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagaimana dimaksud

mempunyai tugas, melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi

dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens

dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.

Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit, menyelenggarakan fungsi:

1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan imunisasi;

10

2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit menular;

3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa; dan

4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri atas :

1. Seksi Surveilens dan Imunisasi;

2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; dan

3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan

Kesehatan Jiwa.

Seksi-seksi sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh seorang

Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Seksi Surveilens dan Imunisasi, sebagaimana dimaksud mempunyai tugas,

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan

pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan

imunisasi. Tugas sebagaimana dimaksud, meliputi:

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang surveilens dan

imunisasi ;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di

bidang surveilens dan imunisasi.;

3. meyiapkan bahan penyusunan standar operasional penyelenggaraan

surveilens dan imunisasi skala Daerah;

4. menyiapkan bahan pelaksanaan surveilens dan imunisasi skala Daerah;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang surveilens dan

imunisasi skala Daerah;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan

imunisasi skala Daerah; dan

11

7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular sebagaimana

dimaksud, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di

bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular. Tugas sebagaimana

dimaksud, meliputi:

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit menular;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

pencegahan dan pengendalian penyakit menular;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional pencegahan dan

pengendalian penyakit menular;

4. menyiapkan bahan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit

menular skala Daerah;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit menular skala Daerah;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan

imunisasi; dan

7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan

Kesehatan Jiwa, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di

bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan

jiwa. Tugas dimaksud, meliputi:

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;

4. menyiapkan bahan fasilitasi pencegahan dan pengendalian penyakit

12

tidak menular dan kesehatan jiwa skala Daerah;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa skala Daerah;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa; dan

7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang Pelayanan Kesehatan merupakan unsur pelaksana di bidang

pelayanan kesehatan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas. Bidang Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang.

Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas, melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan

pelaporan bidang pelayanan kesehatan primer dan kesehatan tradisional,

pelayanan kesehatan rujukan, standarisasi pelayanan dan jaminan

kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pelayanan Kesehatan,

menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan primer

dan kesehatan tradisional;

2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan rujukan;

3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang standarisasi pelayanan dan

jaminan kesehatan; dan

4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri atas :

1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional;

2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; dan

3. Seksi Standarisasi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan.

Seksi-seksi sebagaimana dimaksud masing-masing dipimpin oleh seorang

13

Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Bidang Pelayanan Kesehatan.

Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional,

mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan,

koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang

pelayanan kesehatan primer dan kesehatan tradisional. Tugas sebagaimana

dimaksud meliputi:

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan

kesehatan primer dan kesehatan tradisional;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

pelayanan kesehatan primer dan kesehatan tradisional;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional bidang pelayanan

kesehatan primer dan kesehatan tradisional;

4. menyiapkan bahan fasilitasi pelayanan kesehatan primer dan kesehatan

tradisional skala Daerah;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pelayanan

kesehatan primer dan kesehatan tradisional skala Daerah;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan

primer dan kesehatan tradisional; dan

7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, mempunyai tugas, melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan

rujukan.Tugas sebagaimana dimaksud, meliputi:

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan

kesehatan rujukan;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan bahan kebijakan teknis di

bidang pelayanan kesehatan rujukan;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional bidang pelayanan

kesehatan rujukan skala Daerah dan lintas kabupaten/kota;

4. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional bidang pelayanan

14

kesehatan rujukan arus mudik skala Daerah dan lintas kabupaten/kota;

5. menyiapkan bahan fasilitasi pelayanan kesehatan primer dan kesehatan

tradisional skala Daerah;

6. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan

pelayanan kesehatan rujukan skala Daerah dan lintas kabupaten/kota.;

7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan

rujukan; dan

8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Standarisasi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan sebagaimana

dimaksud mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di

bidang standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan. Tugas sebagaimana

dimaksud meliputi :

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang standarisasi

pelayanan dan jaminan kesehatan;

2. meyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan;

3. menyiapkan bahan penyusunan standarisasi pelayanan kesehatan dan

jaminan kesehatan skala Daerah;

4. menyiapkan bahan pelaksanaan standarisasi pelayanan dan jaminan

kesehatan ;

5. menyiapkan bahan fasilitasi standarisasi pelayanan dan jaminan kese-

hatan;

6. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan

standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan skala Daerah;

7. menyiapkan bahan penyusunan rekomendasi teknis penerbitan izin Rumah

Sakit Kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat Daerah;

8. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang

standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan; dan

9. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

15

Bidang Sumber Daya Kesehatan merupakan unsur pelaksana di bidang

sumber daya kesehatan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas. Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang.

Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas, melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan

pelaporan bidang kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan

kesehatan, sumber daya manusia kesehatan dan manajemen informasi

kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana Bidang Sumber Daya

Kesehatan, menyelenggarakan fungsi:

1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,

makanan minuman dan perbekalan kesehatan;

2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia

kesehatan; dan

3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi

kesehatan;

4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri atas:

1. Seksi Kefarmasian, Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan;

2. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan; dan

3. Seksi Manajemen Informasi Kesehatan.

Seksi-seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber Daya

Kesehatan. Seksi Kefarmasian, Makanan Minuman dan Perbekalan

Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di

bidang kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan kesehatan. Tugas

sebagaimana dimaksud meliputi:

16

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kefarmasian,

makanan minuman dan perbekalan kesehatan;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan kesehatan;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional kefarmasian,

makanan minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;

4. menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan layanan kefarmasian, makanan

minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis kefarmasian, makanan

minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;

6. menyiapkan bahan rekomendasi teknis ijin pedagang besar farmasi cabang

dan cabang penyalur alat kesehatan;

7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,

makanan, minuman dan perbekalan kesehatan; dan

8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia

kesehatan. Tugas sebagaimana dimaksud meliputi :

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang sumber daya

manusia kesehatan;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

sumber daya manusia kesehatan;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional pengelolaan sumber

daya manusia kesehatan skala Daerah;

4. menyiapkan bahan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan skala

Daerah;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya

manusia kesehatan skala Daerah;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia

kesehatan; dan

17

7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Manajemen Informasi Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan

kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi kesehatan.

Tugas sebagaimana dimaksud meliputi :

1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang manajemen

informasi kesehatan;

2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

manajemen informasi kesehatan;

3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional manajemen informasi

kesehatan skala Daerah;

4. menyiapkan bahan penyusunan pelaksanaan manajemen informasi

kesehatan skala Daerah;

5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis manajemen informasi

kesehatan skala Daerah;

6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi

kesehatan; dan

7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis

penunjang tertentu di lingkungan Dinas dapat dibentuk UPT Dinas. UPT Dinas

dipimpin oleh Kepala UPT Dinas yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Pembentukan, Tugas dan Fungsi,

Jenis dan Klasifikasi serta Tata Kerja UPT Dinas diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Gubernur nomor 99 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Ada 8

(delapan) UPT Dinas Kesehatan yaitu:

1. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang

2. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Ambarawa

3. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Klaten

4. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Magelang

5. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Pati

18

6. Balai Kesehatan Indra Masyarakat

7. Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan

8. Balai Pelatihan Kesehatan

Kelompok Jabatan Fungsional pada lingkungan Dinas ditetapkan

sesuai dengan kebutuhan dan mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai

jabatan fungsional masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional

yang terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Jumlah

Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja . Jenis

dan jenjang Jabatan Fungsional sebagaimana diatur sesuai peraturan perundang-

undangan. Pembinaan terhadap Jabatan Fungsional dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Untuk memenuhi kebutuhan Jabatan Fungsional

dapat dilakukan dengan pengangkatan pertama, perpindahan jabatan, dan

penyesuaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pelaksanaan tugas Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh koordinator

kelompok jabatan fungsional sesuai dengan rumpun jabatan masing-masing.

Pelaksanaan penilaian prestasi kerja jabatan fungsional sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan tugas jabatan fungsional dan pola

hubungan kerja jabatan fungsional diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala

Dinas.

19

Gambar 1.1 Struktur organisasi Dinas Kesehatan Tahun 2019

Gambar 1.2 Struktur Organisasi UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber daya yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

dalam melaksanakan fungsi koordinasi dan fasilitasi sebagai berikut :

20

1. Susunan kepegawaian :

a. Pegawai berdasarkan Golongan Kepegawaian dan Tingkat Pendidikan.

Pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

dan UPTD sampai dengan akhir tahun 2019 sebanyak 691 orang.

Jumlah pegawai berdasarkan golongan kepegawaian dapat dilihat pada

tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Kepegawaian di Lingkungan Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

NO INSTITUSI

GOLONGAN KEPEGAWAIAN JUMLAH

IV III II I

1 Dinas Kesehatan Prov Jateng 2 5 1 8

2 BKPM Wilayah Semarang 11 39 3 53

3 BKPM Wilayah Pati 3 23 2 28

4 BKPM Wilayah Magelang 1 22 4 27

5 BKPM Wilayah Klaten 22 9 31

6 BKPM Wilayah Ambarawa 3 11 6 20

7 BKIM Provinsi 1 24 2 27

8 Laboratorium Kesehatan 7 19 2 28

9 Bapelkes Provinsi 6 22 13

41

JUMLAH 34 187 42 0 263

Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

Sebagian besar (71,10%) pegawai Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah dan UPT Dinas (UPTD) berdasarkan

golongan, terbanyak adalah golongan III yaitu 187 orang,

sedangkan golongan 11 sebanyak 15,97% (109 orang) dan

golongan IV sebanyak 12,93% (34 orang).

Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2: Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Lingkungan

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

NO INSTITUSI TINGKAT PENDIDIKAN

JML S2 S1/D4 D3 D1 SLTA SLTP SD

1 Dinas Kesehatan Prov Jateng

60 2 18 39 10 5 134

2 BKPM Wilayah Semarang 8 20 23 15 1 1 68

21

NO INSTITUSI TINGKAT PENDIDIKAN

JML S2 S1/D4 D3 D1 SLTA SLTP SD

3 BKPM Wilayah Pati 3 9 14 15 1 42

4 BKPM Wilayah Magelang 3 7 16 18 1 1 46

5 BKPM Wilayah Klaten 3 4 19 2 15 43

6 BKPM Wilayah Ambarawa 1 4 14 5 2 1 27

7 BKIM Provinsi 8 7 15 10 2 42

8 Laboratorium Kesehatan 9 10 23 9 3 4 58

9 Bapelkes Provinsi 7 4 20 3 1 35

JUMLAH 102 63 146 2 146 22 14 495

Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sebagian besar 29,49% pegawai Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah dan UPTD berlatar belakang pendidikan Diploma 3

(146 orang) dan SLTA 29,49% (146 orang) selanjutnya

pendidikan Pasca Sarjana (S2) sebanyak 20,61% (102 orang).

