IDOLA ANAKANAK: Di mana pun berada, Risma dikenal sangat ... · gaulan yang tidak bertanggung ja...
Transcript of IDOLA ANAKANAK: Di mana pun berada, Risma dikenal sangat ... · gaulan yang tidak bertanggung ja...
IAPA tak kenal Tri Risma harini? Wali Kota Surabaya ini punya seabrek prestasi dari dalam dan luar negeri. Popu lari tasnya pun tak hanya dikenal di Indonesia. Bahkan, sudah mendunia.
Risma merupakan karak ter pemimpin yang te
guh memperjuangkan apa yang diyakininya benar dan bermanfaat bagi masyarakat sampai berhasil. Biar pun ba nyak halangan dan rintangan, bah kan kritikan menyertai langkahnya, ia teguh berjuang untuk membuktikan bah wa apa yang diyakininya benar bisa tercapai.
Hal itu membuat siapapun segan. Baik yang pro maupun yang awal nya mengkritik langkahnya. Siapa sangka, ternyata sifat ’bandel’ itu sudah melekat pada diri Risma se dari kecil. Semasa kecil, Risma meng aku dikenal agak bandel. Se gala polahnya mem bu at orang dise ke lilingnya geregetan.
“Aku itu nakal waktu kecil. Bandelnya minta ampun,” kata Risma saat di temui di ruang kerjanya, sembari me ngenang masa kecilnya.
Ia pun berbagi beberapa kisah. Salah satu yang dia ingat adalah momen saat memanjat pohon jambu. Kala itu, Risma masih kelas tiga SD dan baru saja sembuh dari sakit.
Tepat di halaman rumahnya, ada sebuah pohon jambu. Buahnya sedang
layouter: nuryono
Naik Pohon Jambu, Nabrak Pagar,hingga Bedah Kaki Teman
RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 37
MASA kecil yang bandel mem bu at Risma tahu cara efektif untuk mendidik anak. Yakni, dengan memberinya banyak kasih sayang. Se lain itu, orang tua harus percaya bahwa ma singmasing anak punya potensi.
Ia pun mencontohkan kedua orang tuanya. Saat itu, ia dikenal sebagai anak yang bandel. “Tapi orang tuaku nggak pernah marah. Aku nggak pernah dimarahi. Akhirnya kan aku bebas berekspresi. Malah nilai raporku juga selalu bagus,” ucapnya.
Karena itu, dia berharap agar tak ada lagi orang tua yang memarahi anaknya. Sebab, kemarahan hanya mem buat nyali anak makin ciut.
Selanjutnya, mereka tak akan me rasa bebas dalam berekspresi dan mengembangkan diri. Sehingga, bisa menahan bahkan mengubur potensi yang dimiliki sang anak.
Ia pun mencontohkan masa kecilnya. Waktu kecil, Risma sering pulang larut. Biasanya pukul 21.00, dia baru pulang ke rumah. Ia baru selesai bermain. Pulang ke rumah, ia tak langsung belajar. Risma mengaku mulai belajar mulai pukul 23.00. “Gitu itu, belajarnya kadang sampai salat Subuh. Padahal kayak gitu lo, aku ya nggak pernah di marahi bapak,” ungkapnya.
Untuk itu, Risma ingin agar anakanak dibebaskan. Meski begitu, anak harus rajin belajar. Risma juga ingin agar anak rajin membaca. Sebab dari situ, segala ilmu dan pengetahuan bisa didapat.
“Itu karena aku lihat diriku sen diri pas kecil. Aku rajin baca. Ma kanya, aku ingin anakanak di Su rabaya ini juga bisa kayak aku. Kun cinya suka
membaca,” bebernya.Wanita kelahiran Kediri ini juga
mengingatkan para orang tua agar prestasi anak tak hanya dilihat dari nilai sekolah semata. Sebab, nilai yang didapat dari proses ujian itu bukanlah segalanya. Potensi dan bakat anak juga harus digali. “Setiap anak dilahirkan dengan talenta yang berbeda,” katanya.
Anak nakal jangan dimusuhi. Kalau dimusuhi akan lari dan kenal dengan teman lantas jatuh ke pergaulan yang tidak bertanggung jawab. Risma mengajak anakanak dirangkul dan didekati. Sebab, pasti ada solusi yang bisa dipecahkan.
“Kalau anak suka berantem, ikutkan karate. Kalau anak suka me nari, ikutkan kursus nari. Karena prestasi itu nggak hanya soal pendidikan,” ungkapnya.
