ICH
description
Transcript of ICH
LAPORAN KASUS
ILMU PENYAKIT SARAF
“STROKE HEMORAGIK”
Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Tugurejo Semarang
Pembimbing Klinik: dr. Noorjanah Pujiastuti, Sp.S
Disusun Oleh:
Alifia Assyifa
H2A010002
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 20141
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus : Stroke Hemoragik
Nama Mahasiswa : Alifia Assyifa
NIM : H2A010002
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny Suti
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Tambak Harjo Semarang
No CM : 458354
Dirawat di ruang : Alamanda
Tanggal masuk RS : 1 Oktober 2014
2
DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif Tanggal No Masalah Tidak
Aktif
Tanggal
1.
2.
3.
4.
Lemah anggota
gerak kiri
Wajah perot ke
kanan
Bicara pelo
Hipertensi grade I
1-10-2014
I. SUBJEKTIF
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2014, pukul 15.00 WIB di bangsal Alamanda RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keluhan Utama : Lemah anggota gerak kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
o Lokasi : Lengan dan tungkai kiri
o Onset : Mendadak sesaat setelah bangun tidur
o Kualitas : Lengan dan tungkai kiri kaku tidak bisa
digerakkan
o Kuantitas : Aktivitas sehari-hari dibantu oleh anak dan
cucu pasien
o Kronologi : Keluhan pasien muncul saat bangun tidur
pagi ketika hendak ke kamar mandi, tiba-
tiba pasien merasakan nyeri kepala hebat
kemudian dirasakan anggota gerak sebelah
kiri terasa kaku dan tidak bisa digerakkan.
Pasien dibantu oleh keluarganya dibawa ke
RSUD Tugurejo Semarang.
3
o Faktor memperberat : -
o Faktor memperingan : -
o Gejala penyerta : Sakit kepala (+), mual (+), muntah (-),
penurunan kesadaran (-), pandangan kabur
(-), kejang (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
o Riwayat Hipertensi : diakui, sejak 2 tahun yang lalu dan
tidak terkontrol
o Riwayat DM : disangkal
o Riwayat Penyakit jantung : disangkal
o Riwayat Stroke : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
o Riwayat Hipertensi : disangkal
o Riwayat DM : disangkal
o Riwayat Penyakit jantung : disangkal
o Riwayat Stroke : disangkal
5. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Pribadi
Pasien bekerja sebagai pedagang, hidup dengan anak dan cucunya.
Kesan ekonomi : kurang
II. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari senin, 6 Oktober 2014, pukul 15.15
WIB
1. Status Present
KU : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
GCS: E4 M6 V5 = 15
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 85 kali/menit4
RR :20 kali/menit
Suhu : 36,70C
2. Status Internus
Kepala :Mesosefal, luka (-)
Mata :Pupil bulat isokor 2,5mm/2,5mm, reflek pupil direk
(+/+), reflek pupil indirek (+/+), konjungtiva
anemis (-/-)
Hidung :Nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga :Sekret (-)
Mulut :Bibir kering (-), bibir sianosis (-), sudut mulut
tampak tertarik ke arah kanan
Leher :Pembesaran kelenjar imfe (-), kaku kuduk (-)
Thorax
Paru
Paru depan Paru belakang
Inspeksi
Statis
Dinamis
Normochest, simetris, kelainan kulit (-/-), sudut arcus costa dalam batas normal, ICS dalam batas normal
Pengembangan pernafasan paru Normal
Normochest, simetris, kelainan kulit (-/-)
Pengembangan pernapasan paru normal
Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-), ICS dalam batas normal, taktil fremitus dalam batas normal
Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-), ICS dalam batas normal, taktil fremitus dalam batas normal
Perkusi
Kanan
Kiri
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikuler, ronki Suara dasar veskuler, ronki 5
(-/-), wheezing (-/-) (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial mid-clavikula sinistra
Auskultasi : Regular
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di
sekitar
Auskultasi : Bising usus 10 kali/menit
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+)
normal, pekak alih (-), nyeri ketok ginjal
dextra/sinistra (-)
6
Palpasi : Nyeri tekan epigastrum (-), Tidak teraba
pembesaran organ
3. Status Psikis
Tingkah laku : Dalam batas normal
Perasaan Hati : Dalam batas normal
Cara Berpikir : Dalam batas normal
Daya Ingat : Dalam batas normal
Kecerdasan : Kesan cukup
4. Status Neurologi
A. Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS) Kanan Kiri
Daya pembau Normosmia Normosmia
N II. (OPTIKUS) Kanan Kiri
Daya penglihatan
Fundus Okuli
Lapang penglihatan
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N III.
