I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

81
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini memicu para peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih meningkat. Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan ( pop corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak

Transcript of I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

Page 1: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia

yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama

di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber

pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia

(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai

pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, Jagung yang telah

direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari

segi produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional

yang sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini

memicu para peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih

unggul guna lebih meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan

di pasaran dapat lebih meningkat.

Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan

industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi

kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan

bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan

memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakan

bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di

beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah

misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop

corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak

Page 2: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

2

goreng, margarin, dan formula makanan. Perkembangan ini juga membuat

penelitian mengenai karakteristik ( fisik dan kimiawi ) semakin dinamis. Oleh

karena itu penelitian yang terkait karakteristik terus dikembangkan, seperti

halnya perilaku kadar air dan tingkat kekerasan biji jagung.

Jagung dengan varietas NK 22 dan Pioneer merupakan varietas yang

saat ini sangat banyak ditanam oleh petani di Indonesia khususnya di

Sulawesi Selatan. kedua varietas tersebut tentunya memiliki keunggulan pada

karakteristiknya masing-masing baik itu dari segi bentuk dan ukuran pada biji

dan tongkol serta penampakan lainnya. Akan tetapi jika ditinjau dari

karakteristik masing-masing kedua varietas ini belum terlalu banyak tersedia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian

mengenai karakteristik fisik dimana dalam hal ini untuk mengetahui perilaku

tingkat kekerasan biji jagung selama pengeringgan lapisan tipis.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan tingkat kekerasan dan kadar air biji jagung selama proses

pengeringan lapisan tipis.

Keguanaan penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan

informasi dan pertimbangan bagi pemerhati (stakeholder) jagung, khusunya

industri pengolahan biji jagung.

Page 3: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jagung ( Zea Mays L )

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung

umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat

mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah

hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011a)

Menurut Tjitrosoepomo, 1991 tanaman jagung dalam tata nama atau

sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh

bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran

amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh

Page 4: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

4

patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh

pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan

pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi

mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama,

meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum

mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan

tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150

hari (Anonim, 2011a).

Menurut Anonim, 2011a jika ditinjau dari bagaimana suatu kultivar

("varietas") jagung di buat maka dapat dilihat berbagai tipe kultivar jagung :

1. galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih

2. komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang

diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul

3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki

keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam

4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga,

atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.

Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun

rata-rata 12 - 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun

yang lebih sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang

mempunyai banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30 - 150 cm dan lebar

daun dapat mencapai 15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan

unutk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi

iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).

Page 5: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

5

Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar 2 – 4 cm tergantung

pada varietasnya. Genetic memberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman.

Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat

berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).

Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar

dengan berat rata-rata 250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan

bulat melebar yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji

jagung. Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji

jagung memiliki struktur embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang

dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan perkembangan

menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).

2.2. Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan

yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang

sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi

penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam

bahan pangan ikut

menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang

tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk

berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan

(Winarno, 1997).

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengeringan

adalah kadar air, pengeringan bertujuan untuk mengurangi

kadar air bahan untuk menghambat perkembangan

Page 6: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

6

organisme pembusuk. Kadar air suatu bahan berpengaruh terhadap

banyaknya air yang diuapkan dan lamanya proses pengeringan

(Taib et al. 1988).

Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada

suatu bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan

metode oven“, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh

produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen

yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada

pemanasan 1000C – 102

0C sampai diperoleh berat yang tetap

(Apriyantono, 1989).

Dalam mencegah keruskan selama masa penyimpanan, pengendalian

kadar air merupakan faktor terpenting. Pengendalian kadar air adalah faktor

yang paling mudah dan murah sebelum dilakukan penyimpanan terhadap

bahan. Perkembangan kapang dapat ditekan dengan adanya pengurangan

kadar air selama penyimpanan (Wiliam, 1991). Pengeringan yang berlanjut

dengan menggunakan sinar matahari dapat menyebabkan biji-bijian retak dan

kehilangan daya hidupnya (Covanic, 1991).

Selama masa penyimpanan kadar air bahan pangan akan bergerak

menuju kadar air keseimbangan. Henderson dan Perry (1976) mengemukakan

bahwa kadar air keseimbangan terjadi pada saat biji-bijian tidak lagi

menyerap atau melepas uap air. Pengeringan mekanis untuk menurunkan

kadar air sampai 14% selama 2.5 hari efektif untuk mengontrol aflatoksin

pada jagung yang diproduksi pada musim hujan. Untuk menghemat biaya

(Negler et al. 1986).

Page 7: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

7

Kadar air suatu bahan merupakan banyaknya kandungan air persatuan

bobot bahan yang dinyatakan dalam persen basis basah (wet basis) atau

dalam persen basis kering (dry basis). Kadar air basis basah mempunyai

batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air basis kering

lebih 100%. Kadar air basis basah (b,b) adalah perbandingan antara berat air

yang ada dalam bahan dengan berat total bahan.

Kadar air basis basah dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

...................................... (1)

Keterangan:

KA-bb = Kadar air basis basah (% bb)

Wm = Berat air dalam bahan (g)

Wd = Berat bahan kering (g)

Wt = Berat total (g)

kadar air basis kering (b,k) adalah perbandingan antara berat air yang

ada dalam bahan dengan berat padatan yang ada dalam bahan. Kadar air berat

kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

........................................ (2)

Keterangan:

KA-bk = Kadar air basis kering (% bk)

Wm = Berat air dalam bahan (g)

Wd = Berat bahan kering (g)

Wt = Berat total (g)

Page 8: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

8

Kadar air basis kering adalah berat bahan setelah mengalami

pengeringan dalam waktu tertentu sehingga beratnya konstan. Pada proses

pengeringan, air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya

diuapkan meskipun demikian hasil yang diperoleh disebut juga sebagai berat

bahan kering (Ramadhani, 2011)

2.3. Pengeringan

Pengeringan adalah proses pindah panas dan kandungan air secara

stimultan udara panas yang dibawa oleh media pengering akan digunakan

untuk menguapakan air yang terdapat didalam bahan. Uap air yang berasal

dari bahan akan dilepaskan dari permukaan bahan keudara kering

(Pramono, 1993)

Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara

karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang

dikeringkan. Tujuan dari pengeringan antara lain adalah untuk mengurangi

kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan

kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau

terhenti agar bahan memiliki masa simpan yang lama (Taib et al. 1988).

Disisi lain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami

perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum

digunakan yaitu rehidrasi (Muchtadi, 1989).

Proses pengeringan pada umumnya digunakan pada bahan pangan

dengan dua cara yaitu pengeringan dengan penjemuran dan pengeringan

dengan alat pengering. Kelemahan dari penjemuran adalah waktu

pengeringan lebih lama dan lebih mudah terkontaminasi oleh kotoran atau

Page 9: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

9

debu sehingga dapat mengurangi mutu akhir produk yang dikeringkan. Di sisi

lain pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan alat biayanya lebih

mahal, tetapi mempunyai kelebihan yaitu kondisi sanitasi lebih terkontrol

sehingga kontaminasi dari debu, serangga, burung atau tikus dapat dihindari,

selain itu pula dehidrasi dapat memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan

(Desrosier, 1988).

Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara

tradisional dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar

9-11 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran

dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara

diikat dan digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering

untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat cara

pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air

di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga

kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan setiap

saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung

yang diinginkan (sutoro, 1988).

Pengeringan lapisan tipis dimaksudkan untuk mengeringkan produk

sehingga pergerakan udara dapat melalui seluruh permukaan yang

dikeringkan yang menghasilkan terjadinya penurunan kadar air dalam proses

pengeringan. Pengeringan lapisan tipis merupakan suatu pengeringan yang

dilakukan dimana bahan dihamparkan dengan ketebalan satu tipis (satu)

(Sodha et al. 1987).

Page 10: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

10

Pengeringan lapisan tipis adalah pengeringan oleh udara dengan suhu

dan kelembaban tetap dan dapat menembus seluruh bahan yang dikeringkan.

Pada pengeringan lapisan tipis bidang pengeringan lebih besar dan ketebalan

bahan dikurangi sehingga pengeringan berlangsung serentak dan merata ke

seluruh bahan (Henderson et al. 1976).

Pengeringan lapisan tipis mempunyai beberapa kelebihan yaitu

penanganan kadar air dapat dilakukan sampai minimum, biji dengan kadar air

maksimum dapat dipanen dan periode pengeringan dapat lebih pendek untuk

kadar air yang sama (Brooker, 1974).

2.4. Pengaruh Suhu Pengeringan Pada Proses Pengeringan

Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh

kenaikan suhu. Semakin besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan

bahan yang dikeringkan, semakin besar pula kecepatan pindah panas ke

dalam bahan pangan sehingga penguapan air dari bahan akan lebih banyak

dan cepat (Taib, G, et al. 1988).

Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin

cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara

pengering makin besar energy panas yang dibawa udara sehingga makin

banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang

dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka makin

cepat pula massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfir

(Taib, G. et al. 1988).

Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengering, makin tinggi

energy yang disuplai dan makin cepat laju pengeringan. Akan tetapi

Page 11: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

11

pengeringan yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan

terlalu cepat kering. Sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan

air bahan kepermukaan. Hal ini menyebabkan pengerasan permukaan bahan

(case hardering). Selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi menguap

karena terhalang. Disamping itu penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat

merusak daya fisiologik biji-bijian/benih (Taib, G. et al. 1988)

2.5. Alat Pengering Tipe Rak (Tray Dryer)

Tray dryer atau alat pengering berbentuk rak, mempunyai bentuk

persegi dan di dalamnya berisis rak-rak, yang digunakan sebagai tempat

bahan yang akan dikeringkan. Bahan diletakkan di atas rak (tray) yang

terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang. Kegunaan dari

lubang-lubang ini untuk mengalirkan udara panas dan uap air. Luas rak yang

digunakan bermacam-macam. Luas rak dan besar lubang-lubang rak

tergantung pada bahan yang akan dikeringkan. Apabila bahan yang akan

dikeringkan berupa butiran halus, maka lubangnya berukuran kecil. Selain

alat pemanas udara, biasanya digunakan juga kipas (fan) untuk mengatur

sirkulasi udara dalam alat pengering. Udara setelah melewati kipas masuk ke

dalam alat pemanas, pada alat ini udara dipanaskan lebih dahulu kemudian

dialirkan diantara rak-rak yang sudah berisi bahan (Taufiq, 2004)

2.6. Parameter Pengeringan

Menurut Brooker et al. (1974) bebrapa parameter yang

mempengaruhi lama waktu yang dibutuhkan pada proses pengeringan antara

lain :

Page 12: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

12

a. Suhu udara pengering

Suhu udara pengeringan akan mempengaruhi laju penguapan air

bahan dan mutu pengeringan. Semakin tinggi suhu maka panas yang

digunakan untuk penguapan air akan meningkat sehingga waktu

pengeringan akan menjadi lebih singakat. Agar bahan uang dikeringkan

tidak sampai rusak, suhu harus dikontrol terus menerus.

b. Kelembaban relatif (RH) udara pengering

Kelembaban relatif menentukan kemampuan udara pengering

untuk menampung kadar air bahan yang telah diuapkan. Jika RH semakin

rendah maka semakin banyak uap air yang diserap udara pengering,

demikian juga sebaliknya. RH dan suhu pengering akan menentukan

tekanan uap jenuh. Perbedaan tekanan uap air pada udara pengering dan

permukaan bahan akan mempengaruhi laju pengeringan. Untuk proses

pengeringan yang baik diperlukan RH yang rendah sesuai dengan bahan

yang akan dikeringkan.

c. Kecepatan aliran udara pengering

Aliran udara pada proses pengeringan berfungsi membawa panas

untuk menguapkan kadar air bahan serta mengeluarkan uap air hasil

penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan bahan dengan panas harus

segera dikeluarkan agar tidak membuat jenuh udara pada permukaan

bahan yang akan mengganggu proses pengeringan. Semakin besar

volume udara yang mengalir maka akan semakin besar kemampuannya

dalam membawa dan menampung air dari permukaan bahan.