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan, Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah dilengkapi dengan berbagai fasilitas berupa tanah, gedung,

serta berbagai peralatan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.3. Jenis dan Jumlah Fasilitas Perlengkapan Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

No. Jenis Pelepasan Keterangan

Harga Jml Harga

1 Tanah 25 61.324.740.000

2 Alat Besar 441.627.000 50 6.547.595.150

3 Alat Angkutan 426.493.500 105 15.050.041.668

4 Alat Bengkel Dan Alat Ukur 146.626.100 27 134.500.900

6 Alat Kantor Dan Rumah Tangga 61.722.200 15.104 34.698.717.672

7 Alat Studio Komunikasi Dan Pemancar 318.000 738 4.740.206.135

8 Alat Kedokteran Dan Alat Kesehatan 3.414.199 2.433 44.656.475.324

9 Alat Laboratorium 121.000 852 20.909.273.514

11 Alat Komputer 750.000 1.702 12.064.100.056

12 Bangunan Gedung 52.500.000 80 102.500.001.625

13 Monumen 2 144.162.000

14 Tugu Titik Kontrol/Pasti 4 4.970.666.040

15 Jalan Dan Jembatan 2 117.825.000

16 Bangunan Air 8 666.935.000

17 Instalasi 29 3.655.115.800

18 Jaringan 17 884.845.050

19 Bahan Perpustakaan 935 152.321.050

22

No. Jenis Pelepasan Keterangan

Harga Jml Harga

20 Barang Bercorak Keseniaan/Kebudayaan/Olah Raga

159 195.101.000

21 Hewan 4 3.300.000

22 Tanaman 1 34.650.000

1.133.571.999 22.277 313.450.572.984

Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

E. FUNGSI STRATEGIS DINAS KESEHATAN

Berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan dimaksud,

maka Dinas Kesehatan secara umum memiliki Fungsi strategis yaitu:

merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang kesehatan yang

menjadi kewenangan daerah; membantu Gubernur melaksanakan urusan

pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan

tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah, menyusun perumusan

kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalan penyakit,

pelayanan kesehatan serta sumber daya kesehatan; pelaksanaan kebijakan

bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalan penyakit,

pelayanan kesehatan serta sumber daya kesehatan; pelaksanaan evaluasi dan

pelaporan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalan

penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya kesehatan; pelaksanaan dan

pembinaan administrasi, dan kesekretariatan kepada seluruh unit kerja di

lingkungan Dinas; pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh

Gubernur, sesuai tugas dan fungsinya.

F. PERMASALAHAN UTAMA (ISSUE STRATEGIK) DINAS KESEHATAN

Berdasarkan telaah capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi

tahun 2018-2023 dibandingkan dengan target yang tertuang dalam dokumen

perencanaan (RPJMD, Renstra, SPM, MDG’s/SDG’s dan RAD PG) maka isu

strategis Dinas Kesehatan tahun 2019 adalah: meningkatkan derajad

kesehatan masyarakat Jawa Tengah dengan menurunkan angka kesakitan

dan kematian. Strategi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

23

melalui: peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, peningkatan

upaya paradigma sehat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pemenuhan

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta peningkatan kualitas

sumber daya manusia kesehatan.

1. Menurunkan Angka kesakitan dan Kematian

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka

Kematian Balita (AKABA) masih menjadi prioritas di Jawa Tengah.

Capaian AKI tahun 2019 sebesar 76,93/100.000 KH; AKB: 8,24/1000 KH

dan AKABA 9,65/1000 KH) meskipun angka ini jauh lebih baik dibanding

target nasional (AKI: 226/100.000 KH; AKB: 24/1.000 KH) dan lebih baik

dibandingkan capaian tahun 2018 (AKI 78,60/100.000 KH; AKB: 8,36/1000

KH dan AKABA 9,48/1000 KH sudah melebihi target 2019), namun AKI

dan AKB merupakan indikator untuk melihat kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat di suatu daerah/ negara. Selain itu target SDGs belum

tercapai (akhir tahun 2030 <70).

Angka Kesakitan dan Kematian penyakit menular dan tidak

menular masih tinggi. Angka Kesakitan DBD tahun 2019 sebesar 26,15

per 100.000 penduduk lebih baik dibandingkan capaian Tahun 2018

sebesar 35/100.000 penduduk dan sudah dibawah target <47/100.000

penduduk. Angka kematian DBD Tahun 2019 sebesar 1,41% lebih baik

dibandingkan capaian tahun 2018 sebesar 1,03%. Capaian indikator ini

sudah dibawah target sebesar <2%. Walaupun sudah dibawah target,

namun sudah semua kabupaten/ kota di Jawa Tengah merupakan daerah

endemis DBD, sehingga dikhawatirkan sewaktu-waktu bisa meningkat

kembali.

Kasus HIV/AIDS merupakan kasus fenomena gunung es yaitu

walaupun penemuan kasus cenderung meningkat dan diobati setiap tahun

namun kasus yang belum ditemukan dan diobati masih sangat banyak dan

penularannya melalui hubungan seksual sangat berisiko untuk menularkan

lagi ke orang lain. Tahun 2019 untuk penyakit HIV/AIDS menggunakan

indikator kinerja kegiatan baru yaitu prosentase kasus HIV/AIDS yang

24

diobati ARV yaitu penderita HIV AIDS yang masih mendapatkan

pengobatan Anti Retro Viral (ARV).

Angka penemuan kasus baru kusta, capaian tiap tahun cenderung

mengalami kenaikan. Kurangnya tingkat capaian disebabkan kusta masih

dianggap neglected disease yang harus mendapatkan komitmen daerah

terutama dalam penganggaran, penemuan kasus dilakukan secara aktif

menurun dikarenakan blocking dana pusat terutama APBN. Provinsi Jawa

Tengah menargetkan tahun 2024 Eliminasi Kusta untuk seluruh Kab/Kota

di Jawa Tengah. Tahun 2019 masih ada 5 kabupaten/kota yang belum

eliminasi kusta yaitu kota Tegal, kab. Tegal, Kota Pekalongan, Pemalang

dan Brebes. Persentase kab/kota dengan kasus baru kusta Tahun 2019

dari target 71 telah tercapai 71,42%.

Penyakit-penyakit menular/infeksi masih menjadi masalah di

masyarakat, di sisi lain angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit

tidak menular dan degeneratif seperti Diabetes mellitus (DM),

kardiovaskuler, hipertensi dan kanker (keganasan) cenderung meningkat.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penyusunan LKjIP Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2019, disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang penjelasan umum organisasi, dengan penekanan

kepada aspek strategis oraganisasi serta permasalahan utama (strategic

issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB II : PERENCANAAN KINERJA

Dalam Bab ini menjelasakan tentang ringkasan/ ikhtisar rencana kinerja

tahunan dan perjanjian kinerja tahun 2019 antara Gubernur Jawa Tengah

dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

25

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

Bab ini menjelaskan capaian kinerja organisasi untuk setiap

pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil

pengukuran kinerja organisasi Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran

strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja sebagai berikut:

1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;

2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini

dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;

3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target

jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

organisasi;

4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika

ada);

5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/ penurunan

kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;

6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;

7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun

kegagalan pencapaian pernyataan kinerja).

BAB IV. PENUTUP

Dalam bab ini yang dikemukakan simpulan secara umum atas capaian

kinerja organisasi serta langkah-langkah di masa mendatang yang akan

dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan kinerja.

26

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah lembar/ dokumen yang berisikan

penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi

yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan

indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima

amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja

terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya

yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan

atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang

seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian

target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari

kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja

setiap tahunnya.

A. TUJUAN PERJANJIAN KINERJA

Tujuan disusunnya Perjanjian Kinerja adalah :

1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah

untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja

Aparatur.

2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.

3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan

sanksi.

4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring,

evaluasi dan supervisi atas perkembangan/ kemajuan kinerja penerima

amanah.

5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.

27

Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5

Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 – 2023, maka Visi Pembangunan

Jangka Menengah Tahun 2018 – 2023 Provinsi Jawa Tengah yaitu : Jawa

Tengah Sejahtera dan Berdikari dengan slogan “(Tetep) Mboten Korupsi,

Mboten Ngapusi”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, terdapat 4

(empat) misi, yaitu:

1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyup

utuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Memperluas reformasi birokrasi melalui penguatan koordinasi dengan

Pemerintah Kabupaten/Kota.

3. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja

baru untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran

4. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih

berbudaya dan mencintai lingkungan.

Sedangkan Program Kerja sebagai berikut:

1. Sekolah tanpa sekat, pelatihan tentang domokrasi dan pemilu, gender,

anti korupsi dan magang Gubernur untuk siswa SMA/SMK.

2. Peningkatan peran rumah ibadah, fasilitas pendakwah dan guru ngaji.

3. Reformasi birokrasi di Kabupaten/Kota, sistem layanan terintegrasi.

4. Satgas kemiskinan, bantuan desa, rumah sederhana layak huni.

5. Obligasi daerah, kemudahan akses kredit UMKM, penguatan BUMDes

dan pelatihan stratup untuk wirasusahawan muda.

6. Menjaga harga komoditas dan asuransi gagal panen untuk petani serta

melindungi kepentingan nelayan.

7. Pengembangan transportasi masal, revitalisasi jalur kereta dan bandara

serta pembangunan embung/irigasi.

8. Pembukaan kawasan industri baru dan rintisan pertanian terintegrasi.

9. Rumah sakit tanpa dinding, sekolah gratis untuk SMAN, SMKN, SLB dan

bantuan sekolah swasta, pondok pesantren, madrasah dan difabel.

10. Festival seni serta pengembangan infra struktur olah raga, rumah

kebudayaan dan kepedulian lingkungan.

28

Sebagai upaya dalam melaksanakan pokok – pokok pikiran visi dan

misi pembangunan Jawa Tengah, terutama misi ke 3 yaitu Memperkuat

kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja baru untuk

mengurangi kemiskinan dan pengangguran, dan misi ke 4 yaitu Menjadikan

rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan mencintai

lingkungan serta mendukung program kerja ke 9 yaitu Rumah sakit tanpa

dinding. Implementasi pelaksanaan upaya tersebut dilandasi dengan slogan

“(tetep) mboten korupsi, mboten ngapusi”.

