IDENTIFIKASI PLANKTON DARI KAWASAN …digilib.unila.ac.id/33108/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of IDENTIFIKASI PLANKTON DARI KAWASAN …digilib.unila.ac.id/33108/3/SKRIPSI TANPA BAB...
IDENTIFIKASI PLANKTON DARI KAWASAN BUDIDAYA RUMPUTLAUT KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN DENGAN
METODE DNA BARCODING
(Skripsi)
Oleh :
MARGARETHA SANDRA APRILIYANTI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
IDENTIFIKASI PLANKTON DARI KAWASAN BUDIDAYA RUMPUTLAUT KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN DENGAN
METODE DNA BARCODING
Oleh
Margaretha Sandra Apriliyanti
Metode DNA barcoding dapat digunakan untuk mengidentifikasi planktonmelalui kajian materi genetiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasiplankton dari kawasan budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng, SulawesiSelatan dengan metode DNA barcoding menggunakan primer 18S rDNA. Sampeldiambil pada bulan Juli dan Desember 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwaplankton yang teridentifikasi adalah zooplankton, yaitu Pegurus bernhardus,Canthocalanus pauper, Calanus finmarchicus, dan Copepoda (stasiun B), Acartialongiremis dan Subeucalanus pileatus (stasiun C) , dan Oithona sp. (stasiun D danE). Nilai indeks kelimpahan (1.709 dan 508 sel/l), keanekaragaman (1,98 dan1,81) serta dominasi (0,24 dan 0,15) menunjukkan kondisi perairan kawasanbudidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan dalam keadaanyang stabil dan optimal untuk pertumbuhan plankton.
Kata Kunci: Plankton, Identifikasi, DNA, Barcoding, dan Gen 18S rDNA.
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF PLANKTON DERIVED FROM SEAWEEDCULTIVATION WATERS IN BANTAENG DISTRICT, SOUTH SULAWESI
USING DNA BARCODING METHOD
ByMargaretha Sandra Apriliyanti
DNA barcoding method can be used to identify plankton through observing theirgenetic material. This study airned to identify plankton using DNA barcodingwith 18S rDNA primer. The sample was taken in July and December 2017. Theresults showed that the zooplankton indentified were Pegurus bernhardus,Canthocalanus pauper, Calanus finmarchicus, and Copepoda (station B), Acartialongiremis and Subeucalanus pileatus (stations C), and Oithona sp. (stations Dand E). The value of the index abudance (1.709 and 508 cell/l), diversity (1,98 and1,81), and dominance (0,24 and 0,15) indicated the condition of seaweedcultivation waters in Bantaeng District, South Sulawesi were suitable andoptimum for planktons life.
Keywords: Plankton, Identification, DNA, Barcoding, and 18S rDNA.
IDENTIFIKASI PLANKTON DARI KAWASAN BUDIDAYA RUMPUTLAUT KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN DENGAN
METODE DNA BARCODING
Oleh
MARGARETHA SANDRA APRILIYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
IDENTIFIKASI PLANKTON DARI KAWASAN BUDIDAYA RUMPUTLAUT KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN DENGAN
METODE DNA BARCODING
Oleh
MARGARETHA SANDRA APRILIYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
IDENTIFIKASI PLANKTON DARI KAWASAN BUDIDAYA RUMPUTLAUT KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN DENGAN
METODE DNA BARCODING
Oleh
MARGARETHA SANDRA APRILIYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Margaretha Sandra Apriliyanti dilahirkan di Bandarlampung
pada tanggal 25 April 1996, Penulis merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Aleksius Sunarko
dan Ibu Desty Suryaningsih.
Penulis memulai pendidikan formal dari Sekolah Dasar (SD) Fransiskus 1
Tanjung Karang Pusat, Bandarlampung diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Fransiskus Bandarlampung diselesaikan pada tahun
2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Fransiskus Bandarlampung
diselesaikan pada tahun 2014. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke
jenjang S1 di Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2014 dan telah
menyelesaikan studinya pada tahun 2018.
Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Rama
Oetama, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah pada bulan
Januari-Febuari 2017, dan pada Juli-Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik
Umum (PU) di Laboraratorium Perikanan, Pusat Teknologi Produksi Pertanian
(PTPP), Laboratorium Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika
(LAPTIAB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong
dengan judul “Pemeliharaan Juvenil Hybrid Udang Galah (Macrobrachium
rosenbergii) dengan Padat Tebar yang Berbeda di LAPTIAB, BPPT, Serpong”.
Tahun 2018, penulis menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang berjudul
“Identifikasi Plankton dari Kawasan Budidaya Rumput Laut Kabupaten Bantaeng,
Sulawesi Selatan dengan Metode DNA Barcoding”.
Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, kupersembahkan
karya ini untuk Papa dan Mama tersayang yang selalu mendoakan
dan menyemangatiku.
Adik-adikku tercinta serta keluarga besarku yang selalu memberikan
motivasi dan semangat untuk terus berjuang selama masa studi.
Sahabat dan teman seperjuangan yang tiada henti memberikan
dukungan dan semangat.
Almamater tercinta “Universitas Lampung”
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia
(Kolose 3:23)
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu
(Matius 7:7)
Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.
Percayalah, rencana Tuhan luar biasa.
(Margaretha Sandra A)
SANWACANA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan syarat mencapai gelar
Sarjana Perikanan di Universitas Lampung. Selama proses penyelesaian skripsi,
penulis telah memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas PertanianUniversitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan KelautanUniversitas Lampung.
3. Tarsim, S.Pi., M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan,motivasi, nasihat, dan dukungan kepada penulis.
4. Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si. selaku dosen Pembimbing Utamaatas kesabarannya untuk memberikan bimbingan, motivasi, nasihat,dukungan, dan saran-saran yang membangun dalam proses penyelesaianskripsi ini.
