IDENTIFIKASI TULANG

download IDENTIFIKASI TULANG

If you can't read please download the document

description

Tulang

Transcript of IDENTIFIKASI TULANG

25

BAB IPENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai akibat yang tidak diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khusunya yang berkaitan dengan upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban dan atau pelakunya.Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana, mengetahui identitas korban merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, yaitu sebagai langkah awal penyidikan yang harus dibuat jelas lebih dahulu sebelum dapat dilakukan langkah-langkah selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. Apabila identitas korban tidak dapat diketahui, maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan. Selanjutnya apabila penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas korban, maka dapat dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal (ingat semboyan: lebih baik membebaskan yang bersalah daripada menghukum yang tidak bersalah).Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan masal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar, atau diragukan orangtuanya. Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologik dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi DNA.

1.2 RUMUSAN MASALAHMakalah ini membahas tentang identifikasi tulang pada manusia yang akan di guanakan untuk identifikasi dalam hal visum et repertum di forensik.

TUJUAN PENULISANMemaham tentang identifikasi tulang manusaia pada ilmu kedokteran forensik khususnya tentang identifikasi tulang manusia.

Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan kepanitraan klinis di bagian ilmu kedokteran forensik dan medikolegal fakultas kedokteran universitas islam malang RSUD dr. Moewardi Surakarta.

MANFAATBagi Mahasiswa

Sebagai bekal dalam menjalani profesi sebagai dokter muda.Bagi Institusi Pendidikan

Mengerti maksud dan tujuan dalam melakukan identifikasi forensik.25

Sebagai media pengabdian masyarakat terutama kasus-kasus yang berkembang di 25

masyarakat khususnya dalam bidang Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Bagi Pengadilan

Pentingnya IDENTIFIKASI-FORENSIK bagi penyelesaian perkara pidanaBAB IITINJAUAN PUSTAKA

Osteologi Definisi OsteologiOsteologi adalah cabang ilmu anatomi yang mempelajari tulang yang merupakan satu dari teknik yang paling bermakna pada pemeriksaan antropologi forensic, karena antropologi forensic berhubungan dengan pemeriksaan sisa-sisa tulang maupun tulang yang utuh. Pemeriksaan dapat menentukan perkiraan usia, jenis kelamin, pertalian ras, tampilan fiisk saat hidup. Tengkorak merupakan bagian dari rangka manusia yang paling informative. Namun, jarang sekali tengkorak ditemukan dalam keadaan utuh ataupun baik. Oleh karena itu osteologi haris dapat memanfaatkan apapun tulang yang tersedia.

Gambar: Alat alat Ukur Pemeriksaan OsteologiOsteologi harus mengerti mengenai kerangka manusia. Langkah pertama pertama dariosteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan apakah dari manusia atau bukan.Walaupun banyak sekali variasi yang terdapat pada manusia atau hewan, namun terdapat persamaan-persamaan umum pada setiap spesies. Jika tengkorak tidakditemukan, tulang manusia dapat dibedakan dari hewan berdasarkan bentuk, ukurandan perbedaan densitas tulang. Penentuan spesies akan sangat sulit jika tulang yangditemukan berupa pecahan pecahan. Ada dua tipe sifat yang dapat ditemukan dari sisa sisa rangka yaitu metrik dan nonmetrik. Tipe metrik adalah variasi ukuran tulang. Contohnya panjang dari humerus pada seseorang dapat lebih panjang dari orang lainyang mempunyai tinggi badan yang sama. Sifat nonmetrik adalah perbedaan antaratulang tulang seseorang yang tidak dapat diukur. Contohnya penyatuan pada tulangseseorang dapat berbeda dengan orang lainnya

2.1.2 Biologi Tulang ManusiaTulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia memiliki 190 tulang, dan tulang ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang kita dapati pada tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibiadan fibula. Tulang pendek meliputi tulang belikat/klavikula, metacarpal dan metatarsal (jari tangan dan kaki). Tulang pipih terdapat pada tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan occipital. Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii.