Makna misi “Menjadikan Rakyat Jawa Tengah Lebih Sehat” adalah

dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif yaitu:

1. Melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yaitu suatu

tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara

bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran,

kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas

hidup. GERMAS diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan

melakukan aktivitas fisik secara rutin, melakukan deteksi dini penyakit

dengan cara melakukan cek kesehatan secara rutin serta memperbanyak

konsumsi makan sayur dan buah. Salah bentuk bentuk operasional

dilapangan adalah dengan memperkuat Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM);

2. Peningkatan akses pelayanan kesehatan untuk lapisan masyarakat antara

lain dengan pemanfaatan SIM RS rujukan online;

3. Peningkatan dan pemerataan sarana dan prasarana kesehatan;

4. Peningkatan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan;

5. Pembudayaan/ pemassalan Olah raga.

Sedangkan makna program kerja ‘Rumah Sakit tanpa dinding” yaitu

Rumah Sakit yang memberikan pelayanan berbasis masyarakat (community

based) dan Rumah Sakit akan mendapat keleluasaan dalam perencanaan

dan tata laksana perawatan kesehatan yang melibatkan semua pihak secara

29

komprehensif dan efektif. Implementasi Rumah Sakit Tanpa Dinding adalah

sebagai berikut :

1. Mampu membina Fasilitas pelayanan kesehatan Primer dalam upaya

promotif dan preventif dengan upaya penguatan Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) melalui Tim Terpadu Rumah Sakit;

2. Mampu membina dengan SDM jejaring dalam rangka meningkatkan

kapasitas misalnya dengan kegiatan diklat

3. Membangun sistem rujukan balik pripurna dan terpadu dengan

memberikan pelayanan perawatan paripurna dan terpadu mobile paska

Rumah Sakit ;

4. Pelayanan kelompok populasi beresiko tinggi secara paripurna dan

terpadu dengan membentuk konselor kelompok mobile;

5. Aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin mudah

dengan memberikan layanan didalam gedung dan keluar gedung dengan

pendekatan keluarga (PIS-PK)

6. Akses terbuka Rumah Sakit untuk masyarakat sebagai pusat rujukan

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Program Indonesia Sehat

dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK);

7. Pengembangan Public Safety Center (PSC) 119 Kab/Kota dalam

pelayanan pre hospital sebagai respon cepat dalam pelayanan emergensi

sehari-hari

8. Tranfer of knowlodge kepada masyarakat/ keluarga/ perorangan dengan

memberikan penyuluhan, pendampingan, sosialisasi, seminar, pelatihan

untuk penyegaran kembali ilmu pengetahuan.

Untuk menjabarkan visi dan misi pembangunan Jangka Menengah

Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 - 2023, maka Tujuan dan Sasaran Jangka

Menengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 - 2023 yang

tertuang dalam Rencana Startegis Dinas Kesehatan sebagai berikut :

30

1. Tujuan 1: Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, dengan indikator

Angka Harapan Hidup.

2. Tujuan 2: Meningkatkan Tata Kelola Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, dengan indikator Nilai Kepuasan Masyarakat

Dalam rangka mencapai tujuan jangka menengah Dinas Kesehatan yaitu

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya

Angka Harapan Hidup, dan Maningkatkan tata kelola organisasi Dinas

Kesehatan dengan indikator nilai kepuasan masyarakat, maka ada 3 (tiga)

sasaran untuk mewujudkan tujuan yaitu :

1. Menurunnya angka kesakitan dan kematian, dengan indikator sasaran :

1) AKI (Angka Kematian Ibu)

2) AKB (Angka Kematian Bayi)

3) AKABA (Angka Kematian Balita)

4) Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian

Penyakit Menular

5) Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian

Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa

6) Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis

kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi

7) Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan sesuai

ketentuan

8) Indeks Keluarga Sehat Wilayah Provinsi

2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja, dengan indikator sasaran:

1) Nilai SAKIP Dinas Kesehatan

3. Meningkatnya kualitas pelayanan, dengan indikator sasaran:

1) Nilai kepuasan masyarakat

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,

transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, Kepala Dinas

Kesehatan pada Tahun 2019 telah melakukan Perjanjian Kinerja dengan

Gubernur Jawa Tengah untuk mewujudkan target kinerja sesuai lampiran

perjanjian ini.

31

Guna mewujudkan kinerja yang telah diperjanjikan, maka Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan 7 (tujuh) program

utama dan 5 program pendukung dengan 161 kegiatan yang didukung oleh

APBD Provinsi mendasarkan DPA Perubahan sebesar Rp.413.197.808.000,-

(Empat ratus tiga belas milyar seratus sembilan puluh tujuh juta delapan ratus

delapan ribu rupiah) dan APBN sebesar Rp.57.277.477.000,- (Lima puluh

tujuh milyar dua ratus tujuh puluh tujuh juta empat ratus tujuh puluh tjuh ribu

rupiah).

Jumlah anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bersumber

APBD Provinsi sebelum perubahan sebesar Rp.410.780.534.000,- (Empat

ratus sepuluh milyar tujuh ratus delapan puluh juta lima ratus tiga puluh

empat ribu rupiah). Setelah anggaran perubahan, APBD Perubahan Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 sebesar Rp.413.197.808.000,-

(Empat ratus tiga belas milyar seratus sembilan puluh tujuh juta delapan

ratus delapan ribu rupiah) sedangkan jumlah anggaran bersumber APBN/

Dekonsentrasi sebesar Rp.57.277.477.000,- (Lima puluh tujuh milyar dua

ratus tujuh puluh tujuh juta empat ratus tujuh puluh tjuh ribu rupiah) sehingga

jumlah seluruh anggaran sebesar Rp.470.475.285.000,- (Empat ratus tujuh

puluh milyar empat ratus tujuh puluh lima juta dua ratus delapan puluh lima

ribu rupiah).

Beberapa produk hukum yang mendukung kebijakan strategis yang

ditetapkan dalam tahun 2019 yaitu:

1) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2019 tentang Sistem Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah. SKP sebagai dasar pembangunan kesehatan di

Jawa Tengah, meningkatkan kualitas pengelolaan kesehatan di tingkat

provinsi, kabupaten, dan kota, serta menata pembangunan kesehatan

secara sinergis, dan untuk memenuhi hak dan kebutuhan semua

komponen dalam pembangunan kesehatan, melindungi masyarakat,

pelaku, dan penyelenggara kesehatan;

32

2) Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan

Kerjasama Daerah masalah yang diselesaikan adalah masalah kesehatan

di daerah perbatasan kabupaten kota dan antar provinsi;

3) Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa Rokok

memberikan perlindungan hukum terhadap hak semua orang/ seluruh

masyarakat terbebas dari paparan asap rokok orang lain.

Prestasi yang diraih oleh Provinsi Jawa Tengah selama Tahun 2019

adalah:

1) Penghargaan dari Bappenas sebagai daerah dengan presentase laporan

pelaksanaan Germas di daerah regional barat dengan kategori edukasi

dan perilaku hidup sehat tahun 2019

2) Penghargaan dari Kementerian Kesehatan sebagai Terbaik ke II

Penyusunan Dokumen Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan Tk Provinsi

tahun 2019

3) Penghargaan sebagai provinsi paling inovatif dalam rangka percepatan

Implementasi program kesehatan kerja dan olah raga.

4) Penghargaan Keterbukaan Informasi Badan Publik Tahun 2019 kategori

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai Badan Publik Informatif dalam

Implementasi Undang-Undang nomor 14/2008 tentang Keterbukaan Publik

dari Komisi Informasi Pusat RI.

33

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan PP 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29

tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah dan tata cara Review Atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib menyusun Laporan

Kinerja yang melaporkan kemajuan kinerja atas mandat dan sumber daya

yang digunakannya .

Dalam rangka melakukan evaluasi keberhasilan atas pencapaian

tujuan dan sasaran organisasi sebagaimana yang telah ditetapkan pada

perencanaan jangka menengah, maka digunakan skala pengukuran sebagai

berikut :

Skala Pengukuran Kinerja Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

NO SKALA CAPAIAN KINERJA KATEGORI

1 Lebih dari 100% Sangat Baik

2 75 – 100% Baik

3 55 – 74 % Cukup

4 Kurang dari 55 % Kurang

Pada tahun 2019, Dinas Kesehatan telah melaksanakan seluruh

program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2019 dan Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan

Provinsi Daerah, ada 1 (satu) tujuan Dinas Kesehatan yaitu meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH).

34

Perda Provinsi Jawa Tengah nomor 5 tahun 2019 tentang RPJMD

tahun 2018-2023, didalamnya terdapat indikator daerah yang terkait dengan

kesehatan antara lain Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Ibu

(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA).

Angka Harapan Hidup pada saat lahir (life expectancy at birth) diartikan

sebagai rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir

pada suatu tahun tertentu. AHH merupakan salah satu indikator dalam

penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM menjelaskan

bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam

memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan yang dibentuk dari tiga

dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan

standar hidup layak. AHH Provinsi Jawa Tengah dalam kurun 5 tahun terakhir

terus mengalami peningkatan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 3.1 Grafik AHH Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2019

Sumber data : BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Dari grafik diatas terlihat bahwa AHH Provinsi Jawa Tengah terus

mengalami peningkatan, walaupun terlihat fluktuatif pertahunnya.

35

Tujuan Dinas Kesehatan ada yaitu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH), dengan 3 sasaran

strategis yang harus diwujudkan pada tahun 2019 sebagai berikut :

NO TUJUAN/ SASARAN INDIKATOR SASARAN

TARGET

2019

TUJUAN :

1 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Angka Harapan Hidup (AHH) 74,09

SASARAN:

1 Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian

AKI 87

AKB 8,30

AKABA 10,47

Ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular

52%

Ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa

50%

Persentase Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan Akibat Bencana dan/atau Berpotensi Bencana Provinsi

100%

Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan sesuai ketentuan

45%

Indeks Keluarga Sehat Wilayah Provinsi 0,20

TUJUAN :

2 Meningkatkan tata kelola organisasi Dinas Kesehatan

Nilai Kepuasan Masyarakat 77

SASARAN :

1 Meningkatnya akuntabilitas kinerja

Nilai SAKIP 72

2 Meningkatnya kualitas pelayanan

Nilai Kepuasan Masyarakat 77

1. Sasaran 1: Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian

Untuk mengukur capaian kinerja pada sasaran menurunnya angka

kesakitan dan kematian, indikator yang harus dicapai sebagai berikut:

TUJUAN/ SASARAN

INDIKATOR KINERJA

2019 2018 2017

Target Capaian % Target Capaian % Capaian

Tujuan : Meningkatkan derajat kesehatan

Angka Harapan Hidup

74,09 74,23 100,19 74,09 74,18 100,12 74,08

36

TUJUAN/ SASARAN

INDIKATOR KINERJA

2019 2018 2017

Target Capaian % Target Capaian % Capaian

Menurunnya angka

kesakitan dan kematian

Angka Kematian Ibu

78,50 76,93 113,09 116 78,60

132,24 88.58

Angka Kematian Bayi

8,30 8,22 100,73 11 8,36

124,00 8.93

Angka Kematian Balita

10,47 9,63 108,50 11 9,48

113,82 10.47

Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular

52 80,72 155,23

Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa

50 60,47 120,94

Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi

100 100 100,00

Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan sesuai ketentuan

45 46 102,22

Indeks Keluarga Sehat Wilayah Provinsi

0,2 0,2 100,00

Rata-rata prosentase Capaian Tujuan 1 Sasaran1

112,59

Rata-rata capaian indikator kinerja sasaran ini 112,59%, Dari 8

indikator kinerja, semua indikator telah mencapai/melebihi target yang

37

ditentukan. Rata-rata capaian kinerja pada sasaran tahun 2019 tidak bisa

dibandingkan dengan tahun 2018 karena adanya perbedaan indikator

kinerja. Dari 8 indikator sasaran Dinas Kesehatan Tahun 2019 ada 3

indikator kinerja yang sama dengan periode sebelumnya (Tahun 2013-

2018) yaitu Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Angka

Kematian Balita, telah tercapai lebih dari 100%, ini berarti telah melampaui

target yang ditetapkan.