5. Sutanti, S.Pi., M.Si selaku Pembimbing Kedua atas kesabarannya untukmemberikan bimbingan, motivasi, nasihat, dukungan, dan saran-saran yangmembangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Dr. Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si. selaku Penguji Utama yang telahmemberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun dalam prosespenyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staft Progran Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanandan Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Kedua orang tuaku tercinta (Papa dan Mama) yang telah memberikan kasihsayang, cinta, perhatian, pengorbanan, dukungan serta doa demi kelancaran,keselamatan, dan kesuksesanku.
9. Adik-adikku Monica Sarah Marcelina dan Maria Sasha Yanica yang selalumemberikan kasih, dukungan dan semangat.
10. Theodosius Giovanni Battista yang selalu memberikan kasih, dukungan dansemangat.
11. Ir. Arief Arianto. M.Sc. selaku Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian,BPPT, Serpong.
12. Juwartina Ida Rovani, S.Si., M.Si. selaku Kepala Laboratotium PusatTeknologi Produksi Pertanian, LAPTIAB, BPPT, Serpong.
13. Ibu Tri, Ibu Kiki, Pak Yogi, Pak Riski, Pak Ahmad, dan Pak Ayub sertaseluruh staft peneliti Pusat Teknologi Produksi Pertanian, LAPTIAB, BPPT,Serpong yang telah memberikan semangat, dukungan serta membantu dalammelaksanakan penelitian.
14. Fetrilisa Silitonga, Istiqomah Nur Aini, dan Ayu Setiawati yang telahmemberikan semangat dan dukungan serta membantu dalam menyelesaikanskripsi ini.
15. Sahabat terkasih Devika Kharisma Putri, Licha Tiffany, Dewi Retno Sariyang selalu memberikan waktu, semangat, dan dukungannya selamaperkuliahan.
16. Rekan-rekan Budidaya Perairan 2014 terimakasih atas kebersamaan,bantuan, dukungan, dan persaudaraan kita selama ini dan semua pihak yangtidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalampenyelesaian skripsi ini, terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih terdapatkekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsiini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Amin.
Bandar Lampung, 25 Juli 2018
Penulis
Margaretha Sandra Apriliyanti
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 11.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 21.3 Manfaat Penelitian .................................................................................. 21.4 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
2.1 Plankton .................................................................................................. 42.2 Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Plankton ................................ 52.3 DNA Barcoding ..................................................................................... 72.4 18S rDNA ............................................................................................... 9
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 103.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 10
3.2.1 Alat ................................................................................................ 103.2.2 Bahan ............................................................................................ 11
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 113.3.1 Pengambilan Sampel...................................................................... 113.3.2 Ekstraksi DNA .............................................................................. 123.3.3 Amplifikasi 18S rDNA dengan Teknik PCR (Polymerase
Chain Reaction) ............................................................................ 133.3.4 Purifikasi ....................................................................................... 143.3.5 Sekuensing .................................................................................... 153.3.6 Analisis Data ................................................................................. 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 174.1. Pengambilan Sampel ............................................................................... 174.2. Ekstraksi DNA ........................................................................................ 184.3. Amplifikasi 18S rDNA dengan Teknik PCR (Polymerase
Chain Reaction)....................................................................................... 19
iv
4.4. Purifikasi ................................................................................................. 204.5. Sekuensing .............................................................................................. 214.6. Analisis Data ........................................................................................... 21
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 285.1 Kesimpulan.............................................................................................. 285.2 Saran........................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 29
LAMPIRAN....................................................................................................... 33
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian .............................................................................. 3
2. Segmen ribosomal DNA ............................................................................... 9
3. Lokasi pengambilan sampel di kawasan budidaya rumput laut
Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan ......................................................... 17
4. Hasil gradien suhu PCR ................................................................................. 20
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat yang digunakan dalam penelitian .......................................................... 10
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ....................................................... 11
3. Hasil pengambilan sampel dari kawasan budidaya rumput laut
Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan ......................................................... 18
4. Hasil pengukuran konsentrasi dan kemurnian DNA plankton....................... 18
5. Hasil pengukuran konsentrasi sampel hasil purifikasi ................................... 20
6. Hasil identifikasi plankton menggunakan program BLAST ......................... 22
7. Jumlah jenis dan kelimpahan plankton pada Juli dan Desember 2017 .......... 25
8. Hasil pengukuran kualitas air ......................................................................... 26
9. Nilai keanekaragaman (H’) dan indeks dominasi (C) plankton ..................... 26
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Koordinat geografis pengambilan sampel di stasiun A, B, C, D, E .............. 36
2. Visualisasi hasil amplifikasi ......................................................................... 37
3. Susunan basa nukleotida hasil sekuensing ................................................... 39
4. Klasifikasi plankton hasil BLAST ................................................................ 435. Grafik komposisi jumlah jenis fitoplankton dan zooplankton di
stasiun A, B, C, D, dan E pada Juli dan Desember ...................................... 51
6. Pengukuran suhu, pH, dan salinitas perairan ................................................ 61
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Plankton merupakan organisme mikroskopik yang keberadaannya di
perairan sangat penting di perairan. Plankton berperan sebagai pakan alami bagi
ikan (Nontji, 2008) serta bioindikator perairan yang dapat digunakan dalam
mengevaluasi kesuburan suatu perairan (Umar, 2002; Fachrul et al, 2008).
Plankton memiliki ukuran antara 5-1000 μm (Asriyana dan Yuliana, 2012) yang
tidak dapat dilihat secara kasat mata. Oleh karena itu untuk mengetahui jenisnya
perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut dengan metode khusus. Identifikasi
plankton yang umum dilakukan adalah dengan pengamatan mikroskop, namun
metode ini tidak valid untuk menentukan jenis plankton. Hal ini karena plankton
memiliki bentuk serta warna yang hampir serupa. Metode lain yang dapat
digunakan adalah DNA barcoding.
DNA barcoding merupakan metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi plankton dengan melihat materi genetiknya. Metode ini telah
banyak digunakan di Indonesia serta negara-negara maju. Hal ini karena DNA
barcoding mudah untuk dilakukan, membutuhkan waktu yang relatif singkat, dan
hanya menggunakan spesimen dalam jumlah yang sedikit.