2.1.3 Anatomi TulangSecara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang mendasar yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal. Struktur kompakta/kortikal terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada bagian internal tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian tengah tulang panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum tulang. Pada persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago/tulang rawan sepanjang hidup yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada persendian ini lebih halus dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak terletak pada persendian. Contohnya adalah pada bagian distal humerus atau siku. Selain itu, tulang subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal Haversi. Pada tulang vertebra, strukturnya porus dan dinamakan tulang trabecular atau cancellous. Daerah tulang trabecular pada rangka yang sedang tumbuh memiliki tempat-tempat sumsum merah, jaringan pembuat darah atau hemopoieticyang memproduksi sel-sel darah merah, putih dan platelet. Sumsum kuning berfungsi terutama sebagai penyimpan sel-sel lemak di kavitas medullaris pada tulang panjang, dikelilingi oleh tulang kompakta. Selama pertumbuhan, sumsum merah digantikan secara progresif oleh sumsum kuning di sebagian besar tulang panjang.Bagian-bagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut diaphysis, sedangkan ujung proksimal dan distalnya terdapat epiphysis dan metaphysis. Jadi, diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjang sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping. Semasa hidup, bagian eksternal tulang yang tidak berkartilago dilapisi oleh periosteum. Periosteum adalah membran dengan vaskularisasi yang memberi nutrisi pada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh endosteum/membran seluler. Baik periosteum maupun endosteum adalah jaringan osteogenik yang berisi sel-sel pembentuk tulang. Pada periosteum yang mengalami trauma, sel-sel pembentuk tulang jumlahnya bertambah. Pada periostitis/trauma pada periosteum ditandai dengan pembentukan tulang baru di permukaan eksternal tulang yang tampak seperti jala/trabekula.2.1.5 Struktur Molekuler TulangTulang manusia dan hewan sama-sama terdiri atas kolagen, molekul protein yang besar,yang merupakan 90% elemen organik tulang. Molekul-molekul kolagen membentuk serabut serabut elastik pada tulang tapi pada tulang dewasa, kolagen mengeras karena terisi bahan anorganik hydroxyapatite. Kristal-kristal mineral ini dalam bentuk calcium phosphate mengisi matriks kolagen. Serabut-serabut protein dan mineral ini membuat tulang memiliki dua sifat, yaitu melunak seperti karet bila mineral anorganiknya rusak atau mengeras (bila direndam dalam larutan asam); atau retak dan hancur bila kolagen/organiknya rusak (bila direbus/dipanasi).

2.1.6 Macam-Macam Tulang Dan BagiannyaTulang dalam tubuh setiap makhluk memiliki bentuk yang beraneka ragam termasuk tulang manusia. Tulang pada tubuh manusia terdiri dari beberapa macam yaitu: (martini, 2009).Tulang pipa atau tulang panjang (long bone)

Sesuai dengan namanya tulang pipa memiliki bentuk seperti pipa atau tabung dan biasanya berongga. Di ujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsi untuk berhubungan dengan tulang lain. Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian tengah disebut diafisis. Kedua ujung disebut epifisis dan diantaranya epifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Beberapa contoh tulang pipa adalah pada tulang tangan diantaranya tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius) serta tulang kaki diantaranya tulang paha (femur), dan tulang kering (tibia).Tulang pipih (flat bone)

Bentuk tulang yang kedua yaitu tulang pipih. Tulang pipih tersusun atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons, didalamnya terdapat sumsum tulang. Kebanyakan tulang pipih menyusun dinding rongga sehingga tulang pipih ini sering berfungsi sebagai pelindung atau memperkuat. Contohnya adalah tulang rusuk (costa), tulang belikat (scapula), tulang dada (sternum), dan tulang tengkorakTulang pendek (short bone)

Dinamakan tulang pendek karena ukurannya yang pendek dan berbentuk kubus umumnya dapat kita temukan pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.Tulang tak berbentuk (irregular bone)

Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tak termasuk ke dalam tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Tulang ini terdapat di bagian wajah dan tulang belakang. Gambar tulang wajah (bagian mandibula) disamping termasuk tulang irregular.

Jenis-Jenis TulangKetika kita bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita bernjak dewasa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga akhrnya menjadi 206 tulang. Dari 206 tulang ini terdapat beberapa jenis tulang. Jenis-jenis tulang ini ada yang dibedakan berdasarkan matriksnya dan ada yng berdasrakan jaringan dan sifat fisik (keras tidaknya tulang). Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Tulang rawan (kartilango)

Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan tersusu atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu kondritin sulfat yang didalamnya twerdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itutulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan ajringan ikat baisa. Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang rawan yaitu kondrosit. Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastic, tulang rawan fibrosa.