Angka Kematian Ibu Tahun 2019 sebesar 76,93/100.000 Kelahiran

Hidup (416 kasus) lebih baik dibandingkan Tahun 2018 sebesar

78,60/100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih baik dari target yang

telah ditetapkan dalam RPJMD yaitu 87/100.000 KH maupun target

perubahan dalam RKPD 2019 sebesar 78,50. Target di RPJMD masih

relatif tinggi karena pada saat penyusunan RPJMD realisasi tahun 2018

belum keluar, sehingga penentuan target 5 tahun menggunakan data

dasar capaian 2017. Setelah capaian AKI tahun 2018 keluar ternyata turun

dibawah target begitu juga capaian di tahun 2019, sehingga nantinya akan

disesuaikan di RPJMD Perubahan dan di RKPD menggunakan target

sesuai realisasi terakhir.

Penurunan AKI yang sangat signifikan disebabkan karena

diterapkannya strategi Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5 Ng)

disemua lini yang terkait dengan ibu hamil dan bersalin baik masyarakat,

keluarga, kader, petugas kesehatan, lintas program, lintas sektor maupun

para pengambil keputusan sangat berpengaruh terhadap penurunan

kasua kematian ibu dan bayi sehingga capaian kinerja AKI dan AKB di

Jawa Tengah semakin baik.

Secara umum semua indikator pada sasaran meningkatnya

kesehatan ibu dan anak di Jawa Tengah dapat dicapai sesuai dengan

target. Walaupun semua indikator sasaran ini telah mencapai/ melebihi

target yang ditentukan. Angka Kematian Ibu apabila dilihat tren per tahun

mengalami penurunan, namun harus tetap memberikan perhatian yang

38

lebih untuk indikator ini dan saat ini masih menjadi prioritas utama

masalah kesehatan di Jawa Tengah.

Gambar 3.2 Trend Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 s.d. 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Dari grafik diatas terlibat bahwa trend AKI mengalami penurunan

yang signifikan sejak tahun 2014 s.d 2019 dari 126,55/100.000 KH

menurun menjadi 76,93/100.000 KH.

Gambar 3.3 Jumlah Kasus Kematian Ibu per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian ibu pada tahun

2019 sebanyak 416 kasus, terbanyak di Kabupaten Brebes (37 kasus),

39

Grobogan (36 kasus) dan Banjarnegara (22 kasus). Sedangkan kasus

kematian terendah di Kota Magelang (2 kasus), Salatiga (2 kasus) dan

Tegal (3 kasus).

Dalam upaya penurunan AKI masih banyaknya wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan

kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus

insidentil) selama kehamilan, melahirkan, abortus (termasuk abortus mola)

dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan). Berbagai upaya

dilakukan untuk mencegah kematian ibu maupun bayi bersama lintas

sektor dan lintas program.

Pada tabel penyebab kematian ibu di Jawa Tengah terlihat bahwa

simpul penyebab kematian ibu terbanyak adalah: lain-lain (42%) meliputi

status kesehatan ibu dan calon ibu yang masih rendah; meningkatnya

kasus kehamilan yang tidak diinginkan; kompetensi bidan desa masih

kurang; jumlah dan penyebaran dokter tidak merata; belum semua rumah

sakit memiliki dokter spesialis kebidanan dan kandungan; belum

optimalnya pendayagunaan tenaga medis lain (spesialis anestesi, penyakit

dalam, anak) yang ada di rumah sakit dalam penanganan kasus

kegawatdaruratan obstetri. Penyebab lainnya adalah eklamsi/PEB sebesar

28%, perdarahan 25%, dan infeksi 5%.

Gambar 3.4 Penyebab Kematian Ibu di provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

40

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup tahun 2019

sebesar 8,24/1.000 KH (4.455 kasus). Mengalami penurunan (lebih baik)

dibandingkan tahun 2018 sebesar 8,36/1.000 KH (4.481 kasus) dan lebih

baik dari target 8,30/1.000 KH dengan persentase capaian sebesar

113,09%. Tingginya persentase capaian disebabkan adanya penguatan

pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan baik sumber daya kesehatan,

sarana prasarana maupun sistem rujukan untuk pertolongan persalinan

dan kesehatan bayi, meningkatnya pengetahuan ibu, keluarga dan

masyarakat dalam kesehatan ibu dan bayi, komitmen pemerintah daerah

untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan semakin meningkatnya

implementasi Gerakan Sayang Ibu dan Bayi.

Gambar 3.5 Trend Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Dari grafik diatas dapat diihat bahwa Angka Kematian Bayi menurun

dari tahun 2015-2019. Tahun 2015 AKB 10/1.000 KH menurun menjadi

8,22/1.000 KH pada tahun 2019. Penurunan signifikan terjadi pada tahun

2017 dan selanjutnya grafik melandai. Hal ini terjadi karena faktor-faktor

internal dari sisi kesehatan sudah dapat teratasi dengan rata-rata

penurunan pertahun mencapai 4,1%. Yang menjadi masalah sekarang

adalah di luar faktor kesehatan yang memerlukan koordinasilintas sektor

terhadap penurunan AKB yang tidak bisa dikendalikan dari sisi kesehatan.

41

Gambar 3.6 Jumlah Kasus Kematian Bayi per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian bayi tahun2019

sebanyak 4.455 kasus. Terbanyak di kabupaten Brebes (304 kasus),

Grobogan (284 kasus) dan Banyumas (197 kasus).

Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup tahun 2019

sebesar 9,65/1.000 KH (5.217 kasus) lebih baik dibandingkan target yang

ditentukan dalam RPJMD maupun Renstra sebesar 10,47/1.000 KH, dan

mengalami penurunan capaian dibanding tahun 2018 sebesar 9,48/1.000

KH (5.078 kasus). Ada peningkatan kasus kematian balita dari 5.078

menjadi 5.217 kasus.

Pada RKPD perubahan 2019, Angka Kematian Balita berbeda

dengan target pada RPJMD karena pada saat penentuan target masih

menggunakan realisasi capaian tahun 2017 sebesar 10,47. Capaian tahun

2018 sebesar 9,48/1.000 KH sehingga target 2019 pada RKPD perubahan

disesuaikan menjadi sebesar 9,48/1.000 KH. Namun tahun 2019 tidak bisa

mencapai target. Perlu ada pembahasan lagi terkait inidkator Angka

Kematian Balita karena banyak faktor penyebab kematian Balita.

42

Gambar 3.7 Tren Angka Kematian Balita ( AKABA) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015- 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan AKABA dari tahun

2015-2019 fluktuatif dan terjadi peningkatan kasus kematian pada tahun

2019 walaupun masih dibawah target RPJMD. Seperti pada kasus

kematian bayi, kasus kematian balita terjadi karena faktor-faktor internal

dari sisi kesehatan sudah dapat teratasi. Yang menjadi masalah

sekarang adalah di luar faktor kesehatan yang memerlukan

koordinasilintas sektor terhadap penurunan AKABA yang tidak bisa

dikendalikan dari sisi kesehatan.

Berbagai faktor masih harus diselesaikan untuk menyelamatkan

balita dari kematian. Hidup balita sangat tergantung pada lingkungannya

yang ditentkan oleh orang dewasa. Faktor penyebab kematian Balita

antara lain penyakit infeksi, diare yang seharusnya dapat diupayakan

pencegahannya di sektor kesehatan.

43

Gambar 3.8 Kasus Kematian Balita per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian Balita tahun 2019

sebanyak 5.217 kasus tersebar di 35 kabupaten/kota. Kasus terbanyak di

kabupaten Brebes (368 kasus), Grobogan (321 kasus) dan Banyumas (218

kasus). Kasus terendah di Kota Magelang (18 kasus), Surakarta (29 kasus)

dan Tegal (60 kasus).

Ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian penyakit

menular adalah angka yang menunjukkan rata-rata persentase

ketercapaian dari upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular

prioritas. Indikator kinerja ini merupakan indikator komposit yang dihitung

berdasarkan rata-rata persentase capaian kinerja HIV-AIDS, TBC, Malaria dan

DBD. Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian

Penyakit Menular dari target 52% tercapai 80,72% dengan tingkat

ketercapaian kinerja 155,23%.

44

Gambar 3.9 Tren Penyakit Menular Prioritas Yang Mendukung Indikator Ketercapaian Upaya

Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penyakit prioritas yang

mendukung indikator Ketercapaian Upaya Pencegahan Dan Pengendalian

Penyakit Menular di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019 adalah TBC,

HIV AIDS, malaria dan BDB.

Kinerja penyakit menular prioritas HIV-AID adalah Persentase kasus

HIV/AIDS yang diobati ARV (on treatment) dengan target 55% terealisasi

75% dengan tingkat ketercapaian kinerja sebesar 136,36%. Kinerja penyakit

menular prioritas TBC adalah CNR (case notification rate) TBC. Target

kinerja CNR TBC sebesar 177/100.000 penduduk dengan realisasi

180/100.000 penduduk, tingkat ketercapain sebesar 101,69%. Kinerja

penyakit menular Malaria adalah Angka Kesakitan Malaria/Annual Parasitic

Incident (API). Target API sebesar 0,06 tercapai 0,01 dengan tingkat

ketercapaian 600%, jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Penyebab

penurunan API karena ada penurunan kasus 2018 di kab Banjarnegara dan

Purworejo dari 220 menjadi 35 kasus di th 2019 dan penurunan kasus di 35

45

kab kota dari 155 kasus di tahun 2018 menjadi 290 kasus di th 2019.

Beberapa upaya yang dilakukan dalam penurunan API malaria:

1. Intensifikasi surveilans migrasi antara lain dengan pembentukan

Perdes; pertemuan lintas sektor tingkat kabupaten, kecamatan dan

desa

2. Screening malaria pada kondisi khusus, pada TNI pasca tugas

3. Pembentukan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Purworejo

dan Banjarnegara

Indikator kinerja penyakit menular prioritas DBD adalah Angka

kesakitan DBD per 100.000 penduduk. Target sebesar 33/100.000

penduduk terrcapai 24,7/100.000 penduduk dengan tingkat ketercapaian

sebesar 133,6%. Hal ini disebabkan adanya optimalisasi upaya

pengembangan kawasan bebas jentik di daerah endemis DBD, sehingga

bisa menekan perkembangan vektor/nyamuk penular DBD berakibat angka

kesakitan menurun.