Metode DNA barcoding telah terbukti efektif serta memberikan hasil yang
valid pada beberapa penelitian. Beberapa penelitian yang menggunakan DNA
barcoding di antaranya yaitu eksplorasi kekayaan jenis plankton oleh IPB,
Udayana, IBRC pada 2014, analisis karakteristik dan molekular fitoplankton
(Alemzadeh et al, 2014), melihat keanekaragman genetik lamun (Anggraini,
2015), serta autentikasi produk ikan tenggiri (Maulid dan Nurilmala, 2015).
2
Metode DNA barcoding juga memiliki kelebihan lain, yaitu dapat
mengidentifikasi suatu organisme sampai ke tingkat spesies (Virgilio et al, 2012
dalam Sunaryo, 2015). Walaupun demikian, metode ini juga memiliki beberapa
kekurangan, yaitu relatif mahal dan tidak dapat digunakan untuk menentukan
kelimpahan, keanekaragaman ataupun dominasi plankton (Zein dan
Prawiradilaga, 2013).
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi plankton dari kawasan
budidaya rumput laut Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan dengan metode
DNA barcoding menggunakan primer 18S rDNA serta menghitung nilai
kelimpahan (N), keanekaragaman (H’), dan dominasinya (C).
1.3. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait jenis-
jenis plankton di kawasan budidaya rumput laut Kabupaten Bantaeng, Sulawesi
Selatan.
1.4. Kerangka Pikir Penelitian
DNA barcoding dapat digunakan untuk mengidentifikasi plankton dengan
melihat materi genetiknya. Namun metode ini tidak dapat mengetahui nilai
kelimpahan (N), keanekaragaman (H’), dan dominasinya (C). Oleh sebab itu perlu
dilakukan pengamatan tambahan dengan mikroskop untuk mendapatkan nilai
kelimpahan (N), keanekaragaman (H’), dan dominasinya (C).
3
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Sampel plankton dari
kawasan budidaya
rumput laut
Identifikasi
plankton dengan metode
DNA barcoding
Jenis-jenis
plankton
Kondisi kesuburan kawasan
budidaya rumput laut
Identifikasi
plankton dengan
mikroskop
- Kelimpahan (N)
- Keanekaragaman (H’)
- Dominasi (C)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Plankton
Plankton merupakan organisme yang hidup pada perairan dengan cara
mengapung, mengambang, atau melayang di air dengan kemampuan gerak yang
sangat terbatas sehingga pergerakannya akan mengikuti arus (Nontji, 2008).
Plankton dapat terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu fitoplankton (plankton
nabati) dan zooplankton (plankton hewani) (Sumich, 1999 dalam Haumahu,
2005).
1. Fitoplankton
Fitoplankton adalah plankton yang berupa tumbuhan dengan ukuran yang
sangat kecil, yakni antara 5-1000 µm (Asriyana dan Yuliana, 2012). Di dalam
perairan fitoplankton memiliki peranan yang sangat penting, yaitu sebagai
produsen utama atau primary producer yang membuat makanannya sendiri
melalui proses fotosintesis (Hutabarat dan Evans, 1986).
Pertumbuhan fitoplankton sangat bergantung pada keadaan lingkungan. Faktor
lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan plankton adalah
kecepatan arus air. Apabila kecepatan arus air semakin tinggi maka kepadatan
fitoplankton akan semakin rendah. Kecepatan arus air yang dapat ditolerir oleh
fitoplankton adalah 1 m/detik. Selain itu, kekeruhan air juga akan
mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Hal ini karena kekeruhan air akan
mempengaruhi cahaya matahari yang masuk ke dalam air. Cahaya matahari
sangat dibutuhkan oleh fitoplankton dalam kegiatan fotosintesis untuk
memproduksi makanan (Barus, 2004).
2. Zooplankton
Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton merupakan plankton yang berupa
hewan dengan kemampuan bergerak yang terbatas. Zooplankton tidak dapat
5
membuat makanannya sendiri, yakni berperan sebagai konsumen primer
dengan mengonsumsi fitoplankton, serta berperan sebagai pakan alami bagi
ikan (Mulyanto, 1992 dalam Awaludin, 2015).
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Plankton
Keberadaan atau kelimpahan plankton di suatu perairan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni faktor fisika maupun kimia. Faktor fisika yang
mempengaruhi adalah cahaya, suhu, kecerahan atau kekeruhan, dan pergerakan
atau arus air, sedangkan faktor kimia yang mempengaruhi adalah disolved oxygen
(DO), pH, salinitas, dan nutrisi (Parsons et al, 1984 dalam Chepridho, 2015).
1. Cahaya
Ketersediaan cahaya sangat penting bagi plankton, khususnya fitoplankton.
Hal ini karena cahaya dibutuhkan oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis
untuk menghasilkan makanan. Oleh sebab itu, keberadaan atau kelimpahan
fitoplankton akan sangat bergantung pada ketersediaan cahaya dalam perairan,
semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam perairan maka akan semakin
tinggi pula keberadaan atau kelimpahan fitoplankton (Heyman dan Lundgren,
1988).
2. Suhu
Suhu air sering mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari
lingkungan, seperti curah hujan, kelembapan udara, penguapan, kecepatan
angin, dan intensitas radiasi matahari (Nontji, 2007). Suhu berperan penting
dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan termasuk kelimpahan
pankton di dalamnya. Hal ini karena setiap jenis plankton memiliki batas
toleransi yang berbeda-beda terhadap perubahan suhu, seperti Chlorophyta
yang dapat hidup pada kisaran suhu 30-35ºC, sedangkan diatom pada kisaran
20-30ºC (Effendi, 2003).
3. Kecerahan atau Kekeruhan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi suatu perairan yang dapat
ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Kecerahan suatu
6
perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keadaan cuaca, waktu
pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi (Effendi, 2003).
Kecerahan perairan akan mempengaruhi keberadaan atau kelimpahan
plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton. Apabila suatu perairan
dalam keadaan sangat keruh maka dapat menghalangi cahaya matahari yang
masuk, sehingga proses fotosintesis dari fitoplankton akan terhambat (Effendi,
2003).
