IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan...

18

Click here to load reader

Transcript of IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan...

Page 1: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA DESA UNTUK PEMBANGUNAN

Oleh: Dr. GPB Suka Arjawa, Staf Pengajar FISIP, Universitas Udayana

Abstrak

Pembangunan desa merupakan sasaran tepat bagi Indonesia untuk mengembangkankesejahteraan rakyatnya. Ini disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia berdomisili dipedesaan dengan pekerjaan berbasis pada sektor pertanian. Disamping itu, sumber daya yangdimiliki, baik yang tidak kelihatan maupun yang kelihatan juga ada di desa. Dengan perpaduanantara sumber daya alam dengan sumber daya manusia itulah kemudian pembangunan dapatdimaksimalkan untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentangDesa yang telah mulai diimplementasikan tahun 2015, menekankan bahwa negara berupaya danmemberikan dorongan untuk memberdayakan pembangunan desa tersebut, denganmemanfaatkan sumber yang ada. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kerambitan, KabupatenTabanan, Bali dengan alasan kecamatan ini mempunyai perpaduan antara modernisasi, sertatradisionalitas yang berimbang. Suasana alamnya juga masih alami. Metode yang digunakanadalah kualitatif dengan harapan mampu lebih melihat kenyataan yang ada secara langsung.Dengan memakai teori pilihan rasional sebagai panduan, penelitian ini menemukan bahwa dikecamatan ini terdapat cukup banyak sumber daya yang dapat diberdayakan. Temuan itu adalahsarana listrik yang telah dimiliki seluruh desa, jalan yang sudah terhubung menuju desa-desalain, akses jalan raya utama di tengah-tengah kecamatan, jarak yang tidak terlalu jauh dari pusatibukota Bali maupun kota kabupaten, sumber air, tingkat pendidikan, kearifan lokal, sampaidengan suasana pedesaan yang masih sejuk dan hijau.

Kata Kunci: Desa, Sumberdaya, Prasarana

Village development is the perfect poin by Indonesia to ensure social prosperity. This is becausethe most Indonesian people living at village, with agricultural as a base of their life. Theresources, both intangible and tangible, exist at village to. With the existence of both humanresources and natural resources, we can maximalized the development at villade to endorsesocial prosperity. The Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (the regulation number6/2014 about Village), have implemented since 2015, urged that the state give, try and endorsthe society to develop with basic on the natural resource wich take place at village. This researchtake place at Kerambitan subdistrict, Tabanan Regency, Bali, with reasons that this subdistricthave both modern scane of society and traditional scane. Most of the village panorama still freshand natural. Kualitatif method is implied in this research. With this method, researcher have todo his work directly contact with the social life at field. With rational choice theory, thisresearch found that this subdistrick have varied resources which can be empowerded. There are,all the village at that subdistrict had powerd by electricity, all the village at this subdistrick haveconnected with road to any others, the locations at the Jawa-Bali main road, the locations not far

Page 2: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

from Denpasar and the Tabanan city, have water resources, the intellectual resources, localwisdom, untill the fresh air and situation at the villages.

Keywords: Village, Resources, and Infrastructure

Pendahuluan

Desa menjadi pusat perhatian pembangunan Indonesia di masa depan. Ini terlihat dengan

diberlakukannya undang-undang No. 6 Tahun 2014, dengan berbagai aturan pelaksananya.

Pilihan ini tidak keliru karena desa menjadi identitas kehidupan sosial Indonesia. Sebagai negara

yang berada di wilayah khatulistiwa, memungkinkan tumbuhnya aberbagai tanaman dan hutan

tropis. Dan sebagai negara yang berada di garis patahan benua, memungkinkan bagi Indonesia

untuk bermunculannya gunung berapi. Perpaduan kedua inilah yang membuat hutan dan

tanaman tropis serta hujan yang teratur terjadi di Indonesia. Komunitas sosial desa terbentuk oleh

kejadian-kejadian seperti itu yang membuat Indonesia menjadi negara berbudaya agraris.

Pada jaman Orde Baru, pemerintah menetapkan konsep pembangunan yang disebut

dengan pelita, yaitu Pembangunan Lima Tahun, dimana seluruh dasar pijakan dari pembangunan

tersebut didasarkan pada pertanian. Tidak lain ini disebabkan karena mayoritas penduduk

Indonesia berkehidupan dari pertanian. Meskipun sekarang Pemerintahan Joko Widodo sering

menyebutkan tentang pemanfaatan laut sebagai sumber daya kehidupan, akan tetapi sejarah

sosial dan konteks kehidupan sosial masyarakat Indoensia lebih banyak kepada sktor pertanian.

Pancasila sebagai lambang dasar negara, juga jelas mencantumkan bagaimana kehidupan

pertanian tersebut menjadi dasar bernegara, dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas

untuk meujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kehidupan agraris tersebut,

berpusat di pedesaan.

Dengan demikian, munculnya Undang-Undang No. 6 tahun 2014 dengan peraturan

pelaksanannya, membuat adanya upaya penyadaran untuk menggerakkan pembangunan tersebut

dari tingkat dasar kehidupan masyarakat Indonesia. Pembangunan yang mengedepankan kota

sebagai lokus perkembangan negara, menjadi pengingkaran karena akan menimbulkan

perbedaan cara membangun dan strategi pembangunan. Kota mempunyai identitas dan cara

pengembangan yang berbeda dengan desa. Kota lebih banyak kepada upaya pragmatis

pencapaian tujuan karena cara hidup, geografis, pola pergaulan serta tujuan hidup mereka

berbeda. Misalnya orang kota lebih mementingkan mendatangkan modal tanpa melihat

Page 3: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

bagaimana akibat modal tersebut kepada lingkungan. Desa memakai rasionalitas akan tetapi

tetap melihat pola lingkungan sosial dan alam dalam perkembangannya ketika melihat modal

sebagai penggerak.

Dalam hal mengembangkan pembangunan desa, banyak sumber daya yang dapat

diperhitungkan. Desa sebagai sebuah daerah geografis serta tempat beraktifitasnya masyarakat

mempunyai berbagai potensi, baik kelihatan dan tidak kelihatan untuk mengembangkan

kesejahteraan warga. Selama ini potensi-potensi tersebut tidak mendapatkan perhatian besar

karena sejak jaman Orde Baru, bahkan Orde Lama, potensi ini tidak dikembangkan dengan baik.

Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan pembangunan politik dan nasionalisme bangsa

yang kemudian dihiasi dengan berbagai konflik politik. Orde Baru meskipun secara politik telah

mengembangkan konsep kebijakan Pelita, akan tetapi perkembangan selanjutnya kebijakan ini

tidak berlangsung dengan baik karena faktor-faktor politik dominasi dan kekerabatan yang

kemudian berkembang. Orde Reformasi pun pada awal-awalnya tidak memberikan jaminan akan

perkembangan desa karena masih harus menghadapi masalah-masalah konsolidasi politik.

Maka ketika Presiden Joko Widodo yang mempunyai karakter merakyat, diantaranya

dengan menyukai blusukan sebagai sebuah tindakan politis, mempunyai kesempatan dan

tanggung jawab besar untuk melaksanakan pembangunan berbasis pedesaan ini. Kesempatan

karena telah ada paynung hukum berupa undang-undang desa tersebut. Joko Widodo pun

dipersepsikan sebagai presiden yang merakyat, lebih kepada pendekatan keraakyatan. Dan itu

berarti menyentuh mayoritas masyarakat yang ada di pedesaan. Tanggung jawab harus

dilakukan karena sebagai presiden menjadi pembimbing utama agar apa yang diamanatkan oleh

Undang Undang tentang Desa tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Masalah yang Ada di Pedesaan

Sebagian besar persoalan yang muncul dari upaya pembangunan pedesaan disebabkan

oleh kekeliruan pemerintah di masa lalu mengaktualisasikan konsep pola pembangunannya.

Meski Orde Baru menekankan pada pembangunan pertanian sebagai basis pembangunan lima

tahun, tetapi kota tetap menjadi sentra dari pergerakan pembangunan tersebut. Ini misalnya

dilihat dari perencanaan untuk pembangunan dilakukan oleh mereka-mereka yang tinggal di

perkotaan. Juga sentra pupuk, lebih banyak didirikan di kota. Desa menjadi teralienasi oleh cara

ini sehingga terjadi berbagai macam kesenjangan. Penghasilan orang kota lebih banyak

Page 4: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

dibandingkan dengan desa, lowongan pekerjaan lebih banyak ada di kota, sampai kalangan

intelektual berkecimpung banyak di kota. Satu akibat dari hal ini adalah tersendatnya

pembangunan di desa dan menimbulkan adanya urbanisasi. Undang-undang Desa ini spiritnya

adalah berupaya menghilangkan urbanisasi tersebut. Atau paling tidak mampu menekan jumlah

urbanisasi apabila desa sudah dapat digerakkan dengan baik untuk mencapai peningkatan

kesejahteraan.

Persoalan lain yang muncul di desa adalah tidak mampunya masyarakat memahami

berbagai potensi yang ada di lingkungannya sendiri. Urbanisasi merupakan sebab dari

ketidaktahuan masyarakat tentang potensi yang dimiliki desa. Padahal, seperti yang telah

diutarakan, sumber daya yang menjadi soko guru pergerakan kesejahteraan Indonesia itu ada di

pedesaan. Terlalu lamanya dominasi orientasi pembangunan di kota, menyebabkan masyarakat

tidak mengerti tentang sumber daya yang mampu diberdayakan masyarakat. Padahal, desa

mempunyai berbagai macam potensi tersebut kalau memang mampu dimanfaatkan dengan baik.

Sumber daya itu bermacam-macam, dalam bentuk sumber daya kelihatan maupun yang tidak

kelihatan seperti suasana pedesaan, semangat kebersamaan, gotong-royong, sumber air, tanah

luas dan lain sebagainya. Undang-undang tentang Desa secara tidak langsung mengarahkan

masyarakat dan pejabat-pejabat desa untuk menemukan dan memberdayakan sumber daya ini

demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kualifikasi dan kualitas sumber daya manusia di pedesaan juga menjadi salah satu

kendala untuk memajukan desa. Sudah menjadi umum, bahwa pusat pembangunan di kota

membuat banyak anggota masyarakat yang berkualifikasi sarjana atau ahli pada bidang-bidang

tertentu, menetap di kota. Penekanan kehidupan ekonomi di perkotaan memungkinkan

munculnya berbagai spesialisasi pada ilmu pengetahuan, teknologi, jasa dan keterampilan

(Suparlan, 1991: 8). Masyarakat yang berkualifikasi seperti ini lebih mampu menjamin

kehidupannya apabila berada di kota. Disamping itu sarana yang mampu dipakai penopang

keahliannya, banyak berada di pedesaan. Seorang dosen misalnya, akan memilih menetap di kota

karena mampu mengakses ilmu pengethuan di perpustakaan-perpustakaan yang ada di kota.

Demikian juga dengan ahli lainnya. Hal ini kemudian menyebabkan desa kekurangan tenaga

yang mampu dipakai untuk mendiskusikan berbagaii persoalan. Juga tidak memiliki tenaga ahli

untuk mengenali berbagai potensi yang ada di desa, meskipun secara potensial sumber daya

tersebut banyak. Maka, melalui keinginan pemerintahlah kemudian hal ini dicoba diubah cara

Page 5: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

pandangnya sehingga pemusatan pembangunan di desa akan membuat para ahli tersebut

bertempat tinggal di desa untuk mampu memberdayakan desanya.

Pemusatan para ahli di perkotaan membuat berbagai sumber daya yang dimiliki tidak

tidak mampu dikenali dengan baik. Akibat dari hal inilah kemudian berbagai kekayaan desa

yang ada tidak dapat dieksplorasi dengan maksimal guna mensejahterakan rakyatnya. Desa di

Indonesia, baik yang ada di Jawa maupun di luar pulau itu, memiliki potensi-potensi yang besar

untuk dikembangkan.

Tujuan Penelitian dan Metodologi yang Digunakan

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi berbagai sumber daya yang ada

di desa tersebut, dan kemudian memberikan saran untuk memberdayakannya demi meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Penelitian ini juga bertujuan menjelaskan berbagai

manfaat dari sumber daya itu, serta memberikan strategi agar masyarakat desa mampu secara

maksimal menggunakan tenaga dan waktunya untuk pemberdayaan tersebut.

