IDENTIFIKASI KRUSTASEA EKONOMIS HASIL TANGKAPAN …repository.utu.ac.id/500/1/BAB I_V.pdf ·...
Transcript of IDENTIFIKASI KRUSTASEA EKONOMIS HASIL TANGKAPAN …repository.utu.ac.id/500/1/BAB I_V.pdf ·...
IDENTIFIKASI KRUSTASEA EKONOMIS
HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
NUR AZIZAH
08C10432002
PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH
2013
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
ABSTRAK
IDENTIFIKASI KRUSTASEA EKONOMIS HASIL TANGKAPAN
NELAYAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA
Nur Azizah1) Yuli Erina2) Muhammad Arrafi2)
Penelitian identifikasi Krustasea ekonomis hasil tangkapan nelayan telah
dilakukan di Kabupaten Nagan Raya, pada bulan September sampai Oktober
2012. Berdasarkan hasil tangkapan nelayan jenis-jenis krustasea di sangat banyak
ditemui di perairan Kabupaten Nagan Raya, tetapi hanya sebagian kecil saja yang
diketahui oleh masyarakat yaitu jenis Udang Kelong, Udang Rebon, Udang
Minyak dan Kepiting laut yang banyak diminati oleh masyarakat untuk
dikonsumsi. Hal ini disebabkan sedikit informasi tentang krustasea hasil
tangkapan nelayan di daerah Kabupaten Nagan Raya. Maka perlu dilakukan
penelitian ini guna untuk mengetahui jenis-jenis krustasea dan persentase jumlah
jenis krustasea hasil tangkapan nelayan di PPI Kuala Tuha dan TPI Kuala Tadu.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif analisis, dengan jumlah sampel semua
jenis dari krustasea ekonomis hasil tangkapan nelayan. Jenis krustasea hasil
tangkapan nelayan di Kabupaten Nagan Raya selama peneliti melakukan
penelitian di PPI Kuala Tuha dan TPI Kuala Tadu berjumlah 9 jenis spesies dari
5 genera yang terdiri dari 3 Famili. Jenis krustasea ekonomis yang paling banyak
ditemui di Kabupaten Nagan Raya adalah dari famili Penaedae (77,78 %) dan
yang paling sedikit adalah dari famili Portunidae dan famili Sergestidae masing-
masing berjumlah (11,11 %). Para nelayan pesisir Kuala Tuha dan Kuala Tadu
untuk menangkap jenis krustasea menggunakan alat tangkap pukat Mini Trawl
dengan kedalaman 3 sampai 4 meter dengan jarak ± 1 mil dari pinggir pantai.
Kata Kunci : Identifikasi, Krustasea, Tangkapan, PPI Kuala Tuha, TPI Kuala
Tadu, Kabupaten Nagan Raya
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF ECONOMIES THE CRUSTACEAN BY CATCHES
FISHERMAN IN NAGAN RAYA DISTRICT
Nur Azizah1) Yuli Erina2) Muhammad Arrafi2)
Crustacean identification economies research catches fisherman have been conducted in Nagan Raya district, at September until October 2012. Base on was
kinds catches the type of crustaceans into waters very much to found in Nagan Raya district, but only as small portion is known by people o f the type of Kelong shrimp, Rebon shrimp, crab and shrimp marine oil very much in demand by the
public for consumption. This is due a bit of information about the crustasean catches was fisherman in Nagan Raya district. The research should be conducted
in the order to determine of kind the type of crustaceans and crustacean species persentage of the catched fisherman in Kuala Tuha PPI and Kuala Tadu TPI. Research was descriptive analysis method for samples of all kind the types of
ecomical crustaceans smalles catches. The type of crustacean catch fishermen in Nagan Raya district for research conducted reseach in Kuala Tuha PPI and Kuala
Tadu TPI totaling 9 species of 5 general consisting of 3 family. The most of type economies was found in the Nagan Raya district is family Penaedae (77,78%) and the least was in the family to Portunidae and Sergestidae family amounted of
(11,11%). The fisher coastat Kuala Tuha and Kuala Tadu crustaceans the kind to capture by using Mini Trawl gear with a deapth of 3 to 4 feet with a distance of ±
1 mile from the beach.
Keywords : Identification, Crustaceans, Catch, Kuala Tuha PPI, Kuala Tadu TPI,
Nagan Raya District
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya. Perikanan
juga bias diartikan sebagai salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan
sumberdaya hayati perairan (aquatik resourees) yang meliputi benda-benda hidup
baik itu berupa jenis ikan, udang-udangan, kerang-kerangan, mutiara, rumput laut
dan oranisme air lainnya yang berada di perairan laut salah satu usaha manusia
untuk memanfaatkan potensi sumber daya hayati perairan tersebut adalah melalui
usaha budidaya perikanan.
