i Pendahuluan

7
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Pantai Timur Sumatera Selatan khususnya yang terletak di Kabupaten Banyuasin merupakan daerah muara sungai atau daerah estuaria yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Secara geografis Kabupaten Banyuasin terletak antara 1, 30 0 4,0 0 Lintang Selatan dan 104 0 00’ – 105 0 35’ Bujur Timur dengan luas wilayah 11.832.99 Km 2 . Letak provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jambi di sebelah utara dan Provinsi Lampung di sebelah selatan. Sebagian wilayah Banyuasin yang terletak di bagian pesisir Pantai Timur Sumatera Selatan merupakan kawasan pasang surut. Salah satu muara sungai yang terdapat di Pantai Timur Sumatera Selatan Kabupaten Banyuasin, seperti Muara Sungai Musi yang bermuara di Selat Bangka (Pemerintah Kabupaten Banyuasin, 2011). Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran debit sungai, ke arah laut, sebagai media transportasi air, baik untuk pengangkutan penumpang maupun pengangkutan barang dan juga sebagai tempat penangkapan ikan. Muara sungai juga harus melewatkan debit yang menimbulkan pasang surut, biasanya lebih besar dari debit sungai. Permasalahan yang sering terjadi di muara sungai adalah terjadinya proses pengikisan dan pengendapan akibat pasang surut (Triatmodjo,1999).

description

wefsdkjhfkjsdfh ksdjh fkjsd hfksh dfkjhdlfkjhakjhlkjd hfkjld hfkjad hfkjdl hfljksd hfalkje hfakjehkrejhf

Transcript of i Pendahuluan

43

I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangWilayah pesisir Pantai Timur Sumatera Selatan khususnya yang terletak di Kabupaten Banyuasin merupakan daerah muara sungai atau daerah estuaria yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Secara geografis Kabupaten Banyuasin terletak antara 1, 300 4,00 Lintang Selatan dan 1040 00 1050 35 Bujur Timur dengan luas wilayah 11.832.99 Km2. Letak provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jambi di sebelah utara dan Provinsi Lampung di sebelah selatan. Sebagian wilayah Banyuasin yang terletak di bagian pesisir Pantai Timur Sumatera Selatan merupakan kawasan pasang surut. Salah satu muara sungai yang terdapat di Pantai Timur Sumatera Selatan Kabupaten Banyuasin, seperti Muara Sungai Musi yang bermuara di Selat Bangka (Pemerintah Kabupaten Banyuasin, 2011).

Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran debit sungai, ke arah laut, sebagai media transportasi air, baik untuk pengangkutan penumpang maupun pengangkutan barang dan juga sebagai tempat penangkapan ikan. Muara sungai juga harus melewatkan debit yang menimbulkan pasang surut, biasanya lebih besar dari debit sungai. Permasalahan yang sering terjadi di muara sungai adalah terjadinya proses pengikisan dan pengendapan akibat pasang surut (Triatmodjo,1999).Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan pesat khususnya untuk melakukan penelitian objek bawah air. Salah satu teknologi yang digunakan adalah teknologi akustik dengan menggunakan echosounder. Teknologi akustik adalah teknologi yang digunakan untuk mendeteksi objek bawah air dengan menggunakan gelombang suara. Teknologi ini mampu memberikan informasi mengenai relief dasar perairan, ada tidaknya schooling ikan, ada tidaknya pergerakan ikan serta densitas ikan (Ningsih, 2009).Teknologi akustik bawah air yang biasa disebut hydroacoustic atau underwater acoustic yang semula ditujukan untuk kepentingan militer telah berkembang dengan sangat pesat dalam menunjang kegiatan non- militer. Teknologi ini dapat diaplikasikan pada kegiatan penelitian, survei kelautan dan perikanan baik dilaut wilayah pesisir, laut lepas, termasuk laut dalam dengan kedalalaman sampai dengan 6.000 meter. Teknologi mutakhir, yang digunakan seperti digital echo integrator, dual beam system, split beam acoustic system, quasy ideal beam system dan aneka echo processor canggih lainnya. Teknologi akustik bawah air ini digunakan karena dalam mendeteksi sumberdaya hayati dan non hayati, baik termasuk survei populasi ikan, relatif lebih akurat, cepat dan tidak merusak lingkungan dibandingkan dengan teknik lain seperti metode statistik (Arnaya, 1991 dalam Jaya, 2007).Hidrografi adalah cabang ilmu yang berkaitan dengan pengukuran dan deskripsi dari fitur fisik perairan, wilayah pesisir, danau, dan sungai, serta dengan

prediksi evolusi dari wilayah laut, dengan tujuan utama keselamatan navigasi dan kegiatan kelautan lainnya seperti, pengembangan ekonomi, keamanan dan pertahanan, penelitian ilmiah, dan perlindungan lingkungan laut. Survei hidrografi umumnya banyak dimanfaatkan untuk memetakan dasar laut yang digunakan untuk berbagai kegiatan di laut seperti pengerukan, peletakan pipa minyak, pembangunan tambang minyak lepas pantai, navigasi, pengendalian sedimentasi dan banjir. Kondisi hidrografi mengalami perubahan tanpa batas waktu tertentu. Perubahan kondisi hidrografi umumnya disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengikisan pantai oleh gelombang, sedimentasi, penggunaan lahan di wilayah pesisir, dan lain sebagainya

Sebagai daerah yang banyak mendapat masukan sedimen dari sungai-sungai besar, maka morfologi daerah Muara Sungai Musi akan berubah secara dinamis, yang dibentuk oleh endapan sedimen tersebut (DKP, 2001 dalam Surbakti 2012). Perubahan morfologi daerah muara sangat dipengaruhi oleh pasang surut, arus, angin serta berbagai kegiatan yang dilakukan didaerah Muara Sungai Musi. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam menduga laju pengnedapan adalah dengan metode akustik, yang memanfaatkan gelombang suara yang dipantulkan.Salah satu alat yang digunakan dalam penentuan batimetri suatu perairan adalah GPS tipe GPS MAP. GPS MAP hampir sama dengan alat Fish Finder (echosounder royal). Echosounder royal merupakan salah satu echosounder yang menggunakan unit layar video sebagai media tampilan echogram. Pada umumnya echosounder digunakan untuk sebagai alat untuk mendeteksi kedalaman dan level target yang terdeteksi. Level target yang ditampilkan dalam layar digambarkan dengan warna-warna yang berbeda (Garmin, 2013).

Pada GPS MAP, warna yang tampil untuk menandakan perairan adalah berwarna biru, sedangkan untuk level atau garis kedalaman berwarna putih. GPS MAP juga bisa digunakan untuk melihat potensi ikan yang terdapat di suatu perairan. GPS MAP berbeda dengan Fish finder. Dalam GPS MAP sudah dilengkapi dengan slot memori untuk pemindahan data kedalaman yang sudah terekam (Garmin, 2013).1.2 Rumusan Masalah

Daerah muara merupakan pertemuan antara aliran sungai dengan masuknya air laut, dan merupakan daerah yang vital bagi kegiatan manusia, baik untuk daerah penangkapan ikan maupun jalur pelayaran. Adapun diagram alir pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.1. Bagaimana peta batimetri Muara Sungai Musi ?

2. Berapa rata rata ketinggian air di Muara Sungai Musi ?

3. Seberapa besar perubahan kedalaman di Muara Sungai Musi ?1.3 Tujuan

1. Memetakan data 2D batimetri Muara Sungai Musi dengan data hasil pemeruman (Sounding).2. Mengidentifikasi kontur 2D dan 3D dari kedalaman Muara Sungai Musi.3. Menentukan perubahan kedalaman berdasarkan data batimetri Dishidros AL tahun 2001 dan data perekaman tahun 2014.1.4 ManfaatPenelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian pemerintah daerah untuk membuat rencana tata ruang wilayah muara dan dapat digunakan sebagai dasar atau pegangan bagi pemerintah setempat dalam pengambilan kebijakan terutama yang berhubungan dengan aktifitas transportasi di wilayah Muara Sungai Musi.

dibandingkan

diketahui Gambar 1 : Diagram Alir Pemikiran

Muara Sungai merupakan daerah yang dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai kegiatan, seperti transportasi, pelayaran, perdagangan, industri dan penangkapan ikan. Banyaknya kegiatan yang terjadi di daerah Muara Sungai Musi mengakibatkan adanya sedimentasi, sehingga terjadi adanya perubahan kedalaman. Dalam mendukung kegiatan di Muara Sungai Musi, dibutuhkan peta batimetri sebagai acuan. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam pengukuran kedalaman dengan metode akustik, adalah GPS MAP. Data perekaman kedalaman dapat digunakan untuk menghasilkan peta dan kontur kedalaman dan juga untuk menduga perubahan kedalaman yang terdapat di daerah Muara Sungai Musi untuk menunjang kegiatan di daerah Muara Sungai Musi.Muara Sungai Musi

Echosounder

Fish Finder

Kontur Kedalaman

Peta Batimetri

Dishidros AL

Manfaat :

Sedimentasi/Pendangkalan

Perencanaan Pembangunan

Amdal

Jalur Pelayaran/ Transportasi

MBES

Kebutuhan :

Peta Batimetri

Peta Batimetri

SBES

GPS MAP

Aktivitas Manusia :

Transportasi

Pelayaran

Perdagangan

Industri

Penangkapan ikan

Perubahan Kedalaman