I. PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/Laporan Tahunan...
Transcript of I. PENDAHULUAN - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/Laporan Tahunan...
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
melaksanakan fungsi manajemen pendukung pembangunan pertanian dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
memiliki delapan unit kerja eselon II yaitu enam berbentuk biro dan dua
berbentuk pusat. Salah satunya adalah Biro Perencanaan memiliki fungsi
manajemen mendukung pelaksanaan kegiatan Kementerian Pertanian yaitu
melaksanakan koordinasi, dan penyusunan rencana, kebijakan, program,
anggaran serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan Kementerian Pertanian
Rencana Strategis (Renstra) Biro PerencanaanTahun 2015-2019 merupakan
turunan dari Renstra Kementerian Pertanian dan Sekretariat Jenderal
kementerian Pertanianperiode tahun yang sama. Renstra Biro
PerencanaanTahun 2015-2019 sesuai amanat Reformasi Perencanaan dan
Penganggaran (RPP) memuat Visi, Misi, Program dan Kegiatan yang
dilengkapi dengan output, target, alokasi pendanaan dan indikator kinerja.
Setiap kegiatan Biro Perencanaan Periode tahun 2015 – 2019 yang sedang
berjalan saat ini harus berpedoman kepada Renstra Biro Perencanaan Tahun
2015-2019 mulai dari kegiatan penyusunan Renja, RKA-K/L, monitoring,
evaluasi dan pelaporan.
Biro Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, dan
penyusunan rencana, kebijakan, program, anggaran serta pemantauan,
evaluasi dan pelaporan Kementerian Pertanian.Sedangkan fungsi yang
dilaksanakan Biro Perencanaan mencakup : (1) penyiapan koordinasi, dan
penyusunan rencana pengembangan wilayah pertanian; (2) penyiapan
koordinasi, dan penyusunan kebijakan dan program pembangunan pertanian;
(3) penyiapan koordinasi, dan penyusunan anggaran pembangunan pertanian;
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 2
(4) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program pembangunan
pertanian; dan (5) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
Perencanaan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Biro Perencanaan
melaksanakan kegiatan koordinasi dan pembinaan Perencanaan Kementerian
Pertanian dengan sub kegiatan : a. penyiapan koordinasi, dan penyusunan
rencana pengembangan wilayah pertanian; (b) penyiapan koordinasi, dan
penyusunan kebijakan dan programpembangunan pertanian; (c) penyiapan
koordinasi, dan penyusunan anggaran pembangunan pertanian; (d)
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program pembangunan
pertanian; dan (e) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
Perencanaan. Indikator Kegiatan Biro Perencanaan berupa output, yaitu (1)
Terumuskannya dokumen Perencanaan wilayah; (2) Terumuskannya
dokumen kebijakan dan program; (3) Terumuskannya dokumen anggaran; (4)
Terumuskannya dokumen evaluasi dan penyusunan pelaporan pelaksanaan
pembangunan pertanian.
1.2. Visi
Visi Biro Perencanaan adalah “Terwujudnya Sistem Perencanaan Yang
Berkualitas dan Handal dalam Mendukung pencapaian Target Pembangunan
Pertanian”.
1.3. Misi
Untuk menwujudkan visi organisasi, maka misi yang harus dilaksnakan
oleh Biro Perencanaan adalah :
a) Mengkoordinasikan penyusunan rumusan kebijakan, program,
anggaran dan perencanaan wilayah;
b) Mengkoordinasikan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan pertanian;
c) Mendorong terwujudnya sistem perencanaan pertanian berbasis
kawasan dan pertanian terpadu berkelanjutan.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 3
1.4. Tujuan dan Sasaran
Sesuai dengan Visi dan Misi, maka tujuan organisasi yang akan
dijalankan oleh Biro Perencanaan selama periode tahun 2015-2019 adalah
meningkatkan kualitas dan efisiensi sistem perencanaan pembangunan
pertanian.
Sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan akan dicapai adalah mening-
katnya kualitas dokumen rumusan kebijakan, program dan wilayah, dokumen
anggaran, laporan pemantauan dan evaluasi serta laporan kinerja
Kementerian
1.5. Ruang Lingkup
Penyusunan Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 dibatasi pada
hal-hal sebagai berikut :
a) Penulisan hanya memuat laporan kegiatan lingkup Biro Perencanaan
Kementerian Pertanian Tahun 2016;
b) Kegiatan yang dilaporkan hanya kegiatan utama dari DIPA/POK Biro
Perencanaan Tahun 2016;
c) Laporan hanya memuat hal-hal yang bersifat pokok, tidak secara detail;
d) Detail laporan dapat dilihat pada laporan kegiatan;
e) Permasalahan dan tindak lanjut bersifat umum.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 4
II. KEBIJAKAN DAN DUKUNGAN MANJEMEN
DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2016
Dalam mendukung pelaksanaan program Sekretariat Jenderal Kementerian
Pertanian, Biro Perencanaan memberikan dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lain Kementerian Pertanian, khususnya dari aspek
koordinasi perencanaan program dan kegiatan pembangunan pertanian.
2.1. Kebijakan
Kebijakan yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan koordinasi dan
kebijakan teknis, antara lain : (1) penyiapan kebijakan perencanaan wilayah
pembangunan pertanian; (2) penyiapan bahan perencanaan kebijakan dan
program;(3) penyiapan bahan perencanaan pengalokasian anggaran
pembangunan pertanian; (4) penyiapan koordinasi monitoring dan evaluasi
serta pelaporan akuntabilitas kinerja kementerian; (5) kelembagaan,
kepegawaian dan ketatalaksanaan Biro Perencanaan.
2.2. Strategi
a) Mengembangkan sistem, mekanisme dan majajemenperencanaan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan yang mudah dipahami dan
diterapkan oleh pusat dan daerah;
b) Mengembangkan metode dan instrumen perencanaan, monitoring,
evaluasi dan pelaporan yang sesuai dengan kaidah teknis, sosial
ekonomi dan peraturan perundangan;
c) Meningkatkan efektivitas fungsi forum perencanaan, monitoring,
evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian pusat dan daerah;
d) Meningkatkan kapasitas dan kompetensi perencana dan evaluator
bidang pertanian pusat dan daerah;
e) Memanfaatkan sarana, teknologi, dan informasi pembangunan
pertanian;
f) Meningkatkan tatakelola dan manajemen administrasi dan keuangan
yang baik dan akuntabel (terukur).
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 5
2.3. Struktur Organisasi
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, struktur organisasi Biro
Perencanaan,Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, terdiri dari empat
bagian dan satu kelompok Jabatan Fungsional yaitu : (1). Bagian Kebijakan
Dan Program; (2). Bagian Perencanaan Wilayah; (3). Bagian Perencanaan
Anggaran; (4). Bagian Evaluasi Dan Pelaporan. Keempat bagian tersebut
berperan sebagai Koordinator seluruh koordinasi dan pembinaan
perencanaan pembangunan pertanian termasuk koordinasi dan pembinaan
Kelompok Jabatan Fungsional Perencana Kementerian Pertanian.
Bagian Perencanaan Wilayah, meliputi :
a) Subbagian Wilayah I, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi dan penyusunan rencana pengembangan wilayah berbasis
tanaman pangan dan hortikultura;
b) Subbagian Wilayah II, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi dan penyusunan rencana pengembangan wilayah berbasis
perkebunan dan sistem bio-industri serta pembangunan pertanian di
wilayah perbatasan, daerah tertinggal, kawasan ekonomi khusus, dan
daerah pembangunan prioritas lainnya;
c) Subbagian Wilayah III, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan pengembangan wilayah berbasis peternakan dan
pembangunan pertanian terpadu (pola integrasi).
Bagian Kebijakan Dan Program, meliputi :
a) Subbagian Kebijakan, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi dan penyusunan kebijakan pembangunan pertanian jangka
panjang, jangka menengah, dan terpadum, serta lintas sektoral;
b) Subbagian Program, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi dan penyusunan rencana dan program pembangunan
pertanian tahunan;
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 6
c) Subbagian Analisis Data, mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data perencanaanpembangunan
pertanian;
Bagian Anggaran
a) Subbagian Anggaran I, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi dan penyusunan anggaran kementerian Pertaian yang
bersumber dari Bagian Anggaran 18 meliputi anggaran pendapatan dan
belanja negara, dan dana dekonsentrasi serta dana tugas pembantuan;
b) Subbagian Anggaran I, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
koordinasi dan penyusunan anggaran Kementerian Pertanian yang
bersumber dari Non-Bagian Anggaran 18 meliputi dana alokasi khusus
(DAK), subsidi, tugas pelayanan publik (PSO), kredit program, dan
sumber daya anggaran lain di luar bagian anggaran 18;
c) Subbagian Tata Usaha Biro Perencanaan, mempunyai tugas
melakukan pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
Perencanaan.
Bagian Evaluasi Dan Pelaporan
a) Subbagian Evaluasi dan Pelaporan I, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan program yang bersumber dari Bagian Anggaran 18
meliputi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), dana
dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan serta penyusunan laporan
kinerja Kementerian Pertanian, laporan kegiatan Sekretariat Jenderal
dan Biro Perencanaan.
b) Subbagian Evaluasi dan Pelaporan II, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan program yang bersumber dari Non-Bagian Anggaran 18
meliputi dana alokasi khusus (DAK), subsidi, tugas pelayanan publik
(PSO), kredit program, sumber anggaran lain di luar bagian anggaran
18;
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 7
c) Subbagian Bahan Koordinasi, mempunyai tugas melakukan
pengumpulan dan penyiapan bahan rapat pimpinan, rapat kerja/dengar
pendapat Menteri Pertanian dengan DPR, DPD, rapat koordinasi
terbatas, sidang Kabinet dan Wakil Presiden dan rapat lainnya.
Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing. Penempatan pejabat fungsional
pada unit kerja eselon III ditetapkan oleh Kepala Biro Perencanaan.
Sedangkan jumlah tenaga fungsional berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja. Jenis jabatan fungsional di Biro Perencanaan terdiri atas jabatan
fungsional Perencana dan jabatan fungsional lainnya, masing-masing
dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk Kepala Biro
Perencanaan.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 8
III. PELAKSANAAN KEGIATAN BIRO PERENCANAAN TAHUN 2016
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya Biro Perencanaan melaksanakan
kegiatan koordinasi, dan penyusunan rencana, kebijakan, program, anggaran
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan Kementerian Pertanian.
Sedangkan fungsi yang dilaksanakan Biro Perencanaan mencakup : (1)
penyiapan koordinasi, dan penyusunan rencana pengembangan wilayah
pertanian; (2) penyiapan koordinasi, dan penyusunan kebijakan dan program
pembangunan pertanian; (3) penyiapan koordinasi, dan penyusunan anggaran
pembangunan pertanian; (4) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program pembangunan pertanian; dan (5) pelaksanaan urusan
tata usaha dan rumah tangga Biro Perencanaan.
3.1. Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2016
A. Bagian Perencanaan Wilayah Tahun 2016
Berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) Biro Perencanaan jumlah
dokumen Penyusunan Kebijakan, Program dan Wilayah sesuai dengan
sasaran strategis dan indikator kinerja sebanyak 14 dokumen yang kemudian
diselesaikan 13 dokumen sehubungan adanya pemotongan anggara pada TA
2016. Dari 13 dokumen tersebut pelaksanaannya masing-masing dicapai
melalui :
A.1. Sub Bidang Perencanaan Wilayah I
1) Penguatan Sistem Informasi Kawasan Pertanian Mendukung
Swasembada Pangan
Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk menyajikan
informasi mengenai data spasial dan tabular mengenai potensi-potensi dan
informasi yang dibutuhkan dalam pembangunan kawasan pertanian unggulan
baik aktual maupun potensial. Tujuan jangka pendek dari Penguatan Sistem
Informasi Kawasan Pertanian Mendukung Swasembada Pangan adalah: (1)
menyajikan data hasil pemetaan kawasan pertanian; (2) menampilkan data
spasial dan tabular yang dibutuhkan untuk pengembangan pertanian di
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 9
Indonesia, dan (3) menyajikan data eksisting dan data ideal dalam
pengembangan komoditas di suatu daerah.
Adapun tujuan jangka panjangnya adalah membangun basis data dan
sistem informasi sumberdaya pertanian yang handal dan mutakhir
berdasarkan potensi sumber daya yang bersifat kekinian untuk medukung
pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan, sehingga mampu
memberikan rekomendasi dalam menerapkan maupun kebijakan. Sistem
informasi dimaksud berbasis Website dalam bentuk Sistem Informasi
Perencanaan Kawasan Pertanian (SIKP).
Selanjutanya untuk memperkuat SIKP ini, hasil dari analisis pemetaan
kawasan pertanian yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal bekerjasama
dengan Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian, diakomodir dalam
website SIKP ini, yaitu Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi,
Jagung, Kedelai, dan Ubi Kayu Nasional skala 1:250.000 dan skala 1:50.000.
Pembangunan website SIKP ini dilakukan Tim SIKP yang terdiri dari Biro
Perencanaan, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin), Pusat
Sosial Ekonomi dan Kabijakan Pertanian (PSEKP), serta dari Balai Besar
Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP).
2) Penguatan Basis Data dan Pemetaan Kawasan Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
Pemetaan kawasan ini dimaksudkan sebagai sebagai salah satu upaya
untuk menyajikan data dan informasi mengenai potensi biofisik (tanah, iklim,
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 10
terrain, dan vegetasi). Berkaitan dengan hal di atas, penyusunan peta potensi
pengembangan kawasan pertanian sangat diperlukan.
Tujuan ini adalah : (1) Menyusun dan mengembangkan data dan
informasi sumberdaya lahan pertanian kawasan hortikultura; (2) Menyusun
peta pengembangan kawasan pertanian hortikultura Nasional dan Provinsi.
Karena keterbatasan anggaran negara, pada perjalanan tahun 2016
terjadi penghematan anggaran. Salah satu yang terkena penghematan
anggaran adalah Penguatan Basis Data dan Pemetaan Kawasan Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Dari anggaran yang tersisa setelah penghematan,
baru dilaksanakan pada tahap persiapan berupa rapat-rapat koordinasi.
Beberapa kendala yang harus diantisipasi dalam penyusunan analisis
pemetaan kawasan hortikultura diantaranya adalah: (1) penyusunan peta
kawasan hortikultura relatif sulit, dikarenakan luasan yang relatif kecil kurang
dari 50 ha (khususnya komoditas cabai dan bawang merah) sehingga tidak
terlihat di peta pada skala kecil; (2) mengingat tanaman hortikultura dapat
tumbuh di mana saja, khususnya cabai, maka diputuskan tanaman tersebut
yang berada di lahan pekarangan rumah ditiadakan; (3) salah satu syarat dari
kawasan adalah dalam satu tahun komoditas tersebut dominan dan tidak
tumpang tindih dengan komoditas lainnya. Karena komoditas hortikultura
relatif unik dibandingkan dengan komoditas lain, maka basis penetapan
kawasan horti adalah sentra kemudian dilanjutkan dengan analisis sumber
daya lahan; (4) meskipun tanaman hortikultura banyak yang memanfaatkan
lahan hutan/HGU/Perhutani sebagai tanaman tumpang sari, hal ini tidak dapat
dikatakan sebagai kawasan hortikultura. Kawasan pertanian harus clean and
cleardari peruntukan lainnya.
3) Koordinasi Perencanaan Tata Ruang Wilayah Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Sebagaimana amanat Permentan 50/2012 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian, provinsi berkewajiban menyusun
Masterplan Kawasan Pertanian dan kabupaten berkewajiban menyusun Action
Plan Kawasan Pertanian dengan mengacu pada Masterplan yang telah
disusun oleh provinsi.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 11
Penyusunan masterplan mengacu pada Permentan 50/2012 dan harus
dijabarkan lebih lanjut melalui Pedoman Teknis yang disusun oleh Direktorat
Teknis yang membina komoditas. Namun demikian belum semua Direktorat
Teknis menyusun pedoman dimaksud. Selanjutnya dalam rangka
mempercepat penyusunan Masterplan dan Action Plan tersebut,
diselenggarakan workshop finalisasi Juknis Penyusunan Masterplan dan
Juknis Penyusunan Action Plan di Malang pada tanggal 21-22 Juli 2016,
Workshop Action Plan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai, dan Ubi Kayu di
Yogykarta pada tanggal 21-2 Juni 2016. Termasuk dalam Koordinasi
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
adalah melakukan sosialisasi hasil pemetaan kawasan pertanian ke beberapa
provinsi.
Dengan sosialisasi maupun workshop diharapkan SKPD lingkup
pertanian di Provinsi dan Kabupaten/Kota mampu mengawal penyusunan
perubahan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dan Peraturan Daerah tentang Penetapan lokasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) dengan mempertimbangkan Peta Potensi
Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu Skala
1:250.000 dan skala 1:50.000 serta Peta Potensi dan Pengembangan
Kawasan Karet, Kopi, Kakao, Kelapa, Pala dan Cengkeh Skala 1:250.000
yang telah disusun.
