Identitas Pemrakarsa

21
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) GEDUNG SEI WAMPU A. Identitas Pemrakarsa 1. Nama Perusahaan : PT. BINTANG MAKMUR WIRATAMA 2. Alamat Perusahaan : Medan 3. Telepon : - 4. Fax : - 5. Status Perusahaan : - 6. Jenis Perusahaan : Perseroan Terbatas 7. Penanggungjawab : Ir. Sumarsono dan Lim Jong Tek 8. Jabatan : Direktur dan Komisaris B. Rencana Usaha dan Atau Kegiatan 1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Rencana Kegiatan adalah membangun 1(satu) gedung kantor yang terdiri dari 1 lantai basement dan 8 (delapan) lantai kantor dengan ketinggian atap bangunan 37.9 m dari permukaan tanah. Rencana kegiatan ini dilakukan di Jalan KH. Wahid Hasyim Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru yang terletak di sekitar daerah permukiman dengan tingkat aktivitas yang cukup tinggi. Rencana kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan perkantoran. Lokasi rencana kegiatan memiliki akses transportasi umum yang cukup memadai sehingga memudahkan mobilitas dari staf dan pegawai kantor. UKL dan UPL Hal-1

description

uraian kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan

Transcript of Identitas Pemrakarsa

Page 1: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

A. Identitas Pemrakarsa

1. Nama Perusahaan : PT. BINTANG MAKMUR WIRATAMA

2. Alamat Perusahaan : Medan

3. Telepon : -

4. Fax : -

5. Status Perusahaan : -

6. Jenis Perusahaan : Perseroan Terbatas

7. Penanggungjawab : Ir. Sumarsono dan Lim Jong Tek

8. Jabatan : Direktur dan Komisaris

B. Rencana Usaha dan Atau Kegiatan

1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Rencana Kegiatan adalah membangun 1(satu) gedung kantor yang terdiri dari

1 lantai basement dan 8 (delapan) lantai kantor dengan ketinggian atap

bangunan 37.9 m dari permukaan tanah. Rencana kegiatan ini dilakukan di

Jalan KH. Wahid Hasyim Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru yang

terletak di sekitar daerah permukiman dengan tingkat aktivitas yang cukup

tinggi. Rencana kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

konsumen akan perkantoran. Lokasi rencana kegiatan memiliki akses

transportasi umum yang cukup memadai sehingga memudahkan mobilitas

dari staf dan pegawai kantor. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat

meningkatkan tingkat pertumbuhan perekonomian di kota Medan khususnya

Kecamatan Medan Baru.

2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

a. Letak Administratif

b. Letak Geografis

UKL dan UPL Hal-1

Page 2: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

c. Tata Guna Lahan

Tata guna bangunan gedung Sei Wampu adalah sebagaimana tertera pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tata guna lahan gedung Sei Wampu

No Peruntukan Lahan Luas (m2) Persentase (%)

1 Tapak Bangunan

2 Lahan Parkir

3 Ruang Terbuka Hijau

Total

3. Skala Besaran Usaha dan/atau Kegiatan

Pendirian bangunan usaha dan/atau Kegiatan Gedung Sei Wampu

menggunakan lahan seluas ± 828 m2 yang telah dibebaskan. Oleh karena luas

usaha dan/atau kegiatan kurang dari 5 ha dan luas bangunan kurang dari

10.000 m2, maka pemrakarsa diwajibkan membuat dokumen UKL-UPL.

Adapun fasilitas gedung terdiri dari:

a. Area parkir di luar gedung dan di dalam gedung yaitu di basement dengan

luas ± 320 m2 dan kapasitas parkir sebanyak 18 unit mobil.

b. Hall di lantai satu (1) dengan luas ± 162 m2

c. Kantor di tiap lantai mulai dari lantai dua (2) hingga lantai delapan (8)

dengan luas ± masing-masing 162 m2

d. Jaringan air bersih yang diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirtanadi Medan

e. Instalasi Pengolahan Air Limbah domestik

4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

a. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Tata Ruang

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan Tahun

2011-2031 peruntukan tanah pada lokasi kegiatan adalah perumahan

UKL dan UPL Hal-2

Page 3: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

kepadatan sedang dengan KDB maksimal 60% dan KLB maksimal 2 lantai.

