ii · 2019-08-01 · Governance), Pedoman Perilaku (Code of Conduct) serta nilai - nilai yang...

25

Transcript of ii · 2019-08-01 · Governance), Pedoman Perilaku (Code of Conduct) serta nilai - nilai yang...

i

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Kegiatan bisnis umumnya melibatkan banyak pihak terutama pihak yang berasal dari eksternal

perusahaan, dalam hubungan tersebut penting untuk menjalin kerjasama dan hubungan tersebut

penting untuk menjalin kerjasama dan hubungan yang harmonis, serasi berkesinambungan dan

sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Salah

satu hal yang sering tidak terhindarkan dalam hubunganbisnis adalah pemberian dan/atau

permintaan Gratifikasi dari salah satu pihak kepada pihak lainnya. Dalam pelaksanaan bisnis

diperusahaan Insan PT. Kawasan Industri Medan (Persero) juga tidak terhindarkan dari Gratifikasi

dan berpotensi menimbulkan benturan kepentingan yang dapat mempengaruhi independensi,

objektivitas maupun profesionalisme dalam pengambilan keputusan.

Dengan terdapatnya potensi resiko tersebut, maka untuk menjaga hubungan dengan pemangku

kepentingan tetap harmonis, dipandang perlu untuk dilakukan Pengaturan Pedoman Pengendalian

Gratifikasi yang selaras dengan Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance), Pedoman Perilaku (Code of Conduct) serta nilai - nilai yang berlaku di Perusahaan.

Pengaturan ini penting untuk mendorong terwujudnya peningkatan integritas di lingkungan PT.

Kawasan Industri Medan (Persero) sehingga perlu dibudayakan di lingkungan Perusahaan sebagai

suatu proses pembelajaran bagi insan PT. Kawasan Industri Medan (Persero) yang mempuyai harkat,

martabat dan citra yang tinggi dalam hubungan bisnis dengan para pemangku kepentingan.

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 1

B. ACUAN PENYUSUNAN PEDOMAN ........................................................................................ 1

C. ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN.................................................................................... 2

D. PRINSIP PENGENDALIAN GRAFIKASI .................................................................................. 3

E. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................................................... 4

F. RUANG LINGKUP PEDOMAN ................................................................................................ 4

G. PERNYATAAN KOMITMEN INSAN PERUSAHAAN ............................................................... 4

BAB II GRATIFIKASI ........................................................................................................................... 5

A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG GRATIFIKASI .................................... 5

B. PENERIMA GRATIFIKASI YANG WAJIB MELAPORKAN GRATIFIKASI ............................... 6

C. PRINSIP DASAR ..................................................................................................................... 7

D. MENGIDENTIFIKASI GRATIFIKASI YANG DILARANG (ILEGAL) .......................................... 8

E. PENERIMAAN/PEMBERIAN GRATIFIKASI YANG DIANGGAP SUAP................................. 11

F. BATASAN PENERIMAAN HADIAH/CINDERAMATA/HIBURAN ........................................... 12

G. BATASAN PEMBERIAN GRATIFIKASI ................................................................................. 13

H. GRATIFIKASI YANG TIDAK PERLU DILAPORKAN ............................................................. 14

BAB III PENGENDALIAN GRATIFIKASI ........................................................................................... 15

A. PENGENDALIAN APABILA MENERIMA GRATIFIKASI ........................................................ 15

B. MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI............................................................................ 15

C. PEMANTAUAN ATAS PELAKSANAAN KETENTUAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI ...... 16

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 18

A. KONDISI YANG BELUM DIATUR DALAM PEDOMAN INI .................................................... 18

B. SANKSI ATAS PENYIMPANGAN KETENTUAN GRATIFIKASI ............................................ 18

vi

DAFTAR SINGKATAN

BI : Bank Indonesia

BUMD : Badan Usaha Milik Daerah

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

GCG : Good Corporate Governance

KA : Kejaksaan Agung

KKN : Korupsi Kolusi dan Nepotisme

KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi

MA : Mahkamah Agung

MK : Mahkamah Konstitusi

MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat

PEMDA : Pemerintah Daerah

POLRI : Kepolisian Republik Indonesia

TNI : Tentara Nasional Indonesia

UU : Undang-Undang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

PT Kawasan Industri Medan (Persero)yang selanjutnya disebut”Perusahaan”terus

melaksanakan penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance) (“GCG”) secara konsisten dan berkesinambungan untuk meningkatkan nilai

Perusahaan serta pertumbuhan bisnis jangka panjang Perusahaan yang merupakan salah satu

usaha dalam meningkatkan kepercayaan segenap pemangku kepentingan (stakeholders).

Pada hakekatnya pengelolaan bisnis Perusahaan harus mengutamakan pengelolaan bisnis

yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (“KKN”), yang berarti pengelolaan bisnis

Perusahaan bukan hanya untuk mengejar keuntungan Perusahaan saja, namun dengan tetap

memperhatikan prinsip prinsip GCG yang penuh amanah,transparan dan akuntabel.

Dalam pelaksanaan kegiatan bisnis Perusahaan pada umumnya tidak terlepas dari hubungan

dan interaksi antara para pihak, baik internal maupun eksternal yang saling menjalin kerjasama

yang harmonis, serasi dan berkesinambungan dengan tidak melupakan etika dan prinsip-

prinsip GCG.Terkait dengan hubungan bisnis, maka hal yang sering terjadi dalam praktek

kegiatan kerja sehari - hari selalu muncul dan tidak terhindarkan adalah adanya Gratifikasi dari

satu pihak kepada pihak yang lainnya. Oleh sebab itu untuk menjaga hubungan bisnis dengan

para pemangku kepentingan, maka perlu diatur hal- hal yang terkait dengan Gratifikasi dan tata

cara atau mekanisme pelaporannya dilingkungan Perusahaan.

Untuk mewujudkan pengelolaan bisnis Perusahaan yang penuh amanah, transparan dan

akuntabel, maka Perusahaan menyadari pentingnya pelaksanaan sikap yang tegas terhadap

penanganan, Gratifikasi yang melibatkanInsan Perusahaan, meskipun dalam kegiatan usaha

Perusahaan, Gratifikasi merupakan hal yang mungkin sulit dihindari oleh Insan Perusahaan.

