Identifikasi Halal

28
Laporan Praktikum Tanggal Mulai : 12 November 2013 M.K. Pengembangan dan Tanggal Selesai : 19 November 2013 Pemasaran Produk Baru Dosen Praktikum : Ir. Eddy Setyo . M Ambar Sulistyo Wati, STP IDENTIFIKASI TITIK KRITIS HALAL PADA PRODUK INOVASI (KROKET TALAS) Oleh : Kelompok 5/A-P2 Dwi Herlambang (J3E111139) Putri Radiah (J3E111012) Annisa Naila Tami (J3E111043) Ranysar shiratul .P (J3E111080) Hani Mardiana (J3E111131) Jessica Putri (J3E211163) Penanggung Jawab : Ir. Dewi Sarastani, Msi.

description

.

Transcript of Identifikasi Halal

Laporan Praktikum Tanggal Mulai : 12 November 2013M.K. Pengembangan danTanggal Selesai: 19 November 2013Pemasaran Produk Baru Dosen Praktikum: Ir. Eddy Setyo . M Ambar Sulistyo Wati, STP

IDENTIFIKASI TITIK KRITIS HALAL PADA PRODUK INOVASI(KROKET TALAS)

Oleh :Kelompok 5/A-P2Dwi Herlambang(J3E111139)Putri Radiah(J3E111012)Annisa Naila Tami(J3E111043)Ranysar shiratul .P (J3E111080)Hani Mardiana(J3E111131)Jessica Putri(J3E211163)

Penanggung Jawab :Ir. Dewi Sarastani, Msi.

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN PROGRAM DIPLOMAINSTITUT PERTANIAN BOGOR2013BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangMakanan halal atau persoalan halal dan haram bagi umat Islam adalah sesuatu yang sangat penting, yang menjadi bagian dari keimanan dan ketaqwaan. Perintah untuk mengkonsumsi yang halal dan larangan menggunakan yang haram sangat jelas dalam tuntunan agama Islam. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, bahan pangan diolah melalui berbagai teknik pengolahan dan metode pengolahan baru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga menjadi produk yang siap dilempar untuk dikonsumsi masyarakat di seluruh dunia (Anonima, 2013) Sebagian besar warga Indonesia adalah muslim maka PT. Big Rabs Factory, sadar akan pentingnya sertifikat halal untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebagai bentuk tanggung jawab sebagai produsen untuk memberi keyakinan terhadap konsumen muslim bahwa produk yang dikonsumsi halal adalah dengan cara memproduksi produk halal sesuai dengan aturan LPPOM MUI. Oleh sebab itu PT Big Rabs Factory membuat Sistem Jaminan Halal. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan suatu produk, sehingga dapat menentramkan batin para konsumen dan sesuai dengan LPPOM MUI.

1.2 Tujuan Mencegah masuknya unsur / barang haram kedalam produk kroket talas. Menjamin mutu produk kroket talas halal dan toyiban secara konsisten Memenuhi spesifikasi konsumen dan memenuhi regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentang menciptakan produk yang terjamin kehalalanya

BAB IIHASIL DAN PEMBAHASANProduk pangan yang halal merupakan harga mati bagi industri pangan di indonesia yang mayoritas konsumennya merupakan pemeluk agama islam. Secara singkat makanan halal merupakan makanan atau minuman yang tidak mengandung hal hal yang diharamkan seberti babi, anjing, khamar dan lain lain. Akan tetapi untuk menentukan suatu produk halal atau haram tidak hanya dari segi produk tersebut menggunakan daging babi atau tidak melainkan dari bahan penyusun produk ataupun bahan tambahan yang digunakan untuk membuat produk tersebut Oleh karena itu kami PT Big Rabs berupaya untuk meminimalkan resiko ketidak halalan dari produk yang kami hasilkan (Kroket Talas). Adapun dalam mengidentifikasikan fakor ketidak halalan hal yang perlu diperhatikan adalah bahan baku yang digunakan dan proses yang dilakukan dalam pembuatan produk.