Tulang keras (osteon)

Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang berfungsi menyusun berbagai system rangka. Tulang tersusu atas: osteoblas. Osteosit, sel-sel tulang dewasa, osteoklas

Gambar : Anatomi Rangka Manusia

2.1.8 Histologi dan Metabolisme TulangHistologi adalah studi jaringan pada tingkat mikroskopik. Tulang imatur dan matur berbeda strukturnya. Tulang imatur lebih primitif dalam istilah evolusi phylogenetiknya, berupa jaringan ikat yang kasar dan seperti jala kolagen, polanya random dan tidak teratur orientasinya. Tulang imatur lebih banyak memiliki osteocyte, biasanya terdapat pada tulang yang menderita tumor, pada penyembuhan fraktur dan pada rangka embrionik. Tulang kompakta tidak bisa diberi nutrisi melalui difusi permukaan pembuluh-pembuluh darah, sehingga memerlukan sistem Haversi. Tulang trabekular lebih porus dan menerima nutrisi dari pembuluh darah di sekitar ruang sumsum. Tulang dewasa baik yang kompakta maupun trabekular secara histologis adalah tulang lamela. Pemeriksaan makroskopik potongan melintang tulang kompakta umumnya menunjukkan 4 sampai dengan 8 cincin konsentris yang dinamakan lamella haversi. Pemeriksaan setiap lamella menunjukkan tumpukan paralel serabut kolagen. Serabut kolagen pada lamela berikutnya berorientasi ke arah yang berbeda. Perbedaan arah serabut-serabut kolagen ini menambah kekuatan struktur tulang.Setiap batang potongan melintang tulang kompakta lamelar disebut sistem Haversi atau osteon berukuran 0,3 mm diameternya dan 3-5 mm panjangnya. Inti sistem Haversi adalah kanal Haversi dimana darah, limfe dan serabut saraf lewat. Kanal-kanal kecil tambahan disebut kanalkanal Volkmann membelah jaringan tulang secara oblique pada sudut runcing di permukaan periosteal dan endosteal untuk menghubungkan kanal-kanal Haversi, membentuk jaringan yang menyuplai darah dan limfe ke sel-sel tulang panjang. Lubang-lubang kecil di dalam setiap lamela disebut lacunae. Setiap lacunae mempunyai sel-sel tulang disebut osteocyte. Nutrisi ditransport ke sel-sel ini melalui kanalikuli. Osteoblast adalah sel-sel tulang yang berfungsi untuk membentuk, sintesis dan deposit materi tulang, biasanya terkonsentrasi di bawah periosteum. Osteoblast membuat osteoid, matriks organik tak terkalsifikasi yang kaya kolagen. Kalsifikasi tulang terjadi sebagai kristal-kr istal hydroxyapatite, komponen anorganik tulang. Ketika osteoblast dikelilingi matriks tulang, disebut osteocyte, selsel yang terletak di dalam lacunae dan bertanggung jawab memelihara tulang. (Indriati, 2004)Osteoklas bertugas mereabsorbsi tulang. Pembentukan kembali atau remodeling tulang terjadi pada tingkat seluler dimana osteoklas mereabsorbsi jaringan tulang dan osteoblast membangun jaringan tulang.

2.2 Pertumbuhan TulangOsteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous (contohnya pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya pada tulang iga, vertebra, basis cranii, tulang tangan dan kaki)., dimana osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi. Membrana tipis bernama perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di bawah perichondrium pada tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di sekitar bagian luar batang kartilago. Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut periosteum, jaringan ikat berserabut yang mendeposit tulang selapis demi selapis. Diameter tulang panjang meningkat, dan osteoklas pada permukaan endosteal mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblas pada periosteum mendeposit tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik) tulang panjang ini disebut pertumbuhan aposisional.Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi pada bidang piphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang terletak di antara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat osifikasi sekunder). Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah tulang yakni menuju proksimal dan menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti ketika metaphysis menyatu dengan epiphysis. Pada sebelas minggu sebelum lahir, biasanya terdapat kurang lebih 800 pusat osifikasi. Pada waktu lahir terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat osifikasi primer muncul sebelum lahir dan pusat osifikasi sekunder muncul sesudah lahir. Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer dan sekunder menyatu dan jumlah tulang menjadi 206 elemen.

2.3 Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia, ditentukan apakah potonganpotongan tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin). Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, status sosial ekonomi, kebiasaan-kebiasaan tertentu dan sebagainya serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.