Dengan pola asuh seperti itu, Risma yakin setiap anak bakal memiliki masa depan yang cerah. “Tak ada anak yang nakal, bodoh, atau pintar. Yang ada adalah anak yang mau atau tidak untuk belajar,” ucapnya.
“Makanya, sampai saat ini kalau ada anak bandel aku nggak tega mau marahi. Soalnya, aku berasa ngaca sendiri,” pungkasnya sembari tersenyum. (gus/jay)
Mengenang Masa Muda Wali Kota TRI RISMAHARINI yang Menginspirasi
tas waktu SMA. Pas itu aku langsung ingat. Dia itu penjual ledre di depan sekolah,” katanya sembari terbahak.
Menginjak masa kuliah, tabiat Risma tak berubah. Kali ini, mobil ayahnya yang menjadi korban. Saat itu, Risma ingin belajar mengemudi mobil. Mobil VW kodok tua milik ayah nya ia gunakan belajar. Hasilnya bisa ditebak, nabraknabrak.
“Aku nabrak pager sudah bolakbalik. Habis itu aku sempat nggak berani nyetir. Setelah itu sempat kursus, terus berani nyetir lagi. Pas sudah bisa, aku pake VWnya bapak, eh kok hampir nabrak lagi. Untung kok VW nya bapakku kuat,” katanya. Setelah itu, Risma mengaku tak be rani mengemudi sendiri.
Di balik segala tingkah bandelnya semasa muda itu, Risma dikenal sebagai anak dengan sederet prestasi. Siapa yang menyangka bahwa Risma kecil adalah seorang atlet lari yang kerap mewakili sekolahnya. Dia juga salah satu penari pendet yang handal.
Bahkan, hasil rapor Risma setiap kenaikan kelas selalu membuat sang ayah bangga. “Mungkin karena itu, meski aku nakal, ayah nggak pernah marah. Soalnya nilaiku selalu bagus,” ucapnya.
Kecerdasan Risma juga terbukti saat dia tengah naik gunung Penanggungan bersama temanteman kuliah
Tapi bukannya menolong, ayahanda Risma justru menegur sang anak. “Bapak bilang gini, mangkane toh dadi arek wedok iku ojo kakean polah. Menek-menek koyo arek lanang. Wes, muduno dewe,” ungkap Risma menirukan sang ayah.
Akhirnya, Risma kecil pun dengan susah payah berhasil turun dari pohon jambu. Ia tak marah pada sang ayah. Ia justru berterima kasih. Sebab, dari situlah ia mulai belajar bertanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah ma salah sendiri.
Masuk usia remaja, Risma tak lantas taubat. Tingkah polahnya makin menjadi. Bahkan saat SMA, bocah ke lahiran Kediri ini sering pulang lebih awal tak sesuai jadwalnya. Tujuannya tentu untuk bisa segera bermain.
“Jadi tas aku titipkan ke penjual ma kanan di depan sekolah. Begitu jam istirahat, aku kan keluar nggak bawa tas. Soalnya tas sudah aku titipkan ke penjual makanan. Tas tak ambil, aku langsung pulang,” kata alumnus SMAN 5 Surabaya ini.
Selang beberapa tahun kemudian, Risma sempat disapa oleh seorang bapak tepat di depan kantornya. Saat itu, ia sudah menjabat sebagai kepala Ba dan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.
“Aku dipanggil orang, tapi aku nggak kenal. Terus orangnya bilang gini, aku penjual yang dulu sering kamu titipi
Risma: Lihat Anak Bandel Serasa Ngaca
IST
BERANI: Risma tak canggung berkomu nikasi dengan seorang wisatawan.
nya. Saat menunggu hujan reda, Risma bersama rombongan berteduh. Saat itu, salah satu temannya terlihat kejangkejang. Ternyata, pahanya digigit oleh kalajengking. “Dia digigit scorpio (kalajengking, Red). Pahanya mulai membiru, nafasnya tersengalsengal,” ungkap Risma.
Saat itu semuanya mulai panik. Namun, tidak dengan Risma. Otaknya berpikir keras untuk segera mencari solusi. “Aku lihat di bawah ada tenda lain. Aku datang ke sana. Di situ, aku me lihat ada orang yang lagi minum (mi ras). Langsung aku hampiri. Aku minta minumannya setengah botol,” katanya.
Setelah itu, minuman tersebut dibe rikan kepada temannya yang tengah terkapar. “Tak paksa minum dia. Ha bis itu, dia terus mabuk dan nggak sadar kan diri,” jelasnya. Setelah sang teman tak sadar, Ris ma langsung membelah bagian paha temannya yang tergigit kalajengking. Tujuannya untuk mengeluarkan racun. Kemudian saat hujan reda, mereka langsung menuju ke puskesmas terdekat.