Page 13: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

13

d. Kadar air bahan

Keragaman kadar air awal bahan sering dijumpai pada proses

pengeringan dan hal ini juga menjadi suatu masalah. Beberapa hal yang

dapat dilakukan untuk mengurangi masalah ini adalah dengan

mengurangi ketebalan tumpukan bahan yang dikeringkan, mempercepat

aliran udara pengering, menurunkan suhu udara pengering dan dilakukan

pengadukan bahan. Kadar air akhir bahan merupakan tujuan proses

pengeringan, besarnya kadar air akhir akan menentukan lamanya proses

pengeringan berlangsung.

2.7. Tesktur

Tekstur merupakan penilaian keseluruhan terhadap bahan

makanan yang dirasakan oleh mulut. Ini merupakan gabungan rangsangan

yang berasal dari bibir, lidah, dinding rongga mulut, gigi bahkan

termasuk juga telinga (Tranggono dan Sutardi, 1990).

2.7.1. Pengujian dan Pengukuran Tekstur

Tekstur merupakan atribut atau faktor penting dari kualitas

yang menentukan kelayakan dari suatu bahan pangan, baik itu

buah maupun sayuran. Walaupun demikian, tekstur bukanlah

merupakan suatu atribut tunggal, tetapi merupakan sifat kolektif

yang meliputi sifat-sifat biologis maupun mekanis dari suatu

bahan pangan dan merupakan perwujudan dari analisis sensorik

terhadap rasa dari bahan pangan itu di mulut konsumen (Abbott

dan Harker, 2005).

Page 14: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

14

Pengukuran tekstur telah menjadi salah satu faktor

terpenting dalam industri pangan, khususnya sebagai indikator

dari aspek non-visual. Kemampuan dalam menguji dan mengukur

tekstur, memberikan keleluasaan bagi pihak industry

untuk menetapkan standar kualitas baik itu dari

segi pengepakan/pengemasan maupun penyimpanan

(Abbott dan Harker, 2005).

Ada dua metode pengukuran tekstur yang sering digunakan.

Metode pertama adalah Evaluasi Sensorik (Sensory evaluation).

Pengujian ini dilakukan oleh sekelompok orang sebagai panelis

yang bertugas untuk menguji dan merasakan tekstur dari produk

atau bahan pangan tersebut. Metode yang kedua adalah Evaluasi

dengan Instrumen/alat uji (Instrumental measurements)

(Instron, 2006).

Terdapat tujuh macam prinsip pengukuran tekstur menurut

Supratomo (2006), antara lain sebagai berikut :

1. Penekanan (Compression)

2. Ekstruksi, dapat digunakan untuk mengukur kekentalan pasta.

3. Puncture dan Penetration (ditusuk)

4. Ditarik (Tension)

5. Pemotongan dan Penggesekan (Cutting and Shearing)

6. Pematahan (Fracture and Bending)

7. Kelengketannya (Adhesion)

Page 15: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

15

2.7.2. Metode Tekan

Metode tekan dapat digunakan untuk mengukur kekerasan

sereal, roti yang segar, memar pada buah atau besar tekanan untuk

mencegah memar, kekerasan tablet dan elastisitas surimi, dimana

permukaan instrumen lebih besar dari permukaan benda yang

ditekan.

2.7.3. Metode Tusuk

Puncture (metode tusuk) menggunakan jarum sifatnya

merusak. Prinsip ini digunakan untuk mengukur kekerasan suatu

bahan, dimana permukaan instrumen lebih kecil daripada permukaan

benda. Bisa menyebabkan tekanan dan gesekan. Alatnya bisa

berbentuk datar, kerucut (conical), lengkung (jari). Dapat digunakan

untuk mengukur adonan biskuit (konsistensinya), dan tingkat

kematangan buah (Supratomo, 2006).

Pada metode penusukan (puncture), probe ditekan oleh

besaran gaya yang konstan untuk dapat menusuk sampel pada

kedalaman dan waktu tertentu dan dalam keadaan yang ditetapkan

sebelumnya. Besarnya gaya yang diperlukan untuk menusuk atau

menerobos sampel menunjukkan derajat kekerasan (hardness), atau

kesegaran (firmness) sampel tersebut. Metode ini digunakan untuk

menguji kesegaran (firmness) pada buah-buahan, sayuran dan keju,

menguji kekerasan (hardness) pada permen, coklat dan margarine,

atau bloom test untuk gelatin.

Page 16: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

16

Penelitian di Australia mengenai tingkat kekerasan biji

jagung menunjukkan gaya yang dibutuhkan untuk mulai pecahnya

jagung pada kelembaban yang berbeda berkisar 298,11-198,44 N

untuk varietas Sc704 dan 321,67-218 N untuk varietas Dc370. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa untuk kedua varietas kekuatan pecah

sangat tergantung pada kadar air. Untuk kurva kekuatan yang lebih

besar diperlukan kadar air yang rendah untuk memecahkan butir.

Kekuatan pecah kecil di yang kadar airnya lebih tinggi dihasilkan

dari fakta bahwa jagung tersebut mungkin memiliki tekstur yang

lebih lembut pada kadar air tinggi. Begitu pula halnya dengan nilai

energy yang diperoleh pada tingkat kekerasan berkisar 64,67-130,8

N.mm pada varietas Sc704 dan 72,71-80,33 N.mm pada varietas

Dc370 (Alimardani dan seifi, 2010).

Page 17: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

17

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan

Maret 2012 di Laboratorium Processing Program Studi Keteknikan Pertanian,

Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat penguji tingkat

kekerasan produk hasil pertanian (Texture Analyzer - TA-XTPlus), alat

pengeringan lapisan tipis (Tray Dryer model EH-TD-3000), oven, timbangan

digital, kawat kasa, dan thermometer.

Bahan yang digunakan adalah jagung varietas NK 22 dan Pioneer yang

diperoleh dari petani jagung di Kabupaten Takalar.

C. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi:

Berat sampel jagung setiap selang satu jam pengeringan

Tingkat kekerasan sampel pada pengeringan jam ke 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13,

16, 19, 22, 25 dan 28.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut

1. Pengambilan sampel jagung di lapangan

a. Mengidentifikasi kebun jagung yang telah siap panen di Kabupaten

Takalar

b. Melakukan pemanenan jagung langsung di kebun petani terkait.

Page 18: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

18

c. Memilih lima tongkol jagung dari tiap-tiap varietas Pioneer dan NK 22

untuk dijadikan sample

d. Sample dibawah ke lab Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

2. Penyiapan sample di laboratorium

a. melakukan pemipilan pada tongkol jagung secara manual dan

mengambil biji yang memiliki ukuran yang hampir sama untuk

masing-masing varietas.

b. Biji jagung terpilih sebagai sampel kemudian dibersihkan dengan cara

menggosok di antara telapak tangan sehingga biji jagung benar-benar

bersih dari sisa-sisa tongkol.

c. Biji yang telah dibersihkan tersebut kemudian diletakkan dalam kasa

sehingga membentuk lapisan tipis (satu lapis, posisi biji tidak

bertumpuk). Satu varietas ditempatkan dalam dua kasa. Setiap kasa

berisi sekitar 70 biji jagung.

3. Penentuan sample

a. Menyiapkan empat buah kawat kasa (ukuran kisi sekitar 0.5 x 0.5 cm)

dengan ukuran sekitar 10 cm x 20 cm yang digunakan sebagai wadah

sampel jagung selama proses pengeringan..

b. Keempat wadah kasa dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama

digunakan untuk sampel (Pioneer dan NK22) yang akan dianalisis

tingkat kekerasannya. Sedangkan kelompok lainnya disiapkan untuk

pengamatan penurunan berat sampel (Pioneer dan NK22) sepanjang

proses pengeringan.

Page 19: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

19

c. Kasa kelompok pertama diberi label sampel analisis, sedangkan kasa

kelompok kedua sampel tanpa analisis.

d. Sebelum pengeringan dimulai, kasa yang telah diberikan sample

Pioneer dan NK 22 tanpa analisis di timbang dengan menggunakan

timbangan digital untuk mengetahui berat awalnya. Penimbangan

serupa dilakukanpada setiap selang waktu pengeringan satu jam

sampai berat sampel konstan. Suhu pengeringan ditetapkan sebesar

470C dengan dua tingkat kecepatan udara yakni 1.0 m/s dan 1.5 m/s.

e. Tingkat kekerasan biji diukur pada selang waktu pengeringan jam ke

1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan 28 (gambar 1). Sebelum

sampel dikeringkan, tingkat kekerasan (F:Gaya, P:Tekanan, E:Energi)

juga diukur dan ditetapkan sebagai tingkat kekerasan awal sampel.

f. Secara grafik disain penelitian ini disajikan pada Gambar-1 berikut.

Gambar 1: Grafik skenario pengukuran tingkat kekerasan sampel (F, P

dan E)

1 2 3 5 7 9 11 13 16 19 22 25 28

Waktu

KA. BK, KA. BB

Page 20: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

20

4. Proses Pengeringan

a. Menyiapkan alat Tray Drier

b. Menstabilkan suhu alat pengering pada suhu 47oC sekitar satu jam

c. Setelah suhu alat pengering stabil, kecepatan udara pengeringan diatur

untuk mendapatkan kecepatan udara sesuai dengan target perlakuan,

yakni 1.0 m/s dan 1.5 m/s. Untuk penentuan kecepatan ini digunakan

alat Anemometer.

d. Untuk menjaga agar sample tidak berinteraksi dengan udara

lingkungan pada saat pengeringan diistirahatkan untuk pengukuran

tingkat kekerasan sampel, maka sample (P1) dimasukkan kedalam

plastik kedap udara dan disimpan di dalam desikator sebelum

pengukuran dimulai.

e. Keseluruhan kasa tersebut dimasukkan kedalam alat pengering Tray

Drier secara bersamaan.

f. Untuk sample tanpa Analisis Pioneer dan NK 22 ditimbang tiap jam

sampai beratnya konstan

g. Untuk pengujian tingkat kekerasan diambil 6 biji jagung pada sample

analisis Pioneer dan Analisis NK 22 dan diukur tingkat kekerasananya

pada setiap selang waktu 1 jam, 2 jam dam 3 jam.

h. Setelah berat sampel tanpa analisis konstan, sample dimasukkan

kedalam oven selama 72 jam pada suhu 1050C untuk mendapatkan

berat keringnya. Informasi berat sample pada setiap selang waktu

pengamatan dan berat kering digunakan untuk menentukan kadar air

biji jagung.

