IDOLA ANAKANAK: Di mana pun berada, Risma dikenal sangat ... · gaulan yang tidak bertanggung ja...

1
IAPA tak kenal Tri Ris- maharini? Wali Kota Su- rabaya ini punya seabrek prestasi dari dalam dan luar negeri. Popularitas- nya pun tak hanya dikenal di Indonesia. Bahkan, su- dah mendunia. Risma merupakan ka- rakter pemimpin yang te- guh memperjuangkan apa yang di- yakininya benar dan bermanfaat bagi masyarakat sampai berhasil. Biar pun banyak halangan dan rintangan, bahkan kritikan menyertai langkahnya, ia teguh berjuang untuk membuktikan bahwa apa yang diyakininya benar bisa tercapai. Hal itu membuat siapapun segan. Baik yang pro maupun yang awalnya mengkritik langkahnya. Siapa sangka, ternyata sifat ’bandel’ itu sudah mele- kat pada diri Risma sedari kecil. Sema- sa kecil, Risma mengaku dikenal agak bandel. Segala polahnya membuat orang disekelilingnya geregetan. “Aku itu nakal waktu kecil. Bandel- nya minta ampun,” kata Risma saat ditemui di ruang kerjanya, sembari mengenang masa kecilnya. Ia pun berbagi beberapa kisah. Salah satu yang dia ingat adalah momen saat memanjat pohon jambu. Kala itu, Risma masih kelas tiga SD dan baru saja sembuh dari sakit. Tepat di halaman rumahnya, ada sebuah pohon jambu. Buahnya sedang layouter: nuryono Naik Pohon Jambu, Nabrak Pagar, hingga Bedah Kaki Teman RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 37 MASA kecil yang bandel membuat Risma tahu cara efektif untuk men- didik anak. Yakni, dengan mem- berinya banyak kasih sayang. Selain itu, orang tua harus percaya bahwa masing-masing anak punya potensi. Ia pun mencontohkan kedua orang tuanya. Saat itu, ia dikenal sebagai anak yang bandel. “Tapi orang tuaku nggak pernah marah. Aku nggak pernah dimarahi. Ak- hirnya kan aku bebas berekspresi. Malah nilai raporku juga selalu ba- gus,” ucapnya. Karena itu, dia berharap agar tak ada lagi orang tua yang memarahi anaknya. Sebab, kemarahan hanya membuat nyali anak makin ciut. Selanjutnya, mereka tak akan merasa bebas dalam berekspresi dan mengembangkan diri. Sehing- ga, bisa menahan bahkan mengubur potensi yang dimiliki sang anak. Ia pun mencontohkan masa ke- cilnya. Waktu kecil, Risma sering pulang larut. Biasanya pukul 21.00, dia baru pulang ke rumah. Ia baru selesai bermain. Pulang ke rumah, ia tak langsung belajar. Risma me- ngaku mulai belajar mulai pukul 23.00. “Gitu itu, belajarnya kadang sampai salat Subuh. Padahal kayak gitu lo, aku ya nggak pernah dima- rahi bapak,” ungkapnya. Untuk itu, Risma ingin agar anak-anak dibebaskan. Meski be- gitu, anak harus rajin belajar. Ris- ma juga ingin agar anak rajin membaca. Sebab dari situ, segala ilmu dan pengetahuan bisa didapat. “Itu karena aku lihat diriku sendiri pas kecil. Aku rajin baca. Makanya, aku ingin anak-anak di Surabaya ini juga bisa kayak aku. Kuncinya suka membaca,” bebernya. Wanita kelahiran Kediri ini juga mengingatkan para orang tua agar prestasi anak tak hanya dilihat dari nilai sekolah semata. Sebab, nilai yang didapat dari proses ujian itu bukanlah segalanya. Potensi dan bakat anak juga harus digali. “Setiap anak dilahirkan dengan ta- lenta yang berbeda,” katanya. Anak nakal jangan dimusuhi. Ka- lau dimusuhi akan lari dan kenal dengan teman lantas jatuh ke per- gaulan yang tidak bertanggung ja- wab. Risma mengajak anak-anak dirangkul dan didekati. Sebab, pas- ti ada solusi yang bisa dipecahkan. “Kalau anak suka berantem, ikut- kan karate. Kalau anak suka mena- ri, ikutkan kursus nari. Karena prestasi itu nggak hanya soal pen- didikan,” ungkapnya. Dengan pola asuh seperti itu, Ris- ma yakin setiap anak bakal memiliki masa depan yang cerah. “Tak ada anak yang nakal, bodoh, atau pintar. Yang ada adalah anak yang mau atau tidak untuk belajar,” ucapnya. “Makanya, sampai saat