Dewasa ini, protein hewani terutama yang berasal dari laut sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, hal ini sejalan dengan asumsi bahwa protein hewani
yang berasal dari laut dapat meningkatkan kecerdasan. Berkaitan dengan hal
tersebut, sumber protein hewani yang berasal dari laut saat ini semakin banyak
dibudidayakan. Kelompok besar biota laut yang banyak dibudidayakan selain ikan
adalah dari kelompok krustasea, diantaranya rajungan, kepiting dan udang-
udangan. Ketiga biota tersebut banyak dibudidayakan oleh masyarakat di daerah
pantai (Rianta, 2009).
Krustasea adalah suatu kelompok besar dari Arthropoda, terdiri dari
kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai
suatu subfilum.Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti
lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip.Mayoritas merupakan hewan
akuatik, hidup di air tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah
beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat. Mayoritas dapat bebas
bergerak, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan
menumpang pada inangnya (Rianta, 2009).
Selama ini, data mengenai inventarisasi Krustasea ekonomis pada PPI
Kuala Tuha dan TPI Kuala Tadu di Nagan Raya belum terdata. Selain itu,
penelitian yang sejenis belum pernah dilakukan oleh mahasiswa di PPI Kuala
Tuha dan TPI Kuala Tadu. Mengingat masih kurangnya informasi mengenai
jenis-jenis krustasea ekonomis yang didaratkan oleh nelayan di PPI Kuala Tuha
dan TPI Kuala Tadu, Kabupaten Nagan Raya, maka perlu dilakukan suatu
penelitian mengenai kajian jenis krustasea ekonomis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil tangkapan nelayan di PPI Kuala Tuha dan TPI Kuala
Tadu banyak terdapat jenis krustasea, namun hanya sebagian kecil jenis krustasea
yang bisa dikosumsi oleh masyarakat yaitu jenis krustasea ekonomis diantaranya
jenis udang-udangan, kepiting dan rajungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu
kajian terhadap identifikasi jenis krustasea ekonomis yang ada di Kabupaten
Nagan Raya yang terdiri dari PPI Kuala Tuha dan TPI Kuala Tadu.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui jenis – jenis krustasea hasil tangkapan nelayan yang terdapat di PPI
Kuala Tuha dan TPI Kuala Tadu, Kabupaten Nagan Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tersedianya informasi
mengenai jenis – jenis krustasea ekonomis hasil tangkapan nelayan di PPI Kuala
Tuha Kecamatan Kuala Pesisir dan TPI Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya,
Kabupaten Nagan Raya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2012
yang bertempat di PPI Kuala Tuha Kecamatan Kuala Pesisir dan TPI Kuala Tadu
Kecamatan Tadu Raya, Kabupaten Nagan Raya, dan di identifikasi di
Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Teuku Umar, Meulaboh.
3.2. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
No Alat Fungsi
1. Kamera Digital Untuk pengambilan foto 2. Peralatan tulis Untuk penulisan data 2. Buku panduan Untuk mengidentifikasi krustasea 4. Tempayan dan gabus Sebagai tempat peletakan sampel 5. Pinset, Gunting dan jarum Sebagai alat bantu untuk identifikasi
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
No Bahan Fungsi
1. Krustasea Sebagai sampel untuk penelitian 2. Kuesioner Untuk pengisian data
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan setiap hari, kecuali hari Jum’at pada
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kuala Tuha dan TPI Kuala Tadu, Nagan Raya.
Sampel krustasea diperoleh dengan cara membelinya dari hasil tangkapan yang
kondisinya masih segar dan berukuran besar, agar mudah teridentifikasi.
Kemudian dibawa ke Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Teuku Umar untuk dilanjutkan dengan identifikasi.
3.3.2. Teknik Identifikasi Krustasea
Deskripsi terhadap setiap jenis sampel yang ditemukan dilakukan
berdasarkan metode konvensional. Pengukuran terhadap krustasea meliputi
Panjang Total (TL), Panjang Karapas (PK) dan Panjang Abdomen (PA),
kemudian pengamatan terhadap identifikasi krustasea dilakukan secara visual,
dengan mengamati bentuk morfologi (warna, jumlah kaki renang, jumlah kaki
jalan, bentuk rostrum, jumlah sungut besar, jumlah sungut kecil dan jumlah ekor).
Identifikasi dilakukan sampai tingkat spesies dengan bantuan buku Species
Identification Guide For Fishery Purposes, The Living Marine Resourcesof The
Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothuriansand
Sharks.Rome, FAO (Carpenter, 1998).
