IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7...

78
IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT SEISMIK VARIANCE-BASED COHERENCE DI LAPANGAN “F” PADA FORMASI TALANG AKAR, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN SKRIPSI FADHLUR RAHMAN NIM. 11160970000029 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021M / 1442 H

Transcript of IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7...

Page 1: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT SEISMIK

VARIANCE-BASED COHERENCE DI LAPANGAN “F” PADA FORMASI

TALANG AKAR, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

SKRIPSI

FADHLUR RAHMAN

NIM. 11160970000029

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021M / 1442 H

Page 2: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT SEISMIK

VARIANCE-BASED COHERENCE DI LAPANGAN “F” PADA FORMASI

TALANG AKAR, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

i

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sains (S.Si.)

FADHLUR RAHMAN

NIM. 11160970000029

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021M / 1442 H

Page 3: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT SEISMIK

VARIANCE-BASED COHERENCE DI LAPANGAN “F” PADA FORMASI

TALANG AKAR, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sains (S.Si.)

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Agus Budiono, M.T. Suwondo, M.Si.

NIP. 196202201990031002 NIP. 1810652P

Mengetahui,

Kepala Program Studi Fisika

Tati Zera, M.Si.

NIP. 196906082005012002

Page 4: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Skripsi dengan judul “Identifikasi Patahan Menggunakan Atribut Seismik

Variance-Based Coherence Di Lapangan “F” Pada Formasi Talang Akar,

Cekungan Sumatra Selatan” yang ditulis oleh Fadhlur Rahman dengan Nomor

Induk Mahasiswa (NIM) 11160970000029 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam

sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada Senin, 19 April 2021 Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) Program Studi Fisika.

Jakarta, 19 April 2021

Menyetujui,

Penguji I Penguji II,

Tati Zera, M.Si. Elvan Yuniarti, M.Si.

NIP. 196202201990031002 NIP. 1979122720080012015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Agus Budiono, M.T. Suwondo, M.Si.

NIP. 196202201990031002 NIP. 1810652P

Mengetahui,

Dekan Faklutas Sains dan Teknologi Kepala Program Studi Fisika

Ir. Nashrul Hakiem, Ph.D. Tati Zera, M.Si.

NIP. 197106082005011005 NIP. 196906082005012002

Page 5: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

iv

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Jakarta, 19 April 2021

Fadhlur Rahman

NIM. 11160970000029

Page 6: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

KATA PENGANTAR

v

Assalamua’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi berjudul “Identifikasi Patahan

Menggunakan Atribut Seismik Variance-based Coherence Di Lapangan “F” Pada

Formasi Talang Akar, Cekungan Sumatra Selatan” ini disusun berdasarkan

kegiatan penelitian Tugas Akhir yang telah dilakukan penulis ketika di PT Patra

Nusa Data, Pusat Data dan Informasi Kementrian Energi dan Sumber Daya

Mineral.

Skripsi adalah salah satu mata kuliah wajib di Program Studi Fisika UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai syarat kelulusan seorang mahasiswa

untuk mendapatkan gelar Sarjana (S-1). Kegiatan ini memberikan banyak manfaat

bagi penulis. Dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir dan penyusunan skripsi

penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Suwondo, M.Si. sebagai pembimbing lapangan yang telah sabar

dan baik dalam membimbing penulis selama pelaksanaan penelitian

Tugas Akhir. Terima kasih untuk segala ilmu dan wawasan Beliau untuk

penulis dalam geosains, khususnya interpretasi data seismik.

2. Bapak Widi Atmoko, M.T. selaku supervisor PT Patra Nusa Data yang

telah mengizinkan saya untuk melakukan penilitian Tugas Akhir

ditempatnya, memberikan izin data, serta memberikan masukan dan

koreksi dalam proses pelaksanaan penelitian Tugas Akhir.

3. Ibu Tati Zera, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Fisika UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang juga pernah mengampu mata kuliah yang

dijalani penulis, terima kasih untuk ilmu dan bantuannya selama ini.

4. Ibu Elvan Yuniarti, M.Si. sebagai Sekretaris Program Studi Fisika UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Pembimbing Akademik untuk Penulis dari

Page 7: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

vi

awal kuliah, serta pernah mengampu mata kuliah statistika yang pernah

diikuti penulis, terima kasih untuk ilmu dan bantuannya selama ini.

5. Bapak Dr. Agus Budiono, M.T. sebagai Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan selama pelaksanaan penelitian Tugas Akhir dan

penyusunan skripsi.

6. Bapak Deni selaku HRD Pusdatin KESDM yang telah memberikan saya

kesempatan untuk pelaksanaan penelitian Tugas Akhir dan membantu

dalam proses administrasi diawal pelaksanaan.

7. Bapak dan Ibu dosen khususnya peminatan geofisika yang selama ini telah

memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menjadi mahasiswa di

Program Studi Fisika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Khususnya untuk kedua orang tua dan seluruh keluarga yang tak henti-

hentinya memberikan dukungan secara moril maupun materil.

9. Nanda, Alpi, Septian, Eka, Ali, Merry, Maurin dan Teman-teman

Geofisika 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lainnya, yang selama ini

membantu penulis dan memberikan dukungan moril selama ini.

10. Kelompok Studi Geofisika (KSGF) “Al Kalibi” dan Himpunan

Mahasiswa Fisika (HIMAFI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

menjadi tempat penulis dalam berorganisasi di kampus.

11. Edwin, Dherry, Monich, Nikita, Amru, Refita, Detry, Wiwi, Nabilah,

Ichan, Dhika, Berli dll. dari Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia

(HMGI) yang telah memberikan dukungan moril selama ini.

12. Mas Diky Aulia (GMA), Pak Herman Darman (Petronas), Resti (ITERA),

Jakfar (Univ Pertamina), Jakasura (UNILA), Pangab (Conrad) dan yang

lainnya yang selama ini membantu penulis selama ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 19 April 2021

Penulis

Fadhlur Rahman

Page 8: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

PENGESAHAN UJIAN ................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

ABSTRAK ..................................................................................................... xiii

ABSTRACT .................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah....................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 2

1.4. Batasan Masalah ............................................................................ 3

1.5. Manfaat Penelitian......................................................................... 3

1.6. Sistematika Penulisan .................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1. Geologi Regional........................................................................... 5 2.2. Stratigrafi Regional ....................................................................... 7

2.2.1. Batuan Dasar Pra-Tersier .................................................. 7

2.2.2. Formasi Lahat .................................................................... 8

2.2.3. Formasi Lemat .................................................................. 8

2.2.4. Formasi Talang Akar ......................................................... 8

2.2.5. Formasi Baturaja ............................................................... 8

2.2.6. Formasi Gumai .................................................................. 9

2.2.7. Formasi Air Benakat ......................................................... 9

2.2.8. Formasi Muara Enim ......................................................... 9

2.2.9. Formasi Kasai .................................................................... 9

2.3. Sesmik Refleksi ............................................................................. 9

2.4. Gelombang P ................................................................................. 10

2.5. Hukum Snellius ............................................................................. 10

2.6. Prinsip Huygens ............................................................................ 10

2.7. Akustik Impedansi ........................................................................ 11

2.8. Koefisien Refleksi ......................................................................... 11

2.9. Konvensi Polaritas......................................................................... 12

2.10. Sistem Petroleum ........................................................................ 13

2.10.1. Batuan Sumber (Source Rock) ........................................ 13

2.10.2. Batuan Tudung (Caprock) ............................................... 14

2.10.3. Jebakan (Trap) ................................................................. 15

2.10.4. Batuan Waduk (Reservoir Rock) .................................... 26

2.10.5. Migrasi (Migration) ......................................................... 26

Page 9: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

viii

2.11. Data Log Sumur .......................................................................... 27

2.11.1. Log Resistivitas ............................................................... 27

2.11.2. Log Neutron Porosity ...................................................... 27

2.11.3. Log Saturasi Air (sw) ...................................................... 27

2.11.4. Log Sonik ........................................................................ 27

2.12. Atribut Seismik ........................................................................... 27

2.12.1. Atribut Seismik Coherence ............................................. 28

2.12.2. Atribut Seismik Curvature .............................................. 28

2.12.3. Atribut Seismik Instantaneous Phase .............................. 28

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 29

3.1. Daerah Penelitian ...................................................................... 29

3.2. Data Penelitian .......................................................................... 29

3.2.1. Data Seismik 2-D .......................................................... 29

3.2.2. Data Seismik 3-D .......................................................... 30

3.2.3. Data Sumur ................................................................... 31

3.3. Tempat Penelitian ..................................................................... 31

3.4. Waktu Penelitian ...................................................................... 31

3.5. Perangkat Yang Digunakan ...................................................... 31

3.5.1. Perangkat Keras ............................................................ 31

3.5.2. Perangkat Lunak ........................................................... 31

3.6. Well to Seismic Tie .................................................................. 32

3.7. Memasukkan Atribut Seismik .................................................. 32

3.8. Picking Fault ............................................................................. 33

3.9. Picking Horizon ........................................................................ 33

3.10. Membuat Polygon .................................................................. 34

3.11. Membuat Surface ................................................................... 34

3.12. Analisa Time Slice ................................................................. 35

3.13. Time Structure Map ............................................................... 35

3.14. Diagram Alir .......................................................................... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 37

4.1. Well to Seismic Tie .................................................................. 37 4.2. Seismic Cube ............................................................................ 38

4.3. Waveform / Seismic Traces...................................................... 40

4.3.1. Data 2-D........................................................................ 41

4.3.2. Data 3-D........................................................................ 44

4.4. Analisa Delineasi Patahan dan Horizon Pada 3-D Window..... 46

4.5. Analisa Time Slice ................................................................... 48

4.6. Time Structure Map .................................................................. 50

4.7. Analisa Data Log Sumur .......................................................... 52

4.8. Analisa RMS Amplitude .......................................................... 53

BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 54

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 54 5.2. Saran ........................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56

LAMPIRAN .................................................................................................... 62

Page 10: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Geologi Cekungan Sumatra Selatan 5

Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7

Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9

Gambar 2.4. Prinsip Huygen 10

Gambar 2.5. Konvensi Polaritas Fase Nol 12

Gambar 2.6. Konvensi Polaritas Fase Minimum 12

Gambar 2.7. Jebakan Lipatan 15

Gambar 2.8. Titik Limpah dan Tutupan 16

Gambar 2.9. Menghilangnya Tutupan 17

Gambar 2.10. Pelipatan Bersifat Diapir 17

Gambar 2.11. Pelipatan Berulang 17

Gambar 2.12. Ketidakselarasan 18

Gambar 2.13. Asimetris 18

Gambar 2.14. Konvergensi Lapisan 19

Gambar 2.15. Kemiringan Wilayah 20

Gambar 2.16. Pelengkungan Lapisan Sebagai Pembantu Patahan Sebagai Jebakan

20

Gambar 2.17. Jebakan Karena Kemiringan Wilayah Dan Patahan Yang Melengkung

21

Gambar 2.18. Patahan Normal Berkombinasi Dengan Lipatan Pada Mangun Jaya – Tanjung Tiga

22

Gambar 2.19. Jebakan Sesar Sungkup Turner Valley, Kanada Barat 22

Gambar 2.20. Roll Over Pada Patahan Tumbuh 23

Gambar 2.21. Peta Struktur Jebakan Patahan Transversal Pada Lapangan Minyak Pungut Dan Tandun

23

Gambar 2.22. Penampang Seismik Jebakan Patahan Transversal Pada Lapangan Minyak Pungut Dan Tandun

24

Gambar 2.23. Penampang Seismik Ideal Kubah Garam Di Daerah Gulfcoast Amerika Selatan

24

Gambar 2.24. Kedudukan Struktur dan Penghalang Permeabilitas Sebagai Unsur Jebakan Stratigrafi

