i. Pendahuluan

4
I. Pendahuluan 1 I. PENDAHULUAN 1. Dinamika Pembangunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Selatan 2001- 2015 telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Nomor 44 tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan (Perda 44/2001 tentang RTRWP Sulsel). Sejak ditetapkan sampai saat ini, telah terjadi dinamika perubahan pembangunan di wilayah Sulsel, yaitu dinamika internal dan eksternal. 1.1. Faktor Internal Pemekaran wilayah provinsi. Berdasarkan Undang-undang Nomor 56 tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (UU 56/2004) sebagian wilayah Sulsel telah dimekarkan menjadi Provinsi Sulawesi Barat. Pemekaran ini di satu pihak akan mendorong pembangunan wilayah Sulbar sebagai suatu sistem wilayah pembangunan dengan otonomi penuh, tidak lagi bergantung pada Provinsi Sulawesi Selatan. Di pihak lain, dengan melihat wilayah Sulsel sebagai satu sistem, pemekaran ini akan mengubah sistem struktur tata ruang wilayah Sulsel. Bila sistem berubah, maka dengan sendirinya perlu dilakukan perubahan tata ruang pada sistem tersebut. Pemekaran beberapa kabupaten dan kota. Selama kurun waktu 2001 sampai sekarang telah terjadi pemekaran beberapa wilayah berdasarkan beberapa keputusan politik yaitu: Undang-undang Nomor 7 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara (UU 7/2003); Undang-undang Nomor 13 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Utara (UU 13/99), dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo (UU 11/2002). Bila masing-masing wilayah baru tersebut menjadi titik tumbuh baru, maka ini berdampak pada sistem wilayah Sulsel Kebijakan pembangunan Pemprov Sulsel yang dikenal dengan Gerbang Emas (Gerakan Pengembangan Ekonomi berbasis Masyarakat) diharapkan akan mampu mendorong aktifitas ekonomi dengan melibatkan potensi masyarakat, yang gilirannya akan membentuk pusat pengembangan ekonomi baru Konurbasi Mamminasata. Kota Makassar, Kabupaten Maros, Sungguminasa dan Takalar berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Mamminasata (Perda 10/2003) telah ditetapkan sebagai Metropolitan Mamminasata. Keempat wilayah tersebut dikelola dalam satu sistem terpadu. Kebijaksanaan ini berarti akan memperbesar potensi Metro Mamminasata sebagai kutub pertumbuhan wilayah Sulsel. Eksistensi beberapa kawasan andalan seperti Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet), khususnya Kapet Parepare yang telah mulai

Transcript of i. Pendahuluan

Page 1: i. Pendahuluan

I. Pendahuluan

1

I. PENDAHULUAN 1. Dinamika Pembangunan

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Selatan 2001-

2015 telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Nomor 44 tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan (Perda 44/2001 tentang RTRWP Sulsel). Sejak ditetapkan sampai saat ini, telah terjadi dinamika perubahan pembangunan di wilayah Sulsel, yaitu dinamika internal dan eksternal.

1.1. Faktor Internal

• Pemekaran wilayah provinsi. Berdasarkan Undang-undang Nomor 56 tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (UU 56/2004) sebagian wilayah Sulsel telah dimekarkan menjadi Provinsi Sulawesi Barat. Pemekaran ini di satu pihak akan mendorong pembangunan wilayah Sulbar sebagai suatu sistem wilayah pembangunan dengan otonomi penuh, tidak lagi bergantung pada Provinsi Sulawesi Selatan. Di pihak lain, dengan melihat wilayah Sulsel sebagai satu sistem, pemekaran ini akan mengubah sistem struktur tata ruang wilayah Sulsel. Bila sistem berubah, maka dengan sendirinya perlu dilakukan perubahan tata ruang pada sistem tersebut.

• Pemekaran beberapa kabupaten dan kota. Selama kurun waktu 2001 sampai sekarang telah terjadi pemekaran beberapa wilayah berdasarkan beberapa keputusan politik yaitu: Undang-undang Nomor 7 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara (UU 7/2003); Undang-undang Nomor 13 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Utara (UU 13/99), dan Undang-undang Nomor 11 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo (UU 11/2002). Bila masing-masing wilayah baru tersebut menjadi titik tumbuh baru, maka ini berdampak pada sistem wilayah Sulsel

• Kebijakan pembangunan Pemprov Sulsel yang dikenal dengan Gerbang Emas (Gerakan Pengembangan Ekonomi berbasis Masyarakat) diharapkan akan mampu mendorong aktifitas ekonomi dengan melibatkan potensi masyarakat, yang gilirannya akan membentuk pusat pengembangan ekonomi baru

• Konurbasi Mamminasata. Kota Makassar, Kabupaten Maros, Sungguminasa dan Takalar berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Mamminasata (Perda 10/2003) telah ditetapkan sebagai Metropolitan Mamminasata. Keempat wilayah tersebut dikelola dalam satu sistem terpadu. Kebijaksanaan ini berarti akan memperbesar potensi Metro Mamminasata sebagai kutub pertumbuhan wilayah Sulsel.

• Eksistensi beberapa kawasan andalan seperti Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet), khususnya Kapet Parepare yang telah mulai

Page 2: i. Pendahuluan

I. Pendahuluan

2

dikembangkan secara serius. Ini juga berarti tampilnya Kapet ini sebagai pusat pertumbuhan di Sulsel.