Selanjutnya kepada Bappeda Provinsi dan Kabupaten Kota dapat
mengkoordinasikan penyusunan Masterplan, terutama dalam
mensinkronisasikan peta spasial tematik dan program lintas sektor yang ada di
daerah sebagai dukungan untuk meningkatkan akurasi perencanaan spasial
pengembangan kawasan pertanian, terutama dalam mendetailkan posisi
kawasan pertanian di dalam rencana struktur ruang dan pola ruang di daerah.
4) Koordinasi Perencanaan dan Implementasi Pengembangan Tanaman
Pangan dan Hortikultura.
Koordinasi Perencanaan dan Implementasi Pengembangan Tanaman
Pangan dan Hortikultura, adalah satu dalam rangka melakukan koordinasi
dengan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian maupun dengan lintas
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 12
Kementerian/Lembaga. Salah satunya adalah membahas rencana usulan
revisi Permentan 50/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian serta Kepmentan Nomor 3, 43, 35 dan 46 tentang Penetapan
Kawasan Pertanian Nasional. Hasil dari rapat koordinasi tersebut pada
November 2016 telah terbit:
a) Permentan Nomor: 56/Permentan/RC.040/11/2016 tentang Pedoman
Pengembanagn Kawasan Pertanian, tanggal 29 November 2016 dan
telah diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1832; serta
b) Kepmentan Nomor: 830/Kpts/RC/040/12/2016 tentang Lokasi
Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional, tanggal 19 Desember
2016.
Selanjutnya dalam rangka implementasi pengembangan kawasan pertanian,
perlu diinisiasi pilot project berbasis komoditas tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan pada tahun 2017.
Tabel 1. Lokasi dan Komoditas Pilot Project Pengembangan Kawasan
Pertanian
No. Sub Sektor Komodias Kabupaten Provinsi
1 Tanaman Pangan a Padi Kab. Banyuasin Sumsel
b Jagung Kab. Banyuasin Sumsel
c Kedelai Kab. Banyuasin Sumsel
2 Hortikultura a Cabe Kab. Garut Jabar
b Bawang Merah Kab. Grobogan Jateng
c Jeruk Kab. Banyuwangi Jatim
3 Perkebunan a Kakao Kab. Konawe Sultra
Kab. Konawe Selatan Sultra
Kab. Kolaka Sultra
Kab. Kolaka Utara Sultra
Kab. Kolaka Timur Sultra
b Kopi Kab. Bangli Bali
Kab. Buleleng Bali
Kab. Badung Bali
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 13
Kab. Tabanan Bali
c Pala Kab. Sangihe Sulut
Kab. Sitaro Sulut
Kab. Talaud Sulut
Kota Bitung Sulut
Kab. Minahasa Utara Sulut
d Peternakan Sapi Potong Kab. Lombok Timur NTB
Kab. Kupang NTT
Kab. Subang Jabar
Sesuai arahan Pimpinan, Direktorat Jenderal yang membidangi
komoditas dapat merancang dan mengalokasikan angaran ilot project
pengembangan kawasan pertanian pada TA 2017 dengan didukung
pengembangan prasarana dan sarana pertanian, penyuluhan, penelitan dan
pengembangan teknologi pertanian secara terpadu.
A.2. Subbagian Perencanaan Wilayah II
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian, Subbagian Wilayah II mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan koordinasi, dan penyusunan rencana pengembangan wilayah berbasis
perkebunan dan sistem bio-industri serta pembanguan pertanian di wilayah
perbatasan, daerah tertinggal, kawasan ekonomi khusus dan daerah
pembangunan prioritas lainnya.
Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, Subbagian
Perencanaan Wilayah II terdiri dari :
1) Koordinasi Penguatan Basis Data Kawasan Perkebunan
Hal ini dilakukan dalam bentuk sosialisasi. Bahan yang disosialisasikan
adalah peta/atlas kawasan perkebunan skala 1:250.000 untuk Jawa dan
Sumatera, dilaksanakan di Swiss-Belinn Manyar Surabaya pada tanggal 9-11
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 14
November 2016. Peserta yang diundang adalah Dinas Perkebunan se-Jawa
dan Sumatera dan hampir seluruh undangan mengirimkan perwakilannya.
Sosialisasi peta/atlas kawasan perkebunan skala 1:250.000 bertujuan
untuk memberikan informasi kepada Satker Provinsi bahwa, sudah ada
peta/atlas kawasan perkebunan skala 1:250.000 sehingga diharapkan Satker
Provinsi untuk membuat masterplan sesuai dengan peta/atlas kawasan
perkebunan tersebut karena masterplan akan menjadi dasar daerah dapat
mengajukan e-proposal tahun 2018 yang akan dibuka pada awal tahun 2017.
2) Koordinasi Perencanaan dan Implementasi Pengembangan
Perkebunan
Hal ini hanya dilakukan satu kali konsinyasi karena adanya pemotongan
anggaran. Rapat koordinasi dilaksanakan di ruang Rapat Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan pada tanggal 21-22 Maret 2016 yang dihadiri
oleh seluruh staf Bagian Perencanaan Wilayah dengan pokok pembahasan
(a). UU 41/2009 tentang LP2B; (b).Permentan 50/2012 tentang
Pengembangan Kawasan Pertanian; (c).Atlas/peta potensi komoditas
pertanian skala 1:250.000; (d). Sasaran program K/L; 5). Sasaran program
Kementan; (e). Renstra SKPD lingkup pertanian dan (f). Sasaran induk
tematik.
3) Penyusunan Rancang Bangun Model Pembangunan Pertanian di
Kawasan Perbatasan.
Penyusunan rancang bangun model pembangunan pertanian di
kawasan perbatasan dilakukan dalam bentuk workshop sebanyak dua kali dan
rapat koordinasi satu kali. Workshop rancang bangun model pembangunan
pertanian di kawasan perbatasan Dilaksanakan di Kabupaten Merauke, Papua
pada tanggal 9-12 Mei 2016 di Swiss-Belhotel Merauke dengan peserta dari
Bappeda dan Dinas Pertanian 17 Kabupaten Perbatasan. Hasil dari workshop
tersebut adalah melakukan sinkronisasi rencana Kementerian Pertanian di
wilayah perbatasan dengan rencana pemerintah daerah, baik ditingkat
provinsi maupun kabupaten yang langsung berbatasan dengan negara
tetangga.Selain dilakukan workshop juga diadakan fieldtrip ke daerah
perbatasan di Kecamatan Sota, Merauke. Potensi pertanian yang ada di
Kecamatan Sota cukup mendukung dan warga Papua New Guinea lebih
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 15
banyak yang berbelanja ke Indonesia daripada sebaliknya, sehingga jika
dikembangkan hasil pertanian akan dapat di ekspor ke Negara Papua New
Guinea sedangkan SDM pertanian yang ada sangat kurang karena SDM yang
mengerjakan pertanian adalah transmigran dari Jawa.
Workshop rancang bangun model pembangunan pertanian di kawasan
perbatasan untuk kedua kali dilakukan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat
pada tanggal 18-20 Agustus 2016 di Harris Hotel Pontianak dengan hasil :
a) sektor pertanian yang akan dilakukan adalah pengembangan sistem atau
model usaha pertanian (terpadu) berdimensi kawasan dan multi sasaran.
Sasaran akhirnya adalah ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan
petani
b) Penyusunan dan penetapan rancang bangun model di masing-masing
lokasi dan pemilihan alternatif/calon lokasi pilot project ditetapkan
bersama oleh Pusat
c) Dasar utama penyusunan model rancang bangun model masing-masing
lokasi serta 4 lokasi sebagai pilot project adalah identifikasi potensi
sumber daya, tantangan dan permasalahan pembangunan pertanian di
masing-masing lokasi
Tabel 2. Lokasi dan komoditas yang akan dikembangkan di daerah
perbatasan
Provinsi Kabupaten TP,Horti Bun Nak
Kalbar Sambas Padi Lada Babi
Bengkayang Padi Lada
Sanggau Padi Kakao
Sintang Padi Karet Babi
Kaltim Mahakam Ulu Padi
Kaltara Nunukan Padi,
Pisang
Kakao Kerbau,Sapi
NTT Belu Jambu
Mete
Sapi
TTU Sapi
Kupang Kelapa Sapi
Papua Keerom Kakao Sapi
Merauke Tebu,
Karet
Sapi
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 16
Kemudian setelah pelaksanaan workshop dilaksanakan fieldtrip ke
Kabupaten Sanggau. Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau adalah
wilayah yang berbatasan langsung dengan Kuching, Negara Malaysia.
Komoditas pertanian yang potensi dikembangkan adalah padi dan kakao,
namun masih banyak warga Indonesia yang membeli barang dari Malaysia
karena harga di Malaysia lebih murah baik komoditas pertanian maupun
komoditas lainnya, selain itu masih banyak penyelundupan lewat jalur-jalur
tikus, sehingga jika terjadi wabah/virus yang menyerang akan sangat mudah
tertular, seperti yang pernah terjadi adalah adanya anjing rabies.
Rapat Koordinasi Pembangunan Pertanian di Kawasan Perbatasan
yang dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2016 di Auditorium Kantor Pusat
Kementerian Pertanian yang dihadiri oleh Gubernur, Bupati dan Bappeda dan
SKPD Lingkup Pertanian di Daerah Perbatasan dengan Narasumber Menteri
Pertanian, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
dan Asisten Teritorial Kasad. Hasil dari rakor adalah kesepakatan bersama
(MoU) antara Menteri Pertanian, Menteri Desa, pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Asisten
Teritorial KasaddanKetua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia
(APKASI).
4) Koordinasi Pembangunan Pertanian di Daerah Tertinggal dan Wilayah
Khusus
Dilaksanakan melalui workshop dan kunjungan lapang di beberapa
daerah tertinggal seperti Kabupaten Lebak dan Pandeglang Provinsi Banten,
Kabupaten Manggarai Barat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten
Lombok Timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Raja Ampat di
Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Nunukan di Provinsi Kalimantan Utara.
Workshop Pembangunan Pertanian di Daerah Tertinggal dilaksanakan
di Adhi Jaya Hotel Bali pada tanggal 27-28 Juni 2016 dengan peserta dari
Indonesia Bagian Timur seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
dan Bali, hasilnya adalah :
a) Kementerian Pertanian sangat serius mendukung percepatan
pembangunan daerah tertinggal melalui berbagai program dan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 17
dariDitjen. Tanaman Pangan,
Hortikultura, Peternakan dan
Kesehatan Hewan dan
Perkebunan dengan
pendekatan pembangunan
kawasan
b) Diharapkan adanya sinergi
dalam perencanaan program dan dari Kemenko PMK, Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan
Kementerian Pertanian ditingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa untuk
percepatan pembangunan daerah tertinggal melalui Dana Tugas
Pembantuan yang dilakukan sebelum Musrenbangnas
c) tematik yang terintegrasi pembangunan daerah tertinggal sebaiknya
dikoordinasikan oleh Kemenko PMK dan Kemendesa untuk membuat
masterplan dan Kementerian Pertanian akan mengisi substansi teknis di
lapangan
d) Diperlukan rapat koordinasi secara rutin untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan program dan di lapangan sehingga
diperlukan Tim Khusus yang beranggotakan masing-masing instansi
sehingga saling memberi informasi
e) SKPD Provinsi dan Kabupaten lingkup Pertanian melakukan koordinasi
dan sinkronisasi program dan ditingkat lapangan dengan SKPD
Kemendesa dan Bappeda untuk mengatasi daerah tertinggal
A.3. Subbbagian Wilayah III
1) Dokumen Koordinasi Penguatan Basis Data Kawasan Peternakan
Capaian dari ini adalah adanya data eksisiting maupun potensi yang
terkait dengan pembangunan pertaniankhususnya peternakan di lingkup
Kementerian Pertanian komoditas sapi potong. meliputi terselengaranya
Rapat-rapat koordinasi rutin dan insidentil dalam bentuk rapat di kantor dan
konsinyasi, telah terlaksanaya upervisi, terkumpulnya data dan informasi di
pusat dan daerah serta menghadiri undangan pertemuan tingkat nasional dan
regional dalam rangka koordinasi pelaksanaan program dan lintas sektoral
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 18
dan lintas jenjang pemerintahan yang terkait pengembangan kawasan
pertanian khususnya peternakan. Output telah terselesaikannya Peta Atlas
Potensi Kawasan Peternakan potong Skala 1:250.000 dan telah diekspose ke
Instansi/lembaga terkait yang berhubungan dengan sub-sektor peternakan,
dan dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan
perencanaan dan kebijakan baik oleh pimpinan di tingkat pusat maupun
tingkat daerah.
2) Dokumen Koordinasi Peningkatan Efisiensi Sistem Rantai Pasok
Komoditas Peternakan
Capaian dari ini adalah adanya identifikasi dan analisis permasalahan
secara mendalam kondisi kelembagaan, rantai pemasaran peternakan sapi
potongdisentral produksi. Hasil identifikasi dan analisis permasalahan adalah
kondisi kelembagaan peternak dalam memperoleh pemasaran output berupa
ternak hidup dan atau karkas di kawasan peternakan, mekanisme organisasi
kerja sama kelembagaan penyediaan input dan pemasaran output yang
didukung dengan "kandang komunal" peternak dalam rangka meningkan
efisiiensi produksi. Untuk
menjamin keberlajutan rantai
pasok, maka diperlukan
peningkatan kapasitas daya
dukung pakan khususnya
hijauan sehingga carying
capacity dapat ditingkatkan,
agar mampu mendukung
peningkatan populasi ternak penentuan harga dasar sapi potong berdasarkan
bobot hidup, juga penentuan harga dasar dikawasan produsen dan konsumen
sehingga berlaku adil dan terjadi. Langkah pengadaan kapal khusus ternak
”Tol Laut” adalah sangat tepat disamping mampu mempertahankan
penurunan bobot badan selama perjalanan. Dalam kajian ini melibatkan Tim
dari Biro Perencanaan dan Peneliti Puslitbangnak Bogor, hasil dari kajian
yang telah dianalisis dan telah diekspose di Hotel Salak Tower Bogor yang
dihadiri oleh Biro Perencanaan, Ditjen Peternakan, Ditjen Perkebunan, PSE-
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 19
KP Bogor, Puslitbangnak Bogor, Asosiasi Petani Sawit Indonesia, Kementerin
Perhubungan, PT. Pelni, Kemendag, yang selanjutnya laporan hasil kajian
dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pertimbangan dalam penyusunan
perencanaan dan kebijakan baik oleh pimpinan di tingkat pusat maupun
tingkat daerah
3) Dokumen Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu (Pola Integrasi).
Capaian dari ini adalah didapatkannya gambaran dan informasi
pemeliharaan sapi pada usaha integrasi sawit sapi sebagian besar (73-87
persen) semi intensif, yaitu siang digembalakan dan malam dikandangkan,
masalah dan kendala dalam pengembangan usaha integrasi sawit sapi dapat
bersumber dari berbagai pihak dan kondisi setempat.Potensimengembangkan
sapi potong masih cukup besar, jika 10 persen saja kebun kelapa sawit yang
dimanfaatkanhampir semua kabupatenmasih dapat menampung sapi potong
dengan jumlah yang bervariasi, tergantung pada luas perkebunan kelapa sawit
yang ada, kecuali Kabupaten Kerinci, KabupatenOKU dan Empat Lawangdan
Kabupaten Murung Raya, sekitar 80-100 persen peternak menggunakan
kawin alam dengan cara bebas, ada juga yang melakukan dengan IB. Pada
tingkat KTT (Kelompok Tani Ternak) usaha integrasi sawit-sapi mengurangi
biaya pakan dan tenaga kerja serta biaya pembersihan dan pemupukan lahan
dengan kondisi produksi stabil bahkan meningkat pada usaha kebun kelapa
sawit. Reproduksi sapi milik peternak prosentase kelahiran pedet terhadap
jumlah indukan sebesar 33,3-66,7 % pada usaha pembibitan tingkat KTT
(Kelompok Tani Ternak) masih belum untung, karena diharap setiap induk
dalam satu tahun
melahirkan satu anak
atau setidaknya
mencapai angkat diatas
75 persen. Oleh sebab
itu, Program Sapi induk
wajib bunting (Siwab)
perlu disinergiskan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 20
dengan Program atau Integrasi sawit-sapi. Dalam penelitian ini melibatkan
Tim dari Biro Perencanaan dan Pusat Sosila Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Bogor, hasil dari kajian yang telah dianalisis dan telah diekspose di
Hotel Salak Tower Bogor yang dihadiri oleh Biro Perencanaan, Ditjen Peter----
nakan, Ditjen Perkebunan, PSE-KP Bogor, Puslitbangnak Bogor, Asosiasi
Petani Sawit Indonesia, Kementerin Perhubungan, PT. Pelni, Kemendag, yang
selanjutnya laporan hasil kajian dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan
pertimbangan dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan baik oleh
pimpinan di tingkat pusat maupun tingkat daerah
4) Pengembangan Decision Suport System (DSS) Perencanaan
Pembangunan
Pertanian
Capaian dari ini
adalah penguatan sumber
daya manusia pertanian
Aspek Sistem Informasi
Geografis dan kewilayahan,
dengan adanya seminar dan advokasi yang dilaksanakan dengan
mengundang narasumber yang kompeten meningkatkan pemahaman
perencana khususnya bagian Perencanaan Wilayah terhadap kebijakan
nasional pembangunan pertanian dan prinsip-prinsip reformasi perencanaan
dan penganggaran di bidang pertanian, meningkatnya kemampuan perencana
terhadap metode, instrumen dan praktek analisis perencanaan wilayah
berbasis sumberdaya lokal, meningkatnya kemampuan perencana terhadap
peraturan perundangan dan manajemen pengembangan kawasan pertanian,
adanya peninggkatan kemampuan sebagian perencana terhadap penguasan
teknologi informasi modern yang berbasis spasial yang didapat dari Balai
Diklat BIG.
