IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

44
1 1. IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA Ulasan singkat Ekowisata sebagai bagian dari konsep pengembangan pariwisata telah mengalami kemajuan dengan semakin banyaknya peminat jenis wisata yang berbasis pada kelestarian lingkungan, sehingga dalam pengembangan destinasi wisata alam didapatkan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara manusia sebagai mahluk yang menikmati alam dalam kegiatannya dengan alam yang terlestarikan secara baik. Kriteria ekowisata meliputi tiga hal, yaitu (1) keberlangsungan alam atau ekologi, (2) memberikan manfaat ekonomi, dan (3) secara psikologis dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Minat pengunjung terhadap suatu daerah tujuan wisata dapat ditingkatkan melalui pengembangan objek wisata yang ada dilokasi tersebut. Objek wisata dapat berupa (1) Natural tourist resources yangberasal dari alam dan dapat dilihat atau disaksikan secara bebas pada tempat-tempat tertentu harus dibayar untuk masuk seperti cagar alam, kebun raya. (2) Hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan dan dipelajari seperti monument bersejarah, perayaan tradisional. Disamping itu perlu juga identifikasi dimensi wisata meliputi atraksi, fasilitas, transportasi dan keramahtamahan. Atraksi terbagi atas 3 yakni atraksi alam,budaya dan buatan. daya tarik wisata alam dengan memperhatikan kelestarian alam. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan alam, atraksi alam, dan atraksi budaya.Untuk itu perlu diadakan proses identifikasi potensi lokasi ekowisata yang harus dilakukan oleh pengelola kawasan ekowisata. Identifikasi potensi lokasi ekowisata meliputi beberapa aspek, yaitu kadar hubungan/aksesibilitas, pengelolaan dan pelayanan, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang; atraksi dan kegiatan ekowisata, kondisi perkembangan jumlah pengunjung. Mengidentifikasi dan memetakan potensi wisata alam lokasi ekowisata dapat menggunakan Sistem Informasi Geografi (GIS). Potensi alam dapat dikembangkan untuk menambah minat pengunjung. Kegiatan penjelajahan hutan ( trekking) merupakan salah satu pemanfaatan potensi alam yang ditawarkan pengelola lokasi ekowisata kepada pengunjung.

description

dfvdfvsdfvdsafvadfadscvdsfvcasdcsdcdscxcxc xz xzcsdcxcz zxc zsdcasdcawsedcsdcsdcasDCsdcSDcSDc

Transcript of IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

Page 1: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

1

1. IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA

Ulasan singkat

Ekowisata sebagai bagian dari konsep pengembangan pariwisata telah

mengalami kemajuan dengan semakin banyaknya peminat jenis wisata yang

berbasis pada kelestarian lingkungan, sehingga dalam pengembangan destinasi

wisata alam didapatkan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan

antara manusia sebagai mahluk yang menikmati alam dalam kegiatannya dengan

alam yang terlestarikan secara baik.

Kriteria ekowisata meliputi tiga hal, yaitu (1) keberlangsungan alam atau

ekologi, (2) memberikan manfaat ekonomi, dan (3) secara psikologis dapat

diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Minat pengunjung terhadap suatu daerah

tujuan wisata dapat ditingkatkan melalui pengembangan objek wisata yang ada dilokasi

tersebut. Objek wisata dapat berupa (1) Natural tourist resources yangberasal dari alam

dan dapat dilihat atau disaksikan secara bebas pada tempat-tempat tertentu harus

dibayar untuk masuk seperti cagar alam, kebun raya. (2) Hasil kebudayaan suatu bangsa

yang dapat dilihat, disaksikan dan dipelajari seperti monument bersejarah, perayaan

tradisional. Disamping itu perlu juga identifikasi dimensi wisata meliputi atraksi,

fasilitas, transportasi dan keramahtamahan. Atraksi terbagi atas 3 yakni atraksi

alam,budaya dan buatan. daya tarik wisata alam dengan memperhatikan kelestarian

alam. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan alam, atraksi alam, dan atraksi

budaya.Untuk itu perlu diadakan proses identifikasi potensi lokasi ekowisata yang harus

dilakukan oleh pengelola kawasan ekowisata.

Identifikasi potensi lokasi ekowisata meliputi beberapa aspek, yaitu kadar

hubungan/aksesibilitas, pengelolaan dan pelayanan, akomodasi, sarana dan prasarana

penunjang; atraksi dan kegiatan ekowisata, kondisi perkembangan jumlah pengunjung.

Mengidentifikasi dan memetakan potensi wisata alam lokasi ekowisata dapat

menggunakan Sistem Informasi Geografi (GIS). Potensi alam dapat dikembangkan

untuk menambah minat pengunjung. Kegiatan penjelajahan hutan (trekking) merupakan

salah satu pemanfaatan potensi alam yang ditawarkan pengelola lokasi ekowisata

kepada pengunjung.

Page 2: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

2

Tujuan

Tujuan survey atau identifikasi adalah untuk menyediakan informasi awal guna

mengembangkan kawasan objek ekowisata yang berazaskan kepada konservasi

lingkungan, mengikutsertakan masyarakat dalam penentuan lokasi-lokasi yang layak

untuk dikelola dan dikembangkan sebagai objek wisata, meningkatkan pendapatan asli

daerah (PAD) bagi Pemda setempat dan pendapatan masyarakat dari kegiatan pariwisata

serta menjadikan lokasi ekowisata sebagai media pengenalan dan konservasi lingkungan

bagi masyarakat sekitar, wisatawan nusantara dan manca negara.

Penanggung jawab

Sebagai pihak yang turut bertanggung jawab dalam kegiatan identifikasi potensi

lokasi ekowisata adalah pengelola kawasan ekowisata sendiri dan seluruh pemangku

kepentingan di sekitar kawasan ekowisata, termasuk pemerintah daerah.

Prosedur

Dalam melakukan kegiatan identifikasi potensi lokasi kawasan ekowisata ada

beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Penentuan gagasan atau ide, meliputi:

a. Identifikasi perkembangan kunjungan wisatawan

b. Evaluasi dampak perkembangan terhadap eksistensi objek wisata, perekonomian

lokal, dan nasional

c. Identifikasi atraksi yang tersedia dan dapat dikembangkan

d. Identifikasi keterlibatan berbagai pemangku kepentingan di dalam pengelolaan

ekowisata

e. Identifikasi segmen pasar potensial dengan karakteristik kebutuhannya

f. Identifikasi pengembangan investasi proyek ekowisata

2. Lakukan studi kelayakan

a. Mengevaluasi kondisi nyata suatu produk atau layanan

b. Mengevaluasi peluang pengembangan produk dan jasa

c. Mengevaluasi peluang penciptaan produk dan jasa baru

d. Mengidentifikasi penyandang dana yang potensial bagi proyek

Page 3: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

3

e. Studi kelayakan diarahkan untuk pertimbangan:

Tujuan dan kepentingan

Kelayakan

Daya dukung

Keuntungan

3. Lakukan evaluasi dengan metode analisis SWOT (strong, weakness, opportunity,

threat) dan tentukan unsur serta variabel kajiannya, sebagai berikut:

U

n

s

u

r

V

a

r

i

a

b

e

l

A

t

r

a

k

s

i

a

l

a

m

L

o

k

a

s

i

,

j

e

n

i

s

,

j

u

m

l

a

h

,

m

A

t

r

a

k

s

i

b

u

d

a

y

a

L

o

k

a

s

i

,

j

e

n

i

s

,

j

u

m

l

a

h

,

m

D

a

m

p

a

k

l

i

n

g

k

u

n

g

a

n

y

a

n

g

p

P

e

r

u

b

a

h

a

n

l

i

n

g

k

u

n

g

a

n

f

i

s

A

k

s

e

s

s

i

b

i

l

i

t

a

s

D

a

y

a

a

n

g

k

u

t

,

a

k

s

e

s

,

m

u

t

u

P

a

s

a

r

D

a

e

r

a

h

a

s

a

l

,

t

i

p

e

p

e

r

j

a

l

U

s

a

h

a

j

a

s

a

M

u

t

u

,

k

e

s

e

s

u

a

i

a

n

p

a

s

a

r

,

I

n

f

o

r

m

a

s

i

w

i

s

a

t

a

P

e

t

a

,

b

u

k

u

p

a

n

d

u

a

n

,

p

e

m

a

P

r

o

m

o

s

i

E

f

e

k

t

i

v

i

t

a

s

a

d

v

e

r

t

o

r

i

a

l

,

O

r

g

a

n

i

s

a

s

i

d

a

n

k

e

l

e

m

b

a

g

a

O

r

g

a

n

i

s

a

s

i

t

e

r

k

a

i

t

,

h

u

b

u

K

o

m

i

t

m

e

n

p

e

l

a

k

u

w

i

s

a

t

a

D

u

k

u

n

g

a

n

r

i

i

l

b

e

r

b

a

g

a

i

s

Page 4: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

4

u

t

u

,

m

a

s

a

l

a

h

,

d

a

y

a

t

a

r

i

k

u

t

u

,

m

a

s

a

l

a

h

,

d

a

y

a

t

a

r

i

k

o

t

e

n

s

i

a

l

i

k

,

e

k

o

l

o

g

i

s

d

a

n

d

a

y

a

d

u

k

u

n

g

,

f

r

e

k

u

e

n

s

i

,

o

n

g

k

o

s

a

n

a

n

,

t

i

p

e

k

e

g

i

a

t

a

n

m

a

s

a

l

a

h

l

a

i

n

p

a

r

a

n

,

a

k

u

r

a

s

i

,

d

a

n

i

n

f

o

r

m

a

s

i

y

a

p

u

b

l

i

k

a

s

i

,

k

e

h

u

m

a

s

a

n

,

i

n

s

e

n

t

i

f

,

a

n

n

g

a

n

k

e

r

j

a

,

k

e

m

i

t

r

a

a

n

,

t

e

a

m

w

o

r

k

e

k

t

o

r

,

s

i

k

a

p

p

u

b

l

i

k

,

d

a

n

m

a

s

y

a

r

a

Page 5: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

5

n

g

o

t

e

n

t

i

k

m

e

d

i

a

p

r

o

m

o

s

i

p

e

n

g

e

m

b

a

n

g

a

n

k

a

t

l

o

k

a

l

,

t

e

r

h

a

d

a

p

p

e

n

g

e

m

b

a

n

g

a

n

Page 6: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

6

e

k

o

w

i

s

a

t

a

.

Itulah beberapa langkah prosedur yang dilakukan dalam proses identifikasi potensi

lokasi dari sebuah kawasan ekowisata.

Referensi

Damanik & Weber. 2006.

HAKIM, Mohammad Nur Rahman. 2011 PWK SAPPK-ITB.

Iskandar Sembiring dkk. 2004; Survei Potensi Ekowisata di Kabupaten Dairi. USU

Digital Library.

Puspar UGM, 2004.

Page 7: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

7

2. PENENTUAN TUJUAN EKOWISATA

Ulasan Singkat

Kegiatan ekowisata yang dilakukan dengan tujuan meminimalkan dampak,

menumbuhkan kesadaran lingkungan dan memberikan pengalaman positif kepada

pengunjung maupun penerima dan memberikan manfaat dan keberdayaan masyarakat

lokal. Turis domestik maupun mancanegara sebagai pengunjung dalam kegiatan

ekowisata. Baik kalangan peneliti, pemerhati lingkungan, siswa sekolah maupun

kalangan umum yang ingin menikmati obyek wisata yang telah disediakan.

Batasan ekowisata merupakan bentuk dan kegiatan wisata yang bertumpu pada

lingkungan dan bermafaat secara ekologi, sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal

serta bagi kelestarian sumber daya alam dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Lima

aspek utama untuk berkembangnya ekowisata adalah : (1) adanya keaslian lingkungan

alam dan budaya (2) keberadaan daya dukung masyarakat (3) pendidikan dan

pengalaman (4) berkelanjutan dan (5) kemampuan manajemen dalam pengelolaan

ekowisata (Choy, 1997).

Tujuan

a. Menciptakan ekowisata berkelanjutan berbasis lingkungan.

b. Mewujudkan penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab, yang mendukung

upaya-upaya pelestarian lingkungan alam yang telah ada.

c. Menjaga kelestarian lingkungan.

Penanggung jawab

Pihak yang berwenang dalam tahapan ini adalah staf ahli. Jabatan penanggung jawab

dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat menjalankan kegiatan ekowisata sesuai

dengan prinsip berkelanjutan dan etika bisnis nasional dan internasional serta memiliki

kreativitas dan inovasi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Prosedur

Page 8: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

8

Konsep ekowisata yang selama ini diterapkan di Indonesia pada umumnya langsung

diambil dari konsep-konsep yang sudah berhasil di luar negeri tanpa ditelaah terlebih

dahulu, apakah konsep tersebut sesuai atau tidak dengan kondisi alam dan budaya

Indonesia. Konsep tersebut diantaranya : sudut pandang pengembangan konsep

ekowisata, peran pemerintah, badan pengelola daerah ekowisata dan paket ekowisata

yang diplih.

Sedangkan tahap-tahap pekerjaan yang harus dipenuhi dalam penentuan tujuan

ekowisata adalah :

1. Analisa potensi lahan

Melakukan analisa dengan menggunakan data-data sekunder yang berkenaan dengan

potensi lahan serta hal-hal yang berkenaan dengan program.

2. Melakukan musyawarah dengan aparatur pemerintah desa setempat

Melakukan diskusi terbuka dengan tokoh masyarakat mengenai program sebagai usaha

mencari tanggapan dan dukungan masyarakat terhadap program yang akan

dilaksanakan yang selanjutnya dilakukan musyawarah dengan aparatur pemerintah desa

setempat.

3. Suvey dan identifikasi lahan

Survey dilakukan setelah mendapatkan kesepakatan dari hasil musyawarah dengan

aparatur pemerintah desa guna mengidentifikasi potensi lahan yang akan digunakan

sebagai lokasi pelaksanaan program.

Referensi

Choy, 1997. Perencanaan Ekowisata. Belajar dari Pengalaman di South East

Queesland. Proceedings on The Planning and Workshop of Planning Sustainable

Tourism. Penerbit ITB Bandung.

Page 9: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

9

3. PENENTUAN STRATEGI EKOWISATA

Ulasan Singkat

Penentuan Strategi didasarkan pada target dan segmentasi yang ada, dalam hal ini di

bidang ekowisata yang merupakan suatu konsep pariwisata yang didukung oleh adanya

kesadaran dalam memperhatikan lingkungan sekitar. Sebelum menentukan Strategi

diperlukan analisis SWOT dimana dengan memakai analisis ini dapat diketahui

Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dari kegiatan Ekowisata yang akan

dikelola.

Tujuan

Untuk menentukan langkah-langkah yang tepat didalam berjalannya suatu ekowisata

yang diinginkan sesuai dengan segmentasi, target dan positioning masyarakat.

Penanggungjawab:

1. Manajer

2. Marketing

Prosedur

A. Menentukan jasa pelayanan sebagai produk ekowisata

Secara umum produk jasa pelayanan berbeda dengan produk manufaktur, sebab jasa

pelayanan terdiri dari tindakan dan interaksi yang merupakan kontak sosial secara

langsung antara produsen dan konsumen. Sedangkan produk manufaktur tidak

terdapat kontak langsung dan bukan merupakan kontak sosial, Schroeder (2007).

Pendit, (1999) menyampaikan produk wisata adalah segala bentuk pelayanan yang

disajikan bagi kebutuhan wisatawan, berupa benda-benda pariwisata yang bersifat

material maupun non-material.

B. Pengguna dan penyedia Jasa Layanan Ekowisata

Page 10: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

10

Avenzora (2003) mendefinisikan sebagai: “suatu ruang tertentu dengan batas-batas

tertentu yang mengandung elemen-elemen ruang tertentu yang dapat : (1) menarik

minat orang untuk berekreasi, (2) menampung kegiatan rekreasi, dan (3)

memberikan kepuasan orang berekreasi”. Dari sudut pandang psikologis, Ahola

(dalam Fennell, 2002) memberikan pandangan, alasan kebutuhan wisatawan untuk

bepergian yaitu: (i) untuk mencari pemuasan batin (kebanggaan), dan (ii) melarikan

diri dari rutinitas keseharian (penghindaran). Pilihan-pilihan tersebut bahkan sudah

terpola kedalam bentuk-bentuk karakter keinginan wisatawan (demand typology),

seperti yang disampaikan Avenzora (2008), sebagai berikut:

1. Venture-someness : adalah wisatawan ingin mencari dan menggali, untuk

cenderung menjadi pengunjung pertama pada tujuan wisata.

2. Peleasure-seeking: adalah wisatawan ingin mendapatkan kenyamanan dalam

segala hal selama perjalanan, baik transportasi perjalanan, jasa hotel maupun

wisata hiburan

3. Impassivity: adalah wisatawan yang cepat dalam pengambilan keputusan dengan

tanpa perencanaan

4. Self-confidence: adalah wisatawan yang memiliki percaya diri untuk melakukan

sesuatu yang berbeda. Hal ini tercermin ketika menentukan kegiatan wisata

ditempat tujuan akan selalu berbeda.

5. Planfulness: adalah wisatawan yang melakukan perencanaan perjalanan lebih

awal, dengan mempertimbangkan program-program wisata sebelumnya.

6. Masculinity: adalah wisatawan yang selalu berorientasi pada aksi perjalanan

yang penuh tantangan

7. Intelektualisme: adalah wisatawan yang memilih tujuan wisata sejarah dan

budaya, meskipun harus membayar mahal.

8. People orientation: adalah wisatawan yang berorientasi pada menjalin hubungan

sosial dengan orang-orang yang mereka kunjungi.

Berdasarkan tipologi diatas maka dapat ditarik beberapa kesamaan karakter

wisatawan sebagai berikut:

a. Keinginan untuk mendapatkan kepuasan menjadi sesuatu yang prioritas.

b. Keinginan untuk mendapatkan kenyamanan selama perjalanan menuju destinasi

sampai kembali pulang

Page 11: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

11

c. Keinginan untuk mendapatkan pengalaman yang berarti dalam hidup.

Page 12: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

12

C. Manajemen Pelayanan Jasa Ekowisata

Mewujudkan keterkaitan antara permintaan recreation dengan resources and supply

dalam konteks jasa pelayanan ekowisata, maka mutlak dirumuskan terlebih dahulu

sebuah rancangan proses produksi, dengan mempertimbangkan empat elemen

produksi jasa, Schoroeder (2007), yaitu: Wisatawan, Manusia/operator, strategi dan

system.

Referensi

Bayualfian66. Perencanaan Ekowisata yang Berkelanjutan, (http://bayualfian66-

degagajago.blogspot.com , diakses 17 Juni 2011)

Page 13: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

13

4. PENYUSUNAN ZONASI DAN ATURAN EKOWISATA

Ulasan singkat

Zonasi kawasan merupakan salah satu aspek manajemen kawasan ekowisata yang

berhubungan dengan tata guna lahan. Daya dukung lahan merupakan salah satu faktor

penting dalam pengembangan daerah tujuan wisata. Menurut Hakim (2004) dalam

kaitannya dengan pembangunan sektor wisata, isu daya dukung lingkungan harus

dimasukkan dalam isu-isu tata guna lahan. Penerapan sistem zonasi merupakan strategi

yang dapat diterapkan untuk memenuhi daya dukung. Keuntungan penerapan sistem

zonasi adalah mereduksi konflik-konflik yang timbul di antara kepentingan

masyarakat,wisatawan dan kegiatan konservasi yang dilaksanakan.

Aturan ekowisata ditetapkan berdasarkan prinsip ekowisata yaitu: meminimalkan

dampak, menumbuhkan kesadaran lingkungan dan budaya, memberikan pengalaman

positif baik kepada turis (visitor) maupun penerima (host), memberikan manfaat dan

keberdayaan masyarakat lokal. Tujuannya adalah untuk menjamin kelestarian

lingkungan.Maksud dari menjamin kelestarian seperti halnya tujuan konservasi

(UNEP, 1980) sebagai berikut :

1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem

kehidupan.

2. Melindungi keanekaragaman hayati.

3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

Tujuan

Tujuan penetapan zonasi kawasan adalah dalam rangka meminimalkan dampak

negatif dari aktifitas pengunjung terhadap kawasan yang dilindungi serta mengurangi

tekanan dan konsentrasi kunjungan hanya pada satu lokasi tertentu.

Penanggungjawab

Pihak yang bertanggung jawab untuk menentukan zonasi kawasan dan aturan-

aturannya adalah manajer yang dibantu staf ahli pengelola ekowisata.

Page 14: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

14

Prosedur

Berdasarkan unit manajemen leuser (2004) pertimbangan penetapan zonasi kawasan

berkaitan dengan :

1. Status dan fungsi kawasan.

2. Kepekaan kawasan.

3. Peraturan yang terkait dengan kawasan pengembangan.

4. Akses ruang dan kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat.

5. Keamanan dan kenyamanan pengunjung.

6. Optimalisasi potensi wisata yang tersedia.

7. Optimalisasi sarana pendukung wisata.

8. Pertimbangan efisiensi biaya.

Pendekatan zonasi kawasan ekowisata

Penentuan zonasi fasilitas dibedakan menjadi zona inti, zona penyangga, zona

pelayanan dan zona pengembangan.

a. Zona Inti : tempat atraksi/daya tarik wisata utama ekowisata.

b. Zona Antara (Buffer Zone): di zona ini kekuatan daya tarik ekowisata

dipertahankan sebagai ciri-ciri dan karakteristik ekowisata yaitu mendasarkan

lingkungan. Pembangunan dan pengembangan unsur-unsur teknologi lain yang

akan merusak dan menurunkan daya dukung lingkungan dan tidak sepadan

dengan ekowisata dihindari.

c. Zona Pelayanan: di wilayah ini dapat dikembangkan berbagai fasilitas yang

dibutuhkan pengunjung yang sepadan dengan kebutuhan ekowisata.

d. Zona Pengembangan: areal dimana berfungsi sebagai lokasi budidaya dan

penelitian pengembangan ekowisata.

Referensi :

Kurnianto, I. R. 2008. Pengembangan ekowisata di Kawasan Waduk Cacaban,

Kab. Tegal. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan. Program Pasca

Sarjana, Universitas Diponegoro.Semarang.

