IDENTIFIKASI TINGKAT TOLERANSI TERHADAP CEKAMAN …repository.utu.ac.id/559/1/SKRIPSI MUHAMMAD...

122
IDENTIFIKASI TINGKAT TOLERANSI TERHADAP CEKAMAN CAHAYA PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) SKRIPSI OLEH MUHAMMAD NUR 09C10407001 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

Transcript of IDENTIFIKASI TINGKAT TOLERANSI TERHADAP CEKAMAN …repository.utu.ac.id/559/1/SKRIPSI MUHAMMAD...

  • IDENTIFIKASI TINGKAT TOLERANSI TERHADAPCEKAMAN CAHAYA PADA BEBERAPA VARIETAS

    KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)

    SKRIPSI

    OLEH

    MUHAMMAD NUR09C10407001

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT2014

  • IDENTIFIKASI TINGKAT TOLERANSI TERHADAPCEKAMAN CAHAYA PADA BEBERAPA VARIETAS

    KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)

    SKRIPSI

    OLEH

    MUHAMMAD NUR09C10407001

    Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT2014

  • LEMBARAN PENGESAHAN

    Judul Skripsi : Identifikasi Tingkat Toleransi Terhadap CekamanCahaya pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max(L.) Merrill)

    Nama Mahasiswa : Muhammad NurNim : 09C10407001Program Studi : Agroteknologi

    Menyetujui:Komisi Pembimbing

    Pembimbing Utama

    Irvan Subandar, SP., MPNIDN 01-2906-7902

    Pembimbing Anggota

    Chairudin, SPNIDN 01-2209-7301

    Mengetahui:

    Dekan Fakultas Pertanian

    Diswandi Nurba, S.TP., M.SiNIDN 01-2804-8202

    Ketua Program StudiAgroteknologi

    Jasmi, SP., M.ScNIDN 01-2708-8002

    Tanggal Lulus: 19 Juli 2014

  • LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

    Skripsi/tugas akhir dengan judul:

    Identifikasi Tingkat Toleransi Terhadap CekamanCahaya pada Beberapa Varietas Kedelai

    (Glycine max (L.) Merrill)

    Yang disusun oleh:Nama : Muhammad NurN I M : 09C10407001Fakultas : PertanianProgram Studi : Agroteknologi

    Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 19 Juli 2014 dandinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

    SUSUNAN DEWAN PENGUJI :

    1. Irvan Subandar, SP., MP

    Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji ________________________

    2. Chairudin, SP

    Pembimbing II ________________________

    3. Jasmi, SP., M.Sc

    Penguji Utama ________________________

    4. Ir. T. Sarwanidas

    Penguji Anggota ________________________

    Meulaboh, 21 Juli 2014

    Ketua Program StudiAgroteknologi,

    Jasmi, SP., M.Sc

  • Ya Allah.......Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagianKecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu :“Pelajarilah ilmu pengetahuan, sesungguhnya mempelajari itu tanda taqwa kepada Allah,Melaksanakannya adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad,Mengajarkan kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedeqah, maka menebarkannyaAdalah pengorbanan”.

    (H. R. Tarmizi)

    Waktu telah berlalu begitu cepat seiring langkahpunSemakin kencang hidup penuh tantangan terusBerperan dalam menghadapi sebuah angan.

    Puji syukur dan terimakasih kepada Allah SWT, berkat petunjuk dan hidayah-mu semua iniTerlaksana apa yang selama ini kuimpikan, apa yang selama ini kuhayalkan tapih semua iniTelah nyata, kutelah meraih semua apa yang ku jalani secerah harapan kini menanti, inilahSebuh jawaban dari akhir sebuah pertanyaan.

    Ibunda....... yang sangat kusayangi,Jasamu yang telah melahirkanku, membesarkanku dan mendidikku betapa kuBerhutang budi padamu, siang malam Ibunda berdo’a demi Kesuksesan anakmu,Ibunda tepiskan segala dugaan dan cercaha hanya untuk anakmu, ibundaBerikan semangat, motivasi, dan dorongan demi buah hatimu.

    Ayahanda....... yang sangat kucintai,Tutur katamu, nasehatmu, kasih sayangmu, do’amu, harapanmu pegorbananmu dan kerjaKerasmu yang tidak kenal lelah hanya Allah yang dapat membalas semua jasamu.......Demi sayang Ibu dan demi cinta Ayah, karuniahkan Syurgamu untuk mereka kasih merekaMelimpah ruah tiada bertepi jasa keduanya abadi selamanya di jiwa ini dan engkaulahPermata di hatiku yang tak tergantikan.

    Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi Tulusnya do’a,Kupersembahkan karya tulis ini kepada Ayahanda Tercinta Mahmudin danIbunda tersayang Nurmala Iman, juga orang-orang Yang kusayangi, AdekSepupu Samsul Rijal, Edy Irwan, Devy Anasanti, Ismi Tuti, Irma, AbangSepupu Mulyadi, John Otria, Sanaruan, Nazir. Semoga Allah melimpahkanRahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

    Terima Kasih saya ucapkan kepada Pembimbing Irvan Subandar, SP., MP, Chairudin, SPdan Rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi Hari-hariku; Muntazir, SP,Zulfikar Saimi, SP, Erlan Osrica, SP, Junaidi, SP, Ihsan Amarullah, SP, Furqan Riski, SP,T.Ahmad Munzar, Syukri Syarhas, Ikhsan Saputra, Edi Safrizal, Alaeddin, Masnizar,Superdi, Saini, Eko Sugiono, Alfina, Mirwan Saputra, Rosmawan, SP, Fauziah, Azizah,Mawarni, Eva Marianti, serta Teman-teman semuanya, Thank’s for All.

    Ya Allah.......Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan JiwakuAgar Selalu Melangkah di Jalan Mu Amin.......

    Muhammad Nur, SP

  • i

    RINGKASAN

    MUHAMMAD NUR/09C10407001. Identifikasi Tingkat Toleransi TerhadapCekaman Cahaya pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill).Dibawah bimbingan Irvan Subandar, SP., MP selaku pembimbing pertama danChairudin, SP selaku pembimbing anggota.

    Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat seiringdengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Dengandemikian perlu adanya peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Salah satustrategi yang dapat dilakukan adalah melaui perluasan areal tanam. Namundengan perluasan areal tanam dihadapkan beberapa kendala, salah satunya adalahkurangnya luas lahan pertanian potensial, karena digunakan untuk industri ataunon pertanian lainnya. Jadi salah satu akternatif ataupun usaha yang bisadilakukan dengan memanfaatkan lahan marginal dibawah tegakan tanamanberusia muda atau tanaman perkebunan. Hanya saja kendala utama yang dihadapikurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman akibat foktor ternaungi.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi terhadapcekaman cahaya pada beberapa varietas kedelai.

    Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas PertanianUniversitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai bulan Agustus 2013 sampaidengan bulan November 2013.

    Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan AcakKelompok (RAK) dan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot). Faktor pertamaadalah Naungan (N) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu: Tanpa naungan (kontrol),Naungan 25%, dan Naungan 50%. Faktor yang kedua adalah Varietas (V) yangterdiri dari 6 (tiga) taraf yaitu: Anjasmoro, Kipas Merah Bireun, Grobogan,Burangrang, Sinabung, dan Kaba.

    Peubah pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang diamati adalahtinggi tanaman (cm), jumlah daun trifoliate, jumlah buku, umur berbunga (hari),bobot berangkasan kering (gram), jumlah polong berisi, jumlah polong hampa,bobot 100 butir (gram) dan bobot biji kering tanaman-1 (gram).

    Hasil penelitian menunjukkah bahwa Naungan berpengaruh sangat nyataterhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST, umur berbunga, bobot berangkasankering.

    Varietas pengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MSTdan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST, jumlah bukuumur 5 MST, umur berbunga, bobot berangkasan kering, bobot 100 butir.

    Interaksi berpengaruh nyata terhadap jumlah buku umur 3 dan 6 MST,jumlah polong hampa dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanamanumur 3, 4, 5 dan 6 MST, jumlah daun trifoliate umur 4, 5, 6 MST, jumlah bukuumur 4 MST, jumlah polong berisi, bobot biji kering tanaman-1.

  • ii

    Berdasarkan hasil kriteria indeks toleransi cekaman (ITC) menunjukkanbahwa tanaman merespon tingkat toleransi yang berbeda, tergantung pada tingkatnaungan. Varietas Anjasmoro agak toleran pada tingkat naungan 25% tetapimenjadi rentan ketika naungan di tingkatkan menjadi 50%, demikian pula denganvarietas Burangrang, Sinabung dan Kaba. Sedangkan varietas Kipas MerahBireun dan Grobogan sangat toleran pada tingkat naungan 25% menjadi agaktoleran naungan 50%.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan Skripsi dengan Judul “Identifikasi Tingkat Toleransi

    Terhadap Cekaman Cahaya pada Beberapa Varietas Kedelai“. Pembuatan Skripsi

    ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Sarjana pada

    Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.

    Dalam proses penyusunan ini, Penulis banyak mendapatkan bantuan dari

    berbagai pihak, Untuk itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang tak

    terhingga kepada :

    1. Bapak Irvan Subandar, SP., MP selaku Pembimbing utama dan Bapak

    Chairudin, SP selaku Pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan

    serta masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pembuatan

    Skripsi ini.

    2. Bapak Diswandi Nurba, S.TP., M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Teuku Umar

    3. Ibu Jasmi, SP., M.Sc selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

    4. Kepada keluarga tercinta, terutama kepada Ayahanda Mahmudin dan Ibunda

    Nurmala Iman, serta saudara-saudaraku yang telah memberikan do’a, kasih

    sayang, serta dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

    hingga selesai.

    5. Kepada teman-teman seperjuangan khususnya angkatan 2009 yang telah

    memberi dorongan dan motifasi selama ini kepada penulis.

  • iv

    Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membantu akan diterima

    dengan senang hati, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberi manfaat

    bagi semua pambaca dan juga bagi penulis sendiri.