Di sekitar lokasi kegiatan telah berkembang juga rumah tempat tinggal

berlantai 1 (satu). Penanggung jawab kegiatan kemudian memohon

perubahan peruntukan dari Perumahan menjadi Bangunan Umum atau

kantor dan KLB bisa dibangun 8 (delapan) lantai sehingga rencana

kegiatan ini telah sesuai dengan RTRW Kota Medan.

Peta lokasi kegiatan.

b. Persetujuan Prinsip Atas Rencana Kegiatan

Berdasarkan keputusan Walikota Medan Nomor : 593/859.K/2013

Tentang Perubahan Peruntukan Tanah dari Tipe C menjadi Bangunan

Umum Seluas ± 828 m2 yang terletak di Jalan KH. Wahid Hasyim

Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru Atas Nama Ir. Sumarsono dan

Lim Jong Tek, maka secara prinsip kegiatan ini dapat dilakukan oleh

pemrakarsa.

c. Uraian Mengenai Komponen Rencana kegiatan Yang Dapat

Menimbulkan Dampak Lingkungan

Pra Konstruksi

1. Penyediaan Lahan

Lahan sebagai tempat pembangunan gedung Sei Wampu berstatus

sebagai hak milik pemrakarsa setelah dilakukan pelepasan hak dengan

ganti rugi. Namun kegiatan ini dapat menimbulkan keresahan

masyarakat sekitar lokasi kegiatan.

2. Perizinan

Izin-izin yang dibutuhkan akan diurus sebelum kegiatan konstruksi

dilaksanakan. Pengurusan izin akan berkoordinasi dengan instansi

terkait di Kotamadya Medan.

3. Sosialisasi Kegiatan

UKL dan UPL Hal-3

Page 4: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

Sebelum kegiatan konstruksi dilaksanakan maka akan dilakukan

sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat. Proses sosialiasi akan

melibatkan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan pihak lain yang

berkepentingan. Sosialisasi dilakukan secara formal dan informal guna

memberikan penjelasan tentang rencana, tujuan dan manfaat kegiatan

pembangunan Gedung Sei Wampu.

Gambar 4. Ilustrasi pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat

4. Persiapan Tenaga Kerja

a. Kesempatan Kerja

Kebutuhan tenaga kerja disiapkan secara baik untuk mendapatkan

kinerja yang handal, aman dan efisien sehingga dapat menjamin

pelaksanaan kegiatan konstruksi berjalan sesuai dengan rencana.

Peluang kerja bagi masyarakat sekitar akan dibuka dengan

mempertimbangkan kualifikasi dan kebutuhan di dalam kegiatan

konstruksi ini.

Adanya penerimaan tenaga kerja untuk pembangunan Gedung Sei

Wampu akan membuka kesempatan bagi masyarakat Kelurahan

Babura. Tahap konstruksi membutuhkan tenaga kerja sekitar 47

orang dan 40 orang diantaranya adalah tenaga kerja non skill

sehingga dapat dibuka kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk

memenuhi kebutuhan pada tahap konstruksi.

UKL dan UPL Hal-4

Page 5: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

Prakiraan kebutuhan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan

pembangunan gedung kantor Sei Wampu adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi Gedung SEI WAMPU MedanNo Jabatan Jumlah (orang) Pendidikan1 Manager 1 S-12 Enginer 2 S-13 Mandor 3 SLTA/SMK4 Tukang 20 SMP5 Pembantu Tukang 20 SMP/SD

Jumlah 47Sumber : PT. BINTANG MAKMUR WIRATAMA, 2013

b. Persepsi Masyarakat

Terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi

kegiatan akan menimbulkan persepsi dari masyarakat. Pada tahap

perekrutan tenaga kerja sebanyak 40 orang dari Kelurahan Babura,

maka masyarakat pekerja yang direkrut akan memberi persepsi

positif dan yang tidak direkrut akan memberi persepsi negatif.