Tabel 3.1 Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Upaya Pencegahan Dan

Pengendalian Penyakit Menular Tahun 2019

INDIKATOR KINERJA

2019 2018 2017

Target Capaian % Target Capaian % Capaian

Persentase kasus HIV AIDS yang diobati ARV

55 75 136,36 - - - -

Angka Penemuan kasus baru TB (CDR)

177 180 101,69% 122 143,00 117,21 121

Angka Kesakitan Malaria

0,06 0,01 600% 0.06 0.03 150.00 0.03

Angka Kesakitan DBD

33 24,7 133,6 <47 10,3 148,47 21.6

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Angka kesakitan DBD sebesar 10,3 per 100.000 penduduk sudah

mencapai target <48 dan jauh lebih baik dibandingkan capaian tahun

2017, sebesar 21,6 per 100.000 penduduk. Angka kematian DBD sebesar

46

1,03% sudah mencapai target <2%. Berdasarkan trend 3 tahun capaian

angka kematian DBD cenderung menurun karena Meningkatnya

kemampuan petugas dalam ketepatan penegakan diagnosa dan

kecepatan penanganan DBD.

Gambar 3.10 Trend Angka Kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 – 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Dari gambar diatas dapat dilihat trend angka kesakitan (incident

rate) DBD dari tahun 2014-2019 yang sangat fluktuatif. Terjadi kenaikan

kasus yang sangat signifikan pada tahun 2019 walaupun masih dibawah

target.

Gambar 3.11 Angka Kesakitan DBD per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa TengahTahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Gambar diatas memperlihatkan bahwa angka kesakitan DBD (IR

DBD) di Jawa Tengah tahun 2019 sebanyak 26,21/100.000 penduduk lebih

rendah dari target <46/100.000 penduduk, namun meningkat dibanding

tahun 2018 (10,20/100.000 penduduk). IR DBD tertinggi di kabupaten

Karanganyar (94,5/100.000 penduduk), Kota Magelang (61,4/100.000

47

peduduk) dan Purbalingga (53,8/100.000 penduduk). Terendah di

kabupaten Grobogan (5,7/100.000 penduduk), Pemalang (6,1/100.000

penduduk) dan Wonogiri (6,2/100.000 penduduk). Hal ini disebabkan

karena virulensi virus yang semakin ganas. Hasil penelitian dalam nyamuk

dulu hanya ada 1 jenis virus, sekarang sudah ditemukan nyamuk yang

membawa 2-3 virus yang menyebabkan Dengue Syndrom.

Gambar 3.12 Angka Penemuan kasus TB yang Ternotifikasi di Provinsi Jawa Tengah th 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Gambar diatas menunjukkan bahwa Angka penemuan kasus TB

yang ternotifikasi/ Case Notification Rate (CNR) di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2019 sebanyak 73.171 kasus. Terbanyak penemuan di Kota

Magelang, Kota Tegal dan Kota Pekalongan, sedangan peemuan terendah

di Kabupaten Karanganyar, Magelang dan Blora.

Gambarl 3.13 Kasus Baru HIV di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

Sumber data : Buku Saku TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

48

Tabel diatas memperlihatkan sebaran penemuan kasus baru HIV di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 yaitu sebanyak 2.704 kasus. Penemuan

kasus terbanyk di Kota Semarang, Pemalang dan Sragen, sedangkan

penemuan terendah di Kota Magelang, Salatiga dan Temanggung.

Gambar 3.14 Kasus Baru AIDS di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Gambar 3.15

Target RPJMD dan capaian Angka Kesakitan malaria tahun 2015-2019

Sumber data : Buku Saku TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Angka kesakitan malaria dari target 0,06 per 1.000 penduduk telah tercapai

0,03, sehingga capaian sebesar 150%. Kementerian Kesehatan RI telah

menargetkan bahwa pada tahun 2023 pulau Jawa Bali merupakan target

regional eliminasi malaria. Kasus malaria indigenuos (penularan lokal)

cenderung turun dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Tingginya kasus malaria

import di Kab. Blora berasal dari anggota TNI pasca tugas dari daerah

endemis malaria (Papua). Upaya yang sudah dilakukan adalah diagnosa

49

dini dan tata laksana cepat dan tepat di fasyankes, intensivikasi penemuan

penderita secara aktif di daerah fokus, meningkatnya surveilans migrasi,

pengendalian vektor dengan distribusi kelambu berinsektisida di daerah

focus dan penemuan penderita secara aktif oleh juru malaria desa.

Gambar 3.16 Distribusi kasus malaria per kabupaten/kota di Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada

dasarnya menerapkan konsep epidemiologi yaitu interaksi faktor agent-

host-environment, dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian akibat ketidakseimbangan dari ketiga faktor tersebut. Oleh sebab

itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peran serta dan tanggung

jawab dari lintas program, lintas sektoral dan masyarakat serta swasta

yang selama ini masih belum bisa berjalan secara optimal dan perlu upaya

yang lebih serius sehingga harapan untuk mempertahankan

keseimbangan tiga faktor tersebut di atas di terwujud.

Berbagai peluang yang bisa menjadi faktor pendukung dan

dimanfaatkan untuk meraih keberhasilan dalam pencapaian program

pembangunan kesehatan, adalah: adanya peraturan perundang-undangan

yang mendukung program P2PM, komitmen internasional dan nasional

untuk program P2PM sebagaimana dimaksud dalam dokumen

Sustainibility Development Goals (SDGs), perkembangan ilmu

50

pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan mutu sumber daya

manusia, kerjasama dan kemitraan yang melibatkan berbagai pihak serta

saling menguntungkan dalam berbagai bidang.

Berbagai ancaman eksternal yang mungkin akan menjadi faktor

penghambat dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan

adalah antara lain; dampak negatif era globalisasi dapat menimbulkan

ancaman penyebarluasan penyakit karena sifat penyebaran penyakit

menular yang tidak mengenal batas wilayah/negara, penyebaran

penduduk yang tidak merata dan banyaknya pengungsian akibat bencana

alam, masih sering terjadinya kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular,

dan inilah yang menjadi perhatian kita bersama untuk selalu menjalin

komunikasi antar Provinsi dan Kabupaten perbatasan.

Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian

Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa adalah penderita/

penyandang penyakit tidak menular (PTM) dan kesehatan jiwa (Keswa)

yaitu penderita Hipertensi, DM, dan Orang dengan Gangguan Jiwa

(ODGJ) yang ditemukan dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standart di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), dengan

perhitungan rata-rata prosentase penderita PTM dan Keswa

(Hipertensi,DM,ODGJ) yang ditemukan dan mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai standart di FKTP. Capaian kinerja indikator Persentase

ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak

Menular dan Kesehatan Jiwa Tahun 2019, realisasi 60,47% melebihi

target 50 dengan tingkat capaian 120,94%. Hal ini karena adanya

akselerasi kegiatan deteksi dini PTM dalam rangka mendukung

pencapaian SPM Kabupaten/Kota yang didanai dari dana dekonsentrasi

(APBN).

51

Tabel 3.2 Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dan Kesehatan Jiwa Tahun 2019

INDIKATOR KINERJA

2019 2018 2017

Target Capaian % Target Capaian

% Capaian

Persentase Kab/Kota dengan puskesmas yang melaksanakan layanan keswa dan atau napza

40 65 162,5 - - - -

Persentase kabupaten/kota dengan Puskesmas yang melaksanakan layanan deteksi dini PTM

40 65 162,5 - - - -

Sumber data : Buku Saku TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Keberhasilan pencapaian kinerja Persentase ketercapaian upaya

pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan

Jiwa didukung dari kinerja indikator Kab/Kota dengan puskesmas yang

melaksanakan layanan keswa dan atau napza dengan realisasi 65% lebih

tinggi dari target 40 dengan tingkat capaian kinerja 162,5% dan

Persentase kabupaten/kota dengan Puskesmas yang melaksanakan

layanan deteksi dini PTM dengan realisasi 65% lebih tinggi dari target 40

dengan tingkat capaian kinerja 162,5%.

Gambar 3.17 Proporsi Kasus Penyakit Tidak Menular di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

52

Dari gambar dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran tren penyakit tidak

menular di Jawa Tengah dari 4 urutan besar yaitu hipertensi, diabetis mellitu

dan asma bronkhiale menjadi hipertensi, DM dan obesitas. Hal ini

menunjukkan bahwa aktifitas fisik dan diet seimbang belum menjadi budaya

di masyarakat.

Tabel 3.3 Perkembangan kasus PTM di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019

Sumber data : Buku Saku TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2015 sampai dengan

tahun 2017 jumlah kasus penyakit tidak menular paling banyak adalah

hipertensi, Diabetis mellitus dan asma bronkhiole. Namun pada tahun

2018, terjadi pergeseran penyakit yaitu penyakit jantung menduduki

peringkat pertama diikuti hipertensi dan diabetis. Sedangkan pada tahun

2019, penyakit obesitas menduduki peringkat ke-tiga setelah hipertensi

dan DM. hal ini bisa terjadi karena pola makan sehat, aktivitas fisik dan

cek kesehatan secara rutin belum menjadi budaya di masyarakat.

53

Gambar 3.18 Kabupaten/Kota dengan Puskesmas Pelayanan Kesehatan Jiwa

Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Mendasarkan pada Undang-undang Kesehatan Jiwa nomor 18 tahun

2014 disebutkan bahwa ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan

pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasikan dalam bentuk

sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna, serta

dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi

orang sebagai manusia. Perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian di

tiap tahap agar terwujud kondisi sehat paripurna.

Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis

kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi adalah

Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau

berpotensi bencana yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standar dalam kurun waktu satu tahun. Realisasi capaian kinerja

Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis

kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi adalah

Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau

berpotensi bencana yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

dengan target yaitu 100%. Indikator ini merupakan indikator yang

mendukung Standar Pelayanan Kesehatan Provinsi yang ditetapkan dalam

Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2019.

54

Indikator kinerja program dan kegiatan yang mendukung pencapaian

indikator ini sebagai berikut :

Tabel 3.4 Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Persentase Pelayanan

Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan Akibat Bencana Dan Atau Berpotensi Bencana Provinsi Tahun 2019

INDIKATOR KINERJA

2019 2018 2017

Target Capaian % Target Capaian

% Capaian

Persentase kabupaten/kota dengan respon cepat penanggulangan KLB/Bencana < 24 jam

100 100 100 - - - -

Persentase pelayanan kesehatan bagi orang yang terdampak dan berisiko pada kasus KLB

100 100 100 - - - -

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Persentase Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak Krisis

Kesehatan Akibat Bencana Dan Atau Berpotensi Bencana Provinsi

didukung oleh kinerja indikator Persentase kabupaten/kota dengan respon

cepat penanggulangan KLB/Bencana <24 jam. Realisasi indikator sebesar

100% sesuai target, capaian kinerja indikator 100%. Selain itu juga

didukung oleh indikator Persentase pelayanan kesehatan bagi orang yang

terdampak dan berisiko pada kasus KLB dengan realisasi 100% sesuai

target dan tingkat capaian kinerja 100%.