5) Bahan Koordinasi Perencanaan dan Implementasi Pengembangan
Peternakan
Capaian dari ini adalah diperolehnya gambaran kawasan perdesaan di
lokasi prioritas nasional di Labuan Bajo-NTT dan Gorontalo, merupakan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 21
menghadiri undangan dari Kementerian Desa, Pembanguan Daerah
Tertinggal. Pada ini hanya sampai disini dikarenakan adanya penghematan
anggaran di TA. 2016.
B. Bagian Kebijakan dan Program
B.1. Sub Bidang Penyusunan Kebijakan
1) Koordinasi Pengarusutamaan Gender PUG dan Ketenagakerjaan
Pertanian 2016
Kegiatan Pengarusutamaan Gender PUG dan Ketenagakerjaan
Pertanian 2016 merupakan tindaklanjut dari Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 93/PMK.02/2011 melalui pengintegrasian isu gender dalam
perencanaan dan penganggaran pembangunan pertanian. Pada tahun 2016
Kementerian Pertanian telah melaksanakan pemantauan dan evaluasi
kegiatan yang responsif gender di 8 (delapan) unit Eselon I lingkup
Kementerian Pertanian. Pemantauan dan evaluasi kegiatan responsif gender
bagi pelaksana dan penerima manfaat baik di tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang pelaksanaannya secara bersama-sama dengan Eselon.
Output kegiatan responsif gender tahun 2016 adalah:
1. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)
2. SL-PHT Perkebunan
3. Sentra Peternakan Rakyat
4. Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)
5. Kawasan Mandiri Pangan
6. Desa Pangan Lestari (DPL) dan Optimalisasi Pekarangan KRPL
7. Pelatihan Non Aparatur
8. Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan
Spesifik Lokasi Tekno Park
Pada tahun 2016 Kementerian Pertanian mendapat apresiasi dari
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui
penghargaan Anugrah Parahita Ekapraya 2016 Tingkat Mentor dalam upaya
mewujudkan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 22
anak dalam setiap program dan kegiatannya. Penyerahan penghargaan
diserahkan oleh Wakil Presiden RI pada tanggal 21 Desember 2016. Bagi
Kementerian Pertanian, penghargaan tahun 2016 ini naik dua tingkat dari
penghargaan sebelumnya pada tahun 2014. Beberapa hal yang menjadi
penilaian bagi Kementerian Pertanian adalah:
a) Dalam proses perencanaan kegiatan dan anggaran telah menerapakan
GBS (Gender Badget Statement), GAP (Gender Analisys Pathway), serta
tagging dalam RKAKL
b) Pelaksanaan kegiatan telah memperhatikan akses, partisipasi, kontrol
serta manfaat yaitu perempuan dan pemuda untuk ikut serta dalam
pembangunan pertanian di pedesaan
c) Sistem pemantauan dan evaluasi yang selain telah memasukan data
terpilah pria-wanita, juga telah menggunakan teknis analisis MDS (Multy
Dimensional Scalling System) sebagai metode.
d) Proses perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring pelaksanaan
kegiatan yang berbasis gender telah terdokumentasi dan telah
dipresentasikan dengan baik oleh Tim Pokja Kementerian Pertanian
dibawah koordinasi Biro Perencanaan pada saat penilaian oleh Tim
Independen.
2) Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim
Perubahan iklim global yang ekstrim sebagai suatu ancaman terhadap
pembangunan pertanian dan ketahanan pangan nasional. Dampak negatif perubahan
ekstrim iklim global di antaranya adalah: (1) terjadinya degradasi sumberdaya lahan dan
air, (2) terjadinya kerusakan pada infrastrukur pertanian/irigasi, (3) timbulnya bencana
banjir dan kekeringan dan (4) meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman.
Dampak perubahan iklim global tersebut berpotensi mengancam penurunan
produktivitas, produksi, mutu hasil pertanian, serta menurunnya efesiensi dan efektifitas
distribusi pangan, yang berujung kepada rentannya ketahanan pangan di suatu wilayah
dan pada akhirnya dapat berdampak negatif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
serta kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan iklim tersebut, kebijakan
pembangunan ketahanan pangan diarahkan untuk:
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 23
Meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan;
Mengembangkan perekonomian pedesaan;
Stabilitas harga pangan;
Meningkatkan kemampuan daerah dalam pelaksanaan jaring pengaman sosial;
Mengembangkan kemampuan early warning system;
Pengembangan jaringan kerjasama regional/internasional;
a) Pertemuan koordinasi prediksi iklim (update terkini) dan upaya
adaptasinya di sektor pertanian setiap 3 (tiga) bulanan (Januari, April,
Juli, Oktober ) dengan peserta: Instansi terkait lingkup Kementerian
Pertanian, Ditjen. SDA- Kemnetrian PUPR, BMKG, LAPA, KTNA, LSM.
b) Workshop penanganan dampak perubahan iklim (Mitigasi dan Adaptasi)
sektor pertanian di Bali
c) Merevisi dan mengaktifkan kembali Tim Teknis /POKJA Perubahan Iklim
di sektor pertanian (SK. Mentan No. 752/Kpts/OT.160/7/2015)
d) Melakukan sosialisasi implemnetasi teknologi adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim seperti penerapan kalender tanam terpadu (KATAM) dan
inventarisasi perhitungan penurunan emisi GRK pertanian.
e) Melakukan koordinasi, pemantauan, evaluasi dan menyusun laporan e-
monev RAN/RAD-GRK dan RAN-API Bappenas serta penandaan
kegiatan RAN-GRK dan RAN-API Kementerian Keuangan.
f) Menyusun buku penanganan dampak perubahan iklim sektor pertanian.
3) Koordinasi Tindaklanjut Strategi Induk Pembangunan Pertanian
(SIPP) 2015 – 2019
Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045 disusun
sebagai bagian dari pelaksanaan amanat konstitusi untuk mewujudkan
Indonesia yang Bermartabat, Mandiri, Maju, Adil dan Makmur paling lambat
pada tahun 2045.SIPP merupakan kesinambungan dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) 2011-2025. SIPP disusun sebagai arahan sekaligus acuan bagi
seluruh komponen bangsa sehingga seluruh upaya pembangunan bersifat
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 24
sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi dalam satu pola sikap dan pola
tindak dalam mewujudkan konsensus visi, misi, dan arah pembangunan,
khususnya pembangunan pertanian.
4) Penyusunan Revisi Renstra Kementerian Pertanian 2015 -2019
Review Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian tahun
2015 – 2019 merupakan penajaman target-target yang akan dicapai sebagai
konsekuensi logis dari adanya perubahan lingkungan strategis termasuk di
dalamnya adanya Nawa Cita yang harus diakomodir sebagai kebutuhan new
initiatives. Pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana tertuang
dalam review Renstra tersebut akan membutuhkan koordinasi, konsolidasi,
dan sinergi antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah dan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan dunia usaha agar keseluruhan
sumber daya yang ada dapat digunakan secara optimal dan dapat mencapai
kinerja maksimal dalam rangka meningkatkan
B.2. Sub Bidang Penyusunan Program, sebanyak 5 (lima) laporan
Pagu anggaran untuk Subbagian Penyusunan Program tahun 2016
sebesar Rp. 3.665.000.000,- dan pada tahun 2016 Subbagian penyusunan
program mengalami penghematan (self blocking) sebesar Rp. 245.150.000
sehingga pagu setelah dikurangi self blocking sebesar Rp. 3.419.850.000.
Dari pagu setelah dikurangi self blocking, Subbagian penyusunan program
dapat menyerap sebesar Rp. 3.067.580.300,- atau sebesar 89,70% dan
realisasi fisik sebesar 92.92%.
Pelaksanaan Subbagianpenyusunan program tahun 2016 terdiri dari 5 (lima)
yaitu:
1) Koordinasi Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016
Sesuai dengan UU Nomor: 28 Tahun 1999 dan Impres Nomor: 7 Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan
kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja
Instansi sebagai wujud pertanggungjawabannya dalam mencapai misi dan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 25
tujuan organisasi, salah satu yang harus dilakukan adalah menyusun
Rencana Strategis (Renstra) yang selanjutnya harus dipertanggungjawabkan
kepada publik. Untuk mempertanggungjawabkan Renstra, perlu menyiapkan
dokumen lain agar Renstra dapat dinilai keberhasilannya. Dokumen tersebut
antara lain Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK). Penyusunan Perjanjian
Kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) ini merupakan wujud nyata
komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan
integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; menciptakan tolak
ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; sebagai dasar penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan
sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi; sebagai dasar bagi
pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi atas
perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah; dan sebagai dasar
penetapan sasaran kinerja pegawai.
Melihat pentingnya penyusunan Perjanjian Kinerja ini untuk kedepannya
penyusunan PK diarahkan untuk disusun mulai dari level eselon II sampai
level eselon IV, dimana berdasarkan Peraturan Menteri Pendayaagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian
Kinerja disusun satu bulan setelah anggaran diterbitkan.
Untuk Penetapan Kinerja level Kementerian Pertanian telah
ditandatangani dan diserahkan kepada MenPanRB, namun dengan adanya
kebijakan pemotongan anggaran di tahun 2016 menyebabkan terjadinya
pergeseran target sehingga dilakukan revisi Perjanjian Kinerja (PK) 2016 baik
dilevel Kementerian dan level eselon I.
Untuk penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) 2016, Subbagian program
mendapatkan pagu setelah pemotongan self blocking sebesar
Rp. 157.180.000,- dan mampu diserap sebesar Rp. 129.836.000,- atau
sebesar 82.60% dan realisasi fisik sebesar 95.43%.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 26
2) Koordinasi Trilateral Meeting dan Penyusunan Rencana Kerja (Renja)
a) Trilateral Meeting
Ini merupakan hasil pertemuan antara Kementerian Negara
PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran
dan Kementerian Pertanian yang diadakan untuk mensinkronkan program,
prioritas dan pagu indikatif Kementerian. Hasil dari konsuolidasi tiga
Kementerian tersebut akan dijadikan sebagai panduan dalam penyusunan
perencanaan kerja dan target dari masing-masing unit kerja yang ada.
Trilateral Meeting dilaksanakan sebelum menyusun Renja K/L dengan
berpedoman pada Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Keuangan dan
Menteri PPN/Kepala Bappenas mengenai rancanagan awal Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dan Pagu Indikatif. Dokumen ini merupakan hasil
pertemuan antara Kementerian Negara PPN/Bappenas, Kementerian
Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran dan Kementerian Pertanian
yang diadakan untuk mensinkronkan program, prioritas dan pagu indikatif
Kementerian. Hasil dari konsilidasi tiga Kementerian tersebut akan dijadikan
sebagai panduan dalam penyusunan perencanaan kerja dan target dari
masing-masing unit kerja yang ada. Trilateral Meeting dilaksanakan sebelum
menyusun Renja K/L dengan berpedoman pada Surat Edaran Bersama
(SEB) Menteri Keungan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas mengenai
rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Padu indikatif. Untuk
tahun 2016 Kementerian Pertanian berdasarkan dokumen Trilateral Meeting
mendapatkan alokasi sebesar Rp. 25.994.208.685,- Dari besaran tersebut
terbagi dalam Rupiah Murni sebesar Rp. 25.332.299.142,- Penerima Negara
Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 96.390.714,- Badan Layanan Umum (BLU)
sebesar Rp 29.734.141,- Pinjaman Luar Negeri (PLN) sebesar Rp
457.564.688,- dan Hibah Luar Negeri (HLN) sebesar Rp 2.380.000,-.
Dalam dokumen Trilateral Meeting juga membahas terkait dengan
kebutuhan tambahan mendesak (berdasarkan prioritas), untuk rincian
prioritas pagu indikatif belanja non operasional Kementerian Pertanian tahun
2017, telah dilakukan penyempuranaan yang meliputi:
Jumlah alokasi tidak melebihi pagu per program
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 27
Jumlah alokasi indikator tidak melebihi pagu per program
Jumlah alokasi prioritas mencerminkan sebagian besar alokasi program
Memasukkan /indikator prioritas ke dalam prioritas nasional yang
sebelumnya belum teridentifikasi, contoh Reformasi Agraria.
b) Rencana Kerja (Renja) Kementerian Pertanian
Penyusunan Renja ini berpedoman pada Renstra dan mengacu pada
prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif, serta memuat kebijakan,
program dan . Renja dituangkan dalam bentuk aplikasi yang dikirimkan ke
Bappenas pada akhir bulan Maret setiap tahunnya, dan birisis tentang
progam/, sasaran indikator, target dan alokasi. Dokumen Renja tahun 2016
selain dalam bentuk aplikasi, juga dalam bentuk hard copy yang merupakan
print out dari aplikasi Renja. Penyusunan Renja dilakukan bersama dengan
Eselon I lingkup Kementerian Pertanian terutama terkait dengan penetapan
target dan alokasi anggaran.Penyusunan Renja ditetapkan berdasarkan RKP
2016 dan hasil pembahasan Trilateral Meeting.
Alokasi pagu anggaran untuk melaksanakan kegiatan Trilateral
Meeting dan Rencana Kerja (Renja) 2016, dialokasikan sebesar
Rp. 129.825.000,- setelah dikurangi self Blocking dan mampu terserap
sebesar Rp. 98.709.000,- atau sebesar 76% dan realisasi fisik sebesar
77,03%.
3) Penyusunan dan Sosialisasi E-Proposal Untuk Perencanaan 2017
Sejak tahun 2013 Kementerian Pertanian dalam penyampaian proposal
berbasis website (online) yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian.
E-Proposal berbasis website ini diharapkan dapat memudahkan pengelolaan
data dan informasi proposal secara efektif, efisien, akuntabel dan trasnparan.
Tahun 2016 merupakan tahun ke empat Kementerian Pertanian menggunakan
mekanisme e-proposal sebagai sarana bagi pengusulan untuk perencanaan
tahun 2017. Berbagai perbaikan telah dilakukan agar aplikasi e-proposal
dapat lebih mudah digunakan dan lebih bermanfaat bagi perencanaan ke
depan. Tim e-proposal Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 28
perbaikan untuk merespon kebutuhan dan menunjang proses perencanaan
yang lebih baik di Kementerian Pertanian.
Penyempurnaan yang dilakukan pada aplikasi e-proposal tahun 2017
dibandingkan dengan aplikasi tahun sebelumnya antara lain (1) dalam aplikasi
e-proposal 2017 untuk CPCL atau penerima manfaat telah bersinergi dengan
Simluhtan (Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian) yang ada di Badan
Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
(BPPSDMP), (2) untuk menu ada perbaikan disesuaikan dengan program dan
prioritas nasional.
Dalam rangka mensosialisasikan aplikasi e-proposal untuk
perencanaan tahun 2017, Biro Perencanaan mengadakan sosialisasi e-
proposal di provinsi Bali, yang dihadiri SKPD pertanian seluruh provinsi di
Indonesia (34 provinsi) dan seluruh SKPD Kabupaten/Kota se Provinsi Bali.
Untuk melaksanakan penyusunan dan sosialisasi e-proposal untuk
perencanaan 2017, dialokasikan anggaran sebesar Rp 819.975.000,- setelah
self blocking dan penyerapan sebesar Rp. 710.208.900,- atau 86.61% dan
realisasi fisik sebesar 91.47%.
4) Koordinasi Pelaksanaan Pra-Musrenbangtan Tahun 2016
Dalam rangka penyamaan persepsi diantara pusat dan daerah
mengenai konsep pembangunan pertanian ke depan yang berorientasi pada
pengembangan kawasan serta ketahanan pangan dan kesejahteraan petani,
serta sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan e-Musrenbangnas pada tanggal
20 April – 10 Mei 2016 dan Musrenbangnas pada tanggal 11 Mei 2016,
Kementerian Pertanian melakukan Pra-Musrenbangtan pada tanggal 24-26
Mei 2016.
Pelaksanaan Pra-musrenbangtanas ini selain mengakomodir program
dan daerah, juga menyampaikan isu strategis dan target program nasional
2017 yang akan dicapai dalam rangka menudukung tercapainya target
nasional Kementerian Pertanian.