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif sebagai strategi mengumpulkan data.

Metode ini lebih mampu memberikan gambaran yang lebih nyata tentang kondisi di lapangan .

(Bryman, 2004:267). Melalui penelitian kualitatif penliti langsung terjun ke lapangan, berdialog

dengan masyarakat dan mencatat segala kejadian serta fenomena secara langsung.

Sebagai lokasi penerlitiannya adalah di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan.

Kecamatan ini berada sekitar 10-15 kilometer dari ibukota kabupaten, mempunyai wilayah yang

lebih komplit dari kecamatan lainnya karena berada jalur jalan utama Jawa-Bali, mempunyai sisi

yang berbatasan dengan Samudera Indonesia, serta daerah pertanian dan persawahan yang luas.

Teori yang Digunakan

Dalam penelitian ini, teori utama yang dipakai, adalah Teori Pilihan Rasional. Teori ini

merefleksikan upaya manusia mengembangkan pengetahuan demi tujuan-tujuan yang dipandang

penting bagi masyarakat.

Pada hakekatnya pemberdayaan merupakan pilihan-pilihan yang menguntungkan dan

terbaik dari berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk meraih manfat maksimal

kepada desa. Sumber daya di desa terdiri dari berbagai macam ragam dan karena itu mesti

dipilih yang paling tepat dan pantas untuk mendorong kemajuan. Karena itulah, dalam

Page 6: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

penelitian ini teori paling relevan yang dipakai sebagai pembimbing dan pendorong aplikasi

adalah teori pilihan rasional. Teori ini merupakan teori sosial yang diterapkan pada masyarakat

dan mempunyai sentuhan dengan perilaku-perilaku ekonomi, terutama pada aspek yang

menyangkut pilihan yang menguntungkan tersebut. Ritzer yang mengutip Coleman mengatakan

bahwa dalam teori pilihan rasional ini, aktor akan memilih tindakan yang memaksimalkan

keuntungannya (Ritzer, Nurhadi, 2011: 480). Aktor tersebut bisa individu, kelompok, lembaga,

komunitas atau masyarakat itu sendiri.

Teori Pilihan Rasional diungkapkan pertama kali oleh James C.Coleman, dengan dasar

pemahaman bahwa orang bertindak secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan, dimana tujuan

dan tindakannya ini mempunyai satu nilai atau preferensi (Ritzer, Nurhadi, 2011: 480). Coleman

juga menyebutkan bahwa dalam melakukan pilihan untuk mendapatkan manfaat maksimal ini,

aktor akan menggunakan pertimbangan-pertimbangan kognitif. Pemahaman inilah yang

kemudian diperluas maknanya oleh Darren Sherkat bahwa untuk mendukung keuntungan

maksimal itu, diperlukan banyak informasi dalam proses pembalajaran (Mellor, 2000: 284).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori pilihan rasional itu menekankan kepada

pemampuan manusia atau kelompok sebagai aktor dalam memilih berbagai sumber yang ada,

untuk kemajuan demi mencapai tujuannya. Untuk melakukan pilihan yang tepat itu, haruslah

dilakukan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, dimana

pengetahuan ini didapatkan secara akumulatif. Bisa melalui pengetahuan lewat teman-teman,

informasi dan sebagainya. Dalam hubungan meraih keuntungan maksimal antara individu dan

kelompok, ada dua kondisi yang bisa diungkap oleh teori pilihan rasional, yakni ketika

pemikiran individu yang digunakan oleh kelompok dan pada saat pemikiran atau tindakan

kelompok atau korporat ditujukan untuk mencapai keuntungan bersama (lihat pembahasan Suka

Arjawa, 2014: 53).

Dalam konteks desa atau desa pakraman menghadapi penerapan Undang Undang No. 6

Tahun 2014, maka untuk dapat menjalankan amanat undang-undang ini yang berupa

kemandirian dan memberdayakan segala sumber daya yang ada, tidak lain dengan cara

mengenali sumber daya yang dimilikinya, kemudian memilih dari sumber daya tersebut untuk

dimaksimalkan manfaatnya agar dapat mencapai tujuan bersama. Penelitian ini membantu

mengenalkan dan menggali potensi sumber daya manusia yang ada di desa tersebut, dan

Page 7: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

kemudian memberikan pemahaman tentang manfaat dan upaya untuk memaksimalkan

pemberdayaan sumber daya tersebut.

Pemaknaan dan Pengertian tentang Desa

Ada berbagai pengertian tentang desa, termasuk juga pemahamannya. Pada Undang-

Undang Desa (UU No. 6 Tahun 2014), yang dimaksudkan dengan desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusann pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Republik Indonesia. Disini tidak disebutkan secara jelas apakah desa mempunyai karakter

masyarakat yang berbeda apabila dikaitkan dengan budayanya atau apabila dibandingkan dengan

masyarakat yang ada di kota. Dengan demikian, komunitas masyarakat yang ada di kota pun

dapat disebut dengan desa apabila sesuai dengan pengertian diatas.

Di Bali, kelompok desa ada dua, dan dalam hubungan dengan lahirnya Undang Undang

No. 6 tahun 2014 ini, sering memicu kontroversi. Dua desa itu adalah desa dinas, yang disebut

dengan keperbekelan atau kelurahan dan desa pakraman. Desa dinas ini mempunyai hubungan

dengan pemerintah dan fungsi adminsitratif (Windya, Sudantra, 2006: 40). Sedangkan desa

pakraman berhubungan dengan hal budaya dan keagamaan. Desa pakraman yang sebelumnya

disebut dengan desa adat, mempunyai kaitan dengan tradisi yang ada di Bali. Apabila dikaitkan

dengan sejarah munculnya Khayangan Tiga di Bali, desa pakraman itu lebih banyak mengatur

tentang persoalan agama dan stabilitas sosial. Munculnya Khayangan Tiga tidak lain merupakan

strategi sosial politik dari Mpu Kuturan, yang mungkin mempunyai hubungan untuk

mengendalikan perbedaan pendapat, dan mengendalikan konflik pada abad ke-11, saat mana

pada waktu itu Bali mempunyai banyak sekte. Kemungkinan banyak sekte ini memunculkan

konflik.