Page 21: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

21

5. Proses uji tingkat kekerasan

a. Menyiapkan alat Texture Analyzer

b. Memasang Probe dengan model sms P/2 yang berdiameter 3.25 mm

untuk metode tusuk (puncture).

c. Meletakkan biji jagung diatas penopang Texture Analyzer

d. Pengukuran tingkat kekerasan pada sampel.

E. Analisis dan Penyajian Data (Pengolahan Data)

Berdasarkan berat sampel pada setiap jam pengeringan dan berat

kering sampel (berat setelah oven), kadar air sampel dihitung dengan

persamaan sebagai berikut:

a. Kadar Air Basis Basah (KA. BB)

KA.BB =

x 100 % ...................................................................... (3)

Dimana : m = kadar air basis basah (%)

A = berat awal (g)

B = berat akhir (g)

b. Kadar Air Basis Kering (KA. BK)

KA. BK =

x 100 % ..................................................................... (4)

Dimana : m = kadar air basis kering (%)

A = berat awal (g)

B = berat akhir (g)

c. Tingkat kekerasan biji direpresentasikan dengan nilai Gaya, Tekanan

dan Energi yang dibutuhkan untuk meretakkan biji jagung. Ketiga

paratemer ini dihitung dengan rumus-rumus berikut:

F = langsung diperoleh dari hasil pengujian

Page 22: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

22

P = F/A ......................................................................................... (5)

Dimana : A adalah luas permukaan probe yang digunakan pada

saat pengujian pada alat Texture Analyzer yaitu :

dimana

Energi

................................................................. (6)

dimana nilai F (N) dan S (mm) diperoleh langsung dari proses

pengukuran. Faktor 0.5 digunakan mengingat gerakan F terhadap S

yang membentuk bidang segitiga.

Page 23: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kadar Air

Hasil pengukuran kadar air basis basah dan kadar air basis kering

untuk kedua varietas jagung yang digunakan pada kedua level perlakuan

kecepatan udara disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Laju kadar air basis kering Biji Jagung Varietas Pioneer dan NK 22

Pada Keceptan (v=1m/s dan v=1.5m/s) Terhadap Waktu Pengeringan

Waktu

Pengeringan

KA. BK

(%)

PIONEER

(P1)

KA.BK

(%)

NK 22

(P1)

KA. BK

(%)

PIONEER

(P2)

KA. BK

(%)

NK 22

(P2)

0 68 71.6 93.0 57.7

1 57.9 60.6 65.9 49.5

2 51.2 53.3 48.0 44.5

3 44.8 45.7 36.4 40.6

5 38.0 37.2 24.1 34.6

7 32.7 30.8 17.0 28.0

9 28.4 25.9 15.0 24.4

11 23.5 20.8 13.6 21.7

13 20.7 18.1 12.7 19.6

16 17.7 15.4 11.9 16.6

19 14.7 13.1 11.4 15.3

22 13.3 12.0 10.9 14.2

25 12.3 11.3 10.8 13.3

28 11.6 10.8 10.6 12.6

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kadar air awal basis kering biji

jagung varietas pioneer (P1) adalah 68 % dan kadar air basis kering akhir

adalah 11.6 %. Rata-rata kadar air basis kering awal untuk biji jagung varietas

NK 22 (P1) adalah 71.6% dan kadar air basis kering akhir adalah 10.8%.

Rata-rata kadar air awal pioneer (P2) adalah 93.0% dan kadar air basis kering

akhir adalah 10.6%. Rata-rata kadar air awal biji jagung varietas NK 22 (P2)

Page 24: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

24

adalah 57.7% dan kadar air basis kering akhir adalah 12.6%. Dari tabel diatas

juga terlihat penurunan kadar air seiring dengan variasi waktu yang digunakan

selama pengeringan.

Untuk melihat pola penurunan kadar air basis kering ke dua sampel

jagung yang digunakan untuk kedua level perlakukan kecepatan udara

pengeringan, maka Tabel 1 di atas dikonversi kedalam bentuk grafik berikut:

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

0 5 10 15 20 25 30

Kad

ar A

ir.

BK

%

Waktu Pengeringan (jam)

Pioneer Perlakuan 1

NK 22 Perlakuan 1

Pioneer Perlakuan 2

NK 22 Perlakuan 2

Gambar 2.Pola perubahan kadar air basis kering sepanjang waktu pengeringan

(v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s)

Dari Gambar 2 diatas nampak bahwa pemilihan jam pengamatan 0, 1,

2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan 28 cukup memberikan gradasi kadar air

yang cukup memadai untuk pengamatan tingkat kekerasan biji jagung sejalan

dengan perubahan kadar air selama pengeringan lapisan tipis. Gambar ini juga

mempertegas bahwa jagung Pioneer yang digunakan pada perlakukan P2

(v=1m/s)

(v=1m/s)

(v=1.5m/s)

(v=1.5m/s)

KA. BK (%)

Page 25: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

25

memiliki penurunan kadar air yang sangat tidak signifikan. Seperti yang

dikemukakan sebelumnya, hal ini disebabkan oleh biji jagung tersebut yang

sebenarnya belum siap panen.

B. Gaya

Hasil pengukuran terhadap gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan

biji jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan kecepatan udara

(v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 2 dan 3 berikut.

Tabel 2. Hubungan antara gaya dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer

dan NK 22 pada v=1.0 m/s

Jam

KA. BK (%)

Pioneer

(P1)

F (N)

Pioneer

(P1)

KA. BK (%)

NK 22

(P1)

F (N)

NK 22

(P1)

0 68.0 64.3078 71.6 64.8802

1 57.9 66.0804 60.6 65.0796

2 51.2 90.4612 53.3 81.9834

3 44.8 104.2800 45.7 94.3318

5 38.0 135.8598 37.2 134.1338

7 32.7 129.3332 30.8 142.3700

9 28.4 149.6918 25.9 127.2586

11 23.5 168.9640 20.8 178.9354

13 20.7 191.4222 18.1 174.5106

16 17.7 146.8922 15.4 230.6442

19 14.7 182.1788 13.1 249.8864

22 13.3 201.2598 12.0 158.0668

25 12.3 214.6258 11.3 229.0476

28 11.6 228.0788 10.8 187.8324

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Page 26: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

26

Tabel 3. Hubungan antara gaya dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer

dan NK 22 pada v=1.5 m/s

Jam

KA. BK (%)

Pioneer

(P2)

F (N)

Pioneer

(P2)

KA. BK (%)

NK 22

(P2)

F (N)

NK 22

(P2)

0 93.0 24.8948 57.7 62.7820

1 65.9 52.6938 49.5 91.6646

2 48.0 57.5410 44.5 96.5746

3 36.4 58.5808 40.6 101.5370

5 24.1 61.9284 34.6 128.2666

7 17.0 74.0140 28.0 151.8780

9 15.0 96.0274 24.4 181.4710

11 13.6 91.7440 21.7 182.2344

13 12.7 92.3240 19.6 177.0924

16 11.9 81.3444 16.6 207.8998

19 11.4 86.6360 15.3 225.5570

22 10.9 79.6062 14.2 242.2378

25 10.8 94.6846 13.3 233.4964

28 10,6 78.8902 12.6 206.6680

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar air bahan sangat

berpengaruh terhadap kekuatan sampel. Gaya yang dibutuhkan berkisar antara

sekitar 60 N pada tahap awal hingga sekitar 250 N pada kadar air sekitar 14%

basis kering. Hasil yang di peroleh didalam penelitian ini untuk nilai gaya

tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang diperoleh dari Faculty of

Agricultural Engineering and Technology, College of Agricultural and

Natural Resources, University of Tehran (Alimardani dan seifi, 2010) dengan

nilai gaya sebesar 198,44 N pada akhir pengeringan.

Untuk memperjelas pola perubahan kekerasan biji jagung akibat

adanya perubahan kadar air, Tabel 2 dan 3 di atas kemudian digrafikan yang

hasilnya disajikan pada Gambar 3 berikut.

Page 27: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

27

0

50

100

150

200

250

300

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

F (

N)

KA. BK

GAYA

F (N) Pioneer perlakuan 1

F (N) NK 22 Perlakuan 1

F (N) Pioneer Perlakuan 2

F (N) NK 22 Perlakuan 2

Gambar 3. Hubungan tingkat kekerasan (Gaya, F) dengan kadar air basis

kering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s).

Pada gambar di atas, sekali lagi nampak bahwa Pioneer dengan

perlakuan P2 memiliki tingkat kekerasan yang sangat rendah kalaupun kadar

airnya telah mendekati kadar air kesetimbangan. Hal ini semakin memperjelas

bahwa sampel ini kemungkinan besar belum matang atau belum siap panen.

Dapat dilihat juga pada perubahan repture point yang dihasilkan,

dimana pada moving breaks ini akan lebih memberikan hasil yang lebih

informative. Dapat dilihat pada tabel berikut :

(v=1m/s)

(v=1m/s)

(v=1.5m/s)

(v=1.5m/s)

Page 28: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

28

Tabel 4. Hubungan antara jam pengeringan dengan repture point gaya biji

jagung varietas NK 22 dan Pioneer pada (v=1 m/s dan v=1.5 m/s)

Sember : Data primer setelah diolah, 2012

Pada tabel diatas dapat dilihat perubahan repture point gaya selama

selang waktu pengeringan masing-masing varietas pada ke dua level

kecepatan udara (v=1 m/s dan v=1.5 m/s). dimana perubahan yang terjadi

begitu signifikan pada moving breaks energy varietas pioneer dan NK 22

kecepatan udara (v=1 m/s) dan NK 22 kecepatan udara (v=1.5 m/s) meskipun

mengalami perubahan naik dan turun. Sedangkan perubahan yang terjadi pada

moving breaks untuk varietas pioneer pada kecepatan udara (v=1.5 m/s)

begitu kecil atau tidak signifikan dengan perubahan-perubahan yang lainnya.

Hal ini diakibatkan oleh jagung yang masih begitu muda atau belum siap

panen.