    Meulaboh, 28 Mei 2014

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    RINGKASAN ................................................................................................. iKATA PENGANTAR.................................................................................... iiiDAFTAR ISI................................................................................................... vDAFTAR TABEL .......................................................................................... viDAFTAR GAMBAR...................................................................................... viiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

    I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 11.1. Latar Belakang ..................................................................................... 11.2. Tujuan Penelitian.................................................................................. 41.3. Hipotesis............................................................................................... 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 52.1. Botani Tanaman Kedelai..................................................................... 52.2. Morfologi ............................................................................................ 52.3. Syarat Tumbuh .................................................................................... 92.4. Intensitas Cahaya ................................................................................ 102.5. Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap Intensitas Cahaya Rendah 122.6. Mekanisme Toleransi .......................................................................... 132.7. Varietas ............................................................................................ 16

    III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN .............................................. 183.1. Tempat dan Waktu .............................................................................. 183.2. Bahan dan Alat .................................................................................... 183.3. Metode Penelitian............................................................................... 193.4. Rancangan Percobaan ......................................................................... 203.5. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 223.6. Pengamatan ......................................................................................... 24

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 264.1. Pertumbuhan Tanaman ....................................................................... 264.2. Karakter Produksi ............................................................................... 53

    V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 655.1. Kesimpulan ......................................................................................... 655.2. Saran ................................................................................................... 65

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66LAMPIRAN.................................................................................................... 70

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Nomor Teks Halaman

    1. Kriteria Toleransi Varietas Kedelai Terhadap Naungan BerdasarkanNilai Indeks Toleransi Cekaman (ITC)...................................................... 15

    2. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Naungan dan Beberapa Varietas. .. 21

    3. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas Umur 2 MST................................................................ 26

    4. Rata-rata Tinggi Tanaman Akibat Pengaruh Interaksi Antara Naungandan Varietas Umur 3, 4, 5 dan 6 MST ....................................................... 28

    5. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas Umur 2 dan 3 MST...................................................... 33

    6. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate Akibat Pengaruh Interaksi AntaraNaungan dan Varietas Umur 4, 5 dan 6 MST........................................... 36

    7. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan BeberapaVarietas Umur 5 MST................................................................................ 41

    8. Rata-rata Jumlah Buku Akibat Pengaruh Interaksi Antara Naungan danVarietas Umur 3, 4 dan 6 MST.................................................................. 43

    9. Rata-rata Umur Berbunga pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas ...................................................................................... 47

    10. Rata-rata Bobot Berangkasan Kering pada Berbagai Tingkat Naungandan Beberapa Varietas ............................................................................... 50

    11. Rata-rata Jumlah Polong Berisi Akibat Pengaruh Interaksi AntaraNaungan dan Varietas .............................................................................. 53

    12. Rata-rata Jumlah Polong Hampa Akibat Pengaruh Interaksi AntaraNaungan dan Varietas ............................................................................... 55

    13. Rata-rata Bobot 100 Butir pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas ...................................................................................... 58

    14. Rata-rata Bobot Biji Kering Tanaman-1 Akibat Pengaruh InteraksiAntara Naungan dan Varietas ................................................................... 60

    15. Penentuan Kriteria Indeks Toleransi Cekaman (ITC) BerdasarkanKomponen Produksi (Bobot Biji Kering Tanaman-1) ................................ 63

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Teks Halaman

    1. Adaptasi Tanaman dalam Naungan yang Berperan Penting dalamAvoidance Terhadap Defisit Cahaya.......................................................... 14

    2. Pengaruh Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 2 MST.................... 27

    3. a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 3MST...................................................................................................... 29

    b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 4MST...................................................................................................... 30

    c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 5MST...................................................................................................... 30

    d. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 6MST...................................................................................................... 31

    4. Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3 MST ........ 34

    5. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3 MST ......... 35

    6. a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 4 MST ........................................................................................ 37

    b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 5 MST ........................................................................................ 38

    c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 6 MST ........................................................................................ 39

    7. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 5 MST ......................... 42

    8. a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 3MST...................................................................................................... 44

    b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 4MST ..................................................................................................... 45

    c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 6MST...................................................................................................... 45

    9. Pengaruh Naungan Terhadap Umur Berbunga .......................................... 48

    10. Pengaruh Varietas Terhadap Umur Berbunga ........................................... 49

  • viii

    Nomor Teks Halaman

    11. Pengaruh Naungan Terhadap Bobot Berangkasan Kering ........................ 51

    12. Pengaruh Varietas Terhadap Bobot Berangkasan Kering.......................... 52

    13. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Polong Berisi .......... 54

    14. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Polong Hampa ......... 56

    15. Pengaruh Varietas Terhadap bobot 100 Butir............................................ 59

    16. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Bobot Biji Kering Tanaman-1 60

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Teks Halaman

    1. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 2 MST .............................................................................................. 70

    2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 2 MST................................................................................ 70

    3. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 3 MST .............................................................................................. 71

    4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 3 MST................................................................................ 71

    5. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 4 MST .............................................................................................. 72

    6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 4 MST................................................................................ 72

    7. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 5 MST .............................................................................................. 73

    8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 5 MST................................................................................ 73

    9. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 6 MST .............................................................................................. 74

    10. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 6 MST................................................................................ 74

    11. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 2 MST................................................................................ 75

    12. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 2 MST......................................................................... 75

    13. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 3 MST................................................................................ 76

    14. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 3 MST......................................................................... 76

    15. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 4 MST................................................................................ 77

  • x

    Nomor Teks Halaman

    16. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 4 MST......................................................................... 77

    17. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 5 MST................................................................................ 78

    18. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 5 MST......................................................................... 78

    19. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 6 MST................................................................................ 79

    20. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 6 MST......................................................................... 79

    21. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 3 MST .............................................................................................. 80

    22. Analisis Ragam Jumlah pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasBuku Umur 3 MST .................................................................................... 80

    23. Rata-rata Ragam Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 4 MST................................................................................ 81

    24. Analisis Ragam Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 4 MST................................................................................ 81

    25. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 5 MST .............................................................................................. 82

    26. Analisis Ragam Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 5 MST................................................................................ 82

    27. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 6 MST .............................................................................................. 83

    28. Analisis Ragam Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 6 MST................................................................................ 83

    29. Rata-rata Umur Berbunga pada Berbagai Tingkat Naungan dan Varietas 84

    30. Analisis Ragam Umur Berbunga pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas ...................................................................................................... 84

    31. Rata-rata Bobot Berangkasan Kering pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas ............................................................................................... 85

  • xi

    Nomor Teks Halaman

    32. Analisis Ragam Bobot Berangkasan Kering pada Berbagai TingkatNaungan dan Varietas ................................................................................ 85

    33. Rata-rata Jumlah Polong Berisi pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas ...................................................................................................... 86

    34. Analisis Ragam Jumlah Polong Berisi pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas ............................................................................................... 86

    35. Rata-rata Jumlah Polong Hampa pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas ...................................................................................................... 87

    36. Analisis Ragam Jumlah Polong Hampa pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas ............................................................................................... 87

    37. Rata-rata Bobot 100 Butir pada Berbagai Tingkat Naungan dan Varietas 88

    38. Analisis Ragam Bobot 100 Butir pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas ...................................................................................................... 88

    39. Rata-rata Bobot Biji Kering Tanaman-1 pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas ............................................................................................... 89

    40. Analisis Ragam Bobot Biji Kering Tanaman-1 pada Berbagai TingkatNaungan dan Varietas ................................................................................ 89

    41. Deskripsi Varieras Kedelai ........................................................................ 90

    42. Bagan Percobaan........................................................................................ 96

    43. Denah Tempat Penelitian ........................................................................... 97

    44. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 98

    45. Riwayat Hidup ........................................................................................... 106

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman asli

    daratan cina dan telah di budidayakan oleh manusia sejak 2500 SM, sejalan

    dengan makin berkembangnya perdagangan antar Negara yang terjadi pada awal

    abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai Negara

    tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan

    Amarika (Adisarwanto, 2006).

    Nama kedelai sendiri baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 1700-an.

    Saat itu orang-orang Belanda masuk ke Indonesia dan mendirika perusahaan

    dagang di Jepara. Orang Belanda menyebut tanaman kedelai dengan nama

    cadelium, Kemudian oleh masyarakat Indonesia dipelesetkan menjadi kedelai.

    Namun, dunia internasional lebih mengenal soy atau soybean atau soya

    dibandingkan dengan cadelium (Warisno dan Kres Dahana, 2010).

    Kedelai termasuk bahan pangan yang bermanfaat sebagai bahan makanan

    manusia, pengobatan (terapi) dan bahan pakan ternak, kedelai dapat di olah

    menjadi berbagai macam bahan makanan seperti tauge, susu kedelai, snack

    kedelai, tahu, kembang tahu, tempe, oncom, kecap dan bahan penyedap. Kedelai

    untuk pengobatan berkhasiat mencegah penyakit jantung, osteoporosis, kangker

    payudara, obesitas, dan melancarkan metabolisme tubuh. Bungkil kedelai dan

    ampas tahu dapat di manfaatkan sebagai bahan campuran pakan hewan ternak

    (Astawan, 2013).

  • 2

    Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat seiring

    dengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Oleh karena

    itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi

    dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan tersebut.

    Produksi kedelai nasional pada tahun 2012 (ATAP) sebesar 843.15 ribu

    ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 8,13 ribu ton (0,96 persen)

    dibandingkan tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2013 (ARAM I) produksi

    kedelai diperkirakan 847.16 ribu ton biji kering atau mengalami peningkatan

    sebesar 4,00 ribu ton (0,47 persen) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan

    produksi ini diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 3,94 ribu

    hektar (0,69 persen) meskipun produktivitas diperkirakan mengalami penurunan

    sebesar 0,03 kuintal/hektar (0,20 persen) (ATAP dan ARAM I BPS, 2013).

    Sedangkan di Aceh sendiri produksi kedelai tahun 2013 mencapai 51.637.00 ton

    biji kering, dengan luas panen 35.003.00 Ha (Anonymous, 2013).

    Dalam rangka revitalisasi pertanian yang bertujuan agar tercipta

    swasembada kedelai pada tahun 2015 perlu adanya peningkatan produksi dengan

    cara intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.

    Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan produksi

    kedelai adalah melaui perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi,

    peningkatan kualitas produk, serta upaya-upaya lain yang mendukung berbagai

    pengembangan kedelai Indonesia. Namun dengan perluasan areal tanam memiliki

    beberapa kendala, salah satunya adalah kurangnya luas lahan pertanian potensial,

    karena digunakan untuk industri, pemukiman dan keperluan non pertanian lainnya

    hingga mencapai 47 ribu hektar per tahun. Maka pemanfaatan lahan marginal

  • 3

    seperti lahan di bawah tanaman usia muda menjadi alternatif pilihan (Nasution,

    2004).

    Tanaman kedelai dapat ditanam disela-sela tanaman karet ataupun

    tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan. Penggunaan lahan dibawah

    tegakan akan lebih mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang selama ini belum

    banyak dimanfaatkan. Hanya saja kendala utama dalam pemanfaatan lahan

    marginal dibawah tanaman berusia muda rendahnya intensitas cahaya yang

    diperoleh tanaman akibat faktor naungan.

    Rata-rata intensitas cahaya berkurang 25 - 50% di bawah tegakan karet

    berumur 2 - 3 tahun (Chozin et al., 1999), sedangkan pada tumpangsari dengan

    jagung berkurang 33% (Asadi et al., 1997) dari rata-rata intensitas cahaya di

    lingkungan terbuka 800 kalori/cm²/hari.

    Pada tanaman kedelai radiasi matahari optimum untuk fotosintesis

    maksimal berkisar antara 0,3 - 0,8 kalori/cm²/menit, Radiasi 0,430

    kalori/cm²/menit. Berdasarkan radiasi matahari sehari-hari, hasil fotosintesis

    tertinggi dari tanaman kedelai dicapai pada jam 10 pagi kemudian menurun

    (White dan Izquierdo, 1993 cit. Jufri, 2006).

    Menurut Justika (1980) penelitian kedelai dibawah naungan

    menunjukkan bahwa cahaya 40% sejak perkecambahan mengakibatkan penurunan

    jumlah buku, cabang, diameter batang, jumlah polong dan hasil biji. Naungan 60

    % pada saat awal pengisian polong menyebabkan menurunnya jumlah polong,

    hasil biji dan kadar protein biji. Asadi et al., (1997) menunjukkan bahwa

    penurunan hasil biji kedelai (28 galur) yang diuji di bawah naungan 33 % ialah

    berkisar 2 - 45 % dibandingkan dengan tanpa naungan.

  • 4

    Pada penelitian Soverda at al., (2009) telah dilakukan pengujian terhadap

    15 varietas kedelai. Dari penelitian tersebut teridentifikasi 2 varietas yang toleran

    terhadap naungan yaitu varietas Petek dan varietas Ringgit dan 2 varietas peka

    yaitu Jayawijaya dan Seulawah, 3 varietas moderat yaitu Kawi, Cikurai dan

    Tanggamus, sedangkan 8 varietas lainnya tergolong sebagai varietas yang tidak

    dapat dikategorikan toleran, peka ataupun moderat.

    Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan diatas maka perlu

    dilakukan penelitian tentang pengaruh cekaman cahaya untuk mengetahui tingkat

    toleransi tanaman kedelai serta penggunaan varietas kedelai yang toleran terhadap

    naungan, sehingga tanaman mampu tumbuh dan berproduksi pada lingkungan

    ternaungi.

    1.2. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi terhadap

    cekaman cahaya pada beberapa varietas kedelai.

    1.3. Hipotesis

    1. Cekaman cahaya akibat naungan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil

    tanaman kedelai

    2. Terdapat perbedaan tingkat toleransi yang berkaitan dengan mekanisme

    adaptasi beberapa varietas kedelai terhadap cekaman cahaya

    3. Terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara cekaman cahaya dengan varietas

  • 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Botani Tanaman Kedelai

    2.1.1. Sistematika

    Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman semusim yang

    berbentuk semak-semak rendah, tumbuh tegak dengan panjang batang antara 100

    - 200 cm. Akar kedelai bisa membentuk bintil akar yang berbentuk bulat atau

    tidak beraturan yang merupakan koloni bakteri Rhizobium jopanicum.

    Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja

    dan Soja max. Namun pada tahun 1984 telah disepakati bahwa nama botani yang

    dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merrill. Klasifikasi

    tanaman kedelai sebagai berikut (Adisarwanto, 2005):

    Divisio : Spermatophyta

    Classis : Dicotyledoneae

    Ordo : Polypetales

    Familia : Leguminosae

    Genus : Glycine

    Species: : Glycine max (L.) Merril

    2.1.2. Morfologi

    Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan

    merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman didukung oleh komponen

    umumnya yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya

    bisa optimal (Anonymous, 2009).

  • 6

    2.2. Tipe Pertumbuhan

    a. Tipe Ujung Batang Melilit (Indeterminate)

    Kedelai yang bertipe pertumbuhan semacam ini ujung batangnya tidak

    berakhir dengan rangkaian bunga, jadi ujung batang atau cabang-cabangnya

    tumbuh melilit (AAK, 1991).

    b. Tipe Batang Tegak (Determinate)

    Kedelai yang bertipe pertumbuhan semacam ini, ujung batangnya

    berakhir dengan rangkaian bunga, sedangkan ujung batang atau cabang-

    cabangnya tumbuh tanpa melilit, tetapi lurus tegak keatas (AAK, 1991).

    2.2.1. Akar

    Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar

    tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang

    (Anonymous, 1989). Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang

    muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke

    dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan muncul ke

    permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil (Adisarwanto,

    2006).

    Sistim perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang

    dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu, kedelai

    juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah

    hipokotil. Pada umumnya akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya

    kadar air tanah yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2006).

  • 7

    2.2.2. Batang

    Waktu tanaman kedelai masih muda, atau setelah fase menjadi

    kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang kedelai dapat dibedakan

    menjadi dua, bagian batang bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil,

    sedangkan bagian diatas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut

    berwarna ungu atau hijau (Anonymous, 1989).

    Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe

    determinate dan indeterminate. Perbedaan sistim pertumbuhan batang ini

    didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe

    determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman

    mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila

    pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai

    berbunga (Adisarwanto, 2006).

    2.2.3. Daun

    Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak

    daun dan umumnya berwarna hijau kekuning-kuningan. Bentuk daun ada yang

    oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung pada

    varietas masing-masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun

    kedelai itu sudah menguning, maka daun-daunnya mulai rontok (AAK, 1991).

    2.2.4. Bunga

    Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna (hermaprodit), yakni pada

    tiap kuntum bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan kelamin jantan

    (benangsari) (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Bunga tumbuh pada ketiak daun

  • 8

    dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada setiap ketiak daun

    biasanya terdapat 3 - 15 kuntum bunga, namun sebagian besar bunga rontok,

    hanya beberapa yang dapat membentuk polong (Anonymous, 1989).

    Bunga kedelai mempunyai 10 buah benang sari. Sembilan buah

    diantaranya bersatu pada bagian pangkal dan membentuk seludang yang

    mengelilingi putik. Sedangkan benang sari yang kesepuluh terpisah pada bagian

    pangkalnya dan seolah-olah menjadi penutup seludang. Bila putik di belah,

    didalamnya terdapat tiga bakal biji (AAK, 1991).

    Penyerbukannya termasuk penyerbukan sendiri dengan tepung sari

    sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga mekar (terbuka). Pada saat

    terjadi persilangan (hibridisasi), mahkota daun dan benang sari dibuang

    (kastrasi/mengebiri), hanya putiknya saja yang ditinggalkan (AAK, 1991).

    2.2.5. Polong dan Biji

    Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7 - 10 hari setelah

    munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong

    yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1 - 10 buah

    dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih

    dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji

    akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan

    bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini

    kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning

    kecoklatan pada saat masak (Anonymous, 2009).

    Warna biji berbeda-beda, perbedaan warna biji dapat dilihat pada

    belahan biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan

  • 9

    (tembus cahaya). Disamping itu adapula biji yang berwarna gelap kecoklat-

    coklatan sampai hitam, atau berbintik-bintik (Anonymous, 1989). Biji kedelai

    terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan embrio. Pada kulit biji

    terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam atau

    putih. Pada ujung hitam terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk

    pada saat proses pembentukan biji (Adisarwanto, 2006).

    2.2.6. Bulu

    Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun dan

    polong-polongnya. Lebat atau tidaknya bulu serta kasar atau halusnya bulu

    tergantung dari varietas masing-masing. Begitu pula warna bulu berbeda-beda,

    ada yang berwarna coklat dan ada pula yang putih kehijauan (AAK, 1991).

    Komoditas kacang-kacangan potensial menghadapi kendala penelitian

    dan pengembangan yang menghambat budidaya diberbagai wilayah. Sehingga

    diperlukan identifikasi secara jelas faktor-faktor kendala utama, yang mencakup

    ekologi, produksi, sosial ekonomi, yang menjadi penghambat utama bagi

    budidaya, pemanfaatan dan penelitian lebih lanjut (Winarto et al., 2002).

    2.3. Syarat Tumbuh

    2.3.1. Iklim

    Kedelai Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor

    lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung

    pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman,

    serta umur varietas yang ditanam (Anonymous, 2009).

  • 10

    Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu

    tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30 0C (Adisarwanto,

    2006). Curah hujan berkisar antara 150 - 200 mm untuk bulan pertama, dengan

    lama penyinaran matahari 12 jam pada hari pertama penanaman, dan kelembaban

    rata-rata (RH) 65 % (Fachruddin, 2000). Untuk mendapatkan hasil yang optimal,

    tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100 - 200 mm pada bulan

    pertama (Purwono dan Purnamawati, 2007).