(OKULOMOTORIUS)
Kanan Kiri
Reflek cahaya langsung
Gerak mata ke atas
Gerak mata ke bawah
Gerak mata media
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Diplopia
(+)
(+)
(+)
(+)
2,5 mm
Bulat, isokor
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
2,5 mm
Bulat, isokor
(-)
N IV. (TROKHLEARIS) Kanan Kiri7
Gerak mata lateral bawah
Diplopia
(+)
(-)
(+)
(-)
N V. (TRIGEMINUS) Kanan Kiri
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas
Reflek kornea
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N VI. (ABDUSEN) Kanan Kiri
Gerak mata ke lateral
Diplopia
(+)
(-)
(+)
(-)
N VII. (FASIALIS) Kanan Kiri
Mengerutkan dahi
Mengangkat alis
Menutup mata
Lipatan nasolabia
Sudut mulut
Memperlihatkan gigi
Senyum
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Lebih rendah
Lebih rendah
Lebih rendah
N VIII. (AKUSTIKUS) Kanan Kiri
Mendengar suara (+) (+)
Penurunan pendengaran (-) (-)
NIX.
(GLOSOFARINGEUS)
Simetris
Di tengah
Arkus faring
Uvula
8
Sengau
Tersedak
(-)(-)
N X. (VAGUS)
(+)
(+)
Bersuara
Menelan
N XI. (AKSESORIUS) Kanan Kiri
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
Sikap bahu
Trofi otot bahu
(+)
(+)
Normal
Eutrofi
(+)
(+)
Normal
Eutrofi
N XII. (HIPOGLOSUS)
Normal
Normal
Kurang jelas
(-)
Miring ke kanan
Pergerakan lidah
Kekuatan lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
BADAN DAN ANGGOTA GERAK
1. BADAN
Motorik
Respirasi : 20 kali/menit
Duduk : Dalam batas normal
Bentuk kolumna vertebra : Dalam batas normal
Pergerakan kolumna vertebra : Dalam batas normal
Sensibilitas
Taktil : Dalam batas normal
Nyeri : Dalam batas normal
9
Thermi : Tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : Dalam batas normal
Sensibilitas posisi : Dalam batas normal
Reflek
Reflek kulit perut atas : Tidak dilakukan
Reflek kulit perut tengah : Tidak dilakukan
Reflek kulit perut bawah : Tidak dilakukan
Reflek kremaster : Tidak dilakukan
2. ANGGOTA GERAK ATAS
Motorik Kanan Kiri
Inspeksi : Normal Normal
Palpasi : Normal Normal
Pergerakan : Normal Terbatas
Kekuatan : 5 4
Tonus : Eutoni Hipertoni
Trofi : Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Taktil : + +
Nyeri : + +
Thermi : Tidak dilakukan
Sensibilitas stereognosis : + +
Diskriminasi 2 titik : + +
Sensibilitas gramestesi : + +
Sensibilitas barognosis : + +
Sensibilitas posisi : + +
Sensibilitas vibrasi : Tidak dilakukan
Reflek fisiologis
Biseps : + +
Triceps : + +
10
Radius : + +
Ulna : + +
Reflek Patologis
Reflek Trommer : - -
Reflek Hoffman : - -
3. ANGGOTA GERAK BAWAH
Motorik
Inspeksi : Normal Normal
Palpasi : Normal Normal
Pergerakan : Normal Terbatas
Kekuatan : 5 4
Tonus : Eutoni Hipertoni
Trofi : Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Taktil : + Menurun
Nyeri : + +
Thermi : Tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : + +
Sensibilitas posisi : + +
Reflek Fisiologis
Patella : + +
Achiles : + +
Reflek Patologis
Babinski : - +
Chaddock : - +
Oppenheim : - -
Gordon : - -
Schaeffer : - -
Gonda : - -
11
Mandel-Bechtrew : - -
Rossolimo : - -
Pemeriksaan Klonus
Klonus paha/ lutut : - -
Klonus kaki : - -