Hakim (2004) dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29775/3/Chapter%20II.pdf

Page 16: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

16

5. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR, AKOMODASI

DAN FASILITAS PENDUKUNG

Ulasan Singkat

Infrastruktur merupakan salah satu unsur penunjang yang cukup penting untuk

pengembangan kawasan wisata alam menjadi ekowisata. Ekowista mengacu pada

pemanfaatan lingkungan alam untuk tujuan wisata. Infrastrukur yang diperlukan untuk

pengembangan ekowisata dapat dikelompokan menjadi dua tipe, yaitu infrastruktur

keras (hard infrastucture) yang meliputi pembuatan akses jalan masuk, saluran listrik

dan air, gedung informasi, pos keamanan, fasilitas penginapan, dan warung makan serta

cafe, sedangkan infrastruktur ringan (soft infrastructure) terdiri dari media informasi

(brosur, papan informasi, dan petunjuk jalan), dan media komunikasi (tersedianya sinyal

telekomunikasi dan jaringan internet)

Di samping pembangunan infrastruktur penunjang, pengembangan ekowisata

tidak bisa lepas dari pengurusan ijin (legalitas) dari pihak yang berwenang. Ada

beberapa tipe pengurusan ijin yang harus dilakukan, diantaranya:

a. Pengembangan ekowisata yang berada pada kawasan Cagar Alam, Cagar Biosfer

dan Hutan Alam dilakukan dengan BKSDA setempat,

b. Pengembangan ekowisata yang berada pada kawasan Hutan Lindung dilakukan

dengan Dinas Kehutanan Provinsi setempat.

Selain pembangunan infrastruktur dan pengurusan ijin, masih ada unsur

penunjang yang cukup penting yaitu fasilitas keamanan. Seperti yang sudah dituliskan

pada paragraf sebelumnya, bahwa fasilitas keamanan dalam hal pembangunan pos

keamanan sudah termasuk pembangunan infrastuktur keras, tetapi fasilitas keamanan

tidak hanya meliputi pos keamanan tetapi juga tenaga keamanan, di mana tenaga

keamanan merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang dan menjamin rasa

aman bagi pengunjung.

Penyediaan infrastuktur, akomodasi dan fasilitas lainnya di kawasan ekowisata

diharapkan tidak melupakan unsur kelestarian lingkungan, dimana pengelola ekowista

tidak boleh serta merta mengedepannya keuntungan ekonomi daripada keberlanjutan

fungsi lingkungan, karena konsep ekowisata sangat erat kaitannya dengan lingkungan,

Page 17: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

17

apabila kondisi lingkungan sudah tidak terjaga dan hilang nilai potensinya, maka konsep

ekowisata berkenajutan yang ingin dibuat sudah tidak mungkin lagi untuk diterapkan.

Tujuan

Adapun tujuan tahap penyediaan infrastuktur, akomodasi dan fasilitas

pendukung, antara lain:

a. Memberikan gambaran kepada masyarakat baik pengelola maupun pengguna

ekowista akan pentingnya pembangunan infrastruktur, akomodasi dan fasilitas

keamanan.

b. Memberikan informasi khusunya kepada calon pengelola ekowisata mengenai

tahapan pengurusan ijin penggunaan kawasan alam menjadi ekowisata.

Penanggung jawab

Pihak yang bertanggung jawab untuk tahap penyediaan infrastuktur, akomodasi

dan fasilitas pendukung adalah pengelola ekowisata, dalam hal ini manajer perencana

dan pengelolaan fasilitas dari perusahaan maupun instansi pengelola ekowisata.

Prosedur

Berikut petunjuk teknis yang perlu dipersiapkan untuk tahap penyediaan

infrstruktur, akomodasi, dan fasilitas keamanan, antara lain sebagai berikut:

a. Lakukan pengurusan ijin (legalitas) penggunaan kawasan alam menjadi ekowisata,

baik di Kementerian Kehutanan dalam hal ini BKSDA (Balai Konservasi Sumber

Daya Alam) setempat maupun Pemerintah Provinsi yang diwakili Dinas Kehutanan

Provinsi setempat.

b. Pembangunan infrastruktur keras (hard infrastucture) yang meliputi pembuatan

akses jalan masuk, saluran listrik dan air, gedung informasi, pos keamanan, fasilitas

penginapan, warung makan atau cafe, dan infrastruktur ringan (soft infrastructure)

terdiri dari media informasi (brosur, papan informasi, dan petunjuk jalan), dan

media komunikasi (tersedianya sinyal telekomunikasi dan jaringan internet).

c. Penyediaan tenaga keamanan untuk menjamin rasa aman dan nyaman bagi

pengunjung.

Page 18: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

18

Referensi

Black, R.S. 1999. Ecotour Guide: Performing a Vital Role in the Ecotourism

Experience. Paper Presented at the World Ecotourism Conference. Kota

Kinabalu Malaysia.

Eplerwood, M. 1999. Ecotourism, Sustainable Development and Cultural Survival:

Protecting Indigenous Culture and Land through Ecotourism. Cultural Survival

Quaterly 23.

Fandelli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

The International Ecotourism Society. 1990. Global Ecotourism Fact Sheet. the

International Ecotourism Society. Washington DC. USA.

The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 1980.

World Conservation Strategy: Living Resource Conservation for Sustainable

Development. UNEP-UNEP-WWF.

Page 19: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

19

6. STRATEGI PEMASARAN EKOWISATA

Ulasan singkat

Posisi pemerintah pada saat mempromosikan ekowisata adalah sebagai penantang

negara tujuan pariwisata lainnya (dalam hal ini terutama yang berada di Asia Tenggara

dan sekitarnya). Oleh karena itu hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah

mengadakan promosi secara gencar dengan cakupan wilayah yang luas dan merata

berdasarkan hasil analisis yang mendalam. Yang kedua, pemerintah harus mampu

membentuk segmentasi pasar. Maksudnya adalah pemerintah harus dapat

memanfaatkan karakteristik objek wisata yang unik untuk berbagai kalangan

masyarakat, karena dengan besarnya tingkat pluralitas maka akan ada suatu keinginan

yang belum terpuaskan oleh jasa pariwisata sebelumnya.

Hal yang perlu diingat adalah pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata harus siap

menanggung resiko, karena pemasaran objek wisata membutuhkan waktu untuk

menjadikannya ”laku” di masyarakat. Oleh karena itu hasil keuntungan yang didapat

pertama kali mungkin tidak akan maksimal, namun diharapkan pendapatan dari sektor

ini akan terus bergerak ke arah yang positif (mengalami kenaikan).

a. Observasi Ekowisata

Program ekowisata dibuat sesuai dengan kemampuan yang ada, selanjutnya dibuat

perencanaan. Proses perencanaan; membangun sebuah ekowisata di sebuah kawasan

tak bisa lepas dari pentingnya memperhitungkan masalah partisipasi dan distribusi

keuntungan. Karena itu, sejak masa perencanaan, para pengelola sudah menentukan

siapa “masyarakat” yang dimaksud, siapa yang berpartisipasi, siapa yang akan

mengambil keputusan, bagaimana keuntungan akan diperoleh, seberapa besar

investasi uang yang diperlukan, dan dari mana dana akan diperoleh.

Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan kebijakan

pemerintah adalah observasi pariwisata yang terdiri dari 3 macam tahap yaitu

menentukan segmentasi ekowisata, menentukan target ekowisata, dan positioning

objek ekowisata di daerah wisata. Yang pertama adalah segmentasi ekowisata,

maksudnya adalah pemerintah harus bisa menentukan kepada siapa jasa pariwisata

ini akan di promosikan, apakah ke wisatawan domestik atau wisatawan

Page 20: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

20

mancanegara, masyarakat berpendapatan menengah ke atas atau menengah ke

bawah. Dalam kasus ini ada 2 lapisan masyarakat secara general yaitu lapisan yang

peduli pariwisata impian dan lapisan yang hanya mementingkan harga tanpa melihat

atau mengabaikan kekurangan dari konsep pariwisata impian. Oleh karena itu,

pemerintah harus bisa menentukan akan ditujukan kepada kalangan seperti apakah

objek wisata yang akan ditawarkan.