2.1 Identifikasi titik Kritis Keharaman Pada Bahan BakuPada produk kroket talas, aspek kehalalan merupakan hal yang utama. Untuk membuat produk yang halal maka bahan penyusun, bahan baku, bahan tambahan ataupun bahan penolong pada proses pembuatan harus merupakan bahan yang halal. Hal pertama yang diperhatikan dalam mengidentifikasi kehalalan suatu produk pangan adalah dari bahan baku yang digunakan. Berdasarkan bahan baku tersebut pertama-tama bahan baku dibagi berdasarkan resiko bahan tersebut menjadi haram. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel analisa potensi keharaman bahan pada produksi Kroket talasNama bahanResiko rendahResiko sedangResiko tinggi

Talas BogorV

Tepung PanirV

Tepung TeriguV

WortelV

AyamV

Bawang putih, V

Bawang MerahV

Daun Bawang dan seledriV

KentangV

Lada bubukV

GaramV

KemasanV

Pala bubukV

JamurV

AirV

GulaV

MinyakV

Analisa potensi keharaman, dilihat berdasarkan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi kroket talas. Berdasakan hasil diskusi bahan bahan yang berpotensi sebagai titik kritis keharaman adalah air, gula pasir, ayam, tepung terigu, tepung panir dan minyak goreng. Berikut adalah penjelasan hasil diskusi analisa potensi keharaman bahan baku produk kroket talas: 1. AirAir digunakan pada saat persiapan bahan yaitu untuk mencuci bahan-bahan. Air diragukan kehalalannya karena melewati proses pengolahan air. Pada saat proses penjernihan air menggunakan arang aktif. Arang aktif dapat dibuat dari tanaman dan tulang hewan, yang dikhawatirkan jika penggunaan arang aktif yang berasal dari tulang hewan karena arang aktif merupakan produk impor dan di negara maju tulang hewan kebanyakan berasal dari tulang babi atau hewan yang disembelih dengan cara yang tidak islami. (Anonimb, 2012)1. Gula Penggunaan gula sebagai bumbu juga merupakan titik kritis kehalalan produk kroket talas ini. Gula yang digunakan harus dipastikan kehalalannya. Gula pasir dapat berstatus syubhat, gula pasir dipermasalahknn kehalalannya karena senyawa yang dipakai sebagaiwhitening( pemucat atau pemutih) adalah arang (karbon aktif). Arang aktif ini terkadang juga dipakai sebagai filterpenyaring air. Arang aktif ini dapat berasal dari bahan tambang (mine), arang kayu tanaman (charcoal), maupun dari tulang hewan (bone). Arang tulang babi disinyalir banyak tersedia di pasaran. bahan lain yang ditambahkan pada proses hidrolisis juga harus dicermati. Apabila menggunakan bahan sintetis kimia,tentu tidak masalah. Namun apabila menggunakan produk mikrobial,maka harus dipastikan bahwa media yang dipakai untuk mengkulturkannya adalah media yang halal.1. AyamAyam sebagai bahan isian merupakan titik kritis kehalalan dari produk kroket talas ini. Perlu dipastikan ayam yang digunakan disembelih dengan cara yang sesuai syariat Islam baik secara tradisional maupun modern.1. Tepung teriguBerdasarkan sisi kehalalannya, tepung terigu relatif tidak masalah, namun berbagai bahan tambahan pangan inilah yang rentan tercemar bahan haram.misalnya vitamin yang ditambahkan, jika ia bersumber dari tanaman maka halal dikonsumsi. Tapijika ia berasal dari proses mikrobiologis dengan media yng haram maka statusnya akan berubah menjadi haram. Salah satu bahan yang ditambahkan ke dalam tepung terigu adalah L-sistein (hidroklorida). Sisetein digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat gandum. Bahan ini dapat melunakkan gluten, implikasinya adonan lebih lembut sekaligus volume pengembangannya lebih besar. L-sistein yang murah yang banyak tersedia di pasaran adalah L-sistein yang dibuat dari rambut manusia, khususnya yang diproduksi di Cina. Tentu saja karena berasal dari bagian tubuh manusia maka L-sistein ini haram sehingga tepung terigu yang menggunakan L-sistein dari rambut manusia haram hukumnya bagi umat Islam. Walaupun demikian perlu diketahui bahwa L-sistein selain dari rambut manusia, bisa juga diperoleh dari bulu unggas namun harus dipastikan juga bulu unggas didapat dari hewan yang disembelih secra syariat Islam. Sekarang sudah ada L-sistein yang diproduksi secara fermentasi dan boleh digunakan, hanya saja harganya memang lebih mahal. Jadi, sebetulnya tepung terigu yang ada di pasaran belum tentu haram walaupun menggunakan L-sistein, tergantung darimana L-sistein berasal.1. Tepung panirTepung panir yang digunakan, bahan bakunya yaitu roti yang memiliki beberapa titik kritis anatara lain pada tepung terigu, ragi, shortening, emulsifier, dan bahan pengembang. Tepung terigu telah dibahas pada pembahasan di atas titik kritisnya pada vitamin, serta L sistein yang digunakan. Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan roti ini. Apapun bentuk ragi/yeast yang kita gunakan ternyata isinya tidak hanya yeast tapi juga sejumlah kecil bahan aditif apakah bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan tujuan tertentu dalam pembuatan ragi, atau juga bahan yang berasal dari media (bahan makanan yeast yang diperlukan pada waktu perbanyakan yeast) yang tersisa, atau bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan meningkatkan stabilitasnya selama penyimpanan seperti tidak menggumpal, bisa juga mengandung bahan pengisi. Dari segi kehalalan bahan aditif inilah yang perlu dicermati kehalalannya. Pada pembuatan compressed yeast sering ditambahkan pengemulsi (emulsifier) dimana status kehalalannya adalah syubhat seperti telah banyak dibahas pada tulisan tulisan sebelumnya. Bahan aditif yang mungkin ada pada ragi instan yaitu bahan anti gumpal (anticaking agent) dimana diantara bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai anti gumpal ada yang status kehalalannya syubhat yaitu E542 (edible bone phosphate, berasal dari tulang hewan), E 570 (asam stearat) dan E572 (magnesium stearat). Asam stearat dapat berasal dari tanaman atau dari hewan, magnesium stearat dibuat dengan menggunakan bahan dasar asam stearat. Disamping gum atau dekstrin, gelatin kadang digunakan sebagai bahan pengisi pada ragi instan. Bahan pengembang jenis baking powder yang merupakan campuran antara sodium karbonat (baking soda) dengan asam pengembang (leavening acid). Yang bisa bertindak sebagai asam pengembang adalah umumnya garam fosfat, sodium aluminium fosfat, glukono delta lakton dan cream of tartar. Dari semua bahan-bahan ini yang tidak boleh digunakan adalah cream of tartar. Cream of tartar sebetulnya adalah garam potasium dari asam tartarat yang diperoleh sebagai hasil samping (hasil ikutan) industri wine (sejenis minuman keras), itu sebabnya mengapa bahan ini tidak boleh digunakan oleh umat Islam. Istilah lain dari bahan pengembang adalah bread improver atau cake improver. shortening adalah lemak atau campuran yang memiliki sifat plastisitas tertentu sehingga mampu membuat makanan seperti roti dan kueh menjadi lembut. Untuk tujuan tersebut maka shortening biasanya merupakan campuran lemak dimana bisa terdiri dari lemak nabati semua (biasanya yang sudah dijenuhkan), campuran lemak nabati dengan lemak hewani atau lemak ikan; bisa pula merupakan campuran lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) saja. Oleh karena itu jelas secara umum shortening berstatus syubhat, kecuali yang sudah diketahui komposisinya dan telah dinyatakan halal oleh yang berwenang.Disamping itu, shortening yang mengandung lemak babi jelas haram. Cake emulsifier adalah suatu bahan yang digunakan untuk penstabil dan pelembut adonan cake, kadang digunakan pula untuk menghemat penggunaan telur. Di pasaran bahan ini dikenal dengan nama-nama dagang seperti Ovalet, SP, Spontan 88, TBM (istilah jenis cake emulsifier dalam bahasa Jerman), dll. Status emulsifier secara umum adalah syubhat karena bisa terbuat dari bahan nabati (tanaman) atau hewani (dari hewan) sebelumnya. Disamping itu, seringkali di pasaran bahan ini dicampur dengan lemak padat, sayangnya tidak jelas jenis lemak apa yang digunakan sehingga menambah kekhawatiran dari segi kehalalannya karena lemak yang memadat pada suhu ruang biasanya adalah lemak hewani disamping lemak nabati yang dibuat dengan cara proses hidrogenisasi minyak nabati.1. Minyak gorengMinyak goreng yang digunakan untuk menggoreng menjadi titik kritis produk talas ini. Di negara tertentu ada perusahaan minyak tumbuhan atauvegetable oil dimana pemerintahannya membolehkan mereka mengklaim produknya sebagai vegetable oil walaupun ada kandungan lemak dari hewan sebanyak 15 persen.Lemak hewan atauanimal fatini tentu harus diketahui hewan dari apa berikut cara sembelihannya apakah sesuai syariat Islam atau tidak.Tabel 2. Tabel daftar bahan pembuatan kroket talas dan titik kritis keharamannyaDaftar bahan Titik kritis Informasi kunci Tindakan koreksi

