I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan...

31
I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Indonesia memiliki sumberdaya alam yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya. Sumberdaya alam merupakan aset penting suatu negara dalam melaksanakan pembangunan, khususnya pembangunan di sektor ekonomi. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sumberdaya alam memberikan kontribusi cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai negara pesisir, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam hayati dan non hayati, sumber daya buatan, serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Wilayah pesisir dan laut Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati (Biodiviersity) terbesar di dunia, yang tercermin pada keberadaan ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan berjenis-jenis ikan, baik ikan hias maupun ikan konsumsi. Hutan mangrove merupakan ekosistem khas wilayah tropika yang unik dalam lingkungan hidup yang memiliki formasi perpaduan antara daratan dan lautan. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan sehingga terjadi interaksi kompleks antara sifat fisika dan sifat biologi. Mangrove tergantung pada air laut (pasang) dan air tawar sebagai sumber makanannya serta endapan debu (sedimentasi) dari erosi daerah hulu sebagai bahan pendukung substratnya. Besarnya peranan hutan mangrove atau ekosistem mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis flora fauna yang hidup dalam ekosistem perairan dan daratan yang membentuk ekosistem mangrove. Kawasan yang kaya

Transcript of I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan...

Page 1: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

I. PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Indonesia memiliki sumberdaya alam yang besar baik ditinjau dari kuantitas

maupun keanekaragaman hasilnya. Sumberdaya alam merupakan aset penting

suatu negara dalam melaksanakan pembangunan, khususnya pembangunan di

sektor ekonomi. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sumberdaya

alam memberikan kontribusi cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa.

Sebagai negara pesisir, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam hayati dan

non hayati, sumber daya buatan, serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi

kehidupan masyarakat.

Wilayah pesisir dan laut Indonesia mempunyai kekayaan dan

keanekaragaman hayati (Biodiviersity) terbesar di dunia, yang tercermin pada

keberadaan ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang

lamun dan berjenis-jenis ikan, baik ikan hias maupun ikan konsumsi.

Hutan mangrove merupakan ekosistem khas wilayah tropika yang unik

dalam lingkungan hidup yang memiliki formasi perpaduan antara daratan dan

lautan. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan sehingga terjadi interaksi

kompleks antara sifat fisika dan sifat biologi. Mangrove tergantung pada air laut

(pasang) dan air tawar sebagai sumber makanannya serta endapan debu

(sedimentasi) dari erosi daerah hulu sebagai bahan pendukung substratnya.

Besarnya peranan hutan mangrove atau ekosistem mangrove bagi kehidupan

dapat diketahui dari banyaknya jenis flora fauna yang hidup dalam ekosistem

perairan dan daratan yang membentuk ekosistem mangrove. Kawasan yang kaya

Page 2: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

2

akan keanekaragaman hayati ini mempunyai segudang harapan bagi masyarakat

dalam meningkatkan taraf hidup. Sehingga hutan mangrove sering sekali manjadi

incaran para pemodal dan masyarakat untuk mengelola dan merubah fungsi hutan

mangrove tersebut.

Hasil pemetaan luas mangrove Indonesia oleh Pusat Survey Sumber Daya

Alam Laut (PSSDAL) Bakosurtanal menggunakan data citra Landsat-7 ETM

(Enhanced Thematic Mapper) tahun 2006-2009 adalah 3.244.018 ha (Hartini et

al., 2010), sedangkan data luasan mangrove untuk wilayah Sulawesi Selatan

menurut sumber yang sama adalah 12.821 ha. Kementerian Kehutanan pada 2007

menginformasikan bahwa luasan mangrove di Indonesia adalah 7.758.410 ha,

dimana Propinsi Sulawesi Selatan memiliki mangrove dengan luas 28.978 ha

(Direktorat Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan, 2009

dalam Hartini et al., 2010). Dari kedua sumber tersebut terlihat bahwa terdapat

perbedaan luas yang besar antara data Kementrian Kehutanan (2007) dan data

Bakosurtanal (2010). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda

pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi fungsi

mangrove besar-besaran menjadi lahan lain atau menjadi tambak seperti yang

terjadi di hampir seluruh Indonesia. Jika pengurangan luas mangrove ini

diakibatkan pemanfaatan atau konversi lahan yang intensif, maka hal tersebut

menjadi indikator terancamnya hutan mangrove di kawasan pesisir di Indonesia,

khususnya di Propinsi Sulawesi Selatan. Beberapa tahun ke depan, hutan

mangrove yang merupakan bagian dari salah satu ekosistem penting di wilayah

pesisir tropika disamping ekosistem lamun dan terumbu karang, yang sangat

Page 3: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

3

bermanfaat karena dapat memberikan jasa lingkungan dan produksi perikanan

bagi masyarakat lokal di sekitarnya akan terdegradasi kualitasnya (Beukering,

1997)

Menurut Noor, et al (1999) Indonesia merupakan negara yang mempunyai

luas hutan mangrove terluas didunia dengan keragaman hayati terbesar didunia

dan struktur paling bervariasi didunia. Kekayaan sumber daya yang dimiliki

wilayah tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk

memanfaatkan secara langsung atau untuk meregulasi pemanfaatannya karena

secara sektoral memberikan sumbangan yang besar dalam kegiatan ekonomi.

Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi daratan dan

lautan, yang mencangkup beberapa ekosistem, salah satunya adalah ekosistem

hutan mangrove.

Di Kepulauan Tanakeke Hutan mangrove menjadi sandaran bagi

kelangsungan hidup masyarakat disekitarnya. Kepulauan Tanakeke berpenghuni

lebih dari 10.000 jiwa, yang mendiami lima desa, Tompotana, Mattirobaji,

Maccini Baji, Rewatayya dan Balandatu, dan termasuk dalam wilayah Kecamatan

Mappakasunggu, Kabupaten Takalar. Di Kepulauan Tanakeke terdapat 500 ha

hutan mangrove yang sebelumnya di tahun 80-an terdapat luasan hutan mangrove

1.776 ha (Mangrove Action Project, 2010). Pulau Bauluang adalah salah satu

gugusan pulau dari Kepulauan Tanakeke dengan Jumlah kurang lebih 105 Kepala

Keluarga yang sebagian besar mata pencahariannya adalah nelayan. Pulau ini di

banyak ditumbuhi pohon kelapa dan mangrove baik secara alami maupun melalui

konservasi. Warna pasirnya putih kecoklatan dan disepanjang pinggiran pantai,

Page 4: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

4

Perairan jernih dan banyak terdapat organisme invertebrata (seperti bintang laut),

vertebrata seperti (ikan ampifrion), ekosistem lamun, dan ekosistem karang.

Menyadari pentingnya kawasan hutan mangrove ini, diperlukan penelitian

untuk mengetahui seberapa besar nilai ekonomi hutan mangrove yang terkandung

dari hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan

Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Hasilnya diharapkan bisa dijadikan

informasi bagi masyarakat maupun pemerintah dalam pengambilan keputusan dan

kebijakan, serta pemanfaatan yang tepat untuk kawasan hutan mangrove yang ada

di Pulau Bauluang, agar dapat memberikan manfaat ekologi dan ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah

a. Manfaat apa saja yang diperoleh dari hutan mangrove di Pulau Bauluang

Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar.

b. Berapa besar nilai manfaat tidak langsung dan nilai manfaat pilihan

mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan

Mappakasunggu Kabupaten Takalar.

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengidentifikasi manfaat apa saja yang diperoleh dari hutan

mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan

Mappakasunggu Kabupaten Takalar.

b. Untuk mengetahui besar nilai manfaat tidak langsung dan manfaat pilihan

hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan

Mappakasunggu Kabupaten Takalar.

Page 5: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

5

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai pertimbangan dalam meningkatkan pengelolaan hutan mangrove di

Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten

Takalar

2. Dapat memberikan informasi bagi peneliti dan menjadikan referensi bagi

peneliti selanjutnya.

3. Sebagai informasi bagi masyarakat bahwa hutan mangrove memiliki nilai

ekonomi yang penting bagi kehidupan.

Page 6: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nilai

Nilai dalam bahasa yunani Axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan

konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

yang memiliki suatu yang berkualitas sehingga merupakan sesuatu yang

didambakan orang dan nilai tidak selalu dikaitkan dengan harga. Sedangkan harga

bermakna hal yang selalu terkait dengan nilai tukar barang terhadap uang.

Menurut Davis dan Johnson (1987) dalam Sribianti (2008), nilai merupakan

persepsi seseorang atau harga yang diberikan seseorang terhadap sesuatu pada

waktu dan tempat tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan

istilah lain yang dapat diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga

ditentukan oleh waktu, barang atau uang yang dikorbankan seseorang untuk

memiliki atau menggunakan barang dan jasa yang diinginkannya.

Beberapa pengertian nilai menurut para ahli :

a. Lorens Bagus (2002), dalam Hidayat et al (2006), menjelaskan tentang

nilai yaitu

1. Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa latin valere (berguna, mampu

akan, berdaya, berlaku, kuat).

2. Nilai ditinjau dari segi keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai

tinggi atau dihargai sebagai sesuatu kebaikan.

3. Nilai ditinjau dari sudut ekonomi yang bergelut dengan kegunaan dan

nilai tukar benda-benda material

Page 7: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

7

b. David dan Johnson (1987) dalam Hidayat et al (2006), mengklasifikasi

nilai berdasarkan cara penilaian atau penentuan besar nilai dilakukan, yaitu :

1. Nilai pasar yaitu nilai nilai yang ditetapkan melalui transaksi pasar

2. Nilai kegunaan yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya

tersebut oleh individu tertentu

3. Nilai sosial yaitu nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum

ataupun perwakilan masyarakat.