Kemudian yang kedua adalah pemerintah harus menentukan target ekowisata dalam

artian yang hampir sama dengan segmentasi ekowisata namun perbedaannya pada

”targeting”. Pemerintah menentukan target pariwisatanya apakah penduduk negara

maju atau negara berkembang, atau kepada masyarakat perkotaan ataukah pedesaan.

Jadi cakupan dari proses ”targeting” ini lebih spesifik. Hal selanjutnya yang perlu

dilakukan oleh pemerintah adalah memposisikan objek ekowisatanya kepada daerah

atau negara tujuan promosi. Pemerintah harus menentukan objek wisatanya ini

adalah objek wisatanya yang berorientasi pada harga, keindahan alam atau pelayanan

yang diberikan. Contohnya objek ekowisata yang berorientasi pada keindahan alam

sebagai andalannya umumnya hanya mementingkan faktor ”bentuk” dari objek

wisata yang dimaksud tetapi kurang memperhatikan pelayanan sehingga mudah

dilupakan (wisatawan hanya akan berkunjung satu kali saja) dan beralih ke daerah

tujuan wisata lainnya pada saat kunjungan berikutnya.

Objek wisata yang mementingkan harga pada umumnya memasang tarif dengan

harga yang murah tetapi tidak memperhatikan pelayanan terutama objek wisata yang

memang memiliki keindahan alam dan infrastruktur yang serba tanggung

(dipaksakan menjadi objek wisata). Objek wisata yang mementingkan kualitas

pelayanan umumnya memiliki kesan yang baik karena dengan pelayanan yang baik

akan makin sempurna karena ditunjang dengan keindahan alam yang cukup baik dan

fasilitas menunjang yang terdapat didalamnya. Kegunaan dari proses ”positioning”

ini adalah untuk memudahkan si pemerintah untuk menentukan segmentasi dan

target ekowisata. Sedangkan tujuan dari segmentasi ekowisata dan menentukan

target ekowisata adalah agar si pemerintah dapat lebih efektif dalam mempromosikan

tempat, produk & jasa wisata sehingga bisa meminimalisir investasi dan risiko. Hal

yang perlu digarisbawahi disini adalah sungguh tidak mungkin apabila pemerintah

dan pelaku bisnis pariwisata harus mempromosikan berbagai jenis pariwisata untuk

Page 21: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

21

semua kalangan, lagi pula objek wisata akan lebih mudah diterima di masyarakat

karena pangsa pasarnya lebih terspesifikasi.

b. Strategi Pemasaran Ekowisata

Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi pengelola ekowisata

dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah

perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian

rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi

untuk mencapai tujuannya.” Sedangkan definisi Pemasaran menurut W. Y. Stanton

“Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan

tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan

mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual

maupun potensial.” Berdasarkan definisi di atas, proses pemasaran dimulai dari

menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen. Yang akhirnya pemasaran memiliki

tujuan yaitu :

1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk dan jasa yang kita hasilkan.

2. Pengelola ekowisata dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang

berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi: penjelasan

mengenai produk/jasa, desain produk/jasa, promosi produk/jasa, pengiklanan

produk/jasa, komunikasi kepada konsumen, sampai pengiriman produk/jasa agar

sampai ke tangan konsumen secara cepat.

3. Pengelola ekowisata perlu mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa

sehingga produk/jasanya cocok dengan selera konsumen.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memasarkan ekowisata: Dari

sudut pandang pengelola:

1. Tempat yang strategis (place)

Tempat memasarkan ekowisata adalah satu hal penting dan harus dipikirkan secara

hati-hati oleh pemerintah. Dalam hal ini, berdasarkan hasil analisis, hendaknya

pemerintah memasarkan objek ekowisata di tempat yang subur untuk ’menggaet’

wisatawan. Karena tempat tujuan promosi yang strategis akan mempermudah proses

promosi serta mempengaruhi minat berkunjung wisatawan.

2. Produk yang bermutu (product)

Page 22: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

22

Pemasaran merupakan kunci dalam mendorong kegiatan ekowisata. Sebelum

memasarkan suatu obyek wisata perlu dipersiapkan: Obyek yang indah, unik,

menarik yang dilengkapi dengan informasi menarik seperti papan interpretasi,

rambu penunjuk jalan ke lokasi, dll.

3. Harga yang kompetitif (price)

Harga menjadi salah satu indikator keberhasilan pemasaran ekowisata. Dalam hal

penentuan harga terhadap segala sesuatu di tempat objek wisata yang dipasarkan

sangatlah penting. Sebaiknya harga dengan kualitas ekowisata yang dipasarkan

harus seimbang.

4. Promosi yang gencar (promotion)

Promosi adalah bagian dari rangkaian kegiatan pemasaran. Promosi digunakan

untuk mendukung berbagai strategi pemasaran lainnya (strategi produk, strategi

penentuan harga, dan strategi distribusi). Promosi akan mempercepat penyampaian

strategi pemasaran kepada konsumen. Tanpa promosi maka strategi ini akan sulit

untuk sampai kepada konsumen. Bauran Promosi (Promotion Mix) merupakan

metode promosi yang dapat diterapkan oleh pengelola ekowisata untuk

meningkatkan penerimaan produk dan jasanya.

Menurut Kotler (2005: 264-312), bauran promosi terdiri dari lima perangkat utama

yaitu:

1. Advertising (iklan): merupakan semua penyajian non personal, promosi ide-ide,

promosi produk atau jasa yang dilakukan sponsor tertentu yang dibayar. Iklan

ekowisata dapat dilakukan melalui media cetak (surat kabar, majalah dll) dan

media elektronik (televisi, radio, internet, dll). Iklan merupakan promosi satu arah

tanpa melibatkan konsumen didalamnya sehingga bentuknya hanya bersifat

pemberian informasi saja.

2. Sales Promotion: berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan

mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.

3. Public Relations (Hubungan Masyarakat) dan Publisitas: program untuk

mempromosikan dan/atau melindungi citera perusahaan atau produk

individualnya. Promosi dengan cara ini dapat dilakukan dengan menulis press

release dan features (berita khas) mengenai objek ekowisata ke media massa,

Page 23: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

23

menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar objek ekowisata dan target

potensial melalui kegiatan sosial dan lain sebagainya.

4. Personal Selling: Interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih untuk

melakukan suatu presentasi, menjawab langsung dan menerima pesanan. Personal

Selling merupakan bentuk promosi 2 arah seperti membuat acara-acara interaktif

misalnya dengan metode visit Indonesia year dimana bisa dibuat promosi gencar

ke luar dan dalam negeri dengan membuat beberapa event pendukung yang

menarik atau memilih duta-duta wisata seperti ajang Abang None untuk tingkat

DKI Jakarta dan acara sejenis lainnya untuk masing-masing daerah dengan tujuan

mempromosikan pariwisata.

5. Direct Marketing: penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat

penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi guna mendapatkan tanggapan

langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

Promosi ekowisata adalah hal terpenting dalam memasarkan ekowisata, khusunya

objek ekowisata baru. Hal yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah adalah

membuat promosinya seatraktif mungkin, sebagai langkah awal bisa melalui promosi

langsung dan promosi 1 arah (melaui iklan saja). Namun tentu saja pemerintah bebas

memilih cara promosi apa yang akan digunakan berdasarkan hasil riset dan observasi

sebelumnya.

c. Bentuk Media Promosi yang akan Digunakan

Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti

melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan, web

site, internet atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat public

(hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara objek

ekowisata dengan Biro Perjalanan (ASITA= Association of Indonesian Tour and Travel

Agency), Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. Salah satu metoda promosi

yang dinilai efektif dalam mempromosikan objek Ekowisata adalah metoda "tasting",

yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan

menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan

sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan

promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.