Hal ini penting untuk dibudayakan dilingkungan perusahaan sebagai suatu proses

pembelajaran bagiInsan Perusahaan yang mempunyai harkat, martabat dan citra yang tinggi

dalam hubungan bisnis dengan para pemangku kepentingan. Untuk menangani hal tersebut,

maka disusunlah Pedoman Pengendalian Gratifikasi padaPerusahaan yang selaras dengan

Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) dan Pedoman Perilaku

(Code of Conduct) serta nilai nilai yang berlaku di Perusahaan.

B. ACUAN PENYUSUNAN PEDOMAN

1. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebasdari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (“UU 28/1999”);

2. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU 31/1999 jo. UU

20/2001”);

3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (“UU 30/2002”);

4. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (“UU 19/2003”);

5. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU 40/2007”);

2

6. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-09/MBU/2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-01/MBU/2011

tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)

pada Badan Usaha Milik Negara (“Permen BUMN 09/2012”);

7. Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara No. SK 16/S.MBU/2012

tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola

Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara;

8. Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi No.B-143/01-13/01/2013 tentang

Himbauan Terkait Gratifikasi;

9. Buku Saku Memahami Gratifikasi diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

Republik Indonesia;

10. Anggaran Dasar Perusahaan; dan

11. Ketentuan-Ketentuan Penanganan Gratifikasi padaPerusahaan.

C. ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN

1. Atasan Langsung adalah pimpinan langsung karyawan pada unit/bagian/lingkup

kerjanya.

2. Benturan Kepentingan adalah situasi dimana terdapat konflik kepentingan Insan

Perusahaan memanfaatkan kedudukan dan wewenang yang dimilikinya (baik sengaja

maupun tidak sengaja) dalam Perusahaan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan

golongannya sehingga tugas diamanatkan tidak dapat dilaksanakan dengan objektif dan

berpotensi merugikan Perusahaan.

3. Dewan Komisaris adalah organ Perusahaan yang bertugas melaksanakan pengawasan

sesuai Anggaran Dasar Perusahaan.

4. Direksi adalah organ Perusahaan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas

pengurusan Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan, sesuai dengan maksud dan

tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar

pengendalian sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

5. Gratifikasi adalah adalah suatu pemberian dan atau penerimaan Hadiah /Cinderamata

dan Hiburan, baik yang diterima di dalam negeri maupun diluar negeri, dan yang

dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik,yang

dilakukan oleh Insan Perusahaan terkait dengan wewenang/jabatannya di Perusahaan,

sehingga dapat menimbulkan Benturan Kepentingan yang mempengaruhi

indenpendensi, objektifitas maupun profesionalisme Insan Perusahaan.

6. Hadiah/Cinderamataadalah objek dari Gratifikasi dalam arti luas,yakni meliputi uang,

barang,rabat(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas

penginapan, perjalanan wisata,pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya.

7. Hiburanadalah segala sesuatu yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang

dapat menjadi penghibur dan menyenangkan bagi seseorang yang meliputi namun tidak

terbatas pada undangan makan, musik, film, opera, drama, pesta, permainan, olahraga,

wisata dan lainnya.

8. Insan Perusahaan adalah Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh karyawan Perusahaan,

termasuk karyawan yang ditugaskan dianak Perusahaan dan instansi lainnya, serta

personil lainnya yang secara langsung bekerja untuk dan atas nama Perusahaan.

9. Karyawan adalah karyawan Perusahaan.

10. Keluarga Inti adalah anak suami atau istri dan anak-anak (baik anak kandung, anak

angkat, anak tiri, anak menantu) dari insan Perusahaan.

3

11. Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”) adalah lembaga negara yang dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun.

12. Lembaga Sosial adalah lembaga atau tempat namun tidak terbatas seperti panti asuhan

dan panti jompo.

13. Mitra Usaha adalah pihak perseorangan maupun perusahaan yang menjalin kerjasama

bisnis berdasarkan potensi dan kelayakan yang saling menguntungkan dengan

Perusahaan

14. Pedoman Pengendalian Gratifikasi adalah serangkaian acuan yang memuat pengaturan

kegiatan yang berkesinambungan dengan peran serta aktif Perusahaan dan mitra

bersama Perusahaan untuk mengendalikan Gratifikasi.

15. Pelapor adalah wajib lapor Gratifikasi yang menyampaikan laporan atas penolakan,

penerimaan, dan pemberian atas Hadiah/Cinderamata/Hiburan.

16. Penyalahgunaan Jabatan/Kewenangan adalah tindakan melawan hukum dan atau

menyimpang dari tujuan kewenangan/jabatan tersebut yang diberikan oleh Undang-

Undang atau peraturan lainnya, dan/atau menyalagunakan prosedur yang seharusnya,

yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dan atau keluarga dan atau

kelompoknya.

17. Pihak Ketiga adalah orang perseorangan dan atau badan hukum yang memiliki atau

tidak memiliki hubungan bisnis dengan Perusahaan atau merupakan pesaing

Perusahaan maupun mitra kerja Pihak Ketiga.

18. Suap adalah setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada

Karyawan/Pejabat/Direksi/Komisaris Perusahaan untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu dengan kewenangan jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

D. PRINSIP PENGENDALIAN GRAFIKASI

Perusahaan dalam menyusun Pedoman Pengendalian Gratifikasi ini dilandasi oleh sikap

berikut:

1. Selalu mengutamakan kepatuhan pada hukum dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta mengindahkan norma-norma yang berlaku pada masyarakat dimana

Perusahaan beroperasi.

2. Senantiasa berupaya menghindari Gratifikasi, KKN serta selalu mengutamakan

kepentingan Perusahaan diatas kepentingan pribadi, keluarga, kelompok ataupun

golongan.

3. Selalu berusaha menerapkan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas,

pertanggungjawaban serta keadilan dalam mengelola Perusahaan.

4. Selalu berusaha untuk menjalankan kegiatan usaha Perusahaan berdasarkan Pedoman

Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) dan Pedoman Perilaku (Code

of Conduct) yang berlaku di Perusahaan.

5. Penanganan Gratifikasi menjadi sangat penting bagi Perusahaan karena Gratifikasi

tersebut dapat menjadi tindak pidana suap dan merupakan salah satu tindakan Korupsi

yang dapat memberikan dampak hukum sekaligus pencitraan negatif bagi Perusahaan.