3.4. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey, meliputi instrumen yang
berupa kuisioner (wawancara). Wawancara pada penelitian dilakukan untuk
mendapat informasi terkait krustasea ekonomis hasil tangkapan nelayan di
Kabupaten Nagan Raya, seperti nama lokal krustasea dari hasil tangkapan
nelayan, daerah penangkapan, kedalaman dan jarak penangkapan krustasea. Selain
itu, penelitian ini juga menggunakan metode observasi dengan melihat hasil
tangkapan nelayan, melakukan dokumentasi dan dilanjutkan dengan studi pustaka
untuk mengindentifikasi krustasea dengan acuan buku-buku identifikasi.
3.4.1. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode
Purposive Sampling. Dimana responden dipilih secara sengaja untuk tujuan
tertentu atau dilakukan dengan berdasarkan informasi yang dibutuhkan dari setiap
responden.
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi dua
macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
didapatkan dari hasil identifikasi krustasea ekonomis, sedangkan data sekunder
yaitu data yang didapatkan dari buku-buku atau jurnal yang mendukung penelitian
ini.
3.5. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik dari setiap jenis krustasea yang
diperoleh. Analisa deskriptif digunakan untuk mengetahui jenis-jenis krustasea
serta perbandingan jenis krustasea yang jumlahnya paling banyak yang diperoleh
dari hasil penelitian.Teknik pengolahan data yang digunakan adalah setelah data
terkumpul dari masing – masing parameter kemudian ditabulasi dan
dideskripsikan. Kemudian dihitung persentase (%) dengan menggunakan rumus
(Sudjono, 1996).
xN
FP 100 %
Ket :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Jenis
100 % = Bilangan Tetap
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum Kabupaten Nagan Raya
Kabupaten Nagan Raya adalah sebuah kabupaten di provinsi Aceh.
Ibukotanya Suka Makmue, yang berjarak sekitar 287 km atau 8 jam perjalanan
dari Banda Aceh. Kabupaten ini berdiri berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002
tanggal 2 Juli 2002 sebagai hasil pemekaran Kabupaten Aceh Barat. Kabupaten
Nagan Raya terdiri dari 10 Kecamatan yaitu Kecamatan Beutong, Kecamatan
Seunagan Timur, Kecamatan Seunagan, Kecamatan Suka Makmu, Kecamatan
Kuala, Kecamatan Darul Makamur, Kecamatan Kuala Pesisir, Kecamatan Tadu
Raya, Kecamatan Tripva dan Kecamatan Tripa Makmur.
4.1.1. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Nagan Raya
Secara geografis Kabupaten Nagan Raya terletak pada posisi 03.40’ –
04.38’ Lintang Utara dan 96.11' – 96.48' Bujur Timur dengan luas wilayah
3.363,72 Km2 (336,372 Hektar) atau 5,86 % dari luas Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Batas wilayah Kabupaten Nagan Raya adalah :
Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Barat
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Timur : Kabupaten Gayo Lues
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Barat Daya
Berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Barat di
bagian utara, Kabupaten Aceh Barat di bagian barat, Kabupaten Aceh Barat Daya
dan Samudra Indonesia di selatan, dan Kabupaten Gayo Lues serta Kabupaten
Aceh Barat Daya.
4.1.2. Kondisi Perikanan Tangkap Kabupaten Nagan Raya.
a. Armada
Armada merupakan sarana untuk menunjang operasi penangkapan ikan
agar dapat lebih efesien dan efektif dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
tangkapan yang maksimal.
Tabel 3. Nama dan jumlah armada yang terdaftar di Kabupaten Nagan Raya
No Nama Armada Jumlah (unit)
1 Kapal Motor 76 2 Motor Tempel 23
3 Perahu Tanpa Motor 33
Total 132
Sumber : DKP Kabupaten Nagan Raya, Tahun 2012
Tabel 4. Ukuran Armada yang Terdaftar di Kabupaten Nagan Raya.
No Ukuran Armada Tahun
2010 2011 2012
1 0 – 5 GT 45 50 52
Sumber : DKP Kabupaten Nagan Raya Tahun, 2012
b. Alat Tangkap
Alat tangkap merupakan semua alat yang diperlukan dalam usaha
penangkapan ikan dan udang yaitu alat utamanya seperti jaring dan alat bantu
lainnya diantaranya lampu rumpon, yang digunakan dalam usaha untuk
menangkap ikan atau alat bantu untuk mengejar gerombolan ikan di perairan.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Nagan Raya.