Page 24: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

24

Page 25: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

25

7. ANALISIS BIAYA

Ulasan Singkat

Analisis biaya merupakan tahapan yang penting dalam menentukan seberapa

besar biaya yang harus dikeluarkan dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan

ekowisata. Di dalam suatu pembangunan secara menyeluruh, pembiayaan tidak hanya

sebatas pada biaya konstruksi fisik saja melainkan pembiayaan secara komprehensif

meliputi pekerjaan eksternal dan juga pekerjaan khusus.

Tujuan

Tujuan analisis biaya adalah untuk mengendalikan biaya agar tidak melebihi

rencana anggaran biaya, untuk menentukan keputusan strategi harga, untuk

merencanakan laba, dan untuk menghitung laba/rugi usaha.

Penanggung jawab

Pihak yang berwenang dalam mengelola tahapan ini adalah staf administrasi

yang memiliki kompetensi di bidang akutansi keuangan.

Prosedur

a) Komponen Biaya

Menentukan komponen biaya terdiri dari:

Biaya Persiapan

Biaya persiapan merupakan biaya yang mencakup seluruh biaya yang

digunakan dalam proses penyiapan dokumen pengembangan fasilitas yang

meliputi biaya untuk perijinan dan studi-studi perencana yang dilaksanakan

(Tabel 1).

Biaya Pembangunan Infrastruktur

Biaya pembangunan infrastruktur mencakup biaya fasilitas utama, fasilitas

penunjang, landscape dan utilitas.

Biaya Operasional dan Manajemen.

Page 26: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

26

Tabel 1. Rencana Anggaran Biaya Kawasan Ekowisata

N

o

U

r

a

i

a

n

K

e

g

i

a

t

a

n

S

a

t

u

a

n

V

o

l

u

m

e

H

a

r

g

a

S

a

t

u

a

n

(

R

p

)

J

u

m

l

a

h

H

a

r

g

a

(

R

p

)

J

u

m

l

a

h

K

e

s

e

l

u

r

u

h

a

n

(

R

p

)

I B

i

a

y

a

P

e

r

s

i

a

p

a

n

(

m

i

s

a

l

n

y

a

)

1. P

e

n

g

u

r

u

g

a

n

T

a

n

a

h

2. P

e

m

b

m3

m

I

I

F

a

s

i

l

i

t

a

s

U

t

a

m

a

(

m

i

s

a

l

n

y

a

)

1. W

i

s

a

t

a

A

i

r

2. A

r

e

n

a

W

i

s

m2

m2

m2

m2

m2

F

a

s

i

l

i

t

a

s

P

e

n

u

n

j

a

n

g

(

m

i

s

a

l

n

y

a

)

1. P

e

n

g

i

n

a

p

a

n

2. K

a

n

t

o

r

m2

m2

m2

m2

m2

b

u

a

h

m2

I

I

I

B

i

a

y

a

O

p

e

r

a

s

i

o

n

a

l

Page 27: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

27

a

n

g

u

n

a

n

T

e

m

b

o

k

P

e

n

a

h

a

n

T

a

n

a

h

3. F

a

s

i

l

i

t

a

s

J

a

l

a

n

a

t

a

K

e

l

u

a

r

g

a

3. J

o

g

g

i

n

g

T

r

a

c

k

4. C

a

m

p

i

n

g

G

r

o

u

n

d

5. A

r

e

a

P

e

m

a

P

e

n

g

e

l

o

l

a

3. G

e

r

b

a

n

g

M

a

s

u

k

4. M

u

s

h

o

l

l

a

5. T

o

k

o

S

o

u

v

e

n

i

r

6. T

o

i

l

Page 28: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

28

n

c

i

n

g

a

n

e

t

7. P

a

r

k

i

r

Berdasarkan ketiga komponen biaya (biaya persiapan, pembangunan

infrastruktur, dan biaya operasional) maka, total biaya investasi dalam

mengelola kawasan ekowisata adalah secara langsung adalah Rp……Sedangkan

modal kerja yang dihitung berdasarkan biaya operasional eksisting

membutuhkan investasi sebesar Rp…….

Page 29: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

29

Tabel 2. Biaya Manfaat Kawasan Ekowisata

No

Ju

ml

ah

Pe

ng

unj

un

g

per

Ta

hu

n

Pe

nd

ap

ata

n_

Ju

ml

ah

(R

p)_

___

Se

wa

La

ha

n_

Se

wa

Ba

ng

un

an

_P

ark

ir_

Ikl

an

_Ti

ket

Ma

su

k_

Pe

ngi

na

pa

n_

__1

.__

___

___

__2

.__

___

___

__3

Page 30: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

30

.__

___

___

__4

.__

___

___

__5

.__

___

___

_T

OT

AL

_

Tabel 3 Biaya Pengeluaran Kawasan Ekowisata

T

a

h

u

n

H

o

n

o

r

P

e

g

a

w

a

i

(

R

p

)

P

e

n

g

e

l

u

a

r

a

n

J

u

m

l

a

h

(

R

p

)

P

e

m

e

l

i

h

a

r

a

a

n

F

a

s

i

l

i

t

S

o

s

i

a

l

i

s

a

s

i

(

P

r

o

m

o

s

i

2

0

1

2

2

0

1

3

2

0

1

4

2

0

1

5

2

0

1

6

T

O

T

A

L

Page 31: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

31

a

s

(

R

p

)

)

(

R

p

)

Page 32: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

32

b) Analisis Kriteria Investasi

Dalam analisis keputusan investasi, ada beberapa langkah yang perlu

dilakukan, yaitu:

Menaksir aliran kas dari investasi tersebut

Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang

Mengevaluasi investasi dengan kriteria investasi

Mengambil keputusan, apakah investasi diterima atau ditolak.

Analisis kriteria investasi merupakan salah satu analisis yang digunakan

untuk mengukur manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan dari suatu

proyek, kelayakan ekonomi yang berhubungan dengan return on investment,

pemanfaatan investasi yang dilakukan, serta penilaian terhadap kelayakan

ekonominya. Pembiayaan proyek membutuhkan suatu penilaian, dimana melalui

evaluasi proyek dapat menentukan benefit netto suatu proyek. Jika suatu proyek

menghasilkan benefit netto yang lebih besar daripada benefit netto marginal,

pelaksanaannya dapat disetujui. Jika lebih kecil, pelaksanaannya harus

ditolak. Adapun cara/ metode untuk mengetahui kriteria tersebut, digunakan

analisis finansial. Analisis finansial merupakan suatu analisis yang

membandingkan antara biaya manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek

akan menguntungkan selama umur proyek.

Ada beberapa metode pada analisis finansial untuk menilai perlu tidaknya

suatu investasi atau untuk memilih berbagai macam alternatif investasi yang

digambarkan pada bagan di bawah ini:

Page 33: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

33

Diagram 1 Analisis Kriteria Investasi

Payback Period. Bagaimana mengukur seberapa lama investasi bisa

kembali. Semakin pendek jangka waktu kembalinya investasi, semakin baik

suatu investasi. Kelemahan metode ini adalah tidak memperhitungkan nilai

waktu uang dan tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback.

Discounted Payback Period merupakan aliran kas yang dipresent-valuekan

sebelum dihitung payback periodnya. Kelemahannya adalah tidak

memperhitungkan aliran kas di luar payback period.

Accounting Rate of Return

Net Present Value adalah present value aliran kas masuk dikurangi present

value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut:

NPV > 0 usulan investasi diterima

NPV < 0 usulan investasi ditolak

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskonto (discount rate) yang

menyamakan present value aliran kas masuk dan present value aliran kas

keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut:

IRR > tingkat keuntungan yang disyaratkan usulan investasi diterima

IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan usulan investasi ditolak

Analisis

Kriteria

Investasi

Metode

Analisis Net Present Value (NPV)

Payback Period

Discounted Payback

Period

Accounting Rate of Return

Discounted Cash Flow

(Internal rate of Return)

Profitability Index (PI)

Page 34: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

34

Profitability Index (PI) adalah present value aliran kas masuk dibagi dengan

present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut:

PI < 1 usulan investasi diterima

PI > 1 usulan investasi ditolak

PI mempunyai manfaat lain, yaitu dalam situasi keterbatasan modal (capital

rationing). Dalam situasi tersebut, PI digunakan untuk meranking usulan

investasi.

Berdasarkan banyaknya metode yang ada dalam menganalisis kriteria

investasi, maka metode yang digunakan untuk menentukan apakah proyek

ekowisata feasible/go atau no go project adalah NPV. Teknik net present value

(NPV) merupakan teknik yang didasarkan pada arus kas yang didiskontokan. Ini

merupakan ukuran dari laba dalam bentuk rupiah yang diperoleh dari suatu

investasi dalam bentuk nilai sekarang. NPV dari suatu proyek ditentukan dengan

menghitung nilai sekarang dari arus kas yang diperoleh dari operasi dengan

menggunakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan kemudian

menguranginya dengan pengeluaran kas neto awal. Net Present Value juga

memiliki pengertian sebagai manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek

yang diukur pada tingkat suku bunga tertentu. Dalam penghitungan NPV ini

perlu kiranya ditentukan dengan tingkat suku bunga saat ini yang relevan. Selain

itu. NPV juga bisa diartikan sebagai nilai saat ini dari suatu cash flow yang

diperoleh dari suatu investasi yang dilakukan. Adapun rumus dan ketentuan

pada NPV sebagai berikut

Keterangan:

Bt = benefit sosial bruto pada th t

Ct

= biaya sosial bruto pada th

n = umur ekonomis proyek

i = social opportunity cost of capital

Page 35: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

35

Interpretasi hasil :

NPV > 0 (positif) maka proyek layak/ go untuk dilaksanakan

NPV < 0 (negatif) maka proyek tidak layak/ go untuk dilaksanakan

Tabel 4. Analisis Biaya NPV Kawasan Ekowisata

No

Ta

hu

n

Inv

est

asi

_Bi

aya

Op

era

si_

Be

nef

it_

Df

10

%_

___

___

10

%_

Bi_

Ci_

_1.

_20

12_

…_

__1

_0_

….

__2

._2

013

___

Page 36: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

36

___

__3

._2

014

___

___

__4

._2

015

___

___

__5

._2

016

___

___

__

Tot

al_

_ _

c) Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan pembangunan ekowisata sepenuhnya menggunakan

sumber pembiayaan yang bersifat konvensional dan non konvensional. Dalam

pelaksanaanya, tidak menutup kemungkinan sumber pembiayaaan ini masih

belum bisa memenuhi kebutuhan biaya pembangunan tersebut, maka dari itu

perlu adanya sumber pembiayaan lainya baik itu sumber pembiayaan

konvensional maupun non-konvensional. Selain pembiayaan konvensional dan

non konvensional dapat juga pembiayaan dan pengelolaan berasal dari

masyarakat sekitar yang ikut langsung mendapat manfaat dari pembangunan

ekowisata tersebut.

Page 37: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

37

d) Strategi Pembiayaan

Strategi pembiayaan pada pembangunan kawasan ekowisata ini

merupakan strategi pembiayaan non konvensional yaitu berupa kemitraan

pemerintah dan swasta. Pemerintah daerah sebagai pemilik kawasan ekowisata

memberikan kesempatan pada swasta untuk membiayai sepenuhnya

pembangunan baik pada pembangunan fisik, penyediaan alat dan fasilitas serta

modal kerja pada saat pelaksanaan. Pembiayaan yang cocok untuk dibangun

dikawasan ekowisata yaitu Build, Operate and Transfer (BOT). BOT digunakan

untuk melibatkan investasi swasta pada pembangunan konstruksi infrastruktur

baru. Di bawah prinsip BOT, pendanaan pihak swasta akan digunakan untuk

membangun dan mengoperasikan fasilitas atau system infrastruktur berdasarkan

standar-standar performance yang disusun oleh pemerintah.

Referensi

http://www.scribd.com/

https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:litJvhtCMVoJ:masud.lecture.ub.ac.id

/files/2010/06/Analisis-Biaya.pdf

Page 38: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

38

8. EDUKASI

Ulasan Singkat

Edukasi memberikan pengetahuan kepada pengunjung tentang berbagai

informasi mengenai komponen di dalam kawasan ekowisata yang didapatkan dari media

informasi yang tersedia. Prinsip edukasi ekowisata mengandung unsur pendidikan

untuk mengubah persepsi seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan

komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya sehingga dapat memberikan

kepuasan, pengalaman dan pengetahuan kepada pengunjung. Ekowisata memberikan

banyak peluang untuk memperkenalkan kepada pengunjung tentang pentingnya

perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Dalam pendekatan

ekowisata, Pusat Informasi menjadi hal yang penting dan dapat juga dijadikan pusat

kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari pengalaman seorang pengunjung

sehingga bisa memperoleh informasi yang lengkap tentang lokasi atau kawasan dari

segi budaya, sejarah, alam, dan budaya.

Kriteria edukasi ekowisata pada dasarnya mencakup empat unsur pokok sebagai

berikut:

a. Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung dan mengembangkan upaya

konservasi alam.

b. Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan aktivitas meningkatkan kesadaran

masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

c. Edukasi tentang budaya setempat dan konservasi untuk para pengunjung menjadi

bagian dari paket ekowisata.

d. Mengembangkan skema di mana tamu secara sukarela terlibat dalam kegiatan

konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama kunjungannya.

Tujuan

Edukasi ekowisata bertujuan untuk mendidik semua orang, baik itu pengunjung,

pengelola kawasan ekowisata sampai masyarakat yang ada di dalam dan sekitar

kawasan ekowisata, untuk mengetahui dan menyadari arti pentingnya ekowisata,

Page 39: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

39

konservasi alam dan lingkungan, sehingga bersedia untuk ikut turut serta menjaga,

melindungi dan melestarikannya. Tidak hanya ikut melestarikan kawasan ekowisata

tetapi juga timbul kesadaran untuk menjaga, melindungi dan melestarikan lingkungan

sekitar.

Penanggung jawab

Semua komponen turut bertanggung jawab terhadap edukasi ekowisata yaitu

pengelola kawasan ekowisata dan masyarakat di sekitar kawasan ekowisata sendiri.

Prosedur

Prosedur pelaksanaan edukasi ekowisata kepada pengunjung maupun

masyarakat, baik stakeholder di dalam maupun di luar kawasan ekowisata dapat

dilakukan melalui pemberian informasi maupun berbagai pelatihan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pemberian informasi secara langsung dapat dilakukan melalui

pusat media informasi yang disediakan pengelola di kawasan ekowisata untuk

pengunjung maupun masyarakat sekitar kawasan ekowisata.