    2.3.2. Tanah

    Tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya

    akan humus atau bahan organik (Suprapto, 1999). Nilai pH ideal bagi

    pertumbuhan kedelai adalah 6,0 - 6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan

    mengalami klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning

    (Fachruddin, 2000).

    Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan

    aerasi tanah cukup baik. Tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol,

    latosol, dan andosol. Pada tanah podsolik merah kuning dan tanah yang

    mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, karena

    mengandung masam kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos

    dalam jumlah yang cukup (AAK, 1991).

    2.4. Intensitas Cahaya

    Cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman. Cahaya berperan penting dalam proses fisiologi tanaman,

    terutama fotosintesis, respirasi dan transpirasi. Unsur radiasi matahari yang

  • 11

    penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya

    penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya

    yang diterima oleh satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu

    rendah (Gardner et al., 1991). Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis

    tanaman. Tanaman C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda

    terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari

    Pada tanaman yang bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2)

    adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang

    berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari

    cahaya mataharai secara langsung. Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara

    berkelanjutan dan memerlukan energi sebanyak 3 ATP. Berdasarkan proses reaksi

    yang terjadi pada tanaman C3, telah diketahui bahwa tanaman C3 dapat tumbuh

    baik dibawah naungan tau ditempat yang intensitas mataharinya rendah (Gardner

    et al., 1991).

    Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup di lahan yang terpapar

    intensitas matahari penuh. Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah

    produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan

    aspartat ( hasilnya berupa asam-asam yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung

    di mesofil daun, yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3

    dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping

    mesofil. Tiap molekul CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman C4 juga

    mengalami siklus calvin seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko

    (Gardner et al., 1991).

  • 12

    Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya

    adalah memiliki daun yang cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah.

    Stomatanya membuka pada malam hari, sedangkan pati diuraikan melalui proses

    glikolisis dan membentuk PEP. CO2 yang masuk setelah bereaksi dengan air

    seperti pada tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi malat. Pada siang

    hari malat berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami

    dekarboksilasi. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C3 pada siang hari

    yaitu daur Calvin. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C4 pada malam

    hari yaitu daur Hatch dan Slack (Gardner et al., 1991).

    Kedelai termasuk tanaman C3 yang mempunyai tingkat fotorespirasi

    tinggi yang mengakibatkan hasil bersih fotosintesis lebih rendah dibandingkan

    tanaman C4. Radiasi matahari hanya akan mempengaruhi proses fotosintesis

    tanaman C3 hingga tingkat tertentu. Pada tanaman kedelai, radiasi matahari

    optimum untuk fotosintesis maksimal sebesar 0,3 - 0,8 kalori/cm2/menit (Asadi et

    al., 1997).

    2.5. Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap Intensitas Cahaya Rendah

    Kondisi lingkungan yang sesuai dan optimum untuk pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman sangat jarang terdapat di alam. Ketidaksesuaian

    lingkungan tumbuh menyebabkan cekaman pada tanaman. Cekaman ialah faktor

    biotik dan abiotik yang menyebabkan gangguan fungsional sehingga pertumbuhan

    dan produksi menurun. Level cekaman tergantung faktor penyebab cekaman

    cahaya dan tanamannya sendiri (Biswal, 1999).

  • 13

    Daya adaptasi tanaman terhadap naungan tergantung kepada

    kemampuan tanaman dalam melanjutkan proses fotosintesis dan mempertahan

    lajunya dalam kondisi kekurangan cahaya. Hale dan Orcutt (1987) menjelaskan

    bahwa adaptasi tanaman terhadap intensitas cahaya rendah melalui dua cara, yaitu

    peningkatan luas daun untuk mengurangi penggunaan metabolit dan mengurangi

    jumlah cahaya yang ditransmisikan.

    Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa tanaman yang ternaungi

    beradaptasi dengan meningkatkan luas permukaan daun untuk memperluas

    absorbsi cahaya agar kecepatan fotosintesis setiap unit energi cahaya meningkat,

    tetapi daun menjadi lebih tipis karena terdapat perubahan didalam lapisan mesofil

    dan palisade. Lapisan palisade berkurang 1 - 3 sel pada daun ternaungi (Filter dan

    Hay, 1991).

    Agar mampu beradaptasi pada lingkungan dengan intensitas cahaya

    rendah, tanaman mengalami berbagai perubahan pada tingkat molekuler,

    biokimia, anatomi, morfologi, fisiologi, dan agronomi (Sopandie et al., 2001).

    2.6. Mekanisme Toleransi

    Mekanisme toleransi (tolerance) berkaitan dengan penurunan titik

    kompensasi cahaya serta respirasi yang efisien. Tanaman ternaungi ditandai

    dengan rendahnya titik kompensasi cahaya sehingga dapat mengakumulasi produk

    fotosintesis pada tingkat cahaya yang rendah dibandingkan tanaman cahaya penuh

    (Levitt, 1980).

    Spesies tanaman yang toleran naungan memiliki ciri khas yaitu : (1) laju

    fotosíntesis yang jauh lebih rendah dari pada cahaya penuh, (2) laju fotosíntesis

    mencapai jenuh pada tingkat radiasi yang jauh lebih rendah, (3) pada tingkat

  • 14

    cahaya yang sangat rendah mampu berfotosintesis dengan laju yang lebih tinggi,

    dan (4) titik kompensasi cahaya sangat rendah (Salisbury dan Ross, 1995).

    Adaptasi tanaman juga sangat berperan penting dalam avoidance

    terhadap defisit cahaya ataupun penangkapan cahaya oleh tanaman, Gambar 1.

    Gambar 1. Adaptasi Tanaman dalam Naungan yang Berperan Penting dalamAvoidance Terhadap Defisit Cahaya (Levitt, 1980)

    Meningkatkan efisiensipenangkapan cahaya

    (1)

    Meningkatkan arealpenangkapan cahaya

    (2)

    Meningkatkan penangkapancahaya per unit area fotosintetik

    (3)

    Hilangnyan pigmennon kloroflas

    (misalnya antosianin)(9)

    Meningkatnyakandungan kloroplas

    (10)

    Menghindaricahaya yangdirefleksikan

    (5)

    Menghindaricahaya yang

    ditransmisikan(6)

    Menghindaricahaya yang

    diabsobsi(7)

    Hilangnyan kutikula,lilin, dan rambut pada

    permukaan daun(8)

    Meningkatkanpropoersi

    fotosintetik areal(4)

    Meningkatnyakandungan pigmen

    per kloroplas(11)

    Meningkatnyakandungan kloroplas

    per sel mesofil(12)

    Meningkatnyakandungan kloroplasdalam sel epidermis

    (13)

  • 15

    Menurut Levitt (1980) toleransi tanaman terhadap intensitas cahaya

    rendah melalui dua mekanisme yaitu mekanisme penghindaran (avoidance) dan

    mekanisme toleransi (tolerance). Mekanisme penghindaran melalui dua cara

    yaitu: (1) meningkatkan total intesepsi cahaya melalui peningkatan luas daun, dan

    (2) meningkatkan persentase cahaya yang digunakan dalam fotosintesis melalui

    penurunan jumlah cahaya yang ditranmisikan. Pengindraan intensitas cahaya

    rendah dilakukan dengan cara tidak mengembangkan kutikula, lilin, bulu-bulu

    rambut pada permukaan daun serta meniadakan pigmen antosianim.

    Penilaian tingkat toleransi setiap varietas kedelai akibat pengaruh

    lingkungan ternaungi menggunakan analisis Indeks Toleransi Cekaman (ITC)

    dihitung dengan menggunakan persamaan:

    (Yp/Yp) (Ys/Ys) ( Ys / Yp) = (Yp Ys) dengan

    Yp = hasil biji tanaman-1 pada lingkungan tidak ternaungi

    Ys = hasil biji tanaman-1 pada lingkungan ternaungi

    Ys = rata-rata hasil tanaman-1 seluruh varietas di lingkungan ternaungi

    Yp = rata-rata hasil tanaman-1 seluruh varietas pada kondisi tidak ternaungi

    Nilai ITC naungan mencerminkan tingkat toleransi tanaman kedelai

    terhadap cekaman naungan. Semakin tinggi nilai ITC yang diperoleh suatu

    varietas menunjukkan semakin toleran varietas tersebut (Fernandez, 1993 cit.

    Susanto, 2011).

    Kriteria toleransi varietas kedelai terhadap naungan berdasarkan nilai

    indeks toleransi cekaman (ITC) disajikan pada tabel 1.

  • 16

    Tabel 1. Kriteria Toleransi Varietas Kedelai Terhadap Naungan Berdasarkan NilaiIndeks Toleransi Cekaman (ITC)

    Kriteria Toleransi Indeks Toleransi Cekaman (ITC)Sangat toleran ITC > 0.898Toleran 0.74 < ITC " 0.898Agak toleran 0.41 < ITC " 0.74Rentan 0.25 < ITC " 0.41Sangat rentan ITC " 0.25

    Sumber : Soverda et al., (2009).

    2.7. Varietas

    Varietas memegang peran penting dalam perkembangan penanaman

    kedelai karena untuk mencapai produktifitas yang tinggi sangat di tentukan oleh

    potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil biji dilapangan

    masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik varietas dengan

    pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh

    tidak dilakukan dengan baik, potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas

    unggul tersebut tidak tercapai (Adisarwanto, 2006).

    Suatu produksi tanaman kedelai idelalnya memiliki produktifitas yang

    tinggi dan berkualitas baik. Untuk itu, perlu adanya upaya pembentukan varietas

    kedelai yang unggul dan berdaya adaptif tinggi sehingga kedepannya para petani

    bisa menggunakan biji kedelai yang baik. Dengan demikian, kualitas dan

    kuantitas produksinya bisa optimal (Adisarwanto, 2008).

    Varietas kedelai unggul merupakan salah satu komponen kunci dalam

    sebuah pengembangan teknologi produksi kedelai. Untuk itu, penyediaan varietas

    kedelai unggul adaptif untuk masing-masing agroteknologi perlu terus diupayakan

    agar terjadi perubahan kondisi lingkungan strategis untuk tanaman kedelai, sudah

    dapat diantisifasi dengan tersedianya varietas yang cocok pada kondisi tersebut.