No Jenis Alat Tangkap Jumlah (Unit)
1. Pukat pantai 6 2. Gillnet 144
3 3 Pukat Mini Trwal 10
4. Rawai 56
Jumlah 216
Sumber : DKP Kabupaten Nagan Raya, Tahun 2012
c. Nelayan
Nelayan merupakan orang yang mata pencaharian utamanya dari usaha
menangkap ikan di laut (Wibawa, 2010). Nelayan pesisir Kabupaten Nagan Raya
dapat di bagi menjadi dua kelompok yaitu, nelayan tetap dan nelayan tidak tetap.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah nelayan di Kabupaten Nagan Raya
No Wilayah Nelayan tetap (orang)
Nelayan tidak tetap (orang)
Jumlah (orang)
1 PPI Kuala Tuha 88 8 96 2 TPI Kuala Tadu 91 39 130
Jumlah 226
Sumber : DKP Kabupaten Nagan Raya, Tahun 2012
d. Jumlah Produksi
Jumlah produksi merupakan hasil yang diperoleh nelayan setelah
melakukan operasi penangkapan ikan dan udang di laut, hasil tangkapan bisa
berupa berbagai macam jenis ikan, udang dan sejenisnya yang diperoleh oleh
nelayan. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil produksi di Kabupaten Nagan Raya.
No Lokasi/ Lhok Jumlah Hasil Tangkapan/Ton
1. Lhok Kuala Tuha 25 2. Lhok Kuala Tadu 35
Jumlah 60
Sumber : DKP Kabupaten Nagan Raya, Tahun 2012
4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di PPI Kuala Tuha
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kuala Tuha Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh terletak di kawasan perairan, terletak
dipinggir jalan utama desa. PPI Kuala Tuha terletak pada garis pantai sepanjang
74, 40 KM dengan luas laut 1.436,76 Ha.
PPI Kuala Tuha adalah sebuah pangkalan pendaratan ikan yang berada
dalam wilayah Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, yang berlokasi di Desa Kuala
Tuha Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya, dengan luas tanah 14.220
m2. Tanah lahan PPI awalnya merupakan tanah warisan T.Meurah (alm) dan Cut
Licen (almh) yang kemudian diwakafkan untuk dijadikan lahan Pangkalan
Pendaratan Ikan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar khususnya
nelayan yang mendaratkan ikan di PPI tersebut.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kuala Tuha terletak pada titik koordinat
040 030 4840 Lat N0 dan 0960 140 4810 Lon E0, dengan batas wilayahnya adalah
sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Arongan
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kubang Gajah
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Langkak
4.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Kuala Tadu
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya
Kabupaten Nagan Raya pernah dibangun pada tahun 1998 dengan luas tanah
berukuran 6 x 12 m3. Pada tahun 2004 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Tadu
hancur akibat peristiwa Tsunami. Setelah Tsunami TPI Kuala Tadu tersebut
mendapat bantuan dari NGO untuk dimanfaatkan sementara oleh para nelayan di
Gampong Kuala Tadu sambil menunggu proses pembangunan TPI yang baru.
Masyarakat Gampong Kuala Tadu mencari lokasi untuk mendirikan sebuah
TPI akhirnya mendapatkan lokasi untuk membangunkan sebuah TPI dan sudah
dilakukan pembebasan lahan oleh Pemerintahan Kabupaten Nagan Raya pada
tahun 2010. Pada tahun 2011 PEMDA membangunkan sebuah Pos Pemantauan
dan Dermaga untuk TPI Kuala Tadu pada lahan tersebut. Pada tahun 2013
rencana PEMDA akan membangunkan sebuah TPI dengan ukuran luas tanah 40 x
50 m3 dengan TPI Kuala Tadu sesuai dengan informasi Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Nagan Raya bahwa, pada tahun 2013 akan dibangun
lanjutan pembangunan dermaga, pembangunan TPI, penimbunan lokasi dan
pembangunan doking. Batas – batas wilayah TPI Kuala Tadu sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cot Mee
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Samudra Indonesia
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cot Rambong
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cot Mue
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Jenis-jenis Krustasea Ekonomis Hasil Tangkapan Nelayan di PPI
Kuala Tuha
Jenis-jenis krustasea ekonomis hasil tangkapan nelayan di PPI Kuala Tuha
terdapat 9 jenis spesies dari 5 genera yang terdiri dari 3 famili. Untuk lebih jelas
dapat di lihat dalam Tabel 8.
Tabel 8. Jenis-jenis krustasea ekonomis di PPI Kuala Tuha
No Famili Genus Spesies
1 Penaedae Penaeus Penaeus merguensis
Penaeus indicus Parapenaeopsis Parapenaeopsis hardwickii
Parapenaeopsis sculptilis Metapenaeus Metapenaeus ensis Metapenaeus monoceros
Metapenaeus lysianassa 2 Sergestidae Acetes Acetes sp
3 Portunidae Portunus Portunus sanguinolentus
5.1.2. Jenis-jenis Krustasea Ekonomis Hasil Tangkapan Nelayan di TPI
Kuala Tadu
Jenis-jenis krustasea ekonomis hasil tangkapan nelayan di TPI Kuala
Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya terdapat 5 jenis spesies dari
3 famili yang terdiri dari 4 genera. Untuk lebih jelas dapat di lihat dalam Tabel 9.
Tabel 9. Jenis-jenis krustasea ekonomis di TPI Kuala Tadu.