Pelaksanaan Pra-Musrenbangtanas 2016 dilakukan di hotel Novotel,
Banten, dengan dihadiri kurang lebih 1.000 peserta dari seluruh daerah.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 29
Peserta dibagi dalam beberapa kelas dan masing-masing kelas diwakili dari
unit kerja teknis dan Biro Perencanaan.
Untuk melaksanakan ini dialikasikan anggaran sebesar
Rp.1.024.310.000,- setelah self blocking,-, dan diserap sebanyak
Rp.1.017.226.900,- atau sebesar 99.31% dan realisasi fisik sebesar 100%.
5) Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional Tahun
2016
Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian
Nasional dilaksanakan setelah pelaksanaan Pra-Musrenbangtanas.
Musrenbangnas dilaksanakan di Auditorium kantor Kementerian Pertanian
pada tanggal 31 Mei 2016.
Musrenbangtanas ini merupakan finalisasi dari Pra-Musrenbangtanas,
dimana sebelumnya sudah tercapai kesepakatan antara pusat dan daerah
terkait dengan kebutuhan, dimana kebutuhan tersebut merupakan usulan dari
daerah yang disampaikan melalui e-proposal dan telah di bahas pada Pra-
Musrenbangtanas.
Alokasi Musrenbangtanas 2016 sebesar Rp. 444.910.000,- setelah
self blocking dan terserap sebesar Rp. 434.429.000,- atau sebesar 97,64%
dimana realisasi fisik sebesar 100%.
B.3. Sub Bidang Data dan Analisis
1) Laporan Data Base Indikator Makro dan Produksi Pertanian Tahun
2016.
Laporan memuat: 1) Penduduk Indonesia 2016, 2) Ketenagakerjaan
Pertanian, 3) Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku dan
harga konstan tahun 2015, 4) Nilai Tukar Petani (NTP),5) Nilai Ekspor-Impor
Komoditas Pertanian, 6) Inflasi, 7) PMA-PMDN, dan capaian produksi
komoditas pertanian strategis.
2) Laporan Pengolahan dan Penyajian Data Pertanian
Menyajikan tren capaian indikator makro pertanian tahun 2004-2016
(PDB, Tenaga Kerja, Investasi Sektor Pertanian, Neraca Perdagangan Sektor
Pertanian, Nilai Tukar Petani/NTP), dan menyajikan target, luas panen,
produksi dan produktivitas tujuh komoditas utama (padi, jagung, kedelai, gula,
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 30
cabe, bawang merah dan daging sapi). Di samping itu juga melaksanakan
Pelatihan Pengolahan Data dan Informasi yang terkoneksi dengan sistem
informasi digital berbasis Web. Dengan terlatihnya para Perencana pusat dan
daerah, maka data dan informasi yang dibutuhkan pimpinan dapat tersedia
secara cepat, tepat dan akurat.
3) Pengembangan Sistem Basis Data Pertanian Dalam Mendukung
Perencanaan
Menyajikan data laporan triwulanan pembangunan pertanian yang
memuat :
a) Data Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),
b) Lokasi Kekeringan/Kebanjiran,
c) Bantuan Alat dan Mesin Pertanian,
d) Rehabilitasi Jaringan Irigasi,
e) 1000 Desa Pertanian Organik (Unit Pengelolaan Pupuk Organik/UPPO),
dan
f) Data Kelompok Tani Penerima Manfaat, serta
g) Data Produksi dan Produktivitas sayuran dan florikultura. Di samping itu
juga melaksanakan FGD membangun basis data pertanian dalam
rangka menyusun Decision Support System (DSS) perencanaan
pembangunan.
4) Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Pertanian Berbasis
Web.
Menyajikan hasil : (1) Penyempurnaan Web PUG Kementerian
Pertanian, (2) membangun aplikasi E-Musrenbangtan Tahun 2017 dengan
tujuan untuk mempermudah proses pembahasan E-Proposal dengan mitra di
daerah.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 31
5) Analisis dan Informasi Pembangunan Pertanian.
Menyajikan hasil Workshop Forcasting Penentuan Faktor-Faktor
Produksi dengan metode Box-Jenkins di tiga lokasi yaitu (1) Sub Sektor
Tanaman Pangan di Bandung,
(2) Sub Sektor Perkebunan di
Surabaya dan (3) Sub Sektor
Peternakan di Pontianak.
Dengan terlatihnya para
perencana di pusat dan daerah
diharapkan dapat membantu
dalam proses penyelesaian
masalah yang dihadapi
khususnya masalah dalam mengolah data perencanaan pembangunan
pertanian. ini menghasilkan buku panduan Forcasting Faktor-Faktor Produksi
komoditas tanaman pangan, perkebunan dan peternakan dengan metode
Box-Jenkins. Disamping itu juga dilaksanakan rapat koordinasi dalam rangka
pengembangan 1000 desa pertanian organik.
6) Reviu Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Informasi
Hal ini
dilaksanakan dalam
bentuk Workshop
dengan metode Policy
Analisis Matriks (PAM)
sektor pertanian.
Pelaksanaanya di tiga
lokasi yaitu :
a) D.I Yogyakarta untuk subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura;
b) Kota Mataram, NTB untuk subsektor Peternakan dan
c) Kota Makassar, Sulawesi Selatan untuk subsektor Perkebunan.
Dari Workshop tersebut diperoleh tiga buku panduan Policy Analysis
Matriks (PAM) subsektor Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan.
Untuk melaksanakan hal tersebut di atas, Sub Bidang Data dan Analisis
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 32
mendapat anggaran sebesar Rp.2.241.000.000 dengan realisasi keuangan
Rp. 2.136.708.775 atau 95,35 % dan realisasi fisik sebesar 99,32 %.
Secara keseluruhan anggaran di Bagian Kebijakan dan Program
sebesar Rp.11.268.660.000 dan setelah self blocking menjadi
Rp. 10.518.660.000 dan mencapai realisasi keuangan sebesar
Rp. 9.857.133.854 atau 93,71 % dan realisasi fisik sebesar 90,47 %.
C. BAGIAN ANGGARAN TAHUN 2016
Berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) Biro Perencanaan Tahun 2016,
jumlah dokumen Bagian Anggaran sesuai sasaran strategis dan indikator
kinerja sebanyak 19 dokumen. Dari 19 dokumen tersebut terdapat 1 (satu)
dokumen yang tidak terlaksana dikarenakan Penundaan/Penangguhan Revisi
Anggaran Dalam mempercepat Penyelesaian Revisi Penghematan Belanja
K/L APBN-P TA 2016 sesuai Surat Menteri Keuangan Nomor:
S-2124/AG/2016 tanggal 30 Agustus 2016. Alokasi anggaran untuk Bagian
Anggaran sebesar Rp 16.300.000.000,- dengan realisasi sebesar
Rp 15.252.382.459,- (93,57%), sedangkan sisa anggaran sebesar
Rp 1.048.617.541,- (6,43%), Adapun alokasi anggaran setelah penundaan
sebesar Rp 750.000.000 sehingga menjadi Rp 15.550.000.000 dengan
realisasi Rp 15.251.382.459 (98,08%), sisa anggaran sebesar Rp 298.617.541
(1,92%). Pelaksanaan masing-masing dicapai melalui :
C.1. Subbagian Anggaran I sebanyak 10 (sepuluh)dokumen yaitu:
1) Koordinasi Penyusunan APBN Perubahan TA 2016 Lingkup
Kementan.
Capaian dari tersebut adalah selesainya proses APBN Perubahan
(APBN-P) Kementerian Pertanain TA 2016 yang ditandai dengan POK revisi
APBN-P TA 2016 serta laporan penyusunan laporan APBN-P 2016
Kementerian Pertanian. Perubahan APBN-P dilingkup Kementerian Pertanian
secara umum disebabkan adanya kebijakan pemerintahan terkait
penghematan/pemotongan anggaran dan pemblokiran mandiri (self blocking)
terhadap RKA KL semua unit Eselon-1 lingkup Kementerian Pertanian.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 33
Karenanya, alokasi anggaran Kementerian Pertanian menurun dari semula
Rp.31.507.186.127.000,- menjadi Rp.27.584.182.321.400,- atau turun
sebesar Rp.3.923.003.806.000,-. Pada saat bersamaan dan berdasarkan hasil
rapat Panitia Belanja Badan Anggaran DPR RI, selain pemotongan anggaran
tersebut, Kementerian Pertanian mendapat tambahan belanja dari rupiah
murni sebesar Rp.50.000.000.000,-, realokasi anggaran dari BA BUN sebesar
Rp.4.973.742.000,- dan pengurangan anggaran pinjaman luar negeri (drop
loan) sebesar Rp.8.225.000.000,- sehingga pagu APBN-P Kementerian
Pertanian TA 2016 menjadi sebesar Rp.27.630.931.063.000,-.
Akan tetapi alokasi anggaran yang dapat dimanfaatkan sesungguhnya
adalah sebesar Rp.21.692.285.604.000,- karena terdapat self blocking
sebesar Rp.5.938.645.459.000,- dimana anggaran self blocking tersebut tetap
melekat pada total pagu Kementerian Pertanian.
Anggaran mendukung penyusunan APBN-P ini adalah sebesar
Rp.391.245.000,- dan terealisasi sebesar Rp.390.936.180,-(99,92%) dengan
sisa anggaran sebesar Rp.308.820,- (0,08%).
2) Koordinasi dan Penelitian RKA-KL Kementan TA 2017.
Capaian dari ini adalah penyusunan laporan hasil penelitian dan reviu
RKA KL APBN-P TA 2016 lingkup Kementerian Pertanian, laporan hasil
penelitian dan reviu RKA KL pagu anggaran sampai dengan pagu alokasi
anggaran lingkup Kementerian Pertanian TA 2017. Alokasi anggaran untuk ini
sebesar Rp. 1.309.570.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 1.305.634.450,-
(99,70%) dan sisa anggaran sebesar Rp. 3.935.550,- (0,30 %).
3) Penyusunan Rancangan APBN Lingkup KementanTahun 2017.
a) Rancangan APBN Pagu Anggaran Lingkup Kementan Tahun
2017.Capaian dari ini adalah terselenggaranya rapat-rapat koordinasi
antar Eselon-1 dan antar lembaga (mitra kerja Komisi IV DPR RI) terkait
penyusunan rancangan APBN Pagu Anggaran TA 2017 dan ditandai
konsep rancangan progam dan Pagu Anggaran lingkup Kementerian
Pertanian TA 2017. Alokasi anggaran untuk ini sebesar
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 34
Rp.138.610.000,- dan terealisasi sebesar Rp.137.832.900,- (99,44%) dan
sisa anggaran sebesar Rp. 777.100,- (0,56%).
b) Penyusunan Rancangan APBN Pagu Alokasi Anggaran Lingkup
Kementan TA 2017. Capaian dari ini adalah terselenggaranya rapat-
rapat koordinasi antar Eselon-1 dan antar lembaga (mitra kerja Komisi IV
DPR RI, Ditjen Anggaran, Bappenas) terkait penyusunan rancangan
APBN 2017 pagu alokasi anggaran dan ditandai dengan rancangan
program dan APBN TA 2017 sebagai tindak lanjut pagu anggaran
lingkup Kementerian Pertanian TA 2017. Alokasi anggaran untuk ini
sebesar Rp.477.460.000,- dan terealisasi sebesar Rp.475.657.346,-
(99,62%) dan sisa anggaran sebesar Rp.1.802.654,- (0,38%).
4) Identifikasi Hasil Revisi DIPA dan POK 2016.
Capaian dari ini adalah terlaksananya koordinasi terkait revisi
DIPA/POK dan teridentifikasinya permasalahan-permasalahan revisi DIPA dan
POK 2015 pada satker lingkup Biro Perencanaan, lingkup Sekretariat Jenderal
dan lingkup Kementerian Pertanian. Tahun 2016, frekuensi revisi anggaran
baik DIPA maupun POK cukup tinggi. Revisi ini dapat disebabkan karena:
kesalahan administratif dengan adanya perubahan nama Pejabat Pengelola
Keuangan, pergeseran anggaran antar belanja, perubahan volume output,
perubahan nomenklatur, pergeseran anggaran pada akun yang sama,
penyesuaian akun belanja dan kebijakan pemerintah (Kebijakan refocusing
dan anggaran lingkup Kementerian Pertanian).
Revisi DIPA lingkup Kementerian Pertanian TA 2016 antara lain
disebabkan kebijakan APBN Perubahan dampak dari
penghematan/pemotongan anggaran dan kebijakan Pemerintah terkait
pemblokiran mandiri (self blocking) anggaran. Alokasi anggaran untuk ini
sebesar Rp.524.550.000,- dan terealisasi sebesar Rp.524.209.580,- (99,92%)
dan sisa anggaran sebesar Rp.440.420,- (0,08%).
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 35
5) Workshop Penyusunan Anggaran Kementan Berbasis Kinerja TA
2017.
Capaian dari ini adalah terselenggaranya pertemuan/workshop
koordinasi lingkup Kementerian Pertanian dalam rangka persiapan
penyusunan rancangan APBN 2017 lingkup Kementerian Pertanian.Alokasi
anggaran untuk ini sebesar Rp.176.325.000,- dan terealisasi sebesar Rp.
175.145.000,- (99,33%) dan sisa anggaran sebesar Rp. 1.180.000,- (0,67%).
6) Koordinasi Perencanaan Administrasi Anggaran 2016
a) Koordinasi Pembinaan Anggaran TA 2016.
Capaian dari ini adalah terlaksananya rapat–rapat koordinasi di Pusat
dan Daerah terkait dengan perencanaan anggaran dan pembinaan teknis
pengelolaan anggaran pembangunan pertanian di daerah,sosialisasi
pedoman, rapat-rapat koordinasi dalam rangka pembinaan terkait
perencanaan penganggaran dan pelaksanaannya sesuai peraturan yang
berlaku, percepatan serapan anggaran dan perbaikan permasalahan
administrasi sistem penganggaran pembangunan pertanian. Adapun
alokasi anggaran ini adalah sebesar Rp.2.603.565.000,- dan terealisasi
sebesar Rp. 2.553.289.695,- (98,07%) dan sisa anggaran sebesar Rp
50.275.305,- (1,93%).
b) Koordinasi Pengelolaan Administrasi Bagian Anggaran.
Capaian ini adalah rapat-rapat koordinasi lintas bagian di Biro
Perencanaan, lintas Biro/Pusat di Sekretariat Jenderal dan lintas lembaga
dalam rangka pembinaan dan pemantauan pelaksanaan serta
pertanggungjawaban keuangan maupun fisik di Biro Perencanaan dan
Sekretariat Jenderal. Adapun alokasi anggaran ini adalah sebesar
Rp.227.250.000,- terealisasi sebesar Rp. 227.015.000,- (99,90%), sisa
anggaran sebesar Rp 235.000 (0,10%).
7) Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Pembangunan Pertanian TA.
2016 dan Rakersus.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 36
a) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan PertanianTahun 2017
dirancang untuk dilaksanakan pada tanggal 4-5 Januari 2017 bertempat
di Hotel Bidakara Jakarta. Tema Rakernas adalah “Bangun Lahan
Tidur untuk Meningkatkan Ekspor dengan Pembangunan
Infrastruktur Pertanian”. Direncanakan acara akandibuka oleh
Presiden RIdan Menteri Pertanian melaporkan kinerja pembangunan
pertanian yang telah dicapai selama dua tahun terakhir. Peserta Rapat
Kerja Nasional Pembangunan Pertanian + 2.000 orang adalah peserta
dari daerah dan pusat. Peserta daerah yaitu para Kepala Dinas/Badan
lingkup Pertanian provinsi seluruh Indonesia, Kepala Dinas
Kabupaten/Kota seluruh Indonesia yang mendapat anggaran (DIPA)
Kementerian Pertanian, Komandan Korem/Kodim wilayah sentra
produksi pangan, Kepala UPT-Pusat yang ada di daerah, dan Tim
Penggerak PKK Provinsi dan Kabupaten/Kota. Peserta Pusat yaitu
perwakilan dari asosiasi pertanian, seperti PT Pupuk Indonesia Holding
Company (PIHC), PT Sang Hyang Seri (SHS) dan PT Pertani, PT.