    Tujuan utama dari pembentukan varietas kedelai unggul adalah untuk

  • 17

    memperoleh kedelai unggul baru yang mancapai produktifitas lebih dari 2 ton/ha.

    Ada beberapa karakter penting dalam pembentukan varietas kedelai unggul,

    diantaranyan tahan rebah, polong tidak mudah pecah, berkualitas biji baik, toleran

    kondisi lahan suboptimal, serta toleran terhadap hama penyakit utama

    (Adisarwanto, 2008).

    Proses pembentukan varietas kedelai unggul dilakukan dengan tiga

    pendekatan yaitu, introduksi, seleksi galur, dan persilangan varietas atau galur

    yang sudah ada (Adisarwanto, 2006).

    Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi,

    diantaranya adalah varietas unggul. Kementerian Pertanian telah melepas lebih

    dari 70 varietas unggul kedelai, sebagian telah dikembangkan oleh petani, dan

    sekitar 90% areal penanaman kedelai telah ditanami varietas unggul. Dengan

    teknik budidaya yang tepat, beberapa varietas unggul mampu berproduksi 2,5 -

    3,2 ton/ha, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas nasional yang

    baru mencapai 1,3 ton/ha. Diantara varietas unggul baru adalah Sinabung, Kaba,

    Grobogan, Sibayak, dan Anjasmoro (Balitkabi, 2008).

    Pada kondisi lahan yang berbeda, pilihan varietas pun harus disesuaikan.

    Setidaknya ada 15 varietas kedelai yang dapat ditanam pada lahan sawah dan

    lahan kering. Kelima belas varietas kedelai ini dilepas pada periode waktu 2001-

    2008. Varietas-varietas tersebut adalah: Kaba, Sinabung, Anjasmoro, Mahameru,

    Baluran, Merubetiri, Ijen, Panderman, Gumitir, Argopuro, Arjasari, Grobogan,

    Kipas Merah, Gepak Kuning, dan Gepak Ijo. Umur panen semua varietas tersebut

    antara 73 sampai 100 hari (Adisarwanto, 2008).

  • 18

    III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

    3.1. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

    Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai bulan Agustus 2013

    sampai dengan bulan November 2013.

    3.2. Bahan dan Alat

    3.2.1. Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Benih

    Benih yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, Kipas

    Merah Bireun, Grobogan, Burangrang, Sinabung dan Kaba. Masing-maing benih

    tersebut berasal dari Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman

    Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi Malang).

    b. Paranet

    Paranet yang digunakan adalah paranet berwarna hitam, 25% dan 50%

    tingkat cekaman cahaya.

    c. Inokulan rhizobium

    Inokulan rhizobium yang digunakan berasal dari tanah bekas

    penanaman kedelai.

    d. Polybeg

    Polybeg yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybeg berukuran

    35 cm x 30 cm.

  • 19

    e. Tanah

    Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lapisan atas

    (Top Soil) jenis tanah alluvial yang diambil di Gampong Ranto Panyang.

    Kecamatan Meureubo. Kebupaten Aceh Barat.

    f. Pupuk kandang

    Pupuk kandang yang digunakan dari kotoran sapi yang sudah

    terdekomposisi dengan sempurna yang diambil di Gampong Ranto Panyang.

    Kecamatan Meureubo, Kebupaten Aceh Barat.

    g. Pupuk

    Pupuk an organik yang digunakan adalah Urea (45% N), SP-36 (36%

    P2O5) dan KCl (60% K2O).

    h. Pestisida

    Pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit

    adalah Decis 2,5 EC dan Furadan 3 G.

    3.2.2. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul,

    gembor, bambu, tali, cutter, oven, gunting, hand spayer, timbangan analitik, light

    meter, termometer, laptop, printer sebagai sarana pendukung dan alat-alat tulis.

    3.3. Metode Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Kedelai ditanam di

    polybeg dilapangan dan diberi tiga perlakuan naungan dengan menggunakan

    paranet, yaitu tanpa naungan sebagai kontrol, naungan paranet 25% dan 50%.

    Perlakuan naungan diberikan sejak tanam sampai panen.

  • 20

    3.4. Rancangan Percobaan

    Pada percobaan lapang ini rancangan lingkungan yang digunakan

    adalah rancangan acak kelompok dan rancangan perlakuan petak terpisah (split

    plot). Percobaan ini menggunakan tiga ulangan dimana anak petak tersarang

    dalam petak utama. Tata letak percobaan dilapangan terlihat pada Lampiran 1.

    Petak utama terdiri atas 3 (tiga) taraf perlakuan naungan (N), yaitu :

    NO : Tanpa Naungan 0% (Kontrol)

    N1 : Naungan 25 %

    N2 : Naungan 50 %

    Sedangkan anak petak terdiri atas 6 (enam) taraf perlakuan varietas (V), yaitu :

    V1 : Anjasmoro

    V2 : Kipas Merah Bireun

    V3 : Grobogan

    V4 : Burangrang

    V5 : Sinabung

    V6 : Kaba

    Dengan demikian terdapat 18 kombinasi perlakuan dengan 54 satuan

    percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri atas enam polybeg yang masing-

    masing berisi satu tanaman sehingga terdapat 324 unit percobaan. Dari masing-

    masing satuan percobaan diambil tiga tanaman sampel destruktif dan tiga

    tanaman sampel produksi.

  • 21

    Tabel 2. Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Naungan dan Varietas

    No Kombinasi Perlakuan Naungan (%) Varietas

    1 N0 V1 0 Anjasmoro2 N0 V2 0 Kipas Merah Bireun3 N0 V3 0 Grobogan4 N0 V4 0 Burangrang5 N0 V5 0 Sinabung6 N0 V6 0 Kaba7 N1 V1 25 Anjasmoro8 N1 V2 25 Kipas Merah Bireun9 N1 V3 25 Grobogan10 N1 V4 25 Burangrang11 N1 V5 25 Sinabung12 N1 V6 25 Kaba13 N2 V1 50 Anjasmoro14 N2 V2 50 Kipas Merah Bireun15 N2 V3 50 Grobogan16 N2 V4 50 Burangrang17 N2 V5 50 Sinabung18 N2 V6 50 Kaba

    Model statistik yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

    Yijk = μ + ρk + Ni + Vj + γik +(NV)ij + ɛijk

    Dimana :

    Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh

    kombinasi perlakuan taraf ke-i dari faktor varietas dan taraf ke-j dari

    faktor naungan.

    μ = Nilai rata-rata umum

    ρk = Nilai pengaruh kelompok ke- k

    Ni = Nilai pengaruh taraf ke- i dari faktor naungan

    Vj = Nilai pengaruh taraf ke-j dari faktor varietas

    γik = Nilai galat pengaruh petak utama

    (NV)ij = Nilai pengaruh interaksi taraf ke-i faktor naungan dan taraf ke-k

    faktor varietas

    ɛijk = Nilai galat pengaruh anak petak

  • 22

    Bila uji F terdapat pengaruh yang nyata antara perlakuan, maka akan

    dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan rumus sebagai

    berikut:

    BNT 0,05 = t 0,05 ; dbg( )

    Dimana:

    BNT 0,05 = Nilai baku t-student pada taraf uji α

    t; dbg 0,05 = Nilai baku t pada taraf 5% ;derajat bebas galat.

    KTg = Nilai kuadrat tengah

    r = Jumlah ulangan

    3.5. Pelaksanaan Penelitian

    3.5.1. Membuat Selubung Naungan

    Perlakuan naungan (N) dilaksanakan dengan cara meletakkan paranet

    hitam 25% dan paranet hitam 50 disisi atas dan keempat sisi samping areal

    pertanaman, dengan demikian per tanaman kedelai terkurung (terselubungi) oleh

    paranet. Tinggi paranet sekitar 2 m diatas permukaan tanah, paranet disangga

    oleh rangka bambu, perlakuan naungan diberikan sejak tanam sampai panen.

    3.5.2. Persiapan Media Tanam

    Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas

    campuran tanah dan pupuk kandang (4:1) kemudian dimasukkan kedalam

    polybeg, kemudian tiap-tiap polybeg dicampurkan inokulasi yaitu tanah dari

    bekas penanaman kacang kedelai sehingga tiap polybeg berisi sekitar 9 kg

    campuran tanah. polybeg kemudian diatur berbaris didalam selubung paranet

  • 23

    dengan jarak 30 cm x 30 cm dan dibiarkan selama satu minggu agar media tanah

    dalam polybeg stabil.

    3.5.3. Penanaman

    Penanaman dilakukan dengan cara benih kedelai ditanam dalam

    polybeg dengan lubang tanam sedalam 2 - 3 cm. Tiap lubang tanam berisi tiga

    butir benih, setelah itu sekitar benih ditaburi Furadan, kemudian lubang tanam

    ditutup kembali dengan tanah. Pada umur 1 - 2 minggu setelah tanam (MST)

    tanaman dijarangkan sehingga tinggal 1 tanaman tiap polybeg.

    3.5.4. Pemupukan

    Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea 60 kg ha-1 (0,3 gram

    polybeg-1), SP-36 250 kg ha-1 (1,25 gram polybeg-1) dan KCl 200 kg ha-1 (1

    gram polybeg-1). Pupuk diberikan satu hari sebelum penanaman.

    3.5.5. Pemeliharaan Tanaman

    Penyiraman tanaman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan

    memperhatikan faktor cuaca. Pengendalian gulma dilaksanakan secara manual

    dengan mencabut gulma yang ada di polybeg dan mencangkul lahan disekeliling

    polybeg. Hama dan penyakit dikendalikan sesuai dengan kondisi dan

    kebutuhan.

    3.5.6. Panen

    Waktu panen ditentukan apabila polong telah kehilangan warna

    hijaunya. Panen dilakukan dengan cara menggunting tangkai polong dan tetap

    membiarkan tanaman kedelai hidup dengan polong lain yang belum bisa

    dipanen, pemanenan dilakukan sebanyak 2 kali.

