ICASEPS WORKING PAPER No. 87 - …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_87_2006.pdf · Hal...

34
ICASEPS WORKING PAPER No. 87 ANALISIS DAYA SAING PRODUK EKSPOR AGROINDUSTRI KOMODITAS BERBASIS KELAPA DI INDONESIA Chairul Muslim November 2006 Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic and Policy Studies) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Transcript of ICASEPS WORKING PAPER No. 87 - …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_87_2006.pdf · Hal...

ICASEPS WORKING PAPER No. 87

ANALISIS DAYA SAING PRODUK EKSPOR AGROINDUSTRI KOMODITAS BERBASIS KELAPA DI INDONESIA

Chairul Muslim

November 2006

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian(Indonesian Center for Agricultural Socio Economic and Policy Studies)Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

1

ANALISIS DAYA SAING PRODUK EKSPOR AGROINDUSTRI KOMODITAS BERBASIS KELAPA DI INDONESIA

Chairul Muslim 1

Abstrak

Indonesia merupakan Negara produsen dan eksportir kelapa terbesar kedua saat ini, dengan pangsa pasar sebesar 18 persen dari produk yang diperdagangkan di pasar dunia. Tetapi dengan pangsa pasar yang rendah itu, Indonesia tidak mampu mempengaruhi harga di pasar dunia. Akibatnya pengembangan produk agroindustri berbasis kelapaberjalan relative lambandan tidak mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara produsen lain. Dengan mengacu uraian diatas tulisan ini bertujuan mengidentifikasi daya saing ekspor produk agroindustri berbasis kelapa baik didalam pasar negeri dan di pasar dunia. Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian “Prospek Pengembangan Agroindustri Dalam Meningkatkan Daya Saing Dan Ekspor Berdasarkan Permintaan Jenis Produk Komoditas Perkebunan Utama” di Sulawesi Utara, Banag Belitung dan Jawa Barat. Selain untuk mengetahui daya saing produk ekspor berbasis kelapa dengan mengukur tingkat keunggulan komparatif dari produk-produk di pasar dunia, dalam penelitian ini sebagai awal untuk mengidentifikasi digunakan pohon Industri kelapa, serta menggunakan metode perhitungan Revealed Comparative Advantage(RCA), Acceleration Rartio (AR), dan Trade Specialization Index (TSI). Dari hasil analisis RCA bahwa Indonesia memiliki nilai RCA yang berbeda disetiap pasar tujuan ekspor, dengan nilai RCA >1. Dan artinya Indonesia terspesialisasi pada produk agroindustri kelapa tersebut. Sedangkan nilai AR Indonesia memiliki daya saing (AR>1), sedangkan hasil dari analisis TSI Indonesia memberikan nilai positif yang berarti terjadi spesialisasi ekspor. Dari analisis tersebut produk kelapa yang dilihat adalah minyak kelapa kasar (CCO), Tepung kelapa (DESCO), Bungkil Kopra, Kopra dan Arang tempurung. Karena produk kelapa yang cukup potensial di pasaran dunia adalah jenis produk tersebut. Untuk produk CCO perkembangan rata-rata ekspor Indonesia selama periode 2000-2004 adalah menempati urutan kedua (390 ribu ton) setelah Phipina (938 ribu ton), serta diikuti Malaysia dan Papua Nugini masing-masing (893 ribu ton dan 88 ribu ton). Sedangkan untuk produk kopra dan arang tempurung Indonesia masing tetap sebagai negara pengekspor terbesar dunia saat ini. Dan jenis produk kelapa lainnya (bungkil kopra dan DESCO) Indonesia masih sebagai negara pengekspor terbesar kedua di dunia. Jadi untuk kedepannya pasar produk agroindustri berbasis kelapa Indonesia tentunya perlu diperhatikan hal-hal yang cukup mendasar yakni perlu meningkatkan harga jual bahan baku kelapa di tingkat petani, melakukan promosi ekspor dalam bentuk diversifikasi negara tujuan, dan tentunya bagi para pengusaha kelapa di Indonesia mampu memenuhi spesifikasi produk yang ditetapkan oleh buyers di negara tujuan.

Kata Kunci ; Analaisis Daya Saing, Ekspor, Jenis Produk Kelapa . Indonesia

1 Peneliti Pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

2

PENDAHULUAN

Produk ekspor komoditas kelapa Indonesia masih lemah dan kelemahan ini

disebabkan oleh tingkat harga yang berfluktuasi dan cenderung menurun. Faktor

tersebut disebabkan oleh: (1) Indonesia merupakan negara kecil (small countries)

dalam perdagangan produk agroindustri di pasar dunia, sehingga hanya berperan

sebagai penerima harga (price taker); (2) Berbagai hasil penelitian menunjukkan

bahwa permintaan terhadap produk agroindustri perkebunan yang dihasilkan

Indonesia bersifat in elastis (Simatupang dan Isdijoso, 1992; Ikhsan, 2000); dan (3)

Meskipun preferensi konsumen terhadap satu produk agroindustri tidak akan

mempengaruhi preferensi konsumen lainnya, tetapi harga ekspor produk

agroindustri perkebunan Indonesia tetap mengalami penurunan.

Malian (2003) mengemukakan bahwa peningkatan ekspor produk

agroindustri Indonesia dengan harga konstan 1993 selama 1983-1997 hanya

sebesar 14,55 persen, sementara produk industri manufaktur sebesar 25,96 persen.

Hal ini disebabkan oleh harga ekspor agregat produk agroindustri yang

dikembangkan Indonesia selama 1983-1997 telah turun dengan laju 2 persen/tahun.

Hasil penelitian ini membenarkan pernyataan Todaro (1997) bahwa saat ini telah

terjadi peningkatan proteksi oleh negara-negara maju, sehingga nilai ekspor produk

agroindustri dari negara-negara berkembang cenderung mengalami stagnasi.

Untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor produk agroindustri berbasis

komoditas perkebunan Indonesia, diperlukan informasi mengenai daya saing dan

permintaan ekspor di pasar tujuan. Masih banyaknya masalah yang dihadapi dalam

ekspor produk agroindustri yang dihasilkan, serta besarnya peran dan peluang

Indonesia untuk meningkatkan ekspor. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan

penulisan makalah ini adalah mengindentifikasi daya saing ekspor produk

agroindustri berbasis kelapa dipasar dalam negeri dan dipasaran dunia.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikaran

Perkembangan ekspor produk industri dari negara-negara sedang

berkembang di Kawasan Asia Pasifik disebabkan oleh perubahan kebijakan

3

perdagangan yang makin export oriented, melalui strategi yang mampu mendorong

pengembangan ekspor (Krugman, 1991). Keberhasilan strategi promosi ekspor ini

dipengaruhi oleh faktor internal (penawaran) yang terkait dengan produksi dan

daya saing dari produk itu, serta dorongan faktor eksternal (permintaan) dari

negara-negara maju.

Untuk mengetahui daya saing produk ekspor berbasis kelapa, diperlukan

identifikasi awal yang mampu mengukur tingkat keunggulan komparatif dari

produk-produk itu di pasar dunia. Untuk itu penggunaan “pohon industri” serta

metode perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Specialization

Index (SI) dipandang cukup memadai. Hasil perhitungan ini selanjutnya dapat

mengklasifikasikan produk agroindustri terpilih dalam produk unggulan ekspor,

produk potensial ekspor, produk potensial substitusi impor, serta produk kurang

potensial untuk diekspor dan kurang potensial untuk substitusi impor. Hasil

klasifikasi ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan pilihan produk agroindustri

yang akan dikembangkan di Indonesia.