Jam

Repture

point

F (N)

Pioneer

(P1)

Repture

point

F (N)

NK 22

(P1)

Repture

point

F (N)

Pioneer

(P2)

Repture

point

F (N)

NK 22

(P2)

0 - - - -

1 73.62 70.65 45.0432 83.6737

2 86.94 80.46 56.2719 96.5921

3 110.20 103.48 59.3501 108.7927

5 123.16 123.61 64.8411 127.2272

7 138.29 134.59 77.3233 153.8719

9 149.33 149.52 87.2618 171.8611

11 170.03 160.23 93.3651 180.2659

13 169.09 194.70 88.4708 189.0755

16 173.50 218.35 86.7681 203.5164

19 176.78 212.87 82.5289 225.2315

22 199.35 212.33 86.9756 233.7637

25 214.65 191.65 84.3937 227.4674

28 221.35 208.44 86.7874 220.0822

Page 29: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

29

Untuk memperjelas pola perubahan repture point selama selang waktu

pengeringan, tabel 4 diatas kemudian digrafikkan yang hasilnya dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 4. Repture Point gaya varietas pioneer terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1 m/s)

Gambar 5. Repture Point gaya varietas pioneer terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s).

0

50

100

150

200

250

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) Pioneer perlakuan 1 (v=1m/s)repture point F (N) Pioneer perlakuan 1 (v=1m/s)

KA

. BK

(%

)

Waktu Pengeringan (Jam)

Rep

ture P

oin

t F(N)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) Pioneer perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Rapture point F (N) Pioneer perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t F(N)

Page 30: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

30

Gambar 6. Repture Point gaya varietas NK. 22 terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1 m/s).

Gambar 7. Repture Point gaya varietas NK. 22 terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s).

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Rapture point F (N) perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t F(N)

0

50

100

150

200

250

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) NK 22 perlakuan 1 (v=1m/s)

Repture point F (N) NK 22 perlakuan 1 (v=1m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t F(N)

Page 31: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

31

Dapat dilihat pada gambar 5 diatas yang lebih memperjelas bahwa pola

perubahan gaya yang terjadi pada varietas Pioneer perlakuan P2 (v=1.5m/s)

sangat rendah atau dapat dikatakan bahwa jagung tersebut belum siap panen.

C. Tekanan

Hasil perhitungan terhadap tekanan yang dibutuhkan untuk

memecahkan biji jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan

kecepatan udara (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 5 dan 6

berikut.

Tabel 5. Hubungan antara tekanan dengan KA. BK biji jagung varietas

Pioneer dan NK 22 pada v=1.0 m/s

Jam

KA. BK

(%)

Pioneer

(P1)

P

(k/Ps)

Pioneer

(P1)

KA. BK

(%)

NK 22

(P1)

P

(k/Ps)

NK 22

(P1)

0 68.0% 7755.81 71.6% 7824.85

1 57.9% 7969.60 60.6% 7848.89

2 51.2% 10910.03 53.3% 9887.57

3 44.8% 12576.64 45.7% 11376.84

5 38.0% 16385.31 37.2% 16177.14

7 32.7% 15598.17 30.8% 17170.47

9 28.4% 18053.51 25.9% 15347.96

11 23.5% 20377.82 20.8% 21580.42

13 20.7% 23086.38 18.1% 21046.77

16 17.7% 17715.86 15.4% 27816.74

19 14.7% 21971.59 13.1% 30137.43

22 13.3% 24272.84 12.0% 19063.57

25 12.3% 25884.84 11.3% 27624.18

28 11.6% 27507.34 10.8% 22653.44

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Page 32: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

32

Tabel 6. Hubungan antara tekanan dengan KA. BK biji jagung varietas

Pioneer dan NK 22 pada v=1.5 m/s

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Mengingat besaran Tekanan diperoleh melalui formula Gaya dibagi

dengan luas penampang probe yang digunakan dimana luas permukaan probe

ini konstan, maka pola perubahan tekananpun akan sama dengan pola

perubahan Gaya seperti diasjikan sebelumnya. Gambar 8 berikut menunjukkan

kesamaan pola ini. Hal yang perlu ditegaskan disini adalah, tekanan yang

dibutuhkan untuk memecahkan jagung sampel bervariasi dari sekitar

7.500 kPa pada awal pengeringan sampai dengan sekitar 30.000 kPa pada

tahap-tahap akhir pengeringan.

Jam

KA. BK

(%)

Pioneer

(P2)

P

(kPs)

Pioneer

(P2)

KA. BK

(%)

NK 22

(P2)

P

(kPs)

NK 22

(P2)

0 93.0 3002.425659 57.7 7571.793615

1 65.9 6355.110994 49.5 11055.16602

2 48.0 6939.705273 44.5 11647.33426

3 36.4 7065.109863 40.6 12245.82218

5 24.1 7468.845589 34.6 15469.53303

7 17.0 8926.423699 28.0 18317.17484

9 15.0 11581.33946 24.4 21886.2247

11 13.6 11064.74202 21.7 21978.2942

13 12.7 11134.69265 19.6 21358.14571

16 11.9 9810.503147 16.6 25073.65771

19 11.4 10448.69408 15.3 27203.19602

22 10.9 9600.868353 14.2 29214.97607

25 10.8 11419.3917 13.3 28160.72363

28 10.6 9514.515509 12.6 24925.09705

Page 33: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

33

Gambar 8. Hubungan tingkat kekerasan (Tekanan, P) dengan kadar air basis

kering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s).

Dapat dilihat hasil perhitungan repture point masing-masing varietas

terhadap selang waktu pengeringan pada ke dua level kecepatan udara

( v=1m/s dan v= 1.5m/s) disajikan pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Hubungan antara repture point tekanan dengan selang waktu

pengeringan biji jagung varietas Pioneer dan NK 22 pada

(v=1 m/s dan v=1.5 m/s)

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

0.00

5000.00

10000.00

15000.00

20000.00

25000.00

30000.00

35000.00

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

P(N

/m^2

)

KA. BK

TEKANANP(N/m^2) Pioneer Perlakuan 1P(N/m^2) NK 22 Perlakuan 1P(N/m^2) Pioneer Perlakuan 2P(N/m^2) NK 22 Perlakuan 2

(v=1m/s)

(v=1m/s)

(v=1.5m/s)

(v=1.5m/s)

Jam

repture

point

P (k/Ps)

Pioneer

(P1)

repture

point

P (k/Ps)

NK 22

(P1)

repture

point

P (k/Ps)

Pioneer

(P2)

repture

point

P (k/Ps)

NK 22

(P2)

0 - - - -

1 8878.48 8520.44 5432.41 10091.43

2 10485.42 9704.44 6786.64 11649.44

3 13290.66 12480.52 7157.89 13120.90

5 14853.37 14908.15 7820.13 15344.18

7 16679.00 16231.86 9325.54 18557.64

9 18009.83 18032.95 10524.17 20727.23

11 20505.91 19325.05 11260.26 21740.89

13 20393.36 23481.31 10669.98 22803.37

16 20924.61 26333.65 10464.63 24545.00

19 21320.10 25672.58 9953.36 27163.94

22 24043.09 25608.39 10489.65 28192.97

25 25888.34 23113.73 10178.26 27433.60

28 26696.09 25138.81 10466.95 26542.91

Page 34: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

34

Pada tabel diatas dapat dilihat pola perubahan repture point yang

dihasilkan selama selang waktu pengeringan yang dimana pola perubahan

yang dihasilkan sama dengan pola perubahan gaya karena besaran tekanan

diperoleh melalui formula gaya dibagi dengan luas penampang probe yang

digunakan seperti yang telah dijelaskan pada tabel 5 dan 6 sebelumnya.

Gambar 9, 10, 11 dan 12 berikut akan menunjukkan kesamaan pola tersebut.

Namun yang perlu diketahui bahwa perubahan repture point yang dihasilkan

berkisar 5400 k/Ps pada awal pengeringan sampai dengan 26600 k/Ps pada

tahap-tahap akhir pengeringan. Dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut.

Gambar 9. Repture point tekanan varietas pioneer terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0m/s)

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) Pioneer perlakuan 1 (v=1m/s)

Repture point P (k/Ps) perlakuan 1 (v=1m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t P (k/P

s)

Page 35: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

35

Gambar 10. Repture point tekanan varietas pioneer terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5m/s)

Gambar 11. Repture point tekanan varietas NK. 22 terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0m/s)

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK pioneer perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Repture point P(k/Ps) perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t P (k/P

s)

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 1 (v=1m/s)

Repture point P(k/Ps) NK. 22 perlakuan 1 (v=1m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t P (k/P

s)

Page 36: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

36

Gambar 12. Repture point tekanan varietas NK. 22 terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5m/s)

Pada gambar 10 terlihat jelas pola perubahan repture point tekanan

yang terjadi pada biji jagung varietas Pioneer perlakuan 2 pada kecepatan

udara (v=1.5 m/s) sangat tidak signifikan. Hal ini semakin memperjelas bahwa

biji jagung varietas Pioneer perlakuan 2 pada kecepatan udara (v=1.5 m/s)

belum matang atau belum siap panen.

D. Energi

Hasil perhitungan energi yang dibutuhkan untuk memecahkan biji

jagung varietas NK22 dan Pioneer untuk kedua perlakuan kecepatan udara

(v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s) disajikan pada Tabel 8 dan 9 berikut.

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Repture point P(k/Ps) perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t P (k/P

s)

Page 37: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

37

Tabel 8. Hubungan antara energi dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer

dan NK 22 pada v=1.0 m/s

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Tabel 9. Hubungan antara energi dengan KA. BK biji jagung varietas Pioneer

dan NK 22 pada v=1.5 m/s

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Jam

KA BK

(%)

PIONEER

(P1)

E

(Nm)

Pioneer

(P1)

KA BK

(%)

NK 22

(P1)

E

(Nm)

NK 22

(P1)

0 68.0 0.0401388 71.6 0.0372121

1 57.9 0.0375564 60.6 0.0386551

2 51.2 0.0553941 53.3 0.0427722

3 44.8 0.0659882 45.7 0.0496797

5 38.0 0.0694167 37.2 0.0723563

7 32.7 0.0659118 30.8 0.0671524

9 28.4 0.0839054 25.9 0.0513319

11 23.5 0.0619940 20.8 0.0794375

13 20.7 0.0810945 18.1 0.0692600

16 17.7 0.0500332 15.4 0.1088397

19 14.7 0.0673589 13.1 0.1278382

22 13.3 0.0823298 12.0 0.0595747

25 12.3 0.0922265 11.3 0.0978977

28 11.6 0.1040805 10.8 0.0811423

Jam

KA BK

(%)

Pioneer

(P2)

E

(Nm)

Pioneer

(P2)

KA BK

(%)

NK 22

(P2)

E

(Nm)

NK22

(P2)

0 93.0 0.017969452 57.7 0.035607276

1 65.9 0.027726111 49.5 0.05163131

2 48.0 0.02837624 44.5 0.056639344

3 36.4 0.021069062 40.6 0.056329418

5 24.1 0.016979919 34.6 0.069179243

7 17.0 0.018711782 28.0 0.078990063

9 15.0 0.022103602 24.4 0.087932785

11 13.6 0.03175675 21.7 0.086574901

13 12.7 0.024859057 19.6 0.070656509

16 11.9 0.023636942 16.6 0.087840884

19 11.4 0.027120121 15.3 0.120479869

22 10.9 0.02352364 14.2 0.142594803

25 10.8 0.026296493 13.3 0.107982352

28 10.6 0.022308997 12.6 0.083203218

Page 38: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

38

Dari Tabel 8 dan 9 dapat diketahui bahwa energi yang dibutuhkan

untuk memecahkan biji jagung sampel berkisar antara 0.035 Nm sebelum

pengeringan dan 0.143 Nm pada tahap akhir pengeringan. Hasil yang di

peroleh didalam penelitian ini untuk nilai energy tidak jauh berbeda dari hasil

penelitian yang diperoleh dari Faculty of Agricultural Engineering and

Technology, College of Agricultural and Natural Resources, University of

Tehran (Alimardani dan seifi, 2010) dengan nilai energy sebesar 130.8 N.mm

atau 0.1308 Nm pada akhir pengeringan.