Dalam konteks literatur-literatur sosiologi, pengertian desa lain lagi. Desa merupakan

komunitas masyarakat yang mempunyai cara hidup gotong royong lebih tinggi dibanding

masyarakat kota. Desa mempunyai kontak sosial yang lebih tinggi, dengan sifat keguyuban lebih

tinggi kalau dibandingkan dengan masyarakat kota. Pengertian yang lebih ekstrim tentang desa

menyebutkan bahwa desa sebuah wilayah dengan anggota masyarakatnya melakukan aktivitas

kehidupan mayoritas pada bidang pertnian, dengan hewan yang masih berkeliaran baik di ladang

Page 8: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

maupun di halaman rumah. Secara sosiologis, ada beberapa hal penting terlihat di dalam

pengertian ini, yaitu adanya dikotomi antara desa dengan kota, lebih melihat pada kondisi

masyarakat, baik perilaku maupun pekerjaan dalam menjalankan kehidupan sosial sehari-hari .

Beberapa Pertimbangan dalam Pembangunan Desa

Dengan demikian, dalam hal membicarakan soal desa demi pembangunan negara, yang

harus digarisbawahi adalah campuran antara pengertian yang ditetapkan pada undang Undang

No. 6 Tahun 2014 dengan berbagai pengertian yang ada dalam terminologi sosiologi, termasuk

juga dengan pengertian desa yang ada di Bali

Pertama adalah posisi atau letak geografis desa tersebut. Mempertimbangkan posisi desa

ini penting karena akan menentukan bagaimana potensi yang dimiliki desa tersebut dalam

hubungannya dengan pembangunan masa depan. Dalam pengertian desa seperti yang tercantum

dalam undang-undang, maka dimungkinkan desa itu ada di perkotaan. Juga dalam pengertian

desa pakraman di Bali. Desa pakraman ini tidak mengenal pembatasan antara desa dengan kota.

Contohnya adalah Desa Pakraman Kota Tabanan, di Kabupaten Tabanan, Bali. Kota Tabanan

mempunyau tiga tempat persembahyangan yang disebut Khayangan Tiga. Itulah yang membuat

kota ini disebut dengan Desa Pakraman Kota Tabanan. Memperhitungkan posisi geografis desa

itu akan memberikan pilihan serta perencanaan sosial yang penting untuk membangun masa

depan. Misalnya, apabila desa pakraman itu ada di kota, pembiayaan pembangunan bisa

dilakukan dengan memungut sumbangan pada kompleks pertokoan, menyewakan tanah untuk

aktivitas ekonomi, sumbangan parkir, masyarakat yang membangun ekonomi berbasisikan

aktivitas kota dan sebagainya. Tetapi bagi desa yang berasal dekat dengan pegunungan,

pembangunan masyatakat desa tersebut dapat dilakukan melalui pertanian atau upaya jasa

pariwisata pegunungan.

Kedua, identitas dan karakter desa tersebut. Salah satu pengertian dari desa seperti yang

diutarakan undang-undang adalah hal ketradisionalan dan asal-usul masyarakat. Karakter ini

penting untuk mengembangkan pembangunan. Desa tradisional mempunyai karakter condong

mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada di dalam desa tersebut. Banyak wilayah di Indonesia

mempertahankan nilai tradisi ini seperti di Batak, Minangkabau, Lampung dan lainnya

(Wulansari, 2012: 15). Bukan tidak mungkin dalam kehidupan sehari-hari mereka berpatokan

kepada nilai-nilai tradisi tersebut. Dengan konteks seperti ini, baik lokasinya ada di kota maupun

Page 9: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

jauh dari perkotaan, nilai-nilaii tradisi akan menjadi patokan dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Untuk mengembangkan pembangunan masyarakatnya, mau tidak mau harus bertitik tolak pada

cara pandang tradisi tersebut. Artinya apakah tradisi itu disederhanakan demi memberikan

kesempatan kepada pembangunan lainnya di luar tradisi, atau justru memanfaatkan tradisi

tersebut untuk pembangunan. Misalnya masyarakat Tenganan mengijinkan tradisi Perang Pandan

untuk ditonton oleh masyarakat luar. Dengan dibolehkannya tradisi itu ditonton, maka ada

potensi biaya untuk melakukan pembangunan di dalam masyarakatnya itu. Jika asal-usul desa

tersebut berasal dari pembentukan desa baru, misalnya di daerah transmigrasi, maka lebih mudah

untuk membangun pola-pola perencanaan untuk kesejahteraan. Desa seperti ini relatif mudah

untuk mengarahkan pembangunan karena berasal dari masyarakat multietnik yang memadukan

berbagai pemikiran yang ada.

Ketiga, pengertian desa juga menekankan tentang karakter individu atau kelompok di

desa tersebut. Desa pada hakekatnya adalah kumpulan individu dan kelompok, yang masing-

masing mempunyai karakter, sifat dan pembawaan. Sedangkan sebagai komunitas, pembangunan

di desa memerlukan kesepakatan atau persetujuan mayoritas. Persetujuan ini sangat memerlukan

pemikiran-pemikiran positif yang berasal dari berbagai perpaduan pemikiran yang ada. Desa

yang individunya mempunyai karakter keras, suka memprotes atau sok tahu, persaingan internal

yang tinggi, akan sulit mencapai kesepakatan untuk membangun. Perencanaan sosial

pembangunan memerlukan diskusi intelektual untuk menetapkan prioritas. Sebaliknya, desa

yang mempunyai karakter masyarakat toleran, entah didasari oleh nilai-nilai intelektual atau

toleransi, akan lebih mudah melakukan kesepakatan membuat prioritas.

Keempat, yang tidak dapat diabaikan adalah peran tokoh. Terutama di Indonesia (apalagi

di jaman Orde Baru), tokoh desa merupakan faktor utama penggerak pembangunan. Tokoh itu

dapat berupa tetua, intelektual atau mereka-mereka yang mempunyai sifat-sifat positif yang

mampu memberikan pengarahan kepada pembangunan desa.

Ragam Sumberdaya yang Ada

Dalam perkembangannya, di lapangan ternyata cukup banyak sumber daya yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal. Yang pertama adalah adanya bendungan. Di

Kecamatan Kerambitan, ada yang disebut dengan Embung Telaga Tunjung. Bendungan ini ada

di Desa Timpag yang pemanfaatannya bisa beragam seperti pariwisata, usaha perikanan,

Page 10: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

pembangkit listrik, sampai dengan sumber daya untuk mengairi persawahan. Tujuan utamanya

adalah demi mengairi persawahan yang ada di wilayah Kerambitan. Tetapi hal lain yang bisa

dimanfaatkan dari bendungan ini adalah untuk kebutuhan seperti yang disebutkan diatas. Akan

tetapi, sampai saat ini bendungan ini hanya dimanfaatkan untuk pertanian saja. Tidak ada pihak

swasta yang terlibat di dalam upaya pengembangan sumber daya tersebut. Demikian juga,

organisasi tradisional di Bali, seperti misalnya desa pakraman, tidak berusaha untuk

mengembangkan kawasan ini menjadi potensi pariwisata. Usaha pengembangan ikan juga tidak

dilakukan.

Kecamatan Kerambitan, sebagian menjadi wilayah yang ditembus oleh jalan raya utama

poros Jawa-Bali. Pemanfaatan jalur ini untuk mengembangkan potensi sudah dilakukan. Apabila

dilihat dari seluruh potensi yang ada di kecamatan ini, jalur ini yang baru dimanfaatkan oleh

masyarakat secara maksimal. Ukuran maksimal ini sesuai dengan kemampuan masyarakat di

sekitar wilayah tersebut, seperti misalnya usaha dengan pertokoan dengan segala jenis. Termasuk

juga disini dengan berbagai usaha di luar pertokoan seperti membuka koperasi, perbengkelan,

dan jasa perbangkan. Akan tetapi, masih belum mampu memberikan pengembangan maksimal

pada bidang pendidikan dan pengembangan keterampilan seperti kursus dan sejenisnya. Sebagai

daerah yang berada di jalur utama jalan raya antar pulau dan antar propinsi, seharusnya daerah

ini mampu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas

keterampilan atau keilmuannya. Ini yang masih belum kelihatan di wilayah Kerambitan.

Disamping itu, desa-desa dan banjar yang ada di Kecamatan Kerambitan telah

dihubungkan dengan jalan lebar yang mampu dilewati oleh kendaraan roda empat. Namun

demikian, ada dua jalur yang menghubungkan antara jalan utama menuju Kerambitan di bagian

selatan, masih tidak terawat. Seharusnya ini menjadi perhatian karena infrastruktur jalan ini

menjadi kunci utama keberhasilan ekonomi di pedalaman. Dua jalur itu adalah dari Meliling

menuju Kerambitan dan dari Mandung menuju Kerambitan selatan. Jika jalan ini dperbaiki dan

mendapat perhatian baik, jalur pengangkutan sarana ekonomi dari dan menuju Kerambitan

menjadi lanacar.

Sudah menjadi pemandangan umum, bahwa di jaman sekarang jumlah sarjana

membengkak sampai ke desa-desa. Demikian pula halnya dengan sarjana yang ada di Kecamatan

Kerambitan. Sarjana ini masih banyak belum dimanfaatkan secara baik untuk mengembangkan

segala potensi yang ada. Banyak yang kemudian membiarkan diri mereka bekerja yang tidak

Page 11: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

memanfaatkan kesarjanannya secara maksimal, seperti menjadi perantara penjual tanah atau

menjadi pengantar anak ke sekolah.

Salah satu aset yang harus diperhatikan dengan baik adalah sumber air. Di Kecamatan

Kerambitan ada cukup banyak sumber air. Misalnya di wilayah Banjar Penyalin, Banjar

Samsam, Selingsing, Lumajang, Meliling dan lainnya yang sampai sekarang masih mengalir

lancar. Seharusnya aset ini dapat dimanfaatkan secara ekonomis, yaitu untuk membuat air

kemasan. Sumber air ini dapat saja direkaysana dengan teknik tertentu sehingga menyamai

produksi air kemasan lainnya.

Kecamatan Kerambitan seluruhnya sudah dialiri oleh aliran listrik. Ini menjadi potensi

yang sangat penting untuk dapat mengembangkan sumber daya yang ada. Tenaga listrik tersebut

dapat membangkitkan segala macam keperluan sosial sekarang. Karena itu, dipadukan dengan

suasana pedesaan yang masih sejuk serta tempat lokasi ruang yang masih luas, daerah ini dapat

dipakai untuk mengembangkan usaha. Apabila hotel telah banyak di Kabupaten Badung, di

Kecamatan Kerambitan bisa dikembangkan usaha yang mendukung pariwisata non-hotel.

Misalnya dengan pariwisata kuliner tradisional. Dengan ruang yang luas, masyarakat dapat

mengembangkan usaha berupa praktik membuat masakan tradisionil dengan langsung dapat

dilihat oleh turis. Usaha ini dikembangkan dengan kesenian-kesenian tradisionil yang masih ada,

seperti misalnya penari tektekan sampai dengan barong. Upaya tersebut akan dapat dilakukan

secara lebih baik, dengan dukung tenaga listrik, misalnya apabila memerlukan visualisasi film,

atau penerangan yang tinggi.

Disamping itu, upaya ini tidak terlalu jauh dari pusat perhotelan di Badung karena jarak

kecamatan ini relatif dekat, yaitu kurang lebih ditempuh satu jam kendaraan dari kota Denpasar

dan dari wilayah Kuta.

Strategi Pemberdayaan Desa

Sumber daya di desa sesungguhnya cukup banyak. Berkisar dari yang sifatnya tidak

kelihatan, sampai dengan yang tampak secara kasat mata. Semangat gotong royong, nilai-nilai

tradisional, lokasi geografis yang strategis sampai dengan kekayaan tanah yang dimiliki oleh

desa menjadi sumber daya desa tersebut. Yang penjadi pekerjaan rumah bagi desa adalah

bagaimana memberdayaan dari sumber daya yang ada. Disini diperlukan perencanaan yang baik

demi pemantapan masa depan sebuah organisasi (Fathoni, 2009: 99). Sebab bagaimanapun, desa

Page 12: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

adalah sebuah orgaanisasi juga. Pemberdayaan dalam hal ini dapat disebut sebagai upaya

memaksimalkan manfaat dari segala potensi tersebut agar mampu memberikan keuntungan dan

manfaat bagi warga dan orang lain. Tujuannya, bukan sekedar menambah penghasilan tetapi juga

menjadi lahan hidup dari masyarakat setempat.

Ada beberapa strategi pemberdayaan yang mesti dilakukan, yang secara konseptual mesti

diperhatikan oleh aparat desa. Yang pertama, tentu saja melatih aparat desa agar berdaya. Sikap

profesional, merupakan tujuan. Tetapi pada masa awal, aparat desa harus mampu

menerjemahkan apa yang dimaksudkan seperti yang tertera dalam peraturan dan perundangan,

tetapi juga sekaligus mengerti bagaimana kondisi sosial. Jadi, aparat desa pada tahap awal ini

mesti dapat membuat kebijakan terhadap pekerjaannya. Kebijakan itu adalah membuat

keputusan antara apa yang dimaksud antara peraturan dengan kondisi sosial. Ini merupakan jalan

tengah. Sekaligus juga memberi pendidikan dan keterangan kepada masyarakat bahwa

keputusannya itu merupakan kebijakan sehingga apabila pada hari berikutnya, harus dipahami

kebijakan tersebut tidak akan dikeluarkan. Sebagai pejabat yang berada paling bawah dan

langsung bersentuhan dengan masyarakat, aparat desa mesti banyak belajar, berdiskusi tentang

persoalan-persoalan desa yang dihadapi. Pemerintah, dalam hal ini, harus mampu memahami

posisi aparat desa itu sehingga mempersiapkan dana dan langkah untuk meningkatkan

kemampaun aparat desa. Paling bagus, lulusan aparat desa itu paling kurang diploma atau

mereka yang telah mempunyai pengalaman organisasi sekurang-kurangnya lima tahun.

Kedua, terhadap masyarakat, harus diubah mental masyarakat tentang cara menjalani

kehidupan. Dalam hal pekerjaan, sejarah masyarakat Indonesia boleh dikatakan ironis karena

sangat dipengaruhi oleh tradisi feodal kerajaan. Dalam arti anggota masyarakat yang berhasil

masuk bekerja pada kelompok istana, dipandang telah “bekerja” dan mapan dengan

pekerjaannya itu sampai akhir hayat. Secara sosial, mereka yang bekerja di kalangan istana juga

mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Di masa kemerdekaan, orientasi istana itu

bergeser menuju pemerintah. Di sini, pemerintahlah yang dipandang sebagai “kerajaan dan

istana”. Anggota masyarakat yang berhasil menjadi pegawai pemerintah, dipandang mempunyai

pekerjaan mapan dan mampu menjamin sampai akhir hayat. Dana pensiun yang didapatkan para

pegawai pemerintah, dipandang sebagai salah satu jaminan yang membuat kemapanan itu terjadi.

Seperti juga pada masa kerajaan, pegawai pemerintah mendapat status kedudukan lebih tinggi di

masyarakat, apalagi mempunyai seragam khusus sebagaii pegawai negeri.

Page 13: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

Harus diakui bahwa sampai dekade tujuhpuluhan atau pertengahan dekade

delapanpuluhan, menjadi pegawai pemerintah cenderung lebih mudah. Faktor krisis politik G 30

S juga mempengaruhi hal itu karena banyak pegawai negeri sipil yang hilang pada saat krisis

politik tersebut. Ini yang membuat menjadi pegawai negeri pada waktu itu lebih mudah.

Akan tetapi, fenomena yang terjadi sejak paruh kedua dekade delapanpuluhan,

kondisinya sudah berbeda. Masuknya investasi asing dan terbatsanya dana pemerintah, serta

semakin bertambahnya penduduk, membuat upaya menjadi pegawai pemerintah menjadi

semakin berkurang, dan banyak anggota masyarakat yang masuk diserap oleh perusahan swasta,

sebagian berbasis investor asing. Akan tetapi, fenomena “bekerja” ikut orang atau bekerja di

kantor, tetap menjadi orientasi masyarakat. Padahal, mulai pertengahan dekade sembilanpuluhan,

fenomena globalisasi yang memperkenalkan berbagai macam informasi itu, memungkinkan

masyarakat untuk bekerja secara mandiri. Bekerja mandiri ini mengeksplorasi keterampilan

yang dimiliki, mendukungnya dengan hasil pendidikan yang didapatkan di sekolah, baik sekolah

menengah maupun perguruan tinggi dan kemudian memadukan dengan ketekunan yang dimiliki.

Inilah yang tidak dimiliki oleh masyarakat Indonesia sekarang, padahal potensi yang dimiliki

melimpah-ruah. Sumber daya itu ada di desa.

Karena itu, desa sekarang harus mampu mengubah orientasi bekerja itu, dari yang bekerja

ikut orang atau masuk kantor, menuju bekerja mandiri dengan mengkreasi dan berkarya untuk

itu. Basis keterampilan yang dimiliki masyarakat harus diketahui oleh keluarga dan desa

menyediakan sarana untuk mengembangkan bakat tersebut. Atau paling tidak desa mampu

menjadi fasilitator untuk menjadi perantara antara desa dengan pemerintah untuk

mengembangkan bakat anggota masyarakatnya. Sebagai lokasi paling dekat dengan sumber

daya (alam) yang ada, maka desa merupakan pusat untuk mengembangkan bakat, keterampilan

untuk mengolah dan mamanfaatkan sumber daya alam yang ada di desa. Tempat yang paling

bagus untuk mewujudkan maksimalisasi keterampilan itu adalah di desa, dengan segala sumber

daya alam yang dimilikinya.