Konstruksi

1. Mobilisasi Peralatan Kerja

a. Kebisingan

Penggunaan kendaraan roda empat dalam mobilisasi peralatan

kerja pada tahap konstruksi akan berpotensi menimbulkan

kebisingan khususnya bagi permukiman di sekitar Jl KH Wahid

Hasyim dan Jl Sei Mencirim yang penduduknya cukup padat.

b. Kerusakan Jalan

Mobilisasi peralatan kerja khususnya alat berat selama masa

konstruksi berlangsung berpotensi menimbulkan kerusakan jalan

berupa terkelupasnya aspal dan turunnya badan jalan khususnya di

Jl KH Wahid Hasyim dan Jl Sei Mencirim.

c. Gangguan Lalu Lintas

Mobilisasi peralatan kerja yang diangkut menggunakan kendaraan

berat/trailer dengan kecepatan rendah yang melintas di sepanjang

jalan kota akan menyebabkan gangguan lalu lintas khususnya di Jl

UKL dan UPL Hal-5

Page 6: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

KH Wahid Hasyim dan simpang Jl Sei Mencirim karena volume

kendaraan yang melintas di jalan tersebut cukup tinggi.

d. Persepsi Masyarakat

Mobilisasi peralatan kerja yang berpotensi menyebabkan

kerusakan jalan dan gangguan lalu lintas akan menimbulkan

dampak turunan berupa timbulnya persepsi negatif dari

masyarakat yang langsung terkena dampak. Jumlah manusia yang

terkena dampak cukup besar yaitu pengguna jalan KH Wahid

Hasyim dan Sei Mencirim, namum persebaran dampaknya tidak

luas. Dampak bersifat kumulatif dan dapat berbalik.

2. Penyediaan Energi Listrik

Energi listrik yang dibutuhkan selama konstruksi diperoleh dari

mesin genset. Operasional mesin genset akan diperlukan hingga

masa konstruksi selesai. Pengoperasian ini berpotensi menimbulkan

kebisingan bagi pekerja di lokasi kegiatan juga bagi penduduk yang

tinggal di sekitar lokasi kegiatan.

3. Persiapan Lahan

Kebisingan

Di atas lahan yang dipersiapkan untuk lokasi kegiatan telah berdiri

bangunan rumah satu lantai. Maka sebelum pembangunan gedung

kantor dilakukan, bangunan rumah tersebut harus dirobohkan

terlebih dahulu dengan menggunakan alat berat yang berpotensi

menimbulkan kebisingan.

4. Desain Tapak Bangunan

a. Kebisingan

Kegiatan ini akan berpotensi menimbulkan kebisingan karena

operasional alat berat dalam mengeruk tanah material.

b. Kerusakan Jalan

Dump truck yang keluar masuk lokasi proyek untuk mengangkut

tanah material dapat menimbulkan kerusakan jalan berupa

pengelupasan aspal dan penurunan badan jalan

c. Gangguan Lalu Lintas

UKL dan UPL Hal-6

Page 7: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

Dump truck yang keluar masuk lokasi proyek untuk mengangkut

tanah material dapat menimbulkan gangguan lalu lintas khususnya

di Jl KH Wahid Hasyim dan simpang Jl Sei Mencirim.

d. Run off

Lokasi tapak proyek sebelumnya adalah rumah berlantai satu

dengan pekarangan. Pengerukan tanah dalam mempersipakan

tapak bangunan dengan pondasi seluruhnya semen akan

meningkatkan air larian apabila hari hujan.

e. Penurunan Kualitas Udara

Mobilisasi tanah material dengan dump truck akan menimbulkan

emisi gas pencemar yang menurunkan kualitas udara sekitar lokasi

proyek.