Suatu Gratifikasi akan berubah menjadi tindak pidana suap apabila memenuhi unsur-

unsur sebagai berikut:

a. Gratifikasi tersebut berhubungan dengan wewenang/jabatan Insan Perusahaan di

Perusahaan; dan

4

b. Gratifikasi yang berupa penerimaan Hadiah/Cinderamata dan Hiburan tidak

dilaporkan kepada atasan langsung.

E. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Sebagai Pedoman bagi Insan Perusahaan untuk memahami, mencegah dan

menanggulangi Gratifikasi di Perusahaan.

2. Sebagai Pedoman bagi Insan Perusahaan dalam mengambil sikap yang tegas terhadap

Gratifikasi di Perusahaan untuk mewujudkan pengelolaan Perusahaan yang baik.

3. Memberikan panduan bagi Insan Perusahaan mengenai pentingnya kepatuhan

melaporkan Gratifikasi untuk perlindungan dirinya sendiri maupun keluarganya dari

peluang dikenakannya tuduhan tindak pidana suap.

4. Mewujudkan pengelolaan Perusahaan yang bebas dari segala bentuk KKN.

5. Membentuk lingkungan Perusahaan yang sadar dan terkendali dalam penanganan

Gratifikasi sehingga praktek keterbukaan dan akuntabilitas dalam menjalankan

operasional Perusahaan dapat berjalan dengan baik.

F. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Pedoman ini mengatur mengenai hal-hal yang terkait dengan Gratifikasi yaitu landasan hukum

pengaturan Gratifikasi, mengidentifikasi Gratifikasi, penerimaan, pemberian, penolakan,

pelaporan, pemantauan dan sanksi atas penyimpangan ketentuan Gratifikasi.

G. PERNYATAAN KOMITMEN INSAN PERUSAHAAN

Seluruh insan Perusahaan berkomitmen untuk:

a. Senantiasa secara konsisten bertanggung jawab mematuhi dan menjalankan pedoman

ini secara profesional;

b. Melaksanakan tugasnya, sesuai dengan prosedur yang berlaku di Perusahaan, secara

beretika serta mematuhi ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan; dan

c. Menjaga dan mempertahankan citra dan reputasi Perusahaan.

5

BAB II GRATIFIKASI

A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG GRATIFIKASI

Pasal 12B UU 20/2001 menyatakan:

(1) Setiap Gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap

pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan

kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. yang nilainya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa

Gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima Gratifikasi;

b. yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa

Gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

(2) UU 20/2001menyatakan pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana

denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Penjelasan Pasal 12B ayat (1) UU 20/2001 menyatakan, yang dimaksud dengan Gratifikasi

adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),

komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,

pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya, Gratifikasi tersebut baik yang diterima didalam

negeri maupun diluar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau

tanpa sarana elektronik

Pasal 12C UU 20/2001 menyatakan:

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jika

penerima melaporkan Gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh

penerima Gratifikasi paling lambat 30(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal

Gratifikasi tersebut diterima.

(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan Gratifikasi dapat

menjadi milik penerima atau milik negara.

(4) Ketentuan mengenai tata caras penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) dan penentuan status Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur

dalam Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Halaman 3 Buku Saku Memahami Gratifikasi menyatakan:

Apabila dicermati penjelasan pasal 12 B Ayat (1) diatas, kalimat yang termasuk definisi

Gratifikasi adalah sebatas kalimat: pemberian dalam arti luas, sedangkan kalimat setelah itu

merupakan bentuk-bentuk Gratifikasi.Dari penjelasan pasal 12B ayat (1) juga dapat dilihat

bahwa pengertian Gratifikasi mempunyai makna yang netral,artinya tidak terdapat makna

tercela atau negatif dari kata Gratifikasi tersebut. Apabila penjelasan ini dihubungkan dengan

rumusan pasal 12 B dapat dipahami bahwa tidak semua Gratifikasi itu bertentangan dengan

hukum, melainkan hanya Gratifikasi yang memenuhi kriteria dalam unsur pasal 12B saja.

6

B. PENERIMA GRATIFIKASI YANG WAJIB MELAPORKAN GRATIFIKASI

Penerimaan Gratifikasi oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara wajib dilaporkan

kepada Komisi Pemberantasan Korupsi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung

sejak tanggal Gratifikasi tersebut diterima. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tercantum

dalam Pasal 12C ayat (2) UU 31/1999 jo. UU 20/2001 bahwa penyampaian laporan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh penerima Gratifikasi paling lambat

30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal Gratifikasi tersebut diterima.

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, penyelenggara

negara meliputi:

1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;

2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;

3. Menteri;

4. Gubernur;

5. Hakim;

6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang

berlaku; dan

7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang PenyelenggaraanNegara yang

Bersih dan Bebas dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sehubungan dengan:

Pasal 2 angka 6

Yang dimaksud dengan pejabat negara yang lain dalam ketentuan ini misalnya Kepala

Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar

Biasa dan Berkuasa Penuh, Wakil Gubernur, dan Bupati/Walikotamadya

Pasal 2 angka 7

Yang dimaksud dengan pejabat lain yang memiliki fungsi strategis adalah pejabat yang tugas

dan wewenangnya didalam melakukan penyelenggaraan negara rawan terhadap praktek

KKN, yang meliputi:

1. Direksi, Komisaris danpejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik Negara dan

Badan Usaha Milik Daerah;

2. Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan Nasional;

3. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;

4. Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil,militer,kepolisian

Negara Republik Indonesia;

5. Jaksa;

6. Penyidik;

7. Panitera Pengadilan; dan

8. Pemimpindan bendaharawan Proyek

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU 20/2001, yang dimaksud pegawai negeri meliputi:

1. Pegawai pada Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi;

2. Pegawai pada Kementrian/Departemen &Lembaga Pemerintah Non Departemen;

3. Pegawai pada Kejaksaan Agung;

4. Pegawai pada Bank Indonesia;

5. Pimpinan dan Pegawai pada sekretariat MPR/DPR/DPD/DPRD Provinsi /Dati II;

7

6. Pegawai dari Perguruan Tinggi;

7. Pegawai pada Komisi atau badan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Kepres

maupun PP;

8. Pimpinan dan Pegawai pada Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Sekretariat

Kabinet dan Sekretariat Militer;

9. Pegawai pada BUMN dan BUMD;

10. Pegawai pada Badan Peradilan;

11. Anggota TNI dan POLRI Serta PegawaiSipil dilingkungan TNI dan POLRI; dan

12. Pimpinan dan Pegawai dilingkungan Pemda Dati I dan Dati II.

Halam 1 Buku Saku Memahami Gratifikasi menyatakan:

Dalam Pasal 12 BUU 20/2001, perbuatan penerimaan Gratifikasi oleh pegawai negeri atau

penyelenggara negara yang dianggap sebagai perbuatan suap apabila pemberian tersebut

dilakukan karena berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau

tugasnya. Terbentuknya peraturan tentang Gratifikasi ini merupakan bentuk kesadaran bahwa

Gratifikasi dapat mempunyai dampak yang negatif dan dapat disalahgunakan, khususnya

dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga unsur ini diatur dalam perundang-

undangan mengenai tindak pidana korupsi. Diharapkan jika budaya pemberian dan penerimaan

Gratifikasi kepada/oleh penyelenggara negara dan pegawai negeri dapat dihentikan, maka

tindak pidana pemerasan dan suap dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan.