4. Arus
Arus merupakan pergerakan dari air yang memiliki pengaruh besar terhadap
distribusi organisme perairan, selain itu juga mempengaruhi difusi oksigen di
dalam perairan. Plankton memiliki pergerakan yang sedikit sehingga arus
sangat berperan penting dalam persebaran plankton dalam perairan
(Nybakken, 2002 dalam Haumahu, 2005).
5. Disolved Oxygen (DO)
DO di dalam perairan dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme dan
respirasi organisme perairan. Kadar DO berbanding terbalik dengan keadaan
suhu dan salinitas, semakin tinggi suhu serta salinitas perairan maka kadar DO
semakin berkurang (Nybakken, 2002 dalam Haumahu, 2005).
6. Salinitas
Salinitas merupakan komposisi ion-ion dalam perairan (Wetzel, 1983 dalam
Chepridho, 2015). Salinitas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan zooplankton, sehingga apabila kadar salinitas terlalu tinggi atau
rendah maka dapat menghambat pertumbuhan zooplankton atau bahkan dapat
menyebabkan kematian (Odum, 1994 dalam Haumahu 2005).
7. pH
Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu faktor yang memiliki
pengaruh besar pada kehidupan organisme perairan termasuk plankton. pH
dapat mempengaruhi plankton dalam proses perubahan reaksi fisiologis dari
7
berbagai jaringan. Plankton dapat hidup optimal pada kisaran pH 5,6–9,4
(Tait, 1981).
8. Nutrisi
Pertumbuhan plankton dipengaruhi oleh keberadaan nutrisi yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan serta perkembangan plankton. Nutrien atau zat
hara yang sangat dibutuhkan oleh plankton adalah fosfor dan nitrogen.
Semakin tinggi nutrisi yang terkandung di dalam perairan maka keberadaan
plankton juga semakin berlimpah (Risamasu dan Prayitno, 2011).
2.3. DNA Barcoding
DNA barcoding atau DNA barcode merupakan teknik atau metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi organisme dengan menggunakan potongan gen
tertentu. DNA barcoding telah teruji kemampuannya untuk dapat membedakan
organisme pada tingket spesies (Zein dan Prawiradilaga, 2013).
DNA barcoding pertama kali digunakan serta dipublikasikan oleh Herbert
untuk mengidentifikasi sebuah spesies. Dasar dari teknik DNA barcoding ini
adalah mengidentifikasi spesimen melalui sekuen DNA yang pendek yang
diperoleh dari suatu gen, yakni dengan menggunakan bagian tubuh suatu
organisme yang dapat berupa serpihan atau potongan organnya (Zein dan
Prawiradilaga, 2013).
Kriteria DNA yang dapat digunakan dalam DNA barcoding antara lain
memiliki perbedaan dan variabilitas genetik yang tinggi di tingkat spesies, mudah
untuk diekstrasi dan diamplifikasi, serta menggunakan primer universal untuk
amplifikasi PCR (Kress dan Erickson, 2008). Teknik ini dapat digunakan pada
semua tingkatan kehidupan organisme, mulai dari telur, larva, pupa hingga
dewasa. DNA barcoding dapat mengidentifikasi suatu organisme dengan
mengamati susunan atau runtutan basa DNA-nya. Semakin banyak perbedaan
runtutan basa DNA dari satu organisme dengan organisme lain maka hal ini
menunjukkan jarak kekerabatan yang semakin jauh. Menurut Sunaryo (2015),
DNA barcoding memiliki beberapa tahapan kerja, di antaranya adalah sebagai
berikut:
8
1. Pengambilan sampel
Tahap pertama dalam melakukan metabarcoding/DNA barcoding adalah
pengambilan sampel. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan sampel yang
akan diidentifikasi.
2. Ekstraksi DNA
Tahap selanjutnya setelah pengambilan sampel adalah ekstraksi DNA.
Tahapan ini dilakukan untuk mengisolasi DNA genom organisme. Setelah
DNA didapatkan selanjutnya adalah diuji kualitasnya dengan running di gel
agarose.
3. Amplifikasi DNA Barcode dengan menggunakan PCR (Polimerace Chain
Reaction)
Amplifikasi DNA merupakan tahapan untuk menggandakan DNA pada
lokasi-lokasi khusus yang dikehendaki dengan panjang fragmen sesuai dengan
primer spesifik yang digunakan. Salah satu contoh primer yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi plankton adalah 18S rDNA. 18S rDNA
merupakan primer universal yang digunakan dalam mengidentifikasi
organisme eukariotik.
4. Purifikasi Hasil Amplifikasi dengan PCR
Tahapan ini dilakukan untuk membersihkan DNA hasil amplifikasi dari
kontaminan lain, seperti protein dan RNA. DNA yang telah dipurifikasi
selanjutkan digunakan untuk proses sekuensing.
5. Sekuensing
Tahapan sekuensing merupakan tahapan yang digunakan untuk menentukan
urutan basa nukleotida (adenine, guanine, cytosine, thymine). Sekuensing
DNA dapat dimanfaatkan untuk menentukan identitas maupun fungsi gen atau
fragmen DNA lain dengan membandingkan sekuens target dengan sekuens
DNA lain yang telah diketahui (Snustad dan Simmons, 2003).
Sekuensing DNA dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti metode
Maxam-Gilbert, automed sequencing, dan metode Sanger. Bila dibandingkan
9
dengan metode lain, metode Sanger lebih sering digunakan karena secara
teknis lebih mudah diterapkan dan dapat digunakan untuk untai DNA panjang.
6. Analisis Data Hasil Sekuensing
Hasil dari sekuensing yang telah dilakukan pada tahap sebelumya kemudian
dianalisis. Hasil sekuensing akan dianalisis dengan memasukkan data ke
GenBank. GenBank merupakan situs yang dibuat serta didistribusikan oleh
National Center Biotechnology Information (NCBI) yang dapat diakses
melalui internet, yakni dengan mengakses situs www.ncbi.nlm.nih.gov.