5. Mobilisasi Bahan Bangunan

a. Kebisingan

Aktifitas kendaraan dalam mobilisasi bahan bangunan selama masa

konstruksi dengan menggunakan dump truck akan menimbulkan

kebisingan bagi pengguna jalan di sepanjang jalan yang dilintasi

kendaraan pengangkut

b. Gangguan Lalu Lintas

Dump truck dengan kecepatan rendah dalam menggangkut material

bahan bangunan akan mengganggu arus lalu lintas kota khususnya

Jl KH Wahid Hasyim dan Jl Sei Mencirim yang cukup padat lalu

lintasnya.

c. Penurunan Kualitas Udara

Dengan adanya kegiatan mobilisasi bahan serta lalu lintas

kendaraan pengangkut, secara langsung akan meningkatkan

kandungan gas buang dan peningkatan kadar debu, sehingga

menimbulkan penurunan kualitas udara di sepanjang lokasi

kegiatan dan menyebar ke lingkungan pemukiman penduduk

sekitar lokasi proyek.

Secara langsung, penurunan kualitas udara terutama kandungan

debu akan mempengaruhi kenyamanan masyarakat. Penyebaran

UKL dan UPL Hal-7

Page 8: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

gas buang dan debu ini akan meningkat dan meluas bila kegiatan

dilakukan pada musim kering/kemarau.

6. Pembangunan Gedung dan Sarana Penunjang

a. Kebisingan

Aktifitas lalu lintas dalam pengangkutan alat dan bahan material

pembangunan gedung kantor beserta sarana penunjangnya akan

berpotensi menimbulkan kebisingan baik bagi pekerja dalam lokasi

kegiatan maupun bagi masyarakat sekitar lokasi proyek.

Menurut Zeans (1976), tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh

alat-alat berat sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat Kebisingan yang Ditimbulkan Kendaraan Alat-Alat Berat

Sumber Sumber : Zeans, 1976

b. Run Off

Perubahan tapak bangunan dari perumahan individual menjadi

daerah pemukiman multi-unit akan menimbulkan air larian yang

jika tidak dikelola akan menimbulkan banjir di sekitar Jl KH Wahid

Hasyim dan Jl Sei Wampu Medan

c. Penurunan Kualitas Udara

Masa konstruksi gedung dan sarana penunjangnya berpotensi

menimbulkan penurunan kualitas udara secara mikro. Keluar

masuknya kendaraan selama masa konstruksi ini secara tidak

langsung akan mempengaruhi kualitas udara di sekitar lokasi

proyek

Tabel 3. Emisi Polutan Udara dari Pemakaian Alat Berat

UKL dan UPL Hal-8

No Alat Berat Tingkat Kebisingan pada Jarak (dB)

10 m 20 m 30 m 40 m 50 m

1 Generator Yanmar 5 KVA 68 62 58 50 452 Truck Isuzu 78 74 71 68 643 Buldozer 78 74 71 68 644 Loader 80 70 69 65 60

Page 9: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

No Alat BeratFostur Emisi lb/jam

CO NO2 SO2 Partikel Debu

1 Buldozer 0,793 5,050 0,304 0,165

2 Motor Grader 4,215 1,050 0,086 0,061

3 Dump Truck 1,340 7,630 0,454 0,256

4 Tractor 2,150 0,994 0,690 0,165

Sumber : Environmental Data Book, 1992

d. Kecelakaan Kerja

Selama masa konstruksi gedung akan ada potensi timbulnya

kecelakaan kerja di lokasi kegiatan khususnya dari tenaga kerja non

skill.

7. Pengelolaan Sanitasi Lingkungan

a. Timbulnya Limbah Padat

Aktivitas para pekerja di lokasi kegiatan menghasilkan limbah

padat yang berasal dari sisa bungkus makanan dan minuman,

wadah material, dan sampah padat lainnya. Perkiraan produksi

limbah padat di daerah berkembang adalah 0,68 kg/orang/hari.