C. PRINSIP DASAR

1. Pemberian Hadiah/Cinderamata dan Hiburan

Semua Insan Perusahaan dilarang baik secara langsung atau tidak langsung memberi

Hadiah/Cinderamata dan atau Hiburan kepada setiap pihak yang memiliki hubungan

bisnis atau pesaing Perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, atau

sesuatu hal yang tidak dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, atau untuk mempengaruhi pihak dimaksud untuk melakukan dan/atau tidak

melakukan suatu hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya.

2. Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan Hiburan

Semua Insan Perusahaan yang karena jabatannya dan atau anggota keluarganya

(keluarga inti) , dilarang untuk menerima atau meminta baik secara langsung atau tidak

langsung Hadiah/Cinderamata dan atau Hiburan dari setiap pihak yang memiliki

hubungan bisnis atau pesaingPerusahaan, yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi,atau sesuatu hal yang tidak dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku,atau untuk mempengaruhi pihak dimaksud untuk melakukan

dan/atau tidak melakukan suatu hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya. Apabila

ditawarkan/diberikan Hadiah/Cinderamata dan atau hiburan yang tidak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Pedoman ini, Insan Perusahaan wajib melakukan

penolakandengan cara santun terhadap tawaran/pemberian dimaksud, dengan

memberikan penjelasan terhadap kebijakan dan aturan ini kepada Pihak Ketiga.

8

D. MENGIDENTIFIKASI GRATIFIKASI YANG DILARANG (ILEGAL)

Bagi Insan Perusahaan yang ingin mengidentifikasi dan menilai apakah suatu pemberian yang

diterimanya cenderung ke arah Gratifikasi ilegal/suap atau legal, dapat berpedoman pada

pertanyaan yang sifatnya reflektif sebagai berikut:

No Pertanyaan Reflektif

(Pertanyaan Kepada Diri Sendiri)

Jawaban

(Apakah Pemberian Cenderung ke

Arah Gratifikasi Ilegal/suap atau legal)

1 Apakah motif dari pemberian hadiah yang

diberikan oleh pihak pemberi kepada Anda?

Jika motifnya menurut dugaan anda

adalah ditujukan untuk mempengaruhi

keputusan Anda sebagai Insan

Perusahaan, maka pemberian tersebut

dapat dikatakan cenderung kearah

Gratifikasi ilegal dan sebaiknya Anda

tolak.

Seandainya „karena terpaksa oleh

keadaan‟ Gratifikasi diterima, sebaiknya

segera melaporkan ke KPK atau melalui

Biro Sistem dan Kepatuhan.

2 A. Apakah pemberian tersebut diberikan oleh

pemberi yang memiliki hubungan

kekuasaan/posisi setara dengan Anda

atau tidak?

Misalnya pemberian tersebut diberikan

oleh bawahan, atasan atau pihak lain

yang tidak setara secara

kedudukan/posisi baik dalam lingkup

hubungan kerja atau konteks sosial yang

terkait kerja.

Jika jawabannya adalah ya (memiliki

posisi setara), maka bisa jadi

kemungkinan pemberian atas dasar

pertemanan atau kekerabatan

(sosial), meski demikian untuk

berjaga jaga ada baiknya Anda

mencoba menjawab pertanyaan 2b

Jika jawabannya tidak (memiliki posisi

tidak setara) maka Anda perlu mulai

meningkatkan kewaspadaan

B. Apakah terdapat hubungan relasi kuasa

yang bersifat strategis?

Artinya terdapat kaitan berkenan

dengan/menyangkut akses ke aset-aset

dan kontrol atas aset-aset sumber daya

strategis ekonomi, politik, sosial, dan

budaya yang Anda miliki akibat posisi

anda saat ini seperti misalnya sebagai

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa atau

lainnya.

Mengenai motifpemberiandan

menanyakan pertanyaan 2b untuk

mendapatkan pemahaman lebih lanjut.

Jika jawabannya ya, maka pemberian

tersebut patut Anda duga dan waspadai

sebagai pemberian yang cenderung

kearah Gratifikasi ilegal.

3 Apakah pemberian tersebut memiliki potensi

menimbulkan konflik kepentingan saat ini

maupun dimasa mendatang?

Jika jawabannya ya, maka sebaiknya

pemberian tersebut anda tolak

dengancara yang baik dan sedapat

mungkin tidak menyinggung.

Jika pemberian tersebut tidak dapat

ditolak karena keadaan tertentu maka

pemberian tersebut sebaiknya

dilaporkan dan dikonsultasikan ke

KPK untuk menghindari fitnah atau

9

memberikan kepastian jawaban

mengenai status tersebut.

4 Bagaimana metode pemberian dilakukan?

terbuka atau rahasia?

Anda patut mewaspadai Gratifikasi yang

diberikan secara tidak langsung, apalagi

dengan cara yang bersifat sembunyi-

sembunyi (rahasia). Adanya metode

pemberian ini mengindikasikan bahwa

pemberian tersebut cenderung kearah

Gratifikasi Ilegal.

5 Bagaimana kepantasan/kewajaran nilai

frekuensi pemberian yang diterima(secara

sosial)?

Jika pemberian tersebut diatas nilai

kewajaran yang berlaku dimasyarakat

ataupun frekuensi pemberian yang terlalu

sering sehingga membuat orang

menduga ada sesuatu dibalik pemberian

tersebut maka pemberian tersebut

sebaiknya Anda laporkan ke KPK atau

sedapat mungkin Anda tolak.