2.4. 18S rDNA
Ribosomal DNA atau rDNA adalah sekuens DNA yang mengkode RNA
ribosom (Gusrina, 2018). Ribosomal DNA (rDNA) telah banyak digunakan dalam
menganalisis filogenetik molekuler suatu organisme (Suga et al, 2004). Ribosom
pada eukariotik bertipe 80S dengan subunit 40S dan 60S. Komponen rDNA pada
eukariotik yang lebih kompleks, seperti angiosperma dan vertebrata memiliki
koefisien sedimentasi 18S, 5,8S, dan 28S (Elrod dan Stansfield, 2007).
Gen 18S rDNA merupakan komponen kecil dari subunit ribosom sel
eukariotik yang merupakan salah satu komponen dasar semua sel eukariotik.
Dalam proses amplifikasi dengan teknik PCR, gen 18S rDNA dipilih karena
memiliki peranan sebagai marka atau penanda yang penting dalam penentuan
filogeni suatu spesies acak dalam suatu biodiversitas eukariotik (Prakoso et al,
2016).
Gambar 2. Segmen ribosomal DNA
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari-Maret 2018 di Laboratorium
Perikanan PTPP (Pusat Teknologi Produksi Pertanian), Laboratoria
Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika (LAPTIAB), Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1.Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
No. Alat Kegunaan
1. Tabung mikro 1,5 ml Sebagai wadah sampel dan percampuran bahan2. Tabung PCR Sebagai wadah sampel PCR3. Centrifuge Untuk memisahkan larutan pelet dan lapisan atas
DNA4. Refrigirator Untuk menyimpan bahan pada suhu rendah5. PCR thermal cycler Untuk penggandaan DNA6. Elektroforesis Untuk mengetahui ukuran dan bentuk DNA atau
RNA7. Nanodrop Untuk mengecek kemurnian DNA8. Kamera Untuk memvisualisasikan potongan DNA9. Lampu ultraviolet Untuk memvisualisasikan potongan DNA10. Mikropipet Untuk memindahkan larutan11. Microwave Untuk memanaskan dan melarutkan agarose12. Vortex Untuk menghomogenkan larutan13. Waterbath Untuk menginkubasi gel14. Rak tabung Untuk meletakkan tabung15. Cool box Untuk menyimpan sampel dan larutan pada suhu
dingin16. Inkubator Untuk menginkubasi sampel17. Vacum dry Untuk mengeringanginkan tabung
11
3.2.2.Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Bahan Kegunaan
1. Sampel Untuk diamati
2.Primer universal 18SrDNA (ThermoScientific)
Pembatas DNA target yang akan diduplikasi
3. Tris-HCl Untuk mempertahankan pH larutan DNA4. NaCl Untuk menghilangkan polisakarida sementara5. SDS Sebagai pelisis membran sel dan mengurangi
aktivitas nuklease6. Aquades steril Sebagai pelarut7. RNAse Sebagai pendegradasi RNA8. Proteinase-K Sebagai pendegradasi protein9. Larutan PCI (25:24:1) Pelarut organik nonpolar10. Larutan CI (24:1) Untuk membersihkan DNA dari materi lain11. Larutan natrium asetat Sebagai penetralisir pH larutan12. Bubuk agarose Untuk membuat media gel dalam elektroforesis13. Buffer taq Untuk mempertahankan pH DNA14. ddH2O Sebagai pelarut pada saat PCR15. DNA ladder (1kb) Sebagai marker DNA (pembanding)16. TAE 1x Sebagai pelaut agarose17. Ethidium bromida Sebagai pewarna yang dapat menyisip di sela-sela
basa nitrogen DNA18. TNES-Urea buffer Sebagai pelisis membran dan dinding sel19. Ethanol absolut 70%
dan 99%Sebagai pelarut organik polar untuk memisahkanDNA dengan komponen sel lain yang bersifat polar
20. TE buffer Untuk melarutkan pelet DNA, dan menjagapH DNA
21. EDTA Untuk menginaktivasi enzim DNAse yang dapatmendenaturasi DNA
3.3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri atas pengambilan sampel, ekstraksi DNA, PCR
(Polymerase Chain Reaction), elektroforesis, purifikasi, sekuensing, dan analisis
data.
3.3.1.Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan koleksi sampel
Laboratorium Perikanan, PTPP, BPPT, Serpong yang diambil dari kawasan
budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan pada bulan Juli
2017 dan Desember 2017. Sampel diambil pada pada Juli dan Desember 2017 di
stasiun yang berbeda, yaitu stasiun A, B, C, D, dan E.
12
Sampel air di masing-masing stasiun diambil sebanyak 3 kali di 3 titik yang
berbeda, setiap titik berjarak lebih kurang 500 m. Total sampel air diambil dari
alam sebanyak 100 l kemudian disaring menggunakan plankton net, dan
dipindahkan ke botol film sebanyak 30 ml. Selanjutnya sampel diambil sebanyak
1 ml dan disimpan dalam tabung 1,5 ml.
3.3.2.Ekstrasi DNA
Ekstraksi DNA plankton dilakukan dengan menggunakan metode phenol
cloroform (Nugroho, 1997 dalam Soewardi, 2007). Ekstraksi DNA terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Penghancuran sel
Sampel plankton dimasukkan ke dalam tabung mikro berukuran 1,5 ml yang
telah berisi 700 µl larutan sel lisis yang terdiri dari 10 mM tris-HCl, pH 7,5,
125 mM NaCl, 10 mM EDTA, pH 7,5, 10% SDS dan 4 M urea. Selanjutnya
sampel ditambahkan 10 µl/ml proteinase-K, di-vortex, dan diinkubasi pada
suhu 37ºC selama 24 jam (overnight) untuk mempercepat proses lisis sel.
2. Eliminasi RNA
Larutan sel hasil inkubasi ditambah dengan 700 µl larutan PCI (Phenol
Chloroform Isoamylalcohol) dengan perbandingan 25:24:1, di-rotamix
selama 5 menit dan disentrifuse dengan kecepatan 7.000 rpm selama 5 menit.