Berdikari, dll, Para Staf Ahli Menteri, Para Pakar dan Konsultan, para
Pejabat Eselon-1 dan Eselon-2 lingkup Kementerian Pertanian, Kepala
Bagian Perencanaan dan Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan
lingkup Kementerian Pertanian, para Kepala Bagian dan Kepala
Subbagian serta para Pejabat Fungsional Perencana lingkup Biro
Perencanaan. Rakernas diselenggarakan dalam bentuk pengarahan
dari 19 Kementerian/Lembaga dan panel diskusi oleh 9 (sembilan)
Eselon-1.
b) Rakernas Pembangunan Pertanian Tahun 2017dirancang dalam format
pengarahan dari sembilan Kementerian/Lembaga yaitu Menteri
Perdagangan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Menteri BUMN, Menteri Koordintor Bidang Perekonomian, Panglima
TNI, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepala Staf Angkatan
Darat, dan Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat. Selain
pengarahan dan panel diskusi, dihadapan Presiden RI dan para
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 37
Menteri direncanakan sesi penandatangan kontrak pengadaan barang
dan jasa lingkup Kementerian Pertanian senilai Rp.31,1 triliun oleh
pihak Kementerian Pertanian dan Penyedia Barang/Jasa termasuk
pengadaan pupuk dan benih bersubsidi.
c) Tahun 2016, ini masih dalam tahap persiapan dan acara resmi
diselenggarakan pada tanggal 4-5 Januari 2017, oleh kena itu sebagian
besar persiapan harus dituntaskan di tahun ini. Alokasi anggaran
inisebesar Rp. 336.180.000,- dan Realisasi anggaran sebesar Rp.
213.125.000,- (63,40%) sedangkan sisa anggaran adalah Rp.
123.055.000,- (36,60%).
d) Workshop Percepatan Pelaksanaan Program, dan Anggaran Tahun
2016. Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Harian Kompas
dalam penyelenggaraan Forum Pertanian 2016. Forum Pertanian
dilaksanakan pada tanggal 29 September 2016 bertempat di Hotel
Bidakara Jakarta. Tema Forum Pertanian adalah “Peran Sektor
Pertanian dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”. Acara
akandibuka oleh Menteri Pertanian RI.Peserta Forum Pertanian terdiri
dari Pusat dan daerah. Peserta daerah yaitu para Kepala Dinas/Badan
lingkupPertanian provinsi seluruh Indonesia. Peserta Pusat yaitu
perwakilan dari asosiasi pertanian, Para Staf Ahli Menteri, Para Pakar
dan Konsultan, para Pejabat Eselon-1 dan Eselon-2 lingkup Kementerian
Pertanian, para Kepala Bagian dan Kepala Subbagian serta para Pejabat
Fungsional Perencana lingkup Biro Perencanaan. Forum Pertanian
dirancang dalam presentasi dan diskusi dari narasumber yaitu Menteri
Perdagangan RI, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan
Indonesia, Ketua Umum Dewan Pembina DPP APTRI, Akademisi Institut
Pertanian Bogor. Alokasi anggaran ini sebesar Rp. 927.516.000,- dan
Realisasi anggaran sebesar Rp. 922.407.500,- (99,45%) sedangkan sisa
anggaran adalah Rp. 5.108.500,- (0,55%).
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 38
8) Penyusunan Standar Biaya Keluaran Kementerian Pertanian Tahun
2017.
Capaian kinerja ini adalah tersusunnya Standar Biaya Keluaran (SBK)
Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2017 yang telah ditetapkan melalui
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.02/2016 tanggal 30 Juni
2016.Standar Biaya KeluaranKementerian Pertanian yang sudah ditetapkan
sebanyak 214 SBK, terdiri dari: Sekretariat Jenderal sebanyak 4 SBK,
Inspektorat Jenderal sebanyak 18 SBK, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
sebanyak 4 SBK, Direktorat Jenderal Hortikultura sebanyak 11 SBK, Direktorat
Jenderal Perkebunan sebanyak 33 SBK, Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan sebanyak 4 SBK, Direktorat Jenderal Sarana dan
Prasarana sebanyak 4 SBK, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
sebanyak 21 SBK, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
sebanyak 97 SBK, Badan Ketahanan Pangan sebanyak 9 SBK dan Badan
Karantina Pertanian sebanyak 9 SBK.
Alokasi anggaran ini sebesar Rp. 210.710.000,- dan realisasi anggaran
sebesar Rp. 210.076.450,- (99,70%) sedangkan sisa anggaran sebesar
Rp.633.550,- (0,30%).
9) Penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN 2017 Lingkup
Kementerian Pertanian.
Capaian dari ini adalah Bahan Nota Keuangan dan Rancangan APBN
2017 Kementerian Pertanian yang berisikan: 1) Pelaksanaan program,
kebijakan dan realisasi APBN 2011-2015 yang mencakup: a) Kinerja
perkembangan produksi komoditas pertanian; b) Kinerja capaian indikator
makro pertanian; c) Kinerja pendukung peningkatan produksi pertanian; d)
Pengawasan pelaksanaan anggaran dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah yang bersih dan akuntabel; dan 2). Rancangan APBN 2017 yang
mencakup: a) Sasaran dan target pembangunan pertanian, b) Program dan
rencana prioritas; c) Anggaran pembangunan pertanian; dan d) Rencana
Penerimaan Negara Bukan Pajak. Alokasi anggaran ini sebesar
Rp.67.560.000,- dan realisasi anggaran sebesarRp.67.236.800,- (99,52%)
sedangkan sisa anggaran sebesar Rp. 323.200,- (0,48%).
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 39
10) Penyusunan Database Satker DIPA Kementerian Pertanian TA
2016.
Capaian ini adalah melakukan rekapitulasi jumlah DIPA Satuan Kerja
lingkup Kementerian Pertanian TA 2017 sebagai dokumen pelaksanaan
anggaran pembangunan pertanian baik pusat maupun daerah. Berdasarkan
data jumlah DIPA Satker Kementerian Pertanian cenderung menurun setiap
tahun. Tahun 2011, jumlah DIPA Satker 2.455, tahun 2012 turun menjadi
1.703 DIPA, tahun 2013 turun menjadi 1.307 DIPA Satker, tahun 2014 naik
menjadi 1.440 DIPA Satker, tahun 2015 turun menjadi 1.384 DIPA Satker, dan
tahun 2016 turun menjadi 1.077 DIPA Satker, namun jumlah DIPA Satker
kembali naik pada saat pengurangan pagu dalam APBN-P, menjadi 1.103
DIPA Satker. Perubahan jumlah DIPA Satker mengindikasikan peluang
permasalahan aset BMN, selain itu berpeluang terjadi permasalahan adanya
Satker in-aktif. Alokasi anggaran ini adalah sebesar Rp.132.120.000,- dan
realisasi anggaran sebesar Rp.130.915.800,- (99,09%) sedangkan sisa
anggaran sebesar Rp.1.204.200 (0,91%).
C.II. Subbagian Anggaran II sebanyak 6 (enam) dokumen yaitu:
1) Koordinasi dan Identifikasi Anggaran Subsidi, Kredit Program dan
Asuransi Pertanian.
Capaian dari ini adalah rekomendasi pemanfaatan subsidi (pupuk dan
benih)dan asuransi pertanian serta perencanaan anggaran subsidi (pupuk dan
benih) dan asuransi pertanian. ini dilaksanakan dalam bentuk FGD (Focus
Group Decision) di beberapa Kabupaten terpilih. FGD subsidi (pupuk dan
benih) dilaksanakan di 4 Provinsi yaitu: Jawa Tengah (Kab. Pati dan
Kab.Kendal), Sulawesi Tengah (Kab.Palu dan Kab.Sigi), Sumatera Utara
(Kab.Deli Serdang dan Kab.Batubara) dan Kalimantan Selatan (Kab.Tapin dan
Kab. Barito Kuala) sedangkan FGD Asuransi Usaha Tani Padi dilaksanakan di
2 Provinsi yaitu: Banten (Kab. Tangerang), Sulawesi Selatan (Kab.Gowa).
Alokasi anggaranuntuk ini sebesar Rp. 502.115.000,- dan realisasi anggaran
sebesar Rp. 466.967.000,- (93,%) sedangkan sisa anggaran adalah
Rp.35.148.000,- (7%);
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 40
2) Workshop Regional Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian
Tahun 2016.
Workshop ini dilaksanakan di dua wilayah, yaitu wilayah Timur
bertempat di Hotel Grand Pasundan - Bandung pada tanggal 16 – 18 Maret
2016 dihadiri oleh peserta wilayah Indonesia bagian timur sebanyak 750 orang
terdiridari Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Maluku,
Maluku Utara, Papua, Papua Barat.
Sedangkan untuk wilayah barat bertempat di Hotel Grand City –
Makassar pada tanggal 22 – 24 Maret 2016 dihadiri oleh peserta wilayah
indonesia bagian barat sebanyak 750 orang terdiri dari Provinsi Aceh,
Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumsel,
Babel, Lampung, Jabar, Banten, Jateng, DI. Yogjakarta dan Jawa Timur.
Alokasi anggaran ini sebesar Rp.1.934.377.000,- dan realisasi
anggaran sebesar Rp. 1.931.443.108,- (99,85%) sedangkan sisa anggaran
sebesar Rp. 2.933.892,- (0,15%).
3) Penyusunan Data Teknis DAK Bidang Pertanian APBN-P 2016 dan
2017
Capaian dari ini adalah : tersusunnya form proposal DAK Bidang
Pertanian dan data teknis DAK Bidang Pertanian Tahun 2017 serta
tersusunnya target output dan validasi data teknis DAK Bidang Pertanian
Tahun 2017. Data teknis tersebut akan digunakan dalam pengalokasian
anggaran. Adapun anggaran ini sebesar Rp 421.503.000,-, dan realisasi
anggaran sebesar Rp. 420.591.700,- (99,78%) sedangkan sisa anggaran
sebesar Rp. 911.300,- (0,23%).
4) Penyusunan Juknis Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian APBN-P
2016 dan 2017.
Capaian dari ini adalah : terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
38/Permentan/RC.240/8/2016 tanggal 22 Agustus 2016 Tentang Revisi
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 41
Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kedaulatan
Pangan, Sub Bidang Pertanian Tahun 2016 dan terbitnya Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 66/Permentan/RC.240/12/2016 tanggal 19 Desember 2016
Tentang Petunjuk Operasional Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Pertanian Tahun 2017. Adapun anggaran ini sebesar Rp
273.200.000,-, dan realisasi anggaran sebesar Rp. 269.965.600,- (98,82%)
sedangkan sisa anggaran sebesar Rp. 3.234.400,- (1,18%).
5) Workshop Penelaahan RKA DAK Bidang Pertanian Tahun 2017.
Penelaahan RKA Bidang Pertanian Tahun 2017 yang diadakan
dilaksanakan di Hotel Grand Pasundan - Bandung pada tanggal 22 – 24
Nopember 2016 dengan peserta Bappeda dan Dinas Pertanian Lingkup
Provinsi serta Bappeda dan Dinas Pertanian Lingkup Kabupaten/Kota. ini
menghasilkan output Dokumen RKA DAK Bidang Pertanian Tahun 2017 untuk
Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan Petunjuk Operasional
Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian Tahun 2017.
Adapun anggaran ini sebesar Rp. 1.221.162.000,-danrealisasi
anggaran sebesar Rp. 1.214.886.750,- (99,49%) sedangkan sisa anggaran
sebesar Rp. 6.275.250,- (0,51%).
6) Sosialisasi Draft Juknis DAK Bidang Pertanian Tahun 2017
Capaian ini tidak dapat terlaksana di karenakan
Penundaan/Penangguhan Revisi Anggaran Dalam mempercepat
Penyelesaian Revisi Penghematan Belanja K/L APBN-P TA 2016 sesuai Surat
Menteri Keuangan Nomor: S-2124/AG/2016 tanggal 30 Agustus 2016,
sehingga output dari ini tidak tercapai. Adapun anggaran ini sebesar
Rp. 224.982.000,-.
C.3. Subbagian Tata Usaha Biro sebanyak 3 (tiga) dokumen yaitu :
1) Pelaksanaan Kesekretariatan Fungsional Perencana Kementerian
Pertanian.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 42
Capaian ini terselenggaranya Apresiasi Jabatan Fungsional
Perencana Lingkup Kementerian Pertanian dengan narasumber dari
Bappenas yang membidangi Jabatan Fungsional Perencana dan dari Biro
Kepegawaian Kementan serta menjalankan fungsi administrasi dan
pembinaan bagi Jabatan Fungsional Perencana di Kementerian Pertanian.
Adapun anggaran ini sebesar Rp. 407.760.000,- dan realisasi anggaran
sebesar Rp. 275.343.000,- (67,53%) sedangkan sisa anggaran sebesar
Rp.132.417.000,- (32,47%).
2) Pelaksanaan Sistem Akuntasi Instansi serta Pengujian dan
Penerbitan Surat Perintah Membayar Satker Biro Perencanaan
Adapun capaian ini adalah :
a) Tersusunnya laporan keuangan Biro Perencanaan tahun 2016 yang
isinya memuat informasi mengenai Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Catatan atas Laporan Keuangan;
b) Tersusunnya Laporan Barang Milik Negara (BMN) Satker Biro
Perencanan Tahun 2016, yang menyajikan informasi aset tetap,
persediaan, dan lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang
milik negara serta laporan manajerial lainnya.
c) Tersusunnya laporan PPSPM triwulanan Tahun 2016 yang isinya
memuat pengajuan SPM dan rekap SP2D dari KPKN.
d) Terselenggaranya pembekalan pengelola administrasi keuangan Lingkup
Biro Perencanaan Tahun 2016 dengan narasumner dari Biro
Perencanaan dan Biro Keuangan.
Adapun anggaran ini sebesar Rp. 274.010.000,- dan realisasi anggaran
sebesar Rp. 219.717.600,- (80,19%) sedangkan sisa anggaran sebesar Rp.
54.292.400,- (19,81%).
3) Pengelolaan Administrasi Keuangan Satker Biro Perencanaan
Laporan ini merupakan salah satu yang menjadi fungsi inti Subbagian
Tata Usaha. bersifat administratif dan fasilitatif yang meliputi urusan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 43
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan dan rumah tangga Biro
Perencanaan.Adapun capaian ini adalah :
a) Tersusunnya laporan pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan
satker Biro Perencanaan yang isi nya memuat laporan SILABI, realisasi
keuangan satker Biro Perencanaan, pelaksanaan workshop/sosialisasi
peraturan/undang-udang.
b) Terlaksananya peningkatan kapasitas pegawai lingkup Biro
Perencanaan Tahun 2016 pada tanggal 12-13 Mei di Jambuluwuk Resort
Ciawi, Bogor, Jawa Barat yang diikuti sebanyak 130 orang yaitu seluruh
Kepala Bagian dan Kepala Subbagian serta para Staf Fungsional Khusus
dan Umum Lingkup Biro Perencanaan dan mitra kerja di Biro
Perencanaan. Adapun sebagai narasumner adalah Pejabat Eselon II dan
III lingkup Biro Perencanaan.
c) Terlaksananya Fasilitasi Rapat Koordinasi Biro Perencanaan Tahun
2016 pada tanggal 29-30 April 2016 bertempat di Hotel Lor In Sentul,
Bogor Jawa Barat yang diikuti Kepala Biro Perencanaan, Pejabat Eselon
III dan Pejabat Eselon IV Lingkup Biro Perencanaan serta Pejabat
Fungsional Perencana dan Pejabat Fungsional Umum lingkup Biro
Perencanaan. Adapun Narasumber adalah Bappenas (Dir. Pangan dan
Pertanian), Kepala Biro Perencanaan, Kepala Bagian Anggaran, Kepala
Bagian Perencanaan Wilayah dan Kepala Bagian Evaluasi dan
Pelaporan.
d) Tersosialisasinya E-Personal di Lingkup Biro Perencanaan ini
diselenggarakan pada tanggal 27 Agustus 2016 di Gedung PIA dengan
narasumber dari Biro Kepegawaian.
e) Terlaksananya Rapat Kerja di Lingkup Biro Perencanaan pada tanggal
17 Juni 2016 di Hotel Gumilang, Lembang Jawa Barat dan dilanjutkan
Field Trip ke Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dengan narasumber dari
Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Kepala Biro Perencanaan,
Kepala Bagian Lingkup Biro Perencanaan.
f) Terlaksananya penyebaran informasi melalui Bulletin Perencanaan
Pembangunan Pertanian sebanyak 2 (dua) Volume.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 44
g) Terlaksananya fungsi administrasi kepegawaian lingkup Biro
Perencanaan yaitu :
h) Kenaikan pangkat reguler di lingkup Biro Perencanaan pada periode April
sejumlah 3 pegawai dan pada periode Oktober 6 pegawai
i) Mengikuti ujian dinas (penyesuaian Ijasah) 2 pegawai
j) Laporan Koordinasi Pengelolaan Administrasi Satker Biro Perencanaan
Koordinasi Pengelolaan Administrasi Satker Biro Perencanaan
dilaksanakan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan administrasi
keuangan di Biro Perencanan.
k) Laporan Koordinasi Pengelolaan Administrasi Bagian Anggaran
l) ini dilaksanakan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan administrasi
keuangan di Bagian Anggaran.Adapun anggaran ini sebesar Rp.