No Famili Genus Spesies
1 Penaedae Penaeus Penaeus merguensis
Penaeus indicus
Metapenaeus Metapenaeus lysianassa 2 Sergestidae Acetes Acetes sp
3 Portunidae Portunus Portunus sanguinolentus
5.1.3. Jenis-jenis Krustasea Ekonomis Hasil Tangkapan Nelayan di
Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan data dari identifikasi terdapat 9 (Sembilan) jenis spesies
krustasea ekonomis di Kabupaten Nagan Raya dari 3 (Tiga) famili yang terdiri
dari 5 (Lima) genera. Untuk lebih jelas lihat dalam Tabel 10.
Tabel 10. Jenis-jenis krustasea ekonomis di Kabupaten Nagan Raya
No Famili Genus Spesies
1 Penaedae Penaeus Penaeus merguensis Penaeus indicus Parapenaeopsis Parapenaeopsis hardwickii
Parapenaeopsis sculptilis Metapenaeus Metapenaeus ensis
Metapenaeus monoceros Metapenaeus lysianassa 2 Sergestidae Acetes Acetes sp
3 Portunidae Portunus Portunus sanguinolentus
5.2. Pembahasan
5.2.1 Jenis-jenis krustasea ekonomis di Kabupaten Nagan Raya.
a. Famili :Penaeidae
1. Genus : Penaeus
Spesies : Panaeus indicus (Udang Jerbung)
Udang Jerbung merupakan udang yang tergolong kedalam famili penaedae
dan Genus penaeus. Secara morfologi Udang Jerbung bentuknya memanjang,
warna kulit merah kehitaman, kerucut bergerigi dan berwarna hitam keabu-abuan.
Udang Jerbung mempunyai satu pasang antennal, dan 2 pasang antennular, Udang
Jerbung mempunyai 2 pasang kaki yaitu kaki jalan dan kaki renang. Kaki jalan
berjumlah 7 pasang, kaki renang 5 pasang dan terdapat 6 ruas, panjang total
Udang Jerbung 18 cm, panjang abdomen 8 cm dan panjang karapas 5 cm. Habitat
Udang Jerbung pada kedalaman 2-90 m, tertangkap oleh trawl dan pukat pantai
(Carpenter, 1998).
2. Genus : Penaeus
Spesies : Penaeus marguensis (Udang Dogol)
Udang Dogol merupakan udang yang tergolong kedalam famili penaedae
dan Genus penaeus, karena secara morfologi Udang Dogol mempunyai warna
badan putih, terdapat bintik-bintik cokelat dan hijau pada ujung ekor, kerucut
bergerigi. Udang Dogol mempunyai satu pasang antennal (sungut) berwarna
kemerah-merahan dan pada sungut yang pendek (antennula) terdapat belang-
belang merah sawo. Udang Dogol mempunyai 2 pasang kaki yaitu, kaki jalan dan
kaki renang, kaki jalan berjumlah 5 pasang, kaki renang 7 pasang dengan jumlah
ruas 6. Panjang total Udang Putih 11 cm , panjang karapas 3 cm dan panjang
abdomen 5,5 cm.
Mujiman (1989), mengatakan bahwa habitat Udang Dogol hidup di dasar
perairan, terutama di daerah yang banyak bermuara sungai besar. Udang Dogol
tertangkap dengan alat trawl dan pukat tepi pantai. Udang Dogol hidup pada
habitat bagian bawah pasir, dari mulut pantai dan sungai sampai kedalaman
sekitar 55 m, biasanya kurang dari 20 m.
Gambar 4. Udang Jerbung (Penaeus indicus)
2. Genus : Parapenaeopsis
Spesies : Parapenaeopsis sculptilis (Udang Krosok)
Udang Krosok merupakan udang yang tergolong ke dalam famili penaidae
dan Genus Parapenaeopsis, karena secara morfologis Udang Krosok kulitnya
belang-belang seperti kulit harimau, oleh para nelayan sering disebut udang ini
sebagai Udang Krosok, warna badan Udang Krosok coklat kemerah-merahan
dengan garis-garis putih. Udang Krosok mempunyai 2 pasang kaki yaitu kaki
srenang dan kaki jalan, jumlah kaki jalan pada udang ini mencapai 3 pasang dan
kaki renang berjumlah lima pasang. Udang Krosok mempunyai satu pasang
(antennule), panjang total Udang Krosok 12 cm, panjang abdomen 5 cm dan
panjang karapas 4 cm. Habitat Udang Krosok perairan dangkal dari garis pantai
Gambar 6. Udang Krosok (Parapenaeopsis sculptilis)
Gambar 5. Udang Dogol
(Penaeus merguensis)
hingga kedalaman sekitar 90 m, tetapi terutama kurang dari 40 m, di atas pasir,
lumpur, atau dasar campuran, tertangkap terutama oleh pukat trawl dan pukat
pantai ( Carpenter, 1998).