2.2. Nilai Manfaat

Nilai manfaat merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari

suatu barang atau jasa untuk kepentingan manusia. Menurut Suparmoko, (1995)

dalam Sribianti, (2008) bahwa nilai hutan dapat dilihat dari manfaat yang

diperoleh dari hutan. Manfaat tersebut adalah :

a. Nilai Manfaat Nyata (Tangible)

Nilai manfaat nyata adalah nilai-nilai yang dapat lebih mudah diamati

dan diukur berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan,

bambu, nipah, madu, tumbuhan obat-obatan dan lain-lain.

b. Nilai Manfaat Tidak Nyata (Intangible)

Nilai manfaat tidak nyata adalah merupakan nilai yang terutama

berkaitan dengan fungsi-fungsi ekosistem (sumber daya lingkungan)

meliputi pengaturan tata air, penunjang pariwisata dan rekreasi,

keragaman genetik dan menciptakan lapangan kerja.

Page 8: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

8

Nilai hutan berdasarkan manfaat sumber daya hutan dikelompokkan sebagai

berikut :

a. Nilai manfaat untuk kepentingan konsumsi berupa hasil hutan kayu

maupun bukan kayu.

b. Nilai rekreasi/wisata.

c. Nilai perlindungan berbagai fungsi hidrologis seperti perlindungan

terhadap erosi, pengaturan air dan sebagainya.

d. Nilai-nilai dari proses yang bersifat ekologis seperti siklus hara,

pengaturan iklim mikro dan makro, pembentukan formasi tanah dan

pendukung kehidupan global.

e. Nilai keanekaragaman hayati sebagai sumber genetik, perlindungan

keanekaragaman spesies dan ekosistem.

f. Nilai pendidikan dan penelitian.

g. Nilai manfaat yang bersifat bukan konsumsi seperti manfaat budaya,

sejarah, spiritual dan keagamaan.

h. Nilai manfaat yang mungkin biasa diperoleh di masa depan.

2.3. Nilai Ekonomi Total Sumber Daya Hutan

Davis dan Johnson (1987) dalam Nurfatriani, (2006) mengklasifikasi nilai

berdasarkan cara penilaian atau penentuan besaran nilai yang dilakukan yaitu :

1. Nilai pasar, yaitu nilai yang ditetapkan melalui transaksi pasar.

2. Nilai kegunaan, yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya

tersebut oleh individu tertentu.

Page 9: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

9

3. Nilai sosial, yaitu nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum, ataupun

perwakilan masyarakat.

Menurut Pearce (1992) dalam Munasihinge (1993) Nilai Ekonomi Total

(NET) merupakan penjumlahan dari nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak

langsung, nilai pilihan, nilai pewarisan dan nilai keberadaan dengan formulasi

sebagai berikut :

NET = Nilai Manfaat Langsung + Nilai Manfaat Tidak Langsung + Nilai Pilihan

+ Nilai Keberadaan

a. Nilai manfaat langsung merupakan nilai dari manfaat yang langsung dapat

diambil dari sumber daya hutan. Sebagai contoh manfaat penggunaan

sumber daya hutan sebagai input untuk proses produksi atau sebagai

barang konsumsi.

b. Nilai manfaat tidak langsung merupakan nilai dari manfaat yang secara

tidak langsung dirasakan manfaatnya dan dapat berupa hal yang

mendukung nilai guna langsung seperti berbagai manfaat yang bersifat

fungsional yaitu berbagai manfaat ekologis hutan

c. Nilai pilihan mengacu kepada nilai penggunaan langsung dan tidak

langsung yang berpotensi dihasilkan di masa yang akan datang. Hal ini

meliputi manfaat-manfaat sumber daya alam yang disimpan atau

dipertahankan untuk kepentingan yang akan datang (sumber daya hutan

yang disisihkan untuk pemanenan yang akan datang), apabila terdapat

ketidakpastian akan akan ketersediaan sumber daya hutan tersebut untuk

Page 10: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

10

pemanfaatan yang akan datang, contoh lainnya adalah sumber daya

genetik dari hutan tropis untuk kepentingan masa depan.

d. Nilai bukan guna meliputi manfaat yang tidak dapat diukur yang

diturunkan dari keberadaan hutan diluar nilai guna langsung dan tidak

langsung. Nilai bukan guna terdiri atas nilai keberadaan dan nilai warisan.

e. Nilai keberadaan merupakan nilai atau harga yang diberikan oleh

seseorang terhadap keberadaan barang atau jasa lingkungan tertentu

seperti objek tertentu, spesies atau alam dengan didasarkan pada etika atau

norma tertentu. Misalnya orang mau membayar sesuatu agar anoa di hutan

tetap ada dan hidup meskipun mereka tidak punya niat untuk melihat.

2.4. Metode Analisis Nilai Manfaat

Nilai ekonomi sumber daya hutan bersumber dari berbagai manfaat yang

diperoleh masyarakat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keseluruhan manfaat

yang ada dilakukan identifikasi setiap jenis manfaat. Keberadaan setiap jenis

manfaat ini merupakan indikator nilai yang menjadi sasaran penilaian ekonomi

sumberdaya hutan. Indikator nilai sumberdaya hutan dapat berupa barang hasil

hutan, jasa dari fungsi ekosistem hutan maupun atribut yang menggambarkan

hubungan antara sumberdaya hutan dengan sosial budaya masyarakat.