Dari data BPS menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara produsen

dan eksportir kelapa terbesar kedua di dunia, dengan pangsa pasar sebesar 18

persen dari produk yang diperdagangkan di pasar dunia (Malian, 2004). Dengan

pangsa pasar yang kecil seperti itu, Indonesia tidak mampu mempengaruhi harga di

pasar dunia. Akibatnya, pengembangan produk agroindustri berbasis komoditas

perkebunan rakyat itu berjalan relatif lamban dan tidak mampu bersaing dengan

produk sejenis di pasar dunia.

Nilai ekspor produk agroindustri berbasis kelapa selama 1983-1997 dalam

bentuk Crude Copra Oil (CCO), bungkil kelapa dan Desiccated Coconut (DESCO)

mengalami kenaikan dengan laju 22,9 persen, 1,5 persen dan 23,32 persen per

tahun (PSE, 1999). Kinerja ekspor produk agroindustri yang berbeda berdasarkan

permintaan jenis produk di pasar dunia ini mencerminkan adanya perbedaan daya

saing komoditas perkebunan rakyat yang dihasilkan petani di Indonesia.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan juga bahwa pengaruh struktural

berupa perubahan impor dari negara mitra dagang juga ikut berperan dalam

menurunkan ekspor produk agroindustri dari negara-negara berkembang (lihat

antara lain Chen dan Duan, 1999). Disamping itu, negara-negara maju kerapkali

4

menerapkan suatu standar tertentu terhadap produk agroindustri yang akan

diimpor, yang umumnya tidak mampu dipenuhi oleh pengusaha di negara-negara

berkembang. Dalam konteks ini, identifikasi terhadap produk agroindustri yang

memiliki daya saing serta evaluasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan ekspor di pasar tujuan menjadi sangat penting.

Analisis Data

Untuk identifikasi awal terhadap daya saing produk agroindustri berbasis

kelapa, dalam hal ini menggunakan metode perhitungan Revealed Comparative

Advantage (RCA), Acceleration Ratio (AR) dan Trade Specialization Index (TSI).

Formula Revealed Comparative Advantage (RCA) adalah:

i jij

jij

iij

ij

ij

X

X

XX

RCA (1)

dimana :

ijX = Ekspor produk agroindustri (i) dari negara produsen (j);

i

ijX = Total ekspor dari negara produsen (j);

j

ijX = Total ekspor produk agroindustri (i) dari seluruh negara produsen;

i j

ijX = Total ekspor negara produsen.

RCA > 1 : negara tersebut terspesialisasi pada produk agroindustri itu, sementara

sebaliknya tidak terspesialisasi.

Formula Acceleration Ratio (AR) adalah:

100

100

iw

ij

TX

TXAR (2)

dimana :

ijTX = Trend ekspor produk agroindustri (i) oleh negara produsen (j) (%);

iwTX = Trend ekspor produk agroindustri (i) dari total ekspor negara produsen (%).

AR > 1 : negara tersebut memiliki daya saing.

5

Sedangkan rumus Trade Specialization Index (TSI) adalah:

n

ii

ii

ii

MX

MXTSI

1

(3)

dimana :n = tahun

X = nilai ekspor produk agroindustri (i);

M = nilai impor produk agroindustri (i).

Dari hasil analisis di atas, selanjutnya ditentukan jenis-jenis produk

agroindustri dengan kategori sebagai berikut:

1. Jenis produk unggulan ekspor;

2. Jenis produk potensial ekspor;

3. Jenis produk potensial substitusi impor;

4. Jenis produk kurang potensial untuk diekspor; dan

5. Jenis produk kurang potensial untuk substitusi impor.

Jenis produk yang termasuk dalam unggulan ekspor (kategori 1) akan

dianalisis secara kuantitatif dengan model-model analisis yang dikembangkan

dalam penelitian ini. Sementara itu, jenis produk potensial ekspor (kategori 2) dan

potensial substitusi impor (kategori 3) hanya dianalisis secara kualitatif

berdasarkan data ekspor dan impor Indonesia.

Lokasi dan Data Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di propinsi Sulawesi Utara. Selain data primer

yang dikumpulkan, penelitian ini lebih memfokuskan pada data sekunder yakni

melalui wawancara langsung dengan aparat dinas setempat. Selain informasi yang

diperoleh juga mengumpulkan data sekunder yang disesuaikan dengan kebutuhan

data untuk analisis daya saing. Data sekunder tersebut dibedakan menurut jenis

produk agroindustri berbasis kelapa.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pohon Industri Kelapa

Kelapa dijuluki sebagai pohon kehidupan, karena apapun yang ada di

pohon kelapa semuanya dapat dimanfaatkan. Khusus untuk bahan baku industri

bagian yang dipergunakan pada pohon kelapa adalah buah dan batangnya. Dari

olahan industri tersebut banyak sekali yang sudah dikomersilkan, antara lain

minyak kelapa, bungkil kelapa, arang tempurung, arang aktif, kelapa parut sampai

meubel, souvenir, dan bahan dasar pembangunan perumahan (Gambar 1).

Untuk ekspor dunia kelapa butiran saat ini, nampaknya Sri Lanka

mempunyai peranan yang sangat penting sebagai negara produsen utama di pasar

dunia. Sementara Indonesia menempati urutan kedua yang diikuti oleh Malaysia.

Untuk jenis produk kopra, justru Filipina yang paling menonjol dan memiliki daya

saing tertinggi di pasar dunia. Negara produsen dan eksportir kopra lainnya adalah

Indonesia, Papua New Guinea dan Sri Lanka.

Jenis produk agroindustri berbasis kelapa lainnya adalah kelapa parut

kering (DESCO). Saat ini Filipina merupakan produsen dan eksportir DESCO

terbesar di pasar dunia, yang diikuti oleh Sri Lanka, Indonesia dan Singapura.

Sementara untuk produk minyak kelapa kasar (CCO), negara produsen yang

memiliki daya saing tertinggi di pasar dunia adalah Filipina dan Indonesia.

Menurut Budianto dan Allorerung (2003), produk agroindustri berbasis

kelapa yang diekspor Indonesia terdiri dari 10 jenis produk, yaitu: kelapa

7

Gambar 1. Pohon Industri Kelapa

Kelapa butiran, kopra, minyak kelapa kasar, bungkil kopra, DESCO, coconut milk,

arang tempurung, karbon aktif, tempurung kelapa dan serat sabut. Produk kelapa

yang diekspor tersebut merupakan produk yang belum diolah (kelapa butiran dan

kopra), sedangkan yang termasuk produk kelapa olahan primer (minyak kelapa,

DESCO, arang tempurung dan serat sabut), serta produk sekunder seperti arang

aktif, dan satu produk sampingan yaitu bungkil kelapa. Sampai saat ini, produk

ekspor tradisional Indonesia adalah minyak kelapa dan bungkil kopra yang

mencapai sekitar 88% dari total ekspor produk agroindustri berbasis kelapa.

8

Produk agroindustri berbasis kelapa yang diekspor Indonesia masih

tergolong produk primer dengan nilai tambah yang rendah. Potensi sumberdaya

kelapa sebenarnya sangat besar dan memungkinkan untuk pengembangan suatu

agribisnis yang kuat, dengan struktur agroindustri yang saling terkait dari hulu

hingga ke hilir. Permintaan produk-produk hilir kelapa pada masa yang akan

datang diduga akan makin meningkat, sebagai konsekuensi dari meningkatnya

kesadaran lingkungan oleh masyarakat internasional. Sebagai contoh, India dan Sri

Lanka mengekspor produk sabut kelapa masing-masing lebih dari 50.000 ton

sampai 127.000 ton pada tahun 2002, sementara Indonesia hanya mampu

mengekspor serat sabut kelapa sekitar 102 ton. Hal ini disebabkan industri kelapa

Indonesia secara umum belum banyak berubah, meskipun dalam dua dekade

terakhir telah berdiri beberapa industri dengan produk non-minyak. Bahkan

industri pengolahan kelapa sekarang lebih mundur dibandingkan dengan beberapa

tahun sebelumnya, karena waktu itu semua produk CCO diproses menjadi minyak

goreng, sabun dan margarine, sementara saat ini hampir seluruhnya diekspor dalam

bentuk CCO dan bungkil kopra.