25

Gambar 2.25 Jebakan Kombinasi 25

Gambar 2.26 Contoh-contoh Rerservoir 26

Gambar 2.27. Migrasi 26

Gambar 3.1. Tampilan Data Seismik 2-D Pada 3-D Window 29

Gambar 3.2. Tampilan Data Seismik 2-D Pada Interpretation Window

30

Gambar 3.3. Tampilan Data Seismik 3-D Pada 3-D Window 30

Gambar 3.4. Tampilan Data Seismik 3-D Pada Interpretation Window Inline-1

31

Gambar 3.5. Tampilan Well Log HRS 32

Gambar 3.6. Atribut Seismik Variance-based Coherence Inline-1 32

Gambar 3.7. Picking Fault Pada Inline-1 32

Gambar 3.8. Picking Horizon Pada Data 2-D 33

Gambar 3.9. Polygon 34 Gambar 3.10. Surface Horizon Lower Talang Akar 34

Page 11: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

x

Gambar 3.11. Time Slice 35

Gambar 3.12. Time Structure Map 35

Gambar 3.13. Diagram Alir Penelitian 36

Gambar 4.1. Letak Data Seismik 2-D, Data Seismik 3-D, dan Data Sumur Pada 2-D Window Perangkat Lunak Petrel

37

Gambar 4.2a. Wavelet Sebelum Proses Korelasi 37

Gambar 4.2b. Wavelet Setelah Proses Korelasi 37

Gambar 4.2c. Nilai Korelasi Wavelet 38

Gambar 4.3a. 3-D Window Inline-1 Original 38

Gambar 4.3b. 3-D Window Inline-1 Variance-based Coherence 39

Gambar 4.3c. 3-D Window Inline-1 Curvature 39

Gambar 4.3d. 3-D Window Inline-1 Instantaneous Phase 40

Gambar 4.4a. Data 2-D Original 41

Gambar 4.4b. Variance-based Coherence Data 2-D 41

Gambar 4.4c. Curvature Data 2-D 42

Gambar 4.4d. Instantaneous Phase Data 2-D 42

Gambar 4.5a. Data 3-D Original 44

Gambar 4.5b. Variance-based Coherence Data 3-D 44

Gambar 4.5c. Curvature Data 3-D 45

Gambar 4.5d. Instantaneous Phase Data 3-D 45

Gambar 4.6. Tampak Atas 3-D Window Horizon dan Delineasi Patahan Pada Lower Talang Akar

46

Gambar 4.7. Tampak Belakang 3-D Window Horizon dan Delineasi Patahan Pada Lapangan “F”

47

Gambar 4.8a. Time Slice - Original 48

Gambar 4.8b. Time Slice – Variance-based Coherence 48

Gambar 4.8c. Time Slice - Curvature 49

Gambar 4.8d. Time Slice – Instantaneous Phase 49

Gambar 4.9a. Time Structure Map - Original 50

Gambar 4.9b. Time Structure Map – Variance-based Coherence 50

Gambar 4.9c. Time Structure Map - Curvature 51

Gambar 4.9d. Time Structure Map – Instantaneous Phase 51

Gambar 4.10. Data Log Sumur “F” Pada Lower Talang Akar 52 Gambar 4.11. RMS Amplitude Data 2-D 53

Page 12: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

DAFTAR TABEL

xi

Tabel 2.1. Klasifikasi Tipe Kerogen 14

Page 13: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

DAFTAR LAMPIRAN

xii

Lampiran 1. Letak Data Seismik 2-D, Data Seismik 3-D, dan Data

Sumur Penelitian Dalam 3-D Window 62

Lampiran 2. Jaring Picking Horizon Lower Talang Akar Pada 2-D Window

62

Lampiran 3. Surface Horizon Slice RMS Amplitude Data 3-D Horizon Lower Talang Akar

63

Lampiran 4 Komparasi Time Slice 63

Page 14: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

ABSTRAK

xiii

Saat ini kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia terus

meningkat. Cadangan minyak dan gas bumi di cekungan Sumatra Selatan dapat

membantu memenuhi kebutuhan tersebut dengan total cadangan 4280 MMBOE.

Metode yang digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi pada lapangan “F”

di formasi Talang Akar, cekungan Sumatra Selatan ini adalah metode seismik

refleksi. Metode seismik refleksi adalah mengukur waktu yang diperlukan sebuah

gelombang suara yang terpantul dibawah permukaan Bumi melalui batas-batas

geologi lalu kembali ke permukaan dan direkam oleh alat perekam. Tujuan

penelitian ini adalah mengetahui delineasi patahan pada lapangan “F”

menggunakan atribut seismik variance-based coherence. Hasilnya adalah pada

lapangan “F” terdapat patahan naik yang berarahkan barat laut – tenggara pada

kedalaman 1590 meter SSTVD - 250 meter SSTVD dan terdapat 3 patahan minor

lainnya yang berarahkan barat daya timur laut. Patahan yang berarahkan barat laut

– tenggara diduga juga menjadi jalur migrasi hidrokarbon dan jebakannya berupa

antiklin. Atribut seismik variance-based coherence baik dalam delineasi patahan

karena memberikan warna yang kontras. Berdasarkan analisa log, terdapat 3 zona

prospek hidrokarbon, yakni pada kedalaman 1263 – 1268, 1671 – 1674, 1689 –

1693, 1689 – 1693 m SSTVD. Zona-zona tersebut merupakan zona reservoar shaly

sand dan termasuk kedalam jenis low contrast low resistivity.

Kata Kunci: Sumatra Selatan, Patahan, Talang Akar, Atribut Seismik,

Variance-based Coherence

Page 15: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

xiv

ABSTRACT

Currently, the need for oil and natural gas resources in Indonesia continues

to increase. Oil and gas reserves in the South Sumatra basin can help meet these

needs with total reserves of 4280 Mmboe. The method used in oil and gas

exploration in the “F” field in the Talang Akar formation, South Sumatra basin is

the reflection seismic method. The seismic reflection method is to measure the time

it takes for a sound wave to bounce off the Earth's surface through geological

boundaries and then return to the surface and be recorded by a recording device.

The purpose of this study was to determine the fault delineation in the "F" field

using the variance-based coherence seismic attribute. The result is that in the "F"

field there is an ascending fault that is directed northwest - southeast at a depth of

1590 meters SSTVD - 250 meters SSTVD and there are 3 other minor faults that

are directed southwest northeast. The fault, which is directed northwest - southeast,

is also thought to be a migration route for hydrocarbons and an anticline trap. The

seismic attribute variance-based coherence is good in fault delineation because it

provides a contrasting color. Based on log analysis, there are 3 hydrocarbon

prospect zones, namely at depths of 1263 - 1268, 1671 - 1674, 1689 - 1693, 1689 -

1693 m SSTVD. These zones are shaly sand reservoir zones and are included in the

low contrast low resistivity type.

Keywords: South Sumatra, Fault, Talang Akar, Seismic Attribute, Variance-

based Coherence

Page 16: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Saat ini kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia terus

meningkat. Cekungan Sumatra Selatan merupakan salah satu cekungan yang berada

di Indonesia. Cekungan ini berumur dari paleogosen hingga miosen Cekungan ini

merupakan cekungan yang cukup banyak memiliki cadangan hidrokarbon, tentu

cukup prospektif bagi eksplorasi minyak dan gas bumi. Cekungan Sumatra Selatan

memiliki total cadangan minyak sebanyak 2280 MMBO dan cadangan gas 2000

MMBOE, yang mana jika ditotalkan berarti ada 4280 MMBOE total hidrokarbon

di cekungan Sumatra Selatan [1]. Cekungan sumatra selatan terdiri dari beberapa

formasi, salah satunya adalah formasi talang akar.

Formasi Talang Akar berumur masa oligosen hingga masa miosen. Formasi

ini terbagi menjadi 2 anggota yaitu anggota gritsand mb (GRM) dan transitional mb

(TRM) [2] . Anggota GRM atau talang akar bagian bawah terdiri atas batuan pasir

konglomeratan, batuan pasir kuarsa, serpih dan lapisan batubara yang menyisip.

Anggota TRM atau talang akar bagian atas terdiri atas perselingan sedimen klastik

berukuran sedang sampai halus, yaitu batupasir, serpih, batu lanau berwarna abu-

abu kehitaman dengan sisipan batubara bituminous dan batu lempung, kemudian

juga terdapat mineral gaukonit yang berlimpah. Formasi ini selaras (conformity)

dengan formasi gummai.

Lempeng tektonik di Bumi terus bergerak. Konsep dasar dari lempeng

tektonik adalah litosfer terbagi-bagi menjadi kecil-kecil dan mendekati rigid, yang

mana itu bergerak diatas astenosfer [3]. Pergerakan lempeng tektonik dapat

menyebabkan beberapa hal, dari mulai gempa bumi, lipatan, patahan dan lain-

lainnya. Dalam sebuah sistem petroleum, kelima unsurnya (batuan waduk, migrasi,

jebakan, batuan pelindung, batuan sumber) harus terpenuhi. Jebakan / trap adalah

dimana sebuah skema batuan untuk membuat hidrokarbon terperangkap dan

terakumulasi. Jebakan memiliki beberapa jenis, yakni : struktur, stratigrafi, dan

kombinasi.

Page 17: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

2

Jebakan struktur dapat terbentuk dari adanya patahan ataupun lipatan akibat

dari pergerakan lempeng tektonik. Termasuk pada lapangan “F” yang berada di sub-

cekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan juga memungkinkan untuk terdapat

patahan ataupun lipatan yang dapat menjadi jebakan struktur dalam sebuah

eksplorasi minyak dan gas bumi, dalam hal ini petroleum system.

Metode seismik refleksi adalah salah satu metode yang memiliki penetrasi

yang cukup dalam. Pada dunia eksplorasi energi, biasanya metode seismik refleksi

digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi. Dalam sebuah rangkaian proses

kegiatan eksplorasi, ada langkah yang dinamai interpretasi, yakni menjelaskan dan

memberikan gambaran yang didapat dari data hasil akuisi dan sudah diolah (sudah

melewati tahapan data processing). Dalam melakukan interpretasi data metode

seismik refleksi, seorang interpreter dapat menggunakan atribut seismik untuk

membantu proses interpretasi. Ada beberapa atribut seismik yang dapat membantu

seorang interpreter dalam mengidentifikasi patahan. Salah satu atribut seismik yang

dapat sangat membantu dalam mengidentifikasi patahan adalah atribut seismik

variance-based coherence.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada peneitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model delineasi patahan pada lapangan “F” ?

2. Bagaimana pengaruh patahan terhadap eksplorasi migas di lapangan “F” ?

3. Bagaimana keunggulan atribut seismik variance-based coherence dalam

interpretasi delineasi patahan?

4. Dimana dan bagaimanakah zona reservoar prospek pada formasi target?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat model delineasi patahan pada lapangan “F”

2. Mengetahui pengaruh patahan terhadap eksplorasi migas di lapangan “F”

3. Mengetahui keunggulan atribut seismik variance-based coherence dalam

interpretasi delineasi patahan

Page 18: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

3

4. Menentukan zona reservoar prospek yang berada pada lower Talang Akar

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data yang digunakan adalah data seismik 3D , data seismik 2D, data

checkshot, data sumur, dan data geologi regional daerah penelitian.

2. Perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan interpretasi data

adalah Schlumberger Petrel dan Hampson Russel Geoview : Geoview

CE8\R4.4.1

3. Studi yang dilakukan adalah mengetahui delineasi patahan didaerah

penelitian dan mengetahui pengaruhnya terhadap eksplorasi minyak dan

gas bumi.

4. Atribut seismik yang digunakan adalah variance-based coherence ,

curvature, dan instantaneous phase.