Pertanyaan reflektif ini dapat digunakan untuk Gratifikasi/pemberian hadiah yang diberi dalam semua

situasi, tidak terkecuali pemberian padasituasi yang secara sosial wajar dilakukan seperti pemberian

Hadiah/Gratifikasi pada acara pernikahan, pertunangan, ulang tahun, perpisahan, syukuran, khitanan

atau acara lainnya.

Perbedaan karakteristik antara hadiah yang legal dan ilegal dapat dilihat secara ringkas pada tabel

berikut:

Karakteristik Hadiah Legal Hadiah Ilegal

Tujuan/Motif

Pemberian

Ditujukan untuk menjalankan

hubungan baik, menghormati martabat

seseorang, memenuhi tuntunan

agama, dan mengembangkan

berbagai bentuk prilaku simbolis

(diberikan karena alasan dibenarkan

secara sosial)

Ditujukan untuk mempengaruhi

keputusan dan diberikan karena

apa yang dikendalikan/dikuasai

oleh penerima (wewenang yang

melekat pada jabatan, sumber

daya lainnya)

Hubungan antara

Pemberian dan

Penerima*

Setara Timpang

Hubungan yang

bersifat strategis

Umumnya tidak ada Pasti ada

Timbulnya Konflik

Kepentingan

Umumnya tidak ada Pasti ada

Situasi Acara-acara yang sifatnya berakar Bukan merupakan peristiwa kolektif

10

Pemberian

pada adat istiadat dan peristiwa

kolektif

meski bisa saja pemberian

diberikan pada acara sosial

Resiprositas (Timbal

balik)

Bersifat ambigu dalam perspektif bisa

resiprokal & kadang-kadang tidak

resiprokal

Resiprositas secara alami

Kesenjangan Waktu Memungkinkan kesenjangan waktu

yang panjang pada saat pemberian

kembali (membalas pemberian)

Tidak memungkinkan ada

kesenjangan waktu yang panjang

Sifat hubungan Aliansi sosial untuk mencari

pengakuan sosial

Patronase dan seringkali

nepotisme dan ikatan serupa ini

penting untuk mencapai tujuan

Ikatan yang

Terbentuk

Sifatnya jangka panjang dan

emosional

Sifatnya jangka pendek dan

transaksional

Kecenderungan

adanya

Sirkulasi/Produk

Terjadi sirkulasi barang/produk Tidak terjadi sirkulasi

barang/produk

Nilai atau Harga dari

Pemberian

Menitikberatkan pada nilai instrinsik

sosial

Menekankan pada nilai moneter

Metode pemberian Umumnya langsung dan bersifat

terbuka

Umumnya tidak langsung (melalui

agen/perantara) dan bersifat

tertutup/rahasia

Mekanisme

Penentuan

Nilai/harga

Berdasarkan kewajiban/kepantasan

secara sosial (masyarakat)

Ditentukan oleh pihak-pihak yang

terlibat

Akuntabilitas Sosial Akuntabilitas dalam arti sosial Tidak akuntabel secara sosial

Ada tiga model hubungan:

(1) Vertikal dominatif (seperti hubungan atasan bawahan);

(2) Diagonal (seperti petugas layanan publik-pengguna layanan publik); dan

(3) Setara (seperti antara teman dan antar tetangga) Dua yang pertama adalah relasi-kuasa yang

timpang

**Strategis artinya berkenaan dengan/menyangkut akses ke aset-aset dan kontrol atas aset-aset

Sumber Daya Strategis Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya. Ketimpangan strategis ini biasanya

antar posisi strategis yang terhubungkan lewat hubungan strategis. Sebagai contoh adalah hubungan

antara seseorang yang menduduki posisi strategis sebagai Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

dengan Peserta Lelang Pengadaan Barang dan Jasa. Pada posisi ini terdapat hubungan strategis

dimana sebagai Panitia Pengadaan Barang dan Jasa seseorang memiliki kewenangan untuk

11

melakukan pengalokasian/pendistribusi aset-aset sumber daya strategis yang dipercayakan

kepadanya pada pihak lain, sedangkan dilain sisi peserta lelang berkepentingan terhadap sumber

daya yang dikuasai oleh panitia tersebut.

E. PENERIMAAN/PEMBERIAN GRATIFIKASI YANG DIANGGAP SUAP

1. Insan Perusahaan DILARANG menerima/memberikan Gratifikasi atas inisiatif sendiri

maupun pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung yang berhubungan

dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajibannya atau tugasnya, seperti:

a. Menerima atau memberikan uang/barang/fasilitas lainnya dalam rangka

mempengaruhi kebijakan/keputusan perilaku pemangku kepentingan (stakeholders);

b. Menerima atau memberikan uang/barang/fasilitas lainnya berapapun nilainya dalam

setiap pelayanan terkait dengan tugas, wewenang atau tanggungjawabnya;

c. Menerima atau memberikan uang/barang/fasilitas lainnya selama kunjungan dinas;

d. Menerima atau memberikan uang/barang/fasilitas lainnya dalam proses penerimaan

karyawan/promosi/transfer karir;

e. Menerima uang/barang/fasilitas lainnya, termasuk tapi tidak terbatas pada voucher

dan cek, yang diberikan kepada Insan Perusahaan sebagai ucapan terimakasih dari

Pihak Ketiga yang terkait dengan prosesPengadaan Barang dan Jasa di Perusahaan,

sehubungan dengan telah terpilihnya atau telah selesainya suatu Pekerjaan di

Perusahaan;

f. Pemberian tidak resmi dalam bentuk uang /barang/fasilitas sebagai tanda terimakasih

kepada Insan Perusahaan yang diberikan oleh Pihak Ketiga terkait dengan proses

pemeriksaan kelayakan pekerjaan dan atau proses persetujuan atas pekerjaan yang

dilakukan oleh Pihak Ketiga di Perusahaan;

g. Menjanjikan, menawarkan atau memberikan Gratifikasi kepada Pihak Ketiga secara

menyimpang dari ketentuan yang diatur dalam Pedoman ini dan peraturan

perundang-undangan;

h. Menyuap atau memberikan sesuatu dalam bentuk apapun kepada Pihak Ketiga,

termaksud tapi tidak terbatas pada pejabat pada suatu instansi dengan maksud untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan;

i. Menerima pinjaman dari Bank atau lembaga keuangan lainnya yang diterima karena