PEMERIKSAAN OTONOM DAN FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
KOORDINASI, LANGKAH DAN KESEIMBANGAN
Ataksia : Tidak dilakukan
Tes Romberg : Tidak dilakukan
Gaya berjalan : Tidak dilakukan
Tes disdiadokhokinesis : Tidak dilakukan
Tes Fenomen Rebound : Tidak dilakukan
Tes Dismetria : Tidak dilakukan
GERAKAN-GERAKAN ABNORMAL
Tremor : -
Atetosis : -
Mioklonus : -
Khorea : -
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-scan kepala tanpa kontras
I. RINGKASAN
Seorang wanita usia 56 tahun datang dengan keluhan lemah anggota
gerak kiri secara mendadak. Keluhan muncul tiba-tiba sesaat setelah
bangun tidur pagi. Sebelumnya pasien merasakan nyeri kepala hebat yang
disertai mual namun tidak sampai muntah. Anggota gerak kiri pasien
dirasakan kaku sehingga tidak bisa digerakkan. Pasien baru pertama kali
12
sakit seperti ini. Riwayat hipertensi diakui sejak 2 tahun yang lalu dan
tidak terkontrol.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, sudut
mulut ke arah kanan, bicara pelo, gerakan anggota gerak kiri terbatas, skor
kekuatan 4, hipertoni, sensibilitas taktil menurun dan reflek patologis
anggota gerak kiri positif.
Siriraj Stroke Score
Kesadaran = 2,5 x 0 = 0
Muntah = 2 x 0 = 0
Nyeri kepala = 2 x1 = 2
Diatolik = 0,1 x 90 = 9
Ateroma = -3 x 1 = 0
Konstanta = -12 Skor SSS = -1
Suspek Stroke Non Hemoragik
Algoritme Gajah Mada
Penurunan kesadaran : (-)
Nyeri kepala : (+)
R. babinski : (+)
Suspek Stroke Hemoragik
II. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparesis sinistra spastika
Paresis N.VII dan N. XII sinistra sentral
Diagnosis Topis : Suspek hemisfer serebri dekstra
Diagnosis Etiologi : Suspek stroke hemoragik
DD/ Suspek Stroke non hemoragik
III. RENCANA AWAL
Masalah : - Hemiparesis sinistra spastika
- Paresis N. VII, N. XII sinistra sentral
- Hipertensi grade I
13
Assesment
Diagnostik : CT scan kepala tanpa kontras
Terapi : infuse RL 20 tpm
Injeksi Citikolin 2x250 mg iv
Asam tranexamat 3x500 mg
Amitriptilin 1x10 mg
Captopril 3x25 mg
Edukasi :
o Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang
diderita
o Menyarankan kepada pasien untuk rawat inap dan bed rest total
o Menyarankan kepada keluarga pasien untuk mengawasi pasien
dalam minum obat secara teratur
o Mengedukasi untuk diet rendah garam
o Menyarankan untuk fisioterapi
IV. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
14
STROKE
A. Definisi Stroke
Menurut WHO, stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Menurut Chandra B, stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) timbul gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu.
B. Klasifikasi Stroke
Menurut National Institute of Neurological Disorder and Stroke (NINDS),
stroke berdasarkan etiologinya adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan serebral
2. Perdarahan sub arachnoid
3. Perdarahan intracranial oleh karena AVM (Arteriovenous Malformation)
4. Infark serebri
Perdarahan serebral, perdarahan sub arachnoid dan perdarahan intracranial
oleh karena AVM digolongkan kedalam kelompok stroke hemoragik sedangkan
infark serebri disebut stroke non hemoragik.