Daging ayam 1. Proses penyembelihan 1. Peralatan yang dipakai Sertifikat halal yang telah diaku oleh LPPOM MUI yang dimiliki oleh pemasok daging ayam ke perusahaan1. Penolakan daging ayam jika pemasok tidak memiliki sertifikat halal yang berasal dari LPPOM MUI dan jika ditemukan ketidaksesuaiaan dalam proses penyembelihan ataupun peralatan yang dipakai

Minyak goreng 1. Kandungan dalam minyak goreng Sertifikasi halal yang telah diakui oleh LPPOM MUI yang tertera pada kemasan1. Penolakan atau pemberhentian pemakaian minyak jika terdapat ketidaksesuaian dalam label terutama jika terdapat penambahan pewarna maupun fortifikasi yang mungkin berasal dari bahan tidak jelas asalnya

Gula1. Proses pembuatan gula (rafinasi)Sertifikasi halal yang diakui oleh LPPOM yang tertera pada kemasan1. Penolakan atau pemberhentian pemakaian jika terdapat ketidaksesuaian dalam label terutama dalam bahan baku dalam pembuatan gula tersebut

Tepung terigu - zat pelapis - bahan pengembang Sertifikasi halal yang telah diakui oleh LPPOM MUI yang tertera pada kemasan 1. Penolakan atau pemberhentian pemakaian produk jika terdapat ketidaksesuaian pada kandungan tepung misalnya bahan penyalut/pelapis yang digunkan untuk vitamin yang biasanya digunakan gelatin yang mungkin berasal dari lemak babi dan juga sistein yang berfungsi mengembangkan terigu biasanya dibuat dari bulu babi atau rambut manusia

Tepung panir 1. Bahan pembuat tepung panirSertifikasi halal dari LPPOM MUI yang dimiliki oleh supplier1. Penolakan atau pemberhentian pemakaian jika tepung panir tidak memiliki label ataupun label halal yang jelas1. Pemberhentian pemakaian jika tepung panir tersebut menggunakan shortening yang biasanya menggunakan lemak babi

Air1. Filter dalam proses pengolahan air minumSertifikasi dari LPPOM MUI yang tertera dalam kemasan 1. Penolakan atau pemberhentian pemakaian jika kemasan tidak tertera label halal

Kemasan1. Kandungan dalam plastik PPSertifikasi halal dari LPPOM MUI yang dimiliki oleh supplier1. Penolakan atau pemberhentian pemakaian kemasan plastik PP jika kemasan menggunakn bahan-bahan kimia seperti plasticizer yang berbahan dalam merubah melting point

Garam-Kristalisasi garam-BTP Anti penggumpalanSertifikasi halal dari LPPOM MUI yang tertera pada label kemasan- Tolak jika garam yang dihasilkan tidak sesuai status kehalalannya dengan label kemasan-Tolak jika proses kristalisasi garam tidak sempurna, sehingga senyawa kimia linnya ikut tercampur pada gram-Tolak jika anti penggumpalan yang dipakai berasal dari bahan yang diharamkan

Lada bubuk-Bahan aditif-Bahan penguatSertifikasi halal dari LPPOM MUI yang tertera pada label kemasan-Tolak jika lada bubuk yang dihasilkan tidak sesuai status kehalalannya dengan label kemasan-Tolak jika bahan penguat yang digunakan berasal dari lemak babi missal bahan penguat flavor Bacon dan Pork