Pola perubahan energi sepanjang pengeringan atau selama perubahan

kadar air (basis kering) disajikan pada Gambar 13 berikut. Pola yang

ditunjukkan relatif sama dengan dengan pola sebaran Gaya dan Tekanan pada

Gambar 3 dan 8.

0.0000

0.0200

0.0400

0.0600

0.0800

0.1000

0.1200

0.1400

0.1600

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

Ene

rgi,

Nm

Kadar air basis kering

Nilai (E) terhadap KA. BK

PIONEER ANALISIS 1

NK 22 ANALISIS 1

PIONEER ANALISIS 2

NK 22 ANALISIS 2

Gambar 13. Hubungan tingkat kekerasan (Energi, E) dengan kadar air

basiskering (v=1.0 m/s dan v=1.5 m/s).

(v=1m/s)

(v=1m/s)

(v=1.5m/s)

(v=1.5m/s)

Page 39: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

39

Dapat dilihat juga pada perubahan repture point yang dihasilkan yang

dimana pada moving breaks ini akan lebih memberikan hasil yang lebih

informative. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Hubungan antara jam pengeringan dengan repture point energy pada

biji jagung varietas NK 22 dan Pioneer pada (v=1 m/s dan v=1.5

m/s)

S

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Pada tabel diatas dapat dilihat perubahan repture point energy selama

selang waktu pengeringan masing-masing varietas pada ke dua level

kecepatan udara (v=1 m/s dan v=1.5 m/s) dimana perubahan yang terjadi

begitu signifikan pada moving breaks energy varietas pioneer dan NK 22

kecepatan udara (v=1 m/s) dan NK 22 kecepatan udara (v=1.5 m/s) meskipun

mengalami perubahan naik dan turun pada akhir-akhir pengamatan.

Jam

Repture

Point

E (Nm)

Pioneer

(P1)

Repture

point

E (Nm)

NK 22

(P1)

Repture

Point

E (Nm)

Pioneer

(P2)

Repture

Point

E(Nm)

NK 22

(P2)

0 - - - -

1 0.04436 0.0395465 0.0246906 0.0479593

2 0.05298 0.0437023 0.0257238 0.0548667

3 0.06360 0.0549360 0.0221417 0.0607160

5 0.06711 0.0630628 0.0189203 0.0681662

7 0.07308 0.0636135 0.0192651 0.0787007

9 0.07060 0.0659739 0.0241907 0.0844992

11 0.07566 0.0666765 0.0262398 0.0817214

13 0.06437 0.0858457 0.0267509 0.0816908

16 0.06616 0.1019793 0.0252054 0.0929924

19 0.06657 0.0987509 0.0247602 0.1169719

22 0.08064 0.0951035 0.0256468 0.1236857

25 0.09288 0.0795382 0.0240430 0.1112601

28 0.09815 0.0895200 0.0243027 0.0955928

Page 40: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

40

Sedangkan perubahan yang terjadi pada moving breaks untuk varietas pioneer

pada kecepatan udara (v=1.5 m/s) begitu kecil atau tidak signifikan dengan

perubahan-perubahan yang lainnya. Hal ini diakibatkan oleh jagung yang

belum matang atau belum siap panen.

Untuk memperjelas pola perubahan repture point selama selang waktu

pengeringan, tabel 10 diatas kemudian digrafikkan yang hasilnya dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 14. Repture point energy varietas Pioneer terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0 m/s)

Gambar 15. Repture point energy varietas Pioneer terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s)

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) Pioneer perlakuan 1 (v=1m/s)

repture point E (Nm) perlakuan 1 (v=1m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t E (Nm

)

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) Pioneer perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Repture point E (Nm) perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t E (Nm

)

Page 41: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

41

Gambar 16. Repture point energy varietas NK. 22 terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.0 m/s)

Gambar 17. Repture point energy varietas NK. 22 terhadap selang waktu

pengeringan pada level kecepatan udara (v=1.5 m/s)

E. Pola Perubahan Tingkat Kekerasan (F, P dan Energi)

Dari Gambar 3, 8 dan 13 nampak jelas bahwa pola perubahan tingkat

kekerasan jagung varietas Pioneer dan NK22 pada perlakukan P1 dan NK22

pada perlakuan P2 relatif sama, overlapping satu dengan lainnya. Varietas

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 1 (v=1m/s)

Repture point E (Nm) perlakuan 1 (v=1m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t E (Nm

)

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KA. BK (%) NK. 22 perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Repture point E (Nm) perlakuan 2 (v=1.5m/s)

Waktu Pengeringan (Jam)

KA

. BK

(%

)

Rep

ture P

oin

t E (Nm

)

Page 42: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

42

Pioneer dengan perlakuan P2 memiliki penyimpangan pola yang disinyalir

sebagai akibat dari waktu panen yang kurang tepat. Berdasarkan fakta ini,

maka nilai tingkat kekerasan jagung varietas Pioneer (P1) dan NK22 (P1 dan

P2) dirata-ratakan yang hasilnya disajikan pada Tabel 11.

Berdasarkan Tabel 11, pola perubahan tingkat kekerasan sampel

jagung yang diteliti digrafikkan sebagaimana disajikan pada Gambar 18.

Fasilitas trendline yang ada pada MS-Excel kemudian digunakan untuk

mengetahui pola perubahannya. Hasilnya menunjukkan bahwa pola

exponential seperti yang disajikan pada masing-masing grafik relatif sesuai

untuk merepresentasikan perubahan tersebut, dengan R2 yang relatif baik.

Tabel 11. Rata-rata Gaya, Tekanan dan Energi untuk seluruh sampel vs.

KA. BK

Jam RATA-RATA

KA. BK

RATARATA

F (N)

RATA-RATA P

(kPs)

RATARATA

E (Nm)

0 65.8% 63.990 7717.484 0.038

1 56.0% 74.275 8957.885 0.043

2 49.7% 89.673 10814.978 0.052

3 43.7% 100.050 12066.435 0.057

5 36.6% 132.753 16010.661 0.070

7 30.5% 141.194 17028.604 0.071

9 26.2% 152.807 18429.233 0.074

11 22.0% 176.711 21312.179 0.076

13 19.5% 181.008 21830.433 0.074

16 16.6% 195.145 23535.419 0.082

19 14.4% 219.207 26437.405 0.105

22 13.2% 200.521 24183.797 0.095

25 12.3% 225.723 27223.249 0.099

28 11.6% 207.526 25028.624 0.089

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Page 43: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

43

Gambar 18. Pola perubahan tingkat kekerasan jagung varietas Pioneer dan NK22.

y = 34755e-2.335x

R² = 0.9893

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0%

Rata-rata P (k/Ps) vs KA.bk

RATA-RATA P (k/Ps)

KA. BK

P (k/Ps)

y = 0.1163e-1.688x

R² = 0.9437

0.0000

0.0200

0.0400

0.0600

0.0800

0.1000

0.1200

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0%

Rata-rata E (Nm) vs KA.bk

RATA-RATA E (Nm)

KA. BK

E (Nm)

y = 288.18e-2.335x

R² = 0.9893

0

50

100

150

200

250

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0%

Rata-rata F (N) vs KA.bk

RATA-RATA F (N)

KA. BK

F (N)

Page 44: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemilihan jam pengamatan ke 0, 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 16, 19, 22, 25 dan

ke 28 selama proses pengeringan lapisan tipis jagung varietas Pioneer

dan NK 22 memberikan gradasi kadar air yang cukup memadai untuk

pengamatan tingkat kekerasan biji jagung akibat perubahan kadar air.

2. Pola perubahan tingkat kekerasan biji jagung akibat perubahan kadar air

untuk kedua varietas yang diamati pada dua level kecepatan udara

(1.0 m/s dan 1.5 m/s) relatif sama.

3. Pola perubahan tingkat kekerasan biji jagung yang dibangun dari hasil

perata-rataan tingkat kekerasan biji jagung menunjukan pola exponensial

dengan nilai R2 yang cukup baik.

B. Saran

1. Untuk penelitian yang akan datang sebaiknya mengakomodasi tingkat

suhu pengeringan yang lebih bervariasi untuk melihat perbedaan perilaku

tingkat kekerasan kedua varietas yang diuji, Pioneer dan NK22.

2. Jumlah varietas jagung yang dikaji juga sebaiknya ditingkatkan, mencakup

varietas hibrida selain Pioneer dan NK22.

Page 45: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

45

DAFTAR PUSTAKA

Alimardani, R dan Seifi, M.R. 2010. Comparison of moisture-dependent physical

and mechanical properties of two varieties of corn (Sc 704 and Dc 370).

Australian Jurnal of Agricultural Engineering Vol. 1 Edisi 5 Hal. 170-178.

Anonym, 2011a. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses Pada

Tanggal 30 November 2011.

Anonym, 2011b. Karakteristik Biji Jagung.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301. Diakses Pada Tanggal

30 November 2011.

Berger, J., 1962. Maize Production and the Manuring of Maize. Printed in Press,

Yogyakarta

Dahlan M, 1992. Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah lokakarya produksi

benih hibrida, hal 1-13 (Malang: Balai penelitian tanaman pangan, 1992)

Desrosier NW. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Muljohardjo M,

Penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Technology of Food

Preservation.

Instron., 2008. Food Texture Analysis http://www.instron.com/ diakses pada

tanggal 25 Juli 2009

Johnson LA. 1991. Corn: Production, Processing and atilitation. Di dalam

Lorenzo KJ, Kulp K, editor. Handboojk of Cereal Science and

Technology. New York: Marcel Dekker Inc.

Judith A. Abbott dan F. Roger Harker., 2005 Texture. The Horticulture and Food

Research Institute of New Zealand Ltd

Muchtadi TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor. Direktorat

Jenderal Perguruan Tinggi. PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian

Bogor.

Nurba, D. 2010. Analisis Distribusi Suhu Aliran Udara, RH dan Kadar Air dalam

Instor Dryer ISD untuk Biji Jagung. IPB ( Bogor Agricultural Universitas)

Pramono L. 1993. Mempelajari Karakteristik Pengeringan the hitam CTC (Curing

Tearing Crushing ) tipe FBD (Fluidized Bed Dryer). [Skripsi]. Bogor.