Arang aktif yang dihasilkan Indonesia sebenarnya memiliki daya saing

yang cukup tinggi, khususnya dari aspek kualitas yang dihasilkan. Kelemahan

utama yang dihadapi Indonesia adalah belum mampu menghasilkan produk

tersebut dalam jumlah yang besar, sehingga produk yang diekspor selama ini

adalah arang mentah atau bahan setengah jadi.

Produksi Produk Agroindustri Berbasis Kelapa Indonesia dan Dunia

Pertanaman kelapa di Indonesia masih memiliki areal yang terluas

dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya, seperti karet dan sawit. Hasil

kajian Budianto dan Allorerung (2003) mengemukakan bahwa tanaman kelapa

memiliki areal seluas 3,7 juta dari 14,2 juta ha aeral perkebunan, atau 26% dari

total areal perkebunan di Indonesia. Areal pertanaman tersebut merupakan usaha

perkebunan rakyat yang dikelola secara monokultur. Kelapa yang dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia mencapai 65% dari total produksi, dan sisanya digunakan

sebagai bahan baku industri. Namun dalam pemenuhan kebutuhan minyak kelapa,

saat ini masih didominasi oleh minyak sawit yang diperkirakan mencapai 9

kg/kapita/tahun.

9

Data BPS memperlihatkan bahwa produksi kelapa nasional selama 15

tahun (tahun 1983-1997) meningkat rata-rata 82.600 ton EKK (ekivalen kopra

kering). Peningkatan produksi ini bersumber dari peningkatan areal dan

produktivitas, dengan kontribusi yang hampir berimbang. Sementara itu, selama

empat tahun terakhir (2000-2003) terlihat bahwa peningkatan produksi yang terjadi

relatif tidak terlalu besar (Tabel 1).

Tabel 1 Produksi kelapa Indonesia menurut daerah produksi utama, 2000-2004

Daerah produksi utama 2000 2001 2002 2003 Rata-rata1. Riau 423,744 512,075 444,797 467,036 461,913

(14,65) (16,95) (14,98) (15,07)

2. Jawa Tengah 215,788 222,512 216,470 227,265 220,509 (7,46) (7,37) (7,29) (7,33)

3. Jawa Timur 250,625 251,201 258,162 270,976 257,741

(8,67) (8,32) (8,70) (8,75)

4. Sulawesi Utara 218,615 262,230 279,011 292,581 263,109

(7,56) (8,68) (9,40) (9,44)

5. Sulawesi Tengah 184,428 185,474 185,323 194,504 187.432

(6,38) (6,14) (6,24) (6,28)

6. Daerah lainnya 1,598,800 1,586,871 1,584,621 1,646,177 1,604,117

(55,28) (52,54) (53,38) (53,13)

7.Total Indonesia 2,892,000 3,020,363 2,968,384 3,098,539 2,994,822

(100) (100) (100) (100)

Sumber :Statistik Perkebunan Kelapa Indonesia, 2000-2003Keterangan angka (…) persentase dari total

Selama periode 2000-2003, perkembangan produksi kelapa nasional rata-

rata sebesar 2,99 juta ton/tahun, dimana sebagian dari kenaikan produksi kelapa ini

merupakan hasil dari peremajaan pertanaman kelapa. Namun peremajaan ini tidak

banyak mempengaruhi produksi kelapa nasional, karena tidak diikuti dengan

perbaikan teknologi, sehingga produktivitas kelapa tetap saja rendah. Ada lima

daerah produksi utama kelapa di Indonesia, yakni Provinsi Riau, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Provinsi Riau merupakan

daerah produksi utama dengan rata-rata produksi tertinggi, yaitu mencapai 462 ribu

ton/tahun. Sementara Provinsi Sulawesi Utara berada pada urutan kedua (263 ribu

ton/tahun). Provinsi Sulawesi Utara sekitar 10 - 15 tahun yang lalu merupakan

produsen kelapa terbesar di Indonesia. Namun karena sebagian areal sudah tidak

produktif lagi, maka sebagian kebutuhan kelapa untuk memenuhi permintaan

10

produk agroindustri berbasis kelapa di daerah ini didatangkan dari Provinsi

Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.

Dari sisi produsen kelapa terbesar dunia saat ini adalah negara-negara yang

berada di Kawasan Asia Pasifik, khususnya yang tergabung dalam Asia and Pasific

Coconut Community (APCC). Bagi negara-negara produsen anggota

APCC, komoditas kelapa memiliki peranan yang cukup menonjol dalam

perekonomian nasionalnya. Anggota APCC yang tercatat sebagai negara produsen

kelapa terbesar dunia adalah Filipina, Indonesia, India, Sri Lanka dan Meksiko.

Perkembangan produksi rata-rata kelapa dunia selama periode 1999-2004

mencapai 52,5 ribu ton/tahun. Dari semua negara produsen di dunia, Indonesia

merupakan negara produsen terbesar, dengan rata-rata produksi sekitar 15,6 ribu

ton/tahun (Tabel.2). Sedangkan Filipina menempati urutan kedua, yakni sekitar

13,5 ribu ton/tahun. Namun laju pertumbuhan produksi Filipina 3,39%/tahun,

sedangkan Indonesia hanya sekitar 1,64%/tahun. Sementara itu Malaysia, Meksiko

dan Sri Lanka mengalami penurunan, karena terjadinya alih fungsi lahan ke

komoditas yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Sebagai contoh, Malaysia saat

ini sedang melakukan konversi besar-besaran terhadap berbagai komoditas

perkebunan dengan komoditas kelapa sawit.

Tabel 2.Perkembangan Produksi Kelapa Dunia dari Negara-negara Produsen Utama Dunia, 2000-2004.

Negara Produsen Utama

1999(ton)

2000(ton)

2001(ton)

2002(ton)

2003(ton)

2004(ton)

Trend (%/thn)

1. Indonesia2.Malaysia3.Meksiko4.Filipina5.Srilanka6.Negara lainnya7.Dunia

14.975745

1.12412.1422.149

19.093

50.228

15.240734

1.11712.9952.353

19.233

51.672

15.815693

1.10013.1462.104

19.141

51.999

15.495693

1.10514.0691.818

19.581

52.761

16.145580

1.01514.2941.947

19.895

53.876

16.289710959

14.3451.950

20.484

54.737

1,64-2,71-3,083,39

-3,431.36

1.63Sumber : FAO, Production.

Produk kelapa yang cukup potensial diperdagangkan di pasar internasional

adalah minyak kelapa kasar (CCO), DESCO, bungkil kopra, kopra dan arang

tempurung. Data dari COMTRADE menunjukkan bahwa perdagangan CCO di

pasar dunia dikuasai oleh negara-negara berkembang di Kawasan Asia Tenggara,

seperti Indonesia, Malaysia, Filipina dan Papua Nugini.

11

Tabel 3. memperlihatkan volume dari lima jenis produk kelapa

menunjukkan bahwa volume ekspor terbesar produk CCO selama periode 2000-

2004 adalah Filipina (sekitar 938 ribu ton), yang diikuti oleh Indonesia (396 ribu

ton), Malaysia (88 ribu ton) dan Papua Nugini (893 ribu ton). Meningkatnya

produksi CCO dari negara-negara pengekspor utama dunia memberikan gambaran

terjadinya peningkatan permintaan dan persaingan antar negara produsen.