Berdasarkan perjalanan klinisnya dari definisi stroke non hemoragik dapat
dikelompokkan menjadi :
1. TIA (Transcient Ischemic Attack)
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
3. Progresing stroke atau stroke in evolution
4. Completed stroke
15
Berdasarkan Vaskularisasi di otak, stroke dapat dibagi berdasarkan sistem
pembuluh darah otak yang terkena yaitu:
1. Sistem Carotis
2. Sistem Vertebrobasilar
C. Faktor Resiko
Faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang memungkinkan untuk terjadi stroke
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Herediter
d. Ras / etnik
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :
a. Riwayat stroke
b. Hipertensi
c. Penyakit jantung
d. DM
e. TIA
f. Hiperkolesterol
g. Penggunaan kontrasepsi oral
h. Obesitas
i. Merokok
j. Peninggian kadar fibrinogen
D. Patofisiologi
Secara garis besar mekanisme gangguan peredaran darah otak yang akan
menimbulkan keadaan-keadaan iskemia, infark atau pun perdarahan dapat terjadi
melalui empat cara yaitu:
1. Penyumbatan pembuluh darah oleh trombus atau embolus
2. Robeknya dinding pembuluh darah
16
3. Penyakit-penyakit dinding pembuluh darah
4. Gangguan susunan normal komponen darah
E. STROKE HEMORAGIK
Perdarahan Intra Serebral ( PIS )
Secara umum gejala klinik PIS yang timbul adalah merupakan akibat dari
adanya akumulasi darah di dalam parenkim otak. Biasanya disertai dengan
penurunan kesadaran yang bervariasi dalam derajatnya, tergantung dari lokasi dan
besarnya perdarahan. Dua pertiga pasien mengalami koma.
Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik.
Keadaan ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil,
terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam basal
ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi lemah,
sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi lapisan
media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma
Charcot-Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi pembuluh darah yang mensuplai
pons dan serebelum. Rupturnya satu dari pembuluh darah yang lemah
menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak
Pada pasien dengan tekanan darah normal dan pasien usia tua, PIS dapat
disebabkan adanya cerebral amyloid angiopathy (CAA). Keadaan ini disebabkan
adanya akumulasi protein β-amyloid didalam dinding arteri leptomeningen dan
kortikal yang berukuran kecil dan sedang. Penumpukan protein β-amyloid ini
menggantikan kolagen dan elemen-elemen kontraktil, menyebabkan arteri
menjadi rapuh dan lemah, yang memudahkan terjadinya resiko ruptur spontan.
Berkurangnya elemen-elemen kontraktil disertai vasokonstriksi dapat
menimbulkan perdarahan masif, dan dapat meluas ke dalam ventrikel atau ruang
subdural. Selanjutnya, berkurangnya kontraktilitas menimbulkan kecenderungan
perdarahan di kemudian hari. Hal ini memiliki hubungan yang signifikan antara
17
apolipoprotein E4 dengan perdarahan serebral yang berhubungan dengan amyloid
angiopathy.
Suatu malformasi angiomatous (arteriovenous malformation/AVM) pada
otak dapat ruptur dan menimbulkan perdarahan intraserebral tipe lobular.
Gangguan aliran venous karena stenosis atau oklusi dari aliran vena akan
meningkatkan terjadinya perdarahan dari suatu AVM.
Terapi antikoagulan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan
intraserebral, terutama pada pasien-pasien dengan trombosis vena, emboli paru,
penyakit serebrovaskular dengan transient ischemic attack (TIA) atau katub
jantung prostetik. antikoagulan lain seperti heparin, trombolitik dan aspirin
meningkatkan resiko PIS. Penggunaan trornbolitik setelah infark miokard sering
diikuti terjadinya PIS pada beberapa ribu pasien tiap tahunnya.
Computed Tomography (CT- scan) merupakan pemeriksaan paling sensitif
untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang
dalam 24 jam untuk menilai stabilitas. Bedah emergensi dengan mengeluarkan
massa darah diindikasikan pada pasien sadar yang mengalami peningkatan
volume perdarahan. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan
perdarahan intraserebral dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan.