“Di situ dokternya bilang, ini kok pinter dibawa kemana? Ini racunnya sudah pada keluar karena lukanya dibelah. Alhamdulillah anaknya bisa ditolong,” terang Risma. Dari situ, banyak yang mengira Risma adalah lulusan kedokteran. (gus/jay)
IST
MANDIRI: Sejak muda, Tri Rismaharini suka naik gunung bersama temantemannya. Selain dekat dengan alam, hal ini menempa karakter kepemimpinan dan kemandiriannya.
IST
LULUS KULIAH: Risma menamatkan kuliahnya di jurusan aristektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya tahun 1987.
IST
BERPRESTASI: Risma (dua dari kanan) sejak kecil sudah kerap mendapatkan penghargaan karena prestasinya.
ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA
IDOLA ANAKANAK: Di mana pun berada, Risma dikenal sangat dekat dengan anakanak. Ia pun tak segan untuk menyapa dan bermain bersama mereka. Ini karena masa kecil Risma sangat berkesan dan menginspirasinya dalam memimpin Surabaya.
Lahir : Kediri, 20 November 1961Suami : Ir. Djoko SaptoadjiAnak : Fuad Bernardi, Tantri Gunarni
PENDIDIKAN:n SDN Kediri lulus tahun 1973n SMPN 10 Surabaya lulus tahun 1976n SMAN 5 Surabaya lulus tahun 1980n S-1 di jurusan Arsitektur ITS Surabaya
lulus tahun 1987n Pascasarjana (S-2) Manajemen
Pembangunan Kota di ITS Surabaya lulus tahun 2002.
n Gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari ITS di bidang Manajemen Pembangunan Kota dari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan pada 4 Maret 2015.
KARIR BIROKRAT:n Kasi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah
Bappeko Surabaya (1997)n Kasi Pendataan dan Penyuluhan Dinas
Bangunan Kota Surabaya (2001)n Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota
Surabaya (2001)n Kabag Bina Pembangunan (2002)n Kabag Penelitian dan Pengembangan
(2005)n Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (2005)n Kepala Bappeko Surabaya (2008)
KARIR POLITIK:n Wali Kota Surabaya (periode 2010-2015)n Wali Kota Surabaya (periode 2016-2021)
Tri RISMAharini
Di Mata Para TokohRisma
BU Risma sangat pandai mengelola masyarakat. Bu Risma juga jeli melihat potensi SDM yang ada di Kota Pahlawan. Ribuan perpustakaan
dibangun di kampung-kampung, sekolah
digratiskan, dan masih banyak lagi. Bu Risma ini saya lihat lebih mengedepankan karakter. Orangnya gak neko-neko saat bekerja untuk masyarakat Surabaya. Ini juga didukung oleh karakteristik masyarakat Surabaya yang sangat mudah diajak untuk maju. (*)
BU Risma terus berinovasi. Banyak masyarakat yang mengapresiasi kemajuan kota Surabaya, termasuk teman-teman saya
waktu datang ke sini juga sangat senang
karena banyak sekali taman-taman yang bagus. Bu Risma juga sangat dikenal orang hingga ke luar negeri. Sosoknya yang sangat dekat dengan warganya tak segan untuk mau diajak berfoto. Kalau datang ke acara sama bu Risma, selalu ada warga yang meminta foto dan berjabat tangan dengannya. (*)
SURABAYA yang mendapat julukan Kota Pahlawan ini merupakan kota yang ramah. Warganya sangat friendly dan kotanya
hijau. Menurut saya, ini semua pasti tak lepas
dari sosok pemimpin yang hebat di suatu kota. Siapa dia, Ibu Risma. Kota ini meski iklimnya panas tapi tetap hijau. Risma adalah wali kota yang sangat bagus. Risma senantiasa peduli dengan warganya. Saya lihat itu dari program-programnya yang sangat peduli dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakatnya. (*)
Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol M Iqbal
Kepala Kejari Surabaya, Didik Farkhan Alisyahdi
Konjen AS di Surabaya, Heather Variava
lebat saat itu. Risma kecil pun tertarik. Tan pa pikir panjang, ia langsung memanjat pohon jambu. Namun tak berapa lama, terdengar suara tangisan.
“Waktu itu aku yang nangis manggilmanggil bapak. Karena aku bisa naik, tapi nggak bisa turun. Lha aku takut pas itu,” jelasnya sembari terkekeh.
Tak berapa lama, sang ayah keluar.