Metode penilaian ekonomi untuk manfaat yang diperoleh dari sumberdaya

alam lingkungan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Pendekatan Berdasarkan Harga Pasar (Market Price)

Harga pasar adalah hasil interaksi antara konsumen dan produsen

pada suatu tingkat penawaran dan permintaan barang dan jasa. Jika

Page 11: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

11

transaksi dilakukan dengan menggunakan uang, nilai yangterbentuk di

pasar adalah harga pasar. Asumsi yang menopang disini adalah bahwa

harga tersebut mencerminkan harga efisiensi ekonomi. Jika transaksi

dilakukan dalam bentuk barter nilai yang terbentuk di pasar adalah nilai

tukar pasar (Market Exchange Value).

b. Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost)

Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa nilai sumberdaya

hutan yang tidak memiliki harga pasar dapat tergambarkan secara tidak

langsung pada pengeluaran konsumen, harga barang dan jasa yang

diperjualbelikan atau dalam tingkat produktivitas dari kegiatan pasar

tertentu. Metode ini terbagi atas :

1. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost)

Metode ini berdasarkan asumsi bahwa konsumen menilai tempat

rekreasi hutan berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk dapat

sampai ke tempat tujuan (wisata hutan), termasuk biayaperjalanan

sebagai opportunitas dari waktu yang dikeluarkan untuk melakukan

perjalanan ke tempat wisata hutan.

2. Metode Harga Hedonik

Metode harga hedonik menekankan pada pengukuran manfaat

lingkungan yang melekat pada barang dan jasa yang memiliki harga

pasar. Metode ini didasarkan pada gagasan bahwa barang pasar

menyediakan pembeli dengan sejumlah jasa, yang beberapa

diantaranya biasa merupakan kualitas lingkungan.

Page 12: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

12

3. Metode Pendekatan Barang Subtitusi (Direct Subsitute Approach)

Untuk produk-produk kehutanan yang tidak ada pasarnya atau

langsung dimanfaatkan oleh pemungutnya misalnya kayu bakar, nilai

produk tersebut dapat diduga dari harga pasar produk-produk sejenis

misalnya kayu bakar yang dijual di daerah lain atau nilai terbaik dari

barang subtitusi atau barang alternative misalnya batubara. Untuk

barang subtitusi yang tidak memiliki harga pasar, nilainya dapat

diperkirakan dengan menghitung biaya oportunitas dari pemakaian

sebagai barang subtitusi.

c. Pendekatan Fungsi Produksi (Production Function Approach)

Metode penilaian ini sering disebut dengan teknik perubahan

dalam produksi, metode input-output atau dosis respon atau pendekatan

fungsi produksi. Metode ini menekankan pada hubungan antara

kehidupan manusia (lebih sempitnya lagi pada pertambahan output dari

barang dan jasa yang memiliki pasar) dan perubahan dari sumberdaya

alam yang baik kualitas maupun kuantitas (Maller, 1992 dalam

Nurfatriani 2006). Pendekatan fungsi produksi dapat digunakan untuk

mengestimasi nilai manfaat tidak langsung dari fungsi ekologis hutan,

melalui konstribusi nilai manfaat tersebut terhadap kegiatan pasar.

Menurut James, R.F (1991 dalam Nurfatriani 2006), teknik

penilaian manfaat sumberdaya hutan dikelompokkan berdasarkan kriteria

yang menggambarkan karakteristik setiap jenis nilai, baik nilai manfaat

langsung maupun nilai manfaat tidak langsung.

Page 13: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

13

1. Nilai Manfaat Sosial Bersih

Metode ini menggunakan data demand dan supply yang lengkap secara

series sehingga dapat disusun kurva suppy dan demand untuk menetukan

nilai barang.

2. Harga Pasar (Market Price)

Metode ini digunakan untuk barang dan jasa hutan yang memiliki harga

pasar. Data yang diperlukan adalah harga dan jumlah setiap jenis barang

atau jasa hutan. Menurut Davis dan Johnson (1983), metode fakta pasar

dan NPV (Net Present Value) termasuk dalam teknik penilaian ini.

3. Harga Pengganti (Replecment Price)

Metode ini terdiri dari beberapa teknik :

a. Harga subtitusi merupakan nilai barang atau jasa hutan yang tidak

memiliki harga pasar didekati dari harga barang subtitusinya.

b. Harga subtitusi tidak langsung yaitu untuk barang subtitusi yang

tidak ada harga pasarnya, maka nilai barang didekati dari harga

penggunaan lain dari barang subtitusi

c. Nilai tukar perdagangan yaitu harga barang dan jasa hutan didekati

dari nilai pertukaran dengan barang yang ada harganya

d. Biaya relokasi yaitu nilai barang atau jasa hutan didekati dari biaya

pemindahan ke tempat lain dimana manfaat penggunaan dapat

digantikan di tempat baru.

Page 14: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

14

4. Biaya perjalanan (Travel Cost)

Metode ini biasa digunakan untuk menghitung nilai kawasan

rekreasi hutan. Modifikasi dari metode ini adalah biaya pengadaaan yang

biasa digunakan untuk menghitung nilai air berdasarkan biaya besarnya

biaya pengadaan sampai air tersebut dikonsumsi (Bahruni, 1999 dalam

Nurfatriani 2013).