Sebagai negara pengekspor utama CCO, Filipina dan Indonesia saat ini

masih berperan sebagai negara produsen terbesar. Meskipun demikian, volume

ekspor Filipina mencapai lebih dari duakali lipat dibandingkan dengan volume

ekspor Indonesia. Negara lain seperti India yang berperan sebagai produsen ketiga

kelapa dunia, ternyata tidak berperan sebagai eksportir CCO dunia. Hal ini berarti

bahwa Filipina mampu menguasai perdagangan produk agroindustri berbasis

kelapa dunia, karena memiliki industri hilir yang lebih maju.

Untuk produk kopra terlihat, hanya Indonesia yang terus berperan sebagai

eksportir kopra dunia selama 2000-2004, sedangkan Papua Nugini dan Sri Lanka

baru memulai ekspornya pada tahun 2001. Dari Tabel 2 terlihat bahwa Indonesia

mengekspor kopra rata-rata sekitar 31,95 ribu ton/tahun, sementara Papua Nugini

dan Sri Lanka masing-masing sebesar 12,28 ribu dan 12,18 ribu ton per tahun.

Untuk negara Solomon Island dan Vanuatu tidak tersedia data.

Ekspor produk bungkil kopra sampai saat ini masih didominasi oleh

Filipina, yakni sekitar 436 ribu ton/tahun. Di urutan kedua adalah Indonesia

dengan rata-rata ekspor 301 ribu ton/tahun, yang disusul Sri Lanka dan Papua

Nugini masing-masing 5 ribu ton dan 3 ribu ton per tahun.

Untuk produk DESCO, negara-negara pengekspor terbesar adalah

Indonesia, Malaysia, Filipina, Sri Lanka dan India. Indonesia menempati urutan

ketiga, dengan rata-rata ekspor sebesar 36 ribu ton. Urutan pertama ditempati oleh

Filipina (75 ribu ton), tetapi hanya mengekspor hingga tahun 2003, sementara

urutan kedua adalah Sri Lanka (47 ribu ton) yang mulai meningkat setiap tahunnya

dan berpotensi menjadi pesaing utama bagi Indonesia

Ekspor produk arang tempurung dikuasai oleh Indonesia, Filipina dan Sri

Lanka. Negara pengekspor terbesar adalah Indonesia (127 ribu ton/tahun), yang

12

diikuti oleh Filipina dan Sri Lanka masing-masing sebesar 25 ribu ton dan 4 ribu

ton per tahunnya.

Tabel 3. Perkembangan volume dan nilai ekspor produk agroindustri berbasis kelapa dari negara-negara eksportir utama dunia, 2000-2004.

Negara Eksportir Utama

2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata

CCO (000ton) (US$000) (000ton) (US$000) (000ton) (US$000) (000ton) (US$000) (000ton) (US$000) (000ton) (US$000)1. Indonesia2. Malaysia3. Papua. N.G4. Philipina

66617233773

0813807

29269116465

0350450

33768032070

3751191923

9499292598222

340871

35288826352

420766864

122209495

13575279672

244681382531884

980603

993681661722205

399436

376166314205

00

22103726474

00

39517.488930.6

893938299.3

144061.618783

14667.33342607.3

Kopra1. Indonesia2. Papaua.N.G3. Srilanka

3457900

1032900

238841523

15037

473617696846

400455247913281

732323469864

251077386

17546

42811438

11610

361390

15050

85110

10386

31950.812277.612182.8

70361110.67741.8

Bungkil Kopra1. Indonesia2. Philipina3. Papaua.N.G4. Srilanka

408431537277

00

2274123569

00

258959750856

2.49059

1507135627

1651348

301759385643

0.32067

2150825158

8001415

271149508378

11.52160

223723559882461252

26705200

13429

2353000

3494

301470436430.8

2.845343

20990.428696.41842.21501.8

DESCO1. Indonesia2. Malaysia3. Philipina4. Srilanka5. India

31373133157699262949

144.18

219529062

732497212869.52

348208952

8069649874

197.43

3215894468

6331431714

118.71

485149730

10866428557

482.04

321077020

9479229134

308.81

368339811

10890242236

332.05

237625895

9574533940

147.35

3118611036

054180

0

212455788

046476

0

36545.210568.875050.847559.2128.88

841316446.665420

42678.488930.6

Arang Tempurung1. Indonesia2. Philipina3. Srilanka

14870330847

0

298677471.8

0

135415280906443

204905278.1

1537

114574297883282

157095103.3798.25

110339374462861

175686020

763.05

1242760

5567

195820

1354

126661.425234.23630.6

20643.24774.64890.46

13

14

Identifikasi Daya Saing Produk Ekspor Berbasis Kelapa

Identifikasi daya saing produk agroindustri berbasis kelapa didasarkan atas

produk-produk yang terdapat dalam pohon industri. Negara-negara utama

penghasil produk agroindustri berbasis kelapa yang menjadi pesaing Indonesia

adalah India dan Filipina. Pangsa produksi kelapa dari ketiga negara penghasil

utama tersebut (Indonesia, India dan Filipina) sebesar 73 persen. Dalam tahun

2004, Indonesia menempati urutan pertama dengan pangsa sebesar 29 persen

(Tabel 4.).

Tabel 4. Perkembangan pangsa produksi dan trend produksi kelapa di Indonesia dan negara-negara pesaing dalam ekspor kelapa Indonesia, 2000 -2004.

2000 2001 2002 2003 2004 TrendNegara Produsen Utama Persen

1. India 18,24 18,50 18,06 18,26 18,14 0,7602. Indonesia 29,28 29,43 29,96 29,43 29,27 0,9843. Filipina 25,17 25,63 25,48 25,80 25,62 1,414Jumlah Negara Utama 72,69 73,56 73,50 73,49 73,03 Dunia 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,998

Untuk memperoleh negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia dipilih

negara-negara tujuan ekspor yang memiliki nilai impor dominan. Untuk tahun

2003, urutan kelompok produk kelapa yang dominan adalah 151311 [minyak

kelapa mentah (coconut (copra) oil crude)], 151319 [minyak kelapa yang telah

dimurnikan (coconut (copra) oil or fractions simply refined)], 151790 (campuran

atau olahan dari lemak atau minyak nabati atau dari fraksinya: dengan bahan utama

minyak kelapa), 151620 (minyak dan lemak nabati serta fraksinya), 080111

[kelapa diparut atau dikeringkan (coconuts, dessicated, shelled)], dan 230650

[bungkil dari kelapa atau kopra (coconut or copra oil-cake and other solid

residues)]. Pilihan negara-negara yang mewakili seluruh tersebut adalah China,

Malaysia, Belanda, Rusia dan Singapore.

Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa Indonesia memiliki nilai RCA

yang berbeda untuk masing-masing pasar tujuan ekspor (Tabel 5). Nilai RCA yang

lebih besar dari satu menunjukkan perbedaan antar negara tujuan ekspor dan antar

produk agroindustri berbasis kelapa yang diekspor. Dengan demikian Indonesia

tidak terspesialisasi pada produk tertentu, karena permintaan impor dari suatu

15

negara sangat ditentukan oleh kebutuhan industri dinegaranya. Dengan demikian

peranan barang substitusi sangat berpengaruh terhadap

Tabel 5. Nilai RCA Produk Agroindustri Berbasis Kelapa Periode 2000-2003.