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ramadhani, N. F. 2011. Model Pengeringan Lapis Tipis Pada Cabai Merah Besar

Varietas Tombok. Universitas Hasanuddin

Page 46: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

46

Safrizal, R. 2010. Laporan Praktikum Satuan Operasional. Kadar Air Bahan.

Laboratorium Teknik Pasca Panen. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas

Pertanian. Universitas Syiahkuala.

Singh, J., 1987. Field Manual of Maize Breeding Procedures. Indian Agricultural

Research Institute New Delhi, India.

Supratomo, 2006. Bahan Ajar Teknik Pengolahan Pangan. Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Sutoro; Yogo Sulaeman; Iskandar. 1988. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Taib, G., Said, G., dan Wiraatmadja, S. 1988. Operasi Pengeringan Pada

Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Taufiq, M. 2004. Pengaruh Temperatur Terhadap Pengeringan Jagung Pada

Pengeringan Konvensional. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret.

Tjitrosoepomo, C., 1991. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universy Press,

Yogyakarta.

Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar

Universitas. Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Winarno, F.G., 1997. Naskah Akademis Keamanan Pangan. Institut Pertanian

Bogor

Page 47: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

47

LAMPIRAN

1. PIONER ANALISIS P1 (V=1.0 m/s)

JAM SAMPLE Force (kg)

Distance

(mm)

Time

(s) E F (N) s (m)

P (k/Ps)

0

1 4.6467 1.229 0.615 0.028553972 46.467 0.001229 5.6041E+03

2 5.1332 1.339 0.670 0.034366774 51.332 0.001339 6.1909E+03

3 8.2629 1.289 0.645 0.053254391 82.629 0.001289 9.9654E+03

4 6.2818 1.209 0.605 0.037973481 62.818 0.001209 7.5761E+03

5 7.8293 1.189 0.595 0.046545189 78.293 0.001189 9.4425E+03

Rata-rata 6.43078 1.251 0.626 0.040138761 64.3078 0.001251 7.7558E+03

1

1 5.9763 1.069 0.535 0.031943324 59.763 0.001069 7.2077E+03

2 6.9264 1.069 0.535 0.037021608 69.264 0.001069 8.3536E+03

3 8.5406 1.179 0.590 0.050346837 85.406 0.001179 1.0300E+04

4 5.6390 1.299 0.650 0.036625305 56.390 0.001299 6.8009E+03

5 5.9579 1.069 0.535 0.031844976 59.579 0.001069 7.1855E+03

Rata-rata 6.6080 1.137 0.569 0.037556 66.0804 0.001137 7.9696E+03

2

1 9.4480 1.359 0.680 0.06419916 94.48 0.001359 1.1395E+04

2 7.3835 1.199 0.600 0.044264083 73.835 0.001199 8.9048E+03

3 9.1434 1.109 0.555 0.050700153 91.434 0.001109 1.1027E+04

4 10.3858 1.219 0.610 0.063301451 103.858 0.001219 1.2526E+04

5 8.8699 1.229 0.615 0.054505536 88.699 0.001229 1.0698E+04

Rata-rata 9.0461 1.223 0.612 0.0554 90.4612 0.0012 1.0910E+04

3

1 10.2419 1.579 0.790 0.080859801 102.419 0.001579 1.2352E+04

2 8.1251 1.059 0.530 0.043022405 81.251 0.001059 9.7992E+03

3 12.5646 1.359 0.680 0.085376457 125.646 0.001359 1.5153E+04

4 11.8931 1.059 0.530 0.062973965 118.931 0.001059 1.4344E+04

5 9.3153 1.239 0.620 0.057708284 93.153 0.001239 1.1235E+04

Rata-rata 10.428 1.259 0.630 0.065988182 104.28 0.001259 1.2577E+04

5

1 16.3132 0.959 0.480 0.078221794 163.132 0.000959 1.9674E+04

2 13.3223 0.989 0.495 0.065878774 133.223 0.000989 1.6067E+04

3 13.9155 1.279 0.640 0.088989623 139.155 0.001279 1.6783E+04

4 12.4507 0.989 0.495 0.061568712 124.507 0.000989 1.5016E+04

5 11.9282 0.879 0.440 0.052424439 119.282 0.000879 1.4386E+04

Rata-rata 13.58598 1.019 0.510 0.069416668 135.86 0.001019 1.6385E+04

7

1 13.4802 1.069 0.535 0.072051669 134.802 0.001069 1.6258E+04

2 14.1119 1.159 0.580 0.081778461 141.119 0.001159 1.7020E+04

3 13.5886 0.899 0.450 0.061080757 135.886 0.000899 1.6388E+04

4 11.2035 1.379 0.690 0.077248133 112.035 0.001379 1.3512E+04

5 12.2824 0.609 0.305 0.037399908 122.824 6.1E-04 1.4813E+04

Rata-rata 12.93332 1.023 0.512 0.065911785 129.333 0.001023 1.5598E+04

9

1 19.1889 1.239 0.620 0.118875236 191.889 0.001239 2.3143E+04

2 10.4728 0.649 0.325 0.033984236 104.728 0.000649 1.2631E+04

3 14.4828 1.219 0.610 0.088272666 144.828 0.001219 1.7467E+04

4 9.1671 1.099 0.550 0.050373215 91.671 0.001099 1.1056E+04

5 21.5343 1.189 0.595 0.128021414 215.343 0.001189 2.5971E+04

Page 48: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

48

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

Rata-rata 14.96918 1.079 0.540 0.083905353 149.692 0.001079 1.8054E+04

11

1 18.0466 0.889 0.445 0.080217137 180.466 0.000889 2.1765E+04

2 15.6599 0.589 0.295 0.046118406 156.599 0.000589 1.8887E+04

3 16.1867 0.799 0.400 0.064665867 161.867 0.000799 1.9522E+04

4 20.1233 0.759 0.380 0.076367924 201.233 0.000759 2.4270E+04

5 14.4655 0.589 0.295 0.042600898 144.655 0.000589 1.7446E+04

Rata-rata 16.8964 0.725 0.363 0.061994046 168.964 0.000725 2.0378E+04

13

1 20.0293 0.809 0.409 0.081018519 200.293 0.000809 2.4156E+04

2 15.3078 0.639 0.320 0.048908421 153.078 0.000639 1.8462E+04

3 21.2033 1.059 0.530 0.112271474 212.033 0.001059 2.5572E+04

4 19.6896 0.769 0.385 0.075706512 196.896 0.000769 2.3747E+04

5 19.4811 0.899 0.450 0.087567545 194.811 0.000899 2.3495E+04

Rata-rata 19.14222 0.835 0.419 0.081094494 191.422 0.000835 2.3086E+04

16

1 16.4963 0.949 0.475 0.078274944 164.963 0.000949 1.9895E+04

2 13.8911 0.609 0.365 0.0422984 138.911 0.000609 1.6753E+04

3 12.8513 0.549 0.275 0.035276819 128.513 0.000549 1.5499E+04

4 14.6467 0.609 0.305 0.044599202 146.467 0.000609 1.7665E+04

5 15.5607 0.639 0.32 0.049716437 155.607 0.000639 1.8767E+04

Rata-rata 14.68922 0.671 0.348 0.05003316 146.892 0.000671 1.7716E+04

19

1 24.9178 0.969 0.485 0.120726741 249.178 0.000969 3.0052E+04

2 12.0460 0.559 0.280 0.03366857 120.46 0.000559 1.4528E+04

3 17.6581 0.659 0.330 0.05818344 176.581 0.000659 2.1296E+04

4 18.9144 0.739 0.370 0.069888708 189.144 0.000739 2.2812E+04

5 17.5531 0.619 0.310 0.054326845 175.531 0.000619 2.1170E+04

Rata-rata 18.21788 0.709 0.355 0.067358861 182.179 0.000709 2.1972E+04

22

1 16.4890 0.569 0.289 0.046911205 164.89 0.000569 1.9886E+04

2 23.0141 0.909 0.455 0.104599085 230.141 0.000909 2.7756E+04

3 14.9261 0.639 0.320 0.04768889 149.261 0.000639 1.8002E+04

4 26.9278 1.049 0.525 0.141236311 269.278 0.001049 3.2476E+04

5 19.2729 0.739 0.370 0.071213366 192.729 0.000739 2.3244E+04

Rata-rata 20.12598 0.781 0.392 0.082329771 201.26 0.000781 2.4273E+04

25

1 23.3719 0.829 0.415 0.096876526 233.719 0.000829 2.8188E+04

2 19.9549 0.669 0.335 0.066749141 199.549 0.000669 2.4067E+04

3 17.7113 0.799 0.400 0.070756644 177.113 0.000799 2.1361E+04

4 19.2538 0.799 0.400 0.076918931 192.538 0.000799 2.3221E+04

5 27.0210 1.109 0.555 0.149831445 270.21 0.001109 3.2589E+04

Rata-rata 21.46258 0.841 0.421 0.092226537 214.626 0.000841 2.5885E+04

28

1 22.8004 0.809 0.405 0.092227618 228.004 0.000809 2.7498E+04

2 20.9983 0.969 0.485 0.101736764 209.983 0.000969 2.5325E+04

3 22.0253 0.969 0.485 0.106712579 220.253 0.000969 2.6564E+04

4 21.6099 0.779 3.390 0.084170561 216.099 0.000779 2.6063E+04

5 26.6055 1.019 0.510 0.135555023 266.055 0.001019 3.2087E+04

Rata-rata 22.80788 0.909 1.055 0.104080509 228.079 0.000909 2.7507E+04

Page 49: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

49

2. NK 22 ANALISIS P1 (V=1.0 m/s)

JAM SAMPLE Force Distance Time E F (N) s (m) P (k/Ps)