Pala Bubuk1. Bahan aditif1. Bahan PenguatSertifikasi halal dari LPPOM MUI yang tertera pada label kemasan-Tolak jika lada bubuk yang dihasilkan tidak sesuai status kehalalannya dengan label kemasan-Tolak jika bahan penguat yang digunakan berasal dari lemak babi missal bahan penguat flavor Bacon dan Pork

Wortel, kentang, bawang merah,putih, Bombay, daun bawang, seledri-Pupuk tanaman-PestisidaSertifikasi halal dari LPPOM MUI yang dimiliki oleh supplier-Tolak jika supplier menggunakan pupuk Baturaden, Temanggung dan Wonosobo dari kotoran babi dan hewan yang diharamkan-Tolak jika pestisida yang digunakan berasal dari bahan haram

2.2 Identifikasi Titik Kritis Keharaman Pada Proses ProduksiUntuk menentukan keharaman dari suatu produk, tidak hanya dilihat dari segi bahan baku saja, melainkan melalui proses. Hal tersebut disebabkan pada saat proses terdapat reaksi sampingan antara masuknya bahan bahan penyusun yang dapat menyebabkan keharaman pada produk, seperti adanya alkohol pada saat fermentasi pembuatan MSG. Bukan hanya itu saja keharaman dari proses juga dapat disebabkan karena masuknya bahan yang haram baik di sengaja ataupun tidak disengaja. Tahapan tahapan yang dapat memicu produk menjadi haram dapat disebut dengan tituik kritis. Titik kritis pada proses menjadi salah satu acuan yang harus diperhatikan dalam penentuan tingkat keharaman. Berikut diagram alir proses kroket talas dengan titik kritis prosesnya.

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Krokket TalasRapikan AdAAdonanCoating Tepung Terigu * Tepung Panir* Telur AyamSimpan di suhu Freezer 2 jamGoreng, warna coklat keemasanKroket TalasKemasPlastik PP*, Plastik MikaTumis Kering matangPenambahan Garam, Gula*, Merica dan PalaTumis BahanPersiapan Bahan Ayam* Jamur Wortel Kentang Daun bawang dan seledri Bawang merah, putih dan Bombay Minyak*Kupas, Cuci dengan air* garam 15 menitKukus 5 menitPenghancuranPenambahan Garam,Pala, dan mericaTalas BogorBulatkan AdonanMasukkan Isi

