IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi...

8
IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA ALIRAN SUNGAI MEDE KECAMATAN TOBELO UTARA KABUPATEN HALMAHERA UTARA Alfons Lapasi dan Philipus Y. Kastanya Politeknik Perdamaian Halmahera - Tobelo ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Mengetahui gambaran umum spasial aliran sungai Mede. 2) Mengidentifikasi penggunaan lahan dan sebarannya di dalam zona penyangga aliran sungai Mede. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam penulisan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Jaringan sungai Mede memiliki panjang keseluruhan aliran yaitu 43.150,49 meter, yang terdiri dari 37 aliran dan 3 orde sungai yaitu : 19 aliran orde 1 dengan panjang 26.306,01 meter, 8 aliran orde 2 dengan panjang 5.339,10 meter, dan 10 aliran orde 3 dengan panjang 11.505,38 meter. Lebar rata-rata anak sungai ± 5 m dan sungai utama ± 45 m, yang berarti rata-rata lebar saluran pada jaringan sungai Mede yaitu ± 25 m, maka luas drainase sungai Mede ± 1.078.762,25 m2 (107,88 Ha atau 4,43% dari luas daerah tangkapan air sungai Mede).2) Hasil pengolahan data menunjukan ada 19 titik mata air yang berarti ada 19 zona penyangga dengan diameter 250 meter untuk setiap titik mata air, dan luas seluruh zona penyangga adalah 726,11 Ha. 3) Dari luasan lahan yang diamati, hanya terdapat 331,51 Ha (46,48%) yang memenuhi kriteria zona penyangga sempadan sungai dan mata air dengan radius 250 m (diameter 500 m). Sedangkan, 381,65 Ha (53,52%) tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga perlu diperbarui kembali pola penggunaan lahan yang dibangun dalam zona penyangga (sempadan) sungai Mede tersebut. Hal positif yang ditemukan adalah, hampir seluruh daerah hulu wilayah aliran masih berhutan, kecuali daerah kawah dan sekitarnya yang telah terbuka. Untuk sekitar daerah transisi hingga hilir pada zona penyangga yang didominasi kebun campur, perlu untuk diperbarui menjadi hutan atau minimal dalam sistem agroforestri yang didominasi oleh hutan. Kata Kunci : Sungai Mede, Zona Penyangga, Sistem Informasi Geografis, Halmahera Utara ABSTRACT The purpose of this research is 1). Find out the description of the spatial flow of the Mede river, 2) Identify the land use and its distribution within the Mede river buffer zones. The method used in this study is the method of observation, Geographic Information System (GIS) and references from various sources that are considered to have a relationship in writing this research. The results showed that 1) Mede river network has a total flow length of 43,150.49 meters, consisting of 37 streams and 3 river order, namely: 1st order flow with length 26.306.01 meters, 8 second order streams with length 5,339.10 Meters, and 10 3rd order streams with a length of 11,505.38 meters. Average width of river ± 5 m and main river ± 45 m, which means the average width of channel in Mede river network is ± 25 m, then the drainage area of river Mede ± 1,078,762,25 m2 (107,88 Ha or 4.43% of Mede River catchment area). 2) The results of data processing shows there are 19 springs that means there are 19 buffer zones with a diameter of 250 meters for each springs point, and the total area of buffer zone is 726.11 Ha. 3) From ISSN : 1907-7556

Transcript of IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi...

Page 1: IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA ALIRAN SUNGAI MEDE KECAMATAN TOBELO UTARA KABUPATEN HALMAHERA UTARA