5. Nilai dalam proses produksi

Teknik ini digunakan untuk menilai barang atau jasa hutan yang

merupakan input dalam produksi suatu barang. Sebagai contoh untuk

menghitung nilai tegakan melalui pendekatan output kayu gergajian yang

dihasilkan.

2.5. Hutan Mangrove

Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau dan hutan

pasang surut. Berdasarkan undang -undang No. 41 tahun 1999 tentang Ketentuan

Pokok Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

berisi sumber daya hutan hayatiyang didominasi pepohonan dalam persekutuan

alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Menurut Nybakken,(1998) yang dimaksud dengan hutan mangrove adalah

vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut tetapi dapat tumbuh pada

pantai karang yaitu pada karang koral yang mati yang diantaranya tertimbun

lapisan tipis pasir, ditimbuni lumpur atau pantai berlumpur.

Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh sepanjang

garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memilki fungsi istimewa disuatu

Page 15: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

15

lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan

reaksi tanah an-aerob (Kusmana, 2002).

2.5.1. Jenis – Jenis mangrove

Beberapa jenis pohon mangrove yang hidup pada berbagai kondisi tempat

tumbuh menurut Bratawinata (1986) dalam Sribianti (1998), yaitu :

1. Avicennia marina

Deskrispi umum: Pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian

mencapai 30m. Memiliki akar nafastegak dengan sejumlah lentisel.Kulit

kayu halus dan terkelupas dalam bagian - bagian kecil. Ranting muda dan

tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.

2. Avicennia alba

Deskripsi umum: Pohon yang tumbuh menyebar, ketinggian mencapai

25m, memilki akar nafas biasanya tipis yang ditutupi oleh lentisel. Kulit

kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan.Beberapa

ditumbuhi tonjolan kecil, permukaan daun halus.

3. Bruguiera gymnorrhiza

Deskripsi umum:Pohon selalu hijau dengan ketinggian mencapai 30 m.

Kulit kayu memilki lentisel berwarna abu - abu tua hingga coklat, akar

lutut.

4. Bruguiera parviflora

Deskripsi umum: Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-

kadang mencapai 30 m. Kulit kayu coklat muda abu-abu halus hingga

kasar,lentisel berukuran besar, memiliki akar lutut.

Page 16: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

16

5. Ceriops tagal

Deskripsi umum: Pohon atau semak kecil dengan ketinggian mencapai

25m. Kulit kayu berwarna coklat kadang - kadang berwarna abu - abu, dan

memilikiakar tunjang yang kecil.

6. Ceriops decandra

Deskripsi umum: Pohon atau perdu dengan tinggi 3 m. Kulit kayu

berwarna abu - abu kekuningan muda dengan tambalan coklat gelap, dan

memiliki akar banir berasal dari akar tunjang.

7. Condelia candel

Deskripsi umum: Semak atau Pohon kecil, tinggi hingga 7m dengan

pangkal lebih tebal. Umumnya tanpa akar nafas.Kulit kayu berwarna

keabu - abuan hingga coklat kemerahan, permukaan halus dan memiliki

lentisel.

8. Lumnitzera littorea

Deskripsi umum: Pohon dengan tinggi mencapai 10 m, kulit kayu abu–

abukecoklatan, beralur, dan terdapat cela sepanjang sumbu batang pohon.

Akar banir kecil dan akar napas, kadang - kadang tidak tampak adanya

akar udara.

9. Lumnitzera racemosa

Deskripsi umum: Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5 m, kulit

kayu abu - abu, memiliki celah longitudinal, terutama pada batang pohon

tua. Tidak ada akar udara.

Page 17: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

17

10. Rhizophora apiculata

Deskripsi umum: Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan

diameter batang 50 cm. Kulit kayu berwarna abu - abu cabang.

11. Rhizophora mucronata

Deskripsi umum: Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, memiliki

diameter 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam. Akar

tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bawah.

12. Rhizophora stylosa

Deskripsi umum: Pohon dengan ketinggian mencapai 6 m, kulit kayu

berwarna abu –abu sampai hitam, relative halus, beralur. Akar tunjang

yang tumbuh dari percabangan bawah.

13. Sonneratia alba

Deskripsi umum: Pohon berukuran kecil atau sedang biasanya ketinggian

mencapai 5 m -20 m, memiliki akar nafas.

14. Sonneratia caseolaris

Deskripsi umum:Pohon dengan tinggi mencapai 16 m, kulit kayu halus.

Memiliki akar napas, berbentuk kerucut, tinggi akar dapat mencapai 1 m.

15. Xyocarpus granatum

Mangrove ikutan adalah sebutan untuk kelompok tumbuhan yang hidup

tidak hanya di kawasan hutan mangrove, tetapi juga sering dijumpai diluar

kawasan mangrove.

Page 18: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

18

Jenis – jenis mangrove ikutan adalah sebagai berikut:

1. Baringtonia asiatica

Deskripsi umum: Pohon berukuran kecil hingga sedang dengan ketinggian

7 m - 30 m dan diameter 25 cm - 100 cm. Mahkota pohon berdaun besar

dan rimbun. Kulit kayu abu - abu agak merah muda dan halus.