Untuk stakeholder di dalam kawasan ekowisata terutama pengelola kawasan

ekowisata dapat dilakukan melalui berbagai pelatihan maupun sharing dengan

pengelola kawasan ekowisata di tempat lain, sehingga bisa saling mengisi untuk

meningkatkan pengetahuan akan pentingnya kesadaran untuk menjaga, melindungi dan

melestarikan serta mengembangkan kawasan ekowisata maupun lingkungan sekitar.

Referensi

Fandelli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Direktorat Produk Pariwisata. 2012. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata. 2012. Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif, Republik Indonesia. Jakarta.

WWF. 2009. WWF Indonesia. Jakarta.

Page 40: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

40

9. PENENTUAN PROFIT SHARING DENGAN MASYARAKAT SEKITAR

Ulasan Singkat

Profit sharing atau pembagian keuntungan merupakan hal yang penting dan

krusial dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi, maka dari itu pembagian keuntungan

harus dilakukan secara adil, bijak dan menguntungkan kedua belah pihak. Dalam hal

pengelolaan kawasan ekowisata, ada dua hal yang menjadi pelaku dari kegiatan

ekowisata yaitu pengelola ekowisata dan masyarakat sekitar. Hubungan yang harmonis

dan sinergis diantara kedua pelaku ekowisata merupakan suatu keharusan untuk

mengembangan konsep ekowisata yang berkelanjutan. Dimana kawasan ekowisata

diharapkan dapat berperan multipliers yang berarti dapat memberikan keuntungan bagi

masyarakat dan sektor-sektor perekonomian lain disekitarnya.

Merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi masyarakat, apabila disekitar

tempat tinggal mereka terdapat kawasan ekowisata yang mampu menggerakkan sektor

perekonomian setempat, dimana masyarakat bisa membuka toko, warung makan,

tempat penjualan souvenir, pasar tradisional dan lain sebagainya. Hal tersebut

merupakan keuntungan tidak langsung dari adanya kawasan ekowisata. Keuntungan

langsung yang dapat diperoleh masyarakat diantaranya, menjadi staf atau karyawan di

perusahaan atau instansi pengelola ekowisata, serta masyarakat dapat mengelola

kantong-kantong parkir kendaraan bagi pengunjung. Selain itu pengelola ekowisata juga

memberikan sumbangan tunai kepada masyarakat, santunan bencana, dan kontribusi

pajak ke pemerintah daerah.

Pengaturan keuntungan diantara pihak-pihak terkait, diantara pengelola

ekowisata dan masyarakat sekitar serta pihak pemerintah daerah dapat dilakukan

bersama untuk mendiskusikan berapa besaran yang dapat diterima dan tidak merugikan

masing-masing pihak. Dibutuhkan saling pengertian dan menghargai dalam proses

pembagian keuntungan tersebut

Pemberdayaan masyarakat melalui perekrutan pegawai di perusahaan atau

instansi pengelola ekowisata merupakan suatu langkah untuk memelihara hubungan

yang harmonis diantara pengelola ekowisata dan masyarakat sekitar. Untuk menjaga

kualitas pegawai, maka proses perekrutan disesuaikan dengan kemampuan dan beban

Page 41: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

41

tugas yang sesuai. Diharapkan dengan adanya kawasan ekowisata dapat meningkatkan

taraf hidup masyarakat sekitar yang tidak hanya berlangsung sementara tetapi bisa

berjalan berkelanjutan dengan tetap menjunjung konsep ekowisata berkelanjutan.

Tujuan

Adapun tujuan pembagian keuntungan dengan masyarakat sekitar, diantaranya

sebagai berikut:

a. Memberikan gambaran kepada masyarakat, bagaimana menjaga hubungan baik

diantara pengelola kawasan ekowisata dengan masyarakat sekitar dalam hal

pembagian keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang timbul

dari adanya pengembangan kawasan menjadi ekowisata.

b. Memberikan masukan bagi pengelola ekowisata untuk memberdayakan masyarakat

sekitar untuk direkrut sebagai pegawai pada perusahaan atau instansi pengelola

ekowisata.

Penanggung jawab

Pihak yang bertanggung jawab adalah pengelola ekowisata, yaitu manajer

hubungan kemasyarakatan dari perusahaan maupun instansi pengelola ekowisata.

Prosedur

Berikut petunjuk teknis yang perlu dipersiapkan untuk tahap penentuan

pembagian keuntungan dengan masyarakat, antara lain sebagai berikut:

a. Lakukan pertemuan diantara pihak-pihak terkait, diantara pengelola ekowisata,

perwakilan masyarakat sekitar dan perwakilan pemerintah daerah untuk

mendiskusikan berapa besaran yang dapat diterima dan tidak merugikan masing-

masing pihak.

b. Selain pembahasan tentang pembagian keuntungan, perlu juga dilakukan

pembahasan tentang pemberdayaan masyarakat setempat sebagai pegawai

perusahaan maupun instansi pengelola ekowisata.

c. Setelah dicapai kesepakatan bersama, maka diperlu dilegalkan dengan

penandatanganan nota kesepahaman diantara pihak pengelola ekowisata dengan

masyarakat sekitar, dan pengelola ekowisata dengan pemerintah daerah.

Page 42: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

42

d. Nota kesepahaman ditandatangani dengan durasi waktu yang telah disepakati

bersama dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak.

e. Proses perbaikan (revisi) nota kesepahaman dapat dilakukan dengan persetujuan

masing-masing pihak terkait.

Referensi

?

Page 43: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

43

10. MONITORING DAN EVALUASI

Ulasan Singkat

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas

objektifitas program, pemantauan perubahan, yang fokus pada proses dan keluaran.

Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan pengamatan atas

kualitas dari layanan yang kita berikan.

Evaluasi adalah investigasi efektifitas program, penilaian kontribusi program

terhadap perubahan dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan

program (rekomendasi) secara sistematis dengan menggunakan metode penelitian

sosial. Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian, membutuhkan kelompok kontrol

atau kelompok pembanding, melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu

dan melibatkan studi/penelitian khusus.

Tujuan:

Tujuan dari monitoring adalah untuk mengukur output yang dihasilkan/dicapai

dan prosesnya. Sedangkan tujuan evaluasi untuk mengetahui dampak jangka panjang

dan juga saat kegiatan berlangsung, menilai apakah kegiatan yang dijalankan sudah

efektif dan efisien.

Penanggungjawab:

Penanggung jawab kegiatan monitoring adalah manajer dan staf, sedangkan

kegiatan evaluasi adalah manajer, staf, penyandang dana, klien, stakeholder ataupun

organisasi lainnya.

Page 44: IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA.pdf

44

Prosedur:

Proses dasar dalam monitoring dan evaluasi ini meliputi tiga tahap yaitu:

1. Tahap Perencanaan:

Perencanaan dilakukan dengan mengidentifikasi hal-hal yang akan dimonitor serta

menggunakan indikator mana yang sesuai dengan tujuan program. Rincian tentang

variabel yang dimonitor harus jelas dulu, pasti batasannya dan definisinya.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini untuk mengukur sejauh mana kegiatan ini berlangsung, melihat situasi

sekitar yang mendukung dan yang tidak. Memantau kegiatan agar sesuai dari

rencana semula dan berusaha menuju target.

3. Tahap Pelaporan

Mengukur kegiatan yang sudah dilakukan dengan standar yang harus dicapai.

Apabila terjadi temuan-temuan yang sekiranya mengganggu proses kegiatan, maka

dapat dilakukan perbaikan untuk kegiatan mendatang.

Referensi

Hafidz.2009. Pengertian Monitoring dan Evaluasi,

(http://hafidzf.wordpress.com/2009/06/16/pengertian-monitoring-dan-

evaluasi/#comment-426 , diakses 16 Juni 2009)