Alfons Lapasi dan Philipus Y. KastanyaPoliteknik Perdamaian Halmahera - Tobelo

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Mengetahui gambaran umum spasial aliran sungai Mede. 2) Mengidentifikasi penggunaan lahan dan sebarannya di dalam zona penyangga aliran sungai Mede. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam penulisan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Jaringan sungai Mede memiliki panjang keseluruhan aliran yaitu 43.150,49 meter, yang terdiri dari 37 aliran dan 3 orde sungai yaitu : 19 aliran orde 1 dengan panjang 26.306,01 meter, 8 aliran orde 2 dengan panjang 5.339,10 meter, dan 10 aliran orde 3 dengan panjang 11.505,38 meter. Lebar rata-rata anak sungai ± 5 m dan sungai utama ± 45 m, yang berarti rata-rata lebar saluran pada jaringan sungai Mede yaitu ± 25 m, maka luas drainase sungai Mede ± 1.078.762,25 m2 (107,88 Ha atau 4,43% dari luas daerah tangkapan air sungai Mede).2) Hasil pengolahan data menunjukan ada 19 titik mata air yang berarti ada 19 zona penyangga dengan diameter 250 meter untuk setiap titik mata air, dan luas seluruh zona penyangga adalah 726,11 Ha. 3) Dari luasan lahan yang diamati, hanya terdapat 331,51 Ha (46,48%) yang memenuhi kriteria zona penyangga sempadan sungai dan mata air dengan radius 250 m (diameter 500 m). Sedangkan, 381,65 Ha (53,52%) tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga perlu diperbarui kembali pola penggunaan lahan yang dibangun dalam zona penyangga (sempadan) sungai Mede tersebut. Hal positif yang ditemukan adalah, hampir seluruh daerah hulu wilayah aliran masih berhutan, kecuali daerah kawah dan sekitarnya yang telah terbuka. Untuk sekitar daerah transisi hingga hilir pada zona penyangga yang didominasi kebun campur, perlu untuk diperbarui menjadi hutan atau minimal dalam sistem agroforestri yang didominasi oleh hutan.Kata Kunci : Sungai Mede, Zona Penyangga, Sistem Informasi Geografis, Halmahera Utara

ABSTRACT

The purpose of this research is 1). Find out the description of the spatial flow of the Mede river, 2) Identify the land use and its distribution within the Mede river buffer zones. The method used in this study is the method of observation, Geographic Information System (GIS) and references from various sources that are considered to have a relationship in writing this research. The results showed that 1) Mede river network has a total flow length of 43,150.49 meters, consisting of 37 streams and 3 river order, namely: 1st order flow with length 26.306.01 meters, 8 second order streams with length 5,339.10 Meters, and 10 3rd order streams with a length of 11,505.38 meters. Average width of river ± 5 m and main river ± 45 m, which means the average width of channel in Mede river network is ± 25 m, then the drainage area of river Mede ± 1,078,762,25 m2 (107,88 Ha or 4.43% of Mede River catchment area). 2) The results of data processing shows there are 19 springs that means there are 19 buffer zones with a diameter of 250 meters for each springs point, and the total area of buffer zone is 726.11 Ha. 3) From

ISSN : 1907-7556

Page 2: IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam

Identifikasi Penggunaan Lahan Pada Zona Penyangga Aliran Sungai Mede Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara

170 Jurnal Agroforestri XI Nomor 3 September 2016

the observed land area, there are only 331.51 Ha (46.48%) that meet the criteria of buffer zones of river and springs with a radius of 250 m (500 m diameter). Meanwhile, 381.65 Ha (53.52%) did not meet the specified criteria, so it is necessary to renew the land use pattern built into the Mede River’s buffer zone. The positive thing that is found is that almost all upstream areas are still forested areas, except for the crater area and its open areas. For about the transition area downstream in the buffer zone dominated by mixed gardens, it is necessary to be renewed into forest or minimal in agroforestry systems dominated by forests.Keywords: Mede River, Buffer Zone, Geographic Information System, North Halmahera

PENDAHULUAN

Latar BelakangSungai berperan mengaliri air dari satu

tempat ketempat lain dan juga menjag pola air agar selalu tetap pada jalurnya. Dengan demikian, air tidak mengalir kesembarang tempat yang pada akhirnya bisa menyebabkan permasalahan bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya.

Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Sungai juga merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai.