3.518.230.000,- dan realisasi anggaran sebesar Rp. 3.368.941.700.000,-
(95,76%) sedangkan sisa anggaran sebesar Rp. 149.288.300,- (4,24%).
m) lain yang bersifat administratif dan penyediaan sarana yang secara tidak
langsung mendukung kelancaran pelaksanaan dan pencapaian sasaran
strategis di Biro Perencanaan, sebanyak 2 (dua) yang terdiri dari:
Layanan Perkantoran, Subbagian Tata Usaha Biro Perencanaan
sebagai pengelola administrasi kepegawaian dan keuangan Biro
Perencanaan, pada tahun 2016 telah melaksanakan pembayaran
tunjangan pegawai dan penyelenggaraan operasional dan
pemeliharaan perkantoran lingkup Biro Perencanaan, selama 1
tahun (12 bulan).
Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi serta
pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran, untuk memenuhi
sarana kerja dan bentuk apresiasi Biro Perencanaan dalam
mendukung terciptanya efisiensi dan efektifitas kerja pegawai Biro
Perencanaan
D. BAGIAN EVALUASI DAN PELAPORAN TAHUN 2016
Berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) Biro Perencanaan Tahun 2016,
jumlah capaian kegiatan Bagian Evaluasi dan Pelaporan sesuai sasaran
strategis dan indikator kinerja sebanyak 19 dokumen/laporan. Alokasi
anggaran untuk Bagian Evaluasi dan Pelaporan tahun 2016 sebesar
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 45
Rp10.450.000.000,- di dalamnya termasuk pagu kegiatan administrasi sebesar
Rp. 911.145.000,-. Realisasi anggaran Bagian Evaluasi dan Pelaporan tahun
2016 sebesar Rp 10.076.908.041,- (96,43%), dan sisa anggaran sebesar Rp
373.091.959,- (3,57%).
Capaian keluaran pelaksanaan kegiatan Bagian Evaluasi dan
Pelaporandi tiga Subbagian masing-masing sebagai berikut.
D.1. Subbagian Evaluasi Pelaporan I
Subbagian Evaluasi Pelaporan I tahun 2016 mendapat alokasi
anggaran sebesar Rp. 4.895.114.000,- dengan realisasi sebanyak Rp.
4.612.072.796,- (94,22). Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan sebanyak
lima kegiatan meliputi :
1) Workshop Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Pertanian dengan
Aplikasi PMK 249/2011
Amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA/PB menyusun Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga tahun berikutnya
berdasarkan prestasi kerja yang dicapai. Untuk mewujudkan hal tersebut
diperlukan pemantauan dan evaluasi terhadap capaian prestasi kerja. Dalam
rangka mempermudah pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
pembangunan pertanian, Biro Perencanaan pada tahun 2004 memfasilitasi
pelaporan Kementan dengan satu aplikasi yang disebut SIMONEV Kementan.
Pada tahun 2010 terbit
Peraturan Pemerintah No 90
Tahun 2010 yang
mengamanatkan:
a) Penyusunan RKA-K/L harus
menggunakan pendekatan
RPJM, penganggaran terpadu, dan Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK), serta menggunakan instrumen Indikator Kinerja, Standar Biaya,
dan Evaluasi Kinerja;
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 46
b) Menteri/Pimpinan Lembaga melakukan pengukuran dan evaluasi Kinerja
atas pelaksanaan RKA-K/L tahun sebelumnya dan tahun anggaran
berjalan, paling sedikit terdiri atas tingkat Keluaran, capaian Hasil, tingkat
efisiensi, konsistensi antara perencanaan dan implementasi, dan
realisasi penyerapan anggaran;
c) Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing
melakukan pemantauan atas pencapaian kinerja Kementerian/Lembaga;
d) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L tahun
sebelumnya dan tahun anggaran berjalan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan penerapan ganjaran dan sanksi dalam penetapan
Pagu Anggaran Kementerian/Lembaga.
e) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengukuran dan evaluasi kinerja atas
pelaksanaan RKA-K/L diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan (No
249/PMK.02/2011).Maka berdasarkan peraturan tersebut, Kementerian
Keuangan membuat sistem pelaporan berbasis aplikasi yang disebut
Aplikasi Pelaporan Monev Anggaran berbasis kinerja dengan nama
populer Aplikasi pelaporan PMK 249/2011 dan diujicoba pelaksanaannya
pada tahun 2012 di seluruh K/L.
Dengan terbitnya sistem aplikasi pelaporan PMK 249/2011, maka pada
tahun 2013, Aplikasi SIMONEV Kementan berintegrasi dengan Aplikasi PMK
249/2011 secara bertahap. Pada tahun 2014 kedua sistem pelaporan berbasis
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 47
aplikasi tersebut terintegrasi secara penuh. Pejabat/petugas di satker hanya
diwajibkan mengisi realisasi dan data-data pada satu aplikasi yaitu Aplikasi
PMK 249/2011 yang telah disempurnakan.
Pada tahun 2016 Workshop Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Pertanian dengan Aplikasi PMK 249/2011diselenggarakan di Hotel Soechi
Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 30-31 Maret 2016,
dengan tujuan adalah:
a) Mengimplementasikan Aplikasi MonevTahun2016 secara online
terintegrasi dengan PMK 249;
b) Meningkatkan koordinasi antara petugas pemantauan dan
evaluasidengan petugas perencanaan dan pelaporan keuangan;
c) Merumuskan masukan penyempurnaan aplikasi di masa yang
akandatang;
d) Meningkatnya pemahaman peserta dalam mengaplikasikanMonev Tahun
2016;
e) Meningkatnya kualitas laporan pemantauan dan evaluasi pada satker
daerah dan pusat;
f) Terfasilitasinya pelaporan dari Satker ke Pusat lebih lancar, cepat, efektif,
dan efisien
Petugas yang mendapatkan training workshop adalah petugas
pengelola monitoring dan evaluasi satker SKPDprovinsilingkup pertanian.
Metode yang digunakan dalam penyelenggaraan Workshop Aplikasi
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Pertanian 2016ini adalah metode
Training of Trainer (ToT). Petugas yang telah mengikuti ToT ini diberikan
kewajiban untuk memberikan training kepada Petugas Satker di
Kabupaten/Kota di Provinsinya masing-masing.
Keluaran yang dicapai dari workshop dimaksud adalah terselenggara
dan tersusunnya Laporan Pelaksanaan Workshop Aplikasi Monitoring dan
Evaluasi Pembangunan Pertanian Tahun 2016.
2) Workshop Sistem Pelaporan Monitoring dan Evaluasi
Pembangunan Pertanian Tahun 2016
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 48
Pelaksanaan Workshop Sistem Pelaporan Monitoring dan Evaluasi
Pembangunan Pertanian Tahun2016 diselenggarakan di lima provinsi yaitu :
a) Provinsi Aceh, bertempat di Hotel Grand Nanggroe, Kota Banda Aceh,
Tanggal 17 s.d. 20 Mei 2016;
b) Provinsi Kalimantan Selatan, bertempat di Hotel Banjarmasin
Internasional Kota Banjarmasin pada tanggal 20-21 Mei 2016
c) Provinsi Maluku, bertempat di Hotel Everbright Kota Ambon pada tanggal
27 s.d. 28 Mei 2016
d) Provinsi Nusa Tenggara Timur, bertempat di Hotel Aston Kota Kupang
pada tanggal 1 s.d. 4 Juni 2016.
e) Provinsi Lampung, bertempat di Hotel Arinas, Kota Bandar Lampung
pada tanggal 2 s.d. 3 Juni 2016
Penentuan lokasi berdasarkan provinsi yang memiliki jumlah satker
tertinggi lingkup pertanian dan memiliki permasalahan pelaporan monev.
Peserta yang menghadiri Workshop adalah pejabat/petugas yang menangani
evaluasi dan pelaporan dari SKPD lingkup pertanian kabupaten/kota dan
provinsi serta UPT Pusat yang berada di wilayah lokasi workshop.
Workshop Sistem Pelaporan Monev Tahun 2016 bertemakan
“Peningkatan Kinerja Evaluasi Pembangunan Pertanian Mendukung
Pencapaian Swasembada Pangan dan Peningkatan Produksi Komoditas
Starategis”. Sedangkan tujuan penyelenggaraan Workshop adalah:
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 49
a) Melakukan bimbingan teknis implementasi sistem pelaporan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dengan menggunakan aplikasi
PMK 249/2011;
b) Melakukan bimbingan teknis implementasi sistem pelaporan Dana
Alokasi Khusus (DAK) dengan menggunakan e-monev DAK Tahun 2016;
c) Memantau pelaporan Dekon/TP dan DAK melalui e-monev.
Keluaran dari penyelenggaraan Workshop ini adalah :
a) Laporan hasil pelaksanaan workshop Sistem Pelaporan Monev program
pembangunan pertanian yang didukung dengan Dana
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dan DAK Tahun 2016;
b) Meningkatnya kapasitas pengelola aplikasi e-monev Dekon/TP dan DAK;
c) Laporan dapat disampaikan dengan tertib, cepat, akurat, efektif dan
efisien
3) Rapat Koordinasi Sitem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) Kementerian Pertanian Tahun 2016
Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good
governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk
mewujudkan tujuan serta cita-cita bangsa dan negara.
Untuk itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas, terukur, transparan dan akuntabel
sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna dan taat pada peraturan
perundangan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 50
Amanat
Ketetapan Majelis
Permusyawaratan
Rakyat Republik
Indonesia Nomor
XI/ MPR/1998
tentang
Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas Korups i , Ko lus i dan Nepot isme ,
ditindaklanjuti dengan Perpres 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Perpres dimaksud mengamanatkan pelaksanaan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud
pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan
organisasi.
Rapat Koordinasi
SAKIP Kementerian
Pertanian tahun 2016
diselenggarakan di Hotel
Prime Park Hotel Kota
Bandung, Jawa Barat
pada tanggal 29 s.d. 30
November 2016. Peserta SAKIP terdiri dari Bagian Evaluasi dan Pelaporan
Eselon I dan Unit Kerja Mandiri lingkup Kementerian Pertanian.
Rakor SAKIP Kementan tahun 2016 diselenggarakan guna
mengkoordinasi pengelolaan SAKIP lingkup Kementerian Pertanian dapat
tertata dengan baik; menyeragamkan pemahaman terhadap aturan yang ada;
komitmen bersama agar pengelolaan SAKIP dapat berjalan sesuai yang
diharapkan.
Dengan mengusung tema “Pengelolaan SAKIP Mendorong
Peningkatan Kinerja Pembangunan Pertanian”, Rapat Koordinasi SAKIP
Lingkup Kementerian Pertanian tahun 2016 bertujuan sebagai berikut :
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 51
a) Sosialisasi Permentan No. 50 Tahun 2016, tentang Pengelolaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Lingup Kementerian
Pertanian.
b) Penyamaan persepsi dalam pengelolaan SAKIP Lingkup Kementerian
Pertanian.
c) Peningkatan Sumberdaya Manusia pengelola SAKIP Lingkup
Kementerian Pertanian.
Keluaran dari penyelenggaraan Rapat Koordinasi SAKIP Kementerian
Pertanian tahun 2016 ini adalah :
a) Pengelolaan SAKIP Lingkup Kementerian Pertanian tahun 2016 lebih
tertata;
b) Peningkatan Sumberdaya Manusia pengelola SAKIP Lingkup
Kementerian Pertanian;
c) Tersusunya laporan Rakor SAKIP Kementan 2016.
4) Penyusunan Laporan Capaian Rencana Aksi Kementan
ini terdiri dari:
a) Input
Data/Informasi/Laporan
pada Aplikasi Sispan
Kantor Staf Kepresidenan
(KSP) terhadap Rencana
Aksi yang dipantau oleh
KSP, yang kemudian
diverifikasi oleh Lembaga/Instansi terkait,
b) Pemantauan/ kunjungan lapang secara sampling terhadap yang
dipantau menggunakan SisPan KSP. Sebelum penginputan data
dilakukan rapat persiapan pelaporan sebulan sebalum dilakukan
ppembukaan Aplikasi SisiPan KSP.
Rencana aksi yang dipantau oleh KSP, yaitu:
a) Prioritas/Janji Presiden, meliputi : a. Perluasan Areal dan Pengelolaan
Lahan Pertanian, penanggung jawab Ditjen PSP; b. Pilot Pemanfaatan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 52
Lahan kering untuk Tanaman Pangan di 8 provinsi, penanggung jawab
Tanaman Pangan; c. Pengembangan Jaringan Irigasi Tertier,
penanggung jawab Ditjen PSP; d.Kelembagaan Petani yang Difasilitasi,
penanggung jawab BPPSDMP; e. Pemantauan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi, penaggung jawab Ditjen PSP; f. Pelaksanaan Bantuan
Alsintan, penanggung jawab Ditjen PSP; g. Pelaksanaan Bantuan Benih
Padi, penanggung jawab Ditjen Tanaman Pangan. ini dipantau secara
periodic yaitu pada B04, B06, B9 dan B12 dengan verifikatornya adalah
KSP;
b) Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (berdasarkan Perpres
No.9 Tahun 2016) dilakukan pemantuan pada periode B04, B06, dan
B12. Eselon I yang terlibat yaitu a. BBSDLP Badan Litbang Pertanian
melalui Penyusunan Peta Lahan Gambut skala 1:50.000 dan Peta
Tanah Semi-detail skala 1:50.000; b. Pusdatin Setjen menyusun Peta
Lahan Sawah Skala 1:50.000. ini diverifikasi oleh Kemenko Bidang
Perekonomian dan BIG;
c) Program Rancangan Peraturan Presiden (RPP) dan Rancangan
Peraturan Presiden (RPerpres), dipantau pada periode B04, B06, B09
dan B12. Eselon I yang terlibat : a. Ditjen PSP yang menyusun RPP
Jaminan Luasan Lahan Pertanian dan RPP Pembentukan Unit Khusus
Pertanian serta Penyaluran Kredit dan Pembiayaan Usaha Tani; b. Ditjen
Perkebunan menyusun RPP Usaha Perkebunan; c. Ditjen PKH telah
menyelesaikan RPP Ternak dan/atau Produk Hewan dari Suatu Negara
atau Zona dalam Suatu Negara; d. Badan Karantina sedang menyusun
RPP Pulau Karantina; dan e. BKP sedang meyelesaikan RperPres
Badan Ketahanan Pangan Badan Pangan Nasional. Yang menjadi
verifikator pada ini adalah BPHN Kemenkum Ham;
d) Simplifikasi Regulasi (Dasar Hukum Perpres 4 Tahun 2015 tentang
Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM), telah
dipantau pada periode B09 dan B12; Seluruh Eselon I lingkup kementan
terlibat dalam ini. Lembaga yang memantau ini adalah Bappenas;
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 53
e) Rencana Aksi Nasional (RAN) Hak Azasi Manusia (HAM), dipantau
dalam periode B10 dan B12. Lembaga yang memverifikasi adalah
Ditjen HAM Kemenkum HAM.Eselon I Kementan yang terlibat adalah
Ditjen Perkebunan dan BKP. Ditjen Perkebunan yang dipantau adalah
Percepatan penyelesaian konflik lahan yang terpadu dibidang perkebunan dan
pertanian/ Gangguan UsahA Perkebunan (GUB) sedangkan BKP yang
dipantau adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Lumbung Pangan
Desa Mandiri (LDPM) dan Lembaga Distribusi Pangan (LDP).
Pemantauan/kunjungan lapang
Pemantauan lapang telah dilaksanakan di 3 provinsi sampling, yaitu :
a) Propvinsi Sulawesi Barat
pemantauan dilakukan
untuk Kelembagaan
Petani yang di Fasilitasi
(sub dari Program
Prioritas/Janji Presiden di
BPPSDMP) dilaksanakan
31 Agustus - 3 September 2016,
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 54
b) Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, pemantauan dilaksanakan pada
Cetak Sawah (sub Program Prioritas/Janji Presiden di Ditjen PSP) telah
dilaksanakan 8 s.d 10 Desember 2016. dan
c) Kabupaten Pandeglang, Kota Serang Provinsi Banten, telah dilakukan
kujungan lapang untuk Aksi RAN HAM (KRPL dan LDP) pada BKP pada
tanggal 29 – 30 desember 2016.
D.2. Subbagian Evaluasi Pelaporan II
Subbagian Evaluasi Pelaporan II tahun 2016 mendapat alokasi
anggaran sebesar Rp. 3.211.581.000,- dengan realisasi sebanyak Rp.
3.189.954.145,- (99.33). Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan sebanyak 3
kegiatan, yaitu :
1) Evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian dan
Pemantauan DAK Bidang Pertanian Tahun 2016
Dalam evaluasi pemanfaatan DAK Bidang Pertanian Tahun 2016
dilaksanakan melalui observasi (kunjungan lapang). Kegiatan ini dilaksanakan
pada bulan Januari-Desember tahun 2016.