2. Hibiscus tiliaceus

Deskripsi umum: Pohon yang tumbuh tersebar dengan ketinggian

mencapai 15 m, kulit kayu halus, berwarna coklatkeabu - abuan.

3. Acanthus ilicifolius

Deskripsi umum : Semak, dengan tinggi mencapai 1,5 mdi temukan di

sepanjang daerah pasang surut dan bagian tepi dataran di wilayah

mangove, kadang-kadang tumbuh akar yang mirip dengan tunjang.

4. Calophyllum inophyllum

Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 12 m, buahnya

berbentuk bola kecil dengan tangkai buah yang panjang bunga beraroma

wangi.

5. Pandanus tectorius

Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 6 m, bunga seperti

nanas, daun berduri kecil - kecil yang terdapat pada ujung dan tengah

tulang daun. Memilki akar tunjang yang berbentuk lurus.

Page 19: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

19

2.5.2.Zonasi Mangrove

Secara sederhana mangrove umumnya tumbuh pada 4 zona yaitu, pada daerah

terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai yangberair payau sampai

hampir tawar serta daerah kearah dataran yang memiliki air tawar.

1. Mangrove Terbuka

Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut, jenis

mangrove tersebut adalah Sonneratia alba dan Avicennia alba kedua jenis

ini merupakan jenis yang ko-dominan pada areal pantai yang sangat

tergenang air.

2. Mangrove Tengah

Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove terbuka.Dizona ini

biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora.

3. Mangrove Payau

Mangrove berada di sepanjang sungai berair payau hingga hampir

tawar.Dizona ini biasa di dominasi oleh jenis Nypa dan Sonneratia.

4. Mangrove Daratan

Mangrove berada dizona peraiaran payau atau hampir tawar di belakang

jalur hutan mangrove yang sebenarnya jenis - jenis yang umumnya di

temukan di zona ini adalah Ficus microcarpus (F.retusa), Intsia bijuga,

Nypa fruticans, Lumnitzera, Pandanus dan Xylocarpus moluccensis. Zona

ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi di banding dengan zona

lainnya (Noor et al, 1999 dalam Karolina 2013).

Page 20: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

20

Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis

vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut (Sribianti,

1998) :

1. Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung

dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan

kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zonapioner karena jenis

tumbuhan yang ada memiliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan

gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.

2. Zona Rhizophora, terletak dibelakang zona Avicennia. Substratnya masih

berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove

pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang.

3. Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora dan memiliki

substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air

pasang tertinggi atau 2 kalidalam sebulan.

2.5.3. Fungsi dan Manfaat Mangrove

Secara garis besar manfaat hutan mangrove dapat dibagi dalam dua bagian:

1. Fungsi ekonomis, yang terdiri atas :

a. Hasil berupa kayu (kayu konstruksi, kayu bakar, arang, serpihan kayu

untuk bubur kayu, tiang/pancang).

b. Hasil bukan kayu yakni hasil hutan ikutan (produk nipah, obat –

obatan), perikanan, jasa kesehatan lingkungan.

Page 21: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

21

2. Fungsi ekologi, yang terdiri atas berbagai fungsi perlindungan lingkungan

ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna,

diantaranya:

a. Penahan abrasi dari gelombang atau angin kencang.

b. Pengendalian intrusi air laut

c. Habitat berbagai jenis fauna

d. Sebagai tempat mencari, memijah dan berkembang biak berbagai jenis

ikan dan udang.

e. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi

f. Memelihara kualitas air (mereduksi polutan, pencemar air)

Hasil hutan mangrove non kayu ini sampai dengan sekarang belum banyak

dikembangkan di Indonesia. Padahal apabila dikaji dengan baik, potensi

sumberdaya hutan mangrove non kayu di Indonesia sangat besar dan dapat

mendukung pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan.

Ada beberapa manfaat penting dari hutan mangrove diantaranya adalah :

1. Kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar, karena nilai kalorinya tinggi

maka kayu mangrove dapat dipakai sebagai arang. Selain itu beberapa

jenis mangrove mempunyai kualitas kayu yang baik sehingga dapat

digunakan sebagai bahan bangunan.

2. Kulit kayu merupakan sumber tanin yang biasa digunakan untuk

menyamak kulit dan mengawetkan jala ikan.

Page 22: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

22

3. Daunnya dapat digunakan sebagai makanan ternak. Beberapa jenis tertentu

digunakan sebagai obat tradisonal, bahkan ada pula yang dipakai sebagai

pengganti untuk teh dan tembakau.

4. Buah-buahnya ada yang dimakan, beberapa dari buah tersebut ada yang

beracun bagi ikan antara lain dari jenis Barringtonia spp.

5. Akar-akarnya efektif untuk menangkap sedimen, memperlambat kecepatan

arus dan mencegah erosi pantai. Tempat mencari dan berlindung bagi ikan

dan hewan air lainnya.

6. Bunga-bunganya merupakan sumber madu.

7. Hutan mangrove merupakan suatu penyanggah antara komunitas darat dan

pesisir.