  • 24

    3.6. Pengamatan

    Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi:

    3.6.1. Pertumbuhan Tanaman

    1. Tinggi tanaman (cm)

    Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali mulai 2 - 6

    MST. Tinggi tanaman diukur dari kotiledon sampai titik tumbuh yang terletak

    di ujung batang.

    2. Jumlah daun trifoliate

    Jumlah daun dihitung mulai daun trifoliate pertama sampai daun

    yang sudah terbuka penuh dan dilakukan seminggu sekali mulai 2 - 6 MST.

    3. Jumlah buku

    Jumlah buku dihitung mulai buku yang berada pada ujung tajuk

    hingga akhir mendekati akar. Pengamatan dilakukan pada minggu 3 - 6 MST.

    4. Umur berbunga (hari)

    Pengamatan umur berbunga dilakukan setelah 75% tanaman

    mengeluarkan bunga.

    5. Bobot berangkasan kering (gram)

    Penimbangan bobot berangkasan kering dilakukan setalah tanaman di

    panen, dengan cara mengeringkan tanaman kedelai dalam oven pada suhu 70 °C

    selama 48 jam, kemudian ditimbang per tanaman dengan menggunakan

    timbangan analitik.

  • 25

    3.6.2. Karakter Produksi

    1. Jumlah polong berisi

    Jumlah polong berisi dihitung seluruhnya per tanaman setelah tanaman

    selesai di panen.

    2. J umlah polong hampa

    Jumlah polong hampa dihitung seluruhnya per tanaman setelah

    tanaman selesai di panen.

    3. Bobot 100 butir (gram)

    Bobot 100 butir ditimbang setelah memilih 100 butir per tanaman dari

    tiga tanaman sampel.

    4. Bobot biji kering tanaman-1 (gram)

    Bobot biji kering tanaman-1 ditimbang per tanaman dari tiga tanaman

    sampel setelah biji selesai di pipil.

  • 26

    VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pertumbuhan Tanaman

    4.1.1. Tinggi Tanaman

    Hasil uji F (Lampiran bernomor genap 2) menunjukkan bahwa naungan

    berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST. Varietas

    berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST. Sedangkan

    interaksi antara naungan dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

    tanaman umur 2 MST. Rata-rata tinggi tanaman pada berbagai tingkat naungan

    dan beberapa varietas umur 2 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan BeberapaVarietas Umur 2 MST

    Perlakuan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)Naungan (%)

    0 9,0425 9,250 9,31

    BNT 0,05 -Varietas

    Anjasmoro 9,85 cKipas Merah Bireun 8,89 a

    Grobogan 9,33 bBurangrang 9,15 abSinabung 9,00 a

    Kaba 8,89 aBNT 0,05 0,3

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)

    Data Tabel 3 menunjukkan bahwa naungan berpengaruh tidak nyata

    terhadap tinggi tanaman umur 2 MST. Hal ini dikarenakan pada fase pertumbuhan

    awal, tanaman belum merespon meningkatkan tinggi tanaman pada lingkungan

    ternaungi. Sedangkan pada berbagai varietas tinggi tanaman tertinggi umur 2

  • 27

    MST dijumpai pada varietas Anjasmoro yang berbeda sangat nyata dengan

    varietas lainnya. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman umur 2 MST dapat

    dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Pengaruh Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 2 MST

    Gambar 2 menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki tinggi tanaman

    yang berbeda pada umur 2 MST. Karena peningkatan tinggi tanaman pada setiap

    varietas sangat ditentukan oleh faktor genetik varietas tersebut. Hal yang sama

    juga dinyatakan oleh Prasad dan Power (1997) bahwa tanaman kedelai memiliki

    banyak varietas, masing-masing varietas akan memberikan respon pertumbuhan

    dan tingkat produksi yang berbeda-beda. Setiap varietas mempunyai sifat genetik

    yang tidak sama, hal ini dapat dilihat dari penampilan dan karakter dari masing-

    masing varietas tersebut.

    Hasil uji F (Lampiran 4, 6, 8 dan 10) menunjukkan bahwa interaksi

    antara naungan dan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman

    umur 3, 4, 5 dan 6 MST. Rata-rata tinggi tanaman akibat pengaruh interaksi antara

    naungan dan varietas umur 3, 4, 5 dan 6 MST dapat dilihat pada Tabel 4.

    9,85

    8,89

    9,339,15

    9,008,89

    8,48,68,8

    99,29,49,69,810

    V1 V2 V3 V4 V5 V6

    Tin

    ggi T

    anam

    an 2

    MST

    (cm

    )

    Varietas

  • 28

    Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Akibat Pengaruh Interaksi Antara Naungandan Varietas Umur 3, 4, 5 dan 6 MST

    Kombinasi PerlakuanTinggi Tanaman 3 MST (cm)

    BNT 0,05Naungan 0% Naungan 25% Naungan 50%Anjasmoro 15,89 b (A) 20,92 d (B) 32,53 d (C)

    1,60

    Kipas Merah Bireun 12,21 a (A) 13,61 a (A) 16,91 a (B)Grobogan 14,37 b (A) 19,08 c (B) 25,24 c (C)Burangrang 11,78 a (A) 18,19 c (B) 24,62 c (C)Sinabung 11,20 a (A) 15,54 b (B) 19,31 b (C)Kaba 10,72 a (A) 14,84 ab (B) 18,02 ab (C)

    Kombinasi PerlakuanTinggi Tanaman 4 MST (cm)

    BNT 0,05Naungan 0% Naungan 25% Naungan 50%Anjasmoro 30,58 b (A) 42,58 c (B) 63,86 e (C)

    1,67

    Kipas Merah Bireun 22,02 a (A) 25,63 a (B) 35,59 a (C)Grobogan 29,38 b (A) 40,93 c (B) 56,84 d (C)Burangrang 22,76 a (A) 41,73 c (B) 52,16 c (C)Sinabung 21,99 a (A) 32,66 b (B) 42,28 b (C)Kaba 21,91 a (A) 31,83 b (B) 42,17 b (C)

    Kombinasi PerlakuanTinggi Tanaman 5 MST (cm)

    BNT 0,05Naungan 0% Naungan 25% Naungan 50%Anjasmoro 46,56 b (A) 67,10 c (B) 103,61 c (C)

    8,43

    Kipas Merah Bireun 36,91 a (A) 44,51 a (A) 65,00 a (B)Grobogan 42,38 ab (A) 63,81 c (B) 95,23 c (C)Burangrang 41,43 ab (A) 63,18 c (B) 82,81 b (C)Sinabung 35,77 a (A) 53,60 b (B) 80,37 b (C)Kaba 35,30 a (A) 53,59 b (B) 77,63 b (C)

    Kombinasi PerlakuanTinggi Tanaman 6 MST (cm)

    BNT 0,05Naungan 0% Naungan 25% Naungan 50%Anjasmoro 64,17 d (A) 85,02 d (B) 135,03 c (C)

    5,99

    Kipas Merah Bireun 53,79 bc (A) 63,32 a (B) 100,06 a (C)Grobogan 56,88 c (A) 84,26 cd (B) 130,32 c (C)Burangrang 54,26 cb (A) 78,39 bc (B) 116,68 b (C)Sinabung 49,99 ab (A) 72,61 b (B) 111,36 b (C)Kaba 47,72 a (A) 72,41 b (B) 110,73 b (C)Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil dibaca

    vertikal dan huruf besar dibaca horizontal) menunjukkan tidakberbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)

    Data Tabel 4 menunjukkan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi

    tanaman pada semua varietas. Tinggi tanaman tertinggi pada umur 3 dan 4 MST

    dijumpai pada tingkat naungan 50% pada varietas Anjasmoro yang berbeda sangat

    nyata dengan varietas lainnya. Sedangkan umur 5 dan 6 MST tinggi tanaman

  • 29

    tertinggi dijumpai pada tingkat naungan 50% pada varietas Anjasmoro yang

    berbada sangat nyata dengan varietas lainnyan, kecuali varietas Grobogan.

    Pengaruh naungan dan varietas terhadap tinggi tanaman umur 3, 4, 5 dan 6 MST

    dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 3MST

    Gambar 3a menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat

    meningkatkan tinggi tanaman pada semua varietas umur 3 MST. Pada varietas

    Anjasmoro menunjukkan peningkatan tinggi tanaman lebih tinggi ketika naungan

    ditingkatkan menjadi 50%. Pada varietas Kipas Merah Bireun menunjukkan

    peningkatan tinggi tanaman lebih lambat ketika naungan ditingkatkan menjadi

    25%. Sadangkan pada varietas yang lain, terjadi peningkatan tinggi tanaman

    seiring dengan peningkatan tingkat naungan.

    15,89

    20,92

    32,53

    12,21 13,6116,91

    14,37

    19,08

    25,24

    11,78

    18,19

    24,62

    11,2015,54

    19,31

    10,7214,84

    18,02

    0,00

    5,00

    10,00

    15,00

    20,00

    25,00

    30,00

    35,00

    0 25 50

    Tin

    ggi T

    anam

    an 3

    MST

    (cm

    )

    Naungan (%)

    V1

    V2

    V3

    V4

    V5

    V6

  • 30

    Gambar 3b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 4MST

    Gambar 3b menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat

    meningkatkan tinggi tanaman pada semua varietas umur 4 MST. Pada varietas

    Sinabung terjadi peningkatan tinggi tanaman lebih lambat dibandingkan dengan

    varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi 50%.

    Gambar 3c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 5MST

    Gambar 3c menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat

    meningkatkan tinggi tanaman pada semua varietas umur 5 MST.