Perubahan gambaran MRI tergantung stadium disolusi hemoglobin-
oksihemoglobin-deoksihemogtobin-methemoglobin-ferritin dan hemosiderin.
Perdarahan Sub Arachnoid ( PSA )
Perdarahan sub arachnoid primer atau spontan disebabkan oleh perdarahan
arterial non traumatic kedalam ruang sub arachnoid di sekeliling otak. Gejala dan
tanda yang timbul antara lain adalah sebagai berikut :
- Sakit kepala mendadak
- Kaku kuduk
- Penurunan kesadaran mulai dari mengantuk sampai koma
- Peresis nervus okulomotorius
- Anisokorisasi pupil
- Pada funduskopi ditemukan perdarahan retina
18
Secara klinis terdapat penggolongan PSA menurut Hunt & Hess yaitu :
Derajat I : asimtomatik atau sakit kepala minimal atau kaku kuduk
Derajat II : sakit kepala lebih hebat dan kaku kuduk
Derajat III : mengantuk atau bingung, mungkin disertai hemiparesis
ringan.
Derajat IV : stupor dalam, mungkin disertai hemiparesis sedang-berat,
reaksi awal deserebrasi
Derajat V : koma dalam
Secara singkat perbedaan antara PIS dan PSA adalah seperti tertera di
bawah ini :
STROKE NON HEMORAGIK
F. STROKE NON HEMORAGIK
Definisi Stroke non Hemoragik atau Stroke Infark adalah tanda klinis disfungsi
atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak
sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Caplan,
2000).
Stroke non Hemoragik atau Stroke Iskemik dapat disebabkan oleh
1. Trombosis otak
Sebagian kasus Stroke non Hemoragik disebabkan oleh trombosis otak
(75-80 %). Trombosis adalah obstruksi aliran darah yang terjadi karena proses
oklusi pada satu pembuluh darah lokal atau lebih.
Trombosis otak umumnya terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami artherosklerosis yang mula-mula akan menyempitkan lumen
pembuluh darah (stenosis) dan kemudian dapat berkembang menjadi
sumbatan (oklusi) yang menyebabkan terjadinya infark.
19
Faktor resiko yang memegang peranan terjadinya aterosklerosis adalah:
1. Hipertensi 3. Hiperlipidemia 5. Merokok 7. Kurang
gerak
2. DM 4. Hiperuricemia 6. Stress 8. Hipotiroidi
2. Emboli Otak
Emboli adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem
vaskuler dan tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade
aliran darah. Penyebab emboli otak pada umumnya berhubungan dengan
kelainan kardiovaskuler antara lain :
1. Fibrilasi atrial 4. Penyakit jantung rematik
2. Penyakit katub jantung 5. Lepasnya plak aterosklerosis
3. Infark miokard pembuluh darah besar in/eks kra
3. Pengurangan perfusi sistemik umum
Pengurangan perfusi sistemik bisa mengakibatkan iskemik. Hal ini
dapat disebabkan karena
1. Kegagalan pompa jantung
2. Proses perdarahan yang masif
3. Hipovolemik
Infark Serebri Berdasarkan Perjalanan Klinisnya dapat dibagi menjadi:
1. TIA ( Transient Ischemic Attack)
Pada TIA ini gejala neurologis yang timbul akan cepat menghilang,
berlangsung dalam beberapa menit sampai sehari penuh. TIA didefinisikan
sebagai suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya kurang
dari 24 jam dan disebabkan oleh trombus atau emboli. Gejala klinis TIA dapat
dibedakan dari sumber alirannya yaitu sistem karotis atau sistem
vertebrobasilaris (1,2,10).
a. TIA yang disebabkan gangguan sistem karotis, gejalanya :
- Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri
(amaurosis fugax).
20
- Kelumpuhan lengan atau tungkai atau keduanya pada sisi yang sama.
- Defisit sensorik atau motorik pada wajah saja, wajah dan lengan atau
tungkai saja secara unilateral.
- Kesulitan untuk mengerti bahasa dan atau berbicara (afasia).
- Pemakaian kata-kata yang salah atau diubah.
b. TIA yang disebabkan gangguan sistem vertebrobasilaris, gejalanya :
- Vertigo dengan atau tanpa diserta nausea dan atau muntah (terutama
bila disertai dengan diplopia, disfagi, atau disartri).
- Mendadak tidak stabil.
- Unilateral atau bilateral gangguan visual, motorik atau sensorik.
- Hemianopsia homonim.
- Drop attack.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit)
Seperti pada TIA, gejala neurologis yang ada pada RIND, juga akan
menghilang antara 24 jam sampai 21 hari. Jika pada TIA dokter jarang
menyaksikan sendiri sehingga diagnosis ditegakkan berdasar riwayat dari
pasien, maka pada RIND besar kemungkinan dokter masih dapat mengamati.
3. Progressing Stroke
Pada keadaan ini kelainan yang ada masih terus berkembang ke arah
yang lebih berat. Diagnosis stroke ditegakkan pada saat awal dengan
mengamati langsung perkembangannya, atau saat akhir dimana diambil dari
riwayat penyakitnya.
4. Completed Stroke.
Completed stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang ada
sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi. Kelainan neurologis yang
muncul bermacam-macam tergantung daerah otak yang mengalami lesi.
F.Perbedaan antara stroke hemoragik dan non hemoragik
Untuk membedakan antara Stroke non Hemoragik dan Stroke Hemoragik
sangat mudah jika tersedia alat pemeriksan pencitraan CT Scan (Compurerized
21
Tomography) yang merupakan pemeriksaan baku emas. Karena alat tersebut
hanya dijumpai di kota besar maka perlu dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan klinis neurologis secara teliti.
Membedakan antara Stroke non Hemoragik dan Stroke Hemoragik sangat
penting karena menyangkut prognosisnya. Stroke Hemoragik angka
mortalitasnya sangat tinggi sedangkan Stroke non Hemoragik / Infark lebih
rendah. Karena itu kecepatan dan ketepatan dalam membedakan kedua jenis
stroke ini sangat penting.
Bila kita menemui kasus yang benar stroke, langkah selanjutnya adalah
menetapkan stroke tersebut hemoragis atau non hemoragis.
Untuk mebedakan antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan
I. ANAMNESA
II. PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGIS
III. ALGORITMA DENGAN SKOR STROKE
IV. PEMERIKSAAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU
Berikut adalah tabel perbedaan antara stroke hemoragik dan non
hemoragik berdasarkan anamnesa :
Seringkali sebelum kelumpuhan anggota badan sesisi terjadi, pasien sudah
mendapat peringatan atau warning terlebih dahulu misalnya rasa kesemutan pada
wajah sesisi yang berlangsung hanya beberapa menit saja. Kesemutan tersebut
sebenarnya adalah serangan TIA (Transient Ischemic Attack) yang merupakan
salah satu faktor resiko stroke.
Gejala lain seperti nyeri kepala, muntah, kejang, kesadaran menurun
merupakan manifestasi adanya tekanan intra kranial meningkat. Pada Stroke
22
Hemoragik gejala tersebut muncul sejak awal onset sedangkan pada Stroke Infark
gejala baru muncul setelah beberapa hari dan bersifat minimal.
Pemeriksaan klinis neurologis
Pada pemeriksan ini dicari tanda-tanda yang muncul, bila dibandigkan
keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tanda ( sign ) Stroke hemoragik Stroke infark
Bradikardi ++ (dari awal ) +- ( hari ke-4 )
Udem papil Sering + -
Kaku kuduk + -
Kernig sign ++ -
Bila CT Scan tidak ada maka untuk membantu diagnosis secara praktis telah
dikembangkan suatu patokan / algoritma stroke yaitu dapat menggunakan:
Penetapan jenis stroke berdasarkan Algoritme Stroke Gajah Mada
23
Penetapan jenis stroke berdasarkan Sitroke Siriraj Skor
Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu:
a. funduskopi
b. arteriografi
c. CT Scan
d. MRI
e. TCD
24
Penatalaksanaan
Pada stroke hemoragik dengan tekanan darah yang sangat tinggi ( sistole >220
dan diastol >120 mmhg ) harus diturunkan sedini dan secepat mungkin, untuk
membatasi pembentukan edem vasogenik akibat robeknya sawar darah otak pada
daerah iskemi sekitar perdarahan.