4. Genus : Parapenaeopsis
Spesies : Parapenaeopsis hardwckii (Udang Minyak )
Udang Minyak merupakan udang yang tergolong kedalam famili
Penaedae dari genus parapenaeopsis, secara morfologi Udang Minyak
mempunyai ciri-ciri warna badan merah kehitaman terdapat bintik – bintik,
mempunyai satu pasang antennular, satu pasang antennal, mempunyai 2 pasang
kaki yaitu kaki jalan dan kaki renang. Jumlah kaki jalan pada Udang Minyak 5
pasang, kaki renang 5 pasang, dengan jumlah ruas 6. Panjang total Udang Minyak
11 cm, panjang karapas 3 cm dan panjang abdomen 5,5 cm.
5. Genus : Metapenaeus
Spesies : Metapenaeus monoceros (Udang Api-api)
Udang Api-api merupakan udang laut yang tergolong dalam
familipenaedae dan genus metapenaeus karena secara morfologis udang api-api
mempunyai ciri-ciri warna badan merah, rostrum bergerigi, jumlah ruas pada
Gambar 7. Udang Minyak (Parapenaeopsis hardwckii)
Udang Api-api mencapai enam ruas, mempunyai 2 pasang kaki yaitu kaki jalan
dan kaki renang. Jumlah kaki renang 5 pasang, sedangkang kaki jalan berjumlah 5
pasang, panjang total Udang Api-api 11 cm, panjang abdomen 4 cm, panjang
karapas 3,5 cm, mempunyai satu pasang antena. Mujiman (1989), habitat Udang
Api-api di dasar perairan pada kedalaman 50 m, tertangkap dengan alat trawl.
6. Genus : Metapenaeus
Spesies : Metapenaeus ensis (Udang Sualor)
Udang Sualor merupakan udang yang tergolong kedalam familia
penaidae dan Genus Metapenaeus, karena secara morfologis Udang Sualor
mempunyai warna hampir sama dengan warna badan pada Udang Kelong, namun
pada Udang Sualor ini warna badan terdapat abu-abu sedikit dan berbintik hitam,
warna kaki renang merah, dengan jumlah kaki renang 5 pasang, sedangkan kaki
jalan berjumlah 7 pasang. Jumlah ruas pada Udang Sualor ini mencapai 6 ruas dan
mempunyai 1 sungut (antena) dan 1 pasang sungut pendek (antennuler)pada ekor
mempunyai warna putih kemerahan, panjang total Udang Sualor 14 cm, panjang
abdomen 5,5 cm dan panjang karapas 3,5 cm. Alat tangkap yang digunakan
dalam penangkapan udang Sualor adalah pukat mini trawl.
Gambar 8. Udang api-api (Metapenaeus monoceros)
b. Famili : Sergestidae
1. Genus : Acetes
Spesies : Acetes sp (Udang Rebon)
Udang Rebon merupakan udang yang tergolong kedalam famili
sergestidae dan Genus Acetes, karena secara morfologi Udang Rebon berukuran
kecil, sulit untuk di identifikasi, Udang Rebon tergolong kedalam udang penaid
yang memiliki harga yang relatif tinngi jika sudah menjadi udang kering, warna
dari Udang Rebon merah jambu pudar, habitat udang ini biasanya hidup di
perairan laut.
Gambar 9. Udang Sualor (Metepenaaeus ensis)
Gambar 10. Udang Rebon (Acetes sp)
2. Genus : Acetes
Spesies : Metapenaeus lysianassa (Udang Jambu)
Udang Jambu merupakan udang yang tergolong kedalam famili Penaedae
karena secara morfologis Udang Jambu hampir sama dengan Udang Rebon,
namun Udang Jambu ukurannya lebih besar dibandingkan Udang Rebon. Udang
Jambu warna badannya merah jambu, rostrum bergerigi, mempunyai satu pasang
antena dan dua pasang antennule, kaki jalan pada Udang Jambu berjumlah 5
spasang sedangkang kaki renang berjumlah 4 pasang, pada satu pasang kaki
renang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan kaki renang yang lain. Ekor
berwarna merah jambu, pada pangkalan kaki renang terdapat warna kekuningan,
jumlah ruas pada Udang Jambu sebanyak 6 ruas.