1. Pembelian Bahan BakuIdentifikasi titik keharaman proses terdapat pada proses pembelian bahan baku. Apabila identifikasi titik kritis keharaman tidak dilakukan secara tepat saat proses pembelian bahan baku,maka proses produksi yang terdiri dari pengukusan talas, pencampuran dengan bahan isi hingga penggorengan dapat dijamin kehalalannya.Tahapan pembelian bahan baku harus dilakukan dengan baik karena dapat mempengaruhi kualitas dan mutu produk serta kehalalannya. Hal ini dikarenakan agar kita sebagai produsen dapat mengontrol sejak dini adanya faktor keharaman yang terdapat pada bahan baku produk.Pembelian bahan baku dengan memastikan bahan baku yang dibeli adalah halal dengan cara menelusuri bahan baku apakah dibuat dengan syariat Islam dengan halal atau tidak. Cara lain yang dilakukan dengan memastikan bahwa bahan baku halal adalah dengan menelusuri adanya sertifikasi halal dai supplier atau adanya label halal kemasan yang berasal dari LPPOM MUI.2. Pencucian Tahap pencucian dimasukan kedalam titik kendali kritis keharaman karena pada tahap Pencucian menggunakan air kran yang dalam prosesnya terdapat proses pemurnian dengan penggunaan arang aktif. Arang aktif berasal dari tempurung kelapa, serbuk gergaji, batu bara ataupun dari tulang hewan. Jika arang aktif yang dibuat berasal dari bahan baku Tulang hewan, maka arang aktif dapat dipertanyakan tingkat keharamannya. Tulang hewan yang paling baik untuk digunakan dalam pembuatan arang aktif adalah tulang yang berasal dari hewan haram, yaitu babi. Jika jelas keharamannya, maka air yang digunakan dalam proses pencucian digolongkan haram. Begitu juga pada proses lainnya yang menggunakan air seperti pengukusan dan pencucian. Selain itu pada tahap penghancuran dapat dimasukkan juga kedalam titik kendali kritis keharaman. Untuk menghancurkan talas menjadi partikel yang lebih kecil agar dapat diolah menjadi adonan diperlukan alat yang sesuai. berikut fatwa MUI tentang penggunaan alat bersama;1. Bagi industri yang memproduksi produk halal dan non halal maka untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang, pemisahan fasilitas produksiharus dilakukan mulai dari tempat penyimpanan bahan, formulasi, proses produksi dan penyimpanan produk jadi. 1. Suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara produk babi dan non-babi meskipun sudah melalui proses pencucian.3. Penumisan dan penggorenganPada proses selanjutnya, tahap penumisan dan penggorengan dimasukan kedalam titik kendali kritis keharaman. Penggunaan alat bersama dan minyak goreng yang digunakan untuk menumis dapat diperhitungkan keharamannya. Penggunaan alat bersama jelas dipertanyakan keharamannya jika alat digunakan bersama dengan bahan haram lainnya sehingga terjadi kontaminasi silang. Selain itu jika alat yang akan digunakan tidak dicuci dengan bersih dan disimpan pada tempat yang tidak bersih dari kotoran hewan seperti tikus. Kemudian Minyak berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Yang menjadi titik kendali kritis keharaman minyak adalah jika pada proses pembuatan minyak ada penambahan lemak hewani. Berikut fatwa MUI mengenai bahan-bahan kritis ;Bahan turunan hewani berstatus halal dan suci jika berasal dari hewan halal yang disembelih sesuai dengan syariat Islam, bukan berasal dari darah dan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis. Berikut ini disampaikan contoh contoh bahan turunan hewani / mungkin berasal dari turunan hewani : Lemak Protein Gelatin Kolagen Asam lemak dan turunannya (E430-E436) Garam atau ester asam lemak (E470-E495) Asam amino (contoh : sistein, fenilalanin, dan sebagainya) Di/trikalsium fosfat Tepung plasma darah Konsentrat globulin Media pertumbuhan mikroba (contoh : blood agar) Hormon (contoh : insulin) Enzim dari pankreas babi/sapi (amilase, lipase,pepsin, tripsin) (Nanung, 2012).Tabel 3. Tabel titik kritis proses produksi Kroket TalasNama ProsesTitik kritisInformasi kunciTindakan koreksi

Pembelian Bahan BakuPembelian bahan baku yang mengandung titik kritis keharaman bahanBahan yang ditambahkan harus jelas status kehalalanya sesuai dengan persyaratan LPPOM MUITidak meneruskan proses produksi jika terdapat bahan yang dicurigai kehalalannya dan tidak memenuhi syarat kehalalan bahan berdasarkan persyaratan LPPOM MUI

PencucianPencucian bahan baku (talas) dari zat pengotor yang dapat menyebabkan bahan menjadi haramLokasi dan wadah pencucian serta Air yang digunakan jauh dari hal yang dapat membuat bahan baku menjadi haramTidak meneruskan proses produksi produk yang dicuci terkontaminasi oleh urin/kotoran hewan

PenggorenganPenggorengan produk menggunakan minyak yang haramMinyak yang digunakan harus jelas kehalalannya dengan persyaratan LPPOM MUITidak meneruskan proses produksi jika terdapat bahan yang dicurigai kehalalannya dan tidak memenuhi syarat kehalalan bahan berdasarkan persyaratan LPPOM MUI

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa produk kroket talas dapat dikatakan halal. Hal ini berdasarkan pada hasil identifikasi yang dilakukan terhadap bahan baku yang digunakan serta proses yang di terapkan pada pembuatan produk telah memenuhi kriteria kehalalan produk.

3.2 SaranSebaiknya setiap industri pangan di indonesia sudah menerapkan sistem jaminan halal dalam memproduksi produknya. Hal ini dikarenakan konsumen di Indonesia yang mayoritas penganut agama Islam sehingga halal merupakan harga mati bagi setiap umatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2013. Ketika Para wanita mulai sadar produk Halal. http://aqlislamiccenter.com [16 November 2013]Anonimb. 2012. Yakinkah kentang goreng yang kamu makan ?. http://www.republika.co.id [17 November 2013]Nanung, Danar. 2012. Titik Kritis Kehalalan Bahan Baku. http://www.kibar-uk.org [14 November 2013]