2) Evaluasi Dampak Subsidi Pertanian
Dalam kegiatan telaah benih besubsidi bekerja sama dengan peneliti
IPB Bogor. Metode analisis yang digunakan adalah analisis literature study
dan metode Computable General Equilibrium (CGE). Hasil Evaluasi sebagai
berikut :
a) Subsidi pertanian yang diberikan pada rumahtangga petani pada
negara berpendapatan tinggi dan negara berpendapatan menengah di
kawasan Asia berbeda. Negara berpendapatan tinggi (Amerika Serikat,
Selandia Baru, dan Jepang) mengurangi subsidi domestik yang dapat
mendistorsi perdagangan (amber box) namun meningkatkan subsidi
yang tercakup pada blue atau green box(pembayaran langsung pada
petani) serta subsidi ekspor. Subsidi pertanian domestik yang
dikembangkan oleh negara-negara di kawasan Asia (Indonesia, India,
Cina, Vietnam, dan Thailand) berupa subsidi input (pupuk dan benih),
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 55
perbaikan infrastruktur pendukung pertanian (pembangunan jalan,
irigasi, listrik, dan moda transportasi lainnya), serta penelitian dan
penyuluhan untuk peningkatan kualitas produksi.
b) Alternatif kebijakan pertanian yang disusun adalah : a. Pengalihan
subsidi pupuk dari produsen menjadi langsung pada petani; b.
Pengalihan subsidi pupuk menjadi subsidi alat dan mesin pertanian,
irigasi, subsidi bunga dan asuransi untuk petani padi, jagung dan
kedelai; dan c. Gabungan antara alternatif 1 dan 2.
c) Dampak kebijakan subsidi pertanian terhadap kinerja Makroekonomi :
GDP riil menjadi negative dengan persentase yang sangat kecil (- 0.003
%) jika subsidi pupuk langsung diterapkan. Alternatif subsidi alat dan
mesin pertanian, irigasi, benih dan subsidi bunga dan asuransi
pertanian juga menurunkan GDP riil namun dalam jumlah yang kecil.
Kebijakan kombinasi alternatif antara subsidi pupuk langsung dan
subsidi input lainnya (alat dan mesin pertanian, irigasi, benih dan
subsidi bunga dan asuransi) juga belum mampu meningkatkan GDP.
GDP dari sisi pengeluaran menunjukkan penurunan konsumsi pada
semua kebijakan. Kebijakan pertanian akan meningkatkan pengeluaran
pemerintah sehingga defisit anggaran semakin besar. Defisit anggaran
terbesar pada simulasi satu jika kebijakan subsidi pupuk masih
dilakukan secara tidak langsung (pada produsen pupuk). Kedua
terbesar adalah simulasi subsidi benih, alsintan, irigasi, dan subsidi
bunda dan asuransi.
Pada sisi penerimaan, kebijakan subsidi pupuk pada produsen
memberikan Upah riil tertinggi dibandingkan dengan kebijakan alternatif
lainnya. Kebijakan alternatif subsidi pertanian akan menurunkan Indek
Harga konsumen dengan besaran terbesar terjadi pada simulasi
kombinasi kebijakan alternatif.
d) Dampak Kebijakan pertanian terhadap kinerja Sektoral
Jika subsidi pupuk pada produsen dihapuskan, hanya kombinasi
kebijakan alternatif yang dilakukan bersama-sama yang dapat
meningkatkan output komoditas padi, jagung dan beras. Subsidi pupuk
langsung dan kebijakan alternatif menurunkan biaya produksi sehingga
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 56
harga output padi, jagung dan kedele di tingkat produsen juga
mengalami penurunan. Namun penurunan harga kebijakan subsidi
alternative dan kombinasinya masih lebih rendah dibandingkan skema
subsidi saat ini (pemberian subsidi pupuk pada produsen). Penurunan
harga menyebabkan komoditas jagung, kedele dan beras dapat
bersaing di pasar internasional sehingga ekspor akan meningkat.
e) Dampak Kebijakan pertanian kesejahteraan rumah tangga
Semua tipe rumah tangga mengalami peningkatan pendapatan riil saat
pada semua kebijakan yang dilakukan dengan peningkatan pendapatan
riil rumah tangga tertinggi terjadi pada kebijakan subsidi tidak langsung
pupuk (simulasi 1). Secara keseluruhan, pemberian subsidi pada
semua alternatif meningkatkanpendapatan riil rumah tangga pertanian
di pedesaan, khususnya pemilik tanah dan pengusaha golongan rendah
di desa (rural 2 dan dan rural 3).
f) Implikasi Kebijakan
Dampak utama yang dapat dianalisis terkait dengan perubahan
paradigma kebijakan subsidi pupuk yang ada sekarang menjadi subsidi
langsung yang disertai dengan kebijakan pertanian lainnya sangat
berhubungan dengan politik anggaran. Pengalihan subsidi pupuk
menjadi subsidi langsung dengan target produsen padi, jagung, dan
kedelai akan membuat defisit anggaran semakin meningkat
dibandingkan skenario pengalihan subsidi pupuk menjadi bantuan
alsintan dan irigasi pertanian. Meskipun demikian, pemberian subisidi
langsung.
Secara kelembagaan, mekanisme perubahan subsidi pupuk menjadi
secara langsung akan memberikan dampak pada lembaga yang
sebelumnya berperan besar seperti industri pupuk dan lembaga
pemasaran. Oleh karena itu, diperlukan tatanan institusi yang memiliki
mandat sebagai lembaga pengganti dalam penyaluran subsidi langsung
pupuk dan mekanismenya. Disamping itu, diperlukan pula lembaga
yang bertanggungjawab atas sinkronisasi data dan pemutakhiran data
yang bersifat dinamis terkait dengan petani pengguna pupuk yang akan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 57
disubsidi untuk menjamin implementasi atas desain subsidi berjalan
secara efektif (tepat sasaran).
57 kepada produsen padi, jagung dan kedelai masih diperlukan karena
akan meredam tingkat inflasi. Oleh karena itu, “political will” pemerintah
untuk meneruskan program subsidi pupuk menjadi subsidi langsung
dan subsidi pertanian lainnya sangat diperlukan. Pemerintah sebaiknya
menemukan sumber pendapatan yang baru untuk menurunkan defisit
anggaran mengingat pengalihan subsidi langsung pupuk disertai
dengan subsidi pertanian lainnya secara agregat masih penting
meningkatkan GDP riil.
Mekanisme penyaluran subsidi pertanian lainnya (benih, alsintan dan
asuransi) juga perlu diatur dengan memanfaatkan kelembagaan yang
sudah ada. Diperlukan hukum, aturan, serta mekanisme reward dan
punishment yang jelas sehingga tidak terjadi penyalagunaan bantuan
subsidi baik dalam bentuk natura maupun barang.
3) Workshop Evaluasi Akhir Tahun DAK Bidang Pertanian.
Dalam rangka evaluasi pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian
dilaksanakan workshop Evaluasi Akhir Tahun DAK Bidang Pertanian TA.2015
yang dilaksanakan pada bulan Januari 2016. Kegiatan tersebut bertujuan:
a) Mengevaluasi Kegiatan yang didukung dengan DAK Bidang Pertanian
2015 dan permasalahan dalam pelaksanaanya.
b) Diharapkan evalusi bisa memberikan feedback untuk perencanaan
berikutnya, maupun rekomendasi untuk meningkatkan kualitas
perencanaan kedepan, serta laporan realisasi disiplin di entry pada
aplikasi on-line e-monev DAK BIdang Pertanian.
c) Bimbingan Teknis Aplikasi e-monev DAK.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 58
D.3. Subbagian Penyiapan Bahan Koordinasi Pimpinan
Subbagian Bahan Koordinasi tahun 2016 mendapat alokasi anggaran
sebesar Rp. 1.432.160.000,- dengan realisasi sebanyak Rp. 1.407.857.999,-
(98,30). Kegiatan Penyusunan Bahan Pimpinan Kementerian Pertanian
diselenggarakan untuk menyiapkan bahan Pimpinan yang akan dipergunakan
oleh Menteri atau yang mewakili pada Sidang Kabinet, Rapat Terbatas, dan
Rapat Koordinasi, serta Rapat Pimpinan Kementerian Pertanian.
Laporan Penyusunan Bahan Pimpinan Kementerian Pertanian terdiri
dari beberapa laporan, diantaranya: a) Laporan Penyusunan Bahan Pimpinan
Kementerian Pertanian pada Rapat Koordinasi (Rakor); b) Laporan
Penyusunan Bahan Pimpinan Kementerian Pertanian pada Sidang Kabinet
dengan Presiden dan Wakil Presiden; c) Laporan Penyusunan Bahan
Pimpinan Kementerian Pertanian pada pada Rapat Pimpinan; dan d) Laporan
Penyusunan Laporan Tindak Lanjut Rapat Pimpinan; d) Penyiapan Bahan
Pimpinan Dalam Pelaporan Pelaksanaan Upaya Khusus (UPSUS) Pangan;
e).Laporan Bahan Pimpinan Kementan Pada Raker DPR RI dan DPD RI.
a) Laporan Penyusunan Bahan Pimpinan Kementerian Pertanian pada
Rapat Koordinasi (Rakor)
Rapat Koordinasi dilakukan dengan melibatkan Kementerian/Lembaga
Negara terkait, yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator. Rakor
Perekonomian dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,
Rakor Kesra dipimpin oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan, dan Rakor Polhukam dipimpin oleh Menteri
Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan. Rapat Koordinasi ini
dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan serta
sekaligus membuat kebijakan-kebijakan ke depan yang bersifat nasional.
Pembahasan yang diangkat dalam forum Rapat Koordinasi umumnya adalah
pembahasan masalah-masalah aktual yang bersifat urgent dan
mendasar.Dengan adanya pertemuan tersebut, diharapkan setiap institusi
yang terlibat dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan permasalahan
yang menjadi penghambat atas program kerja pemerintah.Penyiapan bahan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 59
Rakor dilakukan sesuai dengan undangan yang disampaikan kepada Menteri
Pertanian.
b) Laporan Penyusunan Bahan Pimpinan Kementerian Pertanian pada
Sidang Kabinet dengan Presiden dan Wakil Presiden;
Sidang Kabinet dilakukan dengan melibatkan Pimpinan Tertinggi
Kementerian/Lembaga terkait, serta dipimpin oleh Presiden.Sidang Kabinet
Terbatas dilakukan oleh beberapa Kementerian/Lembaga terkait dengan
dipimpin oleh Presiden, sedangkan Sidang Kabinet Paripurna dengan
melibatkan seluruh Kementerian/Lembaga terkait dengan dipimpin oleh
Presiden.Penyiapan bahan Sidang Kabinet dilakukan sesuai dengan
undangan yang disampaikan kepada Menteri Pertanian.
c) Laporan Penyusunan Bahan Pimpinan Kementerian Pertanian pada
pada Rapat Pimpinan
Rapat Pimpinan (RAPIM A dan RAPIM B) dilakukan dengan melibatkan
Pejabat Eselon I dan II Iingkup Kementan, serta dipimpin oleh Menteri
Pertanian. Rapim dilakukan dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan
atas pelaksanaan program yang telah disepakati.Selain itu, agenda Rapim
umumnya menyangkut isu-isu aktual yang terkait dengan Kementerian
Pertanian.Penyiapan bahan Rapat Pimpinan dilakukan sesuai dengan
undangan yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal.
d) Laporan Penyusunan Laporan Tindak Lanjut Rapat Pimpinan
Laporan Tindak Lanjut Rapat Pimpinan merupakan jawaban/tanggapan
dari masing-masing unit Eselon I terkait dengan arahan dari Menteri Pertanian
pada saat acara Rapat Pimpinan. Mengingat laporan tindak lanjut tersebut
akan menjadi salah satu acuan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan,
maka masing-masing Eselon I diberikan tenggat waktu yang singkat untuk
memberikan jawaban.
e) Laporan Bahan Pimpinan Kementan Pada Raker dengan DPR RI dan
DPD RI.
Penyelenggara Negara terdiri dari 3 (tiga) kelompok kerja yang disebut
dengan lembaga eksekutif (pelaksana), lembaga legislatif (pembuat Undang-
Undang), dan lembaga yudikatif (hukum). Fungsi Eksekutif dilaksanakan oleh
Pemerintah, Fungsi Yudikatif dilaksanakan oleh Majelis Permusyawaratan
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 60
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), sementara fungsi yudikatif dilaksanakan oleh Mahkamah
Agung, Komisi Yudisial dan Mahkamah Yudisial. Ketiga kelompok kerja ini
merupakan mitra kerja dalam menjalankan tugasnya masing-masing, tidak ada
satu fungsi lebih tinggi satu dari yang lainnya, sehingga penyelenggaraan
negara menjadi seimbang dan negara dapat berjalan dan berkembang dengan
baik.
DPR memiliki 4 peran dalam upaya menciptakan peradilan yang bersih
yakni peran legislasi, pengawasan, anggaran dan rekrutmen.Dalam
menjalankan peran tersebut, DPR mengadakan Rapat Kerja, Rapat Dengar
Pendapat, Kunjungan Kerja dengan mitra kerjanya.
Kegiatan ini bertujuan menyusun Bahan Pimpinan yang akan
dipergunakan pada Rapat Kerja (Raker) dengan DPR RI dan DPD RI, Rapat
Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR RI, Kunjungan Kerja dan Tindak Lanjut
Kunjungan Kerja, Jawaban Tertulis atas pertanyaan Anggota Dewan, serta
keperluan lainnya yang terkait Komisi IV DPR RI dan Komite II DPD RI.
f) Penyiapan Bahan Pimpinan Dalam Pelaporan Pelaksanaan Upaya
Khusus (UPSUS) Pangan.
Kementerian Pertanian telah menetapkan upaya khusus pencapaian
swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai
melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan pendukung
lainnya, antara lain: pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan, Gerakan
Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT), Optimasi Perluasan
Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan Indeksi Pertanaman (PAT-PIP
Kedelai), Perluasan Areal Tanam Jagung (PAT Jagung), penyediaan sarana
dan prasarana pertanian (benih, pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian)
dan pengawalan/ pendampingan.
Tujuan pelaksanaan UPSUS antara lain, yaitu: (1) menyediakan
kebutuhan prasarana dan sarana pertanian berupa air irigasi, benih, pupuk
dan alsintan dan sarana produksi lainnya dan (2) meningkatkan Indeks
Pertanaman (IP) dan produktivitas pada lahan sawah, lahan tadah hujan,
lahan kering, lahan pasang surut dan rawa untuk mendukung pencapaian
Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung serta Swasembada Kedelai.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 61
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan Laporan Kinerja Program
Swasembada Pangan, khususnya pelaksanaan, perkembangan, dan
pelaporan kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) sebagai bahan pegangan,
masukan, dan evaluasi bagi Pimpinan Kementerian Pertanian. Selain itu
Menteri Pertanian melakukan kunjungan kerja ke lokasi UPSUS, untuk itu
perlu disiapkan bahan terkait data UPSUS.
Salah satu program UPSUS diantaranya mewujudkan ketahanan pangan
di wilayah Kalimantan, maka melalui kegiatan UPSUS, Kementerian Pertanian
melalui Biro Perencanaan menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pangan
Wilayah Kalimantan. Rakor Pangan diselenggarakan di Hotel Grand Jatra,
Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 12 Oktober 2016. Rakor
Pangan dihadiri lebih dari 300 peserta terdiri dari Menteri Pertanian dan
jajaran pejabat Kementan, Gubernur seluruh Kalimantan dan atau mewakili,
Komisi IV DPR RI, Mabes TNI AD Jakarta, dua Panglima Kodam wilayah
Kalimantan (Kodam Mulawarman dan Kodam Tanjungpura), Komandan
Korem dan Komandan Kodim serta jajaran di bawahnya seluruh wilayah
Kalimantan, Bupati/Walikota seluruh wilayah Kalimantan, Kepala SKPD
pertanianseluruh wilayah Kalimantan, Kepala BPTP wilayah Kalimantan,
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Holding Company, Direktur Utama PT
Pupuk Kaltim, Direktur Utama PT Sang Hyang Seri, dan Direktur Utama PT
Pertani.
Sebelum dilaksanakannya Rakor Pangan pada tanggal 12 Oktober, Biro
Perencanaan mengawali dengan Pra Rakor tanggal 11 Oktober 2016 yang
dihadiri oleh seluruh jajaran Eselon I Teknis Kementan; Kepala SKPD dan
jajarannya lingkup pertanian provinsi/kabupaten/kota seluruh wilayah
Kalimantan. Pra Rakor dimaksudkan guna pendataan kebutuhan, peluang,
dan identifikasi masalah yang menjadi fokus di Kalimantan. Hasil pra rakor
merupakan usulan program/ untuk mewujudkan lumbung pangan di Provinsi
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat,
dan Kalimantan Selatan, sebagai bahan utama yang dibahas pada Rakor
Pangan Wilayah Kalimantan.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 62
3.2. Sumberdaya Manusia Biro Perencanaan
Jumlah pegawai Biro Perencanaan tahun 2016 dan sebarannya menurut
bagian per tanggal 30 Desember 2016 sebagai berikut:
a) Bagian Penyusunan Kebijakan dan Program sebanyak 17 orang;
b) Bagian Penyusunan Anggaran sebanyak 35orang;
c) Bagian Perencanaan Wilayahsebanyak 18 orang,
d) Bagian Evaluasi dan Pelaporan sebanyak 21 orang, dan
e) Kelompok Jabatan Fungsional sebanyak 19 orang.