Lahan yang sering dialih fungsikan adalah lahan pertanian dan hutan yang dijadikan sebagai lahan pemukiman. Akibat dari alih fungsi ini akan terjadi ketidak seimbangan alam, maupun ketidak seimbangan dalam kehidupan social. Misalnya lahan petanian yang tadinya sebagai tumpuan masyarakat dalam mata pencaharian, sekarang sudah tidak bertumpu lagi pada pertanian. Dalam hal ini Sumaatmadja (1988:190) berpendapat bahwa perubahan fungsi lahan mengubah tata ruang dengan keseimbangannya. Pergeseran fungsi lahan dengan perubahan tata ruang tanpa memperhatikan kondisi geografis yang meliputi segala aspek alamiah dengan daya dukungnya dalam jangka panjang akan berdampak negatif terhadap lahan dan lingkungan bersangkutan yang akhirnya pada kehidupan khususnya kehidupan manusia.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, Menurut Yuniarto dan Woro (1991:35) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan yaitu Faktor Alamiah penggunaan lahan di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor alamiah di wilayah tersebut. Manusia mengolah lahan dengan komposisi penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan untuk kelangsungan hidup baik yang menyangkut kondisi iklim, tanah, topografi maupun morfologi suatu wilayah. Faktor Sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak bisa melepaskan diri dari pemanfaat sumber daya alam yang tergantung pada tingkat pendidikan, keterampilan atau keahlian, mata pencaharian dan penggunaan teknologi serta adat istiadat yang berlaku di wilayah yang bersangkutan.

Perubahan penggunaan lahan (alih fungsi lahan hutan) yang berlangsung di dalam sempadan sungai akan sangat berpengaruh terhadap

Page 3: IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam

Alfons Lapasi dan Philipus Y. Kastanya

171Jurnal Agroforestri XI Nomor 3 September 2016

keseimbangan sistem aliran sungai, yang akhirnya akan menyebabkan banyak masalah lingkungan seperti banjir maupun kekeringan.

Jaringan aliran sungai desa Mede merupakan jaringan sungai yang terbesar di wilayah DAS Mede Ds (Kastanya P.J, 2014). Kondisi jaringan sungai Mede cukup memprihatinkan, karena sebagian zona penyangga atau sempadan sungai sudah mengalami alih fungsi ke pemanfaatan/penggunaan lahan lain (bukan hutan). Hal ini kedepan, dapat menimbulkan masalah-masalah lingkungan yang serius, seperti kerusakan tebing dan sempadan sungai hingga terjadinya banjir karena peningkata debit air maupun kekeringan karena keberadaan air tanah yang minim.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Mengetahui gambaran umum spasial aliran sungai Mede. 2) Mengidentifikasi penggunaan lahan

dan sebarannya di dalam zona penyangga aliran sungai Mede.

Kegunaan dari penelitian ini adalah 1) Memberikan informasi kepada masyarakat dan Pemerintah tentang kondisi zona penyangga aliran sungai Mede yang merupakan jaringan terbesar dalam wilayah DAS Mede Ds. 2). Menjadi data dasar spasial bagi Pemerintah Kecamatan Tobelo Utara dalam menata zona-zona penyangga yang ada di wilayahnya.

METODOLOGI PENELITIAN

Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan

Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara dimulai sejak tanggal 16-24 Agustus 2015. Lokasi penelitian dapat ditunjukan pada gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Metode yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam penulisan penelitian ini.

1) Metode Observasi Observasi adalah metode atau cara

pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi yang diobservasi atau yang akan menjadi objek penelitian, dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman

kepada desain penelitiannya, dan harus mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal terkait dengan objek yang akan ditelitinya. Metode observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk meng-crosscheck kebenaran jenis penggunaan lahan yang diinterpretasi dan kondisi zona penyangga (sempadan) aliran sungai Mede.

2) Metode SIG Metode SIG adalah untuk menyimpan

dan memanipulasi data-data keruangan (spasial) untuk kebutuhan atau kepentingan

Page 4: IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam

Identifikasi Penggunaan Lahan Pada Zona Penyangga Aliran Sungai Mede Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara

172 Jurnal Agroforestri XI Nomor 3 September 2016

penelitian ini. Metode ini digunakan untuk menghasilkan informasi-informasi spasial terkait tujuan penelitian. Metode SIG meliputi :- Inputing Data : Input file; pembuatan

shapefile cropping; cropping data citra; pembuatan shapefile administrasi, penggunaan lahan, zona penyangga.

- Proses/Editing Data : Deliniasi; pembuatan field attribute table; pengisian field; pewarnaan polygon.

- Layout Data : setup file; desain layout.- Exporting Data : konversi data ke file

dengan format jpeg dan pdf.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Spasial Aliran Sungai Mede

Jaringan aliran sungai Mede merupakan jaringan sungai terbesar dalam wilayah DAS Mede Ds. Hasil penelitian dari Kastanya P.J, 2014., menyatakan bahwa luas DAS Mede Ds yaitu 12.280,04 Ha (122,80 km2). Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai Pasal 10 (1) point b menyatakan bahwa sungai kecil merupakan sungai dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 km2, dengan demikian jaringan sungai Mede tergolong dalam sungai kecil. Secara geografis, aliran sungai Mede terletak di wilayah Desa Mede Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara. Secara Astronomis, wilayah jaringan sungai Mede terletak antara 127°53’28.574”BT- 127°58’31.037”BT dan 1°41’32.818”LU- 1°46’38.251”LU.

Jaringan sungai Mede memiliki panjang keseluruhan aliran yaitu 43.150,49 meter, yang terdiri dari 3 orde yaitu orde 1, orde 2 dan orde 3. Menurut Kern (1994), mengatakan orde sungai paling kecil di hulu dalam suatu DAS disebut orde 1. Pertemuan sungai orde 1 menghasilkan sungai orde 2, selanjutnya pertemuan sungai orde tingkat 2 menghasilkan sungai orde tingkat 3, dan seterusnya. Sementara pertemuan antara sungai dengan orde yang berbeda tidak menghasilkan orde sungai berikutnya, namun tetap menjadi sungai orde terbesar dari kedua sungai yang bertemu tersebut. Informasi orde

sungai bermanfaat terkait dengan perhitungan secara kuantitatif nisbah percabangan. Semakin banyak anak-anak sungai (orde sungai), semakin tinggi nisbah percabangan, yang berarti semakin besar fluktuasi debit yang terjadi. Sebaran aliran sungai Mede per orde sungai dan panjangnya dapat dilihat pada tabel 4.1.Tabel 1. Spasial Aliran Sungai Mede

No Orde Sungai Jumlah Sungai Panjang (m)

1 Orde 1 19 26.306,012 Orde 2 8 5.339,103 Orde 3 10 11.505,38

TOTAL 37 43.150,49

Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa jaringan sungai Mede terdiri dari 3 orde sungai, yaitu : 19 aliran orde 1 dengan panjang 26.306,01 meter, 8 aliran orde 2 dengan panjang 5.339,10 meter, dan 10 aliran orde 3 dengan panjang 11.505,38 meter. Lebar rata-rata anak sungai ± 5 m dan sungai utama ± 45 m, yang berarti rata-rata lebar saluran pada jaringan sungai Mede yaitu ± 25 m, maka luas drainase sungai Mede ± 1.078.762,25 m2 (107,88 Ha atau 4,43% dari luas daerah tangkapan air sungai Mede). Gambaran aliran sungai Mede beserta sebaran orde-nya dapat dilihat pada gambar 3.1.

Untuk menentukan batasan wilayah jaringan sungai Mede (daerah tangkapan air), dilakukan dengan cara membangun data SRTM wilayah penelitian menjadi peta hidrologi dan daerah aliran sungai, sehingga menghasilkan spasial daerah tangkapan air masing-masing jaringan sungai. Gambaran sebaran daerah tangkapan air dari hasil pengolahan data SRTM dapat dilihat pada gambar 4.1., dan spasial daerah tangkapan dari jaringan sungai Mede dapat dilihat pada gambar 4.2.

Spasial Zona Penyangga Aliran Sungai MedeSesuai Peraturan Pemerintah RI Nomor

38 Tahun 2011 tentang Sungai Pasal 10 ayat (3) menyatakan bahwa Garis sempadan (zona penyangga) sungai kecil di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) huruf b, ditentukan paling sedikit 50 m (lima puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai. Dengan demikian, radius zona penyangga (sempadan) sungai Mede

Page 5: IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam

Alfons Lapasi dan Philipus Y. Kastanya

173Jurnal Agroforestri XI Nomor 3 September 2016

ditentukan yaitu 50 m. Spasial sempadan (zona penyangga) aliran sungai Mede dapat dilihat pada gambar 4.3.

Berdasarkan gambar 4.3, dapat diketahui bahwa ada 19 titik mata air yang berarti ada 19 zona penyangga dengan diameter 250 meter untuk setiap titik mata air. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa luas seluruh zona penyangga adalah 726,11 Ha.

Penggunaan Lahan Dalam Zona Penyangga (Sempadan) Sungai Mede

Penggunaan lahan dalam suatu kawasan ataupun zona merupakan faktor yang dinamis dan sangat mempengaruhi kondisi kawasan ataupun zona. Spasial penggunaan lahan di wilayah aliran sungai (DTA) mede dapat dilihat pada tabel 4.2.Tabel 2. Penggunaan Lahan Pada Wilayah Aliran

Sungai (DTA) Mede

Symbol Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Hutan 937,55 38,47Kebun Campur 896,51 36,79Permukiman 24,94 1,02Tanaman Tahunan 109,86 4,51K a w a h ( L a h a n Terbuka)

468,10 19,21

TOTAL 2.436,96 100,00

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa wilayah aliran sungai (DTA) Mede didominasi oleh hutan dengan 937,55 Ha (38,47%). Gambaran sebaran penggunaan lahan di wilayah aliran sungai Mede dapat dilihat pada gambar 4.4.

Berdasarkan peta, dapat diketahui bahwa ada 5 titik mata air (anak sungai orde 1) yang terdapat pada penggunaan lahan kawah (lahan terbuka), 10 titik mata air pada penggunaan lahan hutan, 1 titik mata air pada penggunaan lahan terbuka, dan 3 titik mata air pada penggunaan lahan kebun campur.

Informasi spasial penggunaan lahan tersebut ketika di-intesect masuk ke dalam zona penyangga aliran sungai Mede (sempadan sungai dan radius mata air), maka akan menghasilkan informasi spasial penggunaan lahan di dalam zona penyangga tersebut. Informasi penggunaan lahan di dalam zona penyangga dan mata air sungai aliran Mede dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 3. Penggunaan Lahan Pada Zona Penyangga Sempadan dan Mata air Aliran Sungai Mede

Symbol Penggunaan Lahan Luas (Ha)

Persentase (%)

Hutan 331,51 46,48Kebun Campur 197,21 27,65Tanaman Tahunan 46,78 6,56Kawah (Lahan Terbuka) 137,66 19,30

TOTAL 713,16 100,00

Berdasarkan tabel diketahui bahwa, hanya 331,51 Ha (46,48%) yang memenuhi kriteria zona penyangga sempadan sungai dan mata air dengan radius 250 m (diameter 500 m). Sedangkan, 381,65 Ha (53,52%) tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga perlu diperbarui kembali pola penggunaan lahan yang dibangun dalam zona penyangga (sempadan) sungai Mede tersebut. Total luas zona penyangga di dalam wilayah aliran sungai (DTA) Mede adalah 713,16 Ha. Sedangkan, 12,95 Ha berada di luar wilayah namun termasuk dalam radius zona penyangga beberapa mata air. Hal positif yang ditemukan adalah, hampir seluruh daerah hulu wilayah aliran masih berhutan, kecuali daerah kawah dan sekitarnya yang telah terbuka. Untuk sekitar daerah transisi hingga hilir pada zona penyangga yang didominasi kebun campur, perlu untuk diperbarui menjadi hutan atau minimal dalam sistem agroforestri yang didominasi oleh hutan. Gambaran sebaran penggunaan lahan pada zona penyangga (sempadan dan mata air) sungai Mede dapat dilihat pada gambar 3.3.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan yang

telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa:1. Jaringan sungai Mede memiliki panjang

keseluruhan aliran yaitu 43.150,49 meter, yang terdiri dari 37 aliran dan 3 orde sungai yaitu : 19 aliran orde 1 dengan panjang 26.306,01 meter, 8 aliran orde 2 dengan panjang 5.339,10 meter, dan 10 aliran orde 3 dengan panjang 11.505,38 meter. Lebar rata-rata anak sungai ± 5 m dan sungai utama ± 45 m, yang berarti rata-rata lebar saluran pada jaringan sungai Mede yaitu ± 25 m, maka

Page 6: IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam

Identifikasi Penggunaan Lahan Pada Zona Penyangga Aliran Sungai Mede Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara

174 Jurnal Agroforestri XI Nomor 3 September 2016

luas drainase sungai Mede ± 1.078.762,25 m2 (107,88 Ha atau 4,43% dari luas daerah tangkapan air sungai Mede).

2. Hasil pengolahan data menunjukan ada 19 titik mata air yang berarti ada 19 zona penyangga dengan diameter 250 meter untuk setiap titik mata air, dan luas seluruh zona penyangga adalah 726,11 Ha.

3. Dari luasan lahan yang diamati, hanya terdapat 331,51 Ha (46,48%) yang memenuhi kriteria zona penyangga sempadan sungai dan mata air dengan radius 250 m (diameter 500 m). Sedangkan, 381,65 Ha (53,52%) tidak memenuhi kriteria yang ditentukan, sehingga perlu diperbarui kembali pola penggunaan lahan yang dibangun dalam zona penyangga (sempadan) sungai Mede tersebut. Hal positif yang ditemukan adalah, hampir seluruh daerah hulu wilayah aliran masih berhutan, kecuali daerah kawah dan sekitarnya yang telah terbuka. Untuk

sekitar daerah transisi hingga hilir pada zona penyangga yang didominasi kebun campur, perlu untuk diperbarui menjadi hutan atau minimal dalam sistem agroforestri yang didominasi oleh hutan.

2. SaranSaran berdasarkan hasil penelitian yang

telah dijabarkan dalam hasil dan pembahasan adalah :

1. Bagi masyarakat dan Pemerintah agar dapat memperbarui kondisi zona penyangga (sempadan dan mata air) aliran sungai Mede sesuai dengan kriteria yang diisyaratkan, agar tidak menimbulkan masalah lingkungan di waktu mendatang.

2. Bagi Pemerintah agar selalu melakukan sosialisasi dan adopsi ilmu pengetahuan kepada masyarakat, terutama produk-produk hukum yang terkait dengan pengelolaan kawasan hutan, termasuk zona-zona penyangga.

Gambar 2. Spasial Aliran Sungai Mede Kecamatan Tobelo Utara

Page 7: IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam

Alfons Lapasi dan Philipus Y. Kastanya

175Jurnal Agroforestri XI Nomor 3 September 2016

Gambar 3. Sebaran Daerah Tangkapan Air Dari Hasil Pengolahan Data SRTM

Gambar 4. Spasial Daerah Tangkapan Air Jaringan Sungai Mede

Gambar 5. Spasial Sempadan (Zona Penyangga) Aliran Sungai Mede

Page 8: IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN PADA ZONA PENYANGGA … · metode observasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan referensi dari berbagai sumber yang dianggap memiliki hubungan dalam

Identifikasi Penggunaan Lahan Pada Zona Penyangga Aliran Sungai Mede Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara

176 Jurnal Agroforestri XI Nomor 3 September 2016

Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Aliran Sungai Mede

DAFTAR PUSTAKAArsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit ITB. Bandung.

Asdakh C, 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. UGM, Yogyakarta.

Purwadhi. F.S.H., dkk., 2008. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. LAPAN Jakarta dan UNS.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.

Senawi. 2009. Arahan Penggunaan Lahan untuk Pengendalian Erosi Tanah di Sub-DAS Wuryantoro Dta Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No.26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang.