ID - PMR - JOURNAL - OCTOBER · Paris Agreement adalah kesepakatan dimana negara berkembang juga...
Transcript of ID - PMR - JOURNAL - OCTOBER · Paris Agreement adalah kesepakatan dimana negara berkembang juga...
NEWSLETTER PMR INDONES IA VOL 2 | OKTOBER 2017
Partisipasi PMR Indonesia pada acara The 6th Expo Indo EBTKE ConEX 2017
Diskusi Panel : Implementasi Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi
Focus Group Discussion : Penyusunan Sistem MRV emisi GRK sektor pembangkit
Hubungi kami : PMR Project Management Unit (PMU) Wisma BSG Jl. Abdul Muis No. 40 , 3A fl. Jakarta 10160 P. +62 21 38900994 F. +62 21 21201769 www.pmr-indonesia.org
Diskusi Awal Dalam Rangka Penyusunan profil Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Sistem MRV untuk Sektor Industri
Dalam edisi ini :
Diskusi Awal Dalam Rangka Penyusunan profil Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Sistem MRV untuk Sektor Industri
18 September 2017 - Beberapa pertemuan kelompok kerja industri telah
dilaksanakan sejak bulan April 2017 dengan mengundang direktorat
sektoral (dari Kementerian Perindustrian) serta perwakilan dari asosiasi
industri. Pada tanggal 18-20 Juli 2017 telah dilakukan pertemuan pemba-
hasan : (1) Persiapan pengembangan profil emisi GRK dan pengembangan
sistem MRV di Sektor Pembangkit dan Industri; (2) Pembahasan rencana
kerja untuk pengembangan profil emisi GRK dan pengembangan sistem
MRV.
Telah disepakati bahwa ruang lingkup
kegiatan profiling emisi GRK, baseline
emisi serta kajian abatement cost
curve akan mencakup ke-8 sub-sektor
industri, yaitu: semen, pupuk, pulp dan
kertas, makanan dan minuman, tekstil,
baja, petrokimia, serta keramik,
dengan melihat seluruh sumber emisi
GRK terkait industri (Energi, IPPU, dan
limbah). Ke-8 sub sektor industri akan
menggunakan pendekatan (starting
point) yang sama.
Pengembangan baseline akan
dilakukan di setiap sub sektor dengan
basis data 2010-2016, dengan
menggunakan base year di tahun 2010.
Sehubungan dengan luasnya target
populasi dan kompleksitas
SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION2
Dalam pembukaannya, Bapak Dida Gardera dari Kementerian Perekonomian
menyatakan pentingnya penyusunan profil emisi GRK pada 8 sub sektor
industri dan penyusunan sistem MRV dalam meningkatkan strategi aksi
mitigasi Indonesia. Bapak Lintong Sopandi Hutahaean dari Kementerian
Perindustrian, menyampaikan dukungannya atas inisiatif ini dan apresiasi
kepada para pelaku industri serta asosiasi yang telah turut serta pada
pertemuan ini dan akan turut terlibat secara aktif dalam kegiatan
pengembangan profil emisi dan Sistem MRV untuk sektor industri.
Hadir sebagai Narasumber pada diskusi :
Pertemuan selama 2 hari tersebut telah menghasilkan kesepakatan
langkah kerja dan kesamaan pandang terhadap ruang lingkup kegiatan
pengembangan profil emisi GRK di sektor industri. Pertemuan
selanjutnya dijadwalkan akan dilaksanakan bersamaan dengan kick-off
kegiatan pengembangan profil emisi GRK - pada awal November 2017.
dari sub-sektor industri untuk turut berkomitmen pada studi yang akan dilaksanakan, serta durasi waktu studi
yang sangat singkat (8 bulan), untuk itu pertemuan khusus persiapan ini sangat diperlukan. Pertemuan persiapan
dilaksanakan pada 18-20 September 2017. Tidak hanya persiapan kegiatan, namun pertemuan ini juga bertujuan
untuk memastikan komitmen dari masing-masing stakeholders yang akan terlibat dalam penelitian. Pertemuan
tersebut dihadiri oleh sektor terkait di direktorat dari Kementerian Perindustrian, para ahli dan perwakilan dari
Asosiasi Industri.
Diskusi Panel : Implementasi Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi
14 September 2017 - Instrumen berbasis-pasar
untuk meningkatkan upaya mitigasi perubahan
iklim berfokus pada satu hal, yakni memberikan
nilai ekonomis bagi setiap unit penurunan emisi
alias carbon pricing. Pendekatan ini telah
dilakukan dalam kesepakatan perubahan iklim
sebelum Paris Agreement yaitu Protokol Kyoto.
Dalam Protokol Kyoto, negara maju dapat men-
capai target penurunan emisinya dengan melakukan kegiatan penurunan emisi di negara berkembang melalui
Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM). Dalam periode 2008-2012, Indonesia
telah mempunyai 147 kegiatan penurunan emisi yang terdaftar dalam Mekanisme Pembangunan Bersih/Clean
Development Mechanism (CDM). Proyek-proyek ini telah mengakumulasikan penurunan emisi sebanyak lebih dari 21
juta-ton-setara-karbondioksida dan diperkirakan membawa aliran dana insentif hasil penjualan kredit karbon ke
luar negeri sebanyak USD 50 juta.
Yusman Arullah (Pupuk Sriwijaya - PUSRI, Retno Gumilang Dewi (Institut
Teknologi Bandung), Sunaryo (Industri Tektil), Widiatmini Sih Winanti
(BPPT), Ery Susanto Indrawan dan Lusi Widowati (Asosiasi Semen
Indonesia - ASI), Winda Retna Sari (National Expert - PMR), Edzard Ruehe
(Industry Expert).
Pengalaman ini membuktikan bahwa instrumen berbasis-pasar dapat berfungsi dengan baik untuk memberikan
insentif bagi kegiatan penurunan emisi. Bagi Indonesia, era CDM juga membuka mata bahwa sejatinya upaya
penurunan emisi dapat layak secara ekonomis, bahkan ketika insentif dari CDM sudah tidak ada lagi. Namun
SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION 3
Paris Agreement adalah kesepakatan dimana negara berkembang juga dituntut untuk berkontribusi pada penurunan
emisi global sehingga instrumen berbasis-pasar akan lebih ditekankan untuk bisa memfasilitasi pencapaian target
penurunan emisi di dalam negeri ketimbang menjual hasil penurunan emisinya ke luar negeri. Beberapa negara
berkembang seperti China, Chile, Meksiko, dan Thailand tengah mengembangkan instrumen domestik tersebut guna
mendukung kebijakan penurunan emisi di negaranya masing-masing.
Dibanding negara-negara tersebut di atas, pemahaman atas instrumen berbasis-pasar (IBP) di Indonesia rela-
tif lebih rendah dan terbatas pada IBP sejenis CDM. Oleh karena itu, untuk dapat mempertimbangkan secara
baik penerapan opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim yang berbasis-pasar, pemahaman holistik pemangku
kepentingan terhadap IBP harus ditingkatkan.
.
Untuk itu, PMR Indonesia turut berpartisipasi pada kegiataan 6th IndoEBTKE Conference and Expo dan me-
nyelenggarakan Diskusi Panel dengan tema 'Implementasi IBP dalam upaya Peningkatan Aksi Mitigasi Nasi-
onal' ini dilaksanakan pada 14 September 2017.
Kegiatan ini diikuti oleh anggota Pokja PMR, perwakilan
kementerian/lembaga terkait, dunia usaha dan asosiasi industri.
Harapan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah terjalinnya
pemahaman bersama akan peran instrumen berbasis pasar dalam
mendorong mitigasi perubahan iklim, dapat pemahaman bersama
mengenai beberapa kebijakan yang dapat didukung penerapan
instrumen berbasis pasar.
Pada kesempatan ini turut memberikan paparan yaitu, Bapak Dida
Gardera (Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian), Bapak Lintong Hutaheaan (Kepala
Pusat Pengembangan dan Penelitian Industri Hijau dan Lingkungan
Hidup, Kementerian Perindustrian), Bapak Achmad Gunawan (Direktur
Mobilisasi Sumber daya Sektoral dan Regional, Ditjen Pengendalian
Perubahan Iklim, KLHK), Bapak Benhur L. Tobing (Kepala Subdit
Perlindungan Lingkungan Ketenagalistrikan, Direktorat Teknis dan
Lingkungan Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM).
Bapak Dida Gardera dalam pembukaannya menyampaikan,
dalam upaya penurunan emisi, kemampuan pemerintah
terbatas sehingga dibutuhkan dukungan swasta terutama
dalam pelaksanaan pasar. Indonesia telah memiliki
pengalaman dalam mengembangkan CDM sejak tahun 2005.
Belajar dari pengalaman CDM, dimana instrument berbasis
pasar tersebut dapat menjadi sebuah policy tool untuk
mendukung mitigasi perubahan iklim. Melalui program PMR,
Indonesia mendapatkan dukungan dalam mengembangkan
kapasitas instrumen berbasis pasar di Indonesia.
Pembicara berikutnya, Bapak Lintong Hutaheaan
menyampaikan 'Green Industry Standard as a Tool to Improve
Clean Energy Use'. Dalam presentasinya, Bapak Lintong
memaparkan mengenai standar industri hijau untuk mendukung
pemanfaatan energi bersih di Indonesia. Sejalan dengan
Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2015 tentang Rencana
Umum Pengembangan Industri Nasional, industri hijau sudah
SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION4
menjadi prioritas dalam pengembangan industri di
Indonesia. Pengembangan program ini nantinya akan
mendorong pihak industri untuk meningkatkan efisiensi dan
berhubungan dengan daya saing industri itu sendiri.
Bapak Benhur dari Kementerian ESDM, dalam presentasinya
menyampaikan mengenai pengembangan program dari sektor
pembangkit dalam mendukung penurunan emisi GRK. Sebagai
bagian dari kebijakan nasional, pemerintah Indonesia telah
menetapkan beberapa program yang diharapkan dapat
memenuhi permintaakan listrik nasional serta turut mendukung
pengurangan emisi GRK (khususnya untuk sektor pembangkit.
Perwakilan dari KLHK, Bapak Achmad Gunawan menyampai-
kan mengenai Means of Implementation NDC Implementation,
bahwa Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement (PA) me-
Partisipasi PMR Indonesia pada acara The 6th Expo Indo EBTKE ConEX 2017
13 September 2017 - Baik pembangkit tenaga listrik dan
industri merupakan konsumen utama untuk energi. Masalah ini
menjadi lebih penting setelah Intended Nationally Determined
Contribution (INDC) untuk mitigasi perubahan iklim ke
UNFCCC dimana negara tersebut menyatakan partisipasinya
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% di
bawah tingkat BAU pada tahun 2030 dengan menggunakan,
antara lain, konservasi energi dan promosi sumber energi
bersih dan terbarukan.
Baik pembangkit tenaga listrik dan industri merupakan
konsumen utama untuk energi. Masalah ini menjadi lebih
penting setelah Intended Nationally Determined Contribution
(INDC) untuk mitigasi perubahan iklim ke UNFCCC dimana
negara tersebut menyatakan partisipasinya untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca sebesar 29% di bawah tingkat BAU pada
Tidak semua pengambil keputusan kesepahaman mengenai tujuan dari implementasi aksi mitigasi perubahan iklim.
Dengan memberikan beberapa contoh yang ada, dimana keuntungan dari sisi ekonomi serta sosial politik yang
mampu menyelaraskan serta mendorong pengambil keputusan untuk turut mendukung aksi mitigasi perubahan iklim.
Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik terhadap isu perubahan iklim untuk dapat mendukung aksi mitigasi
perubahan iklim sangat diperlukan.
lalui UU No. 16 Tahun 2016. Dengan adanya ratifikasi ini, maka setiap parties memiliki kewajiban untuk menurunkan
emisi GRK, termasuk Indonesia. Indonesia, melalui NDC, telah menetapkan komitmen penurunan emisi sebesar 29%
dengan upaya domestik dan 41% apabila ada dukungan internasional. Untuk mendukung implementasi NDC,
dibutuhkan dukungan pendanaan yang bisa berasal dari APBN, dukungan internasional, atau non-parties
stakeholders. Selain itu, mekanisme pendanaan untuk perubahan iklim ini juga dapat berasal dari carbon market.
tahun 2030 dengan menggunakan, antara lain, konservasi energi dan promosi sumber energi bersih dan terbarukan.
SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION
Tema tahun ini “Renewable Energy is a Solution for Energy Security and Paris Agreement” acara ini akan
menampilkan topik, isu, produk, peluang bisnis di Indonesia, juga menampilkan sumber daya terbarukan dan
konservasi energi.
5
Extensive social promotion dalam hal ini sangatlah penting. Untuk instrumen berbasis pasar (IBP), pemahamannya
relatif lebih rendah dan terbatas. Oleh karena itu, untuk dapat mempertimbangkan dengan baik dan benar
pemilihan opsi kebijakan implementasi IBP mitigasi perubahan iklim, pemahaman holistik pemangku kepentingan IBP
harus ditingkatkan. Untuk itu, PMR Indonesia bersama dengan dua Program UNDP lainnya (Market Transformation
through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in the Energy Sector - MTR3, Strategic
Planning and Action to strengthen climate Resilience of Communities - SPARC) turut berpartisipasi bersama the 6th
Indonesia EBTKE ConEx 2017 dan menyelenggarakan Panel Diskusi dengan tema MBI Implementation in Promoting
the National Mitigation Actions - pada 14 September 2017.
The 6th Indonesia EBTKE ConEx 2017 in conjunction with
Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2017, adalah kegiatan
yang terbesar untuk energi baru dan terbarukan di
Indonesia, dan diresmikan oleh pemerintah Republik
Indonesia - Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian
ESDM bersama Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia
(METI); Acara ini dilaksanakan pada 13-15 September
2017, Program pada kegiatan tersebut terdiri dari;
conference, exhibition, training dan student visit.
Tiga Program di bawah Unit Lingkungan UNDP, PMR, MTRE3, dan SPARC, berbagi dalam satu promotion-booth.
Melalui booth ini, ketiga program tersebut menampilkan, menyebarkan, dan mensosialisasikan program dan
kegiatan yang dilakukan. Presentasi video tentang PMR, Carbon Market, dan lain-lain. Turut menampilkan, poster,
flyers dan display brosur yang juga disampaikan kepada pengunjung.
Expo yang dilaksanakan selama tiga hari tersebut cukup mendapatkan
perhatian dikalangan Pemerintah, stakeholder serta Private Sector
dibidang Energi.
Focus Group Discussion : Penyusunan Sistem MRV emisi GRK sektor pembangkit
6 September 2017 - Sistem MRV untuk emisi GRK sangat penting
untuk mencapai komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi gas
rumah kaca pengukuran dan pemantauan diperlukan untuk meng-
identifikasi emisi tren, menentukan dimana upaya pengurangan
emisi harus difokuskan, dan pantau perkem-bangannya. Pelaporan
dan verifikasi penting untuk memastikan prinsip keterbukaan, tata
kelola, hasil yang dapat dipercaya, akuntabel, dan memastikan
bahwa keterlibatan semua sumber telah dilaksanakan secara
efektif. Dalam persiapan pengembangan pedoman MRV disektor
pembangkit tenaga listrik, Direktorat Jenderal Listrik menilai perlu
untuk melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan me-
ngundang pemangku kepentingan dan ahli terkait. FGD diadakan
pada tanggal 6 September 2017, dan pembahasan secara rinci
tentang alat dan protokol untuk perhitungan dan pelaporan emisi
GRK sektoral untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagai forum
untuk berdiskusi dan sharing knowledge terkait dengan inventory
Sektor GRK dan MRV sistem yang digunakan pada CDM.
Rapat teknis dipimpin oleh Mr. Munir Ahmad (Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan - ESDM), Bapak
Dida Gardera (Direktur Pelestarian Lingkungan Hidup - Kemenko Perekonomian). Bapak Munir menyatakan bahwa
sub-sektor listrik memiliki target yang berat di dalam NDC Indonesia, dimana harus mengurangi emisi GRK sebesar
314 juta ton CO2 atau 11% dari total 29% pengurangan emisi yang ditargetkan secara nasional pada tahun 2030.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menentukan key points yang memungkinkan tercapainya
pengurangan emisi secara efektif. Ini berarti upaya mitigasi yang dilakukan mampu mencapai pengurangan emisi
secara besar dengan biaya yang cukup rendah. Untuk bisa mengukur upaya pencapaian target pengurangan emisi
dari subsektor listrik memerlukan sistem MRV yang kredibel. Ada beberapa pilihan tindakan yang bisa dilakukan,
seperti menggunakan sistem yang telah berjalan di Clean Development Mechanism (CDM) atau penyempurnaan
sistem pencatatan yang saat ini digunakan oleh ESDM (dikelola oleh Pusdatin). Sementara itu, Pak Dida Gardera
menyatakan bahwa target pengurangan emisi Indonesia sebesar 26% / 41% sangat ambisius. Kemampuan
pemerintah untuk mencapai target ini sangat terbatas. Peran dari sektor swasta perlu ditingkatkan. Pengem-
bangan instrumen berbasis pasar adalah salah satu cara yang dianggap efektif membuka pintu keterlibatan sektor
swasta. Beberapa negara seperti Cina, Cile, Meksiko dan Thailand sedang mengembangkan instrumen dalam
negeri untuk mendukung kebijakan pengurangan emisi di negara masing-masing. Dibandingkan dengan negara -
negara di atas, pemahaman tentang instrumen berbasis pasar (IBP) di Indonesia relatif rendah dan terbatas pada
IBP seperti CDM. Oleh karena itu, untuk mempertimbangkan dengan tepat implementasi opsi kebijakan untuk
mitigasi perubahan iklim yang berbasis pasar, pemahaman holistik pemangku kepentingan IBP harus ditingkatkan.
SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION
Diskusi teknis tersebut mengundang Bapak Ucok WR
Siagian (ahli dari ITB), yang berbagi pengetahuan dan
informasi dan peran pengembangan sistem MRV emisi
sub-sektor dalam mendukung inventarisasi emisi di
sektor energi. Beliau juga menjelaskan tentang protokol
penghitungan emisi gas rumah kaca dan pelajaran yang
dipetik dari implementasi MRV untuk pembangkit
tenaga listrik di negara lain. Pak Suyono (dari Data
dan Pusat Informasi ESDM), yang berbagi tentang
proses inventarisasi dan pelaporan sektor GRK di
Kementerian ESDM, dan menginfor-masikan kepada
semua peserta mengenai status Keputusan Menteri
tentang persediaan sektor energi GRK. FGD diakhiri
dengan sharing session dan lesson learned dari PT.
Indonesia Power, PLTU Suralaya, dan PT. Java Power
pada perhitungan & pelaporan emisi GRK. Diikuti
dengan sharing session dari PT. Mutuagung Lestari
dalam prosedur verifikasi emisi gas rumah kaca di
Indonesia sesuai dengan SNI ISO 14064-1.
MITRA KERJA
6