0

1 5.0724 1.319 0.660 0.033452478 50.724 0.00132 6.1175E+03

2 7.427 1.209 0.605 0.044896215 74.270 0.00121 8.9573E+03

3 6.8509 1.209 0.605 0.041413691 68.509 0.00121 8.2625E+03

4 6.4232 1.069 0.505 0.034332004 64.232 0.00107 7.7467E+03

5 6.6666 0.959 0.480 0.031966347 66.666 0.00096 8.0402E+03

Rata-rata 6.48802 1.153 0.571 0.037212147 64.8802 0.001153 7.8248E+03

1

1 5.0200 1.139 0.570 0.0285889 50.200 0.00114 6.0543E+03

2 7.3640 1.119 0.560 0.04120158 73.640 0.00112 8.8813E+03

3 6.0283 1.089 0.545 0.032824094 60.283 0.00109 7.2704E+03

4 7.3155 1.269 0.635 0.046416848 73.155 0.00127 8.8228E+03

5 6.8120 1.299 0.650 0.04424394 68.120 0.0013 8.2156E+03

Rata-rata 6.5080 1.183 0.592 0.038655 65.0796 0.001183 7.8489E+03

2

1 7.4846 0.999 0.500 0.037385577 74.846 0.001 9.0268E+03

2 7.4251 1.029 0.515 0.03820214 74.251 0.00103 8.9550E+03

3 9.9467 1.069 0.535 0.053165112 99.467 0.00107 1.1996E+04

4 9.5689 1.059 0.530 0.050667326 95.689 0.00106 1.1541E+04

5 6.5664 1.049 0.525 0.034440768 65.664 0.00105 7.9194E+03

Rata-rata 8.1983 1.041 0.521 0.0428 81.9834 0.0010 9.8876E+03

3

1 7.386 1.039 0.520 0.03837027 73.86 0.00104 8.9079E+03

2 11.5911 1.179 0.590 0.068329535 115.911 0.00118 1.3979E+04

3 7.3552 1.079 0.540 0.039681304 73.552 0.00108 8.8707E+03

4 10.786 0.989 0.495 0.05333677 107.86 0.00099 1.3008E+04

5 10.0476 0.969 0.485 0.048680622 100.476 0.00097 1.2118E+04

Rata-rata 9.43318 1.051 0.526 0.0496797 94.3318 0.00105 1.1377E+04

5

1 10.6877 1.009 0.505 0.053919447 106.877 0.00101 1.2890E+04

2 14.388 1.259 0.630 0.09057246 143.88 0.00126 1.7353E+04

3 17.0982 1.029 0.515 0.087970239 170.982 0.00103 2.0621E+04

4 12.9983 1.039 0.520 0.067526169 129.983 0.00104 1.5677E+04

5 11.8947 1.039 0.520 0.061792967 118.947 0.00104 1.4346E+04

Rata-rata 13.4134 1.075 0.538 0.072356256 134.134 0.00108 1.6177E+04

7

1 15.8537 1.096 0.535 0.086878276 158.537 0.0011 1.9120E+04

2 13.9552 0.929 0.465 0.064821904 139.552 0.00093 1.6831E+04

3 15.7322 1.019 0.510 0.080155559 157.322 0.00102 1.8974E+04

4 16.3992 0.969 0.485 0.079454124 163.992 0.00097 1.9778E+04

5 9.2447 0.529 0.265 0.024452232 92.447 0.00053 1.1150E+04

Rata-rata 14.237 0.9084 0.452 0.067152419 142.37 0.00091 1.7170E+04

9

1 8.0976 0.759 0.380 0.030730392 80.976 0.00076 9.7661E+03

2 12.4915 0.599 0.300 0.037412043 124.915 0.0006 1.5065E+04

3 11.691 0.809 0.405 0.047290095 116.91 0.00081 1.4100E+04

4 17.9906 0.999 0.500 0.089863047 179.906 0.001 2.1697E+04

5 13.3586 0.769 0.385 0.051363817 133.586 0.00077 1.6111E+04

Rata-rata 12.7259 0.787 0.394 0.051331879 127.259 0.00079 1.5348E+04

11

1 13.5185 0.829 0.415 0.056034183 135.185 0.00083 1.6304E+04

2 18.3793 0.929 0.465 0.085371849 183.793 0.00093 2.2166E+04

3 19.3408 0.939 0.470 0.090805056 193.408 0.00094 2.3326E+04

4 19.2972 0.769 0.385 0.074197734 192.972 0.00077 2.3273E+04

5 18.9319 0.959 0.480 0.090778461 189.319 0.00096 2.2833E+04

Rata-rata 17.8935 0.885 0.443 0.079437456 178.935 0.00089 2.1580E+04

13

1 20.7294 0.919 0.460 0.095251593 207.294 0.00092 2.5001E+04

2 13.6041 0.749 0.375 0.050947355 136.041 0.00075 1.6407E+04

3 17.2669 0.849 0.425 0.073297991 172.669 0.00085 2.0825E+04

4 19.2125 0.679 0.340 0.065226438 192.125 0.00068 2.3171E+04

5 16.4424 0.749 0.375 0.061576788 164.424 0.00075 1.9830E+04

Page 50: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

50

Rata-rata 17.4511 0.789 0.395 0.069260033 174.511 0.00079 2.1047E+04

16

1 30.1534 1.129 0.565 0.170215943 301.534 0.00113 3.6366E+04

2 22.2938 0.909 0.455 0.101325321 222.938 0.00091 2.6887E+04

3 18.6587 0.779 0.39 0.072675637 186.587 0.00078 2.2503E+04

4 19.9577 0.729 0.365 0.072745817 199.577 0.00073 2.4070E+04

5 24.2585 1.049 0.525 0.127235833 242.585 0.00105 2.9257E+04

Rata-rata 23.0644 0.919 0.460 0.10883971 230.644 0.00092 2.7817E+04

19

1 23.0631 0.909 0.455 0.10482179 230.631 0.00091 2.7815E+04

2 19.6895 0.879 0.440 0.086535353 196.895 0.00088 2.3746E+04

3 27.8872 1.049 0.525 0.146268364 278.872 0.00105 3.3633E+04

4 29.4165 1.129 0.565 0.166056143 294.165 0.00113 3.5478E+04

5 24.8869 1.089 0.545 0.135509171 248.869 0.00109 3.0015E+04

Rata-rata 24.9886 1.011 0.506 0.127838164 249.886 0.00101 3.0137E+04

22

1 21.7689 0.819 0.410 0.089143646 217.689 0.00082 2.6254E+04

2 11.0369 0.519 0.260 0.028640756 110.369 0.00052 1.3311E+04

3 17.5083 0.709 0.355 0.062066924 175.083 0.00071 2.1116E+04

4 10.0360 0.939 0.510 0.04711902 100.36 0.00094 1.2104E+04

5 18.6833 0.759 0.380 0.070903124 186.833 0.00076 2.2533E+04

Rata-rata 15.8067 0.749 0.383 0.059574694 158.067 0.00075 1.9064E+04

25

1 27.1873 0.899 0.450 0.122206914 271.873 0.0009 3.2789E+04

2 20.7614 0.889 0.445 0.092284423 207.614 0.00089 2.5039E+04

3 20.5699 0.759 0.380 0.078062771 205.699 0.00076 2.4808E+04

4 27.2983 0.909 0.455 0.124070774 272.983 0.00091 3.2923E+04

5 18.7069 0.779 0.390 0.072863376 187.069 0.00078 2.2561E+04

Rata-rata 22.9048 0.847 0.424 0.097897651 229.048 0.00085 2.7624E+04

28

1 23.7487 0.869 0.435 0.103188102 237.487 0.00087 2.8642E+04

2 10.4048 0.449 0.225 0.023358776 104.048 0.00045 1.2549E+04

3 11.9450 0.529 0.265 0.031594525 119.45 0.00053 1.4406E+04

4 31.8075 1.079 0.540 0.171601463 318.075 0.00108 3.8361E+04

5 16.0102 0.949 0.475 0.075968399 160.102 0.00095 1.9309E+04

Rata-rata 18.7832 0.775 0.388 0.081142253 187.832 0.00078 2.2653E+04

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

3. PIONER ANALISIS P2 (V=1.5 m/s)

JAM SAMPLE Force

(kg)

Distance

(mm)

Time

(s) E F (N) s (m) P (k/Ps)