Ketiga, menyederhanakan upacara dan ritual agama. Di Bali, tradisi ritual agama sangat

kuat dan telah turun-menurun dipraktikkan. Fenomena ini membuat ritual itu dipandang sebagai

kebiasaan, kemudian pada akhirnya menjadi kebudayaan. Bahkan ritual tersebut nyaris

dipandang sebagai agama itu sendiri. Karena tradisi ini sudah turun-temurun, wajar apabila

kemudian dipandang sebagai agam itu sendiri. Karena itu wajar pula mengubah tradisi tersebut

Page 14: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

sangat sulit. Padahal, kalau dilihat dari perbincangan umum pada masyarakat lapis bawah, yaitu

yang ada di desa, banyak yang merasa keberatan dengan banyaknya ritual tersebut. Paling tidak

hal itu kelihatan dari kalimat-kalimat yang meluncur dari mereka. Misalnya ada yang

mengatakan sibuk ada ritual di kampung sehingga tidak dapat bekerja, atau sulit naik jabatan

karena tidak dapat kosentrasi di kantor, atau kelelahan bahkan sakit karena berhari-hari bekerja

ritual. Atau malah yang paling ironis adalah menjual tanah hanya karena ritual agama. Keluhan-

keluhan ini juga wajar karena ritual yang diselenggarakan itu menyita tenaga, waktu dan biaya.

Padahal, untuk mencapai target maksimal dalam menjalankan kehidupan ini, tenaga, waktu dan

biaya itu sangat penting. Memaksimalkan potensi sumber daya desa seperti yang dicanangkan

dalam Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tersebut, juga memerlukan kosentrasi tinggi yang

artinya memerlukan tenaga, waktu dan biaya. Bahkan juga ruangan. Karena itu diperlukan

pemikiran serius untuk meyediakan tenaga, waktu, biaya dan ruang itu demi mencapai amanat

yang digaariskan dalam undang-undang tersebut. Karena itu penyederhaaan upacara ini

diperlukan, dan secara pelan-pelan mesti diperkenalkan kepada masyarakat desa.

Apabila dilihat dari sejarahnya, upaya penyederhanaan upacara dalam agama Hindu di

Bali, sesungguhnya dimungkinkan. Pemahaman harus dimulai dari sehajar penyederhanaan

sekte-sekte agama yang ada di Bali abad ke-11 (sekitar tahun 1039), oleh Mpu Kuturan. Konon

pada saat itu di Bali ada belasan sekte, yang mungkin saling konflik atau tidak harmonis. Atau

memang Mpu Kuturan yang datang dari Jawa Timur ingin menyederhanakan kehidupan agama

di Bali. Karena itulah kemudian, belasan sekte tersebut disederhanakan menjadi tiga, yang

masing-masing menyembah Tuhan sebagai pencipta yaitu Brahma, sebagai pemelihara yaitu

Wisnu dan sebagai pemranila yaitu Siwa (Tohjaya, 1991) Inilah simbolik Tuhan sebagai

kekuatan saktinya. Mungkin juga sebagai representasi dari keseluruhan sekte yang ada di Bali

pada saat itu sehingga merasa terwakili agar tidak menimbulkan konflik. Karena itu, demi

mencegah konflik yang ada dari tingkat keluarga sampai tingkat masyarakat, dibuatlah tiga

tempat sembahyang itu di tempat keluarga sampai tingkat masyarakat. Kemungkinan pada

waktu itu, satu keluarga, anggota-anggotanya menganut sekte yang berbeda.

Maka, pada tingkat keluarga dibuatkan rong tiga atau disebut kemulan yang berasal dari

kata “mula” menjadi “kemulaan”, yaitu asal manusia yang diciptakan oleh Brahma lalu

dipelihara oleh Wisnu dan kemudian dilebur lagi oleh Siwa. Pada tingkat masyarakat dibuatkan

tempat sembahyang yang disebut dengan Pura Desa untuk menyembah Brahma, pura Puseh untk

Page 15: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

menyembah Wisnu dan Pura Dalem untuk menyembah Siwa. Ketika pura ini semestinya berada

di dalam satu kompleks karena keseluruhan pura itu merupakan simbolis manifestasi saktinya

Tuhan. Ketiganya disebut Khayangan Tiga. Untuk lebih menyederhanakan lagi, Brahma itu

disembolkan sebagai api, yang dikesankan sebagai warna merah. Wisnu itu sebagai pemelihara

dipandang layaknya sebagai air. Kumpulan air dalam jumlah banyak itu, warnanya gelap. Maka,

disimbolkanlah warna hitam untuk Wisnu. Dan Siwa sebagai pelebur dipandang sebagai

panguasa alam semesta. Warna alam semesta itu, seperti halnya kita lihat di siang hari dengan

cahaya matahari, disimbolkan putih. Maka Siwa disimbolkan putih. Jadi, warna Merah, Hitam,

Putih, tidak lain adalah Brahma, Wisnu, Siwa. Penyederhanaan yang lain lagi adalah soal wujud

dari api, air dan alam semesta itu. Karena api itu lancip ketika hidup, maka ada juga dimbol

lancip dalam upacara seperti kojong. Karena air itu datar, maka simbol dalam upacara adalah

wujud yang datar seperti pada ceper, dan karena alam semesta itu bulat, maka ada juga simbol

bulat dalam sarana upakara, seperti kue matahari atau sirat atau bisa juga kelapa. Lebih

sederhana dari itu, adalah bentuk padma yang tidak lain merupakan perwujudan singasana

Tuhan, Sang Hyang Widhi. Brahma, Wisnu, Siwa; Pura Desa, Puseh, Dalem; rong tiga;

Kemulan, Merah, Hitam, Putih; Lancip, Datar, Bulat, dan Padma, sesungguhnya mempunyai

makna, yaitu manifestasi kekuatan Tuhan.

Jadi begitu sederhananya Hindu yang ada di Bali yang sudah diciptakan sejak abad ke-

11. Maka ketika melihat benang tridatu (trimurti) itulah simbol Tuhan dan sesungguhnya sudah

cukup itu melakat pada jiwa kita. Ketika melihat porosan, yang juga dihiasi warna merah hitam

putih, itu saja sudah cukup sebagai simbol Tuhan. Juga apabila melihat pelangkiran, ini

merupakan simbolisasi Tuhan yang tunggal Pelangkiran adalah “penggalan” bagian atas dari

Padma. Juga ketika melihat daksina, juga simbolisasi Tuhan. Itu saja sesungguhnya sudah cukup

dipakai upacara.