(WHO, 1982). Sehingga besarnya limbah padat yang dihasilkan

pada masa konstruksi per hari adalah 47 orang x 0,68

kg/orang/hari = 31,96 kg/hari.

b. Timbulnya Limbah Cair

Kebutuhan air pada masa konstruksi Gedung Sei Wampu

diperkirakan cukup besar. Air dipergunakan untuk pembersihan

material bangunan, pencucian armada angkutan yang keluar masuk

lokasi kegiatan sehingga ketika keluar dari areal proyek, roda

kendaraan bebas dari tanah dan lumpur yang berpotensi mengotori

badan jalan.

Kebutuhan air diperoleh dari air bawah tanah. Perkiraan kebutuhan

air untuk setiap tenaga konstruksi setiap harinya adalah 100 L per

hari. (Panduan penyusunan dan pemeriksaan dokumen UKL/UPL

Bangunan Komersial, 2007)

UKL dan UPL Hal-9

Page 10: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

Bila diasumsikan semua air yang dipakai menjadi limbah cair maka

volume limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas para pekerja

adalah 47 orang x 100 L/hari = 4.700 L/hari.

Tahap Pasca Konstruksi (Operasional)

1. Operasional Gedung Kantor

a. Gangguan Lalu Lintas

Pada tahap operasional, ada potensi timbulnya gangguan lalu lintas

berupa kemacetan karena lokasi kegiatan berada di jalan besar

antara Jl KH Wahid Hasyim dan simpang Jl Sei Mencirim. Lokasi ini

dilewati oleh kendaraan umum dan kendaraan pribadi dengan

volume yang cukup padat karena merupakan jalan lintas menuju Jl

Gajah Mada dan Jl Gatot Subroto.

b. Kesempatan Kerja

Operasional gedung Sei Wampu akan membuka kesempatan

bekerja bagi masyarakat sekitar lokasi kegiatan sebagai tenaga

keamanan, cleaning service, petugas parkir. Masyarakat sekitar

juga berpotensi membuka usaha di sekitar gedung Sei Wampu.

Tabel 4. Kebutuhan Tenaga Kerja saat Operasional Gedung Sei Wampu

No Kebutuhan Jumlah (orang) Pendidikan1 Cleaning Service 8 SMP/SD2 Tenaga Keamanan 3 SMA3 Tukang Parkir 3 SMP/SD

Jumlah 16 Sumber : Analisa Konsultan, 2013

c. Penurunan Kualitas Air Permukaan

Limbah domestik yang dihasilkan dari operasional gedung Sei

Wampu akan dibuang ke parit besar di depan gedung yang

merupakan saluran drainase. Bila limbah ini tidak dikelola terlebih

dahulu sebelum dibuang ke saluran drainase, maka akan dapat

mengakibatkan menurunnya kualitas air permukaan.

UKL dan UPL Hal-10

Page 11: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

2. Penanganan Limbah

a. Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan pada tahap operasional bersumber

dari toilet/kamar mandi. Limbah dari kamar mandi berupa tinja

dari setiap lantai disalurkan melalui pipa ke dalam septic tank. Air

limbah non tinja disalurkan melalui pipa menuju IPAL yang

dibangun di bagian Utara Gedung Sei Wampu. Proses pengolahan

limbah cair non tinja yang dihasilkan dari limbah kamar mandi

adalah berupa proses koagulasi dan flokulasi serta filtrasi. Setelah

limbah cair mengalami pengolahan yaitu mulai dari proses

koagulasi, flokulasi hingga filtrasi dimana limbah cair tersebut

telah memenuhi baku mutu limbah cair domestic untuk dibuang ke

lingkungan maka selanjutnya limbah cair tersebut dialirkan ke

drainase kota.

Menurut Kriteria PerencanaanDitjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

bahawa kebutuhan air per orang dalam kantor adalah 10

l/pegawai/hari. Maka jika diasumsikan jumlah pegawai dan staf

pendukung untuk aktifitas gedung adalah 154 orang, akan

membutuhkan air sebanyak 1540 l/hari.

Jika diasumsikan seluruh pemakaian air menjadi limbah, maka

jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan gedung tersebut

adalah 1.540 dm3/hari.

b. Limbah padat menghasilkan 2 (dua) macam limbah yaitu sampah

dan sludge:

Sampah

Sampah terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu sampah kering dan

sampah basah. Sampah kering berasal dari sisa-sisa kertas,

kemasan, puntung rokok, tissue dan lainnya. Menurut

Widyatmoko (2002) sampah kering ini dikategorikan sebagai

sampah komersil karena dapat diolah lagi dan dimanfaatkan.

Sedangkan sampah basah berasal dari sisa-sisa makanan.

UKL dan UPL Hal-11

Page 12: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

Sampah padat tersebut ditampung pada TPS (Tempat

Pembuangan Sementara) yang terletak di basement dan sehari

dua kali sampah yang terdapat pada TPS tersebut akan

dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang dikelola

Dinas Kebersihan Kota Medan, baik yang berada di Namo

Bintang atau Terjun. Untuk pengangkutannya akan bekerja

sama dengan Dinas Kebersihan Kota Medan.

Perkiraan produksi limbah padat di daerah berkembang adalah

0,68 kg/orang/hari. (WHO, 1982). Sehingga besarnya limbah padat

yang dihasilkan pada masa operasional gedung per hari adalah 154

orang x 0,68 kg/orang/hari = 104,72 kg/hari.

Sludge

Limbah ini khususnya yang dari closet berisi feases sebelum

dibuang ke resapan, disalurkan dan diolah terlebih dahulu

didalam septic tank. Dalam jangka waktu tertentu jika septic

tank telah penuh maka lumpur yang mengendap harus di

kuras dan dibuang dari lokasi.

UKL dan UPL Hal-12

Page 13: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

C. Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan

Hidup

Tabel 3. Matriks Dampak Yang Akan Terjadi dan langkah Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

UKL dan UPL Hal-13

Page 14: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

D. Jumlah Dan Jenis Izin-Izin Yang Dibutuhkan

Izin yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

1. Izin Lingkungan

2. Izin Ketinggian Bangunan

3. Izin Dampak Lalu Lintas

UKL dan UPL Hal-14

Page 15: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

E. Surat Pernyataan

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jabatan :

Nama Usaha :

Alamat Usaha :

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. UKL dan UPL dari kegiatan tersebut di atas telah disusun dengan benar dan sesuai

peraturan yang berlaku.

2. Kami berjanji dan bersedia melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan Hidup

sesuai yang tercantum dalam UKL dan UPL ini, serta bersedia dipantau dampaknya oleh

instansi/pihak yang berwenang selama kegiatan berlangsung sesuai peraturan yang

berlaku.

3. Bila kami tidak melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud di

atas, kami bersedia menghentikan kegiatan usaha dan bersedia menanggung semua

kerugian serta segala resiko yang ditimbulkannya oleh kegiatan proyek.

4. Kami bersedia memperbaharui UKL dan UPL ini apabila terjadi penambahan luas area

dan/atau kapasitas kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

F. Daftar Pustaka

UKL dan UPL Hal-15

Page 16: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

bennysyah.edublogs.org/files/.../jurnal-amdal-1.doc

Davis, M.L. and Cornwell, D.A. 1991. Introduction to Environmental Engineering. Second edition. Mc-Graw-Hill, Inc. New York.822p.

Emil Salim; Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta, 1986.

F.Gunawan Suratmo; Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1984.

Jazanul Anwar, et al. Ekologi Ekosistem Sumatera, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1984.

Juli Soemirat Slamet; Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.

Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

McNelly, R.N., Nelmanis, V.P. and Dwyer, L. 1979. Water Quality Source Book, A Guide to Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate, Water Quality Branch. Otawa, Canada. 89 p.

Moore, JW 1991. Inorganic Contaminant of Surface Water. Springer-Verlag. New York. 334 p.

Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Bandung, 1995.

S.S Dara, A textbook of Environtmental Chemistry and Pollution Control, First Edition, Ram Nagar, New Delhi, 2007

UKL dan UPL Hal-16

Page 17: Identitas Pemrakarsa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

GEDUNG SEI WAMPU

G. Lampiran

UKL dan UPL Hal-17