Setelah itu larutan supernatan (lapisan paling atas) diambil sluruhnya lalu
dimasukkan ke dalam tabung mikro 1,5 ml yang baru. Sampel ditambah
dengan larutan CI equal dengan volume sampel, di-rotamix selama 5 menit,
dan disentrifus dengan kecepatan 7.000 rpm selama 5 menit. Larutan
supernatan (lapisan paling atas) kemudian diambil secukupnya dan
dimasukkan ke dalam tabung mikro 1,5 ml yang baru.
3. Pengendapan DNA
Supernatan yang diperoleh dari tahap eliminasi RNA ditambahkan larutan
sodium acetat (CH3COONa/NaOAc) sebanyak 10% dari volume sampel, dan
ethanol 90% sebanyak 2 kali volume sampel lalu diinkubasi selama 30 menit
pada suhu -20°C. Sampel kemudian dikeluarkan setelah 30 menit dan
13
diinkubasi pada suhu ruang selama 2 menit agar sampel mencair. Sampel
selanjutnya disentrifus dengan kecepatan 14.000 rpm selama 10 menit
sampai terlihat lapisan putih (endapan DNA), kemudian supernatan dibuang
seluruhnya. Sampel kemudian ditambahkan 1 ml alkohol 70% dan
disentrifus dengan kecepatan 14.000 selama 10 menit sehingga sampel akan
membentuk 2 lapisan, yakni bagian atas (supernatan) dan bagian bawah
(pellet DNA).
4. Hidrasi DNA
Pada tahap ini sampel dikeringkan dengan membuang supernatan seluruhnya
dan dikeringanginkan di atas tisu selama beberapa menit kemudian
dikeringkan dengan menggunakan vacum dry selama 1 jam. Setelah kering
sampel ditambahkan 40 µl TE buffer dan 1,5 µl RNAse. Apabila sampel
belum digunakan maka dapat disimpan pada suhu -20°C.
3.3.3.Amplifikasi 18S rDNA dengan Teknik PCR (Polymerase Chain
Reaction)
PCR dilakukan dengan menggunakan primer universal, yaitu primer 18S
rDNA yang memiliki sekuen forward 5’-CCAGGCASCYGCGGTAATTCC-3’
dan reverse 5’-ACTTTTCGTTCTTGAYRATGA-3’ (Van de Peer dan de
Wacher, 1997 dalam Becerro et al., 2012). Amplifikasi dilakukan dengan siklus
sebanyak 35 kali dan suhu annealing 53oC.
Untuk melakukan amplifikasi diperlukan beberapa bahan, yaitu redmix,
sampel plankton, ddH2O, primer (18S rDNA). Seluruh bahan kemudian
dicampurkan ke dalam tabung berukuran 1,5 ml dan dibagikan secara merata ke
dalam tabung-tabung PCR yang telah disiapkan. Kemudian DNA plankton juga
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung PCR. Tabung lalu dimasukkan ke
dalam mesin PCR yang telah diprogram. Reaksi amplifikasi pada mesin PCR
berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu denaturasi awal selama 5 menit
dengan suhu 94°C, kemudian dilanjutkan dengan 35 siklus tahap denaturasi
(94°C selama 1 menit), perlekatan primer atau annealing (53°C selama 1
menit), ekstensi DNA (72°C selama 1 menit). Setelah itu proses ampfilikasi akan
14
diakhiri dengan pasca PCR selama 5 menit pada suhu 72°C serta normalisasi
pada suhu 15oC selama 1 menit.
Tahap selanjutnya adalah elektroforesis, yakni dengan menggunakan gel
agarose 1% yang dilarutkan dengan menggunakan larutan TAE 1x sebanyak 100
ml. Elektroforesis dijalankan dengan tegangan 100 volt selama 1 jam, kemudian
gel yang telah dielektroforesis direndam dalam larutan ethidium bromida dengan
konsentrasi 1 mg/ml selama 15 menit. Gel lalu diletakkan di atas UV
transilluminator dan dilakukan pengambilan foto.
3.3.4.Purifikasi
Purifikasi merupakan teknik untuk mengisolasi gen atau DNA yang kita
inginkan dari agar hasil elektroforesis, yakni dengan memotong agar pada bagian
dimana munculnya pita DNA. Purifikasi gel atau agar dilakukan dengan
menggunakan GenepHlow Gel/PCR Kit. Agar hasil elektroforesis dipotong pada
bagian dimana munculnya pita DNA dan dimasukkan ke dalam tabung 1,5 ml.
Kemudian ditambah DF buffer sampai gel terendam seluruhnya, lalu tabung
dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 60oC selama 5 menit dan di-vortex
(tahapan ini diulang sebanyak 2 kali). Apabila gel telah mencair, kemudian tabung
disimpan pada suhu 20oC selama 2 menit. Setelah itu cairan gel disaring sebanyak
800 μl dengan menggunakan tabung DF yang sebelumnya telah diletakkan di atas
tabung collection 2 ml.
Tabung selanjutnya disentrifus dengan kecepatan 14.000 rpm selama 30
detik, dan buang larutan hasil saringan. Langkah ini dilakukan sampai larutan
sampel habis tersaring. Apabila seluruh sampel telah selesai disaring kemudian
ditambah wash buffer sebanyak 600 μl dan didiamkan selama 1 menit, kemudian
disentrifus kembali dengan kecepatan 14.000 rpm selama 30 detik dan buang
larutan hasil saringan. Langkah ini dilakukan sebanyak 2 kali.
Tabung DF kemudian dipindahkan ke tabung mikro 1,5 ml yang baru dan
ditambahkan elution buffer sebanyak 30 μl tepat di bagian tengah tabung DF lalu
didiamkan selama 2 menit. Tahap akhir yang dilakukan setelah ditambahkan
elution buffer adalah tabung disentrifus dengan kecepatan 14.000 rpm selama 2
15
menit, dan dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil saringan kemudian disimpan dalam
tabung mikro 1,5 ml.