Gambar 3.19 Peta kasus KLB Keracunan di Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

55

Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan sesuai

ketentuan, realisasi capaian kinerja tahun 2019 sebesar 46% lebih tinggi

dari target 45% dengan tingkat capaian kinerja 102,22%. Indikator kinerja

program dan kegiatan yang mendukung capaian kinerja Persentase

fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan sesuai ketentuan

sebagai berikut:

Tabel 3.5 Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Dan Rujukan Sesuai Ketentuan di Jawa Tengah Tahun 2019

INDIKATOR KINERJA

2019 2018

Target Capai

an % Target Capaian %

Proporsi kabupaten/kota dengan pelayanan kesehatan primer sesuai ketentuan

17 17 100 - 11 -

Persentase kabupaten/kota dengan 100% fasilitas kesehatan primer, rujukan dan faskes lain yang terakreditasi

96,55 96,55 100 - 24,13 -

Persentase kab/kota dengan 100% puskesmas terakreditasi

80 85,71 107,14

Persentase Kab/Kota yang 100% Labkesda terakreditasi

31,42 96,55 307,29

Persentase Kab/Kota yang 100% RS terakreditasi

77,14 100 129,63

Proporsi Kab/Kota dengan pelayanan kesehatan rujukan di unit-unit kritis sesuai ketentuan

22 28,51 129,59

Persentase Kabupeten/kota dengan Puskesmas memiliki Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) baik sebesar minimal 20%

40 42,86 107,15

Sumber data : Buku Saku TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Capaian kinerja Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

Dan Rujukan Sesuai Ketentuan didukung oleh indikator Proporsi

kabupaten/kota dengan pelayanan kesehatan primer sesuai ketentuan

dengan realisasi 17% sesuai target 17%, indikator Persentase

kabupaten/kota dengan 100% fasilitas kesehatan primer, rujukan dan

faskes lain yang terakreditasi dengan realisasi 96,55 sesuai target dengan

tingkat kinerja capaian 100%, indikator Persentase kab/kota dengan 100%

puskesmas terakreditasi dengan realiasi 85,7% melebihi target 80%,

56

tingkat capaian kinerja 107,14%. Indikator Persentase Kab/Kota yang

100% Labkesda terakreditasi dengan realisasi 96,55% jauh diatas target

31,42%, tingkat capaian kinerja 307,29%. Capaian ini jauh melebihi target

karena besarnya dukungan pemerintah melalui anggaran baik APBN

maupun APBD kabupaten/kota untuk melakukan akreditasi labkesda, dar1

APBN TA 2019 akreditasi untuk 20 labkesda dan 1 labkesda dari APBD

Kabupaten, sehingga menyebabkan realisasi capaian jauh melebihi dari

target yang ada. Indikator Persentase Kab/Kota yang 100% RS

terakreditasi realisasi 100% melebihi target 77,14%, tingkat capaian

kinerja 129,63%, hal ini karena semua RS milik pemerintah wajib

dilakukan akreditasi setelah 2 tahun beroperasional, akreditasi juga

sebagai syarat untuk bekerjasama dengan BPJS, sehingga tuntutan/

kewajiban ini membuat semua RS milik pemerintah melakukan akreditasi

dengan anggaran dari APBD masing-masing, ini menggambarkan adanya

dukungan dari pemda melalui anggarannya utk akreditasi RS. Indikator

Proporsi Kab/Kota dengan pelayanan kesehatan rujukan di unit-unit kritis

sesuai ketentuan, realisasi 28,51% melebihi target 22%, tingkat capaian

kinerja 129,59%. Indikator Persentase Kabupeten/kota dengan

Puskesmas memiliki Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) baik sebesar

minimal 20%, realisasi 42,86% melebihi target 40% dengan tingkat

capaian 107,15%.

Gambar 3.20 Kabupaten/Kota dengan Puskesmas Terakreditasi di Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

57

Dari table diatas dapat dilihat bahwa puskesmas yang sudah

terakreditasi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 sebanyak 874 dari 879

puskesmas (99,54%).

Gambar 3.21 Kabupaten/Kota dengan 100% Puskesmas Terakreditasi

Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Tabel diatas memperlihatkan kabupaten/kota dengan 100%

puskesmas teraktreditasi tahun 2019. Kabupaten/kota yang belum 100%

akreditasi puskesmasnya adalah kabupaten Pekalongan (kurang 1

puskesmas), Temanggung (kurang 1 puskesmas) dan Pemalang (kurang 3)

puskesmas). Hal ini karena adanya komitmen daerah untuk mengajukan

akreditasi berdasarkan roadmap dalam rangka peningkatan mutu

pelayanan. Standar menurut Permenkes 75 tahun 2015, minimal 1

kecamatan ada 1 puskesmas terakreditasi, Kabupaten/Kota mendapatkan

anggaran DAK Non Fisik dari APBN untuk Akreditasi Puskesmas sehingga

Daerah tidak terbebani untuk biaya pelaksanaan akreditasi dan adanya

kebijakan dari BPJS Kesehatan dimana Puskesmas yang dapat bekerja

sama dengan BPJS Kesehatan dan mendapatkan dana Kapitasi adalah

Puskesmas yang sudah terakreditasi disamping karena adanya Permenkes,

RI No 46 th 2015 tentang Akreditasi.

Prosentase Kabupaten/Kota dengan 100% RS Terakreditasi dapat

dilihat pada tabel berikut :

58

Tabel 3.6 Jumlah RS Terakredirasi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 306 RS di Jawa Tengah

telah terakreditasi sebanyak 269 RS (90,27%), terbagi menjadi akreditasi

paripurna 138 RS (45,09%), akreditasi utama 43 RS (14,05%), akreditasi

madya 28 RS (9,15%), akreditasi dasar 9 RS (2,94%) dan akreditasi

Perdana 56 RS (18,3%). Untuk mencapai target upaya yang dilakukan

adalah salah satunya adalah dengan melakukan koordinasi dengan dinas

kabupaten/ kota, melakukan fasilitasi teknis dan pembinaan maupun

pembimbingan kaitanyya tentang ijin operasional. Saat ini Rs dituntut

untuk melakukan submit dalam OSS sesuai dengan PP no 24 tahun 2018

tentang pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.

Gambar 3.22 Capaian Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah Tahun 2012-2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

59

Jumlah laboratorium kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Tahun

2019 sebanyak 160 laboratorium, terakreditasi baru 31 labkesda.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga (PIS PK),

merupakan program nasional untuk mencapai Indonesia Sehat. Ada 12

indikator yang telah disepakati dalam Program Indonesia Sehat sebagai

penanda status kesehatan sebuah keluarga, yaitu:

1. Keluarga mengikuti KB

2. Ibu hamil melakukan persalinan di faskes

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4. Balita dilakukan pemantauan pertumbuhan

5. Bayi mendapat ASI eksklusif

6. Penderita TB mendapat pengobatan

7. Penderita Hipertensi melakukan pengobaatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa berat mendapatkan pengobatan dan tidak

ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak merokok

10. Keluarga mendapatkan akses air bersih

11. Keluarga menggunakan jamban sehat

12. Keluarga menjadi anggota JKN

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks

Keluarga Sehat (IKS) yang merupakan gambaran kesehatan di suatu

wilayah. Ada 3 kategori indeks keluarga sehat yaitu: tidak sehat dengan

hasil perhitungan 0-0,5, pra sehat dengan hasil perhitungan >0,5-0,8 dan

kategori sehat dengan hasil perhitungan >0,8 – 1.

Capaian kinerja sasaran IKS Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

sesuai target yaitu 0,2 dengan prosentase tingkat capaian 100%, dapat

dilihat pada tabel berikut:

60

Tabel 3.7 Laporan IKS Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

NO KABUPATEN/KOTA IKS Inti Σ Keluarga

Sehat Σ Keluarga Kesimpulan

1 CILACAP 0,12 39.138 322.802 Tidak Sehat

2 BANYUMAS 0,15 41.699 279.264 Tidak Sehat

3 PURBALINGGA 0,18 18.935 102.795 Tidak Sehat

4 BANJARNEGARA 0,09 13.586 151.447 Tidak Sehat

5 KEBUMEN 0,17 36.970 220.870 Tidak Sehat

6 PURWOREJO 0,17 26.862 154.593 Tidak Sehat

7 WONOSOBO 0,09 16.123 171.434 Tidak Sehat

8 MAGELANG 0,14 27.236 192.317 Tidak Sehat

9 BOYOLALI 0,22 46.974 212.654 Tidak Sehat

10 KLATEN 0,27 67.374 247.349 Tidak Sehat

11 SUKOHARJO 0,28 44.578 159.268 Tidak Sehat

12 WONOGIRI 0,16 23.784 144.973 Tidak Sehat

13 KARANGANYAR 0,23 33.482 143.196 Tidak Sehat

14 SRAGEN 0,20 35.712 177.923 Tidak Sehat

15 GROBOGAN 0,17 31.295 188.970 Tidak Sehat

16 BLORA 0,16 27.317 168.132 Tidak Sehat

17 REMBANG 0,27 46.827 175.083 Tidak Sehat

18 PATI 0,25 79.659 313.859 Tidak Sehat

19 KUDUS 0,22 30.493 139.211 Tidak Sehat

20 JEPARA 0,19 27.033 139.566 Tidak Sehat

21 DEMAK 0,24 27.895 116.466 Tidak Sehat

22 SEMARANG 0,22 36.446 166.647 Tidak Sehat

23 TEMANGGUNG 0,13 28.941 223.002 Tidak Sehat

24 KENDAL 0,19 48.285 255.223 Tidak Sehat

25 BATANG 0,16 17.934 115.389 Tidak Sehat

26 PEKALONGAN 0,14 21.717 155.602 Tidak Sehat

27 PEMALANG 0,16 16.769 107.792 Tidak Sehat

28 TEGAL 0,13 37.561 287.165 Tidak Sehat

29 BREBES 0,12 28.324 228.565 Tidak Sehat

30 KOTA MAGELANG 0,32 7.602 23.510 Tidak Sehat

31 KOTA SURAKARTA 0,47 49.960 107.265 Tidak Sehat

32 KOTA SALATIGA 0,31 7.626 24.902 Tidak Sehat

33 KOTA SEMARANG 0,36 134.682 373.524 Tidak Sehat

34 KOTA PEKALONGAN 0,18 11.883 67.666 Tidak Sehat

35 KOTA TEGAL 0,29 10.153 35.161 Tidak Sehat

JAWA TENGAH 0,20 1.200.855 6.093.585 TIDAK SEHAT

Jumlah keluarga yang telah dikunjungi PIS PK sampai dengan

Desember 2019 sebanyak 6.093.585 Keluarga dengan hasil IKS Provinsi

sebesar 0,20 (kategori tidak sehat). IKS tertinggi di kota Surakarta 0,47

dan terendah adalah kabupaten Wonosobo dengan hasil IKS 0,09. Banyak

hambatan dalam pelaksanaan PIS PK antara lain ketersediaan dan

61

kualifikasi SDM pada saat melakukan pendekatan keluarga, sarana

prasarana, koordinasi dan perilaku masyarakat.

