Ibadah Saat Sakit

4
IBADAH SAAT SAKIT Sakit adalah sebab yang paling berpengaruh terhadap tobat seorang hamba, kesetiaan iman, penghapusan dosa-dosa dan pengangkatan derajatnya. Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mati dalam keadaan sakit, maka ia mati dalam keadaan syahid dan dihindari dari siksa kubur. Serta ia akan dicurahkan rezeki dari surge di awal dan penghujung hari.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad) Rasulullah saw bersabda: “Saya heran terhadap orang beriman yang mengeluhkan sakitnya. Jika saja ia tahu apa yang ia terima dari sakitnya, niscaya ia akan lebih suka untuk sakit sehingga ia bertemu Allah.” Rasulullah saw bersabda: “Diantara syuhada umatku yang terbanyak adalah yang mati diatas kasur. Berapa banyak orang yang mati terbunuh pada pertemuan antara dua pasukan, namun Allah maha Mengetahui niatnya.” (HR. Ahmad) (Sayyid, 2002) SAKIT PENGGUGUR DOSA Suatu penyakit akan menghasilkan pahala jika orang yang menderitanya dalam keadaan sabar dan penuh harap. Nabi bersabda: “Tidak ada yang menimpa seorang muslim berupa penat, sakit, gundah, dan sedih, serta segala yang menyesakkan dadanya hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan darinya.” “Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan mengujinya. Siapa saja yang ridho maka baginya keridhaan (Allah). Dan barang siapa yang marah maka baginya kemarahan (Allah). (HR. Tirmidzi) Maknanya semakin besar ujian yang menimpa maka semakin besar balasan dan pahala yang akan diterima. Karena itulah penyakit dan ujian ditimpakan pada para nabi, sesuai sabda nabi: “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang yang ada dibawah mereka dan dibawah mereka (dalam hal kemuliaan). Seseorang akan di uji seesuai agamanya. Jika agamanya teguh maka ujiannya akan dikeraskan atasnya. Kalau tidak, ujianpun akan diringankan baginya. Demikianlah orang yang sakit akan diberi pahala karena penyakitnya sesuai dengan penderitaannya. Adapn orang yang sehat akan mendapatkan pahala berdasarkan amalannya seperti puasa, sholat dll. PAHALA ORANG SAKIT = PAHALA ORANG SEHAT Sebuah hadits dari Abu Musa Al Asy‟ari Radhiallahu’anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: قيما صحيحال ما كان يعمه مثل مد أو سافر كتب ل إذا مرض العبArtinya: “Jika seorang ahli ibadah jatuh sakit atau safar, ia tetap diberi pahala ibadah sebagaimana ketika ia sehat atau sebagaimana ketika ia tidak dalam safar” [HR. Bukhari] Pembahasan:

description

ibadaahnya saat sakit

Transcript of Ibadah Saat Sakit

Page 1: Ibadah Saat Sakit

IBADAH SAAT SAKIT

Sakit adalah sebab yang paling berpengaruh terhadap tobat seorang

hamba, kesetiaan iman, penghapusan dosa-dosa dan pengangkatan derajatnya.

Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mati dalam keadaan sakit, maka ia mati

dalam keadaan syahid dan dihindari dari siksa kubur. Serta ia akan dicurahkan

rezeki dari surge di awal dan penghujung hari.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Rasulullah saw bersabda: “Saya heran terhadap orang beriman yang

mengeluhkan sakitnya. Jika saja ia tahu apa yang ia terima dari sakitnya, niscaya

ia akan lebih suka untuk sakit sehingga ia bertemu Allah.”

Rasulullah saw bersabda: “Diantara syuhada umatku yang terbanyak

adalah yang mati diatas kasur. Berapa banyak orang yang mati terbunuh pada

pertemuan antara dua pasukan, namun Allah maha Mengetahui niatnya.” (HR.

Ahmad)

(Sayyid, 2002)

SAKIT PENGGUGUR DOSA

Suatu penyakit akan menghasilkan pahala jika orang yang menderitanya

dalam keadaan sabar dan penuh harap. Nabi bersabda:

“Tidak ada yang menimpa seorang muslim berupa penat, sakit, gundah,

dan sedih, serta segala yang menyesakkan dadanya hingga duri yang menusuknya

melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan darinya.”

“Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Jika

Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan mengujinya. Siapa saja yang ridho

maka baginya keridhaan (Allah). Dan barang siapa yang marah maka baginya

kemarahan (Allah). (HR. Tirmidzi)

Maknanya semakin besar ujian yang menimpa maka semakin besar

balasan dan pahala yang akan diterima. Karena itulah penyakit dan ujian

ditimpakan pada para nabi, sesuai sabda nabi: “Manusia yang paling berat

ujiannya adalah para nabi, kemudian orang yang ada dibawah mereka dan

dibawah mereka (dalam hal kemuliaan). Seseorang akan di uji seesuai agamanya.

Jika agamanya teguh maka ujiannya akan dikeraskan atasnya. Kalau tidak,

ujianpun akan diringankan baginya.

Demikianlah orang yang sakit akan diberi pahala karena penyakitnya

sesuai dengan penderitaannya. Adapn orang yang sehat akan mendapatkan pahala

berdasarkan amalannya seperti puasa, sholat dll.

PAHALA ORANG SAKIT = PAHALA ORANG SEHAT

Sebuah hadits dari Abu Musa Al Asy‟ari Radhiallahu’anhu, ia

mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا

Artinya: “Jika seorang ahli ibadah jatuh sakit atau safar, ia tetap diberi pahala

ibadah sebagaimana ketika ia sehat atau sebagaimana ketika ia tidak dalam

safar” [HR. Bukhari]

Pembahasan:

Page 2: Ibadah Saat Sakit

1. Seorang hamba terbiasa melakukan sebuah amal ibadah sunnah secara

kontinu, kemudian suatu kala ia terhalang untuk melakukannya dikarenakan

sakit atau safar, maka pada saat itu ia mendapat pahala ibadah tersebut secara

utuh (!!)

2. Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui bahwa jika hamba-Nya tersebut tidak

memiliki udzur (halangan) ia akan melakukan ibadah tersebut. Dalam hal ini,

secara khusus untuk orang sakit, Allah memberi pahala karena niat orang

tersebut. Demikian pula seorang musafir, ia mendapatkan pahala atas amal-

amal kebaikan yang ia lakukan saat dalam perjalanan. Semisal, memberi

pengajian, nasihat, atau bimbingan kepada orang lain dalam hal agama

ataupun dalam masalah duniawi. Secara khusus juga, seorang musafir diberi

pahala jika perjalanan yang ia tempuh dalam rangka kebaikan. Seperti safar

dalam rangka jihad, haji, umroh atau semisalnya.

3. Hadits ini juga mencakup pembahasan tentang orang yang beribadah namun

terhalang untuk melakukannya dengan sempurna karena suatu udzur. Maka

Allah Ta’ala akan menyempurnakan pahala bagi orang tersebut dikarenakan

niatnya.

4. Hadits ini juga mencakup pembahasan tentang orang yang memiliki niat untuk

melakukan amalan yang baik, namun ia terhalang untuk melakukannya karena

ia melakukan amalan lain yang lebih baik dari amalan pertama. Dan orang

tersebut tidak dapat melakukan kedua amalan tersebut semuanya (harus

memilih salah satu). Maka dalam kondisi ini, ia lebih patut untuk diberi pahala

yang lebih besar oleh Allah Ta‟ala. Namun jika kegiatan lain tersebut tingkat

kebaikannya setara dengan kegiatan pertama, maka sungguh karunia Allah

Ta‟ala sangatlah besar.

BERSUCINYA ORANG SAKIT

Meskipun Allah memberikan keringanan, bagi orang yang mengerti faham dan

tahu pasti akan tetap melaksanakan thoharoh secara mastato‟ti (semampunya).

Namun, jika ia tidak mampu menggunakan air maka ia bias bertayamum.. jika ia

tidak mampu menggunakan air dengan kemampuan sendiri bias dibantu oleh

saudaranya dengan cara mengusapkannya disertai niyat.

Apabila orang yang sakit tidak mampu bergerak, maka boleh diwudhu'kan

oleh orang lain, demikian pula apabila ia mendapatkan hadats besar, dengan syarat

tidak boleh melihat aurat orang sakit itu. Apabila si sakit tidak mampu

bertayammum sendiri, maka boleh ditayammumkan oleh orang terdekatnya atau

siapa saja yang hadir didekatnya.

Orang yang mengalami luka, cedera, atau penyakit lain yang tidak boleh

terkena air, maka ia boleh bertayammum, apakah untuk menghilangkan hadast

besar atau hadats kecil. Akan tetapi apabila memungkinkan, hendaklah ia

membasuh anggota badannya yang sehat dan bertayammum untuk

menggantikan anggota badan lainnya (yang tidak dibasuh air).

[64.16] "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu..."

[2.286] "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya...."

Page 3: Ibadah Saat Sakit

Jika beberapa bagian anggota bersuci mengalami luka, namun masih dapat

dibasuh, maka basuhlah dengan air. Namun apabila menimbulkan efek yang

buruk, maka cukup diusap dengan air. Apabila ini pun masih membahayakan,

maka balutlah anggota itu atau ditutupi perban dan mengusap perban itu. Jika ini

pun tidak dimungkinkan, maka boleh ia bertayammum setelah berusaha untuk

bersuci dengan air.

Menurut pendapat yang kuat, tidak disyariatkan untuk memakai penutup

luka itu ketika ia dalam keadaan suci (berbeda dengan kasus memakai khuf

dimana disyariatkan bersuci dahulu sebelum memakainya). Mengusap perban ini

dibolehkan kapan saja, tidak dibatasi dengan waktu tertentu, selama memang ada

udzur. Karena mengusap perban ini disebabkan keadaan mendesak (darurat), yang

harus selalu ditinjau kembali, apakah masih darurat atau sudah tidak darurat lagi.

Si sakit dibolehkan mengusap perbannya, baik ketika menghilangkan hadats kecil

maupun hadats besar (Said, 2008).

SHOLATNYA ORANG SAKIT

Cara shalatnya orang sakit:

Orang sakit wajib shalat berdiri, jika tidak bisa maka duduk bersila, atau

seperti duduknya tahiyat, jika tidak bisa maka berbaring ke samping

kanan, jika tidak bisa maka berbaring ke sebelah kiri, jika tidak bisa, shalat

terlentang dengan kedua kakinya di arah kiblat, dan memberi isyarat

dengan kepalanya sewaktu ruku' dan sujud ke dadanya, dan sujudnya lebih

rendah daripada ruku', dan shalat tidak gugur selama akalnya masih ada,

maka ia shalat sesuai dengan kondisinya.

1- dari Imran bin Hushain ra berkata: aku menderita ambient, maka aku

bertanya kepada nabi saw tentang cara shalat? Beliau berkata: shalatlah

berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak mampu maka

berbaring ke sebelah kanan. (HR. Bukhari)

2- Dari Imran bin Husahin ra beliau menderita penyakit ambient beliau

berkata: aku bertanya kepada rasulullah saw tentang shalat duduk,

beliau berkata: jika shalat berdiri itu lebih utama, dan barangsiapa yang

shalat duduk maka ia mendapat separuh pahalanya orang yang shalat

berdiri, dan siapa yang shalat berbaring, maka ia mendapat pahala

separuh orang shalat duduk. (HR. Bukhari).

Orang sakit wajib bersuci dengan air, jika tidak mampu maka

bertayammum, jika tidak mampu maka gugur atasnya bersuci, dan shalat

sesuai dengan kondisinya.

Apabila orang sakit shalat duduk kemudian mampu berdiri, atau shalat

duduk kemudian mampu sujud, atau shalat berbaring kemudian mampu

duduk di pertengahan shalat, maka harus berpindah pada yang mampu ia

lakukan, karena itulah yang wajib atasnya.

Orang sakit boleh shalat berbaring walaupun mampu berdiri untuk

berobat, dengan perkataan dokter yang bisa dipercaya.

Jika orang sakit mampu berdiri dan duduk, namun tidak mampu ruku' dan

sujud, maka memberi isyarat ruku' ketika berdiri, dan memberi isyarat

sujud ketika sedang duduk.

Page 4: Ibadah Saat Sakit

Apabila tidak bisa sujud ke lantai, maka ruku' dan sujud sambil duduk, dan

menjadikan sujudnya lebih rendah dari ruku'nya, meletakkan kedua

tangannya di atas kedua lututnya, dan tidak memasang sesuatu ke dahinya

seperti bantal dan lainnya.

Orang sakit sama seperti orang lain, wajib menghadap kiblat dalam shalat,

jika tidak mampu maka shalat sesuai dengan kondisinya kea rah mana saja

yang ia mampu, dan tidak sah shalatnya orang sakit dengan memberi

isyarat dengan matanya, tau dengan jari-jarinya, akan tetapi shalat

sebagaimana diajarkan oleh nabi.

Apabila orang sakit kesulitan atau tidak mampu shalat pada waktunya

masing-masing, maka boleh baginya menjama' antara dhuhur dan asar

pada waktu salah satu dari keduanya, dan antara maghrib dan isya pada

waktu salah satunya.

Kesulitan dalam shalat adalah: yang menghilangkan khusyu', dan khusyu'

adalah: hadirnya hati dan tumakninah.

Orang sakit yang mampu pergi ke masjid, wajib baginya shalat berjamaah,

kalau mampu shalat berdiri, kalau tidak, maka shalat sesuai dengan

kemampuannya bersama jamaah.

Amal yang ditulis bagi orang sakit dan musafir:

Allah swt menulis bagi orang yang sakit dan musafir amal yang biasa ia

lakukan di waktu sehat, dan orang musafir di waktu ia mukim, dan orang

sakit diampuni dosanya.

1- dari Abu Musa al-Asy'ari ra berkata: rasulullah saw bersabda:

apabila seorang hamba sakit, atau musafir, maka ditulis baginya

seperti apa yang biasa ia lakukan ketika sedang mukim dan sehat.

(HR. Bukhari).

2- Dari Abu Umamah ra berkata: rasulullah saw bersabda:

sesungguhnya apabila seorang hamba sakit, Allah mewahyukan

kepada malaikatnya: wahai malaikatku: aku mengikat hambaku

dengan salah satu ikatanku, jika aku mencabut nyawanya aku

ampuni baginya, dan jika aku menyembuhkannya, maka ia tidak

ada dosa baginya. (HR. Hakim ban Thabrani).

Al-jibrin, S. A., 2008. Biar Sakit Ibadah Tetap Fit. Surakarta: Aqwamedika

[Diterjemahkan dari syarah hadits no.30 dari kitab Bahjatul Qulubil Abrar Wa

Qurratu A’yunil Akhyaar, Syaikh „Abdurrahman bin Nashir As Sa‟di

Rahimahullahuta’al

Said, S. 2008. Panduan Shalat Bagi Orang Sakit. Pustaka Ilmu Umat