3.3.5.Sekuensing
Sekuensing pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Sanger. Metode ini dikenal juga sebagai metode dideoksi Sanger ataupun
metode chain termination. Selama perkembangannya metode Sanger telah dapat
dilakukan secara lebih cepat, yakni dengan menggunakan alat sequencer.
3.3.6.Analisis Data
Hasil yang didapatkan dari tahapan sekuensing adalah data yang berupa
susunan basa nukleotida yang dapat dianalisis lebih lanjut, yaitu dengan
menginput data ke program BLAST pada GenBank yang dapat diakses melalui
situs www.ncbi.nlm.nih.gov. Selanjutnya dilakukan analisis data secara
deskriptif mengenai jenis-jenis plankton yang telah diidentifikasi, dan dihitung
kelimpahan (N), keanekaragaman (H’), serta dominasinya (C) untuk melengkapi
data yang ada.
Kelimpahan, keanekaragaman, dan dominasi plankton dapat dihitung
dengan mengamatinya menggunakan mikroskop. Sampel air yang akan diamati
diambil sebanyak 1 ml, diletakkan di atas sedgwick rafter, kemudian diamati
dengan mikroskop menggunakan perbesaran 40x.
Keanekaragaman jenis plankton dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Odum, 1998 dalam Rahmatullah et al, 2016).
H’ = ∑ pi ln pi
Keterangan:
H’ = keanekaragaman
pi = ni/N (jumlah individu jenis ke-i/jumlah total individu semua jenis)
16
Kelimpahan plankton dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Basmi, 1994 dalam Wulandari, 2009).
N = × × × nKeterangan:
N = kelimpahan plankton (sel/l)
n = jumlah sel plankton pada seluruh lapang pandang (sel)
A = volume contoh air yang disaring (1l)
B = volume air yang tersaring (300l)
Dominasi plankton dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Odum, 1998 dalam Rahmatullah et al, 2016).
C = ∑Keterangan:
C = indeks dominasi
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu semua jenis
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Identifikasi plankton menggunakan metode DNA barcoding adalah
zooplankton, yaitu Pegurus bernhardus, Canthocalanus pauper, Calanus
finmarchicus, dan Copepoda pada stasiun B, Acartia longiremis dan
Subeucalanus pileatus pada stasiun C, dan Oithona sp. pada stasiun D dan E.
Nilai kelimpahan (1.709 dan 508 sel/l), keanekaragaman (1,98 dan 1,81) serta
dominasi (0,24 dan 0,15) menunjukkan kondisi perairan kawasan budidaya
rumput laut Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan stabil dan optimal untuk
pertumbuhan plankton.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyarankan sebaiknya pada
kawasan budidaya rumput laut Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan dapat
dilakukan budidaya organisme lain seperti ikan, mengingat kondisi kualitas
perairan optimal untuk pertumbuhan organisme.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah, R.S., Kusmiyati, dan Yaniharto, D. 2010. Pemanfaatan Copepoda Oithonasp. Sebagai Pakan Hidup Larva Ikan Kerapu. Jurnal Sains dan TeknologiIndonesia. 12 (1): 45-42.
Anggraini, N.P. 2015. Sistematika Molekuler DNA Barcoding danKeanekaragaman Genetika Lamun di Pulau Panggang, Pulau Pramuka danPulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor,Bogor. 51 hlm.
Arya, D.N.F. 2015. Identifikasi Pola Haplotipe DNA Mitokondria Udang Jari(Metapenaeus elegans) Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa TengahMenggunakan Enzim Retriksi HindIII. (Skripsi). Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim, Malang. 69 hlm.
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara, Jakarta. 125hlm.
Awaludin, A., Dewi, N., dan Ngabekti, S. 2015. Koefisien Saprobik Plankton diPerairan Embung Universitas Negeri Semarang. Jurnal MIPA, 23 (2): 115-120.
Becerro, M.A., Maria, J.U., Manuel, M., dan Xavier, T. 2012. Advances in SponeScience: Phylogeny, Systematics, Ecology Vol. 61. Academic Press is animprint of Elsevier, London. 450 hlm.
Barus, T. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USUPress, Medan. 103 hlm.
Basmi, J. 1994. Planktonologi: Teknik Menghitung Plankton (TidakDipublikasikan). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Boxshall, dan Geoff. 2004. Subeucalanus pileatus (Giesbrecht, 1888).http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=104547. Diaksestanggal 23 Agustus 2018 pukul 22.32 WIB.
Chepridho, A. 2015. Produktivitas Primer Perairan. (Skripsi). Universitas GajahMada, Yogyakarta.79 hlm.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumberdaya danLingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. 249 hlm.
Elrod, S.L. dan Stansfield, W.D. 2007. Genetika Edisi Keempat. PenerbitErlangga, Jakarta. 246 hlm.
Estradivari, Edy, S., dan Safran, Y. Terumbu Karang Jakarta: PengamatanJangka Panjang Terumbu Karang Kepualuan Seribu (2003-2007). 2009.Yayasan Terumbu Karang Indonesia, Jakarta. 101 hlm.
Fachrul, M.F., Ediyono, S.H., dan Wulandari, M. 2008. Komposisi dan ModelKemelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung, Jakarta.Biodiversitas, 9 (4): 296-300.
Gusrina. 2018. Genetika dan Reproduksi Ikan Edisi 1. Deepublish, Yogyakarta.254 hlm.
Greenwood, J.G. 1972. The Mouthparts and Feeding Behavior of Two Species ofHermit Crabs. Journal od Natural History, 6 (3): 325-337.
Haumahu, S. 2005. Distribusi Spasial Fitoplankton di Perairan Teluk HariaSaparua, Maluku Tengah. Ilmu Kelautan: Indonesian Journal of MarineSciences, 10 (3) : 126-134.
Heyman, U. dan Lundgren, A. 1988. Phytoplankton Biomass and Production inRelation to Phosphorus Some Conclusions From Field Studies.Hydrobiologia, 170 (1): 211-227.
Hutabarat, S. dan Evans, S.M. 1986. Pengantar Oseanografi. UniversitasIndonesia Press, Jakarta. 50 hlm.
Kress, W. dan Erickson, D. 2008. DNA Barcoding-a Winfall for TropicalBiology? Biotropica, 40 (4): 405-408.
Lavens, P. dan Sorgelos, P. 1996. Manual on The Production and Use of LiveFood For Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper, Belgium. 231 hlm.
Ludwig dan Reynold. 1988. Statistical Ecology. John Wiley and Sons, NewYork.134 hlm.
Maftuchah, Aris, W., dan Agus, Z. 2014. Teknik Dasar Analisis BiologiMolekuler. Deepublish, Yogyakarta. 239 hlm.
Maulid, D.Y. dan Nurilmala, M. 2015. DNA Barcoding untuk Autentikai PordukIkan Tenggiri (Scomberomorus sp.). Jurnal Akuatika: 154-160.
Melki dan Andi, A. 2004. Keadaan Budidaya Rumput Laut di Pulau PanjangProvinsi Bangka Belitung. Jurnal Penelitian Sains: 1-8.
Miller, C.B. dan Wheeler, P.A. 2004. Biological Oceanography. Blackwell,Oxford. 204 hlm.
Muladno. 2002. Teknologi Rekayasa Genetika. Pustaka Wirausaha Muda, Bogor.120 hlm.
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Departemen Pendidikan danKebudayaan, Jakarta. 87 hlm.
Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. 248 hlm.
Nontji, A. 2007 Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta. 368 hlm.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press, Jakarta. 331 hlm.
Nugroho, E. 1997. Practical Manual on Detection of DNA Polymorphism in FishPopulation Study. Bulletin of Marine Science and Fisheris: 109-129.
Nybakken, J.W. 2002. Marine Biology, An Ecological Approach. 5th edition. AnImprint of Addison Wesley Longman, Inc, San Fransisco. 516 hlm.
Odum, E. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.697 hlm.
Odum, E. 1998. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press,Yogyakarta. 697 hlm
Ohman, M.D. dan Runge, J.A. 1994. Sustained Fecundity When PhytoplanktonResource are in Short Supply: Omnivory by Calanus finmarchicus in TheGulf of St. Lawrence. Limnology and Oceanography, 39 (1): 21-36.
Orton, J.H. 1927. On The Mode of Feeding of The Hermit Crab Eupagurusbernhardus and Some Other Decapods. Journal of The Marine BiologicalAssociation of The United Kingdom, 14 (4): 909-921
Parsons, T., Takahashi, M., dan Hargrave, B. 1984. Biological OceanographycProcesses, 3rd edition. Pergamon Press, New York-Toronto. 430 hlm
Prakoso, S.P., Wirajana, I.N., dan Suarsa, I.W. 2016. Amplifikasi Fragmen Gen18S rRNA pada DNA Metagenomik Madu dengan Teknik PCR(Polymerase Chain Reaction). Indonesian Journal of Legal and ForensicSciences, 2 (3): 45-47.
Purwohardiyanto, Prapti S., dan Sri, A. 2006. Pemupukan dan KesuburanPerairan Budidaya. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang. 89hlm.
Rahmatullah, M., Sarong, A., dan Karina, S. 2016. Keanekaragaman danDominansi Plankton di Estuari Kuala Rigaih Kecamatan Setia BaktiKabupaten Aceh Jaya. Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 1(3): 325-330.
Risamasu, F. dan Prayitno, H. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat, danSilikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Ilmu Kelautan:Indonesian Journal of Marine Science, 16 (3): 135-142.
Romimoharto, K. dan Juwana, S. 1998. Plankton Larva Hewan Laut. PusatPenelitian Pengetahuan Oseanografi, LIPI, Jakarta. 93 hlm.
Sambrook, J. dan Rusell, D. 2001. Molecular Cloning Thrid Edition. CSHL Press,New York. 318 hlm.
Snustad, D.P. dan Simmons, M.J. 2003. Principles of Genetic. 3rd ed. John Wileyand Sons, New York. 648 hlm.
Soewardi, K. 2007. Pengelolaan Keragaman Genetik Sumberdaya Perikanan danKelautan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 90 hlm.
Sumich, J. 1999. An Introduction to The Biology of Marine Life 7th Edition.McGrow-Hill Inc, WBC. 472 hlm.
Sunaryo, W. 2015. Review: Aplikasi DNA Barcoding Untuk Analisis KeragamanGenetik Lai-Durian (Durio zibethius x kutejensis) Asal Kalimantan Timur.Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 1: 1275-1276.
Suryanto, A.M. 2011. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton di WasukSeloreso Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Jurnal Kelautan, 4 (2):34-39.
Tait, R. 1981. Element of Marine Ecology. Cambridge University Press, NewYork. 577 hlm.
Umar, N.A. 2002. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton Hubungannyadengan Kelimppahan Zooplankton (Copepoda) dan Larva Kepiting Bakau(Scylla spp.). (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor. 164 hlm.
Van de Peer, Y. dan de Wachter, R. 1997. Evolutionary Relationships Among theEukaryotic Crown Taxa Takingg ito Account Site-to-Site Rate Variation in18A rRNA. Journal of Molecular Evolution, 45 (6): 619-630.
Walter, T.C. Canthocalanus pauper (Giesbrecht, 1888).http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=220834. Diaksestanggal 23 Agustus 2018 pukul 22.38 WIB.
Wardoyo, S.T.H. 1974. Kriteria Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.Departemen Tata Produksi Perikanan, Fakultas Perikanan, IPB, Bogor. 84hlm.
Wetzel, R. 1983. Limnology. Saunder Company, Philadelphia. 860 hlm.
Wulandari, D. 2009. Keterikatan Antara Kelimpahan Fitoplankton denganParameter Fisika Kimia di Estuari Sungai Brantas (Porong), Jawa Timur.(Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor. 98 hlm.
Zein, M. S. dan Prawiradilaga, D. M. 2013. DNA Barcode Fauna Indonesia EdisiPertama. Kencana Prenadamedia Group, Jakarta. 218 hlm.