Gambar 3.23 Perbandingan IKS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 dan 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

Perbandingan IKS Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 dengan 2019

tidak terlihat perbedaan yang signifikan dengan hasil IKS yang masih

sama yatu 0,20. Beberapa kabupaten/kota mengalami penurunan IKS

disebabkan dengan semakin banyaknya pendataan keluarga berpengaruh

terhadap indikator keluarga sehat sehingga IKS juga berubah.

Gambar 3.24 Capaian 12 indikator PISPK di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019

62

Dari table diatas dapat dilihat bahwa dari ke-12 indikator PISPK,

indikator dengan capaian terbanyak adalah bayi mendapat imjunisasi

dasar lengkap 96,33%, keluarga mempunyai akses air bersih 96,07% dan

Balita mendapat pemantauan pertumbuhan 93,52%.

Penggunaan sumber daya keuangan untuk pencapaian Sasaran dari

APBD Provinsi, adalah sebesar Rp.278.394.298.000,- (84,17%) dari total

pagu sebesar Rp.324.315.218.000,- Hal ini berarti terdapat efisiensi

penggunaan sumber daya sebesar 15,83% dari Pagu yang dialokasikan.

Sedangkan dari anggaran APBN sebesar Rp.40.855.088.715,- atau

sebesar 93,97% dari alokasi anggaran sebesar Rp.43.700.822.000,-

Keberhasilan pencapaian tujuan 1 sasaran 1 sesungguhnya tidak

terlepas dari dilaksanakan program bersumber APBD

1. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, dengan kegiatan:

1) Kegiatan Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

2) Kegiatan Pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular

3) Kegiatan Surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB dan

bencana (termasuk pelayanan kesehatan haji dan imunisasi).

2. Pelayanan Kesehatan, dengan kegiatan

1) Pelayanan Kesehatan Rujukan

2) Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional

3) Standarisasi Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan

3. Kesehatan Masyarakat dengan kegiatan:

1) Kesehatan Keluarga dan Gizi masyarakat

2) Kesehatan Lingkungan, kesehatan kerja dan kesehatan olah raga

3) Promosi kesehatan

Sedangkan dukungan dari anggaran APBN, kontribusi dari program:

1. Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

2. Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

63

2. Tujuan 2 : Meningkatkan tata Kelola Organisasi Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah

Sasaran 1: Meningkatnya akuntabilitas kinerja, dengan indikator sasaran

Nilai SAKIP

TUJUAN/ SASARAN

INDIKATOR KINERJA

2019 2018 2017

Target Capaian % Target Capaian % Capaian

Meningkatnya akuntabilitas kinerja

Nilai SAKIP 72 84,88 117,88 70 75,88 108,4 69,9

Rata-rata prosentase CapaianTujuan 2 Sasaran1 dan 2

117,88

Nilai SAKIP Dinas kesehatan terus mengalami kenaikan. Capaian

kinerja nilai SAKIP tahun 2019 sebesar 84,88 dari target 72, prosentase

capaian kinerja 117,88% meningkat dibandingkan nilai SAKIP tahun 2018

sebesar 75,88 dari target 70, prosentase capaian sebesar 108,4%.

Penggunaan sumber keuangan untuk pencapaian nilai SAKIP dari

APBD Provinsi sebesar Rp.4.705.208.788,- (83,69%) dari alokasi

Rp.6.401.250.000,- terdapat efisiensi anggaran sebesar 17,51%.

Keberhasilan pencapaian tujuan 2 sasaran 1 sesungguhnya tidak terlepas

dari dilaksanakan program bersumber APBD yaitu:

1) Program Perencanaan dan evaluasi kinerja perangkat daerah, dengan

kegiatan:

a. Kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan Perangkat Daerah

b. Kegiatan Penyusunan Dokumen Evaluasi Kinerja Perangkat

Daerah

2) Program Manajemen Administrasi Pelayanan Umum, Kepegawaian

dan Keuangan Perangkat Daerah dengan kegiatan Administrasi

Pelayanan Keuangan Perangkat Daerah

3) Program Sumber daya kesehatan dengan kegiatan Manajemen

Informasi Kesehatan

Dukungan anggaran APBN sebesar Rp.2.495.894.000,-

64

Sasaran 2: Meningkatnya kualitas pelayanan, dengan indikator Nilai

Kepuasan Masyarakat

Capaian kinerja pada indikator tujuan 2 sasaran 2 dapat dilihat

sebagai berikut :

TUJUAN/ SASARAN

INDIKATOR KINERJA

2019 2018 2017

Target Capaian % Target Capaian % Capaian

Meningkatnya kualitas pelayanan

Nilai Kepuasan Masyarakat

77 80,95 105,13

Rata-rata prosentase CapaianTujuan 2 Sasaran1 dan 2

105,13

Nilai Kepuasan Masyarakat di Dinas Kesehatan tahun 2019 sebesar

80,95 melebihi target 77, prosentase capaian kinerja sebesar 105,13%.

Indikator ini merupakan indikator baru sehingga baru dilaksanakan pada

tahun 2019.

B. Realisasi Anggaran

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun anggaran 2019, di dukung

dengan anggaran APBD (P) Provinsi sebesar Rp.413.197.808.000,- yang

terbagi dalam 6 program. Realisasi keuangan sebesar Rp.366.130.457.217,-

atau 88,61% dan realisasi fisik sebesar 99,62% dengan rincian realisasi

anggaran per program sebagai berikut:

1. Program Manajemen Administrasi Pelayanan Umum, kepegawaian dan

keuangan PD Rp. 36.409.364.800,-

2. Program Perencanaan dan Evaluasi Kinerja PD Rp.3.189.929.100,-

3. Program Kesehatan Masyarakat Rp.12.604.658.225,-

4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Rp.7.076.199.989,-

5. Program Pelayanan Kesehatan Rp.262.721.861.178,-

6. Program Sumber Daya Kesehatan Rp.39.711.386.235,-

65

Selain anggaran bersumber APBD Provinsi, Dinas Kesehatan juga

mendapatkan anggaran APBN sebanyak Rp.57.277.477.000,- dengan

realisasi anggaran Rp.53.599.530.791,- terserap 93.58%, sehingga ada

efisiensi sebesar 6,42%. Realisasi fisik 100%. Rincian realisasi anggaran per

program sebagai berikut:

1. Dukungan Manajemen dan pelaksanan Tugas Teknis Lainnya

Kemenkes (Satker 01) Rp.5.645.799.766,-

2. Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Satker 03) Rp.16.721.519.300,-

3. Pembinaan Pelayanan Kesehatan (Satker 04) Rp.2.117.932.220,-

4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Satker 05)

Rp.22.015.637.195,-

5. Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Satker 07) Rp.2.334.011.150,-

6. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

(Satker 12) Rp.4.764.631.160,-

Penggunaan anggaran langsung APBD Provinsi apabila diperinci

dalam mendukung pencapaian sasaran adalah sebagai berikut :

NO SASARAN

STRATEGIS NAMA PROGRAM/KEGIATAN

JUMLAH ANGGARAN (Rp)

REALISASI KEUANGAN

(Rp) (%)

1 2 3 4 5 6

Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

19.143.710.000 16.517.201.123 94,65

Kesehatan Masyarakat - Bidang Kesehatan Masyarakat

14.418.080.000

12.604.658.225

89,39

1 Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat

4.000.000.000

3.732.455.500

93,31

2 Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan

3.068.080.000

2.852.308.566

92,97

3 Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga

7.350.000.000

6.019.894.159

81,90

Kesehatan Masyarakat - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang

857.300.000

852.037.000

99,40

4 Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan di UPT

400.000.000

397.334.000

99,33

5 Peningkatan Pelayanan Kesmas di UPT

257.300.000

255.685.000

99,37

6 Kegiatan UKM rujukan sekunder di Balkesmas

200.000.000

199.018.000

99,51

Kesehatan Masyarakat - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Ambarawa

911.800.000

288.429.533

94,29

7 Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan di UPT

381.400.000

370.287.300

97,09

8 Peningkatan Pelayanan Kesmas di UPT

330.400.000

312.815.300

94,68

66

NO SASARAN

STRATEGIS NAMA PROGRAM/KEGIATAN

JUMLAH ANGGARAN (Rp)

REALISASI KEUANGAN

(Rp) (%)

1 2 3 4 5 6

9

Kegiatan UKM rujukan sekunder di Balkesmas

200.000.000

182.186.000

91,09

Kesehatan Masyarakat - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Magelang

855.600.000

807.741.665

94,24

10 Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan di UPT

400.000.000

384.349.265

96,09

11 Peningkatan Pelayanan Kesmas di UPT

255.600.000

230.408.700

90,14

12 Kegiatan UKM rujukan sekunder di Balkesmas

200.000.000

192.983.700

96,49

Kesehatan Masyarakat - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Klaten

781.085.000

731.454.500

95,26

13 Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan di UPT

365.560.000

319.262.000

87,34

14 Peningkatan Pelayanan Kesmas di UPT

215.525.000

213.038.500

98,85

15 Kegiatan UKM rujukan sekunder di Balkesmas

200.000.000

199.154.000

99,58

Kesehatan Masyarakat - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Pati

887.420.000

814.900.500

91,51

16 Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan di UPT

390.820.000

371.105.500

94,96

17 Peningkatan Pelayanan Kesmas di UPT

296.600.000

259.887.000

87,62

18 Kegiatan UKM rujukan sekunder di Balkesmas

200.000.000

183.908.000

91,95

Kesehatan Masyarakat - Balai Kesehatan Indera Masyarakat Kelas A

202.425.000

192.462.500

95,08

19 Peningkatan Pelayanan Kesmas di UPT

202.425.000

192.462.500

95,08

Kesehatan Masyarakat - Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan Kelas A

230.000.000

225.517.200

98,05

20 Promosi dan Pemberdayaan Kesehatan di UPT

230.000.000

225.517.200

98,05

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

8.407.180.000

7.076.199.989

90,34

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit - Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

7.907.180.000

6.590.790.893

83,59

21 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

4.461.750.000

3.893.188.528

87,26

22 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

1.185.000.000 1.100.193.990 92,84

23 Suirveilans, Imunisasi dan Penanganan KLB

2.260.430.000

1.597.408.375

70,67

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit - Balai Kesehatan Indera Masyarakat Kelas A

500.000.000

485.409.096

97,08

24 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Indra di BKIM

500.000.000

485.409.096

97,08

67

NO SASARAN

STRATEGIS NAMA PROGRAM/KEGIATAN

JUMLAH ANGGARAN (Rp)

REALISASI KEUANGAN

(Rp) (%)