Negara Produsen Negara Tujuan Kode HS Nilai RCAIndonesia China 080111 0,134

080119 0,104 120300 0,000 151311 1,020 151319 1,964 151620 0,562 151790 7,436 151800 0,217 230650 0,000 380210 0,185 440200 0,433 530511 0,330 530519 0,000

570220 0,000Malaysia 080111 0,149

080119 2,347 120300 10,902 151311 0,794 151319 2,333 151620 0,002 151790 0,096 151800 3,678 230650 0,032 380210 0,249 440200 3,751 530511 0,000 530519 0,000

570220 0,000Belanda 080111 0,151

080119 0,018 120300 0,356 151311 1,175 151319 0,046 151620 0,100 151790 0,042 151800 0,024 230650 3,225 380210 0,969 440200 0,087 530511 0,000 530519 0,000

16

570220 0,000

Negara Produsen Negara Tujuan Kode HS Nilai RCA

Rusia 080111 0,296 080119 0,003 120300 0,000 151311 0,303

151319 7,413 151620 3,648

151790 16,386 151800 0,000 230650 0,000 380210 0,055 440200 0,025 530511 0,000 530519 0,000 570220 0,000

Singapore 080111 10,644 080119 10,521 120300 0,011 151311 0,163 151319 0,196 151620 0,788 151790 0,809 151800 1,234 230650 0,412 380210 0,358 440200 3,562 530511 0,000 530519 0,000

570220 0,000Filipina China 080111 0,103

080119 0,055 120300 0,000 151311 1,132 151319 2,217 151620 0,000 151790 0,012 151800 0,000 230650 0,005 380210 0,691 440200 0,718 530511 0,171 530519 2,557

570220 0,000

17

Negara Produsen Negara Tujuan Kode HS Nilai RCA

Malaysia 080111 0,051 080119 0,000 120300 0,000 151311 1,165 151319 2,079 151620 0,000 151790 0,000 151800 0,000 230650 0,252 380210 0,010 440200 0,000 530511 0,000 530519 0,000 570220 0,000

Belanda 080111 0,285 080119 0,000 120300 0,029 151311 1,257 151319 0,477 151620 0,000 151790 0,000 151800 0,000 230650 0,612 380210 0,543 440200 0,000 530511 0,000 530519 0,013 570220 0,000

Rusia 080111 7,687 080119 0,000 120300 0,000 151311 0,731 151319 0,640 151620 0,000 151790 0,000 151800 0,000 230650 0,457 380210 3,714 440200 0,000 530511 0,000 530519 0,000 570220 0,000

18

Negara Produsen Negara Tujuan Kode HS Nilai RCA

Singapore 080111 0,582 080119 0,000 120300 0,144 151311 0,527 151319 0,001 151620 0,000 151790 0,000 151800 0,000 230650 4,744 380210 28,864 440200 7,613 530511 0,000 530519 0,000

570220 0,000India China 080111 0,000

080119 0,000 120300 0,000 151311 0,000 151319 0,000 151620 1,729 151790 0,000 151800 140,732 230650 0,000 380210 0,961 440200 0,000 530511 24,340 530519 0,000 570220 3,806

Malaysia 080111 0,000 080119 0,000 120300 0,000 151311 0,001 151319 0,276 151620 8,931 151790 4,395 151800 62,551 230650 0,445 380210 7,277 440200 0,000 530511 7,732 530519 2,645 570220 22,406

19

Negara Produsen Negara Tujuan Kode HS Nilai RCA

Belanda 080111 0,025 080119 0,000 120300 0,000 151311 0,000 151319 0,000 151620 20,218 151790 0,422 151800 3,768 230650 0,000 380210 0,742 440200 6,263 530511 24,147 530519 24,585 570220 26,178

Rusia 080111 0,000 080119 0,000 120300 0,000 151311 0,000 151319 0,000 151620 15,601 151790 0,000 151800 32,203 230650 4,655 380210 0,000 440200 0,754 530511 41,825 530519 0,000 570220 10,961

Singapore 080111 0,000 080119 0,000 120300 0,000 151311 0,003 151319 1,366 151620 14,029 151790 30,310 151800 8,027 230650 0,000 380210 0,853 440200 0,000 530511 1,031 530519 0,000 570220 7,182

20

produk agroindustri berbasis kelapa yang digunakan sebagai bahan baku dinegara-

negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang, seperti Indonesia , mudah

terpengaruh oleh kehadiran barang-barang substitusi, khususnya yang terkait

dengan permintaan dan harga. Hasil penelitian Dehn (2000) bahwa terdapat

korelasi positif antara ketidakpastian harga komoditas negara berkembang dengan

konsentrasi ekspor. Produk-produk yang memiliki nilai RCA lebih dari 1 (yang

berarti Indonesia terspesialisasi pada produk agroindustri tersebut) adalah:

China : 151311, 151319, 151790;

Malaysia : 080119, 120300, 151319, 151800, 440200;

Belanda : 151311, 230650;

Rusia : 151319, 151620, 151790;

Singapore : 080111, 080119, 151800, 440200;

Sedangkan nilai AR Indonesia yang memiliki daya saing (AR > 1) adalah

080119, 151319, 151790, 380210, 440200. Selain itu, indikator lain yang menjadi

identitas ekspor adalah TSI, dimana nilai positif berarti terjadi spesialisasi ekspor

dan nilai negatif spesialisasi impor. Dengan demikian, Indonesia memiliki

spesialisasi ekspor untuk produk: 080111, 080119, 120300, 151311, 151319,

151790, 230650 dan 440200 (Tabel 6). Sementara dari aspek identitas ekspor (TSI

positif berarti tejadi spesialisasi ekspor untuk produk : 080111, 080119, 120300,

151311, 151319,, 151790, 230650, dan 440200.

Dari indikator-indikator di atas terlihat bahwa Indonesia memiliki profil

ekspor produk agroindustri berbasis kelapa sebagai berikut:

(1) Indonesia memiliki spesialisasi produk tertentu ke negara-negara tujuan

ekspor, dan memiliki daya saing, seperti 151319 [lainnya (coconut (copra)

oil or fractions simply refined)], 151790 [lainnya seperti campuran atau

olahan dari lemak atau minyak nabati atau dari fraksinya: dengan bahan

utama minyak kedelai atau minyak kelapa], 080119 [lainnya (coconuts,

fresh, shelled)], dan 440200 [arang kayu (termasuk arang kulit keras atau

arang batok) diaglomerasi maupun tidak]. Keseluruhan indikator tersebut,

masuk ke dalam kategori produk ekspor (TSI positif).

21

Tabel 6. Nilai AR dan TSI Produk Agroindustri Berbasis Kelapa Periode 2000-2003.

Negara Produsen Kode HS Nilai AR Nilai TSI

Indonesia 080111 0,939 1,000 080119 1,001 1,000 120300 0,994 1,000 151311 0,819 1,000 151319 1,826 1,000 151620 0,505 -1,000 151790 1,001 1,000 151800 0,631 -1,000 230650 0,982 1,000 380210 1,083 -1,000 440200 1,031 1,000 530511 - -1,000 530519 - -1,000

570220 - -1,000Filipina 080111 2,052 1,000

080119 0,744 2,362 120300 2,864 -1,014 151311 1,185 1,000 151319 0,701 1,000 151620 - -1,000 151790 0,807 -1,000 151800 - -1,000 230650 1,050 1,000 380210 0,953 1,000 440200 0,932 1,000 530511 - 1,000 530519 0,782 1,000

570220 - -1,000India 080111 0,654 -1,027

080119 - -1,000 120300 - -1,000 151311 3,822 -1,000 151319 0,728 -1,000 151620 1,536 -1,000 151790 0,990 1,000 151800 4,469 -1,047 230650 0,763 -1,000 380210 2,316 -1,000 440200 0,972 1,000 530511 0,980 1,000 530519 1,051 1,000

570220 1,000 1,000

22

(2) Indonesia memiliki spesialisasi produk tertentu ke negara-negara tujuan

ekspor, tetapi produk tersebut secara umum tidak memiliki daya saing,

seperti 151311 [minyak mentah (coconut (copra) oil crude)], 120300 [kopra

(copra)], 151800 [lemak dan minyak hewani atau nabati serta fraksinya,

dipanaskan, dioksidasi, didehidrasi, disulfurisasi, ditiup, dipolimerisasi

dengan panas dalam hampa udara atau dalam gas inert, atau dimodifikasi

secara kimia lainnya, tidak termasuk dalam pos 1516; olahan atau

campuran yang tidak dapat dimakan dari lemak atau minyak hewani atau

nabati atau dari fraksi lemak atau minyak yang berbeda dalam bab ini, tidak

dirinci atau termasuk dalam pos lainnya], 230650 [bungkil dari kelapa atau

kopra (coconut or copra oil-cake and other solid residues)], 151620

[minyak dan lemak nabati serta fraksinya], dan 080111 [kelapa diparut atau

dikeringkan (coconuts, dessicated, shelled)]. Dari keseluruhan produk,

hanya kode 151800 dan 151620 yang tidak memiliki spesialisasi ekspor.