2.6. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian gambaran kerangka pikir menjelaskan bahwa hutan

mangrove merupakan ekosistem hutan peralihan antara daratan dan lautan yang

diketahui memiliki banyak manfaat. Hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa

Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar merupakan

sumberdaya alam yang tidak hanya memiliki fungsi ekonomi tetapi juga ekologi

secara langsung dapat dinilai dengan uang karena belum dapat dipasarkan,

sehingga dilakukan penelitian terkait nilai ekonomi total hutan mangrove.

Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi sumberdaya hutan mangrove di

Pulau Bauluang menggunakan analisis deskriptif guna mengetahui kondisi dan

manfaat hutan mangrove di daerah tersebut, selanjutnya dilakukan analisis nilai

Page 23: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

23

manfaat ekonomi untuk menghitung nilai manfaat ekonomi langsung dan nilai

manfaat pilihan hutan mangrove.

Page 24: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

24

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian Nilai Manfaat Ekonomi Hutan Mangrove

Ekosistem Hutan Mangrove

Manfaat Tidak Langsung(Indirect Use Value)

Identifikasi Manfaat HutanMangrove

Manfaat Pilihan(Option Value)

Total Nilai Manfaat Ekonomi Hutan Mangrove

Penahan abrasi Penyedia pakan Pencegah intrusi air lautPemeliharaan

Keanekaragaman Hayati(Biodiversity)

Beton PemecahOmbak

(Waterbreaker)

KetersediaanPakan Alami

KebutuhanMasyarakat Akan

Air Tawar

Biaya Rehabilitasi HutanMangrove

Penilaian Ekonomi Manfaat TidakLangsung Hutan Mangrove

Penilaian Ekonomi Manfaat PilihanHutan Mangrove

Page 25: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan

Mappakasunggu Kabupaten Takalar dalam waktu kurang lebih 2 (dua) bulan,

dimana penelitian dimulai dari bulan Mei sampai Juli 2016.

3.2.Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya

Hutan Mangrove Di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan

Mappakasunggu Kabupaten Takalar

2. Sampel

Sampel responden adalah anggota masyarakat yang memperoleh

manfaat dari hutan mangrove. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah metode stratifikasi random sampling, berdasarkan

mata pencaharian utama yaitu penduduk setempat dan para pengunjung di

Pulau Bauluang, dengan pertimbangan bahwa responden adalah masyarakat

yang mendapatkan manfaat dari hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa

Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dari total jumlah

penduduk 105 orang yang memanfaatkan hutan mangrove dengan responden

sebanyak 30 orang yang terdiri dari nelayan, petani dan masyarakat lain.

Page 26: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

26

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada responden

dengan menggunakan qusioner (Daftar Pertanyaan), data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini meliputi :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung di

lapangan dan wawancara dengan responden yang berada disekitar di Pulau

Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar

yang memanfaatkan ekosistem hutan mangrove.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor desa, kantor lurah

serta instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), dinas

Perikanan, Dinas Kehutan dan Perkebunan.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi

penelitian, serta data sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan

permasalahan yang dikaji.

3.4. Analisis Data

3.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi manfaat– manfaat

tidak langsung hutan mangrove yang diperoleh dengan cara observasi

langsung dilapangan dan melakukan wawancara dengan responden untuk

mengetahui data kondisi biofisik dan data sosial ekonomi masyarakat.

Page 27: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

27

3.4.2. Analisis Nilai Manfaat Hutan Mangrove

Untuk menganalisis nilai manfaat ekonomi hutan mangrove dilakukan

prosedur sebagai berikut: Suparmoko, (1995) dalam Sribianti, (2008).

a. Identifikasi manfaat tidak langsung hutan mangrove

b. Kuantifikasi nilai manfaat tidak langsung kedalam nilai uang.

c. Pendugaan nilai ekonomi total hutan mangrove dilakukan dengan

menjumlah seluruh nilai manfaat tidak langsung hutan mangrove.

Dalam penelitian ini, nilai manfaat hutan mangrove yang dihitung adalah

nilai manfaat tidak langsung hutan mangrove (Indirect Use Value) dan nilai

pilihan (Option Value) hutan mangrove sebagai pemeliharaan keanekaragaman

hayati.

3.4.2.1. Nilai Manfaat Tidak Langsung Hutan Mangrove (Indirect Use Value).

Nilai manfaat tidak langsung adalah nilai atau manfaat yang diperoleh

secara tidak langsung dari sumber daya hutan mangrove. Untuk hutan mangrove

nilai manfaat tidak langsung adalah manfaat-manfaat fungsional dari proses-

proses ekologi secara terus menerus memberikan perannya pada masyarakat dan

ekosistem. Seperti fungsi hutan mangrove sebagai penahan abrasi, penyedia pakan

dan pencegah intrusi air laut.

Metode untuk menganalisis nilai manfaat tidak langsung sebagai berikut:

1. Nilai Manfaat Hutan Mangrove Sebagai Penahan Abrasi :

Nilai manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi diestimasi melalui

pendekatan metode biaya pengganti (Replacement Cost). Estimasi nilai

Page 28: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

28

hutan mangrove sebagai penahan abrasi didekati dengan biaya

pembangunan beton pelindung pantai.