ini kalau ada anak bandel aku nggak tega mau marahi. Soalnya, aku berasa ngaca sendiri,” pungkasnya sem- bari tersenyum. (gus/jay) Mengenang Masa Muda Wali Kota TRI RISMAHARINI yang Menginspirasi tas waktu SMA. Pas itu aku langsung ingat. Dia itu penjual ledre di depan sekolah,” katanya sembari terbahak. Menginjak masa kuliah, tabiat Risma tak berubah. Kali ini, mobil ayahnya yang menjadi korban. Saat itu, Risma ingin belajar mengemudi mobil. Mobil VW kodok tua milik ayahnya ia gunakan belajar. Hasilnya bisa ditebak, nabrak-nabrak. “Aku nabrak pager sudah bolak- balik. Habis itu aku sempat nggak berani nyetir. Setelah itu sempat kursus, terus berani nyetir lagi. Pas sudah bisa, aku pake VW-nya bapak, eh kok hampir nabrak lagi. Untung kok VW nya bapakku kuat,” katanya. Setelah itu, Risma mengaku tak bera- ni mengemudi sendiri. Di balik segala tingkah bandelnya semasa muda itu, Risma dikenal se- bagai anak dengan sederet prestasi. Siapa yang menyangka bahwa Risma kecil adalah seorang atlet lari yang kerap mewakili sekolahnya. Dia juga salah satu penari pendet yang handal. Bahkan, hasil rapor Risma setiap ke- naikan kelas selalu membuat sang ayah bangga. “Mungkin karena itu, meski aku nakal, ayah nggak pernah marah. Soalnya nilaiku selalu bagus,” ucapnya. Kecerdasan Risma juga terbukti saat dia tengah naik gunung Penang- gungan bersama teman-teman kuliah- Tapi bukannya menolong, ayahanda Risma justru menegur sang anak. “Bapak bilang gini , mangkane toh dadi arek wedok iku ojo kakean polah. Menek-menek koyo arek lanang. Wes, muduno dewe,” ungkap Risma menirukan sang ayah. Akhirnya, Risma kecil pun dengan susah payah berhasil turun dari pohon jambu. Ia tak marah pada sang ayah. Ia justru berterima kasih. Sebab, dari situlah ia mulai belajar bertanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah masalah sendiri. Masuk usia remaja, Risma tak lantas taubat. Tingkah polahnya makin men- jadi. Bahkan saat SMA, bocah kela- hiran Kediri ini sering pulang lebih awal tak sesuai jadwalnya. Tujuannya tentu untuk bisa segera bermain. “Jadi tas aku titipkan ke penjual maka- nan di depan sekolah. Begitu jam istirahat, aku kan keluar nggak bawa tas. Soalnya tas sudah aku titipkan ke penjual maka- nan. Tas tak ambil, aku langsung pulang,” kata alumnus SMAN 5 Surabaya ini. Selang beberapa tahun kemudian, Risma sempat disapa oleh seorang ba- pak tepat di depan kantornya. Saat itu, ia sudah menjabat sebagai kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya. “Aku dipanggil orang, tapi aku nggak kenal. Terus orangnya bilang gini, aku penjual yang dulu sering kamu titipi Risma: Lihat Anak Bandel Serasa Ngaca IST BERANI: Risma tak canggung berkomuni- kasi dengan seorang wisatawan. nya. Saat menunggu hujan reda, Risma bersama rombongan berteduh. Saat itu, salah satu temannya terlihat kejang-kejang. Ternyata, pahanya digigit oleh kalajengking. “Dia digigit scorpio (kalajengking, Red). Pahanya mulai membiru, nafasnya tersengal- sengal,” ungkap Risma. Saat itu semuanya mulai panik. Na- mun, tidak dengan Risma. Otaknya ber- pikir keras untuk segera mencari solusi. “Aku lihat di bawah ada tenda lain. Aku datang ke sana. Di situ, aku melihat ada orang yang lagi minum (miras). Lang- sung aku hampiri. Aku minta minu- mannya setengah botol,” katanya. Setelah itu, minuman tersebut diberi- kan kepada temannya yang tengah ter- kapar. “Tak paksa minum dia. Habis itu, dia terus mabuk dan nggak sadar kan diri,” jelasnya. Setelah sang teman tak sadar, Risma langsung membelah ba- gian paha temannya yang tergigit kala- jengking. Tujuannya untuk mengeluarkan racun. Kemudian saat hujan reda, mereka langsung menuju ke puskesmas terdekat. “Di situ dokternya bilang, ini kok pinter dibawa kemana? Ini racunnya sudah