(3) Indonesia memiliki daya saing produk, tetapi tidak terspesialisasi pada

produk tersebut, yaitu 380210 (karbon aktif), namun produk ini tidak

masuk ke dalam kategori negara pengekspor 380210 (TSI negatif).

Berbeda dengan Indonesia, hasil analisis RCA India menunjukkan bahwa

negara ini meimiliki nilai RCA yang berbeda untuk masing-masing pasar tujuan

ekspor. Bila dirinci produk-produk yang memiliki nilai RCA lebih dari 1 (yang

berarti India terspesialisasi pada produk agroindustri) adalah ;

China : 151620, 15180, 530511Malaysia : 151620, 151790, 151800, 380210, 530511, 530519, 570220.

Belanda : 151620, 151800, 440200, 530511, 530519, 570220.

Rusia : 151620, 151800, 230650, 530511, 570220

Singapura : 151319, 151620, 151790, 151800, 530511, 570220

Sementara produk-produk asal India yang memiliki nilai AR > 1 (yang

berarti mempunyai daya saing) adalah 151311, 151620, 151800, 3800210, 530519.

Sedangkan untuk identitas ekspor TSI. India memiliki spesialisasi ekspor untuk

produk : 151790, 440200, 530511, 530519, 570220 (tabel 6).

23

Dari indikator diatas terlihat bahwa India memiliki profil ekspor produk

agroindustri berbasis kelapa sebagai berikut :

(1) India memiliki spesialisasi produk tertentu ke negara-negara tujuan ekspor,

dan memiliki daya saing, seperti 151620 (minyak dan lemak nabati serta

fraksinya), 151800 (lemak dan minyak hewani atau nabati serta fraksinya,

dipanaskan, dioksidasi, didehidrasi, disulfurisasi, ditiup, dipolimerisasi

dengan panas dalam hampa udara atau dalam gas inert, atau dimodifikasi

secara kimia lainnya, tidak termasuk dalam pos 1516; olahan atau

campuran yang tidak dapat dimakan dari lemak atau minyak hewani atau

nabati atau dari fraksi lemak atau minyak yang berbeda dalam bab ini, tidak

dirinci atau termasuk dalam pos lainnya), 380210 (karbon aktif), dan

530519 [serat kelapa lainnya (coconut (coir) fibre,processed not spun, tow

& waste)]. Dari keseluruhan indikator produk tersebut, hanya produk

530519 yang masuk ke dalam kategori produk spesialisasi ekspor (TSI

positif). Artinya, India telah melakukan prioritas dari bagian-bagian tertentu

dari kelapa untuk dijadikan komoditas spesialisasi ekspor. Sedangkan

produk yang tidak masuk dalam kategori spesialisasi ekspor bukan berarti

tidak menjadi prioritas ekspor, tetapi mungkin produk tersebut dikonsumsi

juga untuk kebutuhan dalam negeri.

(2) India juga memiliki spesialisasi produk tertentu ke negara-negara tujuan

ekspor, tetapi produk tersebut secara umum tidak memiliki daya saing dan

spesialisasi ekspor. Produk yang termasuk dalam kategori ini hanya 151319

[lainnya (coconut (copra) oil or fractions simply refined)]. Hal ini

menunjukkan bahwa teknologi pengolahan minyak kelapa antar negara

produsen relatif masih terjadi persaingan. Indonesia relatif lebih baik

posisinya untuk produk ini dibandingkan dengan India. Oleh karena itu,

India tidak berani masuk ke dalam pasar tujuan Indonesia (Cina, Malaysia

dan Rusia), tetapi tujuan pasarnya adalah Singapura. Selain itu, produk lain

yang masih memiliki spesialisasi ekspor adalah 151790 (lainnya seperti

campuran atau olahan dari lemak atau minyak nabati atau dari fraksinya:

dengan bahan utama minyak kedelai atau minyak kelapa), 530511 [serat

24

kelapa mentah (coconut (coir) fibre, raw)], dan 570220 [penutup lantai dari

serat kelapa (floor coverings of coconut fibres (coir)].

(3) India memiliki daya saing produk, tetapi tidak terspesialisasi pada produk

tersebut. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah 151311 [minyak

kelapa mentah (coconut (copra) oil crude)]. Produk ini juga tidak masuk ke

dalam kategori negara pengekspor (TSI negatif).

Filipina

Hasil analisis RCA Filipina menunjukkan bahwa negara ini memiliki nilai

RCA yang berbeda untuk masing-masing pasar tujuan ekspor (Tabel 5). Kalau

dirinci produk-produk yang memiliki nilai RCA lebih dari satu (yang berarti India

terspesialisasi pada produk agroindustri tersebut) adalah:

China : 151311, 151319, 530519;

Malaysia : 151311, 151319;

Belanda : 151311,

Rusia : 080111, 380210;

Singapore : 230650, 380210, 440200.

Nilai AR Filipina yang memiliki daya saing (AR > 1) adalah produk-

produk 080111, 120300, 151311, 230650. Sementara untuk identitas ekspor TSI,

Filipina telah melakukan spesialisasi ekspor untuk produk-produk 080111, 080119,

151311, 151319, 230650, 380210, 440200, 530511, 530519 (Tabel 6).

Dari indikator-indikator di atas terlihat bahwa Filipina memiliki profil

ekspor produk agroindustri berbasis kelapa sebagai berikut:

(1) Filipina memiliki spesialisasi dan daya saing produk tertentu ke negara-

negara tujuan ekspor, seperti 080111 [kelapa diparut atau dikeringkan

(coconuts, dessicated, shelled)], 151311 [minyak kelapa mentah (coconut

(copra) oil crude)], dan 230650 [bungkil dari kelapa atau kopra (coconut

or copra oil-cake and other solid residues)]. Dari keseluruhan indikator

produk tersebut, semuanya masuk ke dalam kategori produk spesialisasi

ekspor (TSI positif). Artinya, ketiga produk tersebut sudah menjadi

prioritas dari negara tersebut untuk dijadikan spesialisasi ekspor, sehingga

lebih unggul dibandingkan dengan kedua negara lainnya.

25

(2) Filipina juga memiliki produk yang tidak terspesialisasi pada produk

tertentu ke negara-negara tujuan ekspor, tetapi produk tersebut memiliki

daya saing. Produk yang termasuk dalam kategori ini hanya 120300 [kopra

(copra)]. Selain itu, ada pula produk yang sudah terspesialisasi ke pasar

tujuan tertentu, tetapi tidak memiliki daya saing. Produk-produk yang

termasuk dalam kategori ini adalah 151319 [lainnya (coconut (copra) oil or

fractions simply refined)], 530519 [serat kelapa lainnya (coconut (coir)

fibre,processed not spun, tow & waste)], 380210 (karbon aktif), dan 440200

[arang kayu (termasuk arang kulit keras atau arang batok), diaglomerasi

maupun tidak]. Hal ini menunjukkan bahwa Filipina memiliki keunggulan

dalam pemasaran produk-produk agroindustri berbasis kelapa. Kondisi

terakhir adalah produk-produk yang memiliki spesialisasi ekspor, tetapi

tidak mempunyai spesialisasi produk ke pasar tujuan tertentu serta tidak

memiliki daya saing. Produk-produk yang termasuk dalam kategori ini

adalah 080119 [lainnya (coconuts, fresh, shelled)], dan 530511 [serat

kelapa mentah (coconut (coir) fibre, raw)].