    30,58

    42,58

    63,86

    22,02 25,63

    35,5929,38

    40,93

    56,84

    22,76

    41,73

    52,16

    21,99

    32,66

    42,28

    21,91

    31,83

    42,17

    0,00

    10,00

    20,00

    30,00

    40,00

    50,00

    60,00

    70,00

    0 25 50

    Tin

    ggi T

    anam

    an 4

    MST

    (cm

    )

    Naungan (%)

    V1

    V2

    V3

    V4

    V5

    V6

    46,56

    67,10

    103,61

    36,9144,51

    65,00

    42,38

    63,81

    95,23

    41,43

    63,18

    82,81

    35,77

    53,60

    80,37

    35,30

    53,59

    77,63

    0,00

    20,00

    40,00

    60,00

    80,00

    100,00

    120,00

    0 25 50

    Tin

    ggi T

    anam

    an 5

    MST

    (cm

    )

    Naungan (%)

    V1

    V2

    V3

    V4

    V5

    V6

  • 31

    Gambar 3d. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 6MST

    Gambar 3d menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat

    meningkatkan tinggi tanaman pada semua varietas umur 6 MST. Pada varietas

    Kipas Merah Bireun terjadi peningkatan tinggi tanaman lebih lambat

    dibandingkan dengan varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi

    25%.

    Berdasarkan data Tabel 4 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa naungan

    berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada berbagai varietas. Tinggi tanaman pada

    semua varietas meningkat seiring dengan peningkatan tingkat naungan. Hal ini

    dikarenakan tanaman yang mengalami cekaman intensitas cahaya rendah akan

    meningkatkan tinggi tanaman untuk meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya.

    Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Gardner et al., (1991) bahwa peningkatan

    tinggi tanaman akibat cekaman cahaya diakibatkan adanya proses etiolasi yang

    terjadi pada saat proses pemanjangan batang, proses etiolasi yang terus terjadi

    pada tanaman yang ternaungi adalah suatu cara agar tanaman dapat menangkap

    cahaya lebih efisien. Etiolasi yang terjadi pada sebagian besar tanaman akibat

    64,17

    85,02

    135,03

    53,7963,32

    100,06

    56,88

    84,26

    130,32

    0,0020,0040,0060,0080,00

    100,00120,00140,00160,00

    0 25 50

    Tin

    ggi T

    anam

    an 6

    MST

    (cm

    )

    Naungan (%)

    V1

    V2

    V3

    V4

    V5

    V6

  • 32

    naungan disebabkan karena adanya distribusi auksin yang tinggi, sehingga

    merangsang pemanjangan sel yang mendorong meningkatnya tinggi tanaman. Hal

    serupa juga dinyatakan oleh Harjadi (1979) bahwa tinggi tanaman yang demikian

    berhubungan dengan sifat cahaya yang merusak auksin. Bagian tajuk tanaman

    yang terkena cahaya matahari akan selalu mengalami kerusakan auksin.

    Akibatnya auksin terakumulasi di bagian tajuk, kondisi ini membuat bagian tajuk

    (apikal) tanaman mengalami pertumbuhan yang paling aktif. Dengan kata lain

    menggambarkan bahwa tanaman tumbuh mencari cahaya matahari guna

    menghasilkan fotosintesis yang lebih optimal. Goldsworthy dan Fisher (1992)

    menambahkan auksin yang tertimbun disisi batang dengan penangkapan cahaya

    yang rendah dapat mengakibatkan pemanjangan yang lebih cepat sehingga terjadi

    etiolasi dalam naungan.

    Sedangkan pengaruh varietas terhadap peningkatan tinggi tanaman lebih

    di tentukan oleh faktor genetik dari varietas tersebut dalam beradaptasi pada

    lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarief (2005) bahwa perbedaan

    sifat genetik dari suatu varietas dapat menunjukkan respon yang berbeda terhadap

    lingkungan dan faktor produksi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa

    pertumbuhan dan produksi kedelai akan dipengaruhi oleh varietas, pengelolaan

    tanah dan tanaman, serta kondisi lingkungan lainnya. Prasad dan Power (1997)

    juga menyatakan tanaman kedelai memiliki banyak varietas, masing-masing

    varietas akan memberikan respon pertumbuhan dan tingkat produksi yang

    berbeda-beda. Setiap varietas mempunyai sifat genetik yang tidak sama, hal ini

    dapat dilihat dari penampilan dan karakter dari masing-masing varietas tersebut.

  • 33

    4.1.2. Jumlah Daun Trifoliate

    Hasil uji F (Lampiran 12 dan 14) menunjukkan bahwa naungan

    berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 MST dan

    berpenaruh sangat nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST. Varietas

    berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 MST dan

    berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST. Sedangkan

    interaksi antara naungan dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah

    daun trifoliate umur 2 dan 3 MST. Rata-rata jumlah daun trifoliate pada berbagai

    tingkat naungan dan beberapa varietas umur 2 dan 3 MST dapat dilihat pada

    Tabel 5.

    Tabel 5. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas Umur 2 dan 3 MST

    PerlakuanJumlah Daun Trifoliate

    2 MST 3 MSTNaungan (%)

    0 1,89 5,44 b25 2,04 4,69 ab50 1,94 4,22 a

    BNT 0,05 - 0,52Varietas

    Anjasmoro 2,00 4,70 aKipas Merah Bireun 2,04 4,81 a

    Grobogan 2,04 5,33 bBurangrang 1,89 4,63 aSinabung 1,81 4,70 a

    Kaba 1,96 4,52 aBNT 0,05 - 0,47

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)

    Data Tabel 5 menunjukkan bahwa naungan berpengaruh tidak nyata

    jumlah daun trifoliate umur 2 MST. Hal ini dikarenakan pada pertumbuhan awal

    tanaman, jumlah daun trifoliate belum menunjukkan respon terhadap peningkatan

    tingkat naungan. Umur 3 MST jumlah daun trifoliate terbanyak pada berbagai

  • 34

    tingkat naungan dijumpai pada tingkat naungan 0% yang tidak berbeda nyata

    dengan naungan 25%, namun berbeda sangat nyata dengan naungan 50%.

    Varietas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 MST.

    Karena pada fase pertumbuhan awal tanaman, semua varietas masih menunjukkan

    keseragaman terhadap peningkatan jumlah daun trifoliate. Umur 3 MST jumlah

    daun trifoliate terbanyak pada berbagai varietas dijumpai pada varietas Grobogan

    yang berbeda nyata dengan varietas lainnya. Pengaruh naungan dan varietas

    terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.

    Gambar 4. Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3 MST

    Gambar 4 menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan

    mengakibatkan penurunan terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST. Hal ini

    disebabkan pada lingkungan ternaungi cahaya yang diterima oleh tanaman lebih

    rendah, sehingga laju fotosintesis pada tanaman menurun, kondisi ini dapat

    menghambat proses pembentukan daun pada tanaman. Hal yang sama juga

    dinyatakan oleh Kisman (2007) bahwa kondisi kekurangan cahaya mengakibatkan

    laju fotosintesis menurun sehingga hasil makanan yang diterima lebih sedikit,

    5,444,69

    4,22

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    0 25 50

    Jum

    lah

    Dau

    n T

    rifo

    liate

    3 M

    ST

    Naungan (%)

  • 35

    makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk

    pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama pada proses pembentukan

    daun tanaman.

    Gambar 5. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3 MST

    Gambar 5 menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki peningkatan

    jumlah daun trifoliate yang berbeda pada umur 3 MST. Perbedaan peningkatan

    jumlah daun trifoliate pada semua varietas lebih ditentukan oleh faktor genetik

    dari varietas tersebut. Adisarwanto (2006) juga menyatakan hal yang sama, bahwa

    varietas memegang peran penting dalam perkembangan atau pertumbuhan

    tanaman. Setiap varietas memiliki tingkat pertumbuhan dan produksi yang

    berbeda, tergantung dari proses pembentukan dari faktor genetik varietas tersebut

    dan juga dengan pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh tanaman. Bila

    pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, maka pertumbuhan

    dan potensi daya hasil dari varietas unggul tersebut tidak tercapai.

    Hasil uji F (Lampiran 16, 18 dan 20) menunjukkan bahwa interaksi

    antara naungan dan varietas berpegaruh sangat nyata terhadap jumlah daun

    4,704,81

    5,33

    4,63 4,704,52

    4,00

    4,20

    4,40

    4,60

    4,80

    5,00

    5,20

    5,40

    V1 V2 V3 V4 V5 V6

    Jum

    lah

    Dau

    n T

    rifo

    liate

    3 M

    ST

    Varietas

  • 36

    trifoliate umur 4, 5 dan 6 MST. Rata-rata jumlah daun trifoliate akibat pengaruh

    interaksi antara naungan dan varietas umur 4, 5 dan 6 MST dapat dilihat pada

    Tabel 6.

    Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate Akibat Pengaruh Interaksi AntaraNaungan dan Varietas Umur 4, 5 dan 6 MST

    KombinasiPerlakuan

    Jumlah Daun Trifoliate 4 MSTBNT 0,05Naungan

    0%Naungan

    25%Naungan

    50%Anjasmoro 13,22 a (B) 10,33 a (A) 10,00 b (A)

    0,99

    Kipas Merah Bireun 15,11 b (C) 10,33 a (B) 9,33 ab (A)Grobogan 16,44 c (C) 12,56 c (B) 9,33 ab (A)Burangrang 13,00 a (C) 11,67 bc (B) 9,00 a (A)Sinabung 14,33 b (C) 11,89 bc (B) 8,67 a (A)Kaba 12,56 a (C) 11,33 b (B) 9,00 a (A)

    KombinasiPerlakuan

    Jumlah Daun Trifoliate 5 MSTBNT 0,05Naungan

    0%Naungan

    25%Naungan

    50%Anjasmoro 32,00 b (C) 22,33 a (A) 24,56 c (B)

    1,20

    Kipas Merah Bireun 34,67 c (B) 23,00 a (A) 24,11 c (A)Grobogan 35,78 c (C) 31,67 c (B) 20,67 b (A)Burangrang 31,67 b (C) 24,22 b (B) 20,33 ab (A)Sinabung 32,00 b (C) 30,67 c (B) 19,33 a (A)Kaba 25,44 a (C) 23,22 ab (B) 19,67 ab (A)