a. Family : Portunidae
1. Genus : Portunidae
Spesies : Portunus sanguinolentus (Rajungan Bintang)
Secara umum morfologis rajungan dapat dikenali dengan ciri-ciri seperti,
seluruh tubuhnya tertutup oleh cangkang, terdapat 6 buah duri diantara sepasang
mata, dan 9 duri disamping kiri dan kanan mata, mempunyai sepasang capit, pada
rajungan jantan dewasa Cheliped (kaki yang bercapit) dapat mencapai ukuran 2
kali panjang karapas. Mempunyai 3 pasang kaki jalan, mempunyai sepasang kaki
Gambar 11. Udang Putih Kecil
(Metapenaeus lysianassa)
renang dengan bentuk pipih.Warna karapaks agak hijau kotor dan di bagian
punggung belakang berjejer melintang tiga bulatan merah coklat, duri lebar dan
agak tumpul, berbentuk segitiga, tiga duri tengah berukuran panjang hampir sama
sehingga terlihat rata, dua duri agak tumpul pada propondus, dan dua duri tumpul
pada carpus. Rajungan Bintang mudah dikenali dengan adanya 3 (tiga) bintik
berwarna merah di bagian pungunggnya. Rajungan Bintang ukurannya lebih kecil
dari Portunus pelagicus, dan hidup di laut terbuka mulai dari tepi pantai sampai
kedalaman lebih dari 30 m (Nontji, 2005).
5.2.2. Persentase Tangkapan Jenis Krustasea Ekonomis
Berdasarkan hasil identifikasi di Kabupaten Nagan Raya terdapat 9 jenis
spesies dari krustasea ekonomis, yang terdiri dari 3 (tiga) famili dan 5 (lima)
genera. Dari tiga famili tersebut yang paling banyak terdapat pada famili
penaedae berkisar (77,78%), untuk famili sergestidae dan Portunidae berjumlah
(11,11%) Untuk lebih jelas dapat dilihat pada (gambar 13). Jumlah genus yang
paling banyak terdapat pada genus Metapenaeus dengan jumlah (33,34%), untuk
genus Penaeus dan Parapenaeopsis berjumlah (22,22%) dan yang paling sedikit
ditemukan dari genus Portunus dan Acetes dengan jumlah (11,11%).
Gambar 12. Rajungan Bintang
(Portunus sanguinolentus)
Gambar 13. Persentase Jumlah Genus dari Famili Krustasea Ekonomis di Kabupaten Nagan Raya Bulan September-Oktober 2012
5.2.3. Habitat dan Penyebaran Krustasea
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya
hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial.
Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan
terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas
pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas 30% atau
lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi
penurunan salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah terestrial dan menembus
hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies
untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas. (Nontji, 2005).
Penyebaran udang Penaeid luas secara ekologis karena habitatnya
berbeda-beda tergantung dari spesies dan stadia atau fase dalam daur hidupnya.
Pada fase juvenil, udang penaeid banyak terdapat di estuaria, yang dimanfaatkan
sebagai daerah asuhan (nursery ground). Estuaria merupakan daerah subur, kaya
Penaeidae
77,78%
Sergestidae
11, 11%
Portunidae
11, 11 %
akan detritus dan bahan organik, karena bersifat sebagai perangkap zat hara
(nutrient trap).
Krustasea jenis rajungan hidup pada habitat yang beranekaragam pantai
dengan dasar pasir, pasir lumpur, dan juga di laut terbuka. Dalam keadaan biasa,
ia diam di dasar laut sampai kedalaman lebih 65 m, tetapi sekali-kali ia dapat juga
terlihat berenang dekat kepermukaan laut, untuk keperluan renangnya, pasangan
kakinya yang paling belakang berbentuk dayung. Capitnya digunakan untuk
memasukkan makanan ke dalam mulutnya (Nontji, 2005). Marga Portunus hidup
pada beranekaragam habitat yaitu : dasar berpasir, pasir- lumpuran, lumpur-
pasiran, pasir kasar dengan pecahan karang mati.
Masyarakat nelayan di PPI Kuala Tuha melakukan penangkapan krustasea
di laut dengan menggunakan alat tangkap berupa Pukat Mini Trawl. Berdasarkan
alat tangkap tersebut para Nelayan dapat melakukan penangkapan beberapa jenis
krustasea yang ada PPI Kuala Tuha di antara lain Udang Rebon, Udang Kelong,
Udang sualor, Udang Batu dan Rajungan, dengan kedalaman 3 - 4 meter dengan
jarak ± 1 Mil dari garis pantai. Penangkapan krustasea hanya di lakukan di
perairan Nagan Raya mulai dari pagi sampai dengan selesai (One Day Fishing).
Masyarakat nelayan pesisir Kuala Tuha melakukan penangkapan krustasea pada
dua musim yaitu musim Timur (Banyak) di mulai dari Bulan Juli sampai Bulan
Januari, sedangkan Musim Barat (sedikit) di mulai dari Bulan February sampai
Bulan Juni. Masyarakat nelayan pesisir Kuala Tuha melakukan penangkapan
dengan menggunakan kapal, dengan kapasitas kapal 2-5 GT (jenis kapal motor),
dengan jumlah nelayan 2 orang.