Gambar : Ruang Lingkup Pemeriksaan Antropologi Forensik

2.4 Identifikasi KerangkaUpaya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang. Pemeriksaan terhadap pusat penulangan (osifikasi) dan penyatuan epifisis tulang sering digunakan untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan menggunakan foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap pusat penulangan pada tulang.

2.5 Perkiraan UmurPemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak guna perkiraan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode, namun pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak akurat dan hanya dipakai dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-dekade (umur 25-35-45 tahun) saja. Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur dari 18 tahun hingga 50 tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh Mokern dan Stewart. Mokern dan Stewart membagi simfisis pubis menjadi 3 komponen yang masing-masing diberi nilai. Jumlah nilai tersebut menunjukkan umur berdasarkan sebuah tabel. Schranz mengajukan cara pemeriksaan tulang humerus dan femur guna penentuan umur. Demikian pula tulang klavikula, sternum, tulang iga dan tulang belakang mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur. Nemeskeri, Harsanyi dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan sutura endokranial, relief permukan simfisis pubis dan struktur spongiosa humerus proksimal/epifise femur, dan mereka dapat menentukan umur dengan kesalahan sekitar 2,55 tahun. Perkiraan umur dari gigi dilakukan dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3 tahun, masa statis gigi susu 3-6 tahun, geligi campuran 6-12 tahun).Selain itu dapat juga digunakan metode Gustafson yang memperhatikan atrisi (keausan), penurunan tepi gusi, pembentukan dentin sekunder, semen sekunder, transparasi dentin dan penyempitan/penutupan foramen apikalis.Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun perkiraan umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac joint, cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan gigi memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk memperkirakan usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk menentukan perkiraan usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda dan dewasa tua.Usia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir, dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu tidak akan mempengaruhi pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake makanan yang kurang, tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien ibu. Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing masing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi permanen mulai terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan dari gigi permanen merupakan indikator yang baik untuk menentukan usia. Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti bagian-bagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor penentuan yg baik.Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh. Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masing massing epifisis akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan sutura cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis; struktur mikro dari tulang dan gigi.Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.

Gambar. Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur

Gambar : Penutupan Sutura TengkorakUsia perinatal, yaitu bayi yang belum lahir, dapat ditentukan dari ukuran tulang. Ini karena faktor luar seperti malnutrisi pada ibu tidak akan mempengaruhi pertumbuhan fetus secara berarti. Dalam periode intake makanan yang kurang, tubuh ibu akan memberi nutrisi pada fetus, mengambil nutrien ibu.

Umur dalam tiga tahapan :Bayi baru dilahirkan, Neonatus, bayi yang belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing-masing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi permanen mulai terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan dari gigi permanen merupakan indicator yang baik untuk menentukan usia. Beberapa proses penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti bagianbagian yang lunak dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor penentuan yg baik. Pengukuran tinggi badan diukur :

Streeter : tinggi badan dari puncak kepala sampai tulang ekor

25

Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala sampai tumit

Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun

25

Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh. Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masing-massing epifisis akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan sutura cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis; struktur mikro dari tulang dan gigi.Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17 25 tahun.25

Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi.

25

Unifikasi dimulai umur 18 25 tahun.

25

Unifikasi lengkap 25 30 tahun, usia lebih dari 31 tahun sudah lengkap

25

Tulang belakang sebelum 30 tahun menunjukkan alur yang dalam dan radier pada permukaan25

atas dan bawah.

Dewasa > 30 tahun

Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan penyatuan sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.

Gambar : Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur

Pemeriksaan tengkorak :Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksternaSutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur 20 30 tahunSutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 35 tahun tetapi dapat tetap terbuka sebagian pada umur 60 tahun.Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70 tahun.

2.6 Penentuan Jenis KelaminJenis kelamin dapat ditentukan dengan beberapa cara dari bagian bagian yang berbeda pada rangka. Penentuan jenis kelamin hanya mungkin pada rangka orang dewasa. Salah satu cara yang umum dilakukan yaitu dengan mengukur ukuran tulang, dimana pada pria ukuran rangka lebih besar. Pria juga lebih cenderung memiliki area lebih luas untuk perlekatan otot.