26

KESIMPULAN

Dalam ekspor produk agroindustri berbasis kelapa, Indonesia memiliki

spesialisasi pada negara tujuan China untuk coconut (copra) oil or fractions simply

refined; Malaysia untuk coconuts, fresh, shelled dan arang kayu; Rusia untuk

coconut (copra) oil or fractions simply refined; dan Singapura untuk produk arang

kayu.

1. Negara-negara utama penghasil produk agroindustri berbasis kelapa yang

menjadi pesaing Indonesia adalah India dan Filipina. Pangsa pasar kelapa

dari ketiga negara penghasil utama tersebut (Indonesia, India dan Filipina)

sebesar 73 persen. Dalam tahun 2004, Indonesia menempati urutan pertama

dengan pangsa sebesar 29 persen.

2. Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa Indonesia memiliki nilai RCA yang

berbeda untuk masing-masing pasar tujuan ekspor. RCA yang lebih dari satu

antar negara tujuan ekspor juga relatif berbeda. Kalau dirinci produk-produk

yang memiliki nilai RCA lebih dari satu (yang berarti Indonesia

terspesialisasi pada produk agroindustri tersebut) berdasarkan negara tujuan

ekspor adalah: (1) China untuk produk dengan kode HS 151319 (coconut

(copra) oil or fractions simply refined) dan 151790 (campuran atau olahan

dari lemak atau minyak nabati atau dari fraksinya: dengan bahan utama

minyak kedelai atau minyak kelapa); (2) Malaysia untuk produk dengan kode

HS 080119 (coconuts, fresh, shelled), 151319 dan 440200 [arang kayu

(termasuk arang kulit keras atau arang batok) diaglomerasi maupun tidak];

(3) Rusia untuk produk dengan kode HS 151319 dan 151790; dan (4)

Singapore untuk produk dengan kode HS 080119 dan 440200.

3. Nilai AR Indonesia yang memiliki daya saing (AR > 1) adalah produk

dengan kode HS 080119, 151319, 151790 dan 440200. Sementara itu,

indikator TSI yang memberikan nilai positif (berarti terjadi spesialisasi

ekspor) adalah produk dengan kode HS 080111 [kelapa diparut atau

dikeringkan (coconuts, dessicated, shelled)], 080119, 120300 [kopra

(copra)], 151311 [minyak mentah (coconut (copra) oil crude)], 151319,

27

151790, 230650 [bungkil dari kelapa atau kopra (coconut or copra oil-cake

and other solid residues)], dan 440200.

4. Permintaan produk agroindustri berbasis kelapa dunia saat ini memang

mengalami penurunan, khususnya permintaan dari Belanda. Dengan

peningkatan ekspor Filipina dan India, berarti kedua negara pesaing tersebut

telah merebut pangsa pasar Indonesia. Penurunan terbesar ekspor produk

kelapa Indonesia dialami di pasar Belanda. Setelah mengalami penurunan di

pasar Belanda, jumlah ekspor Indonesia ke lima negara tujuan menjadi relatif

sama, yaitu berkisar antara US$ 20 juta sampai US$ 30 juta.

5. Berbeda dengan apa yang terjadi pada komoditas lada --- dimana ketiga

negara mengalami penurunan nilai ekspor --- maka untuk produk

agroindustri berbasis kelapa, Indonesia mengalami penurunan yang amat

besar (US$ 120,8 juta). Dilihat dari dekompisisi level pertama, Indonesia

mengalami penurunan ekspor sebagai akibat perubahan struktur impor negara

tujuan (efek struktural) dan menurunnya daya saing (efek kompetitif). Efek

struktural menurunkan nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 40,1 juta,

sementara efek kompetitif menurunkan nilai ekspor kelapa Indonesia sebesar

US$ 114,3 juta. Sebaliknya, efek ordo kedua meningkatkan ekspor sebesar

US$ 33,7 juta.

6. Penurunan daya saing kelapa Indonesia dibandingkan dua negara pesaing,

Filipina dan India, juga terlihat dari efek kompetitif. Ketika Indonesia

mengalami penurunan ekspor (US$ 114,3 juta), dua negara pesaing

mengalami peningkatan daya saing, yang tercermin dari nilai positif efek

kompetitif kedua negara tersebut. Sebagai akibat dari peningkatan daya saing

itu, Filipina mengalami peningkatan ekspor sebesar US$ 133,1 juta, dan

India sebesar US$ 17,1 juta.

28

DAFTAR PUSTAKA

Budianto. dan Allorerung .2003. Kelembagaan Perkelapaan Indonesia. Prosiding Konferensi Nasional V. tembilahan 22-24 Oktober 2002. Pusat penelitian Dan pengembangan Perkebunan. Badan Litbang Pertanian. Hal 1-9

BPS (1983-1997). Statistik Perkebunan Kelapa Indonesia

Chen, K. and Y. Duan. 1999. Competitiveness of Canadian Agri-Food Exports Against Its Competitors In Asia: 1980-97. Centre for International Business Studies. Canada. Joint Series of Competitiveness. Number 18. November 1999. http://www.bus.ualberta.ca/CIBS-WCER/CIBS/pdf/JSC18.pdf.

Dehn, J. 2000. Commodity Price Uncertainty in Developing Countries. Centre for Study of african Economic, University of Oxford.

Ikhsan, M. 2000. Dari Pembangunan Pertanian Menuju Pembangunan Pedesaan. Makalah dalam Seminar Nasional Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 ke Depan, Bogor, 9-10 Nopember 2000.

Krugman, P.R. and M. Obstfeld. 1991. International Economics: Theory and Policy. Second Edition. Harper Collins Publisher Inc., New York, USA.

Malian, A.H. 2003. Analisis Ekspor Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pertanian Indonesia, 1983-1997: Model Ekonomi Makro untuk Pertanian. Disertasi. Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (UI), Depok.

Malian, AH. 2004. Kebijakan Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian Indonesia, hal. 135-156. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 2, No. 2, Juni 2004.

Simatupang, P. dan B. Isdijoso. 1992. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Sektor Pertanian: Landasan Teoritis dan Bukti Empiris, hal. 33-48. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia (EKI), Vol. XL No. 1, 1992.

Todaro, M.P. 1997. Economic Development in the Third World. Sixth Edition. Addison Wesley Longman Limited, London.

Internethttp://unstats.un.org/unsd/comtrade

29

Lampiran 1. Nilai Ekspor Produk Agroindustri Berbasis Kelapa Indonesia menurut Kode HS ke Berbagai Negara Tujuan Ekspor, 2000 dan 2003.

China (US$ ) Malaysia (US$ ) Belanda (US$) Rusia ( US$) Singapur ( US$) Total (US$ )Produk/Kode HS 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003

080111 7,087 254,438 23,930 519,311 567,246 707,667 13,960 378,969 19,269,050 15,489,761 19,881,273 17,350,146080119 0 107,768 2,627,858 1,906,822 40,350 42,052 0 2,143 10,875,052 7,325,669 13,543,260 9,384,454120300 0 0 7,771,766 2,213,306 230,139 527,268 0 0 0 9,210 8,001,905 2,749,784151311 12,647,451 18,791,490 29,214,589 16,425,759 138,280,548 18,419,608 4,137,475 2,218,464 2,674,246 5,690,371 186,954,309 61,545,692151319 2,116,300 2,839,003 991,158 9,987,875 81,005 418,750 86,820 12,625,957 143,626 681,001 3,418,909 26,552,586151620 296,100 450,991 0 4,560 574,375 0 1,663,488 1,634,918 262,891 1,488,751 2,796,854 3,579,220151790 2,224,033 1,422,225 33,817 53,615 10,100 80,000 3,991,775 1,470,107 461,572 201,324 6,721,297 3,227,271151800 55,177 0 1,746,219 0 26,960 0 0 0 518,846 5,812 2,347,202 5,812230650 0 0 8,892 66,360 10,097,845 7,599,350 0 0 769,823 102,550 10,876,560 7,768,260380210 23,475 66,813 3,330 222,662 1,034,853 1,009,072 0 18,199 210,421 81,175 1,272,079 1,397,921440200 65,753 164,179 1,324,939 2,389,522 39,464 161,542 8,989 0 1,482,555 1,675,936 2,921,700 4,391,179530511 0 26,417 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26,417530519 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0570220 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Total 17,435,376 24,123,324 43,746,498 33,789,792 150,982,885 28,965,309 9,902,507 18,348,757 36,668,082 32,751,560 258,735,348 137,978,742

30

Lampiran 2. Nilai Ekspor Produk Agroindustri Berbasis Kelapa Phillipina menurut Kode HS ke Berbagai Negara Tujuan Ekspor, 2000 dan 2003.

China (US$) Malaysia (US$ ) Belanda (US$ ) Rusia (US$ ) Singapur (US$ ) Total (US$ )Produk/

Kode HS 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003

080111 123,033 91,531 88,186 98,455 889,117 3,779,863 0 649,247 60,643 346,229 1,160,979 4,965,325080119 60,384 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60,384 0120300 0 0 0 0 0 120,000 0 0 25,250 0 25,250 120,000151311 11,688,800 25,350,850 27,926,400 38,792,084 140,448,560 184,457,088 0 973,224 3,610,000 2,196,000 183,673,760 251,769,246151319 2,503,617 3,434,324 3,906,000 5,845,000 2,986,500 7,097,500 0 69,725 0 719 9,396,117 16,447,268151620 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0151790 6,100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6,100 0151800 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0230650 6,449 0 0 593,360 3,875,000 2,631,054 0 25,000 999,626 1,150,847 4,881,075 4,400,261380210 149,369 208,059 8,763 0 289,480 1,927,416 23,000 55,182 3,986,781 1,043,058 4,457,393 3,233,715440200 223,304 181,095 0 0 0 0 0 0 629,405 815,822 852,709 996,917530511 0 14,506 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14,506530519 60,304 22,281 0 0 3,294 0 0 0 0 0 63,598 22,281570220 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Total 14,821,360 29,302,646 31,929,349 45,328,899 148,491,951 200,012,921 23,000 1,772,378 9,311,705 5,552,675 204,577,365 281,969,519

31

Lampiran 3. Nilai Ekspor Produk Agroindustri Berbasis Kelapa India menurut Kode HS ke Berbagai Negara Tujuan Ekspor, 2000 dan 2003.

China (US$ ) Malaysia (US$ ) Belanda (US$ ) Rusia (US$ ) Singapur (US$ ) Total (US$ )Produk/

Kode HS 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003

080111 0 0 0 0 38,449 0 0 0 0 0 38,449 0080119 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0120300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0151311 0 0 634 725 0 0 0 0 0 4,902 634 5,627151319 0 0 5,024 20,452 0 0 0 0 58,973 100,644 63,997 121,096151620 82,434 20,753 289,192 145,085 1,740,911 19,344,748 16,790 642,717 451,821 412,365 2,581,148 20,565,668151790 0 0 0 78,787 59,563 102,583 0 0 580,541 107,784 640,104 289,154151800 43,008 1,563,669 2,552 579,419 200,728 551,134 0 260,462 3,585 91,019 249,873 3,045,703230650 0 0 0 20,613 0 0 187,515 0 0 0 187,515 20,613380210 21,009 0 28,500 101,132 31,066 252,484 0 0 0 19,254 80,575 372,870440200 0 0 0 0 1,124,007 1,482,579 12,713 0 0 0 1,136,720 1,482,579530511 0 87,363 1,989 20,627 171,983 1,342,839 66,887 39,468 0 3,819 240,859 1,494,116530519 0 0 0 2,942 272,897 313,608 0 0 0 0 272,897 316,550570220 2,087 44,135 88,536 133,229 2,576,969 2,979,781 20,730 73,580 16,572 73,482 2,704,894 3,304,207Total 148,538 1,715,920 416,427 1,103,011 6,216,573 26,369,756 304,635 1,016,227 1,111,492 813,269 8,197,665 31,018,183

32

Lampiran 4. Total Nilai Impor Produk Agroindustri Berbasis Kelapa di Negara-Negara Tujuan Ekspor menurut Kode HS, 2000 dan 2003.

China (US$ ) Malaysia (US$ ) Belanda (US$ ) Rusia (US$ ) Singapur US$( ) Total (US$ )Produk/Kode HS 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003

080111 209,242 345,969 112,116 617,766 10,511,505 10,451,628 2,609,479 4,874,425 19,329,693 15,835,990 32,772,035 32,125,778080119 2,166,681 3,808,243 2,627,858 1,906,822 2,254,337 3,480,854 359,864 1,037,415 10,875,052 7,325,669 18,283,792 17,559,003120300 68,081 86,663 7,916,897 2,213,306 230,139 647,268 25,250 9,210 8,240,367 2,956,447151311 41,863,876 55,217,572 57,141,623 55,218,568 278,729,108 202,876,696 11,902,254 13,454,178 6,284,246 7,891,273 395,921,107 334,658,287151319 7,814,435 13,166,280 4,902,182 15,853,327 3,424,980 7,516,250 9,752,604 32,411,936 3,885,099 3,974,630 29,779,300 72,922,423151620 8,534,890 11,042,478 7,386,081 11,994,862 34,310,452 45,793,068 37,937,900 24,818,998 3,526,562 3,431,214 91,695,885 97,080,620151790 102,849,320 13,394,275 581,325 1,087,006 25,428,892 42,408,360 26,543,482 43,525,532 2,856,451 9,035,744 158,259,470 109,450,917151800 4,008,084 14,096,438 4,424,092 4,246,367 41,283,720 42,429,860 1,150,476 1,900,442 522,431 1,218,053 51,388,803 63,891,160230650 6,449 20,895 11,294 680,333 22,729,452 19,655,500 187,515 25,000 1,769,449 1,253,397 24,704,159 21,635,125380210 7,270,378 13,159,443 1,629,846 2,253,118 37,609,640 24,433,902 2,265,421 4,741,628 4,197,202 2,553,904 52,972,487 47,141,995440200 1,553,246 2,050,715 1,324,939 2,389,522 6,127,352 7,682,315 21,702 91,823 2,111,960 2,491,758 11,139,199 14,706,133530511 654,545 4,960,220 418,267 284,255 1,436,442 1,342,839 66,887 39,468 16,887 61,575 2,593,028 6,688,357530519 2,263,526 6,404,098 241,970 443,370 1,679,264 2,010,226 371,937 776,425 16,053 34,109 4,572,750 9,668,228570220 25,128 120,690 88,536 133,229 3,593,407 2,979,781 46,061 289,836 58,116 73,482 3,811,248 3,597,018Total 179,287,881 137,873,979 88,807,026 99,321,851 469,348,690 413,708,547 93,215,582 127,987,106 55,474,451 55,190,008 886,133,630 834,081,491

33