Penurunan tekanan darah menurunkan resiko perdarahan ulang atau perdarahan
yang terus menerus.
- Penderita harus istirahat total, paling sedikit 4 minggu, agar proliferasi
fibroblastik dan penyembuhan luka pembuluh darah lebih baik.
- Tekanan rongga tengkorak diturunkan dengan :
Memberikan deksametason dan preparat anti edem
- Mencegah perdarahan ulang dengan menggunakan anti fibrinolitik ( asam
transenamik )
- Mencegah spasme arteri dengan pemberian Nimodipine
- Sedangkan penggunaan neuroprotektor yang dianjurkan adalah citicholin,
sedangkan piracetam jika akan diberikan pelu perhatian khusus
Penggunaan obat parenteral untuk terapi emergensi hipertensi pada stroke akut
seperti dibawah ini :
- Labetolol : terutama untuk kegawatan hipertensi kecuali pada gagal
jantung akut.
- Nikardipin : vasodilatasi perifer tanpa menurunkan aktivitas pompa
jantung.
- Diltiazem : untuk krisis hipertensi
25
Diagram Penatalaksanaan Hipertensi Pada Stroke Akut
Penatalaksanaan Stroke Akut di Unit Gawat Darurat
Di karenakan ”jendela terapi” dari strok hanya 3-6 jam, penatalaksanaan yang
cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir
pengobatan. Hal yang harus dilakukan adalah :
- Stabilisasi pasien
- Pertimbangkan intubasi bila keadaan koma atau gagal napas
- Pasang jalur infus dengan larutan isotonis dengan kecepatan 20 ml/ jam
26
- Berikan oksigen
Penatalaksanaan atau manajemen stroke terdiri dari beberapa fase yang saling
berkaitan dan berurutan yaitu
1. Manajemen umum pada stroke fase akut
a. Menstabilisasi fungsi kardiologis melalui ABC
b. Mencegah infeksi sekunder terutama pada traktus respiratorius dan traktus
urinarius
c. Menjamin nutrisi, cairan, dan elektrolit yang stabil dan optimal
d. Mencegah dekubitus, DVT dan stres ulcer
e. Menilai kemampuan menelan penderita untuk menentukan apakah dapat
diberikan makanan peroral atau dengan NGT
2. Terapi spesifik pada stroke akut
a. Terapi pada stroke iskemik
- terapi reperfusi : hemoreologi, antikoagulan, trombolitik, antiplatelet
- obat-obatan neuroprotektor
b. Terapi pada stroke hemoragik
- obat pengendalian tekanan darah, menurunkan tekanan intra kranial
- obat neuroprotektor
- terapi pembedahan bila diperlukan
3. Rehabilitasi dan perawatan lanjutan
a. Koordinasi rencana terapi multidisipliner untuk meningkatkan kemampuan
fungsional penderita.
b. Edukasi pada penderita dan keluarga
c. Penilaian peralatan/perlengkapan adaptasi yang tepat untuk mobilisasi dan
ADL
d. Konseling psikososial
e. Prevensi stroke ulang
f. Prevensi dan terapi komorbiditas
27
g. Evaluasi pilihan paling aman yang memungkinkan pasien untuk kembali ke
tingkat ke mandirian dalam lingkungan aman.
Melalui : - evaluasi neuromuskuloskeletal
- evaluasi medik umum
- evaluasi fungsional
- evaluasi psikososial dan vokasional
Lampiran
28
Hasil CT- Scan
1. Tampak lesi hipodens pada Nucleus caudatus kanan dan kiri serta korona radiata kanan
2. Tampak lesi hiperdens pada PonsKesan: - Infark pada Nucleus caudatus kanan dan kiri serta Corona radiate
kanan- Perdarahan pada Pons
Hasil laboraturium
Gula Darah Sewaktu >> : 189
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam:
Guideline Stroke 2007. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak.
Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
2. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of
Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
3. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s
Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
4. Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised
edition. New York : Thieme. 2005.
30