Gambar : Perbedaan Pelvis Pria dan WanitaPelvis adalah tulang yang paling umum digunakan untuk menentukan jenis kelamin. Sudut subpubis pada wanita lebih besar, biasanya lebih dari 900. Acetabulum, yang merupakan tempat perlekatan kepala femur dengan os pubis, khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan wanita. Sakrum lebih lurus pada wanita dan lebih lengkung pada pria. Pintu atas panggul pada wanita lebih luas daripada pria.

Gambar : Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita

Kranium atau tengkorak merupakan tulang yang juga berguna untuk menentukan jenis kelamin. Dagu pada pria cendrung lebih petak dan lebih lancip pada wanita. Dahi pada pria cendrung lebih landai sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus. Pria memiliki lengkungan alis yang lebih tinggi daripada wanita.

2.7 Perkiraan Tinggi BadanTinggi merupakan persamaan linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus (lengan atas), femur (paha), radius (pengumpil) dan tibia (kering) dengan rumusan Trotter dan Gleser, Stevenson, Karl pearson, Dupertus dan Hadden Kepentingan pengukurang tinggi badan dari tulang panjang adalah penting pada keadaan tubuh sudah terpotong atau yang didapatkan rangka atau sebagai tulang.

Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang panjang :Tulang lengan atas.35%TB

25

Tulang paha27%TB

25

Tulang kering.22%TB

25

Tulang belakang.35%YB

Perhatikan dengan pengukuran osteometrik board : tulang h25

arus dalam keadaan kering.Rumus TB (tinggi badan)1. StevensonTB = 61,7207 + 2,4378 X F + 2,1756 (F = Femur)TB = 81,5115 + 2,8131X H + 2,8903 (H = Humerus)TB = 59,2256 + 3,0263 X T + 1,8916 (T = Tibia)TB =80,0276 + 3,7384 X R + 2,6791 (R = Radius)

2. Trotter dan Gleser (untuk ras mongoloid)TB =1, 22 (Femur + Fibula) + 70,24 (3,18 cm)TB =1, 22 (Femur + Tibia) + 70,37 (3,24 cm)TB =2,40 (Fibula) + 80,56 (3,24 cm)TB =2,39 (Tibia) + 81,45 (3,27 cm)TB =2,15(Femur) + 72,57 (3,80cm)TB =1, 68 (Humerus+ Ulna 71,18) + (4,14 cm)TB =1, 67(Humerus+ Radius ) + 74,83 (4,16 cm)TB =2,68 (Humerus) + 83,19 (4,25 cm)TB =3,54 (Radius) + 82,00 (4,60 cm)TB =3,48(Ulna) + 77,45(4,66 cm)

Pengukuran sebaiknya dengan kedua formula tersebut diatas agar mendekati tinggi badansebenarnya. Rumus antropoloogi Ragawi UGM pria dan dewasa (Jawa)TB = 897 + 1,74 y (femur kanan)

25

TB = 822 + 1,90 y (femur kiri)

25

TB = 879 + 2,12 y (Tibia kanan)

25

TB = 847 + 2,22 y (Tibia kiri)

25

TB = 867+ 2,19 y (fibula kanan)25

TB = 883 + 2,14 y (fibula kiri)

25

TB = 847 + 2,60 y (humerus kanan)

25

TB = 805 + 2,74 y (humerus kiri)

25

TB = 842 + 3,45 y (radius kanan)

25

TB = 862 + 3,15 y (radius kiri)

25

TB = 819 + 3,15 y (ulna kanan)

25

TB = 847+ 3,06 y (radius kiri)

25

Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi dewasa mudadi Indeonesia :a) Pria :TB = 72,9912 + 1,7227 (Tibia) + 0,7545 (Fibula) (25

} 4,2961 cm)TB = 75,9800 + 2,3922 (Tibia) (25

} 4,3572 cm)TB = 80,8078 + 2,2788 (Fibula) (25

} 4,6186 cm)

b) Wanita :TB = 71,2817 + 1,3346 (Tibia) + 1,0459 (Fibula) (25

} 4,8684cm)TB = 77,4717 + 2,1889 (Tibia) (25

} 4,9526 cm)TB = 76,2772 + 2,2522 (Fibula) (25

} 5,0226 cm)

Penentuan tinggi badan menjadi penting pada keadaan dimana yang harus diperiksa adalah tubuh yang sudah terpotong-potong atau yang didapatkan rangka, atau sebagian dari tulang saja. Penentuan taksiran tinggi badan dapat ditentukan dengan menggunakan kalkulator TI-82, denganmenggunakan persamaan y=m*x + b. Tinggi merupakan persamaan linear dari berbagai panjangtulang, yaitu humerus, radius, femur dan tibia.

2.8 Pemeriksaan Penentuan Umur Tulang2.8.1 Tes FisikaSeperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra violet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang dipotong melintang, kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra violet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak berfluorosensi sampai ke bagian tengah.Dengan pengamatan yang baik akan terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan pemotongan menjadi tidak berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini berubah-ubah, tetapi diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang dengan sempurna kira-kira 100 -150 tahun. Tes Fisika yang lain adalah pengukuran kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik dan pengamatan terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi tertentu. Semua kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari kalsifikasi tulang seperti pengoroposannya.

Garnbar : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang memancarkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan. b. Setelah satu abad atau lebih sisafluoresensi mengerut ke pusat sumsum tulang. c. Sebelum fluoresensi menghilang dengansempurna pada abad berikutnya.

2.8.2 Tes SerologiTes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di daerah berhawa panas.Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi positif menyingkirkan bahwa tulang masih baru. Reaksi positif, diperkirakan umur tulang saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada tulang yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk.Aktifitas Immunologik ditentukan dengan metode gel difusion technique dengan anti human serum. Serbuk tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen coombs, lama kematian kira-kira 510 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi lingkungan.

2.8.3 Tes KimiaTes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara mengukur pengurangan jumlah protein dan Nitrogen tulang. Tulang-tulang yang baru mengandung kirakira 4,5 % Nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat. Jika pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % Nitrogen, diperkirakan bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun. Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino, terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah yang terutama. Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang. Jika pada pemeriksaan Fralin dan Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50 tahun. Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih.

2.8.4 Gambaran FisikTulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat pada tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum kelihatan berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama, walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun atau lebih. Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang seperti :Dari Bau Tulang

Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5 bulan. Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.Warna Tulang Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian

kurang dari 7 bulan. Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan.Kekompakan Kepadatan Tulang

Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan keadaan permukaan tulang. Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori, diperkirakan kematian kurang dari 1 tahun. Bila tulang telah mempunyai pori-pori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.

Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan. Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua. Tulangtulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma, maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan elemen lain.Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi, seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha. Hal ini sering karena lapisan luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujungtulang dibandingkan dengan di bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari. Jadi banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang, disamping jenis tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan padat seperti tulang paha dan lengan dapat bertahan sampai berabad-abad, sementara itu tulang-tulang yang kecil dan tipis akan hancur lebih cepat. Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki dan tulang-tulang tangan, jari-jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti juga yang dialami tulang-tulang kecil dari janin dan bayi.

BAB IVKESIMPULAN

Bidang antropologi forensik adalah salah satu cabang dari identifikasi forensic dan membantu dalam mengidentifikasi korban mutilasi yang sering terjadi di Indonesia. Antara metode yang sering digunakan adalah perkiraan umur tulang dari korban.Faktor lingkungan jauh lebih berperan daripada waktu dalam mempengaruhi keadaan tulang.Dalam menentukan umur tulang dapat berdasarkan:

Tes Fisika (fluoresensi dengan sinar ultraviolet)

25

Tes Serologi

25

Tes Kimia (Penentuan kandungan Nitrogen dan Asam amino)

25

Untuk penentuan lama kematian individu adalah dengan menghitung selisih umur tulang dengan umur individu. Dan juga dari gambaran fisik tulang seperti bau, warna, dan kepadatan tulang.Perkiraan umur tulang dapat menetukan jenis kelamin dan umur korban.

DAFTAR PUSTAKA

Glinka Josef.SVD: Antropometri & Antroposkopi; Edisi Ketiga, Universitas Airlangga, Surabaya, 1990.Budiyanto A, Widiatmaka., Atmaja D.S, dkk. Identifikasi Forensik Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FK-UI. Jakarta. 1999: 197-202.Amir A. Identifikasi. Dalam: Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-USU. Medan. 2005: 178-203.Snell R.S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokeran. Bagian 1. Edisi 3. Alih Bahasa Adji Dharma. EGC. Jakarata. 1997: 1-55.Glinka J., Artaria, Koesbardianti T. Metode Pengukuran Manusia. Airlangga University Press. Surabaya. 2008 :1-66Ritonga M. Penentuan Lama Kematian Dilihat Dari Keadaan Tulang. Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara