i PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ...
Transcript of i PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ...
i
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DAN BUDAYA ORGANISASI, TERHADAP KEUNGGULAN
SUATU SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR KABUPATEN BLORA
TESIS
Untuk memperoleh gelar magister manajemen pendidikan pada
Universitas Negeri Semarang
OLEH :
ISTYARINI
NIM. 1103503021
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2008
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan dalam
sidang.
Pembimbing I,
Dr. Joko Widodo, M.Pd NIP.131961218
Semarang, 23 Juli 2008
Pembimbing II,
Dr. Ahmad Sopyan, M.Pd NIP.131404300
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Tesis ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Tesis
Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 13 Agustus 2008
Panitia Ujian
Ketua
Prof.Dr.Maman Rahman,M.Sc NIP.130529514
Sekretaris
Dr.Samsudi,M.Pd NIP.131658241
Penguji II,
Dr.Ahmad Sopyan,M.Pd NIP.131404300
Penguji I,
Prof.Dr.DYP Sugiharto,M.Pd.Kons. NIP.131570049
Penguji III,
Dr.Joko Widodo,M.Pd NIP.131961218
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 24 September 2008
Istyarini
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Seorang intelek tidak pernah fanatik atau pendendam. Ia tidak akan mengejar
pengukuhan diri oleh orang lain. Ia berani berpendirian dan tidak takut
mengaku salah atau keliru kalau memang demikian dan berani meminta maaf
akan hal itu. Ia tidak pernah takut kehilangan gengsi dan wibawa (J. Drost).
PERSEMBAHAN Untuk : Kedua orangtuaku, Suamiku, Anak-anakku, Guruku, Sahabatku, Anak didikku, dan semua orang yang selalu mendukung setiap langkahku
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rakhmat dan hidayah-Nya serta kekuatan sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Keunggulan Sekolah di
Sekolah Dasar Negeri Kabupeten Blora Tahun 2008”.Kami sadari sepenuhnya bahwa
selama penulisan tesis ini tidak sedikit tantangan dan hambatan yang harus dihadapi, tetapi
berkat dorongan, bimbingan dan kerjasama dengan berbagai pihak, semua itu dapat diatasi.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada
pihak-pihak yang telah memberikan dorongan dan bimbingan, yaitu :
1. Prof. Dr Retno Sriningsih Satmoko, sebagai Pembimbing I yang memberi kesempatan
dan motivasi penulis untuk segera menyelesaikan penyusunan tesis.
2. Dr.Ahmad Sofyan M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu memotivasi dan
membimbing penulis untuk bangkit dan berbuat yang terbaik.
3. Prof. Dr. Maman Rahman M.Sc, Direktur Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti
Program Magister di lembaga yang dipimpinnya.
4. Dosen dan Staf Administrasi Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang, yang
telah memberikan pelayanan terbaik selama penulis menempuh studi di lembaga ini.
5. Kepala Sekolah, guru Sekolah Dasar Negeri di Kabupeten Blora yang bersedia menjadi
responden penelitian ini.
6. Semua kolega yang banyak memberikan dorongan dan bantuan serta membuka
kesempatan untuk berdiskusi tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan tesis
ini.
7. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk, namun tidak
memungkinkan untuk disebutkan satu persatu dalam lembaran ini.
Semoga segala bantuan, dorongan, bimbingan, simpati dan kerjasama yang telah
diberikan semua pihak, diterima oleh Tuhan sebagai amalan shalih. Amin
Semarang, 24 September 2008
Penulis
vii
SARI
Istyarini 2008. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan Budaya organisasi, Terhadap keunggulan suatu sekolah di Sekolah Dasar Kabupaten Blora Pembimbing I : Prof. DR. RS. Satmoko. Pembimbing II : DR. Ahmad Sofyan, M.Pd
Kata Kunci : Kepemimpinan,Budaya Organisasi Sekolah, Keunggulan Sekolah
Salah satu alat ukur peningkatan kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga pendidikan adalah terletak pada keunggulan sekolah itu sendiri. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa keunggulan suatu sekolah dapat dilihat dan diukur dari jumlah dan kualitas lulusan, semangat kerja guru, kepemimpinan kepala sekolah. Sedangkan komponen yang mempengaruhi keunggulan suatu sekolah yaitu kepala sekolah dan budaya organisasi sekolah terhadap keunggulan suatu sekolah
Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD Negeri di Kabupeten Blora , Kecamatan Banjarejo yaitu dari 49 SD dengan jumlah guru yaitu 254 orang, sampel dalam penelitian ini 150 orang guru yang diambil dengan tabel Krecie. Penentuan sampel menggunakan sampling acak (random sampling) dengan teknik sampling acak sederhana ( simple random sampling ). Selanjutnya data diolah secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 12 for windows 2000 meliputi analisis deskriptif, korelatif dan regresi sederhana.
Dari hasil penelitian didapat bahwa keunggulan sekolah dasar negeri di kabupaten Blora baik. Hal ini ditunjukkan oleh skor sistem pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan guru sangat baik 62,67%, prestasi siswa sangat baik dengan skor 72,67%, sarana dan pra sarana cukup 70,67%. Jumlah pendaftar sama dengan kapasitas kelas yang ada di sekolah dengan skor 42%.
Melalui analisis regresi sederhana ditemukan bahwa variabel kepenmimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) berpengaruh sebesar 29,70% terhadap keunggulan sekolah, dan koefisien determinasinya sebesar 0,297.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa keunggulan sekolah antara lain dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah. Meski demikian, diluar kedua variabel tersebut, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi, Untuk itu disarankan kepala sekolah dasar di kabupaten Blora untuk melakukan peningkatan SDM dengan jalan studi lanjut bagi guru-guru, training-training, diklat kepemimpinan, memberikan motivasi pada siswa dan guru yang berprestasi, revitalisasi nilai-nilai budaya juga menyaring input anak-anak yang potensial.
viii
ABSTRACT Istyarini 2008. The influence of school headmaster leadership and organization culture,
about the superiority of a school in Blora regency elementary school. First counselor : Prof. DR. RS. Satmoko Second counselor : DR. Ahmad Sofyan, M.Pd Key word : Leadership, School Organization Culture, School Superiority One of measuring instrumen of quality raising which hold by an education institution lay on the school superiority itself. From the explanation above, can be found out that school superiority can be seen and be measured from the quantity and the quality of the graduate, teacher working spirit, headmaster leadership. Whereas, component which influence a school superiority is headmaster and school organization culture toward a school superiority. Population in this research is elementary school teacher in Blora regency, Banjarejo subdistrict from 49 elementary school with total teacher 254 person, sample in this research 150 teacher which is taken by Krecie table. Determination of sample use random sampling by simple random sampling technique. Furthermore data be processed in a quantitative manner by using software SPSS versi 12 for windows 2000 include deskriptive analysis, corelative and simple regression. From research result be gotten that elementary school superiority in Blora regency is good. This matter be shown by education and learning system score which be done by teacher is very good 62,67%, very good student achievment with 72,67% score, good enough infrastructure 70,67%. Total registrant is equal to class capacity in school with 42% score. Through simple regression be found out that headmaster leadership (X1) and organization culture variable (X2) influential as big as 29,70% about school superiority, and the determinatin coefficient as big as 0,297. According to research result be concluded that school superiority be influenced by headmaster leadership, school organization culture. Still, out of both variable, many other factor influence. Based on that be suggested that elementary school headmaster in Blora regency do human resource improvement by continued study for teacher, training, leadership training and education program, giving motivation to student and teacher who get achievment, culture value revitalization also filter potential children input.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN ................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 1.2 Permasalahan .................................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 6 1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sekolah Unggul ................................................................................. 8 2.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah ......................................................... 24 2.3 Budaya Organisasi .............................................................................. 34 2.4 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi Terhadap
Keunggulan suatu Sekolah ................................................................. 42
x
2.5 Hasil Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................. 47 2.6 Kerangka Pikir ................................................................................. 49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ...................................................................... 52 3.2 Populasi Dan Sampel ...................................................................... 52 3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel .................................. 53 3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen .................................. 57 3.5 Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 61 3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................... 64
3.6.1 Statistik Deskriptif ...................................................................... 64 3.6.2 Uji Prasyarat Analisis ...................................................................... 65 3.6.3 Uji Hipotesis .................................................................................. 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................ 69 4.1.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah .............................................. 69 4.1.2 Budaya Organisasi ...................................................................... 76 4.1.3 Keunggulan Sekolah ...................................................................... 83
4.2 Uji Prasyarat Analisis ..................................................................... 89 4.2.1 Uji Normalitas Data ...................................................................... 89 4.2.2 Uji Multikoliniearitas ...................................................................... 91 4.2.3 Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 92 4.2.4 Uji Autokorelasi ...................................................................... 93
4.3 Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 94 4.4 Pembahasan .................................................................................. 104
4.4.1 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Keunggulan Sekolah Dasar Negri di Kabupaten Blora .................................. 104
4.4.2 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keunggulan Sekolah Dasar Negri di Kabupaten Blora .......................................................... 108
4.4.3 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan budaya Organisasi terhadap Keunggulan Sekolah Dasar Negri di Kabupaten Blora..... 110
BAB V PENUTUP
6.1 Simpulan .............................................................................................. 112 6.2 Saran .................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 114
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 53
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah ......... 58
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Budaya Organisasi ............................................. 59
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Kepuasan Kerja ......................................................... 59
Tabel 3.5 Gradasi Jawaban Model Skala Likert ............................................. 60
Tabel 3.6 Rincian Jumlah Responden Uji Coba Instrumen Penelitian ......... 61
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen (Angket) Penelitian ......... 62
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (Angket) Penelitian ....... 63
Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Kepemimpinan Kepala Sekolah ................................ 69
Tabel 4.2 Persentase Kriteria Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................... 69
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Kemampuan Konseptual ........................................... 71
Tabel. 4.4 Pendapat Responden Tentang Keterampilan Konsep .............................. 71
Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Kemampuan Hubungan Manusia .............................. 72
Tabel. 4.6 Pendapat Responden Tentang Keterampilan Hubungan Manusia .......... 73
Tabel 4.7 Deskripsi Statistik Kemampuan Hubungan Manusia .............................. 74
Tabel. 4.8 Pendapat Responden Tentang Keterampilan Teknis ............................... 75
Tabel 4.9 Deskripsi Statistik Budaya Organisasi .................................................... 76
Tabel 4.10 Pendapat Responden tentang Budaya Organisasi ................................... 76
Tabel 4.11 Pendapat Responden Tentang Kemandirian Individu ............................ 77
Tabel.4.12 Pendapat Responden Tentang Structure ................................................. 78
Tabel. 4.13 Pendapat Responden Tentang Dorongan Untuk Maju .......................... 79
Tabel. 4.14 Pendapat Responden Tentang Identity ................................................... 80
Tabel. 4.15 Pendapat Responden Tentang Conflict Tolerance ................................. 81
Tabel. 4.16 Pendapat Responden Tentang Keberanian Mengambil Resiko ............. 82
Tabel 4.17 Deskripsi Statistik Keunggulan Sekolah ................................................ 84
Tabel 4.18 Pendapat responden tentang keunggulan sekolah ................................. 84
Tabel 4.19 Pendapat responden tentang sistem pendidikan ..................................... 86
Tabel 4.20 Pendapat responden tentang prestasi siswa ........................................... 87
Tabel 4.21 Pendapat responden tentang sarana dan prasarana ................................ 88
xii
Tabel 4.22 Pendapat responden tentang jumlah pendaftar .......................................89
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Data .................................................................... 90
Tabel 4.24 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 92
Tabel 4.25 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................... 94
Tabel 4.26 Hasil Uji Pengaruh Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
dengan Variabel Keunggulan Sekolah (Y) .............................................................. 95
Tabel 4.27 Hasil Uji Parsial X1 .............................................................................. 96
Tabel 4.28 Hasil Uji Sumbangan Efektif X1 .......................................................... 97
Tabel 4.29 Hasil Uji Pengaruh Variabel Budaya Organisasi (X2) Terhadap
Keunggulan Sekolah (Y) .......................................................................................... 98
Tabel 4.30 Hasil Uji Parsial X2 .............................................................................. 99
Tabel 4.31 Hasil Uji Sumbangan Efektif X2 .......................................................... 101
Tabel 4.32 Hasil Uji Pengaruh X1 dan X2 Terhadap Y .......................................... 102
Tabel 4.33 Hasil Uji Linier Berganda ..................................................................... 103
Tabel 4.34 Output Koefisien Determinasi .............................................................. 104
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .................................................................... 51 Gambar 4.1 Persentase Kepemimpinan Kepala Sekolah ........................................ 71 Gambar 4.2 Persentase Kemampuan Konseptual .................................................. 73 Gambar 4.3 Persentase Kemampuan Hubungan Sosial ......................................... 74 Gambar 4.4 Persentase Kemampuan Teknis ......................................................... 76 Gambar 4.5 Persentase budaya Organisasi ............................................................. 78 Gambar 4.6 Persentase Kesempatan Mandiri ......................................................... 79 Gambar 4.7 Persentase Structure ............................................................................ 79 Gambar 4.8 Persentase Support .............................................................................. 80 Gambar 4.9 Persentase Identity .............................................................................. 81 Gambar 4.10 Persentase Conflict Tolerance............................................................ 82 Gambar 4.11 Persentase Keberanian Mengambil Resiko ....................................... 83 Gambar 4.12 Persentase Kunggulan Sekolah ......................................................... 85 Gambar 4.13 Persentase Sistem Pendidikan ........................................................... 86 Gambar 4.14 Persentase Prestasi Siswa .................................................................. 87 Gambar 4.15 Persentase Sarana dan Prasarana ....................................................... 88 Gambar 4.16 Persentase Sarana dan Prasarana ....................................................... 89 Gambar 4.17 Normalitas Data ................................................................................ 91 Gambar 4.18 Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................. 93
xiii
Gambar 4.19 Tebaran Data Hubungan X1 dengan Y ............................................... 96 Gambar 4.20 Tebaran Data Hubungan X2 dengan Y ...............................................100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen penelitian ...................................................................... 116
Lampiran 2 Deskripsi kepemimpinan kepala sekolah .................................. 127
Lampiran 3 Deskripsi Budaya organisasi .......................................................... 133
Lampiran 4 Deskripsi keunggulan sekolah .......................................................... 141
Lampiran 5 Analisis regresi .................................................................................. 148
Lampiran 6 Validitas, Reliabilitas ...................................................................... 156
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Peningkatan mutu pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pengembangan sumber daya manusia. Upaya tersebut harus dilakukan secara terencana,
terarah, dan intensif, sehingga mampu menyiapkan bangsa memasuki era globalisasi yang
sarat persaingan. Mutu pendidikan diarahkan oleh Undang-Undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, yaitu berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan berkualitas diyakini sebagai cara yang
tepat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun, pendidikan di Indonesia
belum mampu menuju pada peningkatan kualitas, sebaliknya masih berkutat pada kuantitas
semata.
Potret tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat pada hasil
penelitian PISA (Programme for International Student Assessment, 2003) menunjukkan
bahwa siswa-siswa Indonesia lemah dalam tiga kemampuan utama. Dalam hal kemampuan
literasi membaca; 69% siswa berada pada level 1 yakni hanya mampu membaca tapi tidak
mampu menangkap makna tema bacaan; 31% berada pada level 2 yakni hanya bisa
membaca teks tapi tidak mampu menemukan tema inti bacaan, gagal menangkap informasi
implisit dalam teks; dan tidak mampu mengaitkan informasi dalam teks dengan
pengetahuan yang dimiliki. Hanya 3% siswa mampu mencapai level 3 yakni mampu
menemukan gagasan utama, mengintegrasikan dalam pengetahuan yang sudah dimiliki,
2
mengkontraskan dan membandingkan. Tidak satupun siswa Indonesia mampu mencapai
level 4 dan 5. Dalam hal penguasaan kemampuan matematika, siswa Indonesia berada pada
peringkat 2 terbawah (ranking 39 dari 41 negara yang diteliti). Keterampilan matematik
yang dimiliki siswa hanya mampu menyelesaikan satu langkah persoalan matematik,
menerapkan keterampilan dasar matematik, mengenal informasi yang bersifat diagram atau
teks yang mudah dikenal dan tidak kompleks. Dalam bidang sains, kemampuan siswa
Indonesia berada pada level paling bawah. Siswa hanya mampu mengingat fakta,
terminologi dan hukum sains serta menggunakan pengetahuan sains yang bersifat umum.
Data hasil penelitian itu semakin menguatkan betapa buruknya kualitas pendidikan kita.
Walaupun di sisi lain, prestasi anak Indonesia cukup membanggakan. Ini dibuktikan
diraihnya juara olimpiade fisika tingkat Internasional.
Salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditempuh dengan membuka
sekolah-sekolah unggulan. Sekolah unggulan dipandang sebagai salah satu alternatif yang
efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus kualitas SDM. Sekolah unggulan
diharapkan melahirkan manusia-manusia unggul yang amat berguna untuk membangun
negeri yang kacau balau ini. Tak dapat dipungkiri setiap orang tua menginginkan anaknya
menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat untuk mendaftarkan
anaknya ke sekolah-sekolah unggulan. Setiap tahun ajaran baru sekolah-sekolah unggulan
dibanjiri calon siswa, karena adanya keyakinan bisa melahirkan manusia-manusia unggul.
Di sekolah-sekolah ini, menuntut biaya pendidikan yang cukup tinggi. Namun
demikian, diiringi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Dengan
pola manajemen sekolah yang matang, sekolah-sekolah unggulan ini mampu menghasilkan
produk pendidikan yang berkualitas. Sergiovanni (1995:75) menyebutkan sekolah unggulan
3
dengan membandingkan antara sekolah efektif dan sekolah sukses. Kedua pengertian ini
sering digunakan secara bergantian, namun membingungkan. Efektivitas mempunyai
pengertian yang lazim dan secara teknis. Ini biasanya dipahami untuk mengartikan
kemampuan memperoleh akibat yang diinginkan. Kemudian, pada beberapa sekolah yang
memperoleh akibat yang diinginkan dengan beberapa kelompok akan mempertimbangkan
efektivitas kelompok tersebut. Tetapi, secara teknis, dalam lingkaran pendidikan, sekolah
efektif akan diperoleh dari pengertian secara spesifik dan khusus. Sekolah efektif dipahami
sebagai sekolah yang kemampuan siswanya pada keterampilan dasar yang diukur dengan
tes kemampuan. Dimensi manajemen, pengajaran, dan kepemimpinan termasuk dalam
model sekolah efektif. Sedang sekolah sukses mempunyai kesan lebih komprehensif,
ekspansif dan lebih konsisten dengan kualitas sekolah yang tinggi dimana kebanyakan
orang Amerika, kaya dan miskin, pedesaan dan perkotaan, muda dan tua, menginginkan
untuk anak-anak mereka (Goodlad, 1983 dalam Sergiovanni, 1995: 77).
Dengan adanya civitas akademika, pembenahan sistem pengolahan sekolah yang
inovatif, disertai disiplin, kreativitas dan kerja keras, telah membuahkan hasil dengan
berbagai prestasi yang telah diraih serta peringkat sekolah yang selalu masuk dalam jajaran
papan atas.
Kepala sekolah sebagai pemimpin juga harus memiliki sifat tersebut. Kepala
sekolah selaku pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi perilaku personel
sekolah agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan usaha kepala sekolah untuk
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan guru, staf,
siswa, orang tua siswa dan pribadi lain yang terkait untuk bekerja sama dalam mencapai
4
tujuan yang telah ditetapkan. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin terutama ditekankan
pada bagaimana kepala sekolah mampu untuk membuat orang lain bekerja dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan sekolah.
Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat dan perilaku
kepemimpinan yang baik dan dapat memberikan kompensasi yang berimbang kepada guru
sehingga menimbulkan motivasi untuk berprestasi di kalangan mereka. Kepala sekolah
hendaknya memiliki visi kelembagaan kemampuan konsepsional yang jelas, serta memiliki
ketrampilan dan seni dalam hubungan antara manusia, penguasaan aspek-aspek teknis dan
subtantif, memiliki semangat untuk maju serta semangat mengabdi dan karakter yang
diterima masyarakat lingkungannya (Mulyasa, 2004: 84).
Pola kepemimpinan kepala sekolah akan sangat berpengaruh bahkan sangat
menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu
memotivasi bawahannya, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan
orang dalam mencapai tujuan, sangat bergantung kepada kewibawaan yang dimilikinya.
Paradigma baru manajemen pendidikan memberikan kewenangan luas kepada kepala
sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorgranisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian pendidikan di sekolah. Mulyasa (2004: 89) mengatakan bahwa, "Kepala
sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan
dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaharuan sistem
pendidikan di sekolah".
Budaya organisasi merupakan faktor penting bagi kinerja organisasi. Gibson,
Ivancevich, dan DonneIly (1996: 77) mengatakan bahwa "Budaya organisasi diartikan
sebagai perpaduan nilai-nilai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, kekhasan dan pola
5
perilaku dalam suatu organisasi". Budaya organisasi muncul dalam dua dimensi, yaitu
dimensi yang tidak tampak (intangible) yang filosofi, ideologi, asumsi-asumsi dasar
keyakinan, dan nilai-nilai, dan dimensi yang nampak (tangible) yang meliputi manivestasi
konseptual, perilaku (behavioral) dan fisik material. Manifestasi konseptual merupakan
perwujudan filosofi, keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi warga sekolah
dalam bentuk organisasi , tujuan dan kurikulum, bahasa dan simbol serta kisah dan tokoh
yang berjasa terhadap kemajuan sekolah. Manivestasi perilaku meliputi kegiatan belajar
mengajar, ritual dan upacara, prosedur, peraturan, tata tertib dan sanksi yang mengatur
perilaku warga sekolah. Sedangkan manivestasi fisik material berbentuk fasilitas dan
perlengkapan, benda-benda, hiasan, lambang dan pakaian seragam.
Owens (1991: 81) menyatakan bahwa dimensi organisasi soft mencakup nilai-nilai
(values), keyakinan (beliefs), budaya , dan norma perilaku. Dimensi hard berupa wujud
atau susunan organisasi itu sendiri. Dimensi organisasi yang bersifat soft hakekatnya
merupakan landasan segala perwujudan yang berbentuk hard. Kedua dimensi tersebut
secara utuh disebut dengan budaya organisasi. Bila budaya organisasi tersebut diterapkan di
sekolah maka disebut dengan budaya organisasi sekolah.
Adanya perkembangan masyarakat dan tuntutan terhadap kinerja sekolah agar
memiliki keluaran (output) yang baik, maka sekolah perlu mengembangkan budaya
organisasi sekolah yang mendukung pencapaian tujuan sekolah. Dengan demikian sekolah
harus lebih profesional dan memiliki produktivitas yang tinggi dalam pengelolaan kegiatan-
kegiatannya.
6
Berdasarkan latar belakang masalah inilah maka peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah,dan budaya organisasi terhadap keunggulan suatu
sekolah..
1.2. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana dikemukakan di atas, timbul
suatu permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap keunggulan suatu
sekolah?
2. Seberapa besar pengaruh budaya organisasi sekolah terhadap keunggulan suatu sekolah?
3. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah,dan budaya organisasi secara
bersama-sama terhadap keunggulan suatu sekolah?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap
keungggulan Sekolah Dasar di Kabupaten Blora.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh budaya organisasi terhadap keunggulan Sekolah
Dasar di Kabupaten Blora.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi
sekolah terhadap keunggulan Sekolah Dasar di Kabupaten Blora.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Memberi gambaran tentang kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah
yang baik serta pengaruhnya pada keunggulan suatu sekolah.
7
2. Memberi masukan pada Dinas Pendidikan, Yayasan Pendidikan dan Organisasi
Keagamaan yang menyelenggarakan persekolahan dalam memajukan lembaga
pendidikan dalam kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah yang baik
serta pengaruhnya terhadap keunggulan suatu sekolah.
3. Secara konseptual dapat memperkaya teori terutama yang berkaitan dengan
kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah yang baik, serta keunggulan
suatu sekolah.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti berikutnya/ peneliti lain yang
ingin mengkaji lebih mendalam dengan topik dan fokus serta setting yang lain untuk
memperoleh perbandingan sehingga memperkaya temuan-temuan penelitian ini.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Sekolah Unggul
Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan
dalam keluaran (output) pendidikannya (Depdikbud, 1994) untuk mencapai keunggulan
tersebut maka masukan (input) proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan,
manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tersebut. Beberapa faktor yang berhubungan dengan fungsi
yang menjamin bahwa organisasi itu dapat mengadakan pembaharuan sendiri, dengan
berorientasi pada pemecahan masalah. Pertama, nilai-nilai budaya dan dukungan yang baik.
Administrator, supervisor dan guru-guru mempunyai harapan yang tinggi antara satu
dengan yang lain dan dengan siswa-siswanya. Orang tua murid dan pemimpin masyarakat
sama-sama mempunyai kebanggaan pada sistem persekolahan yang ada. Kedua, sekolah
mempunyai misi yang jelas, untuk mengembangkan siswa secara optimal. Ketiga, adanya
kebijakan sekolah yang memudahkan pencapaian tujuan. Keempat, adanya keseimbangan
yang optimal antara “tight” dan “loose”. Pimpinan mempunyai ketetapan secara sistematis
dimana keputusan dibuat sebaik mungkin.
Sedang Sergiovanni (1995:75) menyebutkan sekolah unggulan dengan
membandingkan antara sekolah efektif dan sekolah sukses. Kedua pengertian ini sering
digunakan secara bergantian, namun membingungkan. Efektivitas mempunyai pengertian
yang lazim dan secara teknis. Ini biasanya dipahami untuk mengartikan kemampuan
memperoleh akibat yang diinginkan. Kemudian, pada beberapa sekolah yang memperoleh
akibat yang diinginkan dengan beberapa kelompok akan mempertimbangkan efektivitas
9
kelompok tersebut. Tetapi, secara teknis, dalam lingkaran pendidikan, sekolah efektif akan
diperoleh dari pengertian secara spesifik dan khusus. Sekolah efektif dipahami sebagai
sekolah yang kemampuan siswanya pada keterampilan dasar yang diukur dengan tes
kemampuan. Dimensi manajemen, pengajaran, dan kepemimpinan termasuk dalam model
sekolah efektif. Sekolah sukses mempunyai kesan lebih komprehensif, ekspansif dan lebih
konsisten dengan kualitas sekolah yang tinggi dimana kebanyakan orang Amerika, kaya
dan miskin, pedesaan dan perkotaan, muda dan tua, menginginkan untuk anak-anak mereka
(Goodlad, 1983 dalam Sergiovanni, 1995:77). Dengan demikian, sekolah unggulan
merupakan sekolah yang efektif dan sukses dalam penyelenggaraannya serta diakui oleh
masyarakat.
Menurut Nurkholis (2005, http//www.depdiknas), menyatakan sebutan sekolah
unggulan itu sendiri kurang tepat. Kata “unggul” menyiratkan adanya superioritas
dibanding dengan yang lain. Kata ini menunjukkan adanya “kesombongan” intelektual
yang sengaja ditanamkan di lingkungan sekolah. Di negara-negara maju, untuk
menunjukkan sekolah yang baik tidak menggunakan kata unggul (excellent) melainkan
effective, develop, accelerate, dan essential.
Dari sisi ukuran muatan keunggulan, sekolah unggulan di Indonesia juga tidak
memenuhi syarat. Sekolah unggulan di Indonesia hanya mengukur sebagian kemampuan
akademis. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah unggul adalah sekolah yang secara
terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya
secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti
bukan hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi psikis,
fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi.
10
Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh
warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep sekolah
unggulan yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka
harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas
tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan akan dapat dicapai apabila
seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berati tenaga administrasi,
pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus
dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim
sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah.
Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun
sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah
itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki
peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan
pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci
utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan
memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Profesor Suyanto
(Kompas, 29-4-2002, hal.4), program kelas (baca: sekolah) unggulan di Indonesia secara
pedagogis menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan
merugikan pendidikan kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan
cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi
yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis
tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada
yang memiliki karakteristik homogen.
11
Suyanto (kompas, 29-4-2002, hal 4) menyatakan, pelaksanaan sekolah unggulan di
Indonesia memiliki banyak kelemahan. Pertama, sekolah unggulan di sini membutuhkan
legitimasi dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat.
Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan politis dari pada muatan
edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari atas pengakuan masyarakat maka
pemerintah tidak perlu mengucurkan dana lebih kepada sekolah unggulan, karena
masyarakat akan menanggung semua biaya atas keunggulan sekolah itu.
Kedua, sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu golongan
miskin tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun secara akademis
memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus memiliki kemampuan
akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya penyelenggaraan
sekolah unggulan bertentangan dengan prinsip equity yaitu terbukanya akses dan
kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati pendidikan yang baik. Keadilan
dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat penting agar kelak melahirkan manusia-
manusia unggul yang memiliki hati nurani yang berkeadilan.
Ketiga, profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang
tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana
prasarana yang lengkap, dana sekolah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan
pengelolaan sekolah yang kesemuanya sudah unggul. Wajar saja bila bahan masukannya
bagus, diproses di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula maka keluarannya
otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul adalah apabila masukan biasa-biasa saja
atau kurang baik tetapi diproses ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga
keluarannya bagus.
12
Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera direstrukturisasi
agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-
bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 %,
artinya setiap 1.000 orang terdapat 20 anak berbakat. Berdasarkan prakiraan Lembaga
Demografi UI (1991) penduduk usia sekolah di Indonesia tahun 2000 diperkirakan sebesar
76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat (baca: unggul) sebanyak 1.529.565
orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dari tingkat nasional,
propinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan (Nurkholis, 2005, http//www.depdiknas.or.id).
Maka konsep sekolah unggulan yang tidak unggul ini harus segera direstrukturisasi.
Restrukrutisasi sekolah unggulan yang ditawarkan adalah sebagai berikut : pertama,
program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang memiliki bakat
keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat keunggulan. Kelas harus dibuat
heterogen sehingga anak yang memiliki bakat keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi
dengan semua orang dari tingkatan dan latar berlakang yang beraneka ragam. Pelaksanaan
pembelajaran harus menyatu dengan kelas biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat
keunggulan tertentu disalurkan dan dikembangkan bersama-sama dengan anak yang
memiliki bakat keunggulan serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan seni
tetap masuk dalam kelas reguler, namun diberi pengayaan pelajaran seni.
Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan
inteligensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika-matematika seperti yang
diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat dijaring melalui berbagai
keberbakatan seperti yang hingga kini dikenal adanya 8 macam kecerdasan.
13
Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja tetapi
menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua kalangan. Berbagai
sekolah unggulan yang dikembangkan di Amerika justru untuk membela kalangan miskin.
Misalnya Effectif School yang dikembangkan awal 1980-an oleh Ronald Edmonds di
Harvard University adalah untuk membela anak dari kalangan miskin karena prestasinya
tak kalah dengan anak kaya. Demikian pula dengan School Development Program yang
dikembangkan oleh James Comer ditujukan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa
yang berasal dari keluarga miskin. Accellerated School yang diciptakan oleh Henry Levin
dari Standford University juga memfokuskan untuk memacu prestasi yang tinggi pada
siswa kurang beruntung atau siswa beresiko. Essential school yang diciptakan oleh
Theodore Sizer dari Brown University, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kurang
mampu.
Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang unggul
yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah, memiliki kepemimpinan yang
kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa,
menghargasi prestasi setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya
harapan siswa dan berbagai pihak terkait dengan memuaskan.
Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di atas pundak
sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi. Saat ini amat tepat untuk
mengembangkan sekolah unggulan karena terdapat dua suprastruktur yang mendukung.
Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pendidikan termasuk
salah satu bidang yang didesentralisasikan. Dengan adanya kedekatan birokrasi antara
14
sekolah dengan Kabupaten/Kota diharapkan perhatian pemerintah daerah terhadap
pengembangan sekolah unggulan semakin serius.
Kedua, adanya UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
Tahun 2000-2004 yang didalamnya memuat bahwa salah satu program pendidikan pra-
sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah terwujudnya pendidikan
berbasis masyarakat/sekolah. Melalui pendidikan berbasis masyarakat/sekolah inilah warga
sekolah akan memiliki kekuasaan penuh dalam mengelola sekolah. Setiap sekolah akan
menjadi sekolah unggulan apabila diberi wewenang untuk mengelola dirinya sendiri dan
diberi tanggung jawab penuh. Selama sekolah-sekolah hanya dijadikan alat oleh birokrasi
di atasnya (baca: dinas pendidikan) maka sekolah tidak akan pernah menjadi sekolah
unggulan. Bisa saja semua sekolah menjadi sekolah unggulan yang berbeda-beda
berdasarkan pontensi dan kebutuhan warganya. Apabila semua sekolah telah menjadi
sekolah unggulan maka tidak sulit bagi negeri ini untuk bangkit dari keterpurukannya.
a. Latar Belakang Perlunya Sekolah Unggul
Perlunya perhatian khusus kepada peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa melalui sekolah-sekolah yang mengutamakan keunggulan adalah
selaras dengan fungsi utama pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik secara
utuh dan optimal. Pengembangan potensi tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan
terarah. Salah satu strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat massal dengan
cara memberikan perlakuan dan pelayanan yang sama kepada semua peserta didik tanpa
memperhatikan perbedaan kecerdasan, minat dan bakatnya. Strategi ini hanya pas dalam
konteks pemerataan kesempatan, tetapi strategi tersebut kurang mampu menunjang usaha
mengoptimalkan pengembangan potensi sumber daya manusia yang cepat. Dengan strategi
15
tersebut munculnya keunggulan terjadi secara acak dan sangat tergantung kepada motivasi
belajar setiap peserta didik serta lingkungan belajar dan mengajarnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar sepertiga peserta didik yang dapat
digolongkan sebagai siswa berbakat mengalami gejala “prestasi kurang” dan salah satu
penyebabnya adalah lingkungan belajar kurang menantang untuk mewujudkan
kemampuannya secara optimal. Padahal strategi massal akan mempunyai konsekuensi
sumberdaya (dana, tenaga dan sarana) yang berat. Untuk itu perlu dikembangkan strategi
alternatif yang bertujuan menghasilkan peserta didik yang unggul, yaitu berupa pemberian
perhatian dan perlakuan khusus kepada peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya (Ekosusilo, 2003).
Namun perlu disadari, bahwa strategi kedua tersebut tidak berarti peningkatan
kualitas pendidikan untuk peserta didik secara massal diabaikan, karena pada hakikatnya
pengembangan sekolah unggul ini akan memberi peluang bagi semua peserta didik untuk
berprestasi secara optimal, justru strategi kedua tersebut untuk mengimbangi kekurangan
yang terdapat pada strategi masal-konvensional. Antara strategi pertama dan kedua
perbedaannya terletak pada intensitas dan eksistensitas perhatian yang diberikan kepada
peserta didik yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Dikembangkannya strategi kedua
melalui sekolah unggul adalah untuk memacu pemerataan mutu pendidikan nasional.
Selama ini data menunjukkan bahwa mutu pendidikan nasional belum merata. Adanya
sekolah unggul dapat membekali mereka pengalaman belajar yang berkualitas, dengan
sendirinya mereka mempunyai peluang yang lebih besar untuk memasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan pilihannya.berdasarkan alasan-alasan tersebut,
maka perlu dikembangkan sekolah-sekolah unggul dengan manajemen yang tertata rapi.
16
a. Ciri-ciri Sekolah Unggul
Dimensi-dimensi keunggulan sebagai ciri sekolah unggul sebagaimana ditegaskan
oleh Depdikbud (1994) adalah sebagai berikut :
1) Masukan (input) yaitu siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu
dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang dimaksud adalah (1)
prestasi belajar superior dengan indikator angka rapor, Nilai Ebtanas Murni (NEM), dan
hasil ter prestasi akademik; (2) skor psikotes yang meliputi intelegensi dan kreativitas;
(3) tes fisik jika diperlukan.
2) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta
menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam kegiatan kurikuler maupun
ekstrakurikuler.
3) Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi
keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.
4) Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik dari segi penguasaan
materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas.
Untuk itu perlu disediakan insentif tambahan bagi guru berupa uang maupun fasilitas
lainnya seperti perumahan.
5) Kurikulumnya diperkaya dengan pengembangan dan improvisasi secara maksimal
sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta
motivasi belajar yang lebih tinggi dari yang lain.
6) Kurun waktu belajar lebih lama dibanding sekolah lain. Karena itu perlu ada asrama
untuk memaksimalkan pembinaan dan menampung para siswa dari berbagai lokasi. Di
17
kompleks asrama perlu ada sarana yang bisa menyalurkan minat dan bakat siswa seperti
perpustakaan, alat-alat olah raga, kesenian, dan lain-lain yang diperlukan.
7) Proses belajar mengajar harus berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
(accountable) baik kepada siswa, lembaga maupun masyarakat.
8) Sekolah unggul tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didik di sekolah
tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial kepada lingkungan sekitarnya.
9) Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan di luar kurikulum nasional
melalui pengembangan kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran
remidial, pelayanan bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas
dan disiplin.
Sejalan dengan dimensi-dimensi sebagai ciri sekolah unggul di atas Djoyonegoro
(1998 dalam Ekosusilo, 2003:41) berpendapat bahwa :
“Sekolah unggulan adalah sekolah yang mempunyai indikator : (1) prestasi akademik dan non akademik di atas rata-rata sekolah di daerahnya, (2) sarana dan prasarana serta layanan yang lebih lengkap, (3) sistem pembelajaran lebih baik dan waktu belajar lebih panjang, (4) melakukan seleksi yang cukup ketat terhadap pendaftar, (5) mendapat animo yang besar dari masyarakat yang dibuktikan dengan banyaknya jumlah pendaftar dibanding kapasitas kelas, dan (6) biaya sekolah lebih tinggi dari sekolah lain di sekitarnya”.
Lebih lanjut, Wayson (1988, dalam Ekosusilo, 2003:42)) menyebutkan bahwa
karakteristik sekolah unggulan adalah :
“(1) tidak kaku, fleksibel, dan tidak tegang, (2) tidak menggunakan pendekatan hukuman, menekankan pada yang positif, (3) tidak elitis, menerima dan memajukan semua siswa, (4) tidak membatasi kurikulum secara sempit pada yang dasar, memberikan kurikulum yang fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, (5) tidak tertuju pada tes (latihan soal) semata, pencapaian prestasi lebih disebabkan karena mereka dilatih proses berpikir tingkat tinggi (higher order), (6) bekerja tidak terpaku pada program yang baku, bekerja atas dasar komitmen dan kreativitas pegawai, (7) kepala sekolah tidak otoritarian, tetapi memiliki visi mengenai bagaimana seharusnya sekolah, serta upaya untuk mewujudkan misi tersebut, (8)
18
merekrut dan mempekerjakan staf atas dasar keahlian dan memiliki prosedur untuk mengeluarkan mereka yang tidak memiliki kontributisi terhadap sekolah, (9) memiliki pengembangan staff yang intensif, (10) memiliki tujuan yang jelas, penilaian yang baik, serta dapat memperbaiki kekurangan dan menghindari kesalahan, (11) staf dan siswa sama-sama memiliki rasa tanggungjawab dalam pembelajaran, (12) menempatkan kesejahteraan (kebaikan) siswa di atas yang lain, (13) memiliki struktur yang memungkinkan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan secara kelompok, bukan individual, (14) memiliki pimpinan yang menggugah semangat dan partisipasi staf serta menggalang dukungan dari pihak luar, (15) merayakan keberhasilan dan memberikan penghargaan kepada staf dan siswa yang berprestasi, dan (16) fleksibel dalam hal cara, namun berpegang teguh pada tujuan”.
c. Filosofi Sekolah Unggulan
Sekolah unggul di Indonesia didasari filosofi yang berkenaan dengan hakikat
manusia, hakikat pembangunan nasional, tujuan pendidikan dan usaha untuk mencapai
tujuan pendidikan tersebut.
Pertama, manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa telah dilengkapi dengan
berbagai potensi dan kemampuan. Potensi itu pada dasarnya merupakan anugerah kepada
manusia yang semestinya dimanfaatkan dan dikembangkan, dan jangan disia-siakan. Di
samping memiliki persamaan dalam sifat dan karakteristiknya, potensi tersebut agar
menjadi aktual dalam kehidupan, sehingga berguna bagi orang yang bersangkutan,
masyarakat dan bangsanya, serta menjadi bekal untuk menghambakan diri kepada Tuhan.
Dengan demikian usaha untuk mewujudkan anugrah potensi tersebut secara penuh
merupakan konsekuensi dari amanah Tuhan.
Kedua, dalam pembangunan nasional, manusia merupakan sentral yaitu sebagai
subjek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subjek, maka manusia
Indonesia dikembangkan untuk menjadi manusia yang utuh, yang berkembang segenap
dimensi potensinya secara wajar. Pendidikan nasional mengembang tugas dalam
19
mengembangkan manusia Indonesia sehingga menjadi manusia yang utuh dan sekaligus
merupakan sumber daya pembangunan.
Ketiga, pendidikan nasional berusaha menciptakan keseimbangan antara
pemerataan kesempatan dan keadilan. Pemerataan kesempatan berarti membuka
kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik dari semua lapisan masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan tanpa dihambat oleh perbedaan jenis kelamin, suku bangsa
dan agama. Akan tetapi memberikan kesempatan yang sama (equal opportunity) pada
akhirnya akan dibatasi oleh kondisi objektif peserta didik, yaitu kapasitasnya untuk
dikembangkan.
Keempat, dalam upaya mengembangkan kemampuan peserta didik, pendidikan
berpegang pada asas keseimbangan dan keselarasan yaitu keseimbangan antara kreativitas
dan disiplin, keseimbangan antara persaingan dan kerjasama, keseimbangan antara
pengembangan kemampuan berpikir holistik dengan kemampuan berpikir atomistik, dan
keseimbangan antara tuntutan dan prakarsa.
d. Visi dan Misi Sekolah Unggulan
1) Pengertian Visi dan Misi
Visi bukan sekedar penglihatan kasat mata, melainkan penglihatan dengan kekuatan
mental atau dengan kacamata batin dalam arti kognitif, afektif dan psikomotorik. Visi
dibentuk dengan kecerdasan umum, penghayatan nilai-nilai, pengetahuan dan pengalaman,
kemampuan-kemampuan dalam bidang khusus secara konseptual, pemecahan masalah, dan
daya-daya keperilakuan lain yang dijadikan unggulan. Dalam pengertian ini, visi
merupakan saripati endapan dari sistem nilai dan kaidah-kaidah. Sinamo (1998:4)
menegaskan bahwa “secara ringkas visi adalah apa yang didambakan organisasi untuk
20
“dimiliki” atau diperoleh di masa depan (what do we want to have)”. Agar efektif dan
powerful, maka visi dan misi harus jelas, harmonis dan kompatibel.
Gaffar (1994) berpendapat bahwa visi adalah daya pandang yang jauh, mendalam
dan meluas, merupakan daya fikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dasyat dapat
menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat. Visi adalah kunci energi manusia,
kunci atribut pemimpin dan pembuat kebijakan.
2) Ciri-ciri Visi yang Baik
Visi terbentuk dari perpaduan antara : aspirasi, imajinasi, insight, nilai-nilai
informasi, pengetahuan dan : “judgement”. Agar suatu misi dapat menumbuhkan semangat,
menyuburkan inspirasi, menciptakan makna bagi anggota organisasi, maka visi harus
disepakati dan dihayati bersama (shared vision). Karena itu proses perumusan visi
hendaknya dapat mendorong tumbuhnya kepemilikan (ownership) visi oleh anggota
organisasi sejak awal.
Visi menunjukkan arah pergerakan organisasi dari posisinya sekarang ke masa
depan. Visi merupakan jembatan antara masa kini dan masa depan. Visi yang baik
mempunyai ciri-ciri : (1) memperjelas arah dan tujuan, (2) mudah dimengerti dan
diartikulasikan dengan baik, (3) mencerminkan cita-cita yang tinggi dan menetapkan
standard of excellent, (4) menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan dan komitmen, (5)
menciptakan makna bagi anggota organisasi, (6) merefleksikan keunikan atau
keistimewaan organisasi, (7) menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi,
(8) kontekstual, dalam arti memperhatikan secara seksama hubungan organisasi dengan
lingkungan dan sejarah perkembangan organisasi yang bersangkutan.
21
Terwujudnya visi bergantung kepada usaha yang dilakukan sendiri oleh organisasi
dan hal-hal yang terjadi di luar organisasi. Visi dan misi yang kuat sangat diperlukan demi
kelangsungan hidup organisasi. Karena itu, visi dan misi harus cocok dengan sejarah,
budaya, semangat dan nilai-nilai organisasi.
3) Peran Visi dan Misi
Peran nilai dalam proses perencanaan proses pendidikan sangat mutlak. Nilailah
yang menggerakkan motivasi seluruh anggota organisasi untuk menentukan tujuan dan
merumuskan kebijakan ke arah tercapainya tujuan. Tanpa pemahaman nilai-nilai yang
mendasarinya, maka konsistensi (ketaatan asas) tidak dapat dijamin. Karena nilai itu
berakar pada tatanan sosial, maka dengan merujuk pada nilai dapatlah dihindarkan
pertentangan yang mungkin timbul antara tujuan-tujuan individual dengan kehadiran
kebijakan serta wahana pelaksanaannya.
Nilai yang seringkali hanya bersifat tersirat (implicit) mungkin menjadi kabur, atau
bahkan terlupakan karena proses perjalanan waktu. Karenanya dengan menjadikan nilai-
nilai itu secara tersurat (explicit) maka nilai-nilai itu dapat menduduki tempat sebagai
landasan masyarakat, atau nilai-nilai itu ditolak karena masyarakatnya kacau, dangkal,
bahkan rusak. Dengan pemahaman akan nilai, maka kita dapat berada pada posisi yang
lebih baik untuk menciptakan keseimbangan yang seharusnya antara tujuan dengan
tampilnya tujuan yang salah, serta membatasi kelemahan dan kesengajaan antara tujuan kita
dengan sistem wahana pelaksanaan kebijakan.
4) Visi dan Misi Sekolah Unggul
Sekolah unggul di dasari visi bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang bermuara kepada tujuan pembangunan
22
nasional, memerlukan usaha-usaha yang sistematis, terarah dan intensional dalam menggali
dan mengembangkan potensi manusia Indonesia secara maksimal sehingga dapat menjadi
bangsa yang maju, sejahtera, damai dengan dasar Pancasila, serta dihormati dan
diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain dalam percaturan global.
Berdasarkan visi tersebut, maka misi sekolah unggul adalah meningkatkan dan
mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia sebagai subjek dan wahana untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional. Visi dan misi sangat erat kaitannya dengan sistem
nilai. Visi merupakan sari pati endapan dari sistem nilai. Visi dapat memacu motivasi serta
sikap yang dapat menuntun perbuatan. Visi adalah kunci energi manusia, kunci atribut
pemimpin dan pembuat kebijakan. Sedangkan nilai membentuk landasan yang kokoh bagi
tujuan dan misi. Visi merupakan inti sekaligus sumber kekuatan organisasi. Jadi visi
memegang peran yang penting dalam keberhasilan tujuan organisasi.
5) Sasaran Sekolah Unggul
Pada jenjang pendidikan menengah (SMA), sasaran yang ingin dicapai adalah
menyiapkan para lulusan untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi yang bermutu di
dalam negeri maupun luar negeri. Dengan bekal kemampuan yang diperolehnya, mereka
juga diproyeksikan untuk siap memasuki jalur karir yang lain maupun bekerja mandiri
apabila tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6) Tujuan Sekolah Unggul
Acuan dasar dari tujuan umum sekolah unggul adalah tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam GBHN dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
yaitu menghasilkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
23
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, produktif, sehat jasmani dan
rohani, memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah air, kesetiakawanan sosial, kesadaran
akan sejarah bangsa dan sikap menghargai pahlawan, serta berorientasi masa depan.
Secara khusus, sekolah unggul bertujuan untuk menghasilkan keluaran pendidikan
yang memiliki keunggulan dalam hal-hal berikut : (a) keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, (b) nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, (c) wawasan IPTEK
yang mendalam dan luas, (d) motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi
dan keunggulan, (e) kepekaan sosial dan kepemimpinan, dan (f) disiplin tinggi ditunjang
oleh kondisi fisik yang prima.
2.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Suatu organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar bila memiliki pemimpin
yang baik. Pemimpin dalam suatu orgnisasi memegang kendali utama dalam mengatur
jalannya organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 174) disebutkan
bahwa pemimpin artinya orang yang memimpin atau cara memimpin. Pemimpin yang
baik, adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang dapat diandalkan.
Kepemimpinan itu sendiri merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi prestasi kerja dan merupakan aktivitas utama untuk pencapaian tujuan
organisasi. Mulyasa (2005: 107) mengatakan bahwa, kepemimpinan adalah kegiatan
untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Dari hal tersebut maka dapat diketahui bahwa kepemimpinan merupakan
24
suatu proses mempengaruhi aktivitas dari individu maupun kelompok untuk mencapai
tujuan dalam situasi tertentu.
Menurut pendapat Sondang P. Siagian (1994: 36) menjelaskan bahwa
kepemimpinan merupakan inti dari manajemen karena kepemimpinan merupakan motor
penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat (manusia dan alat-alat) dalam suatu
organisasi. Kepemimpinan merupakan salah satu penentu dalam pencapaian tujuan
organisasi. Sedangkan Menurut Hadari Nawawi dan Martini Hadari (1995: 9),
kepemimpinan dapat diartikan kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang
agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tu.juan
bersama.
Soelardi dalam Mulyasa (2002: 107) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina agar maksud manusia sebagai media manajemen akan bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang
saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakterisiknya, adanya pengikut, serta
adanya situasi kelompok.
Sedangkan menurut Tannembaum, Weshler dan Massarik, dalam Wahjosumidjo
(2003; 17) "Leadership is interpersonal influence excerised in a situation and directed,
through the communication proccess, toward the attainment of a specified goal or goals.
Menurut Ngalim Purwanto,(1993: 26) kepemimpinan merupakan suatu bentuk persuasi,
suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui human relation dan
25
motivasi sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerja sama dan membanting
tulang untuk mencapai segala apa yang menjadi tujuan organisasi.
Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses kepemimpinan terdapat sekurang-
kurangnya tiga unsur, yaitu ada seorang pemimpin yang memimpin, mempengaruhi dan
memberikan bimbingan; ada anggota (bawahan) yang dikendalikan; dan ada tujuan yang
diperjuangkan melalui serangkaian kegiatan. Pemimpin pada hakekatnya adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan di sini berarti
kemampuan mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakannya. Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempengaruhi prestasi kerja organisasi. Kepemimpinan merupakan aktifitas
utama untuk mencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan inti manajemen,
sedangkan manajemen adalah inti administrasi. Secara umum kepemimpinan
didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi aktifitas dari individu maupun
kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Dalam hubungan dengan misi pendidikan, kepemimpinan dapat diartikan
sebagai usaha kepala sekolah dalam memimpin, mempengaruhi, dan memberikan
bimbingan kepada para personil pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan
dan pengajaran dapat tercapai rnelalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan
(Anwar, 2003: 70 ).
Fungsi kepemimpinan pendidikan menunjuk kepada berbagai aktivitas atau
tindakan yang dilakukan oleh seorang kepala dalam upaya menggerakkan guru-guru,
26
karyawan, siswa, dan anggota masyarakat agar mau berbuat sesuatu guna melaksanakan
program-program pendidikan di sekolah.
Lebih lanjut, Anwar (2003:70) mengatakan bahwa untuk memungkinkan tercapainya tujuan kepemimpinan pendidikan di sekolah, pada pokoknya kepemimpinan pendidikan memiliki tiga fungsi berikut: (1) Membantu kelompok merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai yang akan menjadi pedoman untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan; (2) Fungsi dalam menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa, dan anggota masyarakat untuk mensukseskan program pendidikan di sekolah; dan (3) Menciptakan sekolah sebagai suatu lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis dan nyaman, sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja guru tinggi. Artinya pemimpin harus menciptakan iklim organisasi yang mampu rnendorong produktivitas pendidikan yang tinggi dan kepuasan kerja yang rnaksimal. Kemampuan seorang pemimpin mempengaruhi orang lain didukung oleh kelebihan
yang dimilikinya, baik yang berkaitan dengan sifat kepribadian maupun yang berkaitan
dengan kekuasaan pengetahuan dan pengalamannya. Sekolah yang produktif tercipta
karena kepemimpinan yang diterapkan di sekolah diarahkan pada proses pemberdayaan
para guru sehingga kinerja guru lebih berdasarkan pada prinsip-prinsip dan konsep
bersama, bukan karena suatu instruksi dari pimpinan.
Peningkatan mutu sekolah memerlukan perubahan kultur organisasi, suatu
perubahan yang mendasar tentang bagaimana individu-individu dan kelompok rnemahami
pekerjaan dan perannya dalam organisasi sekolah. Kultur sekolah terutama dihasilkan oleh
kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus memahami bahwa sekolah sebagai
suatu sistem organik, sehingga mampu berperan sebagai pemimpin (leader), maka
seharusnya: a) lebih banyak mengarahkan, mendorong dari pada memaksa; b) lebih
berdasar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan bersandar pada
kekuasaan c) senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi
27
bukannya menciptakan rasa takut; d) senantiasa menunjukkan bagaimana cara
melakukan sesuatu dari pada menunjukkan bahwa ia tahu sesuatu; e) senantiasa
mengembangkan suasana antusias, bukannya mengembangkan suasana yang
menjemukan; dan f) senantiasa memperbaiki kesalahan yang ada dari pada
menyalahkan kesalahan pada seseorang, bekerja dengan penuh kesungguhan, bukan
ogah-ogahan karena serba kekurangan.
Wahjosumidjo (2003: 106) mengatakan bahwa kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktek sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah, yakni : 1) Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan kepada sikap para
guru, staf, dan para siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan, kepentingan serta tingkat sosial budaya yang berbeda sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan antar kelompok.
2) Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing (suggesting)
3) Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya.
4) Kepala sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti marnpu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
5) Patah semangat, kehilangan kepercayaan harus dapat dibangkitkan kembali oleh para kepala sekolah (catalyzing).
6) Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang, baik secara individu maupun kelompok.
7) Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupau sekolah, di mana dan dalam kesempatan apapun.
8) Kepala sekolah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa.
9) Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi.
Kepempinan kepala sekolah harus dapat menggerakkan dan memotivasi kepada:
28
a) guru, untuk menyusun program, menyajikan program dengan baik, melaksana-kan
evaluasi, melakukan analisis hasil belajar dan melaksanakan perbaikan dan
pengayaan secara tertib dan bertanggung jawab;
b) karyawan, untuk mengerjakan tugas administrasi dengan baik, melaksanakan
kebersihan lingkungan serutin melaksanakan tugas pemeliharaan gedung dan
perawatan barang-barang inventaris dengan baik dengan penuh kesadaran dan
bertanggung jawab;
c) siswa, untuk rajin belajar secara tertib, terarah dan teratur dengan penuh kesadaran
yang berorientasi masa depan;
d) orang tua dan masyarakat, agar mampu untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kemitraan yang lebih baik agar partisipasi mereka terhadap usaha pengembangan
sekolah makin meningkat dan dirasakan sebagai suatu kewajiban, bukan sesuatu
yang membebani. Yang lebih penting lagi kepemimpinan kepala sekolah harus dapat
memberikan kesejahteraan lahir batin, mengembangkan kekeluargaan yang lebih baik,
meningkatkan rasa kebersamaan dalam mencapai tujuan dan menumbuhkan budaya
positif yang kuat di lingkungan sekolah.
Kegiatan kepala sekolah tidak hanya berkaitan dengan pimpinan pengajaran saja,
melainkan meliputi seluruh kegiatan sekolah, seperti pengaturan, pengelolaan sekolah, dan
supervisi terhadap staf guru dan staf administrasi. Kepala sekolah pada dasarnya melakukan
kegiatan yang beraneka macam dari kegiatan yang bersifat akademik, administratif,
kegiatan kemanusiaan, dan kegiatan sosial.
29
Banyaknya faktor yang harus menjadi tanggung jawab kepala sekolah, sehingga
menuntut kepala sekolah untuk memiliki kemampuan yang prima dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Mulyasa, (2004:115) menyatakan bahwa, kemampuan yang harus diwujudkan
kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap
tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan
kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian adalah sifat dasar yang dimiliki oleh setiap manusia dan merupakan
bawaan sejak lahir yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun demikian ada
beberapa hal mendasar sifat-sifat yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai
pemimpin sekolah. Adapun kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin
dalam sifat-sifat: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan
keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil dan menjadi teladan.
Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus memiliki pengelahuan terhadap tenaga
kependidikan. Adapun hal-hal yang menyangkut pemahaman tenaga kependidikan akan
terlihat pada kemampuan utuk memahami kondisi tenaga kependidikan, memahami
kondisi dan karakteristik peserta didik, menyusun progrm pengembangan tenaga
kependidikan, menerima masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kepemimpinannya.
Setiap sekolah pasti memiliki visi dan misi sekolah. Sebagai pemimpin, maka
kepala sekolah harus memiliki pemahaman terhadap visi dan misi sekolah yang
dipimpinnya. Pemahaman ini tercermin dari kemampuannya untuk mengembangkan
30
visi dan misi sekolah serta melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi
tersebut ke dalam tindakan nyata.
Kenapa sekolah harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menyikapi
suatu permasalahan. Kemampuan mengambil keputusan ini dapat terlihat dari
kemampuan mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah dan
mengambil keputusan untuk kepentingan internal dan eksternal sekolah.
Kemampuan berkomunikasi yang baik harus dimiliki pula oleh kepala sekolah
selaku pemimpin di sekolah. Kemampuan berkomunikasi ini tercermin dari
kemampuannya untuk berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di
sekolah, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, berkomunikasi secara lisan dengan
peserta didik dan berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat di
sekitar lingkungan sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemimpin (leader) dalam lingkup sekolah harus memiliki
sikap-sikap positif yang meliputi keteladanan, mampu menumbuhkan kreativitas, mampu
memotivasi, mampu mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap sekolah serta mawas
diri, berusaha mencapai misi, visi dan tujuan sekolah, konsisten pada pengucapan dan
perbuatan, memberikan dorongan dan meningkatkan semangat kerja staf, terbuka dan
bersedia menerima kritik, mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, mampu
memberi pujian bagi yang berhasil dan memberi sanksi bagi yang salah serta dapat
menumbuhkan rasa keakraban dan kekeluargaan di kalangan anggota yang dipimpinnya.
(Mulyasa, 2004: 98).
31
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan usaha kepala sekolah untuk
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan guru, staf,
siswa, orang tua siswa dan pribadi lain yang terkait untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin terutama ditekankan
pada bagaimana kepala sekolah mampu untuk membuat orang lain bekerja dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan sekolah.
Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat dan perilaku
kepemimpinan yang baik dan dapat memberikan kompensasi yang berimbang kepada guru
sehingga menimbulkan motivasi untuk berprestasi di kalangan mereka. Kepala sekolah
hendaknya memiliki visi kelembagaan kemampuan konsepsional yang jelas, serta memiliki
ketrampilan dan seni dalam hubungan antara manusia, penguasaan aspek-aspek teknis dan
subtantif, memiliki semangat untuk maju serta semangat mengabdi dan karakter yang
diterima masyarakat lingkungannya (Mulyasa, 2004: 84).
Pola kepemimpinan kepala sekolah akan sangat berpengaruh bahkan sangat
menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu
memotivasi bawahannya, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan
orang dalam mencapai tujuan, sangat bergantung kepada kewibawaan yang dimilikinya.
Paradigma baru manajemen pendidikan memberikan kewenangan luas kepada kepala
sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaaan, pengawasan dan
pengendalian pendidikan di sekolah. Mulyasa (2004: 89) mengatakan bahwa, "Kepala
sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan
dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan
32
di sekolah". Untuk itu pemimpin perlu untuk memiliki pengetahuan mengenai motif
bawahannya yang dapat mendorong untuk melakukan tindakan tertentu. Kepala sekolah
dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan yang mampu meningkatkan motivasi
berprestasi di kalangan guru, siswa, staf dan personil sekolah lainnya.
Motivasi sangat penting artinya bagi setiap orang yang ingin sukses dan selalu
ingin maju dalam usahanya. Banyak orang yang terdorong untuk bekerja keras karena
adanya keinginan untuk berprestasi, hal ini disebabkan karena adanya dorongan agar
tugas yang dilakukannya dapat berhasil, mempunyai nilai dan dihargai oleh orang lain.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan kerja.
Callahan and Clark dalam Mulyasa (2005: 120) mengemukakan bahwa motivasi adalah
tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan
tertentu. Teori lain dikemukakan oleh Sondang ( 2004: 138) yang mengatakan bahwa
"Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau
dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga
dan waktunya untuk kemajuan organisasi”.
Dengan banyaknya kemampuan yang dimilikinya, maka kepala sekolah diharapkan
mampu untuk membawa kemajuan dan peningkatan prestasi sekolah pada berbagai bidang.
Hanya pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik akan dapat membawa
organisasi sekolah mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan visi dan misi sekolah
yang ditetapkan. Semakin baik kepemimpinannya kepala sekolah maka akan semakin baik
dan meningkat prestasi yang diraih oleh sekolah tersebut.
33
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepemimpinan kepala sekolah adalah
kemampuan kepala sekolah yang diwujudkan melalui kepribadian, pengetahuan, visi, misi,
pengambilan keputusan dan berkomunikasi. Penyelesaian tugas-tugas, menjunjung tinggi
kepercayaan, dan pelaksanaan tugas dengan kesadaran tanpa pengawasan. Aspek
keberanian mengambil resiko terdiri dari daya kreasi, sikap pantang menyerah dan arif
dalam pemberian saran, berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. Kepala sekolah
sebagai pemimpin juga harus memiliki sifat tersebut. Kepala sekolah selaku pemimpin
adalah orang yang mampu mempengaruhi perilaku personel sekolah agar mau bekerjasama
untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
2.3. Budaya Organisasi
Pencapaian tujuan organisasi atau keberhasilan suatu organisasi dalam
meningkatkan kinerja dan produktivitas harus didukung oleh keberadaan budaya
organisasi yang sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.
Menurut Aan Komariah (2006: 96) berdasarkan asal usul katanya (entimologis), bentuk jamak dari budaya adalah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta "Budhayah" yang merupakan bentuk jamak dari budi, yang artinya akan atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran manusia. Demikian juga dengan istilah yang artinya sama, yaitu kultur berasal dari bahasa latin, colere yang berarti mengerjakan atau mengolah. Jadi budaya atau kultur disini dapat diartikan sebagai segala tindakan manusia untuk mengolah atau mengerjakan sesuatu. Gibson dalam Aan Komariah (2006: 96) mengartikan kultur sebagai berikut : kultur mengandung pola eksplisit maupun implisit dari dan untuk perilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan dalam simbol, menunjuk hasil kelompok manusia secara berbeda, termasuk benda-benda hasil ciptaan manusia. Inti utama dari kultur terdiri dari ide tradisional (turun temurun dan terseleksi) dan terutama pada nilai yang menyejarah (historitas).
34
Kamus besar bahasa Indonesia (1991: 149) mengidentifikasikan budaya dalam
dua pandangan, yaitu pertama, hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia
seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; kedua, menggunakan pendekatan
antropologi yaitu seluruh keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi
pedoman tingkah lakunya. Senada dengan definisi tersebut pendapat Farid dan Philip
dalam Aan Komariah (2006: 96) yang menyatakan bahwa budaya sebagai norma dan
perilaku-perilaku yang disepakati oleh sekelompok orang untuk bertahan hidup dan
berada bersama.
Tylor dalam Ndraha (1997: 43) membahasakan sebagai culture or civilization
taken in its wide ethnographi sence, is that complex whole which includes knoledge, belief,
art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by rnan as a
member of society atau sebagai suatu keseluruhan yang kompleks terdiri atas ilmu
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lainnya,
juga kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota sosial/masyarakat.
Sedangkan organisasi menurut Malayu (2005: 24) adalah : suatu sistem
perserikatan formal,berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang yang
bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan
wadah saja.
Menurut Oliver sheldon dalam Sutario ( 2002: 22) "Organization is the process of so combining the work which individuals or group have to perform with the,faculties necessary,for it execution that the duties, .so,formed, provide the best channels fin, the efficient, systematic,po.sitive, and co-ordinated application of the available effort ". (Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat yang
35
diperlukan untuk melakukan tugas-tugas, sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis, positif dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia).
Koontz & C'Donnel dalam Malayu (2005: 25) organisasi adalah : pembinaan
hubungan wewenang dan dimaksudkan untuk mencapai koordinasi yang struktural, baik
secara vertikal, maupun secara horizontal diantara posisiposisi yang telah diserahi
tugas-tagas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi organisasi
adalah hubungan struktural yang mengikat/ menyatukan perusahaan dan kerangka dasar
tempat individu-individu bersatu, dikoordinasi. Menurut Philip Selzniek dalana Malayu
(2005: 26) organisasi adalah sistern yang dinamis yang selalu berubah dan
rnenyesuaikan diri dengan tekanan internal dan eksternal dan selalu dalam proses
evolusi yang kontinu.
Menurut Manullang Organisasi dalam arti dinamis (pengorganisasian) adalah
suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan, pembatalan
tugas-tugas atau tanggung jawab seuta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan
atara antara unsur-unsur organisasi, sehingga memungkinkan untuk pencapaian tujuan.
Menurut Robbins PS (2003: 721) Budaya organisasi adalah : sistem makna bersama
yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-
organisasi lain. Budaya organisasi (budaya yang dikernbangkan dalam suatu organisasi)
perlu diciptakan dan dibiasakan melalui belajar, diarahkan untuk mencapai tujuan
organisasi. Rousseau dalam Komariah (2006: 100) budaya organisasi meliputi dua atribut
yang berbeda, pertama adalah intensitas, yaitu batas-batas atau tahap-tahap ketika para
anggota organisasi (unit) sepakat atas norma-norma, nilai-nilai, atau isi budaya lain yang
berhubungan dengan organisasi atau unit tersebut. Yang kedua adalah integritas, yaitu
36
batas-batas atau tahap-tahap ketika unit yang ada dalam suatu organisasi ikut sertia
memberikan budaya yang umum. Dua atribut tersebut cukup menjelaskan adanya budaya
yang diciptakan organisasi mempengaruhi perilaku karyawan dan pelaksanaan budaya
organisasi yang dipengaruhi oleh budaya yang dibawa pribadi-pribadi dalam organisasi.
Dikarenakan budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap perilaku semua karyawan maka
sudah menjadi kewajiban organisasilah untuk membangun arah dan strategi yang
membentuk budaya yang kuat yang dipatuhi semua karyawan.
Keith Davis dan John W. Newstrom dalam Anwar PM (2005: 113), mengemukakan
bahwa "Organizational culture is the set of assumption, beliefs, values, andnorms that is
shared among its member"". Lebih lanjut John R. Schermerhorn dan James G. Hunt dalam
Anwar PM (2005: 113) mengemukakan bahwa "Organizational culture is the system qf
shared beliefs and values that develops within an organization and guides the behavior of
its member "
Sedangkan Edgar H. Scllein dalam Anwar 1'M (2005: 113) berpendapat bahwa : An organizations culture is a paaterrr of basic a.s.sumtionons invented, discovered or developed by agioen group as it learns to cope with its problems o/' external adaptation and internal integration that has worked tivell enough to be considered valid and to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to these problems. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahvra pengertian budaya
organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-
anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.
Budaya organisasi sangat diperlukan untuk diterapkan pada berbagai bidang
kegiatan maupun organisasi yang ada baik organisasi pemerintah, swasta, industri,
37
perdagangan dan lain-lain. Melihat pentingnya budaya organisasi tersebut maka
institusi pendidikan yang mengeloia pendidikan persekolahan perlu menerapakan
budaya organisasi tersebut. Pada institusi yang mengelola pendidikan persekolahan
tersebut budaya organisasi lebih dikenal dengan istilah budaya sekolah.
Budaya organisasi merupakan faktor penting bagi kinerja organisasi. Gibson,
Ivancevich, dan DonneIly (1996: 77) mengatakan bahwa "Budaya organisasi diartikan
sebagai perpaduan nilai-nilai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, kekhasan dan pola
perilaku dalam suatu organisasi". Budaya organisasi muncul dalam dua dimensi, yaitu
dimensi yang tidak tampak (intangible ) yang meliputi filosofi, ideologi, asumsi-asumsi
dasar keyakinan, dan nilai-nilai, dan dimensi yang nampak (tangble) yang meliputi
manivestasi konseptual, perilaku (behavioral) dan fisik material. Manifestasi konseptual
merupakan perwujudan filosofi, keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi
warga sekolah dalam bentuk organisasi, tujuan dan kurikulum, bahasa dan simbol serta
kisah dan tokoh yang berjasa terhadap kemajuan sekolah. Manivestasi perilaku meliputi
kegiatan belajar mengajar, ritual dan upacara, prosedur, peraturan, tata tertib dan sanksi
yang mengatur perilaku warga sekolah. Sedangkan manivestasi fisik material berbentuk
fasilitas dan perlengkapan, benda-benda, hiasan, lambang dan pakaian seragam.
Owens (1991: 81) menyatakan bahwa dimensi organisasi soft mencakup nilai-nilai
(values), keyakinan (beliefs ), budaya , dan norma perilaku. Dimensi hard berupa wujud
atau susunan organisasi itu sendiri. Dimensi organisasi yang bersifat soft hakekatnya
merupakan landasan segala perwujudan yang berbentuk hard. Kedua dimensi tersebut
secara utuh disebut dengan budaya organisasi. Bila budaya organisasi tersebut diterapkan di
sekolah maka disebut dengan budaya organisasi sekolah.
38
Adanya perkembangan masyarakat dan tuntutan terhadap kinerja sekolah agar
memiliki keluaran (output) yang baik, maka sekolah perlu mengembangkan budaya
organisasi sekolah yang mendukung pencapaian tujuan sekolah. Dengan demikian
sekolah harus lebih profesional dan memiliki produktivitas yang tinggi dalam
pengelolaan kegiatan-kegiatannya.
Salah satu alat ukur yang menentukan tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang
diselenggarakan oleh suatu lembaga adalah terletak pada produktivitas yang dihasilkan
oleh lembaga itu sendiri. Formulasi National Productivity Board dalam Sedarmayanti,
(2001: 56) menyatakan bahwa, " Produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind)
yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan dan perbaikan". Berdasarkan
pengertian tersebut maka produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama
pengukuran yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Secara fisik, produktivitas
diukur secara kuantitatif misalnya dari banyaknya keluaran (jumlah barang, banyaknya
kelulusan suatu sekolah atau jumlah layanan yang diberikan). Sedangkan berdasarkan
nilai, produktivitas diukur berdasarkan nilai-nilai kemampuan, sikap, perilaku, motivasi
dan komitmen terhadap tugas.
Whitmore dalam Sedaimayanti (2001: 58) mengutarakan bahwa: "Produktivitas
adalah ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya
dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang
digunakan". Dengan demikian pengertian produktivitas terkait dengan efektivitas dan
efisiensi. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian target yang berkaitan dengan
kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan efisiensi
39
Adanya perkembangan rnasyarakat dan tuntutan terhadap kinerja sekolah agar
memiliki keluaran (output) yang baik, maka sekolah perlu mengembangkan budaya
organisasi sekolah yang mendukung pencapaian tujuan sekolah. Dengan demikian sekolah
harus lebih profesional dan memiliki produktivitas yang tinggi dalam pengelolaan kegiatan-
kegiatannya.
Sekolah sebagai organisasi memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan
dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan
pendidikan, dan perilaku arang-orang yang berada di dalamnya. Dengan demikian
budaya organisasi sekolah merupakan persepsi, pikiran-pikiran, ide-ide, perilaku,
kebiasaan dan norma-norma serta peraturan-peraturan yang diyakini dan dijadikan
pedoman bagi warga sekolah dalam menentukan arah dalam mencapai tujuan
pendidikan di sekolah. Sebagai suatu organisasi sekolah menunjukkan kekhasan sesuai
dengan core bisnis yang dijalankan, yaitu pembelajaran. Budaya sekolah semestinya
menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan tuntutan pembelajarau, yaitu
menumbuhkembangkan peserta didik sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaaan.
Lodkowski dan Jaynes dalam Komariah (2006: 101) bahwa "An atmosphere or
environment that nortures the motivation to learn can be cultivated in the home, in the
classroom or at a broader level, throughout an entire .scholl ".
Budaya organisasi sekolah dirumuskan Phillips dalam Komariah (2006: 101)
sebagai "The helilief,s, attitudes, and behavior which characperize a scholl " Sedangkan
Deal dan Peterson dalam Komariah (2006: 101) mengartikannya sebagai "Deep patterns
of values, belief s, and traditions that have formed over the course of the scholl 's
40
history". Pada definisi tersebut, nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah
komponen-komponen essensial budaya yang membentuk karakter sekolah.
Budaya sekolah merupakan nilai-nilai yang dianut oleh warga sekolah, yang
meliputi kepala sekolah, guru, petugas sekolah dan siswa. Nilai-nilai dalam budaya
sekolah itu sendiri terdiri dari : kedisiplinan, persaingan dan motivasi. Norma-norma
yang diyakini dalam budaya sekolah antara lain : kejujuran, keadilan,sopan santun dan
keteladanan. Sikap yang dimiliki oleh warga sekolah adalah : menghargai walau,
bersikap obyektif, dan sikap ilmiah. Untuk kebiasaankebiasaan yang ditampilkan
personil sekolah meliputi : kerjasama dan tanggung jawab. Sedangkan untuk perilaku
yang ditunjukkan terdiri dari kerja keras dan komitmen pada tugas.
Dalam penelitian ini budaya organisasi adalah karakteristik khas sekolah yang
dapat diidentitikasi melalui nilai-nilai yang dianut, norma yang diyakini, sikap yang
dimiliki, kebiasaan-kebiasaaan yang ditampilkan dan tindakan yang ditujukan oleh
seluruh personil sekelah yang rnembentuk suatu kesatuan khusus dari sistem sekolah.
Dari sikap dan perilaku setiap anggota organisasi sekolah akan membentuk kebiasaan
dan merupakan cerminan tindakan dari seluruh warga sekolah dan menjadi suatu bentuk
budaya sekolah tersebut.
2.4. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Budaya Organisasi terhadap
Keunggulan Suatu Sekolah
Dalam kajian teori sebagaimana telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa
ada keterkaitan antara kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah terhadap
keunggulan suatu sekolah.
41
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan usaha kepala sekolah untuk
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan guru, staf,
siswa, orang tua siswa dan pribadi lain yang terkait untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin terutama ditekankan
pada bagaimana kepala sekolah mampu untuk membuat orang lain bekerja dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan sekolah.
Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat dan perilaku
kepemimpinan yang baik dan dapat memberikan kompensasi yang berimbang kepada guru
sehingga menimbulkan motivasi untuk berprestasi di kalangan mereka. Kepala sekolah
hendaknya memiliki visi kelembagaan kemampuan konsepsional yang jelas, serta memiliki
ketrampilan dan seni dalam hubungan antara manusia, penguasaan aspek-aspek teknis dan
subtantif, memiliki semangat untuk maju serta semangat mengabdi dan karakter yang
diterima masyarakat lingkungannya (Mulyasa, 2004: 84).
Pola kepemimpinan kepala sekolah akan sangat berpengaruh bahkan sangat
menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu
memotivasi bawahannya, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan
orang dalam mencapai tujuan, sangat bergantung kepada kewibawaan yang dimilikinya.
Paradigma baru manajemen pendidikan memberikan kewenangan luas kepada kepala
sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaaan, pengawasan dan
pengendalian pendidikan di sekolah. Mulyasa (2004: 89) mengatakan bahwa, "Kepala
sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan
dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan
di sekolah". Untuk itu pemimpin perlu untuk memiliki pengetahuan mengenai motif
42
bawahannya yang dapat mendorong untuk melakukan tindakan tertentu. Kepala sekolah
dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan yang mampu meningkatkan motivasi
berprestasi di kalangan guru, siswa, staf dan personil sekolah lainnya.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan usaha kepala sekolah untuk
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan guru, staf,
siswa, orang tua siswa dan pribadi lain yang terkait untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin terutama ditekankan
pada bagaimana kepala sekolah mampu untuk membuat orang lain bekerja dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan sekolah.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian budaya
organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-
anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.
Budaya organisasi sangat diperlukan untuk diterapkan pada berbagai bidang
kegiatan maupun organisasi yang ada baik organisasi pemerintah, swasta, industri,
perdagangan dan lain-lain. Melihat pentingnya budaya organisasi tersebut maka
institusi pendidikan yang mengeloia pendidikan persekolahan perlu menerapakan
budaya organisasi tersebut. Pada institusi yang mengelola pendidikan persekolahan
tersebut budaya organisasi lebih dikenal dengan istilah budaya sekolah.
Budaya organisasi merupakan faktor penting bagi kinerja organisasi. Gibson,
Ivancevich, dan DonneIly (1996: 77) mengatakan bahwa "Budaya organisasi diartikan
sebagai perpaduan nilai-ni]ai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, kekhasan dan pola
perilaku dalam suatu organisasi". Budaya organisasi muncul dalam dua dimensi, yaitu
43
dimensi yang tidak tampak (intangible ) yang meliputi filosofi, ideologi, asumsi-asumsi
dasar keyakinan, dan nilai-nilai, dan dimensi yang nampak (tangble) yang meliputi
manivestasi konseptual, perilaku (behavioral) dan fisik material. Manifestasi konseptual
merupakan perwujudan filosofi, keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi
warga sekolah dalam bentuk organisasi, tujuan dan kurikulum, bahasa dan simbol serta
kisah dan tokoh yang berjasa terhadap kemajuan sekolah. Manivestasi perilaku meliputi
kegiatan belajar mengajar, ritual dan upacara, prosedur, peraturan, tata tertib dan sanksi
yang mengatur perilaku warga sekolah. Sedangkan manivestasi fisik material berbentuk
fasilitas dan perlengkapan, benda-benda, hiasan, lambang dan pakaian seragam.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahvra pengertian budaya
organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-
anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.
Budaya organisasi sangat diperlukan untuk diterapkan pada berbagai bidang
kegiatan maupun organisasi yang ada baik organisasi pemerintah, swasta, industri,
perdagangan dan lain-lain. Melihat pentingnya budaya organisasi tersebut maka
institusi pendidikan yang mengeloia pendidikan persekolahan perlu menerapakan
budaya organisasi tersebut. Pada institusi yang mengelola pendidikan persekolahan
tersebut budaya organisasi lebih dikenal dengan istilah budaya sekolah.
Budaya organisasi merupakan faktor penting bagi kinerja organisasi. Gibson,
Ivancevich, dan DonneIly (1996: 77) mengatakan bahwa "Budaya organisasi diartikan
sebagai perpaduan nilai-ni]ai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, kekhasan dan pola
perilaku dalam suatu organisasi". Budaya organisasi muncul dalam dua dimensi, yaitu
44
dimensi yang tidak tampak (intangible ) yang meliputi filosofi, ideologi, asumsi-asumsi
dasar keyakinan, dan nilai-nilai, dan dimensi yang nampak (tangble) yang meliputi
manivestasi konseptual, perilaku (behavioral) dan fisik material. Manifestasi konseptual
merupakan perwujudan filosofi, keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi
warga sekolah dalam bentuk organisasi, tujuan dan kurikulum, bahasa dan simbol serta
kisah dan tokoh yang berjasa terhadap kemajuan sekolah. Manivestasi perilaku meliputi
kegiatan belajar mengajar, ritual dan upacara, prosedur, peraturan, tata tertib dan sanksi
yang mengatur perilaku warga sekolah. Sedangkan manivestasi fisik material berbentuk
fasilitas dan perlengkapan, benda-benda, hiasan, lambang dan pakaian seragam.
Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan
dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka
masukan (input) proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan
pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya
tujuan tersebut. Sekolah unggul di Indonesia didasari filosofi yang berkenaan dengan
hakikat manusia, hakikat pembangunan nasional, tujuan pendidikan dan usaha untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Pada jenjang pendidikan dasar (SD), sasaran yang ingin dicapai adalah menyiapkan
para lulusan untuk memasuki jenjang pendidikan menengah pertama yang bermutu. Secara
khusus, sekolah unggul bertujuan untuk menghasilkan keluaran pendidikan yang memiliki
keunggulan dalam hal-hal berikut : (a) keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, (b) nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, (c) wawasan IPTEK yang mendalam dan
luas, (d) motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan keunggulan, (e)
kepekaan sosial dan kepemimpinan, dan (f) disiplin tinggi ditunjang oleh kondisi fisik yang
45
prima. Dengan demikian, pola manajemen di sekolah unggulan akan sangat berpengaruh
terhadap peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut.
2.5. Hasil- Hasil Penelitian Yang Relevan
Triyono, Moch (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kemampuan Profesional Guru di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Kabupaten Pati menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan significan antara Kepala Sekolah dengan kemampuan
profesional guru. Selain itu, ditunjukkan juga adanya hubungan yang cukup baik antara
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap
kemampuan profesional guru, Dari persamaan regresi ganda didapat pengaruh antara
kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama –sama terhadap
kemampuan profesional guru.
Hasil penelitian lain yaitu Sri Wiyanti (2005) “ Pengarung peranan komite sekolah
dan budaya organisasi sekolah terhadap produktifitas sekolah SMA Swasta Kota
Semarang” ditunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji signifikansi uji ( R)2, ditemukan
bahwa komite sekolah dan budaya organisasi sekolah secara bersama-sama berpengaruh
terhadap produktivitas sekolah.
Sebagaimana telah uraian di atas, kebanyakan para ahli pendidikan menyebut
sekolah unggulan sebagai sekolah efektif atau sekolah sukses. Beberapa hasil penelitian
tentang sekolah efektif atau sekolah sukses antara lain :
Good dan Brophy (1989, dalam Glatthron, 1990:10) meneliti tentang sekolah efektif
yang memfokuskan pada beberapa macam batasan yang penting. Hal yang mereka
46
temukan dalam penelitian itu pertama, tidak adanya penilaian dengan beberapa variabel
independen seperti perilaku individu guru, pekerjaan rumah yang banyak, dan pekerjaan
rumah yang digunakan guru. Kedua, mereka juga mengajukan pertanyaan tentang akibat
dari stabilitas dimana beberapa sekolah efektif pada tahun pertama, tetapi tidak untuk tahun
berikutnya. Ketiga, kebanyakan penelitian tentang sekolah efektif mempunyai efektivitas
yang sama dengan tingginya perilaku siswa dalam penilaian kemampuan, agak sama
dengan pemahaman dari “efektivitas”.
Joan Lipsitz (1984, dalam Sergiovanni, 1995:77) menemukan prinsip dari
kesuksesan sekolah. Dia mempelajari kesulitan dari artikulasi apa yang membuat sekolah
mereka spesial atau apa dimensi dari kesuksesan tersebut. Secara sederhana, kita tahu
sekolah sukses ketika kita mengalaminya, walaupun kita selalu tidak dapat menyebutkan
komponen-komponen yang ada. Dalam sekolah sukses, “saling tergantung”, perasaan yang
bertujuan untuk tetap eksis, pekerjaan yang berarti, kehidupan yang signifikan, guru dan
siswa bekerja bersama dan bersemangat, serta prestasi yang selalu diakui.
Austin (1974 dalam Sergiovanni, 1995:77) meneliti karakteristik dari sekolah
efektif seperti data outcome siswa yang penting sebagai skor tes. Sekolah mempunyai siswa
yang mempunyai performa tinggi secara signifikan daripada rata-rata statistik yang
dikomparasikan dengan sekolah yang mempunyai siswa dengan skor di dalam atau di
bawah range rata-rata.
Edmonds dan Brookover dan Lezotte (1979 dalam Sergiovanni, 1995:78) meneliti
tentang beberapa sekolah dasar efektif yang terutama melayani siswa-siswa dari kalangan
urban, penduduk miskin dan kaum minoritas. Efektivitas di sekolah ini diartikan dengan
kemampuan utama dalam tes standar yaitu membaca dan kemampuan matematika. Prestasi
47
siswa dalam kemampuan dasar merupakan kriteria umum untuk mendefinisikan sekolah
efektif.
Dari beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sekolah yang efektif
adalah sekolah yang mempunyai efektivitas yang sama dengan tingginya perilaku siswa
dalam penilaian kemampuan dan adanya artikulasi kurikulum dan organisasi, dengan
perencanaan pada program pelatihan yang bertujuan untuk menjadikan para lulusan lebih
bermanfaat daripada dengan pendekatan melalui mata pelajaran pilihan dan beberapa
persyaratan sehingga kurikulum harus memfokuskan pada keterampilan tersebut.
2.6. Kerangka Pikir
Keunggulan suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak sekali faktor antara lain
kepemimpinan kepala sekolah dalam menentukan titik pusat atau irama sekolah. Kepala
sekolah berperan penting dalam menggerakkan kehidupan sekolah dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan. Dari pengertian itu dapat diketahui bahwa keberhasilan suatu
sekolah antara lain tergantung dari keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah, dan salah
satu alat ukur untuk mengetahui keberhasilan suatu sekolah adalah dengan mengukur
keunggulan sekolah.
Keunggulan suatu sekolah merupakan salah satu alat ukur tinggi rendahnya kualitas
oleh lembaga sekolah yang bersangkutan . Keunggulan sekolah sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor masukan,yang meliputi:Kepemimpinan kepala sekolah yang komponennya
meliputi: keterampilan konsep, keterampilan hubungan manusia dan keterampilan teknik.
Budaya organisasi sekolah merupakan salah satu faktor penentu keunggulan
sekolah. Budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-
48
nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah
laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal. Selanjutnya variabel budaya organisasi pada masing-masing sekolah diukur
berdasarkan (1) individual autonomy dengan indikator mendorong kemandirian dan
kesempatan berinisiatif (2) structure dengan indikator supervisi dan pengendalian guru (3)
support dengan indikator memberikan motivasi dan mengadakan komunikasi aktif (4)
identity dengan indikator bangga terhadap organisasi dan bangga terhadap pekerjaan (5)
conflict tolerance dengan indikator terbuka terhadap konflik dan kritik ( 6 ) risk tolerance
dengan indikator inovatif dan berani mengambil resiko.
Pada penelitian ini akan dilihat seberapa jauh hubungan antara faktor-faktor
pendukung untuk keunggulan suatu sekolah yang berupa persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi sekolah dalam menjalankan kegiatan
sekolah. Keterkaitan hubungan antar faktor-faktor tersebut diperkirakan akan menghasilkan
hubungan yang kuat satu dengan yang lain.
Kepemimpinan kepala sekolah yang baik, akan menghasilkan keunggulan sekolah.
Demikian pula dengan tingginya budaya organisasi yang dimiliki oleh suatu sekolah maka
akan semakin tinggi pula keunggulan suatu sekolah tersebut. Hubungan antar faktor yang
saling mempengaruhi keunggulan sekolah dapat digambarkan pada kerangka berpikir
sebagai berikut:
49
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir 2.7. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas dapat dikemukakan hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap
keunggulan suatu sekolah.
2. Terdapat pengaruh yang positif antara budaya organisasi sekolah dengan keunggulan
suatu sekolah.
3. Terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi
secara bersama-sama terhadap keunggulan suatu sekolah.
Keunggulan Sekolah
1. Persepsi guru tentang kualitas lulusan
2. Ketepatan pendayagunaan sarana prasarana
3. Semangat kerja kepala sekolah
4. Semangat kerja guru
Budaya Organisasi 1. Otonomi Individu 2. Struktur 3. Dukungan 4. Identitas 5. Toleransi adanya konflik 6. Toleransi akan adanya resiko
Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Keterampilan konsep 2. Keterampilan hubungan antar
manusia 3. Keterampilan teknis
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang
berusaha membuktikan hipotesis dengan analisis statistik. Ditinjau dari jenisnya penelitian
ini adalah jenis penelitian korelasional yaitu, yaitu penelitian yang berusaha
menghubungkan dua variabel atau lebih berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi melalui
pengumpulan data, pengolahan data, kemudian menganalisis dan terakhir menjelaskan.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar (SD)
se- Kabupaten Blora. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Blora, pada tahun 2007 jumlah guru sekolah dasar negeri sebanyak 318 orang yang tersebar
pada 53 sekolah dasar. Pengambilan sampel dengan menggunakan tabel Krejcie.
Berdasarkan tabel Krejcie dari 318 anggota populasi diperoleh sampel sebanyak 150 orang
(Sugiyono, 2003 : 63) Penentuan sampel menggunakan sampling acak (random sampling)
dengan teknik sampling acak sederhana (simple random sampling). Setiap anggota populasi
mempunyai hak yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Pengambilan sampel dengan
teknik proportional random sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan unit
sekolah secara proporsional atau seimbang dan pengambilannya dilakukan secara random
(tidak dipilih namun melalui undian).
51
Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono:2).
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
terdiri dari Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Organisasi Sekolah (X2) dan
sebagai variabel terikat adalah Keunggulan Sekolah (Y). Untuk menghindari salah
No Nama SDN/Madrasah Polulasi Sampel 1 SDN MojowetanI I 7 6 2 SDN Sembongin 7 6 3 SDN Sumberagung I 7 6 4 SDN Gedongsari I 8 4 5 SDN Klopoduwur I 7 6 6 SDN Buluroto I 6 5 7 SDN Bacem I 6 5 8 SDN Sidomulyo I 6 5 9 SDN Wonosemi I 6 5 10 SDN Banjarejo I 6 5 11 SDN Banjarejo III 6 5 12 SDN Mujowetan II 7 6 13 SDN Klopoduwur II 7 5 14 SDN Karangtalun I 8 6 15 SDN Wonosemi II 6 5 16 SDN Mojowetan II 7 5 17 SDN Bacem II 6 5 18 SDN Karangtalun I 6 4 19 SDN Buluroto IV 6 4 20 SDN Jatiklampok 6 4 21 SDN Sembongin II 6 5 22 SDN Kembang 6 5 23 SDN Sidomulyo III 7 5 24 SDN Kembang 6 5 25 SDN Jatisari 6 4 26 SDN Buluroto 6 4
Jumlah 162 150
52
pengertian dan penafsiran tentang konsep-konsep variabel yang digunakan dalam penelitian
ini, maka istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini perlu diberi batasan atau definisi
secara operasional.
Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah :
1. Variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1)
Kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki
kepala sekolah dalam menjalankan kepemiminannya yang meliputi keterampilan konsep,
keterampilan hubungan manusia dan keterampilan teknik.
Keterampilan konsep kepala sekolah diukur berdasarkan indikator kemampuan
kepala sekolah dalam (1) merencanakan semua kegiatan sekolah, (2) mendiagnosa
permasalahan sekolah, (3) memecahkan masalah, (4) mengkoordinasi kegiatan sekolah, (5)
mengembangkan kurikulum, (6) mengembangkan staf untuk mencapai tujuan sekolah.
Keterampilan hubungan manusia adalah keterampilan untuk menempatkan diri di
dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan
kepuasan kedua belah fihak. Indikator keterampilan hubungan manusia diwujudkan
keterampilan kepala sekolah dalam (1) menjalin hubungan kerjasama dengan para guru
maupun dengan para pengurus majelis sekolah, (2) menjalin komunikasi dengan para guru,
(3) mengikutsertakan para guru dalam merumuskan pengambilan keputusan, (4)
memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi, (5) menciptakan hubungan yang
positif dengan masyarakat, dan (6) memperhatikan kesejahteraan guru.
Keterampilan teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan teoritis ke dalam
tindakan praktis, kemampuan memecahkan masalah melalui taktik yang baik dan
kemampuan menyelesaikan tugas secara sistematis .Indikator keterampilan teknis meliputi
53
(1) membimbing guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, (2) mengkoordinasi
penggunaan peralatan pengajaran, (3) membantu guru dalam mendiagnosa kesulitan belajar
siswa serta bimbingan dan konseling pada siswa, (4) membimbing guru dalam
melaksanakan administrasi sekolah/kelas, dan (5) menyusun anggaran belanja
sekolah.
Indikator-indikator kepemimpinan kepala sekolah diungkap berdasarkan persepsi
guru. Untuk mendapatkan data digunakan teknik angket.
2. Variabel Budaya Organisasi ( X2 )
Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan
norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi
anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.
Selanjutnya variabel budaya organisasi pada masing-masing sekolah diukur berdasarkan (1)
individual autonomy dengan indikator mendorong kemandirian dan kesempatan
berinisiatif (2) structure dengan indikator supervisi dan pengendalian guru (3) support
dengan indikator memberikan motivasi dan mengadakan komunikasi aktif (4) identity
dengan indikator bangga terhadap organisasi dan bangga terhadap pekerjaan (5) conflict
tolerance dengan indikator terbuka terhadap konflik dan kritik ( 6 ) risk tolerance dengan
indikator inovatif dan berani mengambil resiko.
Indikator-indikator budaya organisasi diungkap berdasarkan persepsi guru tentang
budaya organisasi yang berlaku di sekolah masing-masing. Untuk mendapatkan data
digunakan teknik angket.
54
3. Keunggulan suatu sekolah ( Y )
Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan
dalam keluaran pendidikannya. Selanjutnya, variabel keunggulan suatu sekolah diukur
berdasarkan ciri-ciri Sekolah Unggul.
Dimensi-dimensi keunggulan sebagai ciri sekolah unggul sebagaimana ditegaskan
oleh Depdikbud (1994) adalah sebagai berikut :
1) Masukan (input) yaitu siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang dimaksud adalah (1) prestasi belajar superior dengan indikator angka rapor, Nilai Ebtanas Murni (NEM), dan hasil prestasi akademik; (2) skor psikotes yang meliputi intelegensi dan kreativitas; (3) tes fisik jika diperlukan.
2) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.
3) Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.
4) Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas. Untuk itu perlu disediakan insentif tambahan bagi guru berupa uang maupun fasilitas lainnya seperti perumahan.
5) Kurikulumnya diperkaya dengan pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar yang lebih tinggi dari yang lain.
6) Kurun waktu belajar lebih lama dibanding sekolah lain. Karena itu perlu ada asrama untuk memaksimalkan pembinaan dan menampung para siswa dari berbagai lokasi. Di kompleks asrama perlu ada sarana yang bisa menyalurkan minat dan bakat siswa seperti perpustakaan, alat-alat olah raga, kesenian, dan lain-lain yang diperlukan.
7) Proses belajar mengajar harus berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan (accountable) baik kepada siswa, lembaga maupun masyarakat.
8) Sekolah unggul tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didik di sekolah tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial kepada lingkungan sekitarnya.
9) Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan di luar kurikulum nasional melalui pengembangan kurikulum, program pengayaan dan perluasan,
55
pengajaran remidial, pelayanan bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas dan disiplin.
10) Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket.
Pertimbangan menggunakan metode tersebut karena penelitian tentang kepusan kerja
menggali informasi dari persepsi guru. Angket/kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan
atau pernyataan tertulis yang dibagikan kepada responden dengan harapan dapat diisi sesuai
dengan petunjuk yang diberikan (Arikunto 1999 : 58).
Jenis angket yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah angket
tertutup (berstruktur) yang terdiri atas pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu
sebagai pilihan, responden tinggal memilih jawaban yang paling sesuai dengan
pendiriannya. Alasan digunakannnya angket tertutup karena angket atau kuesioner tertutup
memiliki beberapa kelebihan yaitu : (1) data yang diperoleh menggunakan kuesioner
tertutup mudah dianalisis secara statistik, (2) responden tinggal memilih alternatif jawaban
yang tersedia sesuai dengan pendiriannya, (3) responden tidak perlu menulis atau
mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan, dan (4) waktu untuk mengisi angket
tertutup lebih singkat dibanding angket terbuka. Selain hal tersebut asumsi yang mendasari
digunakannya kuesioner tertutup adalah: (1) semua responden mengerti dan memahami
maksud pertanyaan sesuai dengan pemahaman peneliti, (2) pilihan jawaban yang diberikan
oleh responden dapat dipercaya, obyektif, dan jujur, dan (3) jawaban yang diberikan oleh
responden dapat dijadikan dasar untuk analisis statistik.
56
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 ( tiga ) yaitu instrumen untuk
variabel kepemimpinan kepala sekolah , budaya organisasi sekolah dan keunggulan suatu
sekolah. Instrumen tersebut berupa angket yang disusun sesuai dengan variabel-variabel di
atas. Alasan digunakannya angket sebagai pengumpul data karena angket mempunyai
kedudukan yang tinggi dan memiliki kemampuan mengungkap potensi yang dimiliki
responden serta dilengkapi petunjuk yang seragam bagi responden (Arikunto 1999:101).
Untuk memperoleh data, pembuatan instrumen terlebih dahulu dilakukan
inventarisasi indikator dari masing-masing variabel. Aspek-aspek yang akan diungkap
melalui instrumen kuesioner ini merupakan aspek-aspek yang berkaitan dengan
keterampilan manajerial kepala sekolah, budaya organisasi, dan kepuasan kerja berdasarkan
persepsi guru. Keterkaitan antara indikator, sumber data, dan butir pertanyaan dapat
dilihat pada tabel berikut.
57
Tabel 3.2. Kisi-kisi Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah
No Sub Variabel Indikator No Item 1. Conseptual
Skill
a. merencanakan semua kegiatan sekolah b. kemampuan mendoagnosa permasalahan di
sekolah c. kemampuan memecahkan masalah d. mengkoordinasi kegiatan sekolah e. mengembangkan kurikulum f. mengembangkan staf untukmencapai tujuan sekolah
1,2 3,4 5,6 7 8,9,10 11,12,13
2. Human Skill a. menjalin kerjasama dengan para guru maupun majelis sekolah
b. menjalin komunikasi dengan para guru c. mengikutsertakan para guru dalam
merumuskan pengambilan keputusan d. memberikan penghargaan kepada guru
berprestasi e. menciptakan hubungan yang positif dengan
masyarakat f. memperhatikan kesejahteraan guru
14, 15 16 17 18,19 20,21 22,23
3. Teknical Skill a. membimbing guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
b. mengkoordinasi penggunaan peralatan pengajaran
c. membantu guru dalam mendiagnosa kesulitan belajar siswa serta bimbingan dan konseling pada siswa
d. membimbing guru dalam melaksanakan administrasi sekolah/kelas
e. menyusun anggaran belanja sekolah
24,25 26 27,28 29 30
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Budaya Organisasi
No Sub Variabel Indikator No Item 1. Individual autonomy
a. mendorong kemandirian b. kesempatan berinisiatif
1,2,3 4
2. Structure
a. supervisi b. pengendalian
5,6 7,8,9,10
3. Support a. memberikan motivasi 11, 12 4. Identity
a. bangga terhadap organisasi b. bangga terhadap pekerjaan
13,14,15 16
5. Conflic tolerance
a. terbuka terhadap konflik b. terbuka terhadap kritik
17 18,19,20
6. Risk tolerance
a. inovatif b. berani mengambil resiko
21,22,23 24,25
58
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Keunggulan Sekolah
No Sub Variabel Indikator No Item 1. Persepsi Guru a. Definisi sekolah unggul 1,2 b. Ciri-ciri sekolah unggul 3,4,5,6
c. Kriteria guru di sekolah unggul 7,8,9
d. Pembinaan SDM 10,11
2. Siswa a. Seleksi siswa 12
b. Kriteria siswa sekolah unggul 13,14, 15
c. Pengelolaan siswa sekolah
unggul 16,17,18,19
d. Pembinaan prestasi siswa sekolah unggul
20,21,22,23
e. Tata tertib 24,25, 3.
Keadaan Sekolah
a. Sarana & prasarana pendukung b. Fasilitas pembelajaran yang
lengkap c. Lingkungan yang kondusif 26,27,28
4. Kepala Sekolah
a. Tipe kepemimpinan kepala sekolah 29
5.
Kualitas Pembelajaran
a. Kurikulum di sekolah unggul b. Pengelolaan PBM berkualitas c. Metode pembelajaran d. Media pembelajaran e. Evaluasi pembelajaran
30,31,32,33,34,35
Penyusunan angket selanjutnya menggunakan skala Likert. Sugiyono (2003:72)
menegaskan bahwa skala Likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item
instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Adapun sistem
penilaiannya menggunakan rentang antara 1 sampai dengan 5. Pengembangan semua
instrumen dilakukan sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dan meteri.
59
Tabel 3.5 Gradasi Jawaban Model Skala Likert No Jawaban Skor 1. Tidak baik 1 2. Kurang baik 2 3. Cukup baik 3 4. Baik 4 5. Sangat baik 5
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
sebelumnya telah diuji coba. Pelaksanaan uji coba dikenakan pada sumber data yang bukan
termasuk anggota dalam sampel yang telah dipilih. Uji coba dilakukan terhadap 20 guru di
luar populasi sampel penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang
valid dan reliabel. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas selanjutnya dipakai sebagai
pedoman untuk mendapatkan data penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan
bantuan komputer program SPSS 11.5 for Windows 2000. Adapun rincian jumlah
responden uji instrumen terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.6 Rincian Jumlah Responden Uji Coba Instrumen Penelitian No Nama SDN Jumlah Responden 1 SDN Balongsari I 1 2 SDN Banjarejo V 1 3 SDN Kembang 1 4 SDN Buluroto IV 4 5 SDN Sembongin II 1 6 SDN Jatiklampok 1 7 SDN Bacem IV 1 8 SDN Kebonrejo II 1 9 SDN Sidomulyo II 1 10 SDN Jatisari 1 11 SDN Sendanggayam 1 12 SDN Sendangwung II 1 13 SDN Karangtalun II 2 14 SDN Bacem III 2 15 SDN Banjarejo IV 1
Jumlah 20
60
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas instrumen dimaksudkan untuk memperoleh instrumen yang valid.
Sesuai makna validitas yang disampaikan oleh Suharsimi ( 1996 : 58 ) ” satu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen ”. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan validitas internal. Hal ini karena peneliti ingin mengetahui valid dan
tidaknya instrumen atas dasar kevalidan soal setiap butir dengan mengembangkan teori-
teori yang ada. Untuk mencapai validitas ini, instrumen penelitian diujicobakan pada 20
orang guru di luar sampel penelitian. Untuk menetapkan apakah suatu item instrumen valid
atau tidak dengan jalan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari setiap butir instrumen
(item) dengan skor keseluruhan (total). Korelasi skor butir dengan skor total harus
signifikan. Jika semua skor butir berkorelasi secara signifikan dengan skor total maka dapat
disimpulkan bahwa alat ukur itu mempunyai validitas (Sugiyono 2002:272).
Hasil uji validitas secara lengkap terlampir, sedangkan rangkuman hasil uji validitas
dengan komputer program SPSS versi 12 for Windows 2000 untuk masing-masing variabel
penelitian sebagai berikut.
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen (Angket) Penelitian
No. Variabel Penelitian
Jumlah Item
Tidak Valid Valid Keterangan
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
35 5 item yaitu nomor : 7,8,18,20,21
30 Item yang tidak valid tidak dipakai
2. Budaya Organisasi 30 5 item yaitu nomor : 4,12,14,20,21
25 Item yang tidak valid tidak dipakai
3. Keunggulan Sekolah
36 9 item yaitu nomor : 5,10,11,15,17,18,22,24,32
27 Item yang tidak valid tidak dipakai
61
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sutu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik ( Suharsimi 1996: 168 ). Suatu alat ukur dikatakan dipercaya apabila alat ukur tersebut
baik dan mantap dalam arti walaupun alat ukur tersebut digunakan berkali-kali hasilnya
tetap sama. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus
Alpha karena datanya ordinal.
Hasil uji reliabilitas secara lengkap terlampir, sedangkan rangkuman hasil uji
reliabilitas dengan komputer program SPSS versi 11,5 for Windows 2000 untuk masing-
masing variabel penelitian sebagai berikut.
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (Angket) Penelitian
No. Variabel Penelitian
Jumlah Item
Koefisien Korelasi Hasil
Analisis Keterangan
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
30 0.932 Reliabel
2. Budaya Organisasi 25 0.931 Reliabel 3. Keunggulan
Sekolah 27 0.929 Reliabel
Angka pada nilai alpha untuk semua variabel berada di atas angka 0,666 sehingga
semua instrumen releabel.
Berdasarkan hasil analisis uji validitas dan reliabilitas sebagaimana tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa seluruh item sudah teruji validitas dan reliabilitasnya sehingga
telah memenuhi syarat sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian.
62
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Statistik Diskriptif
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikut yang dilakukan
adalah mengadakan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul. Cara yang
ditempuh peneliti adalah memberikan skor untuk setiap jawaban per item soal dari angket
yang disebarkan kepada para responden. Kemudian seluruh skor dijumlahkan secara
keseluruhan, dan dianalisis secara statistik. Dari hasil penelitian kemudian dibuat lima
kategori yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan tidak baik. Teknik analisis
data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi sederhana dan korelasi
berganda ( multiple regression analysis ) dengan bantuan program SPSS 11.5.
3.6.2 Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang
dikumpulkan memenuhi persyaratan untuk dianalisis dengan teknik yang telah
direncanakan. Uji tersebut diantaranya :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang akan
dianalisis berdistribusi normal begitu juga dengan semua variabel yang diteliti berdistribusi
normal. Uji normalitas data penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-
Smirnof (Ghozali:2006:114). Data dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS versi
11.5 Windows 2000. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas. Jika
probabilitas > 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal. Di samping menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov analisis kenormalan data ini juga didukung dari Plot of Regression
63
Standardized Residual. Apabila grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata diperoleh
titik-titik yang mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi
berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varian populasi yang
berdistribusi normal. Jika ternyata tidak terdapat perbedaan variasi diantara kelompok
sampel mengandung arti bahwa kelompok-kelompok tersebut homogen ( Suharsimi : 2000
). Pengujian homogenitas menggunakan uji Lavene (Santoso 1999:263). Pengujian
homogenitas varians skor variabel terikat untuk setiap nilai skor variabel bebas tertentu
dengan uji Lavene tersebut dilakukan berdasarkan kelompok setiap variansi nilai dari skor
bebas. Uji Lavene untuk mengetahui homogenitas varians Y atas X1, Y atas X2, dilakukan
dengan bantuan komputer program SPSS versi 11.5 for Windows 2000. Dasar pengambilan
keputusannya berdasarkan pada nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > 0,05 dapat
disimpulkan bahwa data-data bersifat homogen. Di samping melalui uji statistik, secara
grafis dapat dilihat dari Multivariate Standardized Scatterplot. Dasar pengambilannya
apabila sebaran nilai residual terstandar tidak membentuk pola tertentu namun tampak
random dapat dikatakan bahwa model regresi bersifat homogen atau tidak mengandung
heterokedastisitas.
c. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakulan untuk mengetahui apakah variabel bebas ( X1), dan variabel
bebas ( X2 ) sebagai prediktor mempunyai hubungan yang linear atau tidak dengan variabel
terikat (Y). Melalui program SPSS diketahui jika Freg > F tabel mempunyai arti hubungan
64
antara masing-masing prediktor dengan kriteria linier sebaliknya jika Freg < F tabel maka
hubungan antara masing-masing prediktor dengan kriteria tidak linear.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen) ( Ghozali : 2006: 91 ). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen
sama dengan nol. Pengujian multikolinieritas ini dapat dilihat dari nilai variance inflatio
factor (VIF). Antara variabel bebas dikatakan multikolinieiritas apabila toleransinya < 0,1
dan VIF > 10.
e. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan penganggu pada pereode t dengan kesalahan pengganggu pada pereode t-l
sebelumnya (Ghozali : 2006 : 95). Uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin –
Watson (DW test).
3.6.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi uji parsial dan uji simultan.
a. Uji Parsial
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi
maupun korelasi parsial atau hubungan masing-masing variabel bebas (X1, X2) dengan
variabel terikat (Y). Data dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS versi 11.5 for
Windows 2000. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan angka probabilitas. Jika angka
65
probabilitas hasil analisis ≤ 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
X1 dengan Y dengan variabel X2 dikontrol, variabel X2 dengan Y dengan variabel X1
dikontrol.
b. Uji Simultan
Pengujian secara simultan digunakan untuk menguji signifkansi korelasi ganda
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih variabel bebas (independent variable)
dengan satu variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini, analisis korelasi
untuk mengetahui hubungan antara keterampilan manajerial kepala sekolah (X1), budaya
organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y).
Analisis regresi ganda bertujuan untuk meramalkan nilai pengaruh dua atau lebih
variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan
angka probabilitas. Jika angka probabilitas hasil analisis ≤ 0,05 maka hipotesis nol (Ho)
ditolakdanhipotesiskerja(Hk)diterima.
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten
Blora dengan sampel sebanyak 150 orang. Data penelitian diambil menggunakan angket
yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya untuk setiap variabel, yaitu: Variabel
Kepemimpinan kelapa sekolah (X1), budaya organisasi (X2), dan keunggulan sekolah (Y),
dengan deskripsi data sebagai berikut.
4.1 Hasil Analisis Diskriptif
4.1.1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Jawaban responden tentang kepemimpinan kepala Sekolah Dasar Negeri di
Kabupaten Blora sebanyak 33 butir pertanyaan yang mencakup indikator conceptual skill,
human skill, dan technical skill didapatkan mean adalah 122,02; median adalah 124,00 ;
standar deviasi adalah 11,308 ; range adalah 50,00 ; skor minimum adalah 88,00 ; serta
skor maksimum adalah 138,00. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
67
Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Kepemimpinan Kepala Sekolah Statistics
Kepemimpinan Kepala Sekolah150
0122.0200
.92330124.0000
127.00a
11.30805127.87208
50.0088.00
138.0018303.00117.0000124.0000129.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Deskripsi data Kepemimpinan Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di
Kabupaten Blora berdasarkan skor adalah seperti pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Persentase Kriteria Kepemimpinan Kepala Sekolah
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 332 Jelek 34 - 663 Cukup 67 - 99 12 8,004 Baik 100 - 132 117 78,005 Sangat baik 133 - 165 21 14,00
150 100,00Jumlah Tabel di atas memperlihatkan responden yang berpendapat bahwa kepemimpinan
kepala sekolah sangat baik sebanyak 14,00%, yang berpendapat baik sebanyak 78,00%,
yang berpendapat cukup baik sebanyak 8,00%. Hasil analisa statistik deskriptif diperoleh
rata-rata 122,02 yang terletak pada interval 100 - 132 dengan kriteria baik. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada
68
sekolah dasar negeri di Kabupaten Blora adalah baik. Hasil penelitian tersebut apabila
digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti pada gambar berikut ini :
8,00%
78,00%
14,00%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.1 Persentase Kepemimpinan Kepala Sekolah
Selanjutnya diskripsi hasil penelitian untuk masing-masing item berdasarkan
subvariabelnya adalah sebagai berikut :
a. Konseptual Skill
Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan baik salah satu indikatornya adalah
memiliki keterampilan konsep. Keterampilan konsep ini tersebut meliputi keterampilan
merencanakan semua kegiatan sekolah, mendiagnosa permasalahan sekolah, memecahkan
masalah, mengkoordinasi kegiatan sekolah, mengembangkan kurikulum, mengembangkan
staf untuk mencapai tujuan sekolah. Jawaban responden tentang kepemimpinan kepala
Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Blora dari 17 butir pertanyaan didapatkan mean
adalah 122,02; median adalah 124,00 ; standar deviasi adalah 11,308 ; range adalah 50,00 ;
skor minimum adalah 88,00 ; serta skor maksimum adalah 138,00. Adapun lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
69
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Kemampuan Konseptual
Statistics
Kemampuan konseptual150
062.7733
.5350564.0000
66.006.55298
42.9415732.0041.0073.00
9416.0060.750064.000067.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru tentang keterampilan konsep yang
dimiliki kepala sekolah menunjukkan bahwa sebagian besar kepala Sekolah Dasar di
Kabupaten Blora memiliki kemampuan konseptual yang baik dengan prosentase 77,33%,
seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel. 4.4 Pendapat Responden Tentang Keterampilan Konsep
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 172 Jelek 18 - 343 Cukup 35 - 51 10 6,674 Baik 52 - 68 116 77,335 Sangat baik 69 - 85 24 16,00
150 100,00Jumlah Data tersebut membuktikan bahwa kepala sekolah telah menjalankan tugas-tugas
yang berhubungan langsung dengan keterampilan konseptual dengan baik. Hasil penelitian
70
tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti pada gambar berikut ini
:
6,67%
77,33%
16,00%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.2 Persentase Kemampuan Konseptual
b. Human Skill
Jawaban responden tentang keterampilan hubungan manusia pada kepala Sekolah
Dasar Negeri di Kabupaten Blora dari 7 butir pertanyaan didapatkan mean adalah 26,593;
median adalah 27,50 ; standar deviasi adalah 3,145 ; range adalah 17,00 ; skor minimum
adalah 15,00 ; serta skor maksimum adalah 32,00. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
71
Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Kemampuan Hubungan Manusia
Statistics
Kemampuan sosial150
026.5933
.2568327.5000
28.003.145469.89391
17.0015.0032.00
3989.0025.000027.500029.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Hasil penelitian mendapatkan kesimpulan bahwa keterampilan hubungan manusia
yang dimiliki oleh kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kabupaten Blora berdasarkan
persepsi guru sebanyak 66,67% mengatakan baik. Pendapat yang menyatakan keterampilan
hubungan manusia sangat baik sebesar 25,33%. Hal ini berarti sebagian besar kepala
Sekolah Dasar di Kabupaten Blora memiliki keterampilan hubungan manusia di yang baik.
Tabel berikut adalah ringkasan hasil penelitian.
Tabel. 4.6 Pendapat Responden Tentang Keterampilan Hubungan Manusia
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 72 Jelek 8 - 143 Cukup 15 - 21 12 8,004 Baik 22 - 28 100 66,675 Sangat baik 29 - 35 38 25,33
150 100,00Jumlah
72
Data tersebut memberi arti bahwa keterampilan hubungan sosial kepala sekolah
dalam bekerjasama dengan guru, komite dan lingkungan berjalan dengan baik. Hasil
penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti pada gambar
berikut ini :
8,00%
66,67%
25,33%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.3 Persentase Kemampuan Hubungan Sosial
c. Teknical Skill
Jawaban responden tentang keterampilan teknik pada kepala Sekolah Dasar Negeri
di Kabupaten Blora dari 9 butir pertanyaan didapatkan mean adalah 32,653; median adalah
32,50 ; standar deviasi adalah 3,901 ; range adalah 13,00 ; skor minimum adalah 25,00 ;
serta skor maksimum adalah 38,00. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
73
Tabel 4.7 Deskripsi Statistik Kemampuan Hubungan Manusia
Statistics
Kemampuan teknis150
032.6533
.3185532.5000
30.003.90145
15.2213013.0025.0038.00
4898.0030.000032.500036.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Hasil penelitian mendapatkan kesimpulan bahwa keterampilan teknik yang
dimiliki oleh kepala sekolah Sekolah Dasar di Kabupaten Blora berdasarkan persepsi guru
sebanyak 64,67% mengatakan baik. Tabel berikut adalah ringkasan hasil penelitian
tersebut.
Tabel. 4.8 Pendapat Responden Tentang Keterampilan Teknis
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 92 Jelek 10 - 183 Cukup 19 - 27 21 14,004 Baik 28 - 36 97 64,675 Sangat baik 37 - 45 32 21,33
150 100,00Jumlah
Data tersebut memberi arti bahwa kepala sekolah sebagian besar telah membimbing
dan membantu guru dalam proses belajar mengajar maupun administrasi. Hasil penelitian
74
tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti pada gambar berikut ini
:
14,00%
64,67%
21,33%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.4 Persentase Kemampuan Teknis
4.1.2. Budaya Organisasi
Angket tentang budaya organisasi Sekolah Dasar di Kabupaten Blora sebanyak 35
butir pertanyaan yang mencakup indikator budaya organisasi yaitu individual autonomy,
structure, support, identity, conflict tolerance dan risk tolerance didapatkan mean adalah
126,167; median adalah 126,00 ; standar deviasi adalah 7,854 ; range adalah 44,00 ; skor
minimum adalah 103,00 ; serta skor maksimum adalah 147,00. Adapun lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
75
Tabel 4.9 Deskripsi Statistik Budaya Organisasi
Statistics
Budaya Organisasi150
0126.1667
.64127126.0000
133.007.85388
61.6834544.00
103.00147.00
18925.00121.7500126.0000132.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Deskripsi data Budaya Organisasi pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Blora
berdasarkan skor adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Pendapat Responden tentang Budaya Organisasi
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 352 Jelek 36 - 703 Cukup 71 - 105 5 3,334 Baik 106 - 140 142 94,675 Sangat baik 141 - 175 3 2,00
150 100,00Jumlah
Tabel di atas memperlihatkan responden yang berpendapat bahwa budaya
organisasi sekolah sangat baik sebanyak 2,00% , yang berpendapat baik sebanyak 94,67% ,
yang berpendapat cukup baik sebanyak 3,33% dan tidak ada responden yang berpendapat
jelek ataupun sangat jelek. Hasil analisa statistik deskriptif diperoleh rata-rata 126,67 yang
terletak pada interval 106 - 140 dengan kriteria baik. Dengan demikian dapat dinyatakan
76
bahwa budaya organisasi pada sekolah dasar negeri di Kabupaten Blora adalah baik. Hasil
penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti pada gambar
berikut ini :
94,67%
2,00% 3,33%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.5 Persentase budaya Organisasi
Adapun keadaan budaya organisasi berdasarkan subvariabel yang ada adalah
sebagai berikut :
a. Individual Autonomy
Salah satu indikator budaya organisasi yang baik adalah adanya dorongan untuk
mandiri dan kesempatan berinisiatif. Hasil penelitian yang dilakukan memberi gambaran
bahwa sebanyak 96,67% guru Sekolah Dasar di Kabupaten Blora telah mendapat
kesempatan untuk mandiri dan berinisiatif dengan baik. Tabel berikut merupakan ringkasan
hasil penelitian selengkapnya.
Tabel 4.11 Pendapat Responden Tentang Kemandirian Individu
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 112 Jelek 12 - 223 Cukup 23 - 33 4 2,674 Baik 34 - 44 145 96,675 Sangat baik 45 - 55 1 0,67
150 100,00Jumlah
77
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
96,67%
2,67%0,67%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.6 Persentase Kesempatan Mandiri
b. Structure
Structure adalah salah satu indikator budaya organisasi dimana supervisi dan
pengendalian organisasi berjalan dengan baik. Hasil penelitian pada guru Sekolah Dasar di
Kabupaten Blora memberikan gambaran bahwa 94,00% guru berpendapat bahwa supervisi
dan pengendalian organisasi berjalan dengan baik. Ringkasan hasil penelitian seperti pada
tabel berikut.
Tabel. 4.12 Pendapat Responden Tentang Structure
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 52 Jelek 6 - 103 Cukup 11 - 15 5 3,334 Baik 16 - 20 141 94,005 Sangat baik 21 - 25 4 2,67
150 100,00Jumlah
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
78
3,33%
94,00%
2,67%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.7 Persentase Structure
c. Support
Indikator budaya organisasi yang baik diantaranya adalah adanya support atau
pemberian motivasi kepada anggotanya. Hasil penelitian terhadap guru Sekolah Dasar di
Kabupaten Blora dapat disimpulkan bahwa dorongan sekolah terhadap guru untuk
berkembang adalah baik. Hal itu diakui oleh 97,33% responden. Kesimpulan yang dapat
diambil dari hasil penelitian tersebut adalah sekolah telah sepenuhnya memotivasi gurunya
dengan baik. Berikut adalah tabel ringkasan hasil penelitian.
Tabel. 4.13 Pendapat Responden Tentang Dorongan Untuk Maju
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 72 Jelek 8 - 143 Cukup 15 - 204 Baik 21 - 28 146 97,335 Sangat baik 29 - 35 4 2,67
150 100,00Jumlah
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
79
97,33%
2,67%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.8 Persentase Support
d. Identity
Identity yang dimaksud adalah sikap guru terhadap identitas pekerjaan yang
dijalaninya dibuktikan dengan adanya rasa bangga terhadap sekolah dan pekerjaanya
sebagai guru. Ringkasan hasil penelitian tergambar pada tabel berikut.
Tabel. 4.14 Pendapat Responden Tentang Identity
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 72 Jelek 8 - 143 Cukup 15 - 204 Baik 21 - 28 147 98,005 Sangat baik 29 - 35 3 2,00
150 100,00Jumlah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 98,00% guru Sekolah Dasar di Kabupaten
Blora menyampaikan bahwa mereka sangat bangga terhadap sekolah dan pekerjaan
mereka.
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
80
98,00%
2,00% Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.9 Persentase Identity
e. Confict Tolerance
Terbuka terhadap penyelesaian konflik dan terbuka terhadap kritik adalah salah satu
indikator budaya organisasi yang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebanyak
92,00% guru mengatakan bahwa sekolah telah terbuka dalam mangatasi segala
permasalahan dan terbuka terhadap kritik. Ringkasan hasil penelitian terlihat pada table
berikut.
Tabel. 4.15 Pendapat Responden Tentang Conflict Tolerance
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 32 Jelek 4 - 63 Cukup 7 - 9 10 6,674 Baik 10 - 12 138 92,005 Sangat baik 13 - 15 2 1,33
150 100,00Jumlah
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
81
6,67%
92,00%
1,33%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.10 Persentase Conflict Tolerance
f. Risk Tolerance
Sikap sekolah yang inovatif dan berani mengambil resiko dalam pangambilan
keputusan adalah indikator adanya budaya organisasi yang baik. Tabel berikut merupakan
ringkasan dari hasil penelitian.
Tabel. 4.16 Pendapat Responden Tentang Keberanian Mengambil Resiko
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 2 1 0,672 Jelek 3 - 4 10 6,673 Cukup 5 - 6 119 79,334 Baik 7 - 8 20 13,335 Sangat baik 9 - 10
150 100,00Jumlah
Berdasarkan pendapat guru sebanyak 79,33% guru berpendapat bahwa sekolah
mereka telah bersikap inovatif dan cukup berani mengambil resiko terhadap perkembangan
sekolah.
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
82
79,33%
13,33% 6,67%0,67%Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.11 Persentase Keberanian Mengambil Resiko
4.1.3. Keunggulan Sekolah
Dari angket tentang keunggulan sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten
Blora sebanyak 33 butir pertanyaan yang mencakup indikator sistem pembelajaran, prestasi
siswa dan sarana prasarana sekolah didapatkan mean sebesar 124,98; median sebesar
128,00 ; standar deviasi adalah 12,105 ; range adalah 56,00 ; skor minimum adalah 93,00 ;
serta skor maksimum adalah 149,00. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
83
Tabel 4.17 Deskripsi Statistik Keunggulan Sekolah Statistics
Keunggulan sekolah150
0124.9800
.98841128.0000
128.00a
12.10550146.54322
56.0093.00
149.0018747.00114.7500128.0000134.2500
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Deskripsi data Keunggulan Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Blora
berdasarkan skor adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.18 Pendapat responden tentang keunggulan sekolah
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 332 Jelek 34 - 663 Cukup 67 - 99 2 1,334 Baik 100 - 132 99 66,005 Sangat baik 133 - 165 49 32,67
150 100,00Jumlah
Tabel di atas memperlihatkan responden yang berpendapat bahwa keunggulan
sekolah sangat baik sebanyak 32,67%, yang berpendapat baik sebanyak 66,00%, yang
berpendapat cukup baik sebanyak 1,33% dan tidak ada responden yang berpendapat jelek
ataupun sangat jelek. Hasil analisa statistik deskriptif diperoleh rata-rata 124,98 yang
terletak pada interval 100 - 132 dengan kriteria baik. Dengan demikian dapat dinyatakan
84
bahwa keunggulan pada sekolah dasar negeri di Kabupaten Blora adalah baik. Hasil
penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti pada gambar
berikut ini :
1,33%
66,00%
32,67% Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.12 Persentase Kunggulan Sekolah
Adapun keunggulan sekolah berdasarkan subvariabel yang ada adalah sebagai
berikut :
a. Sistem Pendidikan
Salah satu subvariabel keunggulan dari suatu sekolah adanya sistem pendidikan
baik dengan indikator menguasai bahan pelajaran, mengelola PBM, mengelola kelas,
menggunakan media / sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola
interak belajar-mengajar, Menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi
dan program Bimbingan dan Konseling, mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah, dan memahami prinsip-prinsip dan manafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pendidikan. Hasil penelitian yang dilakukan memberi gambaran bahwa
sebanyak 62,67% guru Sekolah Dasar di Kabupaten Blora telah melaksanakan sistem
pendidikan dengan sangat baik. Tabel berikut merupakan ringkasan hasil penelitian
selengkapnya.
85
Tabel 4.19 Pendapat responden tentang sistem pendidikan
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 192 Jelek 20 - 383 Cukup 39 - 57 1 0,674 Baik 58 - 76 55 36,675 Sangat baik 77 - 95 94 62,67
150 100,00Jumlah
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
0,67%
62,67%
36,67% Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.13 Persentase Sistem Pendidikan
b. Prestasi Siswa
Salah satu subvariabel keunggulan dari suatu sekolah adalah prestasi siswa yang
bersekolah di sekolah tersebut dengan indikator prestasi akademik dan non akademik. Hasil
penelitian yang dilakukan memberi gambaran bahwa sebanyak 64,00% guru Sekolah Dasar
di Kabupaten Blora menyampaikan bahwa prestasi siswa di bidang akademik maupun non
akademik adalah baik. Tabel berikut merupakan ringkasan hasil penelitian selengkapnya.
86
Tabel 4.20 Pendapat responden tentang prestasi siswa
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat jelek 1 - 82 Jelek 9 - 16 2 1,333 Cukup 17 - 24 13 8,674 Baik 25 - 32 109 72,675 Sangat baik 33 - 40 26 17,33
150 100,00Jumlah
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
8,67%
72,67%
17,33%1,33%
Sangat jelekJelekCukupBaikSangat baik
Gambar 4.14 Persentase Prestasi Siswa
c. Sarana dan Prasarana
Salah satu subvariabel keunggulan dari suatu sekolah adalah sarana dan prasarana
yang yang ada di sekolah tersebut dengan indikator perpustakaan sekolah, kegiatan ekstra
kurikuler, ketersediaan media pembelajaran dan fasilitas olah raga. Hasil penelitian yang
dilakukan memberi gambaran bahwa sebanyak 70,67% guru Sekolah Dasar di Kabupaten
Blora menyampaikan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah sudah mencukupi
namun masih perlu ditingkatkan. Tabel berikut merupakan ringkasan hasil penelitian
selengkapnya.
87
Tabel 4.21 Pendapat responden tentang sarana dan prasarana
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat sedikit 1 - 62 Sedikit 7 - 12 35 23,333 Cukup 13 - 18 106 70,674 Banyak 19 - 24 9 6,005 Sangat banyak 25 - 30
150 100,00Jumlah
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
23,33%6,00%
70,67%
Sangat sedikitSedikitCukupBanyakSangat banyak
Gambar 4.15 Persentase Sarana dan Prasarana
d. Jumlah Pendaftar
Salah satu subvariabel keunggulan dari suatu sekolah adalah jumlah pendaftar yang
melebihi kapasitas yang ada. Hasil penelitian yang dilakukan memberi gambaran bahwa
sebanyak 42,00% guru Sekolah Dasar di Kabupaten Blora menyampaikan bahwa jumlah
pendaftar sama dengan kapasitas kelas yang ada di sekolah. Tabel berikut merupakan
ringkasan hasil penelitian selengkapnya.
88
Tabel 4.22 Pendapat responden tentang jumlah pendaftar
No. Kriteria Interval Frekuensi Persentase1 Sangat sedikit 1 3 2,002 Sedikit 2 61 40,673 Sama 3 63 42,004 Banyak 4 23 15,335 Sangat banyak 5
150 100,00Jumlah
Hasil penelitian tersebut apabila digambarkan dalam bentuk pie chart adalah seperti
pada gambar berikut ini :
42,00%
15,33% 40,67%2,00%
Sangat sedikitSedikitSamaBanyakSangat banyak
Gambar 4.16 Persentase Sarana dan Prasarana
4.2. Hasil Uji Persyaratan
Guna mendapatkan suatu simpulan yang berarti diperlukan adanya suatu analisis
data. Analisis data dimaksudkan untuk melakukakan pengujian hipotesis dan menjawab
rumusan masalah yang telah diajukan. Adapun dalam melakukan analisis regresi, terlebih
dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap variabel kepemimpinan kepala
sekolah, budaya organisasi, dan keunggulan sekolah. Uji persyaratan yang dimaksud adalah
:
89
a. Uji Normalitas Data
Sebelum data dianalisis akhir, terlebih dahulu dilakukan pengujian tingkat
kenormalannnya menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test dengan
bantuan perangkat lunak komputer pengolah data statistik SPSS versi 10 for Windows 2003.
Ringkasan hasil analisis sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Data
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
150124.980012.10550
.105
.065-.1051.288
.072
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
KeunggulanSekolah
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Berdasarkan out put one sample Kolmogorov-Smirnov Test, diperoleh nilai sig
(signifikansi) 0,072 = 7,2% dan lebih besar dari 5 % (7,2%>5%) maka hipotesis nol
diterima dan dengan demikian variabel dependen berdistribusi normal.
Selanjutnya berdasarkan grafik P-Plot of Regression Stand, data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Adapun secara lengkap dan rinci gambar tebaran data sebagaimana pada
gambar 4.23 berikut :
90
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keunggulan Sekolah
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.00
.75
.50
.25
0.00
Gambar 4.17 Normalitas Data
b. Uji Multikolinearitas
Multikoliniearitas adalah situasi adanya hubungan antara korelasi variabel-variabel
independen (bebas) dalam suatu model regresi. Uji multikolinearitas dilakukan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi korelasi
diantara variabel-variabel independen (bebas). Oleh karena itu untuk melihat apakah
terjadai korelasi anatra variabel independen kepemimpinan kepala sekolah, budaya
organisasi sekolah dan keunggulan sekolah, maka akan dilakukan uji multikolinearitas.
Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah jika mempunyai nilai VIF
disekitar 1 dan mempunyai angka toleransi mendekati 1.
91
Tabel 4.24 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
15.421 14.334 1.076 .284.317 .082 .292 3.861 .000 .837 1.195.562 .119 .357 4.717 .000 .837 1.195
(Constant)Kepemimpinan KSBudaya Organisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Berdasarkan tabel out put di atas, diperoleh nilai VIF untuk masing-masing variabel
kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi sekolah masih disekitar 1, dan nilai
toleransi mendekati 1, maka dapat disimpulkan bahwa mode regresi tersebut tidak terdapat
problem multikolinieritas (MULTIKO). Artinya Dalam model regresi tidak terjadi korelasi
antar variabel independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas artinya varians variabel dalam model tidak sama (konstan)
untuk suatu pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak acak tetapi
menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel
bebas.
Model regresi yang baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas, untuk
menentukan model regresi terjadi heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
dengan ketentuan : Apabila nilai erorr membentuk pola tertentu tidak bersifat acak
terhadap nol, maka dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Atau jika pola tertentu seperti
titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi hetroskedastisitas.
Untuk jelasnya hasil uji heteroskedastisitas sebagaimana pada gambar berikut :
92
Scatterplot
Dependent Variable: Keunggulan Sekolah
Keunggulan Sekolah
15014013012011010090
Reg
ress
ion
Stan
dard
ized
Pre
dict
ed V
alue
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
Gambar 4.18 Hasil Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan diagram Scatterplot, Variabel dependent dan residual diperoleh
diagram bahwa nilai error cukup menyebar di sekitar nol, ini berarti dalam model liner
tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Untuk menguji apakah dalaam sebuah model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi
dapat dilihat pada tabel Durbin-Watson (D-W). Jika D-W dibawah -2 berarti ada
autokorelasi positif, jika D-W dinatara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, dan jika
D-W di atas +2 berarti ada autokolreasi negatif.
93
Tabel 4.25 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
.545a .297 .287 10.22182 1.309Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Berdasarkan data out put Model Summary di atas, diperoleh nilai D-W (Durbin
Watson) = 1,465 ; nilai D-W berada diantara -2 sampai +2. Ini berarti dalam model linier
tidak terjadi autokorelasi.
4.3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Parsial
Pengujian linieritas hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X1) dengan
keunggulan sekolah (Y) dan budaya organisasi (X2) dengan keunggulan sekolah (Y)
dengan bantuan perangkat lunak komputer pengolah data SPSS versi 10 for Windows 2003.
1) Uji Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Keunggulan Sekolah (Y)
Untuk melihat pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) secara parsial
terhadap variabel terikat keunggulan sekolah (Y) dan seberapa besar pengaruhnya, akan
dianalisis dengan regresi sederhana. Agar dapat menentukan pengaruh dan seberapa besar
pengaruhnya variabel dependen terhadap variabel independen, maka langkah pertama yang
harus dilakukan adalah menentukan model regresi (persamaan regresi). Adapun hasilnya
sebagaimana pada tabel berikut :
94
Tabel 4.26 Hasil Uji Pengaruh Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
dengan Variabel Keunggulan Sekolah (Y) Coefficientsa
67.334 9.821 6.856 .000.473 .080 .436 5.894 .000
(Constant)Kepemimpinan KS
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Berdasarkan tabel out put di atas, diperoleh arah regresi b sebesar 0,473 dan
konstanta atau a sebesar 67,334. Maka dapat digambarkan bentuk hubungan antara kedua
variabel tersebut oleh persamaan regresi Y = 67,334 + 0,473X1.
Selanjutnya untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinieran dari persamaan
regresi tersebut dilakukan uji keberartian dan uji kelinieran regresi sebagai berikut :
(1) Uji Keberartian Koefisien Regresi
Berdasarkan tabel out put diatas diperoleh nilai probabilitas signifikansi (sig) untuk
konstan dan variabel X1, sebesar 0,000 <α 0,05 dan hal ini berarti arah regresi Y atas
X1 berarti.
(2) Uji Liniearitas Model Regresi
Untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara variabel kepemimpinan kepala sekolah
terhadap variabel keunggulan sekolah, maka model regresi tersebut akan diuji
liniearitasnya. Apabila model regresi linier, berarti terdapat pengaruh variabel dependen
terhadap variabel independen.
95
Tabel 4.27 Hasil Uji Parsial X1
ANOVAb
4151.053 1 4151.053 34.741 .000a
17683.887 148 119.48621834.940 149
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Hasil perhitungan analisis regresi sederhana dan uji linieritas diperoleh nilai F
sebesar 34,741 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai F lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05, maka dapat dinyatakan hubungan variabel kepemimpinan kepala
sekolah (X1) dengan Kunggulan sekolah (Y) tidak menyimpang dari persamaan garis
liniernya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik hubungan X1 dan Y seperti pada
gambar berikut.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keunggulan Sekolah
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.00
.75
.50
.25
0.00
Gambar 4.19 Tebaran Data Hubungan X1 dengan Y
96
(3) Uji Hipotesis
Untuk memprediksi pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1)
terhadap variabel keunggulan sekolah (Y) dilakukan dengan uji linieritas model regresi
linier, hipotesis (Ho) diterima apabila nilai probabilitas signifikansi (sig) >α 0,05.
Berdasarkan tabel Anova (tabel 4.26.) di atas diperoleh nilai probabilitas sig
0,000 <α 0,05 hal ini berarti Ho ditolak. Artinya model regresi Y = 51,813 + 0,610X1
adalah linear.
Besarnya pengaruh (koefisien determinasi) variabel kepemimpinan kepala
sekolah terhadap variabel keunggulan sekolah dapat dilihat dari nilai R square tabel out
put Model Summary sebagai berikut :
Tabel 4.28 Hasil Uji Sumbangan Efektif X1
Model Summaryb
.436a .190 .185 10.93095Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Berdasarkan tabel output di atas, diperoleh nilai R square sebesar = 0,190 hal ini
berarti variabel kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi variabel keunggulan sekolah
sebesar 19,00%. Dengan demikian sisanya yaitu sebesar 100% - 19% = 81% masih
dipengaruhi oleh faktor-faktor atau sebab-sebab yang lain di luar variabel yang diteliti.
97
2) Uji Pengaruh Budaya Organisasi (X2) Terhadap Keunggulan Sekolah (Y) Untuk melihat pengaruh variabel budaya organisasi (X2) secara parsial terhadap
variabel terikat keunggulan sekolah (Y) dan seberapa besar pengaruhnya, akan dianalisis
dengan regresi sederhana. Agar dapat menentukan pengaruh dan seberapa besar
pengaruhnya variabel dependen terhadap variabel independen, maka langkah pertama yang
harus dilakukan adalah menentukan model regresi (persamaan regresi). Adapun hasilnya
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 4.29 Hasil Uji Pengaruh Variabel Budaya Organisasi (X2) Terhadap Keunggulan Sekolah (Y)
Coefficientsa
30.556 14.421 2.119 .036.747 .114 .475 6.560 .000
(Constant)Budaya Organisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Berdasarkan tabel out put di atas, diperoleh arah regresi b sebesar 0,747 dan
konstanta atau a sebesar 30,556. Maka dapat digambarkan bentuk hubungan antara kedua
variabel tersebut oleh persamaan regresi Y = 30,556 + 0,747X2.
Selanjutnya untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinieran dari persamaan
regresi tersebut dilakukan uji keberartian dan uji kelinieran regresi sebagai berikut :
(1) Uji keberartian Koefisien Regresi
Berdasarkan tabel output diatas diperoleh nilai probabilitas signifikansi (sig) untuk
konstan dan variabel X2, sebesar 0,036 dan 0,000 <α 0,05. Ini berarti arah regresi Y
atas X2 berarti.
98
(2) Uji Liniearitas Model Regresi
Untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara variabel budaya organisasi terhadap
variabel keunggulan sekolah, maka model regresi tersebut akan diuji liniearitasnya.
Apabila model regresi linier, berarti terdapat pengaruh variabel dependen terhadap
variabel independen.
Tabel 4.30 Hasil Uji Parsial X2
ANOVAb
4918.262 1 4918.262 43.029 .000a
16916.678 148 114.30221834.940 149
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Budaya Organisasia.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Hasil perhitungan analisis regresi sederhana dan uji linieritas diperoleh nilai F
sebesar 43,029 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai F lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05, maka dapat dinyatakan hubungan variabel budaya organisasi (X2)
dengan Kunggulan sekolah (Y) tidak menyimpang dari persamaan garis liniernya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik hubungan X1 dan Y seperti pada gambar
berikut.
99
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keunggulan Sekolah
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.00
.75
.50
.25
0.00
Gambar 4.20 Tebaran Data Hubungan X2 dengan Y
(3) Uji Hipotesis
Untuk memprediksi pengaruh variabel budaya organisasi (X2) terhadap variabel
keunggulan sekolah (Y) dilakukan dengan uji linieritas model regresi linier, hipotesis
(Ho) diterima apabila nilai probabilitas signifikansi (sig) >α 0,05.
Berdasarkan tabel Anova (tabel 4...) di atas diperoleh nilai probabilitas sig 0,000
<α 0,05 hal ini berarti Ho ditolak. Artinya model regresi Y = 30,556 + 0,747X2 adalah
linear.
Besarnya pengaruh (koefisien determinasi) variabel budaya organisasi terhadap
variabel keunggulan sekolah dapat dilihat dari nilai R square tabel out put Model
Summary sebagai berikut :
100
Tabel 4.31 Hasil Uji Sumbangan Efektif X2
Model Summaryb
.475a .225 .220 10.69121Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Budaya Organisasia.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Berdasarkan tabel out put di atas, diperoleh nilai R square sebesar = 0,225 hal ini
berarti variabel budaya organisasi mempengaruhi variabel keunggulan sekolah sebesar
22,50%. Dengan demikian sisanya yaitu sebesar 100% - 22,50% = 77,50% masih
dipengaruhi oleh faktor-faktor atau sebab-sebab yang lain di luar variabel yang diteliti.
b. Uji Simultan
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu Kepemimpinan
kepala sekolah (X1) dan Budaya organisasi (X2) secara simultan terhadap variabel terikat
yaitu Keunggulan sekolah (Y), dilakukan dengan analisis regresi linier ganda. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Menentukan Persamaan Regresi
Agar dapat menentukan pengaruh dan seberapa besar pengaruhnya variabel dependen
secara simultan terhadap variabel independen, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menentukan model regresi (persamaan regresi), sebagai berikut :
101
Tabel 4.32 Hasil Uji Pengaruh X1 dan X2 Terhadap Y
Coefficientsa
15.421 14.334 1.076 .284.317 .082 .292 3.861 .000.562 .119 .357 4.717 .000
(Constant)Kepemimpinan KSBudaya Organisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Berdasarkan tabel pengujian hipotesis di atas, didapatkan persamaan garis linier
berganda (yang dilihat dari koefisien tidak standar (unstandardized coefficient)
didapatkan sebagai berikut :
Y = 15,421 + 0,317 X1 + 0,562X2
Artinya :
(1) Konstanta sebesar 15,421 (positif) mengindikasikan bahwa keunggulan sekolah
akan mengalami peningkatan jika variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan
budaya organisasi (X2) diasumsikan konstan/tetap.
(2) Faktor pertama yang berpengaruh terhadap profesionalisme guru adalah
kepemimpinan kepala sekolah (b1) dengan koefisien regresi sebesar 0,317 (positip).
Angka regresi variabel kepemimpinan kepala sekolah (b1) bernilai positif
mengindikasikan bahwa semakin baik kepemimpinan kepala sekolah (X1), jika
budaya organisasi (X2) diasumsikan konstan/tetap, maka keunggulan suatu sekolah
akan mengalami peningkatan.
(3) Kedua yang berpengaruh terhadap keunggulan sekolah adalah budaya organisasi
(b2) dengan koefisien regresi sebesar 0,562 (positif). Angka regresi variabel budaya
organisasi (b2) bernilai positif mengindikasikan bahwa semakin baik budaya
102
organisasi (X2), jika variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) diasumsikan
konstan/tetap, maka keunggulan suatu sekolah akan mengalami peningkatan.
2) Uji Hipotesis
Untuk memprediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
dilakukan dengan uji linieritas model regresi, hipotesis (Ho) diterima apabila nilai
probabilitas signifikansi (sig) >α 0,05. Ringkasan hasil uji linier berganda sebagaimana
pada tabel berikut :
Tabel 4.33 Hasil Uji Linier Berganda
ANOVAb
6475.555 2 3237.778 30.988 .000a
15359.385 147 104.48621834.940 149
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Berdasarkan tabel Anova di atas diperoleh nilai probabilitas signifikansi (sig) =
0,000 = 0% < 5 %, ini berarti Ho ditolak. Artinya model regresi Y = 15,421 + 0,317
X1 + 0,562X2 adalah linear. Hal berarti terdapat pengaruh variabel kepemimpinan
kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama-sama terhadap variabel
keungguan sekolah (Y).
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa besar pengaruh variabel
kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) keunggulan sekolah (Y).
Adapun hasilnya sebagimana pada tabel berikut :
103
Tabel 4.34 Output Koefisien Determinasi
Model Summaryb
.545a .297 .287 10.22182Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Budaya Organisasi,Kepemimpinan KS
a.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Dari tabel hasil uji koefisien determinasi di atas didapatkan angka koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,297. Hal ini berarti bahwa variabel kepemimpinan
kepala sekolah (X1) dan budaya organisasi (X2) berpengaruh sebesar 29,70% terhadap
keunggulan sekolah, sedangkan sisanya sebesar 100% - 29,70% = 70,30% masih
dipengaruhi oleh faktor-faktor atau sebab-sebab yang lain di luar variabel yang diteliti.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Keunggulan Sekolah
Dasar Negri di Kabupaten Blora
Dari hasil penelitian tentang kepemimpinan kepala Sekolah Dasar Negeri di
Kabupaten Blora yang mencakup indikator conceptual skill, human skill, dan technical skill
secara umum menurut pendapat guru-guru adalah baik. Kepala sekolah yang memiliki
keterampilan manajerial sangat baik sebanyak 14,00%, yang baik sebanyak 78,00%, yang
cukup baik 8,%, dan tidak ada yang jelek dan sangat jelek.
104
Dari hasil tersebut uji untuk masing-masing sub variabel didapatkan bahwa 6,67%
kepala sekolah baru memiliki keterampilan konsep yang cukup, sehingga perlu
ditingkatkan menjadi baik bahkan sangat baik. Keterampilan hubungan manusia sebanyak
66,67% telah baik tetapi masih sekitar 8,00% baru pada taraf cukup. Sehingga kemampuan
hubungan manusia perlu di tingkatkan. Adapun kemampuan teknis kepala sekolah 64,67%
baik tetapi ada 14% yang masih cukup baik sehingga perlu ditingkatkan.
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar kepala sekolah telah
memiliki keterampilan yang baik dalam melaksanakan kepemimpinan. Namun demikian
ada beberapa hal yang ditemukan dan perlu dicemati agar keterampilan kepala sekolah
dapat lebih ditingkatkan. Berkaitan dengan keterampilan dalam penguasaan konsep,
sebagian kepala sekolah di Kabupaten Blora masih memiliki kelemahan dalam
keterampilan konseptual. Kelemahan tersebut kelihatan pada saat merencanakan semua
kegiatan sekolah. Sebagian besar kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kabupaten Blora
sudah membuat perencanaan kegiatan sekolahnya akan tetapi hanya beberapa saja yang
mampu melaksanakan program kegiatan tersebut dengan baik. Hal ini disebabkan
kemampuan secara konseptual untuk menyusun perencanaan kegiatan sekolah masih
lemah. Banyak rencana kegiatan sekolah yang disusun tidak berdasarkan kebutuhan riil di
lapangan akan tetapi berdasarkan kebiasaan yang sudah berlaku.
Kelemahan konseptual lain yang menyebabkan keterampilan kepala sekolah dalam
memimpin belum baik adalah kelemahan dalam mengkoordinasi kegaiatan sekolah. Saat ini
kegiatan disekolah memang banyak sekali terkait dengan kegiatan yang tidak berhubungan
langsung dengan proses pembelajaran. Contoh kegiatan-kegiatan tesebut diantaranya
kegiatan organisasi guru, kegiatan peringatan Hari Pendidikan Nasional, Kegiatan Hari
105
Olahraga, Kegiatan peringatan-peringatan hari besar agama, kegiatan hari-hari besar
nasional lainnya, kegiatan lomba baik guru, kepala sekolah, maupun siswa dimana
kegiatan-kegiatan tersebut biasanya berjalan beriringan. Dibutuhkan keterampilan kepala
sekolah dalam mengkoordinasi kegiatan tersebut. Kepala sekolah harus berani mengambil
langkah tegas untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut apabila manfaat yang diperoleh tidak
sebanding dengan waktu mengajar yang dikorbankan guru untuk kegiatan tersebut.
Beberapa kepala sekolah lemah dalam mengkoordinasi kegiatan tersebut sehingga banyak
guru yang terbebani oleh dua pekerjaan sekaligus yaitu pekerjaan mengajar dan mengikuti
kegiatan diluar kegiatan mengajar. Koordinasi yang lemah menyebabkan banyak yang
dikorbankan. Guru tidak bisa mengajar dengan baik yang berakibat pada rendahnya mutu
pembelajaran siswa yang pada akhirnya akan menjadi beban bagi guru itu sendiri.
Kelemahan konsep selanjutnya adalah kelemahan kepala sekolah dalam
mengembangkan kurikulum. Beberapa kepala sekolah yang ada saat ini adalah kepala
sekolah senior yang usianya menjelang pensiun. Kepala sekolah masih sangat lekat sekali
dengan tradisi paternalistik untuk taat kepada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.
Sampai dengan tahun 2004 sekolah belum diberi kesempatan oleh pemerintah untuk
mengembangkan kurikulum sendiri, baru pada tahun 2006 sekolah bisa mengembangkan
sendiri kurikulumnya. Kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan di sekolah seharusnya
merespon baik terhadap perkembangan kurikulum ini, akan tetapi karena keterampilan
konsep untuk mengembangkan kurikulum masih lemah banyak diantara mereka yang
menanggapi pengembangan kurikulum ini dengan sikap apatis. Hal ini menyebabkan guru
yang ingin berkembang dan berinovasi merasa dibatasi. Beberapa guru bahkan mempunyai
keterampilan mengembangkan kurikulum yang lebih baik dari kepala sekolahnya.
106
Seharusnya kepala sekolah bersifat kooperatif dalam mengembangkan kurikulum.
Walaupun pemahaman kepala sekolah tentang pengembangan kurikulum masih lemah akan
tetapi dengan kerjasama yang harmonis maka penguasaan konsep pengembangan
kurikulum ini bisa dicapai.
Keterampilan manajerial kepala sekolah yang juga memiliki angka di bawah baik
yaitu keterampilan hubungan manusia sebanyak 8,00%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kepala sekolah yang memiliki keterampilan hubungan manusia di bawah baik cukup
rendah. Lemahnya keterampilan hubungan manusia dari kepala sekolah lebih banyak
disebabkan kurangnya komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru. Banyak guru
yang belum mengerti tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sehingga apabila kepala
sekolah tidak sering berkomunikasi dengan guru maka akan terjadi kesalahfahaman
diantara mereka. Banyak guru yang merasa sering ditinggalkan dinas luar oleh kepala
sekolah sehingga fungsinya sebagai supervisor menjadi tidak maksimal, begitu juga
fungsinya sebagai conselor menjadi tidak maksimal pula, padahal di sisi lain guru sangat
memerlukan bimbingan dari kepala sekolah dalam menjalankan tugas-tugas hariannya.
Komunikasi yang harmonis antara kedunya mutlak diperlukan guna menekan
kesalahfahaman tersebut. Pada akhirnya diharapkan ada saling pengertian dalam
menjalankan tugas masing-masing. Kepedulian kepala sekolah dapat dilakukan dengan
memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi. Tidak banyak kepala sekolah yang
suka memberikan penghargaan kepada guru. Penghargaan tidak selamanya bernilai
kwantitas, pemberian pujian, tepukan pundak, dan memberi kepercayaan untuk
melaksanakan tugas-tugas tertentu yang secara tidak langsung membantu guru untuk
meningkatkan jenjang karirnya perlu dilakukan untuk meningkatkan hubungan yang baik.
107
4.4.2 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keunggulan Sekolah Dasar Negri di Kabupaten Blora
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi Sekolah Dasar di
Kabupaten Brebes yang mencakup individual autonomy, structure, support, identity,
conflict tolerance, dan risk tolerance, didapatkan secara umum adalah baik. Sekolah yang
memiliki budaya organisasi sangat baik 2,00%, baik 94,67%, cukup baik 3,33%, dan tidak
ada sekolah dengan budaya organisasi kurang baik dan tidak baik.
Besarnya angka sekolah dengan budaya organisasi cukup baik perlu mendapat
perhatian agar bisa ditingkatkan ke arah baik bahkan sangat baik. Beberapa hal yang
menyebabkan budaya organisasi pada beberapa sekolah belum mencapai kriteria yang baik
diantaranya adalah lemahnya peran kepala sekolah dalam memberikan dorongan dan
motivasi kepada guru untuk bekerja dengan baik. Saat ini beberapa guru telah bekerja
dengan baik akan tetapi ada beberapa guru yang baru bekerja sebagai rutinitas, belum
merupakan sesuatu yang punya nilai. Selain kepala sekolah peran komitmen bersama
diantara anggota organisasi akan menjadi pendorong guru untuk bekerja maksimal.
Komitmen tersebut akan menjadi bagian dari guru manakala diwujudkan dalam bentuk
aturan yang bisa diterima semua pihak.
Faktor selanjutnya adalah lemahnya rasa bangga akan pekerjaan sebagai guru dan
organisasi sekolah itu sendiri. Untuk meningkatkan kebanggaan guru terhadap
pekerjaannya guru harus selalu dimotivasi dan diingatkan oleh kepala sekolah bahwa
pekerjaan tersebut sudah menjadi pilihan sehingga tidak ada alasan untuk tidak
bersungguh-sungguh dalam bekerja. Tidak bersungguh-sungguh dalam bekerja sebagai
108
guru bukan hanya akan merugikan siswa tetapi juga guru itu sendiri. Saat ini guru yang
kinerjanya tidak baik tetap bisa naik pangkat tetapi akan sulit bersaing untuk mencapai
karir yang lebih tinggi karena era keterbukaan telah menjadikan masyarakat sebagai
pengamat terhadap kinerja guru.
Faktor keterbukaan terhadap konflik juga masih merupakan penyebab kurang
sehatnya budaya organisasi di sekolah. Masalah yang sering muncul adalah kurangnya
keterbukaan terhadap penyelesaian masalah dan kritik. Peran kepala sekolah dalam
menjaga keterbukaan terhadap konflik sangat besar. Saat ini masalah yang banyak muncul
di sekolah lebih banyak diselesaikan antar personal yang berkonflik, belum melibatkan
semua anggota organisasi untuk berperan serta menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal
ini akan menyebabkan peran anggota organisasi melemah. Untuk masalah-masalah tertentu
yang memang tidak dapat diselesaikan lewat musyawarah bersama dan harus diselesaikan
antar personal hendaknya dibuka pendapat yang ingin disampaikan oleh anggota organisasi
dalam menyelesaikan permasalahan.
Keberanian sekolah untuk mengambil keputusan sehubungan dengan
pengembangan sekolah merupakan faktor yang menentukan budaya organisasi yang baik.
Dengan era manajemen berbasis sekolah, sekolah mempunyai kebebasan untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah. Beberapa sekolah dasar di
Kabupaten Blora belum mengembangkan manajemen berbasis sekolah utamanya dalam
memberi kebebasan guru untuk mengembangkan dirinya.
Meskipun secara keseluruhan budaya organisasi sudah berjalan dengan baik, namun
dalam hal keberanian sekolah untuk mengambil keputusan sangat perlu mendapatkan
perhatian yang lebih. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa responden yang menyatakan bahwa
109
keberanian sekolah untuk mengambil resiko pada kriteria sangat jelek sebesar 0,67%, jelek
sebesar 6,67%, cukup baik sebesar 79,33% dan yang sudah baik sebesar 13,33%.
Beberapa responden yang menyatakan bahwa sekolah sudah cukup berani
mangambil keputusan untuk mengembangkan sekolahnya tanpa harus menunggu petunjuk
pelaksanaan yang ada. Ketergantungan sekolah akan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis kadang-kadang membuat guru harus menunggu untuk bisa kreatif dan inovatif. Oleh
sebab itu, agar keunggulan sekolah dapat tercapai diperlukan keberanian untuk mengambil
suatu keputusan.
4.4.3 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap
Keunggulan Sekolah Dasar Negri di Kabupaten Blora
Dari hasil penelitian tampak bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan budaya
organisasi sekolah secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap keunggulan sekolah
dasar negeri di Kabupaten Blora dengan koefisien korelasi sebesar 0,297.
Keunggulan sekolah menjadi target lembaga, tujuan utamanya adalah meningkatkan
keunggulan sekolah (mutu lulusan) dan perbaikan layanan pada peserta didik. Ekosusilo
(2003:41) berpendapat bahwa sekolah unggulan adalah sekolah yang mempunyai indikator
antara lain prestasi akademik maupun non akademik diatas rata-rata sekolah didaerahnya,
sarana dan prasarana yang lengkap, sistem pembelajaran yang lebih baik dan waktu
pembelajaran yang lebih panjang.
Dapat dikatakan bahwa SD Negeri di Kabupaten Blora telah mengelola sumber
daya yang dimiliki sekolah dengan cukup baik untuk meningkatkan keluaran sekolah,
tingkat kelulusan siswa dan nilai ujian akhir yang baik.
110
Keunggulan sekolah dipengaruhi oleh banyak sekali komponen yaitu antara lain
input yang berupa kualitas peserta didik, instrumental input yaitu kualitas guru dan
karyawan, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, budaya organisasi sekolah dan yang
tak kalah pentingnya adalah kualitas kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah,
masukan lingkungan dan masih banyak lagi. Semua komponen tadi membentuk suatu
sistem yang saling bekerja sama untuk mewujutkan tujuan yang diinginkan oleh lembaga.
Tanpa kerjasama yang baik antar komponen di atas keunggulan sekolah sulit terealisir.
Dalam penelitian ini dua komponen yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan budaya
organisasi memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam keunggulan suatu sekolah yaitu
sebesar 29,7 % yang berarti bahwa masih 70.3 % faktor lain yang ikut berpengaruh
terhadap keunggulan suatu sekolah.
111
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa umumnya SD Negeri Kabupaten Blora memiliki
keunggulan sekolah yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh skor kepemimpinan
kepala sekolah 78,00.
2. Ada pengaruh yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah dengan keunggulan suatu
sekolah dasar negeri di kabupaten Blora dengan koefisien korelasi sebesar 19 %.
3. Ada pengaruh yang signifikan budaya organisasi sekolah terhadap keunggulan sekolah
dasar negeri di kabupaten Blora dengan koefisien korelasi sebesar 22,5%.
4. Ada pengaruh yang signifikan secara simultan (bersama-sama) kepemimpinan kepala
sekolah, dan budaya organisasi sekolah terhadap keunggulan sekolah dasar negeri di
Kabupaten Blora dengan koefisien korelasi sebesar 29,70 %.
112
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Perlu ada upaya peningkatan keterampilan kepemimpinan kepala sekolah dalam hal
penguasaan konseptual terutama dalam hal mengembangkan kurikulum dan
mengkoordinasi kegiatan sekolah, kalau dirasa kegiatan yang dilakukan kurang
bermanfaat bagi sekolah kepala sekolah harus berani mengambil langkah tegas untuk
menolak.
2. Dalam pelaksanaan keterampilan manajerial kepala sekolah perlu ditingkatkan karena
temuannya masih dibawah angka 5, hubungan komunikasi dengan para guru perlu
ditingkatkan supaya tidak terjadi kesalah pahaman.
3. Perlu adanya upaya peningkatan budaya organisasi sekolah yang kondusif, seperti
menjaga keterbukaan dalam mengatasi masalah dan kritik.
4. Untuk dapat menghasilkan SDM generasi muda yang unggul maka keunggulan sekolah,
sebagai lembaga pendidikan, juga harus terus ditingkatkan. Peningkatan keunggulan ini
selain melalui kedua variabel dalam penelitian in juga diperlukan hal-hal lain seperti
peningkatan dan pemenuhan fasilitas, perbaikan SDM pengajar dsb. Karenanya masih
diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai keunggulan sekolah, sehingga
dikemudian hari dapat makin memberi kontribusi pada peningkatan keunggulan sekolah.
113
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina
Aksara Argyris, Chris. 1999. On Organizational Learning : Second edition. Massachusetts Charles, C.M. 1985. Building Classroom Discipline. New York: Longman Inc Darma, Agus. Manajemen Berbasis Sekolah. http//www.depdiknas.or.id David, McClelland. 1974. The Achievement Motive. New York: IrvingtonPublisher Inc .............., 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta David Peterson, School-Based Management and Student Performance,
http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ed336845.html (5 Juli 2005) Ekosiswoyo, Rasdi. Dkk. 1997. Manajemen Kelas. Semarang : IKIP Semarang Pres Ekosusilo, Madyo. 2003. Hasil Penelitian Kualitatif : Supervisi Pengajaran dalam Latar
Budaya Jawa. Studi Kasus Pembinaan Guru SD di Kraton Surakarta. Sukoharjo : Univet Bantara Press.
Ekosusilo, Madyo. 2003. Hasil Penelitian Kualitatif : Sekolah Unggul Berbasis Nilai (Studi
Multi Kasus di SMA Negeri 1 Surakarta, SMA Regina Pacis, dan SMA Al-Islam 01 Surakarta). Sukoharjo : Univet Bantara Press
Glatthrow, Allan. A. 1990. Supervisory Leadership : Introduction to Instructional
Supervision. New York : Harper Collins Publishers
Handoko, Hani. 1992. Manajemen : Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE Hasibuan, Malayu .S.P. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Haji
Masagung
Kathleen Kubick, School-Based Management, http :// www.ed.gov / databases / ERIC_Digests / ed301969. html (5 Juli 2005)
Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Antropologi. Jakarta : Aksara Baru
114
Mangkunegara, A.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Martoyo, Susilo. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press Moleong, M.J. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya
Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nugroho. Kelemahan Indeks Pembangunan Manusia. Suara Merdeka. 24 Juli 2005
O’neil, William, F. 2002. Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sergiovanni, Thomas. J. 1991. The Principalship : a Reflective Practice Perspective. Massachusetts : Allyn and Bacon
Sindhunata. 2000. Membuka Masa Depan Anak-anak Kita : Mencari Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono, 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Tilaar. H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta : Rineka Cipta
Tilaar, H.A.R. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta : Rineka Cipta
_____.2005. SMA Semesta. www. E-Semesta.com. (12 Juli 2005)
115
Lampiran 1 Instrumen Penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
PENGANTAR
Bersama ini saya bermaksud menyebarkan angket penelitan guna penyusunan tesis
Program Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Adapun judul tesis : “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya
Organisasi Terhadap Keunggulan Sekolah Di Kabupaten Blora”.
Jawaban serta hasil angket penelitian ini, sama sekali tidak terkait dengan
kredibilitas, loyalitas, maupun penilaian terhadap karir Bapak / Ibu / Saudara dalam
melaksanakan tugas. Untuk itu dimohon dengan hormat kepada Bapak / Ibu / Saudara
berkenan memberikan jawaban secara jujur, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, baik
berkenaan dengan kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah dan dan
bagaimana persepsi bapak/ ibu tentang keunggulan sekolah masing-masing.
Atas bantuan serta kerja sama yang baik diucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti
116
Tabel 3.2. Kisi-kisi Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah
No Sub Variabel Indikator No Item 1. Conseptual Skill a. merencanakan semua kegiatan sekolah
b. kemampuan mendioagnosa permasalahan di sekolah
c. kemampuan memecahkan masalah d. mengkoordinasi kegiatan sekolah e. mengembangkan kurikulum f. mengembangkan staf untuk mencapai tujuan sekolah
1,2 3,4 5,6 7 8,9,10 11,12,13
2. Human Skill a. menjalin kerjasama dengan para guru maupun majelis sekolah
b. menjalin komunikasi dengan para guru c. mengikutsertakan para guru dalam
merumuskan pengambilan keputusan d. memberikan penghargaan kepada guru
berprestasi e. menciptakan hubungan yang positif
dengan masyarakat f. memperhatikan kesejahteraan guru
14, 15 16 17 18,19 20,21 22,23
3. Teknical Skill a. membimbing guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
b. mengkoordinasi penggunaan peralatan pengajaran
c. membantu guru dalam mendiagnosa
kesulitan belajar siswa serta bimbingan dan konseling pada siswa
d. membimbing guru dalam melaksanakan administrasi sekolah/kelas
e. menyusun anggaran belanja sekolah
24,25 26 27,28 29 30
117
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Budaya Organisasi
No Sub Variabel Indikator No Item
1. Individual autonomy
a. mendorong kemandirian
b. kesempatan berinisiatif
1,2,3
4
2. Structure
a. supervisi
b. pengendalian
5,6
7,8,9,10
3. Support a. memberikan motivasi 11, 12
4. Identity
a. bangga terhadap organisasi
b. bangga terhadap pekerjaan
13,14,15
16
5. Conflic tolerance
a. terbuka terhadap konflik
b. terbuka terhadap kritik
17
18,19,20
6. Risk tolerance
a. inovatif b. berani mengambil resiko
21,22,23 24,25
118
Angket
119
120
121
122
123
124
125
Lampiran 2
Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Frequencies Statistics
Kepemimpinan Kepala Sekolah150
0122.0200
.92330124.0000
127.00a
11.30805127.87208
50.0088.00
138.0018303.00117.0000124.0000129.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
126
Kepemimpinan Kepala Sekolah
3 2.0 2.0 2.01 .7 .7 2.71 .7 .7 3.31 .7 .7 4.01 .7 .7 4.71 .7 .7 5.31 .7 .7 6.01 .7 .7 6.72 1.3 1.3 8.01 .7 .7 8.71 .7 .7 9.33 2.0 2.0 11.34 2.7 2.7 14.01 .7 .7 14.71 .7 .7 15.35 3.3 3.3 18.78 5.3 5.3 24.07 4.7 4.7 28.74 2.7 2.7 31.36 4.0 4.0 35.35 3.3 3.3 38.75 3.3 3.3 42.08 5.3 5.3 47.35 3.3 3.3 50.77 4.7 4.7 55.37 4.7 4.7 60.0
10 6.7 6.7 66.75 3.3 3.3 70.0
10 6.7 6.7 76.75 3.3 3.3 80.05 3.3 3.3 83.34 2.7 2.7 86.03 2.0 2.0 88.01 .7 .7 88.76 4.0 4.0 92.74 2.7 2.7 95.36 4.0 4.0 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
88.0089.0090.0091.0092.0093.0094.0097.0099.00107.00109.00110.00112.00113.00114.00115.00116.00117.00119.00120.00121.00122.00123.00124.00125.00126.00127.00128.00129.00130.00131.00132.00133.00134.00135.00136.00137.00138.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
127
Frequencies Statistics
Kemampuan konseptual150
062.7733
.5350564.0000
66.006.55298
42.9415732.0041.0073.00
9416.0060.750064.000067.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
128
Kemampuan konseptual
4 2.7 2.7 2.71 .7 .7 3.31 .7 .7 4.02 1.3 1.3 5.31 .7 .7 6.01 .7 .7 6.72 1.3 1.3 8.01 .7 .7 8.72 1.3 1.3 10.01 .7 .7 10.79 6.0 6.0 16.72 1.3 1.3 18.02 1.3 1.3 19.38 5.3 5.3 24.7
13 8.7 8.7 33.39 6.0 6.0 39.3
10 6.7 6.7 46.09 6.0 6.0 52.0
15 10.0 10.0 62.019 12.7 12.7 74.7
8 5.3 5.3 80.06 4.0 4.0 84.06 4.0 4.0 88.06 4.0 4.0 92.09 6.0 6.0 98.02 1.3 1.3 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
41.0042.0047.0048.0049.0050.0052.0053.0054.0056.0057.0058.0059.0060.0061.0062.0063.0064.0065.0066.0067.0068.0069.0070.0071.0072.0073.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
129
Frequencies Statistics
Kemampuan sosial150
026.5933
.2568327.5000
28.003.145469.89391
17.0015.0032.00
3989.0025.000027.500029.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Kemampuan sosial
1 .7 .7 .76 4.0 4.0 4.72 1.3 1.3 6.02 1.3 1.3 7.31 .7 .7 8.01 .7 .7 8.79 6.0 6.0 14.76 4.0 4.0 18.7
10 6.7 6.7 25.317 11.3 11.3 36.720 13.3 13.3 50.037 24.7 24.7 74.722 14.7 14.7 89.3
9 6.0 6.0 95.36 4.0 4.0 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
15.0018.0019.0020.0021.0022.0023.0024.0025.0026.0027.0028.0029.0030.0031.0032.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
130
Frequencies Statistics
Kemampuan teknis150
032.6533
.3185532.5000
30.003.90145
15.2213013.0025.0038.00
4898.0030.000032.500036.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Kemampuan teknis
1 .7 .7 .715 10.0 10.0 10.7
5 3.3 3.3 14.02 1.3 1.3 15.38 5.3 5.3 20.7
24 16.0 16.0 36.711 7.3 7.3 44.0
9 6.0 6.0 50.01 .7 .7 50.76 4.0 4.0 54.7
18 12.0 12.0 66.718 12.0 12.0 78.720 13.3 13.3 92.012 8.0 8.0 100.0
150 100.0 100.0
25.0026.0027.0028.0029.0030.0031.0032.0033.0034.0035.0036.0037.0038.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
131
Lampiran 3
Deskripsi Budaya Oraganisasi
Frequencies Statistics
Budaya Organisasi150
0126.1667
.64127126.0000
133.007.85388
61.6834544.00
103.00147.00
18925.00121.7500126.0000132.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
132
Budaya Organisasi
2 1.3 1.3 1.31 .7 .7 2.01 .7 .7 2.71 .7 .7 3.34 2.7 2.7 6.03 2.0 2.0 8.04 2.7 2.7 10.73 2.0 2.0 12.71 .7 .7 13.33 2.0 2.0 15.34 2.7 2.7 18.06 4.0 4.0 22.04 2.7 2.7 24.79 6.0 6.0 30.78 5.3 5.3 36.07 4.7 4.7 40.77 4.7 4.7 45.39 6.0 6.0 51.32 1.3 1.3 52.71 .7 .7 53.37 4.7 4.7 58.05 3.3 3.3 61.36 4.0 4.0 65.3
16 10.7 10.7 76.017 11.3 11.3 87.310 6.7 6.7 94.0
4 2.7 2.7 96.71 .7 .7 97.31 .7 .7 98.01 .7 .7 98.71 .7 .7 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
103.00104.00105.00112.00113.00114.00115.00116.00117.00118.00119.00120.00121.00122.00123.00124.00125.00126.00127.00128.00129.00130.00131.00132.00133.00134.00135.00136.00141.00143.00145.00147.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
133
Frequencies Statistics
Individual autonomy150
038.9533
.2577439.0000
42.003.156629.96425
17.0029.0046.00
5843.0037.000039.000042.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Individual autonomy
1 .7 .7 .71 .7 .7 1.32 1.3 1.3 2.79 6.0 6.0 8.7
12 8.0 8.0 16.74 2.7 2.7 19.3
19 12.7 12.7 32.024 16.0 16.0 48.0
9 6.0 6.0 54.07 4.7 4.7 58.7
12 8.0 8.0 66.743 28.7 28.7 95.3
2 1.3 1.3 96.74 2.7 2.7 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
29.0030.0031.0034.0035.0036.0037.0038.0039.0040.0041.0042.0043.0044.0046.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
134
Frequencies Statistics
Structure150
018.5733
.1220119.0000
20.001.494272.23284
7.0015.0022.00
2786.0017.000019.000020.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Structure
5 3.3 3.3 3.310 6.7 6.7 10.024 16.0 16.0 26.024 16.0 16.0 42.034 22.7 22.7 64.749 32.7 32.7 97.3
3 2.0 2.0 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
15.0016.0017.0018.0019.0020.0021.0022.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
135
Frequencies Statistics
Support150
025.7800
.1334026.0000
27.001.633832.66940
9.0021.0030.00
3867.0025.000026.000027.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Support
2 1.3 1.3 1.33 2.0 2.0 3.3
11 7.3 7.3 10.715 10.0 10.0 20.728 18.7 18.7 39.325 16.7 16.7 56.057 38.0 38.0 94.0
5 3.3 3.3 97.33 2.0 2.0 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
21.0022.0023.0024.0025.0026.0027.0028.0029.0030.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
136
Frequencies Statistics
Identity150
025.8467
.1389426.0000
27.001.701702.89579
10.0021.0031.00
3877.0025.000026.000027.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Identity
6 4.0 4.0 4.03 2.0 2.0 6.06 4.0 4.0 10.07 4.7 4.7 14.7
26 17.3 17.3 32.039 26.0 26.0 58.056 37.3 37.3 95.3
4 2.7 2.7 98.02 1.3 1.3 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
21.0022.0023.0024.0025.0026.0027.0028.0030.0031.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
137
Frequencies Statistics
Conflic tolerance150
011.3600
.0942612.0000
12.001.154391.33262
6.008.00
14.001704.0011.000012.000012.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Conflic tolerance
8 5.3 5.3 5.32 1.3 1.3 6.7
22 14.7 14.7 21.318 12.0 12.0 33.398 65.3 65.3 98.72 1.3 1.3 100.0
150 100.0 100.0
8.009.0010.0011.0012.0014.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
138
Frequencies Statistics
Risk tolerance150
05.6533.071416.0000
6.00.87460.76492
6.002.008.00
848.005.00006.00006.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Risk tolerance
1 .7 .7 .71 .7 .7 1.39 6.0 6.0 7.3
48 32.0 32.0 39.371 47.3 47.3 86.719 12.7 12.7 99.3
1 .7 .7 100.0150 100.0 100.0
2.003.004.005.006.007.008.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
139
Lampiran 4
Deskripsi Keunggulan Sekolah
Frequencies Statistics
Keunggulan sekolah150
0124.9800
.98841128.0000
128.00a
12.10550146.54322
56.0093.00
149.0018747.00114.7500128.0000134.2500
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
140
Keunggulan sekolah
1 .7 .7 .71 .7 .7 1.31 .7 .7 2.01 .7 .7 2.74 2.7 2.7 5.33 2.0 2.0 7.32 1.3 1.3 8.72 1.3 1.3 10.05 3.3 3.3 13.31 .7 .7 14.06 4.0 4.0 18.01 .7 .7 18.75 3.3 3.3 22.04 2.7 2.7 24.73 2.0 2.0 26.74 2.7 2.7 29.34 2.7 2.7 32.03 2.0 2.0 34.02 1.3 1.3 35.31 .7 .7 36.02 1.3 1.3 37.32 1.3 1.3 38.74 2.7 2.7 41.33 2.0 2.0 43.35 3.3 3.3 46.72 1.3 1.3 48.02 1.3 1.3 49.38 5.3 5.3 54.73 2.0 2.0 56.76 4.0 4.0 60.78 5.3 5.3 66.02 1.3 1.3 67.35 3.3 3.3 70.77 4.7 4.7 75.35 3.3 3.3 78.76 4.0 4.0 82.75 3.3 3.3 86.02 1.3 1.3 87.31 .7 .7 88.02 1.3 1.3 89.36 4.0 4.0 93.32 1.3 1.3 94.74 2.7 2.7 97.32 1.3 1.3 98.71 .7 .7 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
93.0099.00101.00102.00104.00106.00107.00108.00109.00110.00111.00112.00113.00114.00115.00116.00117.00118.00119.00120.00121.00122.00123.00124.00125.00126.00127.00128.00129.00130.00131.00132.00133.00134.00135.00136.00137.00138.00139.00140.00141.00142.00143.00145.00146.00149.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
141
Frequencies Statistics
Sistem pembelajaran150
079.1467
.7503880.5000
91.009.19030
84.4615743.0052.0095.00
11872.0070.000080.500088.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
142
Sistem pembelajaran
1 .7 .7 .75 3.3 3.3 4.04 2.7 2.7 6.74 2.7 2.7 9.31 .7 .7 10.01 .7 .7 10.78 5.3 5.3 16.09 6.0 6.0 22.0
10 6.7 6.7 28.71 .7 .7 29.31 .7 .7 30.03 2.0 2.0 32.08 5.3 5.3 37.39 6.0 6.0 43.32 1.3 1.3 44.73 2.0 2.0 46.75 3.3 3.3 50.04 2.7 2.7 52.75 3.3 3.3 56.04 2.7 2.7 58.78 5.3 5.3 64.06 4.0 4.0 68.06 4.0 4.0 72.03 2.0 2.0 74.09 6.0 6.0 80.08 5.3 5.3 85.38 5.3 5.3 90.7
13 8.7 8.7 99.31 .7 .7 100.0
150 100.0 100.0
52.0063.0064.0065.0066.0067.0068.0069.0070.0071.0074.0075.0076.0077.0078.0079.0080.0081.0082.0083.0084.0085.0086.0087.0088.0089.0090.0091.0095.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
143
Frequencies Statistics
Prestasi siswa150
028.7600
.3063429.0000
26.003.75183
14.0762422.0015.0037.00
4314.0026.000029.000032.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Prestasi siswa
1 .7 .7 .71 .7 .7 1.32 1.3 1.3 2.76 4.0 4.0 6.75 3.3 3.3 10.0
12 8.0 8.0 18.019 12.7 12.7 30.713 8.7 8.7 39.315 10.0 10.0 49.311 7.3 7.3 56.711 7.3 7.3 64.011 7.3 7.3 71.317 11.3 11.3 82.712 8.0 8.0 90.7
8 5.3 5.3 96.04 2.7 2.7 98.72 1.3 1.3 100.0
150 100.0 100.0
15.0016.0022.0023.0024.0025.0026.0027.0028.0029.0030.0031.0032.0033.0034.0035.0037.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
144
Frequencies Statistics
Sarana prasarana150
014.3667
.2361914.0000
14.002.892758.36801
12.007.00
19.002155.0013.000014.000016.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Sarana prasarana
9 6.0 6.0 6.04 2.7 2.7 8.72 1.3 1.3 10.0
20 13.3 13.3 23.310 6.7 6.7 30.041 27.3 27.3 57.3
4 2.7 2.7 60.025 16.7 16.7 76.713 8.7 8.7 85.313 8.7 8.7 94.0
9 6.0 6.0 100.0150 100.0 100.0
7.0010.0011.0012.0013.0014.0015.0016.0017.0018.0019.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
145
Frequencies Statistics
Jumlah pendaftar150
02.7067.060973.0000
3.00.74678.55767
3.001.004.00
406.002.00003.00003.0000
ValidMissing
N
MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceRangeMinimumMaximumSum
255075
Percentiles
Jumlah pendaftar
3 2.0 2.0 2.061 40.7 40.7 42.763 42.0 42.0 84.723 15.3 15.3 100.0
150 100.0 100.0
1.002.003.004.00Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
146
Lampiran 5
Analisis Regresi
Regression Variables Entered/Removedb
BudayaOrganisasi,Kepemimpinan KS
a
. Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Model Summaryb
.545a .297 .287 10.22182 1.309Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
ANOVAb
6475.555 2 3237.778 30.988 .000a
15359.385 147 104.48621834.940 149
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Coefficientsa
15.421 14.334 1.076 .284.317 .082 .292 3.861 .000 .837 1.195.562 .119 .357 4.717 .000 .837 1.195
(Constant)Kepemimpinan KSBudaya Organisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
147
Collinearity Diagnosticsa
2.994 1.000 .00 .00 .004.660E-03 25.344 .16 .98 .081.815E-03 40.610 .84 .02 .92
Dimension123
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant)Kepemimpinan KS
BudayaOrganisasi
Variance Proportions
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Casewise Diagnosticsa
-3.131 93.00Case Number14
Std. ResidualKeunggulan
Sekolah
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Residuals Statisticsa
104.6476 139.0848 124.9800 6.59243 150-31.9995 22.3193 .0000 10.15299 150
-3.084 2.140 .000 1.000 150-3.131 2.183 .000 .993 150
Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Charts Normal P-P Plot of Regression Standa
Dependent Variable: Keunggulan Sek
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.00
.75
.50
.25
0.00
148
Scatterplot
Dependent Variable: Keunggulan Sekolah
Keunggulan Sekolah
15014013012011010090
Reg
ress
ion
Sta
ndar
dize
d P
redi
cted
Val
ue
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
Regression
Variables Entered/Removedb
BudayaOrganisasi,Kepemimpinan KS
a
. Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Model Summaryb
.545a .297 .287 10.22182Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Budaya Organisasi,Kepemimpinan KS
a.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
149
ANOVAb
6475.555 2 3237.778 30.988 .000a
15359.385 147 104.48621834.940 149
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Coefficientsa
15.421 14.334 1.076 .284.317 .082 .292 3.861 .000.562 .119 .357 4.717 .000
(Constant)Kepemimpinan KSBudaya Organisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Casewise Diagnosticsa
-3.131 93.00Case Number14
Std. ResidualKeunggulan
Sekolah
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Residuals Statisticsa
104.6476 139.0848 124.9800 6.59243 150-31.9995 22.3193 .0000 10.15299 150
-3.084 2.140 .000 1.000 150-3.131 2.183 .000 .993 150
Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
150
Charts Normal P-P Plot of Regression Standa
Dependent Variable: Keunggulan Sek
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.00
.75
.50
.25
0.00
Regression
Variables Entered/Removedb
Kepemimpinan KS
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Model Summaryb
.436a .190 .185 10.93095Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
ANOVAb
4151.053 1 4151.053 34.741 .000a
17683.887 148 119.48621834.940 149
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kepemimpinan KSa.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
151
Coefficientsa
67.334 9.821 6.856 .000.473 .080 .436 5.894 .000
(Constant)Kepemimpinan KS
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Casewise Diagnosticsa
-3.108 93.00Case Number14
Std. ResidualKeunggulan
Sekolah
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Residuals Statisticsa
109.4633 132.1845 124.9800 5.27820 150-33.9776 21.8626 .0000 10.89421 150
-2.940 1.365 .000 1.000 150-3.108 2.000 .000 .997 150
Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Charts
Normal P-P Plot of Regression Standa
Dependent Variable: Keunggulan Sek
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.00
.75
.50
.25
0.00
152
Regression Variables Entered/Removedb
BudayaOrganisasi
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Model Summaryb
.475a .225 .220 10.69121Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Budaya Organisasia.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
ANOVAb
4918.262 1 4918.262 43.029 .000a
16916.678 148 114.30221834.940 149
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Budaya Organisasia.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolahb.
Coefficientsa
30.556 14.421 2.119 .036.747 .114 .475 6.560 .000
(Constant)Budaya Organisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
Residuals Statisticsa
107.5321 139.6677 124.9800 5.74530 150-30.2262 24.0158 .0000 10.65527 150
-3.037 2.556 .000 1.000 150-2.827 2.246 .000 .997 150
Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Keunggulan Sekolaha.
153
Charts Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keunggulan Sekolah
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.00
.75
.50
.25
0.00
154
Lampiran 6
Validitas, Reliabilitas
X1X2
X3X4
X5X6
X7X8
X9X10
X11X12
X13X14
X15X16
X17X18
X19X20
X21X22
X23X24
X25X26
X27X28
X29X30
X31X32
X33X34
X35Y
X1Pearson Correlation
10,315244
0,0680410,075378
0,4472140,53033
-0,166670,166667
-4,6E-17-0,30067
0,2296660,124226
0,3112720,348548
0,400066-0,16667
-0,223610,200446
-0,133630,583333
0,437237-0,16667
0,2354350,223607
0,3888890,049029
0,0753780,166667
0,216730,049029
-0,223610,223607
0,5345220,539319
0,3888890,412639
Sig. (2-tailed).
0,0897210,7209
0,6921920,013219
0,0025730,378718
0,3787181
0,1064270,22213
0,5130840,094062
0,0590740,028484
0,3787180,234906
0,2882070,481438
0,0007160,015687
0,3787180,210412
0,2349060,033675
0,7969570,692192
0,3787180,249988
0,7969570,234906
0,2349060,002343
0,0021020,033675
0,023443N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X2Pearson Correlation
0,3152441
0,28957-0,15446
0,1762270,445823
0,0788110,078811
0,111456-0,04213
0,058478-0,05874
0,070869-0,31465
0,4987410,604218
0,3876990,168505
0,4844520,315244
0,3233860,604218
-0,0053-0,24672
-0,183890,47914
0,2019810,512272
0,0683230,47914
0,3876990,810643
-0,14744-0,21639
-0,183890,386358
Sig. (2-tailed)0,089721
.0,120635
0,4151010,351575
0,0135420,678897
0,6788970,557634
0,825070,758883
0,7578240,709788
0,090360,005026
0,0004060,03427
0,3734060,00667
0,0897210,081302
0,0004060,977819
0,1887340,330677
0,0073870,284455
0,0038030,71979
0,0073870,03427
5,62E-080,436851
0,2507610,330677
0,034951N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X3Pearson Correlation
0,0680410,28957
10,184637
0,3651480,433013
0,2721660,136083
0,4330130,218218
0,0576990,10143
0,0564780,077615
0,3860440,272166
0,365148-0,05455
0,2182180,238145
0,2471560,272166
0,1647710,365148
0,0453610,120096
0,3385020,238145
0,2091340,120096
0,3651480,365148
-0,054550,120096
0,2721660,479742
Sig. (2-tailed)0,7209
0,120635.
0,3286880,047241
0,0168410,145669
0,4733550,016841
0,2466730,762001
0,5938070,766897
0,6835180,035112
0,1456690,047241
0,774630,246673
0,2050570,187925
0,1456690,384242
0,0472410,811868
0,5272970,067293
0,2050570,267378
0,5272970,047241
0,0472410,77463
0,5272970,145669
0,007302N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X4Pearson Correlation
0,075378-0,15446
0,1846371
0,134840,0533
0,3015110,301511
0,2132010,191383
0,4634220,6742
0,3232680,372596
-0,39477-0,20101
0,134840,141019
-0,16116-0,11307
0,070986-0,20101
0,3853550,3371
0,301511-0,01478
0,147727-0,11307
0,469308-0,01478
0,13484-0,26968
0,141019-0,01478
0,0502520,375951
Sig. (2-tailed)0,692192
0,4151010,328688
.0,477443
0,7796840,105402
0,1054020,257973
0,3110080,009904
4,41E-050,08142
0,0425850,030856
0,286830,477443
0,45730,394876
0,5519170,709328
0,286830,035467
0,0685080,105402
0,93820,435954
0,5519170,008888
0,93820,477443
0,149530,4573
0,93820,792002
0,040612N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X5Pearson Correlation
0,4472140,176227
0,3651480,13484
10,252982
0,4472140,089443
0,2529820,119523
0,4266410,2
0,2165410,255069
0,29277-0,14907
-0,2-0,11952
-0,119520,447214
0,391077-0,14907
0,5114080,28
0,149071-0,17541
-0,06742-0,22361
0,493435-0,17541
-0,20,28
0,2390460,087706
0,4472140,435268
Sig. (2-tailed)0,013219
0,3515750,047241
0,477443.
0,1773930,013219
0,6383370,177393
0,5292850,018716
0,2893040,250413
0,1737250,116402
0,4317440,289304
0,5292850,529285
0,0132190,032603
0,4317440,003872
0,1339730,431744
0,3538430,723349
0,2349060,005591
0,3538430,289304
0,1339730,203298
0,6448980,013219
0,016217N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X6Pearson Correlation
0,530330,445823
0,4330130,0533
0,2529821
2,13E-180,424264
0,250,188982
0,299813-0,10541
0,0489120,134433
0,6172130,471405
0,6324560,377964
0,3779640,53033
0,3329560,471405
0,3805210,442719
0,4714050,5547
0,6929020,53033
0,1950470,5547
0,6324560,632456
0,3779640,346688
0,2357020,754822
Sig. (2-tailed)0,002573
0,0135420,016841
0,7796840,177393
.1
0,0194570,18273
0,3172310,107476
0,5793280,797434
0,4787850,00028
0,0085480,000177
0,0394630,039463
0,0025730,072196
0,0085480,038042
0,0142880,008548
0,0014672,2E-05
0,0025730,301657
0,0014670,000177
0,0001770,039463
0,0605340,20988
1,44E-06N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X7Pearson Correlation
-0,166670,078811
0,2721660,301511
0,4472142,13E-18
10,333333
0,4714050,356348
0,1531110,414087
0,4380860,232366
0,0242460,259259
0,1490710,356348
0,356348-0,16667
0,2914920,259259
0,1569570,149071
-0,111110,196116
0,0502520,111111
0,735570,196116
0,1490710,149071
-0,08909-0,13074
0,2592590,476927
Sig. (2-tailed)0,378718
0,6788970,145669
0,1054020,013219
1.
0,0718540,008548
0,0532540,419224
0,0229130,015463
0,2165940,898799
0,166520,431744
0,0532540,053254
0,3787180,11808
0,166520,407494
0,4317440,55886
0,2989640,792002
0,558863,64E-06
0,2989640,431744
0,4317440,639678
0,4910430,16652
0,007705N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X8Pearson Correlation
0,1666670,078811
0,1360830,301511
0,0894430,424264
0,3333331
0,2828430,668153
0,3886660,347833
0,2075140,316862
0,2182180,333333
0,4472140,267261
0,2672610,166667
0,2018020,333333
0,0672670,447214
0,3333330,392232
0,6030230,333333
0,5516770,392232
0,4472140,089443
0,2672610,392232
0,3333330,695207
Sig. (2-tailed)0,378718
0,6788970,473355
0,1054020,638337
0,0194570,071854
.0,129903
5,46E-050,033786
0,0596320,271185
0,0879970,246673
0,0718540,013219
0,1533570,153357
0,3787180,28489
0,0718540,723951
0,0132190,071854
0,0320480,00042
0,0718540,001576
0,0320480,013219
0,6383370,153357
0,0320480,071854
2,01E-05N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X9Pearson Correlation
-4,6E-170,111456
0,4330130,213201
0,2529820,25
0,4714050,282843
10,188982
0,1499060,105409
0,048912-5,6E-17
0,1543030,235702
0,2529820,094491
0,094491-3,6E-17
0,0475650,235702
0,095130,252982
-4,5E-180,138675
0,05330,176777
0,3622310,138675
0,2529820,252982
-0,18898-0,06934
0,2357020,383754
Sig. (2-tailed)1
0,5576340,016841
0,2579730,177393
0,182730,008548
0,129903.
0,3172310,429139
0,5793280,797434
10,415567
0,209880,177393
0,6194210,619421
10,8029
0,209880,617042
0,1773931
0,4648880,779684
0,350050,049172
0,4648880,177393
0,1773930,317231
0,7157990,20988
0,036304N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X10Pearson Correlation
-0,30067-0,04213
0,2182180,191383
0,1195230,188982
0,3563480,668153
0,1889821
0,3116260,099602
-0,018490,101622
0,1166420,356348
0,4780910,017857
0,2857140,033408
0,1438230,356348
0,1258460,298807
0,1336310,222761
0,4935670,033408
0,2738210,222761
0,4780910,119523
0,0178570,026207
0,1336310,448322
Sig. (2-tailed)0,106427
0,825070,246673
0,3110080,529285
0,3172310,053254
5,46E-050,317231
.0,093668
0,6005090,922756
0,5931050,539327
0,0532540,007536
0,925380,125885
0,8608790,44831
0,0532540,507562
0,1087180,481438
0,2367280,005576
0,8608790,143139
0,2367280,007536
0,5292850,92538
0,8906620,481438
0,012966N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X11Pearson Correlation
0,2296660,058478
0,0576990,463422
0,4266410,299813
0,1531110,388666
0,1499060,311626
10,44771
0,0073320,127632
-0,08481-0,20022
0,237023-0,11332
-0,254970,229666
-0,02139-0,20022
0,449210,426641
0,270888-0,16631
0,223721-0,30033
0,225557-0,16631
0,2370230,047405
0,02833-0,06236
0,0353330,399837
Sig. (2-tailed)0,22213
0,7588830,762001
0,0099040,018716
0,1074760,419224
0,0337860,429139
0,093668.
0,0131060,969326
0,5015070,655879
0,2887580,207263
0,5510260,173903
0,222130,910667
0,2887580,012767
0,0187160,147644
0,3797650,234661
0,1068380,230742
0,3797650,207263
0,8035520,881866
0,7433730,852945
0,028584N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X12Pearson Correlation
0,124226-0,05874
0,101430,6742
0,2-0,10541
0,4140870,347833
0,1054090,099602
0,447711
0,6702460,519585
-0,16265-0,24845
-0,06667-4E-17
-0,1992-0,12423
0,150414-0,24845
0,250690,333333
0,082817-0,14618
9,31E-18-1,8E-17
0,587423-0,14618
-0,06667-0,33333
8,8E-180,146176
0,2484520,384454
Sig. (2-tailed)0,513084
0,7578240,593807
4,41E-050,289304
0,5793280,022913
0,0596320,579328
0,6005090,013106
.5,08E-05
0,0032550,390475
0,1855450,726322
10,291265
0,5130840,427559
0,1855450,181485
0,0718540,663502
0,4408411
10,000643
0,4408410,726322
0,0718541
0,4408410,185545
0,035936N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X13Pearson Correlation
0,3112720,070869
0,0564780,323268
0,2165410,048912
0,4380860,207514
0,048912-0,01849
0,0073320,670246
10,618082
0,105661-0,02306
-0,154670,35125
0,073947-0,03459
0,246608-0,02306
0,172160,216541
0,2075140,108525
0,0104280,311272
0,5615020,108525
-0,15467-0,15467
0,351250,31201
0,4380860,43714
Sig. (2-tailed)0,094062
0,7097880,766897
0,081420,250413
0,7974340,015463
0,2711850,797434
0,9227560,969326
5,08E-05.
0,0002730,578417
0,9037390,41444
0,0570050,697758
0,8560230,188937
0,9037390,362975
0,2504130,271185
0,5681020,956385
0,0940620,001244
0,5681020,41444
0,414440,057005
0,0932440,015463
0,015713N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X14Pearson Correlation
0,348548-0,31465
0,0776150,372596
0,2550690,134433
0,2323660,316862
-5,6E-170,101622
0,1276320,519585
0,6180821
0,041487-0,19012
-0,255070,355677
-0,152430,348548
0,370871-0,19012
0,2685620,255069
0,4436070,14914
0,229290,190117
0,584350,14914
-0,25507-0,25507
0,6097320,708416
0,4436070,48349
Sig. (2-tailed)0,059074
0,090360,683518
0,0425850,173725
0,4787850,216594
0,0879971
0,5931050,501507
0,0032550,000273
.0,827685
0,3142790,173725
0,0537370,421311
0,0590740,043629
0,3142790,15129
0,1737250,014071
0,4315290,222909
0,3142790,000697
0,4315290,173725
0,1737250,000348
1,19E-050,014071
0,006795N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X15Pearson Correlation
0,4000660,498741
0,386044-0,39477
0,292770,617213
0,0242460,218218
0,1543030,116642
-0,08481-0,16265
0,1056610,041487
10,509175
0,292770,116642
0,4082480,581914
0,4256890,509175
0,1614680,09759
0,0242460,385164
0,4276690,400066
0,0687920,385164
0,292770,68313
0,1166420,385164
0,2667110,506015
Sig. (2-tailed)0,028484
0,0050260,035112
0,0308560,116402
0,000280,898799
0,2466730,415567
0,5393270,655879
0,3904750,578417
0,827685.