    KombinasiPerlakuan

    Jumlah Daun Trifoliate 6 MSTBNT 0,05Naungan

    0%Naungan

    25%Naungan

    50%Anjasmoro 50,56 bc (C) 46,22 cd (B) 37,56 c (A)

    3,93

    Kipas Merah Bireun 52,67 bc (C) 45,11 bc (B) 37,33 c (A)Grobogan 53,56 c (B) 50,11 d (B) 41,78 d (A)Burangrang 42,89 a (B) 41,33 b (B) 32,89 b (A)Sinabung 49,00 b (B) 47,89 cd (B) 24,56 a (A)Kaba 41,67 a (C) 36,89 a (B) 32,44 b (A)

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil dibacavertikal dan huruf besar dibaca horizontal) menunjukkan tidakberbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)

    Data Tabel 6 menunjukkan bahwa naungan dapat menurunkan jumlah

    daun trifoliate pada semua varietas. Jumlah daun trifoliate terbanyak umur 4 MST

    dijumpai pada tingkat naungan 0% pada varietas Grobogan yang berbeda sangat

    nyata dengan varietas lainnya. Umur 5 MST jumlah daun trifoliate terbanyak

  • 37

    dijumpai pada tingkat naungan 0% pada varietas Grobogan yang berbeda sangat

    nyata dengan varietas lainnya, kecuali varietas Kipas Merah Bireun. Umur 6 MST

    jumlah daun trifoliate terbanyak dijumpai pada tingkat naungan 0% pada varietas

    Grobogan yang berbeda sangat nyata dengan varietas lainnya, kecuali varietas

    Anjasmoro dan Kipas Merah Bireun. Pengaruh naungan dan varietas terhadap

    jumlah daun trifoliate umur 4, 5 dan 6 MST dapat dilihat pada Gambar 6.

    Gambar 6a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 4 MST

    Gambar 6a menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat

    menurunkan jumlah daun trifoliate pada semua varietas umur 4 MST. Pada

    varietas Kipas Merah Bireun terjadi penurunan jumlah daun trifoliate lebih

    banyak dibandingkan varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi

    25%, kemudian jumlah daun trifoliate naik ketika naungan ditingkatkan menjadi

    50%. Sadangkan pada varietas yang lain, terjadi penurunan jumlah daun trifoliate

    seiring dengan peningkatan tingkat naungan.

    13,22

    10,33 10,00

    15,11

    10,339,33

    16,44

    12,56

    9,33

    13,0011,67

    9,00

    14,33

    11,89

    8,67

    12,5611,33

    9,00

    0,002,004,006,008,00

    10,0012,0014,0016,0018,00

    0 25 50

    Jum

    lah

    Dau

    n T

    rifo

    liate

    4 M

    ST

    Naungan (%)

    V1

    V2

    V3

    V4

    V5

    V6

  • 38

    Gambar 6b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 5 MST

    Gambar 6b menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat

    menurunkan jumlah daun trifoliate pada semua varietas umur 5 MST. Pada

    varietas Anjasmoro dan Kipas Merah Bireun terjadi penurunan jumlah daun

    trifoliate lebih banyak ketika naungan ditingkatkan menjadi 25%, kemudian

    jumlah daun trifoliate naik ketika naungan ditingkatkan menjadi 50%. Pada

    varietas Grobogan dan Sinabung terjadi penurunan jumlah daun trifoliate lebih

    sekikit dibandingkan varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi 25%.

    Sedangkan pada varietas Burangrang dan Kaba penurunan jumlah daun trifoliate

    tidak telalu dipengaruhi oleh tingkat naungan.

    32,00

    22,3324,56

    34,67

    23,00 24,11

    35,7831,67

    20,67

    31,67

    24,2220,33

    32,00 30,67

    19,33

    25,4423,22

    19,67

    0,005,00

    10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,00

    0 25 50

    Jum

    lah

    Dau

    n T

    rifo

    liate

    5 M

    ST

    Naungan (%)

    V1

    V2

    V3

    V4

    V5

    V6

  • 39

    Gambar 6c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 6 MST

    Gambar 6c menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat

    menurunkan jumlah daun trifoliate pada semua varietas umur 6 MST. Pada

    varietas Sinabung terjadi penurunan jumlah daun trifoliate lebih banyak

    dibandingkan varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi 50%.

    Sadangkan pada varietas yang lain, terjadi penurunan jumlah daun trifoliate

    seiring dengan peningkatan tingkat naungan.

    Berdasarkan data Tabel 6 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa naungan

    berpengaruh terhadap jumlah daun trifoliate pada berbagi varietas. Jumlah daun

    trifoliate pada semua varietas semakin menurun seiring dengan peningkatan

    tingkat naungan. Hal ini disebabkan intensitas cahaya rendah pada perlakuan

    naungan akan mengurangi sumber energi, sehingga laju fotosintesis pada tanaman

    akan menurun yang mengakibatkan menurunnya jumlah daun trifoliate yang

    terbentuk. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kisman (2007) bahwa kondisi

    kekurangan cahaya mengakibatkan laju fotosintesis menurun sehingga hasil

    makanan yang diterima lebih sedikit, makanan yang dihasilkan akan menentukan

    50,5646,22

    37,56

    52,67

    45,11

    37,33

    53,5650,11

    41,7842,89 41,33

    32,89

    49 47,89

    24,56

    41,6736,89

    32,44

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 25 50

    Jum

    lah

    Dau

    n T

    rifo

    liate

    6 M

    ST

    Naungan (%)

    V1

    V2

    V3

    V4

    V5

    V6

  • 40

    ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama

    pada proses pembentukan daun tanaman. Tanaman yang tumbuh dengan naungan

    akan memiliki kompensasi hasil asimilasi lebih rendah dibandingkan tanaman

    yang tumbuh di tempat dengan cahaya matahari yang optimal (Levitt, 1980).

    Suryadi (2013) juga menyakan fotosintesis tidak terjadi dalam keadaan gelap

    tetapi dengan meningkatnya intensitas radiasi, laju fotosintesis meningkat. Hale

    dan Orcutt (1987) juga menambahkan bahwa reaksi tanaman akan berbeda bila

    dipindahkan pada intensitas cahaya yang berbeda. Tanaman kedelai merespon

    intensitas cahaya rendah dengan cara : (1) mengurangi luas daun total, jumlah

    daun, dan berat kering daun, serta (2) meningkatkan luas daun trifoliate dan

    spesifik. Kondisi demikian merupakan salah satu mekanisme untuk meningkatkan

    efisiensi penangkapan cahaya, sekaligus memelihara fotosintat (Muhuria, 2007).

    Sedangkan pengaruh varietas terhadap peningkatan jumlah daun

    trifoliate lebih di tentukan oleh faktor genetik dari varietas tersebut dalam

    beradaptasi terhadap lingkungani. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

    Adisarwanto (2006) bahwa setiap varietas memiliki tingkat pertumbuhan dan

    produksi yang berbeda, tergantung dari proses pembentukan dari faktor genetik

    varietas tersebut dan juga dengan pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh

    tanaman. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, maka

    pertumbuhan dan potensi daya hasil dari varietas unggul tersebut tidak tercapai.

  • 41

    4.1.3. Jumlah buku

    Hasil uji F (lampiran 26) menunjukkan bahwa naungan berpengaruh

    tidak nyata terhadap jumlah buku umur 5 MST. Varietas berpengaruh sangat

    nyata terhadap jumlah buku umur 5 MST. Sedangkan interaksi antara naungan

    dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buku umur 5 MST.

    Rata-rata jumlah buku pada berbagai tingkat naungan dan beberapa varietas umur

    5 MST dapat dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan BeberapaVarietas Umur 5 MST

    Perlakuan Jumlah Buku 5 MSTNaungan (%)

    0 11,9625 12,550 12,09

    BNT 0,05 -Varietas

    Anjasmoro 12,63 bKipas Merah Bireun 12,33 ab

    Grobogan 12,48 abBurangrang 12,37 abSinabung 12,00 a

    Kaba 11,30 aBNT 0,05 0,52

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)

    Data Tabel 7 menunjukkan naungan berpengaruh tidak nyata terhadap

    jumlah buku 5 MST. Karena peningkatan jumlah buku umur 5 MST akibat

    pengaruh naungan sudah mulai terhenti. Sedangkan pada berbagai varietas

    jumlah buku terbanyak dijumpai pada varietas Anjasmoro yang tidak berbada

    nyata dengan varietas lainnya, kecuali varietas Sinabung dan Kaba. Pengaruh

    varietas terhadap jumlah buku umur 5 MST dapat dilihat pada Gambar 7.

  • 42

    Gambar 7. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 5 MST

    Gambar 7 menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki jumlah buku

    yang berbeda umur 5 MST. Hal ini dikarenakan pada setiap varietas memiliki

    karakter pertumbuhan yang berbeda sesuai dengan sifat genetik varietas tersebut.

    Hal tersebut sependapat dengan Sarief (2005) bahwa perbedaan sifat genetik dari

    suatu varietas dapat menunjukkan respon yang berbeda terhadap lingkungan dan

    faktor produksi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan dan

    produksi kedelai akan dipengaruhi oleh varietas, pengelolaan tanah dan tanaman,

    serta kondisi lingkungan lainnya.

    Hasil uji F (Lampiran 22, 24 dan 28) menunjukkan bahwa interaksi

    antara naungan dan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah buku umur 3 dan

    6 MST dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buku umur 4 MST. Rata-

    rata jumlah buku akibat pengaruh interaksi antara naungan dan varietas umur 3, 4

    dan 6 MST dapat dilihat pada Tabel 8.

    12,6312,33

    12,48 12,37

    12,00

    11,30

    10,50

    11,00

    11,50

    12,00

    12,50

    13,00

    V1 V2 V3 V4 V5 V6

    Jum

    lah

    Buk

    u 5

    MST

    Varietas

  • 43

    Tabel 8. Rata-rata Jumlah Buku Akibat Pengaruh Interaksi Antara Naungan danVarietas Umur 3, 4 dan 6 MST

    KombinasiPerlakuan

    Jumlah Buku 3 MSTBNT 0,05Naungan

    0%Naun