Jabatan dan kewenangan dari Insan Perusahaan dan tidak berlaku bagi masyarakat

umum;

j. Menerima keuntungan seperti jumlah/presentase bunga khusus atau diskon

komersial yang diterima Insan Perusahaan karena hubungan pribadi atau jabatan dan

tidak berlaku bagi masyarakat umum;

k. Menerima makanan, minuman atau hiburan yang diberikan secara khusus karena

jabatan atau kewenanganInsan Perusahaan yang bersangkutan, yang dilakukan

diluar dan tidak berhubungan dengan tugas kedinasan;

l. Pemberian parsel dalam bentuk apapun kepada Insan Perusahaan dari Pihak Ketiga

atau dari Insan Perusahaan kepada Pihak Ketiga sehubungan dengan perayaan Hari

Raya Keagamaan;

m. Memberi bantuan kepada Pihak Ketiga dengan menggunakan harta/dana/fasilitas

Perusahaan untuk dan atas nama pribadi; dan

n. Memberi sesuatu dalam bentuk apapun kepada sesama Insan Perusahaan dan atau

Pihak Ketiga yang merupakan aset/harta/fasilitas milik Perusahaan tanpa

terdokumentasi dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

12

2. Setiap Gratifikasi yang menurut pedoman ini dianggap sebagai suap harus DITOLAK,

kecuali jika situasi pada saat itu tidak memungkinkan bagi Insan Perusahaan yang

bersangkutan untuk menolaknya.Situasi dimaksud diantaranya:

a. Jika Insan Perusahaan tersebut tidak mengetahui pelaksanaan pemberiannya, waktu

dan lokasi diberikannya Gratifikasi, serta tidak mengetahui identitas dan alamat Pihak

Ketiga; dan

b. Jika tindakan penolakan dapat menyebabkan terganggunya hubungan baik antara

Perusahaan denganPihak Ketiga, dimana pemberian tersebut bukan dalam bentuk

uang dan setara uang yang nilainya tidak melebihi Rp1.000.000,- (satu juta rupiah),

dari masing-masing Pihak Ketiga.

Untuk kondisi tersebut diatas, Insan Perusahaan berkewajiban untuk membuat laporan

tertulis atas Gratifikasi yang diterimanya kepada Unit Pengelola Gratifikasi Biro Sistem

dan Kepatuhan.

F. BATASAN PENERIMAAN HADIAH/CINDERAMATA/HIBURAN

Hadiah/Cinderamata dan/atau Hadiah yang boleh diterima Insan Perusahaan adalah sebagai

berikut:

1. Menerima Hadiah/Cinderamata yang mencantumkan logo/nama perusahaan pemberi,

dengan batasan-batasan yang harus dipenuhi seluruhnya sebagai berikut:

a. logo, nama perusahaan/pihak yang memberikan benda-benda dimaksud merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan/promosi perusahaan pemberidan

merupakan benda-bendayang lazim sebagai bentuk promosi perusahaan;

b. Benda-benda yang tidak memiliki nilai finansial yang tinggi, seperti buku, compact

disc dan sebagainya; dan

c. Bukan berupa pemberian yang melanggar kesusilaan dan hukum.

2. Menerima honorarium sebagai pembicara, narasumber yang diundang secara resmi oleh

Pihak Ketiga diperbolehkan, sebagai apresiasi atas sumbangan pemikiran dan keahlian

yang telah diberikan, sepanjang pemberian tersebut tidak bermaksud untuk

mempengaruhi Insan Perusahaan untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu

hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya.

3. Menerima Hadiah/Cinderamata berupa barang/uang/setara uang, DIPERBOLEHKAN

dalam hal Insan Perusahaan menyelenggarakan acara Pernikahan, Khitanan, Kelahiran,

atau terkait dengan musibah, dengan nilai pemberian maksimum sebesar Rp1.000.000,-

(satu juta rupiah) setiap acara, sepanjang pemberian tersebut tidak bermaksud untuk

mempengaruhi Insan Perusahaan, untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu

hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya.

4. Menerima Hiburan yang masih dalam batas kewajaran, dengan memenuhi batasan

secarakeseluruhan, sebagai berikut:

(1) Hiburan tidak dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemberi kepada Insan

Perusahaan atau anggota keluarganya;

(2) Bila penolakan terhadap Hiburan dimaksud dikhawatirkan dapat mempengaruhi

hubungan bisnis secara institusi antara Perusahaan dengan Pihak Ketiga yang

menawarkan Hiburan;

(3) Tidak mengganggu waktu kerja Insan Perusahaan yang bersangkutan; dan

(4) Tidak melakukan pembicaraan mengenai pemberian informasi internal Perusahaan

yang dapat menimbulkan kecurangan dan Benturan Kepentingan

13

5. Dalam kondisi tertentu dimana Insan Perusahaan tidak dapat menghindar untuk

menerima pemberian dari Pihak Ketiga dan/atau pada posisi dimana barang/uang/setara

uang atau dalam bentuk apapun, pemberian tersebut sudah ada disuatu tempat yang

dititipkan kepada atau melalui orang lain tanpa sepengetahuan Insan Perusahaan

tersebut, maka yang bersangkutan wajib mengembalikannya. Apabila hal ini tidak

mungkin dilakukan, maka yang bersangkutan harus segera melaporkan kepada Atasan

Langsung secara tertulis sesuai mekanisme yang diatur dalam Pedoman ini.

G. BATASAN PEMBERIAN GRATIFIKASI

1. Insan Perusahaan dapat memberikan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan kepada

pihak lain dengan syarat:

a. Untuk menunjang kepentingan Perusahaan dalam rangka interaksi sosial dan

membina hubungan yang baik antara Perusahaan dan Mitra Usaha secara sehat dan

wajar serta dapat dipertanggungjawabkan, dilaksanakan dengan batas-batas wajar

ditempat terhormat yang tidak menimbulkan citra negatif terhadap Perusahaan dan

tanpa menimbulkan Benturan Kepentingan yang berlawanan dengan kewajiban atau

tugasnya atau yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan

mempengaruhi kegiatan usaha;

b. Pemberian Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan TIDAK DIPERBOLEHKAN dalam

bentuk uang tunai (cash payment);

c. Pemberian Hadiah/Cinderamata dan/ atau Hiburan TIDAK DIPERBOLEHKAN dalam

bentuk-bentuk yang melanggar kesusilaan dan hukum;

d. Pemberian Hadiah/Cinderamata berupa barang yang dimaksudkan untuk promosi

Perusahaan wajib mencantumkan logo Perusahaan menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari barang dimaksud (logo Perusahaan pada barang dimaksud tidak