pada keluar karena lukanya dibelah. Alhamdulillah anaknya bisa ditolong,” terang Risma. Dari situ, ba- nyak yang mengira Risma adalah lu- lusan kedokteran. (gus/jay) IST MANDIRI: Sejak muda, Tri Rismaharini suka naik gunung bersama teman-temannya. Selain dekat dengan alam, hal ini menempa karakter kepemimpinan dan kemandiriannya. IST LULUS KULIAH: Risma menamatkan kuliahnya di jurusan aristektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya tahun 1987. IST BERPRESTASI: Risma (dua dari kanan) sejak kecil sudah kerap mendapatkan penghargaan karena prestasinya. ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA IDOLA ANAK-ANAK: Di mana pun berada, Risma dikenal sangat dekat dengan anak-anak. Ia pun tak segan untuk menyapa dan bermain bersama mereka. Ini karena masa kecil Risma sangat berkesan dan menginspirasinya dalam memimpin Surabaya. Lahir : Kediri, 20 November 1961 Suami : Ir. Djoko Saptoadji Anak : Fuad Bernardi, Tantri Gunarni PENDIDIKAN: n SDN Kediri lulus tahun 1973 n SMPN 10 Surabaya lulus tahun 1976 n SMAN 5 Surabaya lulus tahun 1980 n S-1 di jurusan Arsitektur ITS Surabaya lulus tahun 1987 n Pascasarjana (S-2) Manajemen Pembangunan Kota di ITS Surabaya lulus tahun 2002. n Gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari ITS di bidang Manajemen Pembangunan Kota dari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan pada 4 Maret 2015. KARIR BIROKRAT: n Kasi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya (1997) n Kasi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya (2001) n Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya (2001) n Kabag Bina Pembangunan (2002) n Kabag Penelitian dan Pengembangan (2005) n Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2005) n Kepala Bappeko Surabaya (2008) KARIR POLITIK: n Wali Kota Surabaya (periode 2010-2015) n Wali Kota Surabaya (periode 2016-2021) Tri RISMAharini Di Mata Para Tokoh Risma BU Risma sangat pandai mengelola masyarakat. Bu Risma juga jeli melihat potensi SDM yang ada di Kota Pahlawan. Ribuan perpustakaan dibangun di kampung- kampung, sekolah digratiskan, dan masih banyak lagi. Bu Risma ini saya lihat lebih mengedepankan karakter. Orangnya gak neko-neko saat bekerja untuk masyarakat Surabaya. Ini juga didukung oleh karakteristik masyarakat Surabaya yang sangat mudah diajak untuk maju. (*) BU Risma terus berinovasi. Banyak masyarakat yang mengapresiasi kemajuan kota Surabaya, termasuk teman-teman saya waktu datang ke sini juga sangat senang karena banyak sekali taman-taman yang bagus. Bu Risma juga sangat dikenal orang hingga ke luar negeri. Sosoknya yang sangat dekat dengan warganya tak segan untuk mau diajak berfoto. Kalau datang ke acara sama bu Risma, selalu ada warga yang meminta foto dan berjabat tangan dengannya. (*) SURABAYA yang mendapat julukan Kota Pahlawan ini merupakan kota yang ramah. Warganya sangat friendly dan kotanya hijau. Menurut saya, ini semua pasti tak lepas dari sosok pemimpin yang hebat di suatu kota. Siapa dia, Ibu Risma. Kota ini meski iklimnya panas tapi tetap hijau. Risma adalah wali kota yang sangat bagus. Risma senantiasa peduli dengan warganya. Saya lihat itu dari program-programnya yang sangat peduli dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakatnya. (*) Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol M Iqbal Kepala Kejari Surabaya, Didik Farkhan Alisyahdi Konjen AS di Surabaya, Heather Variava lebat saat itu. Risma kecil pun tertarik. Tanpa pikir panjang, ia langsung me- manjat pohon jambu. Namun tak berapa lama, terdengar suara tangisan. “Waktu itu aku yang nangis manggil- manggil bapak. Karena aku bisa naik, tapi nggak bisa turun. Lha aku takut pas itu,” jelasnya sembari terkekeh. Tak berapa lama, sang ayah keluar.

Transcript of IDOLA ANAKANAK: Di mana pun berada, Risma dikenal sangat ... · gaulan yang tidak bertanggung ja...

Page 1: IDOLA ANAKANAK: Di mana pun berada, Risma dikenal sangat ... · gaulan yang tidak bertanggung ja ... naikan kelas selalu membuat sang ayah bangga. “Mungkin karena itu, meski aku

IAPA tak kenal Tri Ris­ma harini? Wali Kota Su­rabaya ini punya seabrek prestasi dari dalam dan luar negeri. Popu lari tas­nya pun tak hanya dikenal di Indonesia. Bahkan, su­dah mendunia.

Risma merupakan ka­rak ter pemimpin yang te­

guh memperjuangkan apa yang di­yakininya benar dan bermanfaat bagi masyarakat sampai berhasil. Biar pun ba nyak halangan dan rintangan, bah kan kritikan menyertai langkahnya, ia teguh berjuang untuk membuktikan bah wa apa yang diyakininya benar bisa tercapai.

Hal itu membuat siapapun segan. Baik yang pro maupun yang awal nya mengkritik langkahnya. Siapa sangka, ternyata sifat ’bandel’ itu sudah mele­kat pada diri Risma se dari kecil. Sema­sa kecil, Risma meng aku dikenal agak bandel. Se gala polahnya mem bu at orang dise ke lilingnya geregetan.

“Aku itu nakal waktu kecil. Bandel­nya minta ampun,” kata Risma saat di temui di ruang kerjanya, sembari me ngenang masa kecilnya.

Ia pun berbagi beberapa kisah. Salah satu yang dia ingat adalah momen saat memanjat pohon jambu. Kala itu, Risma masih kelas tiga SD dan baru saja sembuh dari sakit.

Tepat di halaman rumahnya, ada sebuah pohon jambu. Buahnya sedang

layouter: nuryono

Naik Pohon Jambu, Nabrak Pagar,hingga Bedah Kaki Teman

RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 37

MASA kecil yang bandel mem bu at Risma tahu cara efektif untuk men­didik anak. Yakni, dengan mem­berinya banyak kasih sayang. Se lain itu, orang tua harus percaya bahwa ma sing­masing anak punya potensi.

Ia pun mencontohkan kedua orang tuanya. Saat itu, ia dikenal sebagai anak yang bandel. “Tapi orang tuaku nggak pernah marah. Aku nggak pernah dimarahi. Ak­hirnya kan aku bebas berekspresi. Malah nilai raporku juga selalu ba­gus,” ucapnya.

Karena itu, dia berharap agar tak ada lagi orang tua yang memarahi anaknya. Sebab, kemarahan hanya mem buat nyali anak makin ciut.

Selanjutnya, mereka tak akan me rasa bebas dalam berekspresi dan mengembangkan diri. Sehing­ga, bisa menahan bahkan mengubur potensi yang dimiliki sang anak.

Ia pun mencontohkan masa ke­cilnya. Waktu kecil, Risma sering pulang larut. Biasanya pukul 21.00, dia baru pulang ke rumah. Ia baru selesai bermain. Pulang ke rumah, ia tak langsung belajar. Risma me­ngaku mulai belajar mulai pukul 23.00. “Gitu itu, belajarnya kadang sampai salat Subuh. Padahal kayak gitu lo, aku ya nggak pernah di ma­rahi bapak,” ungkapnya.

Untuk itu, Risma ingin agar anak­anak dibebaskan. Meski be­gitu, anak harus rajin belajar. Ris­ma juga ingin agar anak rajin membaca. Sebab dari situ, segala ilmu dan pengetahuan bisa didapat.

“Itu karena aku lihat diriku sen diri pas kecil. Aku rajin baca. Ma kanya, aku ingin anak­anak di Su rabaya ini juga bisa kayak aku. Kun cinya suka

membaca,” bebernya.Wanita kelahiran Kediri ini juga

mengingatkan para orang tua agar prestasi anak tak hanya dilihat dari nilai sekolah semata. Sebab, nilai yang didapat dari proses ujian itu bukanlah segalanya. Potensi dan bakat anak juga harus digali. “Setiap anak dilahirkan dengan ta­lenta yang berbeda,” katanya.

Anak nakal jangan dimusuhi. Ka­lau dimusuhi akan lari dan kenal dengan teman lantas jatuh ke per­gaulan yang tidak bertanggung ja­wab. Risma mengajak anak­anak dirangkul dan didekati. Sebab, pas­ti ada solusi yang bisa dipecahkan.

“Kalau anak suka berantem, ikut­kan karate. Kalau anak suka me na­ri, ikutkan kursus nari. Karena prestasi itu nggak hanya soal pen­didikan,” ungkapnya.

Dengan pola asuh seperti itu, Ris­ma yakin setiap anak bakal memiliki masa depan yang cerah. “Tak ada anak yang nakal, bodoh, atau pintar. Yang ada adalah anak yang mau atau tidak untuk belajar,” ucapnya.

“Makanya, sampai saat ini kalau ada anak bandel aku nggak tega mau marahi. Soalnya, aku berasa ngaca sendiri,” pungkasnya sem­bari tersenyum. (gus/jay)

Mengenang Masa Muda Wali Kota TRI RISMAHARINI yang Menginspirasi

tas waktu SMA. Pas itu aku langsung ingat. Dia itu penjual ledre di depan sekolah,” katanya sembari terbahak.

Menginjak masa kuliah, tabiat Risma tak berubah. Kali ini, mobil ayahnya yang menjadi korban. Saat itu, Risma ingin belajar mengemudi mobil. Mobil VW kodok tua milik ayah nya ia gunakan belajar. Hasilnya bisa ditebak, nabrak­nabrak.

“Aku nabrak pager sudah bolak­balik. Habis itu aku sempat nggak berani nyetir. Setelah itu sempat kursus, terus berani nyetir lagi. Pas sudah bisa, aku pake VW­nya bapak, eh kok hampir nabrak lagi. Untung kok VW nya bapakku kuat,” katanya. Setelah itu, Risma mengaku tak be ra­ni mengemudi sendiri.

Di balik segala tingkah bandelnya semasa muda itu, Risma dikenal se­bagai anak dengan sederet prestasi. Siapa yang menyangka bahwa Risma kecil adalah seorang atlet lari yang kerap mewakili sekolahnya. Dia juga salah satu penari pendet yang handal.

Bahkan, hasil rapor Risma setiap ke­naikan kelas selalu membuat sang ayah bangga. “Mungkin karena itu, meski aku nakal, ayah nggak pernah marah. Soalnya nilaiku selalu bagus,” ucapnya.

Kecerdasan Risma juga terbukti saat dia tengah naik gunung Penang­gungan bersama teman­teman kuliah­

Tapi bukannya menolong, ayahanda Risma justru menegur sang anak. “Bapak bilang gini, mangkane toh dadi arek wedok iku ojo kakean polah. Menek-menek koyo arek lanang. Wes, muduno dewe,” ungkap Risma menirukan sang ayah.

Akhirnya, Risma kecil pun dengan susah payah berhasil turun dari pohon jambu. Ia tak marah pada sang ayah. Ia justru berterima kasih. Sebab, dari situlah ia mulai belajar bertanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah ma salah sendiri.

Masuk usia remaja, Risma tak lantas taubat. Tingkah polahnya makin men­jadi. Bahkan saat SMA, bocah ke la­hiran Kediri ini sering pulang lebih awal tak sesuai jadwalnya. Tujuannya tentu untuk bisa segera bermain.

“Jadi tas aku titipkan ke penjual ma ka­nan di depan sekolah. Begitu jam istirahat, aku kan keluar nggak bawa tas. Soalnya tas sudah aku titipkan ke penjual maka­nan. Tas tak ambil, aku langsung pulang,” kata alumnus SMAN 5 Surabaya ini.

Selang beberapa tahun kemudian, Risma sempat disapa oleh seorang ba­pak tepat di depan kantornya. Saat itu, ia sudah menjabat sebagai kepala Ba dan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.

“Aku dipanggil orang, tapi aku nggak kenal. Terus orangnya bilang gini, aku penjual yang dulu sering kamu titipi

Risma: Lihat Anak Bandel Serasa Ngaca

IST

BERANI: Risma tak canggung berkomu ni­kasi dengan seorang wisatawan.

nya. Saat menunggu hujan reda, Risma bersama rombongan berteduh. Saat itu, salah satu temannya terlihat kejang­kejang. Ternyata, pahanya digigit oleh kalajengking. “Dia digigit scorpio (kalajengking, Red). Pahanya mulai membiru, nafasnya tersengal­sengal,” ungkap Risma.

Saat itu semuanya mulai panik. Na­mun, tidak dengan Risma. Otaknya ber­pikir keras untuk segera mencari solusi. “Aku lihat di bawah ada tenda lain. Aku datang ke sana. Di situ, aku me lihat ada orang yang lagi minum (mi ras). Lang­sung aku hampiri. Aku minta minu­mannya setengah botol,” katanya.

Setelah itu, minuman tersebut dibe ri­kan kepada temannya yang tengah ter­kapar. “Tak paksa minum dia. Ha bis itu, dia terus mabuk dan nggak sadar kan diri,” jelasnya. Setelah sang teman tak sadar, Ris ma langsung membelah ba­gian paha temannya yang tergigit kala­jengking. Tujuannya untuk mengeluarkan racun. Kemudian saat hujan reda, mereka langsung menuju ke puskesmas terdekat.

“Di situ dokternya bilang, ini kok pinter dibawa kemana? Ini racunnya sudah pada keluar karena lukanya dibelah. Alhamdulillah anaknya bisa ditolong,” terang Risma. Dari situ, ba­nyak yang mengira Risma adalah lu­lusan kedokteran. (gus/jay)

IST

MANDIRI: Sejak muda, Tri Rismaharini suka naik gunung bersama teman­temannya. Selain dekat dengan alam, hal ini menempa karakter kepemimpinan dan kemandiriannya.

IST

LULUS KULIAH: Risma menamatkan kuliahnya di jurusan aristektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya tahun 1987.

IST

BERPRESTASI: Risma (dua dari kanan) sejak kecil sudah kerap mendapatkan penghargaan karena prestasinya.

ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA

IDOLA ANAK­ANAK: Di mana pun berada, Risma dikenal sangat dekat dengan anak­anak. Ia pun tak segan untuk menyapa dan bermain bersama mereka. Ini karena masa kecil Risma sangat berkesan dan menginspirasinya dalam memimpin Surabaya.

Lahir : Kediri, 20 November 1961Suami : Ir. Djoko SaptoadjiAnak : Fuad Bernardi, Tantri Gunarni

PENDIDIKAN:n SDN Kediri lulus tahun 1973n SMPN 10 Surabaya lulus tahun 1976n SMAN 5 Surabaya lulus tahun 1980n S-1 di jurusan Arsitektur ITS Surabaya

lulus tahun 1987n Pascasarjana (S-2) Manajemen

Pembangunan Kota di ITS Surabaya lulus tahun 2002.

n Gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari ITS di bidang Manajemen Pembangunan Kota dari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan pada 4 Maret 2015.

KARIR BIROKRAT:n Kasi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah

Bappeko Surabaya (1997)n Kasi Pendataan dan Penyuluhan Dinas

Bangunan Kota Surabaya (2001)n Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota

Surabaya (2001)n Kabag Bina Pembangunan (2002)n Kabag Penelitian dan Pengembangan

(2005)n Kepala Dinas Kebersihan dan

Pertamanan (2005)n Kepala Bappeko Surabaya (2008)

KARIR POLITIK:n Wali Kota Surabaya (periode 2010-2015)n Wali Kota Surabaya (periode 2016-2021)

Tri RISMAharini

Di Mata Para TokohRisma

BU Risma sangat pandai mengelola masyarakat. Bu Risma juga jeli melihat potensi SDM yang ada di Kota Pahlawan. Ribuan perpustakaan

dibangun di kampung-kampung, sekolah

digratiskan, dan masih banyak lagi. Bu Risma ini saya lihat lebih mengedepankan karakter. Orangnya gak neko-neko saat bekerja untuk masyarakat Surabaya. Ini juga didukung oleh karakteristik masyarakat Surabaya yang sangat mudah diajak untuk maju. (*)

BU Risma terus berinovasi. Banyak masyarakat yang mengapresiasi kemajuan kota Surabaya, termasuk teman-teman saya

waktu datang ke sini juga sangat senang

karena banyak sekali taman-taman yang bagus. Bu Risma juga sangat dikenal orang hingga ke luar negeri. Sosoknya yang sangat dekat dengan warganya tak segan untuk mau diajak berfoto. Kalau datang ke acara sama bu Risma, selalu ada warga yang meminta foto dan berjabat tangan dengannya. (*)

SURABAYA yang mendapat julukan Kota Pahlawan ini merupakan kota yang ramah. Warganya sangat friendly dan kotanya

hijau. Menurut saya, ini semua pasti tak lepas

dari sosok pemimpin yang hebat di suatu kota. Siapa dia, Ibu Risma. Kota ini meski iklimnya panas tapi tetap hijau. Risma adalah wali kota yang sangat bagus. Risma senantiasa peduli dengan warganya. Saya lihat itu dari program-programnya yang sangat peduli dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakatnya. (*)

Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol M Iqbal

Kepala Kejari Surabaya, Didik Farkhan Alisyahdi

Konjen AS di Surabaya, Heather Variava

lebat saat itu. Risma kecil pun tertarik. Tan pa pikir panjang, ia langsung me­manjat pohon jambu. Namun tak berapa lama, terdengar suara tangisan.

“Waktu itu aku yang nangis manggil­manggil bapak. Karena aku bisa naik, tapi nggak bisa turun. Lha aku takut pas itu,” jelasnya sembari terkekeh.

Tak berapa lama, sang ayah keluar.