1 2 3 4 5 6

PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN

296.764.328.000

262.721.861.178

236,65

Pelayanan Kesehatan - Bidang Pelayanan Kesehatan

256.548.528.000

235.865.336.721

263

25 Standarisasi Yankes dan Jamkes 249.888.528.000

230.584.224.500

92,27

26 Pelayanan Kesehatan Rujukan 5.500.000.000

4.180.106.834

76,00

27 Upaya Kesehatan Primer dan Kestrad

1.160.000.000

1.101.005.387

94,91

Pelayanan Kesehatan - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang

5.907.229.000

1.558.792.412

81

28 Upaya penurunan kesakitan dan kematian melalui kegiatan promotif/preventif maupun kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di UPT

3.096.000.000

2.672.740.148

86,33

29 Peningkatan Yankes di UPT 730.000.000 691.333.000 94,70

30 Pengelolaan Jasa Pelayanan di UPT

2.081.229.000

1.312.304.089

63,05

Pelayanan Kesehatan - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Ambarawa

5.620.837.000

4.730.539.946

250

31 Upaya penurunan kesakitan dan kematian melalui kegiatan promotif/preventif maupun kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di UPT

3.529.000.000

3.250.256.636

92,10

32 Peningkatan Yankes di UPT 524.320.000 501.431.485 95,63

33 Pengelolaan Jasa Pelayanan di UPT

1.567.517.000

978.851.825

62,45

Pelayanan Kesehatan - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Magelang

3.675.843.000

2.593.867.535

241

34 Upaya penurunan kesakitan dan kematian melalui kegiatan promotif/preventif maupun kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di UPT

500.000.000

497.704.350

99,54

35 Peningkatan Yankes di UPT 956.460.000 783.156.560 81,88

36 Pengelolaan Jasa Pelayanan di UPT

2.219.383.000

1.313.006.625

59,16

Pelayanan Kesehatan - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Klaten

3.521.167.000

2.082.618.025

239

37 Upaya penurunan kesakitan dan kematian melalui kegiatan promotif/preventif maupun kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di UPT

500.000.000

497.970.000

99,59

38 Peningkatan Yankes di UPT 400.000.000 373.232.000 93,31

39 Pengelolaan Jasa Pelayanan di UPT

2.621.167.000

1.211.416.025

46,22

Pelayanan Kesehatan - Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Pati

5.441.137.000

4.275.298.787

223

68

NO SASARAN

STRATEGIS NAMA PROGRAM/KEGIATAN

JUMLAH ANGGARAN (Rp)

REALISASI KEUANGAN

(Rp) (%)

1 2 3 4 5 6

40

Upaya penurunan kesakitan dan kematian melalui kegiatan promotif/preventif maupun kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di UPT

3.300.000.000

3.093.095.169

93,73

41 Peningkatan Yankes di UPT 603.440.000 516.610.800 85,61

42 Pengelolaan Jasa Pelayanan di UPT

1.537.697.000 665.592.818 43,29

Pelayanan Kesehatan - Balai Kesehatan Indera Masyarakat Kelas A

7.716.916.000

4.121.756.328

135,27

43 Peningkatan Yankes di UPT 1.000.000.000 868.269.114 86,83

44 Pengelolaan Jasa Pelayanan di UPT

6.716.916.000 3.253.487.214 48,44

Pelayanan Kesehatan - Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan Kelas A

8.332.671.000

7.493.651.424

460,89

45 Pelayanan Labkes 961.500.000 916.270.402 95,30

46 Pengujian Alkes 2.000.000.000 1.697.459.363 84,87

47 Pemenuhan sarana prasarana dan Alkes di Balabkes dan PAK

2.999.999.000

2.530.782.090

84,36

48 Peningkatan Yankes di UPT 561.510.000 541.818.400 96,49

49 Pengelolaan Jasa Pelayanan di UPT

1.809.662.000 1.807.321.169 99,87

JUMLAH

324.315.218.000

286.315.262.291

422

Ada kenaikan anggaran APBD Provinsi untuk Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah TA. 2019 dibandingkan tahun 2018 dari

Rp.225.804.305.000,- menjadi Rp.413.197.808.000,-. Anggaran TA 2019

sebesar Rp.413.197.808.000,- digunakan untuk urusan wajib sebesar

Rp.369.117.542.000,- dan non urusan sebesar Rp.44.080.266.000,-.

Realisasi anggaran sebesar Rp.366.130.457.217,- (88,61%) sedangkan

realisasi fisik sebesar 99,62%. Ada efisiensi anggaran sebesar 11,39%.

Dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp.225.804.305.000,- digunakan untuk

urusan wajib sebesar Rp.160.278.192.000,- dan non urusan sebesar

Rp.65.526.113.000,-. Realisasi anggaran sebesar Rp.202.678.242.061,-

(89,76%) sedangkan realisasi fisik sebesar 99,88%. Ada efisiensi anggaran

sebesar 10,24%. Dilihat dari sisi realisasi anggaran tahun 2019, apabila

dibandingkan Tahun 2018 maka ada kenaikan sebesar 1,15%, Tahun 2019

realisasi 88,61% menurun dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar

69

89,76% sedangkan untuk realisasi fisik menurun sebesar 0,26%

dibandingkan tahun 2018 yaitu 99,88% menjadi 99,62% pada tahun 2019.

Realiasi fisik tidak dapat mencapai 100% karena beberapa kegiatan

tidak dapat terlaksana secara maksimal misalnya pada kegiatan pelayanan

kesehatan rujukan SK tim BPRSP terbit di tgl 16 Desember 2019. Belanja

jasa konsultasi Konstruksi (AMDAL) RSUD provinsi dengan unggulan kanker

dan kesehatan Ibu Anak tidak dilaksanakan karena waktu pelaksanaan tidak

memungkinkan karena membutuhkan waktu minimal 6 bulan setelah

penyelesaian DED di akhir bulan Desember 2019. Upaya pemecahannya :

kegiatan akan dilaksanakan di tahun 2020. Selain itu pada kegiatan farmasi,

minuman dan perbekalan kesehatan penyedia tidak dapat menyediakan

barang sesuai dengan waktu yang tertuang di dalam kontrak, sehingga

dilakukan putus kontrak.

70

BAB IV

P E N U T U P

A. TINJAUAN UMUM CAPAIAN KINERJA DINAS KESEHATAN

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebagai OPD teknis yang

mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan, mengkoordinasikan dan

melaksanakan urusan pemerintah di bidang kesehatan mempunyai fungsi

untuk memberikan pelayanan di bidang kesehatan pada masyarakat. Agar

pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut berjalan secara optimal maka

diperlukan pengelolaan SDM, sumber dana dan sarana secara efektif dan

efisien mungkin .

Dengan memperhatiakan uraian dan beberapa data tersebut di atas,

maka dapat dikatakan bahwa Dinas Kesehatan dalam melaksanakan

tugasnya dapat dikatakan berhasil, karena semua target sasaran yang telah

ditetapkan dicapai dengan ketegori Sangat Baik, hal tersebut didukung

dengan data sebagai berikut :

1. Hasil Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dicapai 111,92%, dengan

rincian sasaran 1. (Menurunnya angka kesakitan dan kematian) sebesar

112,59%, sasaran 2. (Meningkatnya akuntabilitas kinerja) sebesar

117,88%, sasaran 3. (Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan yang

memenuhi standar) sebesar 105,30%,

2. Pendapatan yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2019 sebesar Rp. 22.401.725.824,- belum bisa mencapai

target yang ditetapkan sebesar Rp. 30.850.000.000,- hanya teralisasi

sebesar 72,61%, disebabkan keterlambatan pembayaran klaim BPJS di

UPT, adanya aturan baru BPJS (sistem rujukan berjenjang online).

Beberapa pelayanan semula dapat dilaksanakan di Balkesmas dan

BKIM, sekarang dilaksanakan di FKTP; Balkesmas dan BKIM

diklasifikasikan dalam Rumah Sakit Tipe D. Ketentuan yang berlaku saat

ini, FKTP dapat langsung merujuk pasien ke Rumah Sakit Tipe C tanpa

71

melalui RS Tipe D. Hal tersebut mengakibatkan penurunan jumlah

kunjungan pasien di Balkesmas dan BKIM.

3. Anggaran APBD(P) Provinsi untuk Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah TA. 2019 sebesar Rp. 413.197.808.000,-, terealisasi sebesar

Rp. 366.130.457.217,- (88,61%), sedangkan untuk realisasi fisik 99,62%.

Realisasi fisik tidak dapat tercapai 100% karena beberapa kegiatan di

Dinas Kesehatan dan UPT Balkesmas ada yang tidak maksimal dalam

pelaksanaannya karena terkendala kelengkapan dokumen pendukung

dan perubahan fungsi UPT Balkesmas dari pelayanan upaya kesehatan

perorangan menjadi lebih banyak ke upaya kesehatan masyarakat.

B. Strategi Untuk Peningkatan Kinerja di Masa Datang

Isue strategik Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah adalah

menurunkan angka kesakitan dan kematian. Strategi yang diperlukan guna

meningkatkan kinerja Dinas kesehatan dimasa mendatang dalam rangka

menurunkan angka kesakitan dan kematian adalah:

1. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dengan kebijakan:

a. Percepatan Universal Health Coverage (UHC)

b. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan

c. Optimalisasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu

(SPGDT)

d. Health Tourism

e. Sinergitas pengelolaan UKM UKP (RS Tanpa dinding)

f. Pembinaan dan pengawas pelaksanaan dan pencapaian Standar

Pelayanan Minimal (SPM)

2. Peningkatan upaya paradigma sehat dengan kebijakan:

a. Peningkatan Upaya Promotif Preventif melalui GERMAS

b. Peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan lintas sektor

c. Peningkatan kesehatan keluarga

d. Peningkatan kesehatan lingkungan

e. Peningkatan kesehatan kerja dan Olah Raga

72

f. Peningkatan gizi masyarakat

g. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK)

3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan kebijakan:

a. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit menular dan

penyakit tidak menular, napza dan kesehatan jiwa

b. Peningkatan surveilans ketat dan kewaspadaan dini

c. Peningkatan mutu dan cakupan imunisasi

d. Penanggulangan Bencana dan KLB serta krisis bencana

4. Pemenuhan sediaan Farmasi dan perbekalan kesehatan dengan

kebijakan:

a. Penyediaan buffer stock obat program

b. Pemenuhan sarana prasarana (perbekalan kesehatan) sesui standar

c. Pembinaan sarana produksi distribusi kefarmasian

d. Pembinaan sarana pelayanan kefarmasian

e. Pembinaan dan pengawasan industri makanan dan minuman

f. Pembinaan dan pengawasan sarana perbekes

5. Peningkatan Kualitas SDM kesehatan dengan kebijakan:

a. Penguatan perencanaan SDM Kesehatan

b. Peningkatan diklat

c. Penguatan pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan

Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 untuk

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, semoga dapat menjadi bahan

pertimbangan/ evaluasi untuk kegiatan/ kinerja yang akan datang.

Semarang, Februari 2020