dapat dihilangkan);

e. Pemberian honorarium rapat kepada Pihak Ketiga, DIPERBOLEHKAN sebagai

apresiasi atas sumbangan pemikiran dan keahlian yang telah diberikan kepada

Perusahaan atas undangan resmi dari Perusahaan, sepanjang kriteria dan besaran

honorarium tersebut telah diatur dalam Peraturan Perusahaan;

f. Pemberian Hadiah/Cinderamata berupa barang/uang/setara uang,

DIPERBOLEHKAN, dalam hal Insan Perusahaan menghadiri acara Pernikahan,

Khitanan, Kelahiran, atau Musibah, dengan nilai pemberian maksimum sebesar

Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk setiap acara, sepanjang pemberian tersebut

tidak bermaksud untuk mempengaruhi pihak penerima, untuk melakukan dan atau

tidak melakukan sesuatu hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya;

g. Jamuan makan tidak perlu dibatasi, sejauh memenuhi kewajaran dan dilakukan

ditempat yang terhormat dan tetap menjaga citra positif Perusahaan;

h. Tidak dimaksudkan untuk menyuap;

i. Telah dianggarkan oleh Perusahaan;

j. Hadiah dan Cideramata yang diberikan tidak dalam bentuk uang dan/atau setara

uang (termasuk tapi tidak terbatas pada voucher, cek dan giro) kecuali dalam rangka

pemberian dana sponsorship yang dilengkapi dengan dokumen pendukung lainnya;

dan

k. Untuk Hadiah/Cinderamata harus mencantumkan logo nama Perusahaan.

14

2. Pengeluaran untuk pemberian Hadiah, Cinderamata, Jamuan Bisnis dan Hiburan hanya

dapat dilakukan setelah mendapat otorisasi dari Pejabat Perusahaan yang berwenang.

Insan Perusahaan apabila diminta untuk memberikan Hadiah/Cinderamata dan Hiburan yang

tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana tersebut pada butir F dan G diatas, hendaknya

melakukan penolakan dengan memberikan penjelasan terhadap kebijakan dan aturan ini

secara sopan kepada Pihak Ketiga.

H. GRATIFIKASI YANG TIDAK PERLU DILAPORKAN

Gratifikasi yang diperbolehkan untuk diterima oleh Insan Perusahaan adalahGratifikasi dalam

hal:

1. Diperbolehkan dari hadiah langsung/undian, diskon/rabat, voucher, point, rewards, atau

souvenir/Cinderamata yang berlaku secara umum dan tidak terkait dengan kedinasan;

2. Diperbolehkan karena prestasi akademis atau non akademis (kejujuran/ perlombaan/

kompetensi) dengan biaya sendiri dan tidak terkait dengan kedinasan;

3. Diperoleh dari keuntungan /bunga /bagi hasil dari penempatan dana, investasi atau

kepemilikan saham pribadi yang berlaku secara umum, dan tidak terkait dengan

kedinasan;

4. Diperoleh dari kompetisi atas profesi diluar kedinasan, yang tidak terkait dengan tugas

pokok dan fungsi dari Insan Perusahaan dan tidak melanggar Benturan Kepentingan dan

pedoman perilaku;

5. Diperoleh dari hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus dua derajat atau

dalam garis keturunan kesamping satu derajat sepanjang tidak mempunyai Benturan

Kepentingan dengan Insan Perusahaan;

6. Diperoleh dari hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan satu derajat atau

dalam garis keturunan kesamping satu derajat, sepanjang tidak mempunyai Benturan

Kepentingan dengan Insan Perusahaan;

7. Diperoleh dari pihak yang mempunyai hubungan keluarga, sebagaimana poin 5 dan poin

6, terkait dengan hadiah perkawinan, khitanan anak, ulang tahun, kegiatan

keagamaan/adat/tradisi, dan bukan dari pihak-pihak yang mempunyai Benturan

Kepentingan dengan Insan Perusahaan;

8. Diperoleh dari pihak lain dengan musibah atau bencana, dan bukan dari pihak-pihak

yang mempunyai Benturan Kepentingan dengan Insan Perusahaan;

9. Diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan, seperti:Rapat, Seminar, Workshop, Konferensi,

Pelatihan, atau kegiatan lain sejenis, yang berlaku secara umum, berupa peralatan

seminar,sertifikat dan plakat/Cinderamata;

10. Diperoleh dari acara resmi kedinasan dalam bentuk hidangan, sajian/jamuan berupa

makanan dan minuman yang berlaku umum; dan

11. Diperoleh dari Perusahaan berupa cinderamata yang sesuai dengan peraturan

Perusahaan dan telah dianggarkan oleh Perusahaan.

15

BAB III PENGENDALIAN GRATIFIKASI

A. PENGENDALIAN APABILA MENERIMA GRATIFIKASI

Jika Insan Perusahaan dan keluarga intinya menerima Gratifikasi, maka langkah yang

dilakukan adalah mengidentifikasi apabila pemberian tersebut merupakan Gratifikasi ilegal

sehingga dapat menolak Gratifikasi tersebut secara baik dan sedapat mungkin tidak

menyinggung perasaan pemberi Gratifikasi.

Jika keadaan memaksa Insan Perusahaan untuk menerima Gratifikasi tersebut, misalnya

pemberian terlanjur dilakukan melalui orang terdekat Insan Perusahaan (suami,istri,anakdan

lain-lain) atau perasaan tidak enak karena menyinggung pemberi Gratifikasi, maka sebaiknya

Gratifikasi yang diterima segera dilaporkan ke KPK dan Biro Sistem dan Kepatuhan.

B. MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI

Mekanisme Pelapor Gratifikasi pada Perusahaan dilakukan sebagai berikut:

1. Melaporkanke Unit PengelolaGratifikasi

Pelaporan dilakukan oleh Insan Perusahaan yang menerima Gratifikasi bertendensi

ilegal ke Atasan Langsung dan selanjutnya dilaporkan ke Biro Sistem dan Kepatuhan

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penerimaan, dengan

menyampaikan formulir penerimaan Gratifikasi.

2. Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System)

Pelaporan melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) dilakukan

apabila pelapor adalah Insan Perusahaan atau pihak-pihak lainnya (pelanggan, mitra

kerja dan masyarakat) yang tidak memiliki keterlibatan secara langsung, namun

mengetahui Gratifikasi di Perusahaan yang memiliki potensi untuk terjadinya

penyalahgunaan wewenang/jabatan.Pelaporan melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran

(Whistleblowing System) dilaksanakan sesuai dengan mekanisme tersendiri yang

mengatur mengenai Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System)di

Perusahaan.

3. Untuk penerimaan yang merupakan barang yang cepat kadaluarsa (misal: makanan dan

minuman), maka dapat diserahkan kepada Lembaga Sosial selambat-lambatnya 3(tiga)

hari dan bukti tanda penyerahan diserahkan kepada Unit Pengelola Gratifikasi paling

lambat 14(empat belas) hari setelah tanggal penerimaan.

4. Untuk penerimaan yang merupakan barang yang tidak cepat kadaluarsa (misal: uang,

emas, dan lainnya) wajib disimpan di Biro Sistem dan Kepatuhan di lingkungan kerja

Insan Perusahaan yang bersangkutan, sampai dengan ditentukannya status kepemilikan

atas penerimaan tersebut oleh pihak KPK, dengan menyampaikan bukti tanda

penyimpanan kepada Biro Sistem dan Kepatuhan paling lambat 14 (empat belas) hari

setelah tanggal penerimaan sebagaimana dimaksud.

5. Biro Sistem dan Kepatuhan membuat rekapitulasi penerimaan Hadiah/Cinderamata

serta melaporkannya kepada KPK paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal

penerimaan tersebut oleh Insan Perusahaan.

16

Tata cara pelaporan penerimaan Gratifikasi oleh Biro Sistem dan Kepatuhan berpedoman kepada

Pasal 16 huruf a UU 30/2002, yang menyebutkan bahwa laporan disampaikan secara tertulis dengan

mengisi formulir sebagaimana ditetapkan oleh KPK dengan melampirkan dokumen yang berkaitan

dengan Gratifikasi. Pasal ini mensyaratkan bahwa setiap laporan harus diformalkan dalam formulir

Gratifikasi, adapun formulir Gratifikasi bisa diperoleh dengan cara mendapatkan secara langsung di

kantor KPK, mengunduh (download) dari situs resmi KPK (www.kpk.go.id) memfotocopy formulir

Gratifikasi asli atau cara-cara lain sepanjang formulir tersebut merupakan formulir Gratifikasi;

sedangkan pada huruf b pasal yang sama menyebutkan bahwa formulir sebagaimana dimaksud pada

huruf a sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi Gratifikasi;

2. Jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara;

3. Tempat dan waktu penerima Gratifikasi;

4. Uraian jenisGratifikasi; dan

5. Nilai Gratifikasi yang diterima.

Setelah formulir Gratifikasi terisi dengan lengkap, KPK akan memproses Laporan Gratifikasi tersebut

sesuai ketentuan yang diatur pada Pasal 17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan urutan-urutan sebagai berikut:

1. KPK dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal laporan diterima

wajib menetapkan status kepemilikan Gratifikasi disertai pertimbangan.

Pertimbangan yang dimaksud adalah KPK melakukan analisa terhadap motif dari Gratifikasi

tersebut, serta hubungan pemberian dengan penerima Gratifikasi. Ini dilakukan untuk

menjaga agar penetapan status Gratifikasi dapat seobyektif mungkin.

2. Dalam menetapkan status kepemilikan Gratifikasi sebagai dimaksud pada ayat (1) KPK dapat

memanggil penerima Gratifikasi untuk memberikan keterangan berkaitan dengan penerimaan

Gratifikasi

Pemanggilan yang dimaksud adalah jika diperlukan untuk menunjang obyektifitas dan

keakuratan dalam penetapan status Gratifikasi serta media klarifikasi dan verifikasi kebenaran

laporan Gratifikasi penyelenggara negara atau pegawai negeri.

3. Status kepemilikan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

keputusan pimpinan KPK. Pada ayat ini pimpinan KPK diberi kewenangan untuk melakukan

penetapan status kepemilikan Gratifikasi tersebut.

4. Keputusan pimpinan KPK sebagaimana pada ayat (3) dapat berupa penetapan status

kepemilikan Gratifikasi bagi penerima Gratifikasi atau menjadi milik negara.

5. KPK wajib menyerahkan keputusan status kepemilikan Gratifikasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) kepada penerima Gratifikasi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak

tanggal ditetapkan.

6. Penyerahan Gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Menteri Keuangan, dilakukan paling

lambat 7(tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.

C. PEMANTAUAN ATAS PELAKSANAAN KETENTUAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Perusahaan melakukan sosialisasi atas Pedoman ini kepada Insan Perusahaan. Pemantauan

atas pelaksanaan ketentuan Pengendalian Gratifikasi dilakukan oleh Biro Sistem & Kepatuhan.

Biro Sistem & Kepatuhan memberikan informasi kepada seluruh Insan Perusahaan dan pihak

lain diluar Perusahaan termasuk namun tidak terbatas pada penyediaan barang/jasa, agen,

distributor, pelanggan, Mitra Usaha serta pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya

mengenai Pedoman ini.

17

Manajer Sistem & Kepatuhan ditugaskan memonitor penerapan Pedoman ini dan memberikan

laporan secara berkala dalam 6 (enam) bulan kepada Direksi mengenai implementasi termasuk

laporan-laporan yang diterima terkait dengan Gratifikasi.Melakukan pelaporan Gratifikasi berarti

telah melindungi diri sendiri dan keluarga dari peluang dikenakannya tuduhan tindak pidana

suap.

18

BAB IV PENUTUP

A. KONDISI YANG BELUM DIATUR DALAM PEDOMAN INI

Apabila Insan Perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari menemukan atau

menghadapi suatu peristiwa yang menurut Insan Perusahaan termasuk dalam tindakan yang

berpotensi suap dan/atau termasuk dalam kategori Gratifikasi yang belum diatur dalam

Pedoman ini, maka Insan Perusahaan wajib melaporkan kepada atasan langsung dan Biro

Sistem Kepatuhan & Manajemen Risiko secara tertulis.

B. SANKSI ATAS PENYIMPANGAN KETENTUAN GRATIFIKASI

Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman ini akan dikenakan Sanksi yang berlaku dan

berpotensi dikenakan Tindak Pidana Suap sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku.

Pedoman ini merupakan Acuan dan Pengendalian Gratifikasi terhadap Insan Perusahaan dan

Keluarga inti-nya yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.

1.