Total pegawai Biro Perencanaan berjumlah 110 termasuk di dalamnya
19 pegawai jabatan fungsional. Jumlah pegawai Biro Perencanaan di tahun
2016 bertambah 9 orang (8,9%) dari jumlah pegawai Biro Perencanaan tahun
2015yaitu 101 orang pegawai. Bertambahnya jumlah pegawai Biro
Perencanaan pada tahun 2016 karena promosi, relokasi pegawai eks Ditjen
PPHP (13 orang),alih tugas ke unit lain lingkup Kementerian Pertanian serta
masa pensiun.
Jumlah pegawai Biro Perencanaan Tahun 2016 berdasarkan jenjang
pendidikan dan jenis kelamin, dapat dilihat pada Tabeldi bawah ini :
Tabel 3. Jumlah Pegawai Biro Perencanaan Berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2016
No. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. S - 3 2
2. S – 2 18 12
3. S – 1 27 28
4. D3 2
5. D1 1
6. SLTA 12 7
7. SLTP 1
Jumlah Sumber : Simpeg Online TU Biro Perencanaan
Sedangkan bila dilihat berdasarkan golongan dan jumlah pegawai pada setiap
Bagian lingkup Biro Perencanaan dan Kelompok Jabatan Fungsional,
rinciannya seperti tertera pada Tabel 2 berikut:
Tabel 4. : Jumlah Pegawai Biro Perencanaan Berdasarkan Golongan Tahun 2016
No.
Nama Bagian Golongan
IV III II I Jumlah
1. Penyusunan Kebijakan dan Program 2 14 - 1 17
2. Perencanaan Wilayah 8 9 1 - 18
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 63
3. Penyusunan Anggaran 4 27 4 - 35
4. Evaluasi dan Pelaporan 2 19 - - 21
5. Kelompok Jabatan Fungsional 14 5 19
Jumlah 30 74 5 1 110
Sumber : Simpeg Online TU Biro Perencanaan
3.3. Aspek Keuangan
Sesuai dengan tugas dan fungsinya Biro Perencanaan mempunyai tugas
untuk melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana dan program
Kementerian Pertanian. Untuk mencapai sasaran dan kegiatan-kegiatan yang
sudah direncanakan, Biro Perencanaan pada TA 2016 mengelola anggaran
sebesar Rp. 51.228.518.000,00 pengelolaan anggaran tersebut dilaksanakan
di 4 (empat) Bagian lingkup Biro Perencanaan. Realisasi anggaran sampai
dengan 31 Desember 2016 mencapai Rp. 46.527.542.159,00 (90,82%).
Rincian pagu dan realisasi anggaran tahun 2016dari masing-masing Bagian di
lingkup Biro Perencanaan dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 5.Rincian Pagu dan Realisasi Anggaran Biro Perencanaan Tahun 2015
No. Bagian Pagu(Rp) Realisasi(Rp) (%)
1. Bagian Penyusunan Kebijakan dan Program
11.268.660.000 9.872.933.854 87,61
2. Bagian Penyusunan Anggaran dan TU Biro
19.874.630.000 18.815.262.216 94,67
3. Bagian Perencanaan Wilayah 8.454.508.000 7.355.118.328 87,00
4. Bagian Evaluasi dan Pelaporan 11.630.720.000 10.484.227.761 90,14
Total 51.228.518.000 46.527.542.159 90,82 Sumber: Biro Perencanaan
Tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi penyerapan anggaran tertinggi
dicapai oleh Bagian Penyusunan Anggaran dan TU Biro Perencanaan yaitu
sebesar 94,67%, yang diikuti oleh Bagian Evaluasi dan Pelaporan sebesar
90,14%, Bagian Penyusunan Kebijakab dan Program sebesar 87,61%, serta
Bagian Perencanaan Wilayah sebesar 87,00%.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 64
3.4. Permasalahan dan Tindaklanjut
Permasalahan yang dihadapi selama tahun 2016 di Biro Perencanaan,
sebagai berikut :
a) Sinkronisasi aplikasi RKA-KL, aplikasi ADIK dan aplikasi Renja belum
konsisten dan belum pernah disosialisasikan secara sinergis sehingga
petugas penyusunan RKA KL mengalami kesulitan serta indikator dalam
RKA-KL tidak tampil atau tidak dapat dibaca pada level output.
b) Rentang waktu penetapan besaran pagu alokasi anggaran dan
penyusunan RKA KL sangat singkat dan apabila terjadi perubahan pagu
berakibat proses penelitian dan reviu RKA KL menjadi tidak maksimal,
karena koordinasi perubahan pagu melibatkan banyak satker baik pusat
maupun daerah dan RKA KL belum dapat disusun dengan baik.
c) Perubahan nomenklatur Satker Pusat yang tidak dapat direspon dengan
cepat oleh Bappenas dan Kemenkeu, sehingga DIPA Kementan 2016
terbit masih dengan nomenklatur yang lama, hal ini berdampak terhadap
serapan anggaran 2016 menjadi terkendala di KPPN terkait.
d) Adanya kurang bayar subsidi pupuk setiap tahunnya yang dibebankan
kepada anggaran subsidi pupuk tahun yang akan datang karena
perhitungan HPP subsidi pupuk berdasarkan HPP riil sesuai audit BPK.
e) Proses Penyusunan Proposal Based Kemenkeu perlu disempurnakan
dikarenakan tidak menggunakan aplikasi e-proposal sehingga diperlukan
proposal based yang simple dan mudah di mengerti dalam pengisian
proposal tersebut.
f) Proses validasi proposal dan data teknis DAK masih diperlukan
penyempurnaan terutama ketelitian dalam penilaian proposal dan data
teknis mengingat data yang di input dan di nilai menggunakan sistem
manual.
g) Dalam mengkoordinasikan penyusunan draft juknis DAK perlu adanya
koordinasi serta evaluasi dari DAK tahun sebelumnya.
h) Perubahan kewenangan penerbitan juknis yang semula kewenangan
juknis dilakukann oleh K/L pada tahun 2017 petunjuk teknis diterbitkan
oleh Kementerian Keuangan dan K/L menerbitkan Petunjuk Operasional
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 65
DAK sehingga Juknis terlambat di sosialisasikan ke daerah sebagai
pedoman pelaksanaan DAK.
i) Terjadi dinamika dalam proses perencanaan pembangunan pertanian
tahun 2017 yang disebabkan antara lain karena adanya perubahan
struktur organisasi lingkup Kementerian Pertanian dan perubahan
prioritas kegiatan dan anggaran yang mengakibatkan terjadinya
pengulangan tahapan proses perencanaan dan penyesuaian berbagai
dokumen perencanaan yang telah disusun.
j) Terjadinya revisi kegiatan dan anggaran sebagai akibat dari penajaman
prioritas kegiatan dan anggaran pembangunan pertanian tahun 2016
mengakibatkan tingginya frekuensi revisi Perjanjian Kinerja lingkup
Kementerian Pertanian tahun 2016.
k) Penyusunan sasaran strategis, sasaran program, dan sasaran kegiatan
sampai dengan indikator yang ada dalam Renstra Kementerian Pertanian
2015-2019 masih belum sempurna sehingga menyulitkan dalam proses
penyusunan Rencana Kerja Kementerian Pertanian Tahun 2017.
l) Proses penyusunan RKA-KL tidak konsisten. Hal ini terjadi karena
perubahan program aplikasi RKA-KL setiap tahunnya mengikuti tuntutan
standar sistem penganggaran berbasis kinerja, yang berakibat pada
kurang siapnya daerah dalam penyusunan RKA-KL karena menunggu
program aplikasi terbaru yang sering terlambat sosialisasinya.
m) Proses validasi data teknis DAK masih diperlukan penyempurnaan
terutama database teknis pendukung dari eselon I.
n) Proses Input dan output data teknis DAK Provinsi dan Kabupaten/Kota
serta Pusat melalui Aplikasi e-proposal Kementerian Pertanian masih
diperlukan penyempurnaan.
o) Data dukung kualitatif dari Eselon I terkait, sebagian besar merupakan
data mentah yang harus diolah kembali, sehingga memerlukan waktu
dalam penyiapan bahan.
p) Dalam mengkoordinasikan penyusunan RKA-KL lingkup Kementerian
Pertanian, masih sering terjadi ketidaklengkapan data dukung dalam
penelaahan RKA-KL. Hal ini mengakibatkan keterlambatan dalam
penyempurnaan penyusunan RKA-KL hasil penelaahan, sehingga
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 66
penyusunan RKA-KL dan penyempurnaannya kurang tepat waktu dan
akan berpengaruh terhadap penyusunan anggaran selanjutnya.
q) Proses penyusunan database Satker DIPA datanya sering terjadi
perubahan terutama pada nomenklatur SKPD dan adanya Satker in-aktif
r) Kurangnya SDM bidang teknis pertanian, administrasi keuangandan
yang menangani Evaluasi dan Pelaporan. Hal ini menyebabkan
terkendalanya dalam penyelesaian kegiatan output ;
s) Tidak adanya database perkembangan realisasi kegiatan lingkup Biro
Perencanaan, sehingga bidang evaluasi kesulitan ketika harus
menyampaikan laporan baik on line atai off line;
t) Kurang disiplinnya petugas pelaporan dalam meng-update
perkembangan hasil realisasi kegiatan;
u) Pengadministrasian keuangan, seperti terbatasnya jumlah pegawai di
tiap Subbagian dengan kapasitas teknis yang memadai
v) Hambatan dalam sosialisasi e-proposal di daerah adalah SDM daerah
masih kurang familiar terhadap penggunaan website, dan jaringan
internet di daerah yang kurang memadai
w) Beragamnya struktur dan kelembagaan pemerintahan pasca otonomi
daerah, sering menyulitkan penyediaan data yang konsisten antara
wilayah secara time series
x) Jaringan informasi berbasis website yang ada belum dimanfaatkan
secara optimal dalam manajemen data dan informasi di bidang
perencanaan
y) Penyampaian bahan laporan bulanan Menteri Pertanian, Sekretariat
Jenderal maupun Biro Perencanaan, dari Eselon I lingkup Pertanian,
Biro/Pusat lingkup Sekretariat Jenderal dan Bagian lingkup Biro
Perencanaan masih mengalami keterlambatan dan belum menepati
tenggat waktu yang telah disepakati
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 67
Sebagai solusi/tindaklanjut dari permasalahan yang timbul di Biro
Perencanaan, sebagai berikut :
a) Mereviu jadwal palang pelaksanaan, sehingga dapat dilaksanakan
secara konsisten dan bila ada perubahan secepatnya dapat dilakukan
penyesuaian.
b) Fungsi koordinasi dengan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian oleh
Biro Perencanaan agar dapat dilaksanakan dengan intensif, tegas dan
terarah.
c) Melakukan perbaikan nomenklatur Satker DIPA Pusat sesuai
nomenklatur yang terbaru, dengan melakukan rapat trilateral meeting
antara Kementan dengan Bappenas dan Kemenkeu.
d) Segera melakukan revisi dan anggaran 2016 yang perlu
perbaikan/penyesesuaian ke DJA dan Bappenas agar DIPA 2016 dapat
segera dilaksanakan.
e) Untuk mengatasi kurang bayar subsidi pupuk, agar penyediaan dana dan
pelaksanaan subsidi pupuk menggunakan HPP riil sesuai audit BPK
f) Adanya pemantauan dan evaluasi yang intensif dari pusat agar Provinsi
dan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan SKPD lingkup Pertanian
didalam merencanakan dan menentukan serta membagi alokasi DAK
Bidang Pertanian sesuai dengan prioritas dan ketersediaan pagu
anggaran serta usulan dari masing-masing Kepala Daerah.
g) Fungsi Koordinasi dengan bagian evaluasi untuk mengawal DAK yang
sudah eksisting dan target output yang akan dilaksanakan.
h) Melakukan klarifikasi dan verifikasi proposal dan data teknis dengan
Kementerian Keuangan dan Bappenas.
i) Perlu adanya perubahan pengusulan proposal based menjadi e-proposal
sehingga meminimalisasi kesalahan dalam penginputan dan penilaian
proposal serta data teknis.
j) Perlu adanya sinkronisasi antara monev di K/L dengan monev di
Kementerian Keuangan sehingga realisasi keuangan serta output fisik
dapat termonitor.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 68
k) Me-review jadwal palang pelaksanaan kegiatan, sehingga kegiatan dapat
dilaksanakan secara konsisten dan bila ada perubahan secepatnya
dilakukan penyesuaian.
l) Penggunaan data teknis DAK bidang pertanian berdasarkan
rekomendasi Badan Pusat Statistik (BPS) atau hasil audit yang dilakukan
oleh Eselon I Kementerian Pertanian.
m) Mengadakan klarifikasi dan verifikasi data base Satker DIPA dengan
Eselon I lingkup Kementerian Pertanian.
n) Melakukan pertemuan rutin yang dapat dilakukan setiap bulan sekali
dengan Eselon I terkait koordinasi, monitoring, evaluasi serta masukan
dan permasalahan yang ada dalam proses penyusunan laporan/bahan
kegiatan,
o) Fungsi koordinasi oleh Biro Perencanaan dijalankan dengan intensif,
tegas dan terarah.
p) Penyiapan draft Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian
dilakukan seawal mungkin.
q) Pada saat penyusunan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK),
penentuan judul kegiatan agar dapat ditentukan secara jelas dan pasti,
sesuai dengan uraian tugas dan fungsi
r) Sosialisasi e-proposal perlu dilaksanakan dengan mengundang pejabat
perencanaan dan petugas perencanaan yang khusus menangani e-
proposal.
s) Perlu ada penambahan SDM baik teknis maupun yang menangani
administrasi keuangan baik melalui penerimaan pegawai, mutasi maupun
pengangkatan tenaga honorer (outsourcing).
t) Progres pelaksanaan Upsus Pajale yang relatif beragam di lapangan
(dengan berbagai alasannya) mengindikasikan perlunya dibangun
kelembagaan yang khusus menangani program Upsus. Keberhasilan
program Bimas pada era Orde Baru salah satunya karena didukung oleh
kelembagaan Bimas yang solid di tingkat pusat hingga daerah. Untuk itu,
perlu dipertimbangkan membangun kelembagaan yang khusus
menangani program strategis Kementan, khususnya untuk membangun
komunikasi yang lebih baik antara pemerintah pusat dan daerah.
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 69
u) Dalam upaya menindaklanjuti kebutuhan data dan informasi terkini, perlu
adanya kerjasama antar lembaga terkait seperti BPS, BKPM,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kadin, Bulog dan
lainnya, sehingga data-data yang dibutuhkan pimpinan dapat terpenuhi.
v) Jaringan Website ke depan sangat diperlukan, maka SDM yang
menangani harus dapat mengoperasikan Website tersebut melalui
pelatihan-pelatihan operasional, serta tersedianya perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) yang cukup memadai.
w) Dalam penyusunan laporan bulanan baik laporan Menteri Pertanian,
Sekretariat Jenderal maupun Biro Perencanaan, bahan laporan yang
diterima dari Eselon I lingkup Pertanian, Biro/Pusat lingkup Sekretariat
Jenderal dan Bagian lingkup Biro Perencanaan agar disampaikan tepat
waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan/disepakati.
x) Demikian juga dalam penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN) Kementerian
Pertanian, Sekretariat Jenderal maupun Biro Perencanaan, bahan
laporan maupun peugas penyusun yang profesional baik di Eselon I,
lingkup Sekretariat Jenderal maupun Biro Perencanaan karena batas
waktu penyampaian yang ketat
Laporan Biro Perencanaan Tahun 2016
Laporan Tahunan Biro Perencanaan Tahun 2016 70
BAB IV.
PENUTUP
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015,
Biro Perencanaan memiliki fungsi manajemen mendukung pelaksanaan
kegiatan Kementerian Pertanian yaitu melaksanakan koordinasi, dan
penyusunan rencana, kebijakan, program, anggaran serta pemantauan,
evaluasi dan pelaporan Kementerian Pertanian selain pelaksanaan urusan
ketatausahaan Biro Perencanaan.
Capaian kegiatan di Biro Perencanaan tahun 2016 mencapai 100%.
Capaian realisasi keuangan anggaran Biro perencanaan sampai dengan 31
Desember 2016 dengan pagu anggaran sebesar Rp. 51.228.518.000
terealisasi sebesar Rp. 46.527.542.159 atau mencapai 90,82%.
Anggaran dan kegiatan fisik Biro Perencanaan Kementerian Pertanian
pada tahun 2016 mengalami proses refocusing kegiatan, adanya
penghematan anggaran, revisi-revisi, dan adanya efisiensi anggaran
perjalanan dinas serta pengurangan kegiatan rapat yang dilaksanakan di hotel
dan terakhir terkena pelaksanaan Self Blocking.