Kalau boleh dibandingkan, malah sudah amat sederhana dari praktik Hindu yang ada di

India. Karena Tuhan Maha Tahu, dan maha segalanya maka sesungguhnya dengan mencakupkan

tangan saja sudah cukup untuk bersembahyang. Maka, boleh dikatakan inti dari simbolisiasi

upacara Hindu di Bali itu seperti yang diungkapkan diatas tadi. Bahwa kemudian ada kerumitan

dan kompleksitas ritual yang diselenggarakan sekarang, yang boleh dikatakan menyita waktu,

tenaga, dana dan ruangan, harusnya menjadi bahan kajian, perenungan dan langkah-langkah

Page 16: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

baru. Inti simbolisasi Hindu ada pada Brahma, Wisnu, Siwa dengan simbolisasi lain seperti yang

diungkapkan diatas. Hal lain di luar itu, layaknya dapat sebagai kebudayaan.

Pemikiran untuk menyederhanakan ritual upacara agama ini sebaiknya menjadi fokus

dalam kerangka pelaksanaan undang-undang desa ini. Penyederhaan itu demi memberikan

waktu, tenaga, dana serta ruang yang lebih banyak untuk membangkitkan dan memberdayakan

sumber daya desa. Para pendeta dan intelektual agama mempunyai tugas utama untuk hal ini.

Masyarakat juga harus mampu memberikan pandangan kritis.

Kesimpulan

Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, mempunyai sumber daya besar untuk

dikembangkan demi pembangunan desa. Di wilayah tersebut, sarana jalan sudah cukup untuk

menghubungkan antara satu desa dengan desa lain. Adanya sarana ini akan memudahkan

kerjasama antar desa untuk mengembangkan potensi yang ada. Sarana jalan juga berkualitas

baik, meskipun ditemui sebagian kecil jalan yang masih rusak dan belum beraspal. Jarak

kecamatan ini dengan ibukota propinsi dan pusat pariwisata juga tidaka jauh sehingga

memungkinkan bagi masyarakat untuk melakukan aktifitas yang berkaitan dengan pariwisata.

Jakar itu sekitar satu setengah jam. Posisi sebagian kecamatan di wilayah jalan utama Jawa-Bali

juga membuat masyarakat berpotensi mengembangkan usahanya. Kecamatan ini masih

mempunyai desa yang sejuk, wilayah yang luas serta berbagai kearifan lokal yang dapat

dikembangkan untuk topangan hidup.

Strategi yang perlu dikembangkan adalah dengan mendidik sumber daya manusianya,

seperti memperdalam pengetahuan bagi mereka yang telah mempunyai keterampilan, mendidik

aparatur desa, baik desa pakraman maupun desa dinas agar mampu melakukan pelayanan secara

lebih baik. Pendampingan oleh pemerintah juga perlu. Ini merupakan strategi agar masyarakat

dapat mengetahui sumber daya yang dimilikinya. Para pendamping ini bukan saja mereka yang

bergelar sarjana tetapi juga yang mempunyai keterampilan untuk menularkannya kepada

masyarakat.

Ritual yang terlalu besar serta biaya yang tinggi segera ditekan dan harus ada pembaruan

dalam melakukan ritual agama. Tujuannya bukan saja untuk mengirit biaya dan mampu

membelokkan biaya tersebut untuk menggali dan mengembangkan sumber daya tetapi juga

Page 17: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

menyediakan waktu yang lebih banyak untuk mengembangkan sumber daya yang ada. Ritual

agama di Bali masih terlalu banyak memakan biaya dan waktu, padahal sesungguhnya dapat

disederhanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Bryman, Alan, 2004, Social Research Methods, Great Britain, Oxford University Press

Catur Utama, Fransisca Romana, 2014, “Pemberdayaan dan Pemanfaatan Teknologi yangMencerdaskan Masyarakat, dalam Menuju Teknologi Transkomunitas, Supraja, Muhamad(ed.), 2014, UGM, Lingkar Studi Mikrososiologi.

Fathoni, Abdurrahmat, 2009, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung,Rineka Cipta

Mellor, Philip, A., 2000, “Rationali Choice or Sacred Contagion? ‘Rationality Non-Rationalityand Religion” dalam Social Compas, 47 (2).

Ritzer, George, Nurhadi (Pen.), 2011, Teori Sosiologi: Dari Teori Klasik sampai PerkembanganMutakhir Teori Sosial Postmodern, Bantul, Kreasi Wacana

Tohjaya, I Nyoman Gde Bendesa, 1991, Riwayat Mpu Kuturan, Denpasar, Ria

Windya, Wayan P., 2014, Hukum Adat Bali: Aneka Kasus dan Penylesaiannya, Denpasar,Udayana University Press

Windya, I Wayan P., Sudantra Ketut, 2006, Pengantar Hukum Ada Bali, Denpasar, fakultasHukum Universitas Udayana

Wulansari, Dewi, 2012, Hukum Adat Indonesia: Suatu Pengantar, Bandung, Rafika Aditama

Tulisan di Jurnal Ilmiah

Sarman, Mukhtar, 1997, “Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Pelajaran dariProgram IDT, dalam Prisma, 1, Januari 1997

Suka Arjawa, GPB, 2014, “Pilihan Rasional di Balik Pembebasan Corby”, dalam Global danStrategis, Th. 8, No. 1, Januari-Juni 2014.

Page 18: IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN · PDF filedengan pelita, yaitu Pembangunan ... dengan simbol sila kelima sebagai padi dan kapas ... Orde Lama lebih banyak mempertimbangkan

Suparlan, Parsudi, 1991, “Struktur Perkotaan dan Kehidupan Hunian Liar”, dalam Jurnal Ilmu-ilmu Sosial 1, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Perundang-Undangan dan Peraturan

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undng No 6Tahun 2014 tentang Desa

Catatan:

Untuk simbol lancip, datar serta bulat dalam pemahaman simbolik Brahma, Wisnu, Siwa, berasaldari diskusi dengan I Gusti Ketut Widana, dosen, penulis masalah agama Hindu, IHD, Denpasar.Selanjutnya, kojong, ceper dan jajan matahari serta jajan yang bulat di dalam perlengkapanbanten masyarakat Hindu di Bali, merupakan penafsiran penulis atas simbolik lancip, datar danbulat tersebut.