• Sejumlah rencana sektoral yang berskala provinsi, misalnya pengembangan Pelabuhan Makassar yang akan memperluas kawasan pelabuhan dan terintegrasi dengan beberapa fungsi utama di Kota Makassar, sejalan dengan kebijakan pembangunan transportasi sungai dan laut.

• Terjadinya pertambahan penduduk. Dengan berjalannya waktu, pertambahan penduduk diduga telah berlangsung. Pertambahan ini tentu saja berimplikasi pada dimensi spasial dan kemampuan daya layan prasarana wilayahnya.

Faktor Eksternal

Selain faktor internal tersebut, pembangunan wilayah Sulsel juga

terpengaruh oleh dinamika eksternal antara lain: • Perubahan UU 22 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UU 32/2004

tentang Pemerintahan Daerah yang antara lain mempertegas kewenangan Pemerintah Provinsi (Ps 13)

• UU tentang Sistem Perencanaan Nasional yang mengharuskan setiap daerah memiliki RPJP, RPJM, serta Renstra

• Draft PP tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional • Draft PP tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi

Muatan RTRWP tidak ”implementable”

Selain faktor internal dan eksternal tersebut, mauatn RTRWP perlu ditinjau tingkat im-lementasinya. Berdasarkan penelitian Balitbangda, implementasi Perda 44/2001 tentang RTRWP ternyata belum memenuhi harapan. Banyak rencana yang tertuang dalam RTRWP tidak dapat dimplementasikan karena beberapa hal:

• Kurangnya sosialisasi RTRWP. Meski telah diPerdakan, ternyata banyak Pemkot/Pemkab belum mengetahui keberadaannya.

• Pemkot dan Pemkab tidak memiliki dokumen RTRWP; masing-masing kota/ kabupaten memiliki RTRW Kab/ Kota yang tidak berbasis pada RTRWP

• Belum berfungsinya lembaga ketataruangan provinsi dan kabupaten/kota. Meskipun telah dibentuk BKPRKabupaten, Kota maupun Provinsi, tetapi lembaga ini belum berfungsi karean banyak hal. Akibatnya pengendalian pemanfaatan RTRWP tidak dapat dilaksanakan sengan semestinya

2. Perlunya Revisi RTRWP

Dinamika tersebut mencerminkan adanya perubahan dalam pembangunan. Perubahan pembangunan tentu akan berdampak pada tata ruang wilayah. Melihat adanya perubahan signifikan dan pengaruh faktor internal dan eksternal, serta merujuk pada UU 24/92 tentang Penataan Ruang yang menyatakan bahwa suatu

Page 3: i. Pendahuluan

I. Pendahuluan

3

rencana dapat direvisi sekurang-kurangnya setiap 5 tahun, maka Perda 44/2001 tentang RTRWP Sulsel sudah waktunya untuk direvisi.

3. Tujuan Pekerjaan

Tujuan umum pekerjaan ini adalah ini adalah untuk melakukan revisi terhadap Perda 44/2001 tentang RTRWP 2002-2015. Secara khusus tujuan pekerjaan ini adalah:

• Menyelenggarakan jaring pendapat masyarakat • Melakukan penelitian tentang implementasi RTRWP • Melakukan up-dating data tata ruang Sulsel dan dituangkan dalam Sistem

Informasi Tata Ruang (SIMTARU) Sulsel • Melaksanakan studi banding tata ruang wilayah bagi staf pemkab/pemkot • Melakukan analisis atas data perencanaan berdasarkan pada SIMTARU • Menyusun draft rencana (rancangan rencana) tata ruang wilayah • Menyusun rencana akhir RTRWP • Melakukan sosialisasi RTRWP yang sudah direvisi • Mengajukan rekomendasi untuk revitalisasi kelembagaan

4. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan revisi RTRWP ini direncanakan akan dilaksanakan dalam TA 2006 dan 2007 dengan bagian pekerjaan yang dirinci dalam Tabel 1 sbb.:

Page 4: i. Pendahuluan

I. Pendahuluan

4

Tabel 1. Tahap dan Lingkup Pekerjaan TA Dana Bagian Pekerjaan Kinerja

2006 APBD 1. Jaring Pendapat Masyarakat Terjaringnya pendapat masyarakat Teridentifikasi potensi dan masalah Perumusan tujuan pembangunan wilayah Sulsel

2.Survai dan Pengumpulan Data

1. Sistem Informasi Tata Ruang (SIMTARU) berbasis GIS berisi data spasial Sulsel

2. 1 set komputer dekstop Pentium IV 3. 10 orang terlatih mengggunakan

SIMTARU

3. Studi Banding 1. Buku Laporan Studi Banding 2. 15 orang peserta Studi Banding dapat memahami konsep RTRWP di Bandung dan mampu mengaplikasikannya di Sulsel

APBN 1. Pokja Teknis dan Pokja Wilayah Terjaringnya aspirasi stakeholders melalui 1. 3 kali lokakarya pada jaring pendapat 2. 8 kali lokakarya bulanan

2. Analisis Data 1. Buku Fakta dan Analisis 2. Konsep Dasar Draft Rencana

3. Penelitian Kelembagaan Tata Ruang

1. Rekomendasi BKTRD 2. Pedoman proses perencanaan pembangunan berdasarkan RTRWP

Menyusun Rancangan Rencana Buku Rancangan Rencana

APBN 2. Menyusun Rencana Akhir 1. Buku Rencana Akhir 2. Buku Excecutive summary 3. Album Peta

APBD 3. Sosialisasi Perda RTRWP Perda RTRWP tersosialisasi ke Pemkot/pemkab serta stakeholders

4. Penataan kelembagaan RTRWP menjadi Perda