Masyarakat nelayan Pesisir Kuala Tadu menggunakan alat penangkapan
berupa pukat Mini Trawl. Dengan alat tangkap tersebut nelayan Kuala Tadu
mendapatkan beberapa jenis krustasea ekonomis di antaranya Udang ebi dan
Udang kelong, pada kedalaman 3 sampai 4 meter dengan jarak ± 1 Mil dari garis
pantai. Penangkapan krustasea yang dilakukan nelayan Kuala Tadu hanya di
perairan Nagan Raya, dengan lama waktu penangkapan dari pagi sampai dengan
selesai (One Day Fishing). Para nelayan Kuala Tadu mengatakan bahwa, dalam
proses penangkapan krustasea terdiri dari dua musim yaitu musim Timur dan
musim Barat, musim Timur jatuh pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Januari,
musim Barat mulai bulan Februari sampai dengan bulan Juni. Masyarakat nelayan
Kuala Tadu melakukan penangkapan dengan menggunakan kapal, dengan
kapasitas kapal 2 - 5 GT (jenis kapal motor), dengan jumlah nelayan 2 orang.
Pukat udang atau biasa juga disebut pukat harimau adalah jaring yang
berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal, bisa melalui samping
atau belakang. Tujuan utama pukat udang adalah untuk menangkap udang dan
juga ikan perairan dasar (demersal-fish). Mini trawl merupakan jenis otter trawl
yaitu trawl yang terbukanya mulut jaring disebabkan oleh dua buah papan/alat
pembuka mulut jaring (otter board) yang dipasang pada ujung sayapnya.
Gambar 14. Pukat Trawl
DAFTAR PUSTAKA
Imron, M. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi Coremap II; Kasus Kabupaten Selayar. Jakarta. CRITC-LIPI
Ghufron, K.M.G.H & Muneaki, Basri. 1997. Potensi Budidaya Udang. Bina Tjipta, Jakarta
Carpenter, K.E & Niem, V.H. 1998. (eds)FAOSpeciesIdentification Guide For
Fishery Purposes. The Living Marine Resourcesof The Western Central
Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothuriansand Sharks.Rome, FAO. 1998. 687-1396 p.
Fast, A.W. & L.J. Lester. 1992. Pond Monitoring and Management Marine
Shrime Culture Principle and Practise. Elsevier Science Publisher
Amsterdam, Netherlands
http://id.wikipedia.org/wiki/Crustacea#Klasifikasi [28 februari 2013] http://rizal-bbapujungbatee.blogspot.com/2009/05/semua-tentang-udangwindu.
html [3 Maret 2013]
Kenyon,R, C. Turnbull, & N. Smith. 2004. Prawns.Description of Key Species
Groups in the Northern Planning Area. National Oceans Office, Hobart . Australia
Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Jogyakarta. Ar-ruzz Media.
Kordi, K.M.G.H. 2010. Budidaya Udang Laut. Yogyakarta. Penebar Swadaya
Mujiman, A & S. R. S.Dra. 1989. Budidaya Udang Windu. Jakarta. Penebar Swadaya.
Murdianto b, 2003. Pelabuhan Perikanan. FPIK. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nybakken, J. 1992. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta
Nontji, Anugerah. 2005. Laut Nusantara. Jakarta. Djambatan. Rianta, P. 2009. Komposisi Keberadaan Krustasea Di Mangrove Delta Mahakam
Kalimantan Timur. Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta 14430. Indonesia . Diakses Tanggal 22
Juli 2012 (Vol. 13, no. 1 April 2009: 65-76 )
Sunardi, Drs. 1983 . Evolusi Avertebrata. Jakarta. Universitas Indonesia ( UI-Press).
Sadhori Naryo,S. 1983. Bahan Alat Penangkapan Ikan.Balai Ketrampilan
Penangkapan Ikan. Yasaguna. Jakarta
Sudjono, A. 1996. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta. Oerdivindo. Sastrawidjaya. dkk. 2002. Nelayan Nusantara. Pusat Riset Pengolahan Produk
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Suwignyo, S. et.al. 2005. Avertebrata Air Jilid 2.Penebar Swadaya. Jakarta
Susanto, N. 2010. Perbedaan antara Rajungan dan Kepiting. http://blog.unila. ac.id/gnugroho/category/bahan-ajar/karsinologi/. (Akses 11 Juni 2012).
Sterrer, W. 1986. Marine Fauna and Flora of Bermuda. Awiley-Interscience
Publication. John Wiley & Sons Inc. New York.
Von Brant, A. 1984. Fish Catching Method of The World, Third Edition. Fishing News Book. Far surrey. England. Hal 246 – 261.
Wibawa, Yuntanto Dwi. 2010. Kamus Bahasa Indonesia. Pt. Multazam Mulia
Utama. Jakarta