Nilai manfaat penahan abrasi = Pgp x B (Rp/m³) / Dt

Pgp = Panjang garis pantai (m)

B = Biaya (Rp/m³)

Dt = Daya tahan

2. Nilai Manfaat Hutan Mangrove Sebagai Penyedia Pakan Udang Alami.

Nilai hutan mangrove sebagai penyedia pakan dinilai secara langsung

berdasarkan sumber daya yang menggantikannya (Direct Subsitute

Approach) diestimasi setara dengan hasil tangkapan udang disekitar hutan

mangrove dengan jumlah pakan yang butuhkan untuk setiap kilogram

benur udang yang dipelihara di tambak sampai dapat dipanen kemudian

dikalikan dengan harga pakan udang didaerah tersebut.

Nilai manfaat penyedia pakan alami = hasil tangkapan udang (kg) x harga

pakan (Rp/kg) x kebutuhan pakan (kg/ha)

3. Nilai Manfaat Hutan Mangrove Sebagai Pencegah Intrusi Air Laut.

Untuk melakukan perhitungan kuantitatif fungsi hutan mangrove sebagai

penahan masuknya air laut kedalam daratan atau penahan intrusi air laut,

digunakan metode biaya pengganti, pendekatan ini merupakan suatu

metode valuasi ekonomi berdasarkan pengeluaran potensial. Biaya

pengganti adalah jumlah pengeluaran untuk memperoleh kembali barang

atau jasa yang sama (Harahap, 2010). Perhitungan ini didasarkan kepada

besarnya kebutuhan masyarakat akan air bersih yang digunakan dalam

Page 29: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

29

berbagai keperluan seperti memasak, mencuci, mandi dan lain-lain.

masyarakat disekitar pantai akan terancam kehabisan air tawar apabila

terjadi intrusi air laut kedaratan karena tidak adanya hutan mangrove.

Nilai manfaat pencegah intrusi air laut = ∑KK x ∑RKbtA x HA x Hr

∑KK = Jumlah kepala keluarga

∑RKbtA = Jumlah rata-rata kebutuhan air (liter/hari)

HA = Harga Air (Rp/liter)

Hr = Jumlah hari (tahun)

Menurut Suparmoko (1995) dalam Sribianti (2008), Nilai manfaat ekonomi

tidak langsung hutan mangrove diformulasikan sebagai berikut :

NTML = Npa+Nppu+Npia

Keterangan :

NTML = Nilai Manfaat Tidak Langsung

Npa = Nilai Penahan Abrasi

NppU = Nilai Penyedia Pakan Udang

Npia = Nilai Pencegah Intrusi Air Laut

3.4.2.2. Nilai Manfaat Pilihan (Option Value) Hutan Mangrove

Nilai pilihan (Npi) adalah nilai potensial yang dapat dimanfaatkan untuk

masa yang akan datang (meskipun saat ini belum diketahui, misalnya nilai

pemeliharaan keanekaragaman hayati (Biodiversity).

Nilai pilihan dalam penelitian ini didekati dengan mengacu pada nilai hutan

mangrove sebagai pemeliharaan keanekaragan hayati. Nilai pilihan hutan

Page 30: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

30

mangrove sebagai pemeliharaan keanekaragaman hayati dijelaskan sebagai

berikut (Suparmoko, 1995 dalam Sribianti 2008) :

Npi = NPkh

Keterangan :

Npi = Nilai Pilihan (Option Value)

NPhk = Nilai Pemeliharaan Keanekaragaaman Hayati

NPhk = Biaya Rehabilitasi Hutan Mangrove/Ha x Luas Hutan Mangrove (M²)

Dalam penelitian ini, hutan mangrove sebagai pemelihara keanekaragaman

hayati di hitung berdasarkan besarnya biaya untuk merehabilitasi hutan mangrove.

3.4.3. Total Nilai Ekonomi Hutan Mangrove

Nilai ekonomi total dalam penelitian ini merupakan penjumlahan dari

seluruh nilai manfaat tidak langsung dan nilai pilihan yang telah

dikuantifikasi

3.5. Defenisi Operasional

1. Nilai manfaat tidak langsung adalah merupakan nilai dari manfaat yang

tidak langsung yang diperoleh dari jasa lingkungan hutan mangrove yaitu

pencegah intrusi air laut ke darat, penahan abrasi oleh ombak, dan

penyedian pakan.

2. Nilai manfaat pilihan adalah nilai potensial yang dapat diambil manfaatnya

di masa yang akan datang, yaitu nilai pemeliharaan keanekaragaman

hayati.

3. Nilai manfaat total adalah nilai hasil manfaat tidak langsung dan nilai

manfaat pilihan yang dihasilkan hutan mangrove yang di konversikan.

Page 31: I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang · Bakosurtanal (2010 ). Hal ini mungkin dapat disebabkan penggunaan metoda pemetaan yang tidak sama, atau telah terjadi pemanfaatan atau konversi

31

4. Responden adalah masyarakat yang bermukim di Pulau Bauluang Desa

Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yang

memanfaatkan hutan mangrove.

5. Hutan Mangrove adalah hutan yang terdapat disepanjang pantai, muara

dan sungai yang di pegaruhi oleh pasang surut air laut.