0,0040570,116402
0,5393270,025113
0,0007430,01901
0,0040570,393974
0,6079250,898799
0,0355660,018402
0,0284840,717945
0,0355660,116402
3,18E-050,539327
0,0355660,154238
0,004332N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X16Pearson Correlation
-0,166670,604218
0,272166-0,20101
-0,149070,471405
0,2592590,333333
0,2357020,356348
-0,20022-0,24845
-0,02306-0,19012
0,5091751
0,7453560,356348
0,8017840,111111
0,2914921
-0,06727-0,14907
-0,111110,849837
0,5527710,666667
0,2101630,849837
0,7453560,745356
-0,08909-0,13074
-0,111110,491878
Sig. (2-tailed)0,378718
0,0004060,145669
0,286830,431744
0,0085480,16652
0,0718540,20988
0,0532540,288758
0,1855450,903739
0,3142790,004057
.2,29E-06
0,0532541,01E-07
0,558860,11808
.0,723951
0,4317440,55886
2,83E-090,001536
5,76E-050,264978
2,83E-092,29E-06
2,29E-060,639678
0,4910430,55886
0,005766N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X17Pearson Correlation
-0,223610,387699
0,3651480,13484
-0,20,632456
0,1490710,447214
0,2529820,478091
0,237023-0,06667
-0,15467-0,25507
0,292770,745356
10,239046
0,5976144,24E-17
0,0300830,745356
0,1504140,28
0,1490710,613941
0,741620,447214
0,0704910,613941
10,52
-0,11952-0,17541
-0,149070,531549
Sig. (2-tailed)0,234906
0,034270,047241
0,4774430,289304
0,0001770,431744
0,0132190,177393
0,0075360,207263
0,7263220,41444
0,1737250,116402
2,29E-06.
0,2032980,000488
10,874611
2,29E-060,427559
0,1339730,431744
0,0003082,74E-06
0,0132190,711272
0,000308.
0,0032260,529285
0,3538430,431744
0,002504N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X18Pearson Correlation
0,2004460,168505
-0,054550,141019
-0,119520,377964
0,3563480,267261
0,0944910,017857
-0,11332-4E-17
0,351250,355677
0,1166420,356348
0,2390461
0,4642860,200446
0,2337130,356348
0,035956-0,11952
0,3563480,681385
0,4432030,534522
0,3264790,681385
0,2390460,239046
0,4642860,288278
-0,089090,454316
Sig. (2-tailed)0,288207
0,3734060,77463
0,45730,529285
0,0394630,053254
0,1533570,619421
0,925380,551026
10,057005
0,0537370,539327
0,0532540,203298
.0,009749
0,2882070,213865
0,0532540,850382
0,5292850,053254
3,39E-050,014169
0,0023430,078268
3,39E-050,203298
0,2032980,009749
0,1223750,639678
0,011668N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X19Pearson Correlation
-0,133630,484452
0,218218-0,16116
-0,119520,377964
0,3563480,267261
0,0944910,285714
-0,25497-0,1992
0,073947-0,15243
0,4082480,801784
0,5976140,464286
1-0,13363
0,2337130,801784
-0,23371-0,11952
-0,089090,681385
0,4432030,534522
0,1685050,681385
0,5976140,597614
-0,07143-0,10483
-0,089090,382392
Sig. (2-tailed)0,481438
0,006670,246673
0,3948760,529285
0,0394630,053254
0,1533570,619421
0,1258850,173903
0,2912650,697758
0,4213110,025113
1,01E-070,000488
0,009749.
0,4814380,213865
1,01E-070,213865
0,5292850,639678
3,39E-050,014169
0,0023430,373406
3,39E-050,000488
0,0004880,707596
0,5814320,639678
0,037028N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X20Pearson Correlation
0,5833330,315244
0,238145-0,11307
0,4472140,53033
-0,166670,166667
-3,6E-170,033408
0,229666-0,12423
-0,034590,348548
0,5819140,111111
4,24E-170,200446
-0,133631
0,4372370,111111
0,4036041,45E-17
0,3888890,294174
0,4522670,166667
0,1182170,294174
4,24E-170,447214
0,5345220,539319
0,1111110,479917
Sig. (2-tailed)0,000716
0,0897210,205057
0,5519170,013219
0,0025730,378718
0,3787181
0,8608790,22213
0,5130840,856023
0,0590740,000743
0,558861
0,2882070,481438
.0,015687
0,558860,026984
10,033675
0,114580,012099
0,3787180,533828
0,114581
0,0132190,002343
0,0021020,55886
0,007278N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X21Pearson Correlation
0,4372370,323386
0,2471560,070986
0,3910770,332956
0,2914920,201802
0,0475650,143823
-0,021390,150414
0,2466080,370871
0,4256890,291492
0,0300830,233713
0,2337130,437237
10,291492
0,2217190,030083
0,0672670,342997
0,22310,269069
0,4824280,342997
0,0300830,391077
0,2337130,342997
0,2914920,540962
Sig. (2-tailed)0,015687
0,0813020,187925
0,7093280,032603
0,0721960,11808
0,284890,8029
0,448310,910667
0,4275590,188937
0,0436290,01901
0,118080,874611
0,2138650,213865
0,015687.
0,118080,238983
0,8746110,723951
0,0635120,235995
0,150490,006936
0,0635120,874611
0,0326030,213865
0,0635120,11808
0,002024N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X22Pearson Correlation
-0,166670,604218
0,272166-0,20101
-0,149070,471405
0,2592590,333333
0,2357020,356348
-0,20022-0,24845
-0,02306-0,19012
0,5091751
0,7453560,356348
0,8017840,111111
0,2914921
-0,06727-0,14907
-0,111110,849837
0,5527710,666667
0,2101630,849837
0,7453560,745356
-0,08909-0,13074
-0,111110,491878
Sig. (2-tailed)0,378718
0,0004060,145669
0,286830,431744
0,0085480,16652
0,0718540,20988
0,0532540,288758
0,1855450,903739
0,3142790,004057
.2,29E-06
0,0532541,01E-07
0,558860,11808
.0,723951
0,4317440,55886
2,83E-090,001536
5,76E-050,264978
2,83E-092,29E-06
2,29E-060,639678
0,4910430,55886
0,005766N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X23Pearson Correlation
0,235435-0,0053
0,1647710,385355
0,5114080,380521
0,1569570,067267
0,095130,125846
0,449210,25069
0,172160,268562
0,161468-0,06727
0,1504140,035956
-0,233710,403604
0,221719-0,06727
10,330911
0,3811810,052769
0,233241-0,1009
0,3127830,052769
0,1504140,150414
0,3056250,052769
0,1569570,454673
Sig. (2-tailed)0,210412
0,9778190,384242
0,0354670,003872
0,0380420,407494
0,7239510,617042
0,5075620,012767
0,1814850,362975
0,151290,393974
0,7239510,427559
0,8503820,213865
0,0269840,238983
0,723951.
0,0740720,037681
0,7818280,214818
0,5957440,092392
0,7818280,427559
0,4275590,100504
0,7818280,407494
0,011594N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X24Pearson Correlation
0,223607-0,24672
0,3651480,3371
0,280,442719
0,1490710,447214
0,2529820,298807
0,4266410,333333
0,2165410,255069
0,09759-0,14907
0,28-0,11952
-0,119521,45E-17
0,030083-0,14907
0,3309111
0,447214-0,17541
0,3371-8,5E-18
0,281963-0,17541
0,28-0,2
0,2390460,350823
0,7453560,459339
Sig. (2-tailed)0,234906
0,1887340,047241
0,0685080,133973
0,0142880,431744
0,0132190,177393
0,1087180,018716
0,0718540,250413
0,1737250,607925
0,4317440,133973
0,5292850,529285
10,874611
0,4317440,074072
.0,013219
0,3538430,068508
10,131153
0,3538430,133973
0,2893040,203298
0,0573282,29E-06
0,010665N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X25Pearson Correlation
0,388889-0,18389
0,0453610,301511
0,1490710,471405
-0,111110,333333
-4,5E-180,133631
0,2708880,082817
0,2075140,443607
0,024246-0,11111
0,1490710,356348
-0,089090,388889
0,067267-0,11111
0,3811810,447214
10,196116
0,5527710,111111
0,2101630,196116
0,149071-0,14907
0,8017840,522976
0,2592590,447026
Sig. (2-tailed)0,033675
0,3306770,811868
0,1054020,431744
0,0085480,55886
0,0718541
0,4814380,147644
0,6635020,271185
0,0140710,898799
0,558860,431744
0,0532540,639678
0,0336750,723951
0,558860,037681
0,013219.
0,2989640,001536
0,558860,264978
0,2989640,431744
0,4317441,01E-07
0,0030250,16652
0,013263N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X26Pearson Correlation
0,0490290,47914
0,120096-0,01478
-0,175410,5547
0,1961160,392232
0,1386750,222761
-0,16631-0,14618
0,1085250,14914
0,3851640,849837
0,6139410,681385
0,6813850,294174
0,3429970,849837
0,052769-0,17541
0,1961161
0,6504440,784465
0,3632191
0,6139410,613941
0,2882780,134615
-0,130740,600781
Sig. (2-tailed)0,796957
0,0073870,527297
0,93820,353843
0,0014670,298964
0,0320480,464888
0,2367280,379765
0,4408410,568102
0,4315290,035566
2,83E-090,000308
3,39E-053,39E-05
0,114580,063512
2,83E-090,781828
0,3538430,298964
.9,98E-05
2,89E-070,048511
.0,000308
0,0003080,122375
0,4781830,491043
0,000447N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X27Pearson Correlation
0,0753780,201981
0,3385020,147727
-0,067420,692902
0,0502520,603023
0,05330,493567
0,2237219,31E-18
0,0104280,22929
0,4276690,552771
0,741620,443203
0,4432030,452267
0,22310,552771
0,2332410,3371
0,5527710,650444
10,452267
0,2019810,650444
0,741620,3371
0,4432030,428701
0,0502520,700513
Sig. (2-tailed)0,692192
0,2844550,067293
0,4359540,723349
2,2E-050,792002
0,000420,779684
0,0055760,234661
10,956385
0,2229090,018402
0,0015362,74E-06
0,0141690,014169
0,0120990,235995
0,0015360,214818
0,0685080,001536
9,98E-05.
0,0120990,284455
9,98E-052,74E-06
0,0685080,014169
0,0180910,792002
1,63E-05N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X28Pearson Correlation
0,1666670,512272
0,238145-0,11307
-0,223610,53033
0,1111110,333333
0,1767770,033408
-0,30033-1,8E-17
0,3112720,190117
0,4000660,666667
0,4472140,534522
0,5345220,166667
0,2690690,666667
-0,1009-8,5E-18
0,1111110,784465
0,4522671
0,3152440,784465
0,4472140,447214
0,2004460,294174
0,1111110,524769
Sig. (2-tailed)0,378718
0,0038030,205057
0,5519170,234906
0,0025730,55886
0,0718540,35005
0,8608790,106838
10,094062
0,3142790,028484
5,76E-050,013219
0,0023430,002343
0,3787180,15049
5,76E-050,595744
10,55886
2,89E-070,012099
.0,089721
2,89E-070,013219
0,0132190,288207
0,114580,55886
0,002909N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X29Pearson Correlation
0,216730,068323
0,2091340,469308
0,4934350,195047
0,735570,551677
0,3622310,273821
0,2255570,587423
0,5615020,58435
0,0687920,210163
0,0704910,326479
0,1685050,118217
0,4824280,210163
0,3127830,281963
0,2101630,363219
0,2019810,315244
10,363219
0,0704910,070491
0,3264790,247298
0,4728660,709796
Sig. (2-tailed)0,249988
0,719790,267378
0,0088880,005591
0,3016573,64E-06
0,0015760,049172
0,1431390,230742
0,0006430,001244
0,0006970,717945
0,2649780,711272
0,0782680,373406
0,5338280,006936
0,2649780,092392
0,1311530,264978
0,0485110,284455
0,089721.
0,0485110,711272
0,7112720,078268
0,1876630,008317
1,12E-05N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X30Pearson Correlation
0,0490290,47914
0,120096-0,01478
-0,175410,5547
0,1961160,392232
0,1386750,222761
-0,16631-0,14618
0,1085250,14914
0,3851640,849837
0,6139410,681385
0,6813850,294174
0,3429970,849837
0,052769-0,17541
0,1961161
0,6504440,784465
0,3632191
0,6139410,613941
0,2882780,134615
-0,130740,600781
Sig. (2-tailed)0,796957
0,0073870,527297
0,93820,353843
0,0014670,298964
0,0320480,464888
0,2367280,379765
0,4408410,568102
0,4315290,035566
2,83E-090,000308
3,39E-053,39E-05
0,114580,063512
2,83E-090,781828
0,3538430,298964
.9,98E-05
2,89E-070,048511
.0,000308
0,0003080,122375
0,4781830,491043
0,000447N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X31Pearson Correlation
-0,223610,387699
0,3651480,13484
-0,20,632456
0,1490710,447214
0,2529820,478091
0,237023-0,06667
-0,15467-0,25507
0,292770,745356
10,239046
0,5976144,24E-17
0,0300830,745356
0,1504140,28
0,1490710,613941
0,741620,447214
0,0704910,613941
10,52
-0,11952-0,17541
-0,149070,531549
Sig. (2-tailed)0,234906
0,034270,047241
0,4774430,289304
0,0001770,431744
0,0132190,177393
0,0075360,207263
0,7263220,41444
0,1737250,116402
2,29E-06.
0,2032980,000488
10,874611
2,29E-060,427559
0,1339730,431744
0,0003082,74E-06
0,0132190,711272
0,000308.
0,0032260,529285
0,3538430,431744
0,002504N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X32Pearson Correlation
0,2236070,810643
0,365148-0,26968
0,280,632456
0,1490710,089443
0,2529820,119523
0,047405-0,33333
-0,15467-0,25507
0,683130,745356
0,520,239046
0,5976140,447214
0,3910770,745356
0,150414-0,2
-0,149070,613941
0,33710,447214
0,0704910,613941
0,521
-0,11952-0,17541
-0,149070,471374
Sig. (2-tailed)0,234906
5,62E-080,047241
0,149530,133973
0,0001770,431744
0,6383370,177393
0,5292850,803552
0,0718540,41444
0,1737253,18E-05
2,29E-060,003226
0,2032980,000488
0,0132190,032603
2,29E-060,427559
0,2893040,431744
0,0003080,068508
0,0132190,711272
0,0003080,003226
.0,529285
0,3538430,431744
0,008553N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X33Pearson Correlation
0,534522-0,14744
-0,054550,141019
0,2390460,377964
-0,089090,267261
-0,188980,017857
0,028338,8E-18
0,351250,609732
0,116642-0,08909
-0,119520,464286
-0,071430,534522
0,233713-0,08909
0,3056250,239046
0,8017840,288278
0,4432030,200446
0,3264790,288278
-0,11952-0,11952
10,681385
0,3563480,418354
Sig. (2-tailed)0,002343
0,4368510,77463
0,45730,203298
0,0394630,639678
0,1533570,317231
0,925380,881866
10,057005
0,0003480,539327
0,6396780,529285
0,0097490,707596
0,0023430,213865
0,6396780,100504
0,2032981,01E-07
0,1223750,014169
0,2882070,078268
0,1223750,529285
0,529285.
3,39E-050,053254
0,021408N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X34Pearson Correlation
0,539319-0,21639
0,120096-0,01478
0,0877060,346688
-0,130740,392232
-0,069340,026207
-0,062360,146176
0,312010,708416
0,385164-0,13074
-0,175410,288278
-0,104830,539319
0,342997-0,13074
0,0527690,350823
0,5229760,134615
0,4287010,294174
0,2472980,134615
-0,17541-0,17541
0,6813851
0,5229760,402867
Sig. (2-tailed)0,002102
0,2507610,527297
0,93820,644898
0,0605340,491043
0,0320480,715799
0,8906620,743373
0,4408410,093244
1,19E-050,035566
0,4910430,353843
0,1223750,581432
0,0021020,063512
0,4910430,781828
0,0573280,003025
0,4781830,018091
0,114580,187663
0,4781830,353843
0,3538433,39E-05
.0,003025
0,027291N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
X35Pearson Correlation
0,388889-0,18389
0,2721660,050252
0,4472140,235702
0,2592590,333333
0,2357020,133631
0,0353330,248452
0,4380860,443607
0,266711-0,11111
-0,14907-0,08909
-0,089090,111111
0,291492-0,11111
0,1569570,745356
0,259259-0,13074
0,0502520,111111
0,472866-0,13074
-0,14907-0,14907
0,3563480,522976
10,402174
Sig. (2-tailed)0,033675
0,3306770,145669
0,7920020,013219
0,209880,16652
0,0718540,20988
0,4814380,852945
0,1855450,015463
0,0140710,154238
0,558860,431744
0,6396780,639678
0,558860,11808
0,558860,407494
2,29E-060,16652
0,4910430,792002
0,558860,008317
0,4910430,431744
0,4317440,053254
0,003025.
0,027583N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
YPearson Correlation
0,4126390,386358
0,4797420,375951
0,4352680,754822
0,4769270,695207
0,3837540,448322
0,3998370,384454
0,437140,48349
0,5060150,491878
0,5315490,454316
0,3823920,479917
0,5409620,491878
0,4546730,459339
0,4470260,600781
0,7005130,524769
0,7097960,600781
0,5315490,471374
0,4183540,402867
0,4021741
Sig. (2-tailed)0,023443
0,0349510,007302
0,0406120,016217
1,44E-060,007705
2,01E-050,036304
0,0129660,028584
0,0359360,015713
0,0067950,004332
0,0057660,002504
0,0116680,037028
0,0072780,002024
0,0057660,011594
0,0106650,013263
0,0004471,63E-05
0,0029091,12E-05
0,0004470,002504
0,0085530,021408
0,0272910,027583
.N
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
*Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
155
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 35 Alpha = .8957
156
Correlations
Correlations
1.191
.071.299
-.009.134
.412*.
.312.708
.109.962
.481.024
3030
3030
3030
30.191
1.627**
.365*.522**
.680**.840**
.312.
.000.047
.003.000
.00030
3030
3030
3030
.071.627**
1.239
.279.535**
.687**.708
.000.
.203.136
.002.000
3030
3030
3030
30.299
.365*.239
1.331
.447*.621**
.109.047
.203.
.074.013
.00030
3030
3030
3030
-.009.522**
.279.331
1.605**
.674**.962
.003.136
.074.
.000.000
3030
3030
3030
30.134
.680**.535**
.447*.605**
1.840**
.481.000
.002.013
.000.
.00030
3030
3030
3030
.412*.840**
.687**.621**
.674**.840**
1.024
.000.000
.000.000
.000.
3030
3030
3030
30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)N
GU
RU
1
GU
RU
2
GU
RU
3
GU
RU
4
GU
RU
5
GU
RU
6
GU
RU
_Y
GU
RU
1G
UR
U2
GU
RU
3G
UR
U4
GU
RU
5G
UR
U6
GU
RU
_Y
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
*.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**.
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 6
157
Alpha = .7648
Correlations
Correlations
1.419*
.672**.476**
.521**.382*
.369*.729**
..021
.000.008
.003.037
.045.000
3030
3030
3030
3030
.419*1
.616**.485**
.644**.496**
.373*.765**
.021.
.000.007
.000.005
.042.000
3030
3030
3030
3030
.672**.616**
1.505**
.531**.515**
.168.762**
.000.000
..004
.003.004
.374.000
3030
3030
3030
3030
.476**.485**
.505**1
.552**.500**
.572**.794**
.008.007
.004.
.002.005
.001.000
3030
3030
3030
3030
.521**.644**
.531**.552**
1.583**
.464**.801**
.003.000
.003.002
..001
.010.000
3030
3030
3030
3030
.382*.496**
.515**.500**
.583**1
.464**.740**
.037.005
.004.005
.001.
.010.000
3030
3030
3030
3030
.369*.373*
.168.572**
.464**.464**
1.660**
.045.042
.374.001
.010.010
..000
3030
3030
3030
3030
.729**.765**
.762**.794**
.801**.740**
.660**1
.000.000
.000.000
.000.000
.000.
3030
3030
3030
3030
Pearson C
orrelationS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlation
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelationS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlation
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelationS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlation
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelationS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
KE
AD
SK
L1
KE
AD
SK
L2
KE
AD
SK
L3
KE
AD
SK
L4
KE
AD
SK
L5
KE
AD
SK
L6
KE
AD
SK
L7
Y
KE
AD
SK
L1K
EA
DS
KL2
KE
AD
SK
L3K
EA
DS
KL4
KE
AD
SK
L5K
EA
DS
KL6
KE
AD
SK
L7Y
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
*.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**.
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 7
158
Alpha = .8662
Correlations
Correlations
1.487**
.049.098
.094.642**
..006
.798.606
.619.000
3030
3030
3030
.487**1
.738**.520**
.186.846**
.006.
.000.003
.325.000
3030
3030
3030
.049.738**
1.672**
.247.686**
.798.000
..000
.188.000
3030
3030
3030
.098.520**
.672**1
.370*.687**
.606.003
.000.
.044.000
3030
3030
3030
.094.186
.247.370*
1.535**
.619.325
.188.044
..002
3030
3030
3030
.642**.846**
.686**.687**
.535**1
.000.000
.000.000
.002.
3030
3030
3030
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)NPearson C
orrelationSig. (2-tailed)N
KS_1
KS_2
KS_3
KS_4
KS_5
KS_Y
KS_1KS_2
KS_3KS_4
KS_5KS_Y
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
*.
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients
159
N of Cases = 30.0 N of Items = 5 Alpha = .6646
Correlations
Correlations
1.509**
.205.250
.409*.343
.300.354
.474**.480**
.456*.416*
.451*.262
.419*.477**
.477**.416*
.464**.509**
.582**.
.004.277
.182.025
.064.107
.055.008
.007.011
.022.012
.162.021
.008.008
.022.010
.004.001
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.509**
1.295
.234.477**
.330.321
.218.391*
.629**.465**
.641**.405*
.413*.517**
.594**.718**
.689**.487**
1.000**.694**
.004.
.113.213
.008.075
.084.248
.033.000
.010.000
.026.023
.003.001
.000.000
.006.
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.205.295
1.537**
.555**.478**
.698**.519**
.347.394*
.530**.229
.699**.587**
-.069.320
.532**.276
.441*.295
.628**.277
.113.
.002.001
.008.000
.003.060
.031.003
.224.000
.001.715
.085.002
.139.015
.113.000
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.250
.234.537**
1.784**
.674**.437*
.626**.403*
.228.473**
-.029.536**
.465**.222
.485**.541**
.199.677**
.234.647**
.182.213
.002.
.000.000
.016.000
.027.225
.008.881
.002.010
.239.007
.002.292
.000.213
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.409*.477**
.555**.784**
1.730**
.491**.607**
.604**.506**
.669**.262
.617**.333
.339.620**
.725**.555**
.718**.477**
.807**.025
.008.001
.000.
.000.006
.000.000
.004.000
.162.000
.072.067
.000.000
.001.000
.008.000
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.343
.330.478**
.674**.730**
1.409*
.543**.509**
.494**.720**
.255.658**
.546**.349
.642**.612**
.462*.800**
.330.777**
.064.075
.008.000
.000.
.025.002
.004.005
.000.174
.000.002
.059.000
.000.010
.000.075
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.300.321
.698**.437*
.491**.409*
1.803**
.198.353
.388*.372*
.540**.573**
.136.354
.498**.450*
.503**.321
.651**.107
.084.000
.016.006
.025.
.000.294
.056.034
.043.002
.001.474
.055.005
.013.005
.084.000
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.354
.218.519**
.626**.607**
.543**.803**
1.168
.408*.439*
.228.669**
.344.139
.341.372*
.337.561**
.218.634**
.055.248
.003.000
.000.002
.000.
.374.025
.015.225
.000.063
.464.065
.043.069
.001.248
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.474**.391*
.347.403*
.604**.509**
.198.168
1.447*
.708**.445*
.453*.301
.186.353
.593**.465**
.662**.391*
.624**.008
.033.060
.027.000
.004.294
.374.
.013.000
.014.012
.106.325
.056.001
.010.000
.033.000
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.480**
.629**.394*
.228.506**
.494**.353
.408*.447*
1.721**
.725**.799**
.306.441*
.552**.565**
.740**.629**
.629**.751**
.007.000
.031.225
.004.005
.056.025
.013.
.000.000
.000.101
.015.002
.001.000
.000.000
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.456*.465**
.530**.473**
.669**.720**
.388*.439*
.708**.721**
1.586**
.817**.471**
.464**.664**
.708**.685**
.777**.465**
.852**.011
.010.003
.008.000
.000.034
.015.000
.000.
.001.000
.009.010
.000.000
.000.000
.010.000
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.416*
.641**.229
-.029.262
.255.372*
.228.445*
.725**.586**
1.475**
.334.460*
.559**.603**
.715**.502**
.641**.638**
.022.000
.224.881
.162.174
.043.225
.014.000
.001.
.008.071
.011.001
.000.000
.005.000
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.451*.405*
.699**.536**
.617**.658**
.540**.669**
.453*.799**
.817**.475**
1.446*
.289.526**
.555**.526**
.701**.405*
.806**.012
.026.000
.002.000
.000.002
.000.012
.000.000
.008.
.013.122
.003.001
.003.000
.026.000
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.262
.413*.587**
.465**.333
.546**.573**
.344.301
.306.471**
.334.446*
1.266
.537**.607**
.391*.564**
.413*.655**
.162.023
.001.010
.072.002
.001.063
.106.101
.009.071
.013.
.155.002
.000.033
.001.023
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.419*.517**
-.069.222
.339.349
.136.139
.186.441*
.464**.460*
.289.266
1.672**
.517**.658**
.544**.517**
.559**.021
.003.715
.239.067
.059.474
.464.325
.015.010
.011.122
.155.
.000.003
.000.002
.003.001
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.477**
.594**.320
.485**.620**
.642**.354
.341.353
.552**.664**
.559**.526**
.537**.672**
1.754**
.586**.632**
.594**.790**
.008.001
.085.007
.000.000
.055.065
.056.002
.000.001
.003.002
.000.
.000.001
.000.001
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.477**.718**
.532**.541**
.725**.612**
.498**.372*
.593**.565**
.708**.603**
.555**.607**
.517**.754**
1.782**
.753**.718**
.880**.008
.000.002
.002.000
.000.005
.043.001
.001.000
.000.001
.000.003
.000.
.000.000
.000.000
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.416*
.689**.276
.199.555**
.462*.450*
.337.465**
.740**.685**
.715**.526**
.391*.658**
.586**.782**
1.683**
.689**.778**
.022.000
.139.292
.001.010
.013.069
.010.000
.000.000
.003.033
.000.001
.000.
.000.000
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.464**.487**
.441*.677**
.718**.800**
.503**.561**
.662**.629**
.777**.502**
.701**.564**
.544**.632**
.753**.683**
1.487**
.885**.010
.006.015
.000.000
.000.005
.001.000
.000.000
.005.000
.001.002
.000.000
.000.
.006.000
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30.509**
1.000**.295
.234.477**
.330.321
.218.391*
.629**.465**
.641**.405*
.413*.517**
.594**.718**
.689**.487**
1.694**
.004.
.113.213
.008.075
.084.248
.033.000
.010.000
.026.023
.003.001
.000.000
.006.
.00030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
.582**.694**
.628**.647**
.807**.777**
.651**.634**
.624**.751**
.852**.638**
.806**.655**
.559**.790**
.880**.778**
.885**.694**
1.001
.000.000
.000.000
.000.000
.000.000
.000.000
.000.000
.000.001
.000.000
.000.000
.000.
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
3030
30
Pearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)NP
earson Correlat
Sig. (2-tailed)
NPearson C
orrelatS
ig. (2-tailed)N
BLJ1
BLJ2
BLJ3
BLJ4
BLJ5
BLJ6
BLJ7
BLJ8
BLJ9
BLJ10
BLJ11
BLJ12
BLJ13
BLJ14
BLJ15
BLJ16
BLJ17
BLJ18
BLJ19
BLJ20
BLJ_Y
BLJ1
BLJ2
BLJ3
BLJ4
BLJ5
BLJ6
BLJ7
BLJ8
BLJ9
BLJ10
BLJ11
BLJ12
BLJ13
BLJ14
BLJ15
BLJ16
BLJ17
BLJ18
BLJ19
BLJ20
BLJ_Y
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
*.
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
160
Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items = 20 Alpha = .9485