5. Daerah Penelitian dibatasi didaerah sub cekungan Jambi, cekungan

Sumatra Selatan.

6. Formasi target adalah formasi Talang Akar, tepatnya pada lower Talang

Akar

1.5. Manfaat Penelitian

Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW, bahwa “Sebaik-baik manusia adalah

yang bermanfaat bagi manusia yang lain” (HR. Thabrani), maka penulis ingin

penelitian ini bermanfaat bagi manusia, beberapa manfaat penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait patahan yang berada di

sub-cekungan Jambi cekungan Sumatra Selatan.

2. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait pengaruh patahan

terhadap eksplorasi minyak dan gas bumi.

3. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait keunggulan atribut

seismic variance-based coherence dalam interpretasi patahan dan lipatan

pada data seismik.

4. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait zona reservoar prospek

pada formasi target.

Page 19: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

4

1.6. Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini, penulisan dibagi kedalam 5 bab, dan ditiap bab nya

terdapat Adapun pembagian bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penilitian, perumusan masalah dalam

penelitian ini, tujuan penelitian yang ingin didapat dalam penelitian ini,

batasan masalah dalam penelitian ini, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan pustaka-pustaka yang menjadi dasar-dasar literasi dalam

penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tempat penelitian, waktu penelitian, perangkat keras yang

digunakan dalam penelitian, perangkat lunak yang digunakan dalam

penelitian, diagram alir penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan hasil dari tiap tahapan pemrosesan data dan analisa, serta

pembahasan tiap prosesnya.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini dan juga saran-

saran yang berkaitan dengan penelitian ini.

Page 20: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional

Gambar 2.1. Struktur Geologi Cekungan Sumatra Selatan (Modifikasi dari Bishop, 2001 ) [4]

Sub cekungan Jambi termasuk kedalam cekungan Sumatra Selatan.

Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan belakang busur (back arc) karena

5

Page 21: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

6

berada di belakang Pegunungan Barisan sebagai volcanic-arc-nya [5] . Berdasarkan

Gambar 2.1., sub cekungan Jambi berada pada utara cekungan Sumatra Selatan.

Sub cekungan Jambi berarah barat daya – tenggara. Disebelah sebelah selatannya ,

sub cekungan Jambi berbatasan dengan sub cekungan Palembang Utara. Disebelah

baratnya, sub cekungan

Jambi berbatasan dengan sub cekungan Palembang Tengah. Disebelah timurnya,

sub cekungan jambi berbatasan dengan selat Kalimantan. Disebelah utaranya, sub

cekungan Jambi berbatasan dengan pegunungan Tigapuluh.

2.1.1. Sejarah Pembentukan Kerangka Tektonik

Pembentukan kerangka tektonik cekungan Sumatra Selatan terbagi

menjadi tiga megasekuen :

2.1.1.1. Megasekuen syn-rift

Merupakan hasil subduksi sepanjang palung Sumatra bagian barat.

Continental plates di area Sumatra Selatan menjadi subjek pada proses

ekstensi mayor dari masa eosen hingga oligosen awal. Proses ekstensi ini

menghasilkan half-grabens yang dipengaruhi sifat heterogen dari basement.

Mulanya proses ekstensi berarahkan timur-barat yang menghasilkan horst dan

graben yang berarah utara-selatan. Sumatra Selatan bergerak secara rotasi 15o

searah jarum jam sejak miosen yang membuat orientasi graben menjadi utara

- timur laut selatan – barat daya.

2.1.1.2. Megasekuen post-rift

Pada megasekuen ini terjadi transgresi berkepanjangan dan regresi pada

cekungan. Transgresi dimana adalah proses dimana terjadinya subsidence

yang tinggi disertai kenaikan air laut juga tinggi, dan terjadilah maximum

flooding pada 16 juta tahun yang lalu. Sedangkan regresi adalah penurunan

subsidence disertai kenaikan supply sedimen ke cekungan, ini terjadi pada 16

– 5 juta tahun yang lalu.

2.1.2.3. Megasekuen inversi / syn-orogenic

Disebut megasekuen syn-orogenic karena pada masa ini terjadi proses

orogenesa terjadi secara luas. Contohnya adalah orogenesa Barisan yang

Page 22: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

7

terjadi disepanjang Sumatra Selatan dari 5 juta tahun yang lalu hingga

sekarang. Sepanjang cekungan Sumatra Selatan terbentuk lipatan

trasgressional yang berarah barat laut – tenggara dan memotong syn-rift

fabric. Pada fase ini terbentuk beberapa trap structural yang membuat

terakumulasinya hidrokarbon.

2.2. Stratigrafi Regional

Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan (Modifikasi dari Ginger & Fielding, 2005) [6]

2.2.1. Batuan Dasar Pra-Tersier

Batuan dasar pra-tersier cekungan Sumatra Selatan tersusun dari Batuan

dari zaman mesozoikum dan paleozoikum. Perinciannya, yaitu ; batuan

metamorf, batuan beku mesozoikum, batuan karbonat mesozoikum, dan batuan

karbonat paleozoikum. Batuan paleozoikum dan mesozoikum tersingkap di

beberapa daerah seperti ; pegunungan Duabelas, pegunungan Tigapuluh, dan

Page 23: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

8

bukit Barisan. Pada pegunungan Tigapuluh tersingkap batuan metamorf berupa

filit yang berumur permian. Dan diarah sebelah utaranya lagi tersingkap batuan

beku berumur jura berupa granit berupa warna merah dengan kuarsa terlepas

akibat pelapukan. Batuan metamorf berupa filit mengalami perlipatan yang kuat,

lalu terintrusi oleh batuan beku berupa granit.

2.2.2. Formasi Lahat

Formasi ini tersusun dari breksi, lempung, batupasir konglomerat, dan

tuffan, batuan-batuan tersebut akibat dari aktifitas vulkanik dan erosi yang

disertai aktifitas tektonik sejak akhir kapur hingga awal tersier di cekungan

Sumatra Selatan.

2.2.3. Formasi Lemat (Lahat Muda)

Formasi ini berumur dari eosen akhir hingga oligosen awal. Batuan

sedimen pada formasi ini merupakan yang pertama kali mengalami transgrasi.

Formasi ini tersusun dari batu gamping, lempung, breksi, “granit wash”, tuff,

dan lapisan tipis batubara.

2.2.4. Formasi Talang Akar

Formasi ini berumur dari oligosen akhir hingga meosen tengah. Proses

terbentuknya formasi ini berbarengan dengan fase regresi. Formasi ini secara

sejarah struktural kerangka tektonik terbentu dari akhir megasekuen syn-rift

hingga awal megasekuen post-rift. Formasi ini tersusun dari serpih, batupasir,

batubara, dan sisipan karbonat.

2.2.5. Formasi Baturaja

Formasi ini berumur miosen awal. Formasi ini terdiri dari bank limestone

(batugamping bank). Bank limestone merupakan hasil produksi batuan karbonat

pada platform tepian cekungan dan reef tinggian antarcekungan.

Page 24: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

9

2.2.6. Formasi Gumai

Formasi ini berumur miosen awal hingga miosen akhir. Formasi ini

merupakan penanda fase maksimum transgresi laut. Pada formasi ini terdapat

serpih yang berfungsi sebagai caprock / seal / batuan tudung.

2.2.7. Formasi Air Benakat ( Lower Palembang )

Formasi ini berumur miosen tengah hingga miosen akhir. Formasi ini

terjadi pada awal fase regresi. Formasi ini tersusun dari batugamping, batupasir,

lapisan batubara , dan serpih.

2.2.8. Formasi Muara Enim ( Middle Palembang )

Formasi ini berumur miosen akhir hingga pliosen awal. Formasi ini

tersusun dari batupasir, lempung, serpih , batugamping , dan batubara.

2.2.9. Formasi Kasai ( Upper Palembang )

Formasi ini berumur pliosen akhir hingga pleistosen awal. Formasi ini

merupakan hasil dari aktifitas vulkanik bukit Barisan. Formasi ini tersusun dari

tuff, lempung, lapisan tipis batubara, lignit.

2.3. Seismik Refleksi

Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi (sumber: seguho.blogspot.com)

Metode seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara

untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan

kembali ke permukaan [7]. Metode seismik menggunakan gelombang berjenis

gelombang mekanik, yakni gelombang yang membutuhkan medium untuk

merambat [8]. Seismik refleksi dapat terpantulkan ke bawah permukaan bumi

karena adanya tekanan terhadap sifat keelastisan kerak bumi. Dalam prosesnya,

Page 25: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

10

dibawah permukaan Bumi, gelombang tersebut mengenai lapisan batas antar 2

medium yang memiliki nilai akustik impedansi yang kontras, lalu terpantulkan

kembali ke permukaan bumi. Dalam sebuah eksplorasi geofisika, alat yang

berfungsi sebagai penerima gelombang dipermukaan bumi adalah geophone (jika

di daratan) atau hydrophone (jika di perairan). Dalam eksplorasi geofisika, biasanya

sumber gelombang seismik refleksi bisa berupa ledakan bom, pukulan keras dari

sebuah instrument khusus, dan sonar dari yang dipancarkan dari sebuah kapal laut.

Dan yang biasanya menjadi gelombang yang diteliti dalam eksplorasi geofisika

adalah gelombang P.

2.4. Gelombang P

Gelombang P atau gelombang primer adalah merupakan salah satu jenis dari

gelombang badan. Gelombang P ini merupakan gelombang longitudinal

Gelombang P dapat menembus benda cair maupun benda padat. Selain itu,

gelombang P adalah gelombang yang memiliki kecepatan rambat yang paling cepat

[9]. Nilai kecepatan rambatan gelombang P meningkat seiring meningkatnya nilai

densitas medium yang dilewatinya.

2.5. Hukum Snellius

Menurut hukum snellius, gelombang yang mengenai bidang batas antar

lapisan, maka sebagian gelombang akan terpantulkan, dan sebagian lagi akan

terbiaskan. [10]

2.6. Prinsip Huygens

Gambar 2.4. Prinsip Huygens (Sumber: Answer.com dalam ensiklopediseismik.blogspot.com)

Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang

merupakan sumber bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat

seketika ditemukan dengan membentuk garis singgung permukaan untuk semua

Page 26: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

11

wavelet sekunder. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana

sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi seiring dengan bertambahnya

kedalaman [11].

2.7. Akustik impedansi

Impedansi akustik didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk

melewatkan gelombang seismik yang melaluinya [12]. Nilai akustik impedansi

dipengaruhi oleh kedalaman, sifat porositas batuan, lithologi batuan, tekanan, dan

suhu [13]. Akustik Impedansi memiliki persamaan sebagai berikut:

Z = ρ x v .............................................................................. Persamaan 2.1.

Keterangan :

Z = Akustik Impedansi (Kgm-2s-1)

ρ = Densitas Batuan (Kgm-3)

v = Kecepatan Gelombang (ms-1)

Berdasarkan Persamaan 2.1. diatas, nilai akustik impedansi berbanding lurus

dengan densitas batuan. Dan karena densitas itu berbanding terbalik dengan

porositas batuan, maka nilai akustik impedansipun berbanding terbalik dengan nilai

porositas batuan.

2.8. Koefisien Refleksi

Apabila terdapat kontras nilai akustik impedansi diantara dua batuan yang

saling berbatasan yang dilalui gelombang seismik, maka sebagian gelombang

seismik akan terpantulkan. Koefisien refleksi adalah nilai kontras akustik

impedansi antara dua medium tersebut, atau kata lain adalah menunjukkan

perbandingan antara besarnya energi yang datang dengan energi yang terpantulkan

[14]. Koefisien refleksi akan bernilai negatif apabila terjadi penurunan perbedaan

nilai akustik impedansi, begitu pula sebaliknya. Besaran nilai koefisien Refleksi

dapat dihasilkan menggunakan persamaan berikut:

KR = 𝐴𝐼𝑖+1 − 𝐴𝐼𝑖 ................................................................................................................. Persamaan 2.2. 𝐴𝐼𝑖+1 + 𝐴𝐼𝑖

Keterangan:

KR = Koefisien Refleksi

Page 27: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

12

𝐴𝐼𝑖 = Kecepatan gelombang ke-i

𝐴𝐼𝑖 = Kecepatan gelombang ke-i+1

2.9. Konvensi Polaritas

Saat ini terdapat dua jenis konvesi polaritas: 1) Standar SEG (Society of

Exporation Geophysicist) dan 2) Standar Eropa. Standar SEG dan standar Eropa

saling berkebalikan [15].

Gambar 2.5. Konvensi Polaritas Fase Nol (sumber: https:// ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/polaritas-normal-

polaritas-reverse.html)

Gambar 2.6. Konvensi Polaritas Fase Minimum (sumber: https:// ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/polaritas-

normal-polaritas-reverse.html)

Pada Gambar 2.5. menunjukkan contoh Polaritas Normal dan Polaritas

Terbaik (Reverse) pada wavelet fasa nol (zero phase) pada KR Positif (Koefisien

Refleksi Meningkat). Selain itu, Pada Gambar 2.6. menunjukkan contoh Polaritas

Normal dan Polaritas Terbaik (Reverse) pada wavelet fasa minimum (minimum

phase) pada KR Positif (Koefisien Refleksi Meningkat).

Page 28: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

13

2.10. Sistem Petroleum (Petroleum System)

Sistem Petroleum adalah sistem yang menjadi tolak ukur dalam eksplorasi

minyak dan gas bumi dan merupakan kumpulan elemen yang membentuk sebuah

system untuk mengetahui keberadaan hidrokarbon di suatu tempat dibawah

permukaan bumi [16]. Elemen-elemen tersebut , yakni ; batuan sumber, batuan

tudung, jebakan, batuan waduk, dan migrasi. Kelima unsur tersebut harus ada

semuanya, baru dapat dikatakan sebuah sistem petroleum. Adapun penjelasan lebih

lanjut mengenai kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut :

2.10.1. Batuan Sumber (Source Rock)

Merupakan sedimen yang mengandung bahan-bahan organik yang dapat

berubah menjadi hidrokarbon yang dapat menjadi cikal bakal sumber energi

minyak dan gas bumi. Bahan-bahan organik tersebut juga dikenal dengan

sebutan “kerogen”, yang berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “penghasil

lilin”. Kerogen tersebut mengalami proses maturasi / pematangan agar dapat

berubah menjadi hidrokarbon. Batuan sumber terbagi menjadi 3 tipe:

a. Batuan Sumber Tipe I

Batuan sumber tipe 1 adalah kelompok batuan sumber yang

mengalami tekanan thermal selama proses pengendapannya. Sumber utama

kelompok batuan ini adalah alga yang berada dalam kondisi anoksik.

b. Batuan sumber Tipe II

Batuan sumber tipe 2 adalah kelompok batuan sumber yang

membentuk minyak dan gas bumi selama thermal crack. Kelompok batuan

ini biasanya terbentuk di lingkungan laut, dibawah kondisi anoksik, dan dari

pengendapan serta pengawetan sisa-sisa bakteri.

c. Batuan Sumber Tipe III

Batuan sumber tipe 3 adalah kelompok batuan sumber yang

terbentuk dari tanaman terrestrial.

Adapun kerogen terbagi dalam 4 tipe, perbedaan mengenai 4 tipe tersebut

akan dijelaskan pada table dibawah ini:

Page 29: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

14

Tabel 2.1. Klasifikasi Tipe Kerogen

Tipe Potensi

Hidrokarbon

Jumlah

Hidrogen

Lingkugan

Pengendapan

Sumber

I Minyak Berlimpah Lacustrine Alga,

bakteri,

didominasi

alga yang

bersifat

lipnid

II Minyak dan gas Moderat Laut Alga dan

protozoa

III Gas Kecil Terrestrial Tumbuhan

terrestrial

IV Material inert

dan tidak rentan

Tidak ada

(karena

mengalami

oksidasi

sebelum

terendapkan)

Bisa jadi

terrestrial

Inertid

2.10.2. Batuan Tudung (Caprock)

Batuan tudung (caprock) atau seal adalah kelompok batuan yang bertugas

untuk menghalangi hidrokarbon agar tidak rembas. Oleh karena itu batuan

tudung biasanya merupakan batuan yang bersifat impermeable. Tapi tidak cukup

batuan tudung saja untuk mencegat hidrokarbon, juga diperlukan jebakan

geologi untuk menghalangi hidrokarbon agar tidak “kabur”.

Page 30: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

15

2.10.3. Jebakan (Trap)

Jebakan adalah suatu susunan batuan sedemikian rupa yang bersifat kedap

untuk mencegah hidrokarbon agar tidak “kabur”. Berdasarkan teori potensial,

adanya perbedaan fisik antara minyak dengan air yang tidak saling melarutkan

dan memiliki densitas berbeda, maka minyak akan selalu naik ke atas dan akan

mencari tempat. Klasifikasi jebakan terbagi menjadi tiga ; jebakan struktur,

jebakan stratigrafi, dan kombinasi (stuktur dan stragrafi) [17]. Adapun

penjelasan tiga jenis jebakan tersebut adalah sebagai berikut:

2.10.3.1. Jebakan Struktur

Jebakan struktur adalah jebakan yang terbentuk akibat adanya gerakan

tektonik yang menyebabkan terbentuklah susunan batuan untuk mencegat

hidrokarbon, gerakan tektonik tersebut biasanya berupa lipatan atau patahan.

Adapun penjelasan jebakan lipatan dan patahan adalah sebagai berikut:

2.10.3.1.1. Jebakan Lipatan

Gambar 2.7. Jebakan Lipatan (Koesoemadinata, 1980) [17]

Jebakan lipatan merupakan jebakan yang pertama kali dikenal di

dunia minyak bumi. Jebakan ini diakibatkan oleh pelipatan. Unsur

terpenting jebakan ini adalah lapisan penyekat diatas dan sampingnya,

sehingga minyak bumi tidak dapat kemana-mana. Dibawahpun akan

tercegat oleh bidang equipotensial (bidang batas antara air dan minyak).

Page 31: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

16

Gambar 2.8. Titik Limpah dan Tutupan (Koesoemadinata, 1980) [17]

Seperti sebuah wadah (missal mangkok) yang memiliki titik limpah

dan batas maksimal terisinya wadah tersebut, ini juga terdapat disuatu

jebakan, batas maksimal disuatu jebakan disebut tutupan (closure).

Tutupan adalah unsur terpenting dalam pelipatan yang menjadi

jebakan. Pelipatan bisa saja tetap terjadi, tetapi jika tidak memiliki tutupan,

maka itu tidak dapat disebut sebagai jebakan, tidak pengaruh itu pelipatan

landai ataupun pelipatan ketat. Menghilangnya tutupan ini disebabkan

faktor bentuk lipatan serta pengaruhnya ke dalam [17], penjabarannya

adalah sebagai berikut:

a. Bentuk Lipatan

Lipatan tersebut berbentuk sejajar atau sebangun . Jika lipatannya

sejajar, biasanya makin kedalam makin mengecil tutupannya, atau bahkan

semakin kedalam bisa menghilang lipatannya . Tapi jika lipatannya

sedang, makin kedalam biasanya makin baik tutupan jebakannya. Contoh

lipatan yang tutupannya makin kedalam makin mengecil lalu hilang adalah

seperti gambar dibawah ini:

Page 32: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

17

Gambar 2.9. Menghilangnya Tutupan (Koesoemadinata, 1980) [17]

b. Pelipatan Bersifat Diapir

Pelipatan bersifat diapir maksudnya adalah antara pelipatan yang

atas dan dibawah sebuah lapisan memiliki cara pelipatan yang tidak sama

Gambar 2.10. Pelipatan Bersifat Diapir , Pada Lapangan Kirkuk, Irak (Dunnington, 1958, dalam

Koesoemadinata, 1980) [17]

c. Pelipatan Berulang

Pelipatan yang berulang adalah peristiwa terjadinya berulang kali

pelipatan pada saat terjadinya sedimentasi. Contoh dari peristiwa ini adalah

pelipatan diatasnya landai, tapi makin ke dalam makin ketat.

Gambar 2.11. Pelipatan Berulang (Koesoemadinata, 1980) [17]

Page 33: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

18

d. Ketidak Selarasan

Pelipatan yang dibawahnya terjadi ketidak selarasan, bisa jadi tidak

terdapat pelipatan juga dibawahnya tersebut, karena struktur yang ada

diatas berbeda dengan yang berada dibawah.

Gambar 2.12. Ketidak Selarasan (Koesoemadinata, 1980) [17]

e. Lipatan Asimetris

Lipatan yang asimetris menyebabkan adanya bidang sumbu yang

tidak lurus (miring) sehingga meyebabkan tidak dapat menentukan titik

tutupan atau kulminasi. Terkadang tutupan atau kulminasi pada

permukaan mengalami pergeseran tutupan kearah sumbu bidang miring.

Adapun contohnya adalah seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.13. Lipatan Asimetris (Koesoemadinata, 1980) [17]

f. Konvergensi Lapisan

Konvergensi lapisan adalah proses penipisan suatu lapisan ke suatu

arah. Karena adanya penipisan tersebut, bisa saja dapat menyebabkan

hilangnya tutupan.

Page 34: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

19

Gambar 2.14. Konvergensi Lapisan (Diadaptasi Dari Levorsen , 1958 Dalam Koesoemadinata, 1980) [17]

2.10.3.1.2. Jebakan Patahan

Dalam sebuah susunan batuan, patahan juga dapat menjadi sebagai

penyekat agar hidrokarbon tidak dapat kemana-kemana. Tapi terkadang

patahan juga dapat menjadi sebagai conduit. Patahan dapat atau tidaknya

menjadi sebagai conduit adalah tergantung pada tekanan kapilernya. Jika

tekanan kapiler lebih besar dari tekanan kolom minyak, maka patahan

menjadi pencegat. Tetapi jika tekanan kapiler lebih kecil dari tekanan

kolom minyak, maka jebakan menjadi conduit bagi minyak. [17]

Patahan yang hanya berdiri sendiri (tanpa berasosiasi dengan

lipatan) tidak selamanya dapat menjadi jebakan, ada empat keharusan jika

patahan yang berdiri sendiri menjadi sebagai jebakan yakni; a.) adanya

kemiringan wilayah, b.) harus ada paling sedikit dua patahan yang

berpotongan, c.) adanya sebuah lengkungan lapisan atau suatu pelipatan,

dan d.) pelengkuhan daripada patahannya sendiri dan kemiringan wilayah

[17]. Adapun penjelasan keempat keharusan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Adanya Kemiringan Wilayah

Patahan yang lurus tidak dapat menjadi jebakan / penyekat , karena

minyak masih dapat lolos melalui arah lainnya, kecuali arah lain tersebut

tersekat oleh patahan-patahan yang lainnya, baru minyak tidak dapat lolos.

Page 35: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

20

Gambar 2.15. Kemiringan Wilayah dan Dua Patahan berpotongan Sebagai Jebakan (Koesoemadinata, 1980)

[17]

b. Harus Ada Paling Sedikit Dua Patahan Yang Berpotongan

Jika hanya ada satu patahan dalam suatu penampang, mungkin itu

sudah terlihat berupa jebakan dari satu sisi, tetapi sisi lainnya masih bisa

menjadi celah untuk lolosnya minyak. Oleh karena itu harus di evaluasi

juga dari arah sisi lainnya. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 2.14.

c. Adanya Suatu Pelengkungan Lapisan Atau Suatu Pelipatan

Patahan merupakan pencegat dari satu arah saja, maka harus ada

pelengkungan dari lapisan atau suatu pelipatan untuk mencegat sisi yang

lainnya agar minyak tidak dapat lolos. Pencegat dari arah lainnya itulah

yang dapat berupa suatu pelengkungan lapisan atau suatu pelipatan.

Gambar 2.16. Pelengkungan Lapisan Sebagai Pembantu Patahan Sebagai Jebakan ( Koesoemadinata,

1980) [17]

d. Pelengkungan Dari Patahannya Sendiri Dan Kemiringan Wilayah

Jika dilihat dari satu arah, mungkin wilayah tersebut terlihat miring,

padahal jika dilihat dari sisi lainnya terdapat patahan yang melengkung

Page 36: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

21

yang membuat semua arah tercegat, baik tercegat akibat kemiringan

wilayah ataupun tercegat patahan melengkung tersebut. Akibatnya adalah

minyak tidak dapat lolos kemana-mana. Adapun contohnya adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.17. Jebakan Karena Kemiringan Wilayah Dan Patahan Yang Melengkung (Koesoemadinata, 1980)

[17]

Dalam kenyataannya, sangat jarang yang murni hanya patahan

sebagai sebuah jebakan. Biasanya yang banyak adalah patahan berasosiasi

dengan pelipatan untuk menjadi jebakan, misalnya disatu sisi terdapat

patahan, disisi lainnya terdapat antiklin. Patahan sendiri terbagi menjadi

empat jenis [17], yakni;

2.10.3.1.2.1. Patahan normal

Patahan normal cukup sering didapati dalam sebuah jebakan

struktur, biasanya berasosiasi dengan pelipatan. Ketimbang didalam

“foot wall”, minyak lebih banyak terjadi pada “hanging wall”.

Page 37: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

22

Gambar 2.18. Patahan Normal Berkombinasi Dengan Lipatan Pada Mangun Jaya – Tanjung Tiga (Shell

BPM, 1961 Dalam Koesoemadinata, 1980) [17]

2.10.3.1.2.2. Patahan Naik

Dalam sebuah jebakan, patahan naik biasanya berasosiasi dengan

lipatan ketat ataupun lipatan asimetris. Patahan naik yang berasosiasi

dengan lipatan asimetris dapat membuat jebakan yang berada dibawah

ataupun diatas patahan tersebut. Selain itu patahan naik juga dapat

membentuk perangkap sesar sungkup

Gambar 2.19. Jebakan Sesar Sungkup Turner Valley, Kanada Barat (Link, 1950 Dalam Koesoemadinata

1980) [17]

2.10.3.1.2.3. Patahan Tumbuh

Patahan tumbuh adalah patahan yang terjadi bersamaan dengan

terjadinya sedimentasi. Patahan tumbuh sering menyebabkan

terbentuknya roll over, sehingga disini juga terdapat kombinasi antara

Page 38: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

23

patahan dengan lipatan yang menunjukkan tutupan. Pelipatan dalam

peristiwa ini terjadi karena pematahan [17].

Gambar 2.20. Roll Over Pada Patahan Tumbuh (Koesoemadinata, 1980) [17]

2.10.3.1.2.4. Patahan Transversal (Wrench Fault)

Patahan transversal atau patahan horizontal ini biasa disebut juga

strike-slip fault dapat menjadi jebakan struktur. Pada umumya jebakan

patahan transversal merupakan pemancungan oleh penggeseran

patahan terhadap kulminasi setengah lipatan dan pelengkungan struktur

pada bagian penunjaman yang terbuka [17].

Gambar 2.21. Peta Struktur Jebakan Patahan Transversal Pada Lapangan Minyak Pungut Dan Tandun

(Mertosono, 1975 Dalam Koesoemadinata, 1980) [17]

Page 39: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

24

Gambar 2.22. Penampang Seismik Jebakan Patahan Transversal Pada Lapangan Minyak Pungut Dan

Tandun [17]

2.10.3.1.3. Kubah Garam

Kubah garam adalah lapisan tebal garam yang terbentuknya

dari mineral halite. Garam sendiri bersifat plastis dan memiliki massa

jenis yang rendah. Lapisan tebal tersebut menusuk kedalam seperti

membentuk tiang dan mendorong lapisan yang berada diatasnya

sehingga berbentuk seperti kubah.

Gambar 2.23. Penampang Seismik Ideal Kubah Garam Di Daerah Gulfcoast Amerika Selatan [17]

2.10.3.2. Jebakan Stratigrafi

Jebakan stratigrafi adalah keadaan dimana terhalangnya minyak bumi ke

segala arah yang disebabkan oleh berubahnya batuan waduk menjadi batuan

atau fasies lain yang menyebabkan terhalangnya permeabilitas. Ada beberapa

unsur utama Jebakan Stratigafi [17] :

a. Perubahan sifat litologi dengan beberapa sifat reservoir

Page 40: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

25

b. Terdapat lapisan peyekat yang menghimpit lapisan reservoir

c. Kedudukan lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga

dapat menjebak minyak

Gambar 2.24. Kedudukan Struktur dan Penghalang Permeabilitas Sebagai Unsur Jebakan Stratigrafi

Adapun klasifikasi perangkap stratigrafi adalah sebagai berikut [17]:

a. Perubahan Porositas

b. Perubahan permeabilitias

c. Overlap lateral dan vertikal

d. Gradasi dari fasies atau pelensaan

e. Truncation

f. Ketidakselarasan

g. Keadaan lingkungan pengendapan

2.10.3.3. Jebakan Kombinasi

Jebakan kombinasi dimana keadaan terdapatnya jebakan struktur dan

jebakan stratigrafi secara bersamaan / berasosiasi.

Gambar 2.25. Jebakan Kombinasi (sumber: https://mahasisaminyak.blogspot.com/2017/01/jenis-reservoir.html)

Page 41: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

26

2.10.4. Batuan Waduk (Reservoir Rock)

Batuan waduk adalah batuan tempat tersimpannya hidrokarbon sekaligus

tujuan dari proses migrasi hidrokarbon dari batuan sumber. Batuan waduk

merupakan batuan yang harus bersifat permeable dan poros.

Gambar 2.26. Contoh-contoh Rerservoir (sumber: https://ensiklopediseismik.blogspot.com/2008/11/petroleum-

system-sistem-minyak-dan-gas.html)

2.10.5. Migrasi

Migrasi adalah proses berpindahnya hidrokarbon dari batuan sumber

menuju batuan waduk. Migrasi adalah hal penting dalam eksplorasi minyak

bumi dan penting dalam assessment cekungan perminyakan [18].

Gambar 2.27. Migrasi (sumber: https://ensiklopediseismik.blogspot.com/2008/11/petroleum-system-sistem-minyak-

dan-gas.html)

Page 42: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

27

2.11. Data Log Sumur (Well Log)

Data log adalah grafik kedalaman (waktu) dari satu set data yang

menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam sumur

[19]. Dari data log ini kita dapat mengetahui karakteristik batuan, berupa

permeabilitas, porositas, resistivitas, dan kejenuhan fluida [20].

2.11.1. Log Resistivitas

Log resistivitas adalah pengukuran sifat batuan dan fluida pori berdasarkan

sifat tahanan jenisnya [21].

2.11.2. Log Neutron Porosity

Log Neutron Porosity adalah log yang berdasarkan kandungan hidrogen

yang terkandung dalam batuan. Selain itu, nilai porositas dan karakteristik

rongga celah dapat menentukan nilai permeabilitas sebuah formasi. [22]

2.11.3. Log Saturasi Air (sw)

Saturasi air (sw) merupakan fraksi dari pori batuan yang terisi air [23]. Pada

eksplorasi minyak dan gas bumi, sw dapat untuk menentukan tingkat saturasi /

kejenuhan hidrokarbon dalam reservoar.

2.11.4. Log sonik

Log Sonik adalah log yang menggambarkan waktu kecepatan suara yang

dikirimkan/dipancarkan kedalam formasi sehingga pantulan suara yang kembali

diterima oleh receiver [24].

2.12. Atribut Seismik

Seismik atribut merupakan pengukuran dari data seismik yang membantu kita

secara visual mengenai bagian-bagian interpretasi data seismik yang kita inginkan.

Penggunaan atribut seismik yang tepat dapat langsung membantu dalam

mendapatkan fitur geologi ataupun properti reservoar yang kita inginkan [25].

Atribut seismik dapat digunakan untuk menganalisis dan memprediksiinformasi

geologi karena perubahan spasial sifat daribatuan dan fluida stratigrafi dapat

mengakibatkan perubahan seismikatribut yang mencerminkan geometri,

kinematika, dinamika, dankarakteristik statistik informasi seismik [26].

Page 43: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

28

2.12.1. Atribut Seismik Coherence

Atribut seismik coherence adalah atribut seismik yang berdasarkan

pengukuran terhadap kemiripan waveform atau trace. Coherence dapat

membantu kita untuk melihat ketidakmenerusan stratigrafi, struktur , patahan,

dan geometri channel. Atribut Coherence memiliki beberapa jenis, diantaranya:

eigenstructure, crosscorelation, dan variance. Tidak seperti eigenstructure dan

crosscorelation yang hanya sensitif terhadap perubahan waveform, variance

dapat sensitif terhadap perubahan waveform maupun perubahan secara lateral

dari reflektor amplitude.

2.12.2. Atribut Seismik Curvature

Pengertian secara garis besar, atribut seismik curvature menggambarkan

seberapa berubahnya suatu permukaan pada titik tertentu. Atribut seismik

curvature juga salah satu jenis atribut seismik yang merupakan atribut seismik

untuk mengidentifikasi anomali struktur. Pengukuran atribut seismik curvature

adalah berdasarkan nilai matematis berupa koefisien kuadrat sebuah permukaan.

Hasil dari perhitungan tersebut dapat berupa paling positif, minimum,

maksimum, ataupun kelengkungan.

2.12.3. Atribut Seismik Instantaneous Phase

Atribut seismik adalah atribut seismik yang menghitung kecepatan dari

perambatan fasa dari gelombang seismik. Atribut seismik instantaneous phase

dapat membantu dalam visualisasi kontinuitas maupun diskontinuitas secara

lateral sebuah lapisan.

Page 44: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Daerah Penelitian

Gambar 3.1. Peta Daerah Cekungan Sumatra Selatan (Modifikasi dari Panggabean, 2012) [27]

3.2. Data Penelitian

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder milik Pusat

Data dan Informasi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral yang diberikan

oleh PT Patra Nusa Data. Data-tersebut berupa data seismik 3-D, data seismik 2-D,

dan data sumur. Adapun daerah penelitian adalah sub-cekungan Jambi, Cekungan

Sumatra Selatan

3.2.1. Data Seismik 2-D

Gambar 3.1. Tampilan Data Seismik 2-D Pada 3-D Window

29

Page 45: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

30

Gambar 3.1. merupakan visualisasi dari data seismik 2-D pada jendela 3-

D yang terdapat di perangkat lunak schlumberger petrel. Dari gambar 3.1. dapat

terlihat bahwa penampang seismik yang ditampilkan oleh data seismik 2- D

tersebut berorientasikan barat daya – timur laut.

Gambar 3.2. Tampilan Data Seismik 2-D Pada Interpretation Window

Data Seismik 2-D adalah data seismik yang hanya dapat dilihat dari 2

dimensi saja berupa bidang. Data seismik 2-D hanya memiliki koordinat x dan

koordinat y, tidak memiliki koordinat z.

3.2.2. Data Seismik 3-D

Gambar 3.3. Tampilan Data Seismik 3-D Pada 3-D Window

Page 46: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

31

Gambar 3.4. Tampilan Data Seismik 3-D Pada Interpretation Window Inline-1

3.2.3. Data Sumur

Pada penelitian ini, sumur berada pada data seismik 2-D sehingga

dalam proses well to seismic tie yang diikat / dikorelasikan dengan data

sumur adalah data seismik 2-D.

3.3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Patra Nusa Data, Taman Tekno BSD, sektor

XI, blok G2/1, Setu, Kecamatan Setu, Tangerang, Banten 15314.

3.4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 9 September 2020 sampai dengan

tanggal 15 Januari 2021.

3.5. Perangkat Yang Digunakan

3.5.1. Perangkat Keras

a. Satu buah laptop bertipe ASUS Vivobook Max

3.5.2. Perangkat Lunak

a. Schlumberger Petrel

b. Hampson Russel Geoview : Geoview CE8\R4.4.1

Page 47: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

32

c. Microsoft Excel

d. Notepad

3.6. Well to Seismic Tie

Gambar 3.5. Tampilan Well Log HRS

Well to Seismic Tie (WST) adalah proses mengkorelasikan data seismik yang

berdomain waktu dengan data log sumur yang berdomain kedalaman dengan cara

mengikat data seismik dan data log sumur tersebut [28] . Setelah itu nantinya WST

dapat berfungsi agar interpretasi horizon yang kita lakukan dapat sesuai dengan

kedalaman yang benar.

3.7. Memasukkan Atribut Seismik

Gambar 3.6. Atribut Seismik Variance-based Coherence Inline-1

Page 48: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

33

Memasukkan atribut seismik dapat membantu mendapatkan visualisasi

yang lebih baik untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan dalam penelitian.

3.8. Picking Fault

Gambar 3.7. Picking Fault Pada Inline-1

Picking Fault adalah proses untuk menandai terdapatnya anomali struktur

berupa patahan pada seismic trace. Pada penelitian ini picking fault dilakukan

dengan increment per-10 line. Picking Fault dilakukan agar dapat melihat tren /

arahan kemenerusan (delineasi) patahan yang terdapat pada lapangan “F”

3.9. Picking Horizon

Gambar 3.8. Picking Horizon Pada Data 2-D

Picking Horizon dilakukan agar dapat mengetahui kemenerusan dari posisi

horizon suatu lapisan atau biasanya posisi suatu formasi dalam lapangan penelitian.

Page 49: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

34

3.10. Membuat Polygon

Gambar 3.9. Polygon

Tujuan dibuatnya polygon adalah untuk membatasi daerah interest pada

sebuah penelitian. Selain itu juga agar membatasi daerah yang dapat terkena

gridding.

3.11. Membuat Surface

Gambar 3.10. Surface Horizon Lower Talang Akar

Dari hasil picking horizon akan didapati kemenerusan tiap horizon seperti

apa, lalu akan dibuat surface sebagai gambaran horizon tersebut seperti apa jika di-

gridding menjadi sebuah peta kontur. Peta kontur dapat memberikan informasi

mengenai elevasi permukaan yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang menjadi

daerah penelitian yang dijadikan peta kontur tersebut

Page 50: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

35

3.12. Analisa Time Slice

Analisa time slice adalah untuk melihat tampilan penampang seismik pada

suatu irisan waktu tertentu. Analisa time slice adalah untuk melihat kejadian-

kejadian yang terjadi pada lebih dari 1 horizon pada waktu yang sama. Analisa

time slice pada penelitian metode seismik refleksi juga dapat digunakan untuk

melihat perkembangan fasies di suatu derah penelitian.

Gambar 3.11. Time Slice

3.13. Time Structure Map

Time Structure Map adalah peta yang menunjukan bagaimana keadaan

struktur pada lapangan “F” berdasarkan domain waktu.

Gambar 3.12. Time Structure Map

Page 51: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

36

3.14. Diagram Alir

Gambar 3.13. Diagram Alir Penelitian

Page 52: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Well to Seismic Tie

Gambar 4.1. Letak Data Seismik 2-D, Data Seismik 3-D, dan Data Sumur Pada 2-D Window Perangkat Lunak Petrel

Proses pengikatan sumur dengan data seismik ini dilakukan menggunakan

perangkat lunak Hampson Russel Geoview : Geoview CE8\R4.4.1. Data Seismik

yang diikat dengan data sumur (berbentuk tabung berwarna biru muda pada Gambar

4.1.) adalah data seismik yang 2-D (garis biru melintang berarahkan barat daya –

timur laut pada Gambar 4.1.), karena sumur berada di zona data seismik 2-D dan

diluar data seismik 3-D (berbentuk seperti jaring-jaring berwarna kuning pada

Gambar 4.1.). Tapi, walau data sumur diikatnya dengan data seismik 2-D tetap tidak

mempengaruhi proses picking horizon dan tidak mempengaruhi proses picking fault

serta tidak mengganggu interpretasi delineasi patahannya karena data seismik 2-D

juga menerus hingga masuk zona data seismik 3-D sehingga berkesinambungan.

Gambar 4.2a. Wavelet Sebelum Proses Korelasi Gambar 4.2b. Wavelet Setelah Proses Korelasi

37

Page 53: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

38

Gambar 4.2c. Nilai Korelasi Wavelet

Dalam proses mengkorelasi wavelet didapatkan nilai korelasi yang bagus

yakni 0,872. Nilai korelasi wavelet adalah kisaran 0 – 1, dan jika semakin mendekati

1 maka nilainya semakin bagus [29].

4.2. Seismic Cube

Gambar 4.3a 3-D Window Inline-1 Original

Pada Gambar 4.3a. terlihat terdapat 2 patahan yang tervisualisasikan.

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi dalam sebuah penampang seismik

yang belum diberikan atribut seismik tapi dapat memvisualisasikan sebuah patahan.

Faktor pertama adalah data yang digunakan memiliki resolusi yang sangat baik dan

sudah sangat dikurangi noise dari data tersebut. Dan faktor kedua adalah memang

patahan yang terdapat didalam daerah penelitian memang cukup signifikan

sehingga dengan mudah dapat dilihat oleh seorang peneliti dalam melakukan

penelitian analisa patahan seperti yang dilakukan peneliti pada penelitian ini..

Page 54: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

39

Gambar 4.3b 3-D Window Inline-1 Variance-based Coherence

Pada gambar 4.3b. yang menggunakan atribut seismik coherence variance-based

dapat terlihat adanya 2 patahan, seperti yang divisualisasikan gambar 4.3a. Namun gambar

4.3b. dapat membantu visualiasi menjadi lebih jelas dengan kontras warna yang

ditampilkannya.

Gambar 4.3c 3-D Window Inline-1 Curvature

Sedangkan gambar 4.3c. tidak dapat membantu menampilkan patahan yang

terdapat pada penampang seismik. Gambar 4.3c. ini menampilkan visualisasi yang

baik seperti gambar 4.3b.

Page 55: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

40

Gambar 4.3d. 3-D Window Inline-1 Instantaneous Phase

Pada bagian ini terlihat , dari keempat gambar diatas bahwa dalam tampilan

seismic cube yang ditampilkan di 3-D Window perangkat lunak Schlumberger

Petrel bahwa hanya visual dari atribut seismik curvature (Gambar 4.3c.) saja yang

tidak dapat menampilkan patahan yang terdapat dalam seismic trace. Dan gambar

yang lain (selain Gambar 4.3c.) dapat menampilkan visual yang baik untuk

interpretasi patahan, dan patahan ditunjukkan dengan lingkaran-lingkaran berwarna

hitam dan ungu.

4.3. Waveform / Seismic Traces

Pada bagian ini akan terlihat perbedaan visual pada waveform dari data 2-D

dan data 3-D yang digunakan dalam penelitian ini sebelum memakai atribut

seismik, saat memakai atribut seismik variance-based coherence, saat memakai

atribut seismik curvature dan saat memakai atribut seismik instantaneous phase .

Hal ini dilakukan penulis bermaksud agar dapat membandingkan visual waveform

dari keempat keadaan yang telah disebutkan sebelumnya. Dan agar dapat melihat

kelebihan dari atribut seismik variance-based coherence dalam visual waveform

dalam melakukan interpretasi patahan.

Page 56: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

41

4.3.1. Data 2-D

Gambar 4.4a. Data 2-D Original

Gambar 4.4b. Variance-based Coherence Data 2-D

Page 57: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

42

Gambar 4.4c. Curvature Data 2-D

Gambar 4.4d. Instantaneous Phase Data 2-D

Dari keempat gambar diatas, didapati bahwa dari 3 gambar yang memakai

atribut seismik, ada 2 yang cukup membantu dalam interpretasi fault, yakni

yang menggunakan atribut seismik variance-based coherence (Gambar

4.4b.) dan yang menggunakan atribut seismik Instantaneous phase (Gambar

4.4d.). Namun diantara keduanya tersebut yang menunjukkan hasil terbaik

adalah atribut seismik variance-based coherence. Alasannya adalah yang

menggunakan atribut seismik variance-based coherence menghasilkan

visual yang baik, selain dapat terlihat terdapat ketidak menerusan waveform

yang menandakan itu terjadi karena adanya patahan, atribut seismik

variance-based coherence juga dapat memberikan visual bentuk seismic

trace-nya menjadi seperti apa, apakah menjadi terlihat ada sesar naik atau

sesar turun atau lipatan atau yang lainnya. Di sisi lain, dalam Data 2-D ini,

Page 58: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

43

justru visual yang dihasilkan atribut seismik curvature (Gambar 4.4c.)

kurang baik dibanding dengan Data yang masih belum diberi atribut seismik

(original). Dan untuk yang menggunakan atribut seismik instantaneous

phase memberikan visual yang cukup baik untuk melakukan interpretasi

picking fault, namun masih belum sebaik yang menggunakan atribut seismik

variance-based coherence. Dari data 2-D ini terlihat terdapat 2 sesar mayor

yang ditandai oleh lingkaran berwarna oranye dan yang ditandai oleh

lingkaran berwarna hitam, dilihat dari visual bentuknya bahwa sesar-sesar

tersebut merupakan sesar naik. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sesar-

sesar naik diakibatkan oleh gerakan konvergen (saling mendekat /

bertabrakan) atau juga dapat disebut kompresi [30] , lalu sesar- sesar naik

tersebut menghasilkan antiklin yang juga termasuk tinggian (horst). Jika

dilihat secara utuh, maka yang terlihat sesar tersebut merupakan sesar

tangga. Antiklin merupakan salah satu jenis jebakan yang baik untuk

terperangkapnya hidrokarbon. Berarti dapat diduga bahwa dilapangan ini

terdapat jebakan berupa antiklin yang terbentuk dari sesar naik sepanjang

vertikal dari Formasi Air Benakat (ABF) hingga dasar Formasi Talang Akar

(TAF) [31]. Selain itu, jika dilihat dari arahnya, karena data 2-D ini

berarahkan barat daya – timur laut, maka antiklinnya yang juga termasuk

tinggian (horst) pun berarahkan barat daya – timur laut [32]. Selain itu , pada

Gambar 4.4a. terdapat brightspot yang ditandai dengan persegi berwarna

hitam pada formasi target yakni Formasi Talang Akar. Brightspot

merupakan salah satu anomali yang menjadi indikator terdapatnya

hidrokarbon [33]. Brightspot merupakan DHI (Direct Hydrocarbon

Indicator) , namun juga harus didukung oleh struktur yang ada, seperti

terdapatnya jebakan.

Page 59: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

44

4.3.2. Data 3-D

Gambar 4.5a. Data 3-D Original

Gambar 4.5b. Variance-based Coherence Data 3-D

Page 60: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

45

Gambar 4.5c. Curvature Data 3-D

Gambar 4.5d. Instantaneous Phase Data 3-D

Pada bagian waveform data 3-D ini, line seismic yang digunakan sebagai

perbandingan adalah pada inline 456. Dari keempat gambar diatas didapati bahwa

Page 61: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

46

hasilnya tidak jauh beda seperti pada bagian waveform data 2-D, atribut seismik

yang terbaik dalam sensitifitas visual untuk interpretasi patahan adalah atribut

seismik variance-based coherence, lalu atribut seismik instantaneous phase.

Sedangkan untuk atribut seismik curvature tidak dapat terlihat sensitifitas

visualnya. Dari gambar-gambar diatas yang terlihat sensifitas visualnya , terlihat

terdapat satu buah patahan yang melipat yang ditandai dengan lingkaran berwarna

hijau. Atribut seismik yang menghasilkan visual yang baik dalam proses

interpretasi patahan, dapat membantu peneliti agar lebih mudah melihat jenis

patahan maupun delineasi patahan tersebut.

4.4. Analisa Delineasi Patahan dan Horizon Pada 3-D Window

Pada bagian ini, kita akan melihat delineasi patahan sehingga dapat terlihat

patahan-patahan yang ada pada lapangan ini berarah kemana. Selain itu, kita

juga akan melihat seperti apa horizon tiap formasi yang ada.

Gambar 4.6. Tampak Atas 3-D Window Horizon dan Delineasi Patahan Pada Lower Talang Akar

Dari Gambar 4.6. terlihat adanya sesar mayor (berwarna krim) berarahkan

barat laut – tenggara [34]. Sesar mayor tersebut diduga menjadi jalur migrasi

hidrokarbon [4]. Lalu, jika kita melihatnya dengan sudut pandang timur laut – barat

daya seperti Data 2-D maka terlihat jelas bahwa terdapat tinggian (horst) yang juga

antiklin disana. Antiklin adalah jebakan hidrokarbon berupa jebakan struktur .

Selain itu, berdasarkan Gambar 4.6. juga terlihat adanya sesar-sesar yang lebih

kecil (berwarna biru dan hijau toska) yang berarahkan timur laut – barat daya. Dari

Page 62: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

47

gambar 4.6. ini terlihat jelas adanya antiklin berarahkan barat daya timur laut lalu

diatasnya terdapat lipatan, ini sesuai dengan dasar teori mengenai pembentukan

kerangka tektonik, yakni pada fase megasekuen syn-rift terbentuk graben-horst

(antiklin termasuk horst) yang berarahkan utara – selatan lalu menjadi berarahkan

timur laut – barat daya dan pada fase megasekuen inversi rift terbentuk lipatan

transgressional yang berarahkan barat laut –tenggara yang memotong syn-rift

fabric (hasil dari yang terjadi pada fase megasekuen syn-rift)

Gambar 4.7. Tampak Belakang 3-D Window Horizon dan Delineasi Patahan Pada Lapangan “F”

Berdasarkan Gambar 4.7. dapat terlihat adanya pelipatan berarahkan barat

laut - tenggara [35]. Pelipatan berarahkan barat laut – tenggara tersebut juga diduga

sebagai jebakan berbentuk antiklin [36]. Pelipatan juga merupakan sebuah jebakan

struktural bagi hidrokarbon. kalau dilihat secara utuh, pelipatan-pelipatan tersebut

bersifat asimetris dari mulai horizon paling bawah hingga horizon paling atas. Juga

terlihat ternyata sesar mayor yang berarahkan barat laut – tenggara yang terdapat

di lapangan “F” bukan hanya lebar secara horizontal tetapi juga memanjang secara

vertikal, terbukti dengan terlihatnya patahan tersebut terdapat dari lapisan terbawah

sampai lapisan teratas lapangan “F”.

Page 63: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

48

4.5. Analisa Time Slice

Pada penelitian lapangan “F” ini time slice dilakukan di formasi target, yakni

di formasi talang akar, untuk dapat melihat anomali struktur pada formasi tersebut

dan juga untuk melihat tren dari patahan.

Gambar 4.8a. Time Slice - Original

Gambar 4.8b. Time Slice - Variance-based Coherence

Dari kedua gambar diatas dapat telihat bahwa gambar 4.8b yang menggunakan

atribut seismik variance-based coherence dapat membuat visualisasi patahan

menjadi lebih mudah. Baik dalam visualisasi kemenerusan patahan atau bahkan

Page 64: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

49

patahan yang sulit diidentifikasi oleh penampang seismik yang tidak menggunakan

atribut seismik variance-based coherence.

karena

Gambar 4.8c. Time Slice – Curvature

Gambar 4.8d. Time Slice – Instantaneous Phase

Dari gambar 4.8c. dan gambar 4.8d. dapat terlihat bahwa keduanya dalam

penelitian ini belum dapat sebaik menampilkan visualisasi patahan. Tapi jika

keduanya dibandingkan, maka visualisasi yang ditampilkan oleh gambar 4.8d.

yang menggunakan atribut seismik instantaneous phase dapat lebih baik

Page 65: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

50

menampilkan visualisasinya dibandingkan gambar 4.8c. yang menggunakan

atribut seismik curvature. Hal itu disebabkan karena gambar 4.8d. yang

menggunakan atribut seismik instantaneous phase dapat menampilkan 3 patahan

yang terdapat di studi kasus penelitian ini, sedangkan gambar 4.8c. yang

menggunakan atribut seismik curvature hanya dapat memvisualisasikan 1 patahan

saja.

4.6. Time Structure Map

Gambar 4.9a. Time Structure Map - Original Gambar 4.9b. Time Structure Map - Variance-based

Coherence

Dari gambar 4.9a. dan gambar 4.9b. dapat terlihat bahwa gambar 4.9b. yang

memakai atribut seismik variance-based coherence dapat membantu dalam

visualisasi interpretasi patahan pada penampang seismik. Bahkan ada patahan

minor yang bearahkan barat daya – timur laut yang tidak dapat terlihat pada gambar

4.9a. (penampang seismik original) tapi dapat terlihat pada penampang seismik

yang menggunakan atribut seismik variance-based coherence. Bahkan patahan

mayor yang berarahkan barat laut – tenggara visualisasi anomali strukturnya akibat

Page 66: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

51

patahan didalam gambar 4.9a. tidak sebaik seperti yang divisualisasikan gambar

4.9b.

Gambar 4.9c. Time Structure Map - Curvature Gambar 4.9d. Time Structure Map – Instantaneous Phase

Pada bagian ini peneliti juga kembali mengkomparasikan identifikasi

patahan dengan menggunakan atribut seismik variance-based coherence dan

dengan menggunakan atribut seismik curvature atau dengan atribut seismik

instantaneous phase. Didapati bahwa visualisasi yang ditampilkan gambar 4.9c.

(menggunakan atribut seismik curvature) dan visualisasi yang ditampilkan gambar

4.9d. (menggunakan atribut seismik instantaneous phase) tidak sebaik jika

menggunakan atribut seismik variance-based coherence.

Page 67: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

52

4.7. Analisa Data Log Sumur

Gambar 4.10. Data Log Sumur “F” Pada Lower Talang Akar

Pada lower Talang Akar ini didapati 3 zona yang diduga prospek dalam

eksplorasi minyak dan gas bumi. Zona prospek pertama terdapat pada kedalaman

1263 – 1268 meter SSTVD , zona prospek kedua terdapat pada kedalaman 1671 –

1674 meter SSTVD, zona prospek ketiga terdapat pada kedalaman 1689 – 1693

meter. Ketiga-tiganya dibuktikan dengan terdapatnya crossover antara log densitas

batuan dengan log porositas neutron batuan. Crossover antara log densitas batuan

dengan log porositas neutron batuan merupakan cara analisa kualitatif dalam

analisa petrofisika [36] Batuan reservoar pada formasi ini adalah batuan pasir yang

mengandung shale atau yang biasa disebut shaly sand [37]. Batuan reservoar yang

berupa shaly sand dapat terlihat dari log gamma ray [38]. Zona reservoar pada

lapangan “F” ini juga termasuk zona reservoar beresistivitas rendah (low

resistivity) [20]. Salah satu faktor penyebab dari rendahnya resistivitas Nilai

resistivitas yang rendah pada formasi tersebut juga dapat menyebabkan besarnya

nilai saturasi air [39]. Zona reservoir Low Resistivity Low Contrast biasanya

menjadi ujian tersendiri bagi perusahaan minyak dan gas bumi karena biasanya

Page 68: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

53

menimbulkan hasil petrofisika yang pesimis dan mesti dicari solusi untuk

perhitungan petrofisika lainnya yang meyainkan [40].

4.8. Analisa RMS Amplitude

Atribut seismik RMS Amplitude biasanya memberikan inforkasi terkait

kandungan energi data seismik [41]. Nilai amplitude yang tinggi biasanya

menunjukkan adanya pasir atau lingkungan yang memiliki energi yang tinggi dan

nilai amplitude yang rendah biasanya menunjukkan adanya shale atau lingkungan

yang memiliki energy yang rendah [42].

Gambar 4.11. RMS Amplitude Data 2-D

Pada Gambar 4.11. terlihat bahwa pada daerah tempat beradanya sumur

terdapat yang beramplitudo tinggi yang dicirikan dengan warna kuning yang

diindikasikan sebagai sand dan terdapat yang beramplitudo rendah yang dicirikan

dengan warna biru yang diindikasikan sebagai shale. Hal ini berkorelasi dan

memperkuat analisa data sumur bahwa batuan pada reservoar tersebut adalah shaly

sand.

Page 69: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

54

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Pada lapangan “F” terdapat sebuah patahan mayor yang merupakan

patahan naik yang berarahkan barat laut – tenggara, patahan ini terdapat

sejak horizon paling bawah sedalam 1590 meter SSTVD hingga horizon

paling atas yakni ABF yang dalamnya 250 meter SSTVD. Lalu terdapat 3

patahan minor lainnya yang berarahkan barat daya-timur laut sebelah

timur dari patahan mayor yang berarahkan barat laut – tenggara.

2. Sesar mayor yang berarahkan barat laut – tenggara diduga menjadi jalur

hidrokarbon bermigrasi sedangkan jebakan minyak adalah tipe struktural

yaitu antiklin.

3. Atribut seismik variance-based coherence sangat baik dalam membantu

untuk intrepretasi struktural. Atribut seismik variance-based coherence

dapat membantu karena memberikan warna yang kontras.

4. Berdasarkan analisa log GR, densitas, porositas, dan SW terdapat 3 zona

diduga prospek hidrokarbon di formasi target pada kedalaman 1263 – 1268

m SSTVD, 1671 – 1674 m SSTVD, 1689 – 1693 m SSTVD, 1689 – 1693

m SSTVD. Ketiga zona prospek memiliki SW dengan nilai <6, GR dengan

nilai <90 gAPI, porositas 0,16 - 0.19% dan densitas sekitar 2,3 gr/c𝑚3

Zona-zona reservoar tersebut merupakan zona reservoar dengan batuan

shaly sand dan zona-zona tersebut termasuk kedalam jenis zona low

resistivity low contrast.

5.2. Saran

1. Daerah penelitian yang lebih besar agar dapat terlihat lebih jelas

kemenerusan patahan tersebut dan dampaknya.

Page 70: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

55

2. Melakukan penelitian mendalam lainnya terkait sistem petroleum di

daerah penelitian agar makin dapat terlihat jelas, selain diduga terdapatnya

reservoar, jebakan, dan jalur migrasi, apakah terdapat elemen-elemen

sistem petroleum lainnya.

3. Melakukan pendalaman mengenai atribut seismik, dicari apakah ada

atribut seismik yang dapat lebih baik dari atribut seismik variance-based

coherence atau tidak.

4. Melakukan penelitian mendalam didaerah penelitian agar dapat meneliti

lebih dalam dan dapat menghasilkan hasil analisa yang lebih baik terkait

zona reservoar.

Page 71: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

56

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Doust, Harry., Noble, R, A, “Petroleum systems of Indonesia”, Marine and

Petroleum Geology 25; 103–129, Indonesia, 2008.

[2]. Permana, Andriansyah., dkk., “ Analisis Fasies Dan Petrofisika Formasi Talang

Akar Sub-Cekungan Jambi Sumatera Selatan”, Padjajaran Geoscience Journal;

Vol. 2, No. 1, Bandung, Universitas Padjajaran, 2018.

[3]. Fowler, C M R, The Solid Earth : An Introduction To Global Geophysics,

Cambridge, Cambridge University Press, 1990.

[4]. Bishop, M G, South Sumatera Basin Province, Indonesia, USGS Open-file

report 99-50-S, 2001.

[5]. Halimi, Rijalul., Evaluasi Bawah Permukaan Dalam Penentuan Prospek

Hidrokarbon Pada Sub-cekungan Jambi, Laporan Kerja Praktik, Jakarta,

Universitas Pertamina, 2019.

[6]. Ginger, David., & Fielding, Kevin., “The Petroleum System and Future

Potential of The South Sumatra Basin”, Proceedings Indonesian Petroleum

Association Thirtieth Annual Convention and Exhibition, 2005.

[7]. Guspriandoko., dkk., “Analisis Seismik Amplitude Versus Offset (Avo)

Reservoar Batu Gamping Formasi Kujung Pada Lapangan “GPH” Cekungan Jawa

Timur Utara”, Jurnal Geofisika Eksplorasi, Bandar Lampung, Universitas

Lampung, 2017.

[8]. Patimah, Siti., Analisis Litologi Bawah Permukaan Berdasarkan Ground

Profiles Kecepatan Gelombang Geser Dengan Metode Ellipticity Curve Di

Kecamatan Prambanan Dan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten, Skripsi,

Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, 2017.

Page 72: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

57

[9]. Triyoso, Wahyu., Konsep-konsep Dasar Seismologi, Bandung, Institut

Teknologi Bandung, 1991.

[10]. Riyadi, Praditiyo., Analisa Kecepatan Data Seismik Refleksi 2D Zona Darat

Menggunakan Metode Semblance.

[11]. Asparini, Dewi., Penerapan Metode Stacking Dalam Pemrosesan Sinyal

Seismik Laut Di Perairan Barat Aceh, Skripsi, Bogor, Institut Pertanian Bogor,

2011.

[12]. Nabila,Prastika., dkk., “Analisis Perbandingan Metode Seismik Inversi

Impedansi Akustik Model Based, Band Limited, Dan Sparse Spike Untuk

Karakterisasi Reservoar Karbonat Lapangan “NBL” Pada Cekungan Nias”, Jurnal

Geofisika Eksplorasi, Universitas Lampung, 2018.

[13]. Sanjaya, Deby Nur., dkk., “Analisis Sifat Fisis Reservoar Menggunakan

Metode Seismik Inversi Acoustic Impedance (AI) Dan Multiatribut (Studi Kasus

Lapangan F3)”, Jurnal Sains Dan Seni POMITS; Vol. 3, No. 2, Surabaya, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember, 2014.

[14]. Solikin, Steven., dkk., “Pemrosesan Sinyal Data Sub-bottom Profiler Substrat

Dasar Perairan Selat Lembeh”, Jurnal Rekayasa Elektrika; Vol 13, No. 1: 42-47,

2017.

[15]. Basri, Ikawati., Pemetaan Porositas Lapisan Batu Gamping Formasi Minahaki

Menggunakan Metode Inversi Impedansi Akustik, Analisis Multiatribut Dan

Probabilistic Neural Network, Skripsi Geofisika, Makassar, Universitas

Hasanuddin, 2017.

[16]. Addi, Muhammad Faizal., Identifikasi Sistem Petroleum Endapan Pra-Tersier

Di Cekungan Bintuni, Papua Barat Berdasarkan Data Magnetotellurik, Skripsi

Geofisika, Makassar, Universitas Hasanuddin, 2017.

Page 73: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

58

[17]. Koesoemadinata, R E., Geologi Minyak dan Gas Bumi , Jilid ke-1, ed Kedua,

Bandung, Penerbit ITB, 1980.

[18]. Essefi, Elhoucine., dkk., “Hydrocarbons Migration through Groundwater

Convergence toward Saline Depressions: A Case Study, Sidi El Hani Discharge

Playa, Tunisian Sahel”, ISRN Environmental Chemistry; Vol. 2013, Tunisia, 2013.

[19]. Pormes, Debora Elsyna., Interpretasi Seismik 3D Untuk Evaluasi dan

Penentuan Prospek Hidrokarbon Daerah X, Jawa Barat Utara, Skripsi, Universitas

Indonesia, 2009.

[20]. Kumalasari, Isti Nur., dkk., “Identifikasi Persebaran dan Sumur Usulan

menggunakan Metode Well Logging, Petrofisika Inversi , Seismik Simultan dan

pemodelan 3D Geometri Reservoar”, Jurnal Geofisika Eksplorasi; Vol. 1, No. 16,

Universitas Lampung, 2016.

[21]. Aprilia, Rita., dkk., “Analisis Petrofisika Dan Penyebab Low Resistivity

Reservoir Zone Berdasarkan Data Log, SEM, XRD Dan Petrografi Pada Lapangan

X Sumatera Selatan”, Jurnal Geofisika Eksplorasi; Vol. 4, No. 2, Universitas

Lampung, 2018.

[22]. Ubabuike, Oduada., dkk., “Reservoir Permeability Determination Using

Porosity Logs (Otumara Field)”, International Journal of Scientific & Engineering

Research; Vol.10, issue 4, 2019.

[23]. Sherrif, Robert., Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics, Ed keempat,

Society Explorations Geophysicist, 2002.

[24]. Tarigan, Febrina Bunga., “Analisis Petrofisika Untuk Menentukan Oil-Water

Contact Pada Formasi Talangakar, Lapangan “FBT”, Cekungan Sumatra Selatan”,

Jurnal Geofisika Eksplorasi; Vol. 5, No. 1: 15-29, 2019.

Page 74: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

59

[25]. Chopra, Satinder., & Marfurt, Kurt J., Seismic Attributes for Prospect

Identification and Reservoir Characterization,SEG Geophysical developments

series; no. 11, Society Exploration Geophysicist, 2007.

[26]. Maleki, Sahoo., dkk., “Application Of Seismic Attributes In Structural Study

And Fracture Analysis Of DQ Oil Field, Iran”, Egyptian Journal Of Petroleum,

2015.

[27]. Panggabean, Hermes., & Santy, Lauti Dwita., “Sejarah Penimbunan

Cekungan Sumatera Selatan Dan Implikasinya Terhadap Generasi Hidrokarbon”,

Geo-Resources, Badan Geologi, Bandung, 2012.

[28]. Latifah, Aulia., dkk., “Karakterisasi Reservoar Hidrokarbon Mengunakan

Metode Seismik Inversi Deterministik Model Based Pada Lapangan Penobscot

Kanada”, Jurnal Fisika Unand; Vol. 8, No. 2, Universitas Andalas, 2019

[29]. S, Timur Dikman., “Korelasi Data Log Sumur dan Seismik untuk Penyebaran

Litologi dan Porositas Reservoir Hidrokarbon Formasi Gumai Cekungan Sumatera

Selatan”, Natural B; Vol. 3, No. 2, 2015.

[30]. Widagdo, Asmoro., dkk., “Pengaruh Tektonik Kompresional Baratlaut-

Tenggara Terhadap Struktur Bidang Perlapisan, Kekar, Sesar Dan Lipatan Di

Pegunungan Kulon Progo-Yogyakarta”, Jurnal Geosapta; Vo. 5, No. 2, 2019.

[31]. Sukardi., & Suryana, A., “Pengkajian Batubara Bersistem Dalam Cekungan

Sumatera Selatan Di Daerah Lubukmahang, Kec. Bayunglincir, Kab.

Musibanyuasin, Prop. Sumatera Selatan”, Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan

DIK-S, DSM, 2000.

[32]. Malik, Rachman., dkk., “Karakterisasi Reservoar Menggunakan Metode

Inversi AI (Acoustic Impedance) Dan Metode Seismik Multiatribut Pada Lapangan

Page 75: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

60

“RM”, Formasi Talang Akar Cekungan Sumatera Selatan”, Jurnal Geofisika

Eksplorasi; Vol. 3, No. 1, Universitas Lampung, 2017.

[33]. Yunanda, Mohamad., Analisa Atribut Amplitudo Seismik Untuk Karakteristik

Reservoar Pada Lapangan X Laut Utara, Netherland, Skripsi, Universitas

Indonesia, Depok, 2010.

[34]. Bramanthya, G, Rifky, W, P, N., dkk., “Implication Of Tectonic Inversion For

The Existence Of Hydrocarbons In Fractured Basement Reservoirs: A Case Study

From Jabung Block, South Sumatra Basin, Indonesia”, Proceedings, Indonesian

Petroleum Association Forty-First Annual Convention & Exhibition,

[35]. Hilman, Mohan., “Geomodeling Sekuen Stratigrafi Dan Perkembangan

Reservoar Batupasir Pada Cekungan Sumatra Selatan Berdasarkan Data Seismik

Dan Well Log Pada Lapangan "Mohan", Seminar Nasional ke-II FTG Universitas

Padjadjaran, Universitas Padjajaran, 2015.

[36]. Abduh, Muh., “Analisis Petrofisika Untuk Penentuan Zona Prospek Reservoir

Hidrokarbon Di Lapangan “X” Cekungan Banggai”, KONSTAN Jurnal Fisika dan

Pendidikan Fisika; Vol. 5, No. 1, 2020.

[37]. Siallagan, Fernando., dkk., “Analisis Reservoar Migas Berdasarkan Parameter

Petrofisika Dari 7 Sumur Di Cekungan Sumatera Selatan”, Jurnal Geofisika

Eksplorasi; Vol. 3, No. 2, 2017.

[38]. Asquith, George., & Krygowski, Daniel., Basic Well Log Analysis, Ed Kedua,

AAPG Methods In Exploration Series 16, American Association Of Petroleum

Geologist, Oklahoma, 2004.

[39]. Haryadi., “Penentuan Saturasi Air Untuk Shaly Sands Pada Formasi Talang

Akar Lapangan “X” Dengan Dual Water Model”, Jurnal Ilmu Kebumian Teknologi

Mineral; Vol. 18, No. 2, 2005.

Page 76: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

61

[40]. Reza, Mohammad., dkk., “Indikasi, Penyebab dan Penerapan Type Curve

Pada Reservoir Low Resistivity Low Contrast (LRLC); Studi Kasus Lapangan KL”,

Conference Paper, 2017.

[41]. Sarhan, Mohammad Abdelfattah., “The efficiency of seismic attributes to

differentiate between massive and non-massive carbonate successions for

hydrocarbon exploration activity” , NRIAG Journal of Astronomy and Geophysics;

Vol. 6 (2017) : 311- 325, 2017.

[42]. Hossain, Shakhawat., “Application of seismic attribute analysis in fuvial

seismic geomorphology”, Journal of Petroleum Exploration and Production

Technology, 2020.

Page 77: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

62

LAMPIRAN

Lampiran 1. Letak Data Seismik 2-D, Data Seismik 3-D, dan Data Sumur

Penelitian Dalam 3-D Window

Lampiran 2. Jaring Picking Horizon Lower Talang Akar Pada 2-D Window

Page 78: IDENTIFIKASI PATAHAN MENGGUNAKAN ATRIBUT ......Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan 7 Gambar 2.3. Visualisasi Eksplorasi Geofisika Seismik Refleksi 9 Gambar 2.4. Prinsip

63

Lampiran 3. Surface Horizon Slice RMS Amplitude Data 3-D Horizon Lower

Talang Akar

Lampiran 4. Komparasi Time Slice