0

1 1.7924 1.269 0.635 0.011372778 17.924 0.00127 2161.715599

2 2.4577 1.319 0.660 0.016208532 24.577 0.00132 2964.097539

3 3.6442 1.629 0.815 0.029682009 36.442 0.00163 4395.07029

4 1.2823 1.029 0.515 0.006597434 12.823 0.00103 1546.511891

5 3.2708 1.589 0.795 0.025986506 32.708 0.00159 3944.732974

Rata-rata 2.48948 1.367 0.684 0.017969452 24.8948 0.00137 3002.426

1

1 5.4597 1.019 0.510 0.027817172 54.597 0.00102 6584.645536

2 5.2400 1.029 0.515 0.0269598 52.4 0.00103 6319.677383

3 6.0398 1.109 0.555 0.033490691 60.398 0.00111 7284.272415

4 4.7339 1.089 0.545 0.025776086 47.339 0.00109 5709.297856

5 4.8735 1.009 0.505 0.024586808 48.735 0.00101 5877.66178

Rata-rata 5.26938 1.051 0.526 0.027726111 52.6938 0.00105 6355.110994

2

1 5.5877 0.949 0.475 0.026513637 55.877 0.00095 6739.019334

2 5.9615 0.959 0.480 0.028585393 59.615 0.00096 7189.839068

3 6.5773 1.089 0.545 0.035813399 65.773 0.00109 7932.521765

4 4.9011 0.839 0.420 0.020560115 49.011 0.00084 5910.94863

5 5.7429 1.059 0.530 0.030408656 57.429 0.00106 6926.197565

Page 51: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

51

Rata-rata 5.7541 0.979 0.49 0.02837624 57.5410 0.00098 6939.705273

3

1 3.0507 0.499 0.250 0.007611497 30.507 0.0005 3679.282403

2 7.6767 0.719 0.360 0.027597737 76.767 0.00072 9258.44797

3 7.1772 0.929 0.465 0.033338094 71.772 0.00093 8656.028342

4 7.3423 0.689 0.345 0.025294224 73.423 0.00069 8855.146421

5 4.0435 0.569 0.285 0.011503758 40.435 0.00057 4876.644179

Rata-rata 5.85808 0.681 0.341 0.021069062 58.5808 0.00068 7065.109863

5

1 8.3743 0.689 0.345 0.028849464 83.743 0.00069 10099.78517

2 6.2336 0.659 0.330 0.020539712 62.336 0.00066 7518.003995

3 4.9974 0.409 0.205 0.010219683 49.974 0.00041 6027.090793

4 6.0374 0.539 0.270 0.016270793 60.374 0.00054 7281.377907

5 5.3215 0.339 0.170 0.009019943 53.215 0.00034 6417.970075

Rata-rata 6.19284 0.527 0.264 0.016979919 61.9284 0.00053 7468.845589

7

1 7.3235 0.469 0.235 0.017173608 73.235 0.00047 8832.47277

2 5.0763 0.359 0.180 0.009111959 50.763 0.00036 6122.247767

3 5.7991 0.309 0.155 0.00895961 57.991 0.00031 6993.977311

4 6.0613 0.349 0.175 0.010576969 60.613 0.00035 7310.202389

5 12.7468 0.749 0.375 0.047736766 127.468 0.00075 15373.21826

Rata-rata 7.4014 0.447 0.224 0.018711782 74.0140 0.00045 8926.423699

9

1 8.4979 0.469 0.280 0.019927576 84.979 0.00047 10248.85237

2 6.5877 0.359 0.215 0.011824922 65.877 0.00036 7945.064636

3 7.4711 0.309 0.220 0.01154285 74.711 0.00031 9010.485056

4 14.0569 0.349 0.385 0.024529291 140.569 0.00035 16953.25821

5 11.4001 0.749 0.365 0.042693375 114.001 0.00075 13749.03705

Rata-rata 9.60274 0.447 0.293 0.022103602 96.0274 0.00045 11581.33946

11

1 10.0993 0.479 0.240 0.024187824 100.993 0.00048 12180.21332

2 6.3526 0.379 0.190 0.012038177 63.526 0.00038 7661.523386

3 11.5953 1.279 0.640 0.074151944 115.953 0.00128 13984.45709

4 11.9666 0.599 0.300 0.035839967 119.666 0.0006 14432.26171

5 5.8582 0.429 0.215 0.012565839 58.582 0.00043 7065.254589

Rata-rata 9.1744 0.633 0.317 0.03175675 91.7440 0.00063 11064.74202

13

1 7.6591 0.379 0.190 0.014513995 76.591 0.00038 9237.221573

2 16.1032 0.779 0.390 0.062721964 161.032 0.00078 19421.18871

3 5.3455 0.409 0.205 0.010931548 53.455 0.00041 6446.915162

4 8.4186 0.449 0.225 0.018899757 84.186 0.00045 10153.21298

5 8.6356 0.399 0.200 0.017228022 86.356 0.0004 10414.92481

Rata-rata 9.2324 0.483 0.242 0.024859057 92.3240 0.00048 11134.69265

16

1 8.2241 0.779 0.390 0.03203287 82.241 0.00078 9918.637169

2 5.5478 0.449 0.225 0.012454811 55.478 0.00045 6690.898127

3 7.1117 0.389 0.195 0.013832257 71.117 0.00039 8577.032375

4 10.5823 0.619 0.310 0.032752219 105.823 0.00062 12762.7332

5 9.2063 0.589 0.295 0.027112554 92.063 0.00059 11103.21486

Rata-rata 8.13444 0.565 0.283 0.023636942 81.3444 0.00057 9810.503147

19

1 7.4575 0.589 0.295 0.021962338 74.575 0.00059 8994.08284

2 6.6598 0.589 0.295 0.019613111 66.598 0.00059 8032.020503

3 6.4495 0.439 0.220 0.014156653 64.495 0.00044 7778.389176

4 7.0607 0.509 0.255 0.017969482 70.607 0.00051 8515.524064

5 15.6905 0.789 0.395 0.061899023 156.905 0.00079 18923.45381

Rata-rata 8.6636 0.583 0.292 0.027120121 86.6360 0.00058 10448.69408

22

1 8.9522 0.679 0.340 0.030392719 89.522 0.00068 10796.75875

2 7.5390 0.459 0.230 0.017302005 75.39 0.00046 9092.375532

3 7.3567 0.349 0.175 0.012837442 73.567 0.00035 8872.513474

4 7.0557 0.459 0.230 0.016192832 70.557 0.00046 8509.493838

5 8.8995 0.919 0.460 0.040893203 88.995 0.00092 10733.20017

Rata-rata 7.96062 0.573 0.287 0.02352364 79.6062 0.00057 9600.868353

Page 52: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

52

25

1 9.2718 0.539 0.270 0.024987501 92.718 0.00054 11182.21083

2 14.4181 0.599 0.300 0.04318221 144.181 0.0006 17388.88177

3 7.1509 0.489 0.245 0.017483951 71.509 0.00049 8624.309351

4 8.5926 0.589 0.295 0.025305207 85.926 0.00059 10363.06486

5 7.9089 0.519 0.260 0.020523596 79.089 0.00052 9538.49169

Rata-rata 9.46846 0.547 0.274 0.026296493 94.6846 0.00055 11419.3917

28

1 9.4916 0.559 0.280 0.026529022 94.916 0.00056 11447.29959

2 6.4780 0.799 0.400 0.02587961 64.78 0.0008 7812.761467

3 7.7567 0.479 0.240 0.018577297 77.567 0.00048 9354.931595

4 7.4327 0.379 0.190 0.014084967 74.327 0.00038 8964.172917

5 8.2861 0.639 0.320 0.02647409 82.861 0.00064 9993.411978

Rata-rata 7.88902 0.571 0.286 0.022308997 78.8902 0.00057 9514.515509

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

4. NK 22 ANALISIS P2 (V=1.5 m/s)

JAM SAMPLE Force

(kg) Distance (mm)

Time

(s) E F (N) s (m) P (k/Ps)

0

1 6.8728 1.169 0.585 0.040171516 68.728 0.00117 8288.908152

2 6.4950 1.049 0.525 0.034066275 64.95 0.00105 7833.264237

3 6.2893 1.119 0.560 0.035188634 62.893 0.00112 7585.180718

4 5.9935 1.189 0.595 0.035631358 59.935 0.00119 7228.432518

5 5.7404 1.149 0.575 0.032978598 57.404 0.00115 6923.182452

Rata-rata 6.2782 1.135 0.568 0.035607276 62.7820 0.00114 7571.794

1

1 9.4501 1.129 0.565 0.053345815 94.501 0.00113 11397.24871

2 9.5516 1.239 0.620 0.059172162 95.516 0.00124 11519.66231

3 9.2188 1.069 0.535 0.049274486 92.188 0.00107 11118.29043

4 8.6223 1.079 0.540 0.046517309 86.223 0.00108 10398.88441

5 8.9895 1.109 0.555 0.049846778 89.895 0.00111 10841.74424

Rata-rata 9.16646 1.125 0.563 0.05163131 91.6646 0.00113 11055.16602

2

1 9.6131 1.219 0.610 0.058591845 96.131 0.00122 11593.83409

2 11.1829 1.199 0.600 0.067041486 111.829 0.0012 13487.08401

3 7.1580 0.979 0.490 0.03503841 71.58 0.00098 8632.872272

4 9.1921 1.249 0.625 0.057404665 91.921 0.00125 11086.08902

5 11.1412 1.169 0.585 0.065120314 111.412 0.00117 13436.79192

Rata-rata 9.65746 1.163 0.582 0.056639344 96.5746 0.00116 11647.33426

3

1 10.8711 1.209 0.605 0.0657158 108.711 0.00121 13111.03908

2 11.4340 1.049 0.525 0.05997133 114.34 0.00105 13789.92198

3 9.6455 1.059 0.530 0.051072923 96.455 0.00106 11632.90996

4 8.9695 1.165 0.585 0.052247338 89.695 0.00117 10817.62334

5 9.8484 1.069 0.535 0.052639698 98.484 0.00107 11877.61655

Rata-rata 10.1537 1.1102 0.556 0.056329418 101.5370 0.00111 12245.82218

5

1 12.8255 1.009 0.545 0.064704648 128.255 0.00101 15468.13402

2 14.3505 1.279 0.470 0.091771448 143.505 0.00128 17307.35311

3 12.7993 1.049 0.540 0.067132329 127.993 0.00105 15436.53563

4 11.5268 1.049 0.415 0.060458066 115.268 0.00105 13901.84299

5 12.6312 0.979 0.610 0.061829724 126.312 0.00098 15233.79942

Rata-rata 12.82666 1.073 0.516 0.069179243 128.2666 0.00107 15469.53303

7

1 17.2842 1.089 0.545 0.094112469 172.842 0.00109 20845.52821

2 15.9061 0.939 0.515 0.07467914 159.061 0.00094 19183.47718

3 14.6731 1.079 0.500 0.079161375 146.731 0.00108 17696.42332

4 12.3710 0.829 0.520 0.051277795 123.71 0.00083 14919.98643

5 15.7046 1.219 0.490 0.095719537 157.046 0.00122 18940.45905

Page 53: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

53

Rata-rata 15.1878 1.031 0.514 0.078990063 151.8780 0.00103 18317.17484

9

1 12.7485 0.689 0.345 0.043918583 127.485 0.00069 15375.26853

2 24.1705 1.029 0.515 0.124357223 241.705 0.00103 29150.71797

3 18.9059 0.999 0.500 0.094434971 189.059 0.001 22801.37188

4 20.2192 1.039 0.520 0.105038744 202.192 0.00104 24385.27117

5 14.6914 0.979 0.490 0.071914403 146.914 0.00098 17718.49395

Rata-rata 18.1471 0.947 0.474 0.087932785 181.4710 0.00095 21886.2247

11

1 15.2728 0.899 0.450 0.068651236 152.728 0.0009 18419.68869

2 20.2951 0.854 0.425 0.086660077 202.951 0.00085 24476.81001

3 17.3299 0.979 0.490 0.084829861 173.299 0.00098 20900.64448

4 19.5274 0.989 0.495 0.096562993 195.274 0.00099 23550.92903

5 18.6920 1.029 0.515 0.09617034 186.92 0.00103 22543.39879

Rata-rata 18.22344 0.95 0.475 0.086574901 182.2344 0.00095 21978.2942

13

1 16.0227 0.729 0.365 0.058402742 160.227 0.00073 19324.10206

2 16.3330 0.739 0.370 0.060350435 163.33 0.00074 19698.33792

3 24.1647 0.939 0.470 0.113453267 241.647 0.00094 29143.72291

4 13.7304 0.659 0.330 0.045241668 137.304 0.00066 16559.48442

5 18.2954 0.829 0.415 0.075834433 182.954 0.00083 22065.08122

Rata-rata 17.70924 0.779 0.39 0.070656509 177.0924 0.00078 21358.14571

16

1 24.1385 0.989 0.495 0.119364883 241.385 0.00099 29112.12452

2 19.8225 0.899 0.450 0.089102138 198.225 0.0009 23906.833

3 19.8547 0.709 0.355 0.070384912 198.547 0.00071 23945.66766

4 19.9853 0.779 0.390 0.077842744 199.853 0.00078 24103.17718

5 20.1489 0.819 0.410 0.082509746 201.489 0.00082 24300.48619

Rata-rata 20.78998 0.839 0.42 0.087840884 207.8998 0.00084 25073.65771

19

1 21.0986 0.789 0.395 0.083233977 210.986 0.00079 25445.86741

2 28.4724 1.409 0.705 0.200588058 284.724 0.00141 34339.00426

3 24.1308 0.849 0.425 0.102435246 241.308 0.00085 29102.83798

4 21.2428 1.339 0.670 0.142220546 212.428 0.00134 25619.77914

5 17.8339 0.829 0.415 0.073921516 178.339 0.00083 21508.49131

Rata-rata 22.5557 1.043 0.522 0.120479869 225.5570 0.00104 27203.19602

22

1 18.2976 0.739 0.370 0.067609632 182.976 0.00074 22067.73452

2 26.0784 1.369 0.685 0.178506648 260.784 0.00137 31451.73181

3 28.1307 1.179 0.590 0.165830477 281.307 0.00118 33926.89858

4 24.2097 1.369 0.685 0.165715397 242.097 0.00137 29197.99495

5 24.4025 1.109 0.555 0.135311863 244.025 0.00111 29430.52048

Rata-rata 24.22378 1.153 0.577 0.142594803 242.2378 0.00115 29214.97607

25

1 19.1276 0.889 0.445 0.085022182 191.276 0.00089 23068.75212

2 24.8565 0.999 0.500 0.124158218 248.565 0.001 29978.06505

3 25.6125 0.879 0.440 0.112566938 256.125 0.00088 30889.8353

4 22.6500 0.889 0.445 0.10067925 226.5 0.00089 27316.92609

5 24.5016 0.959 0.480 0.117485172 245.016 0.00096 29550.03957

Rata-rata 23.34964 0.923 0.462 0.107982352 233.4964 0.00092 28160.72363

28

1 24.8388 0.929 0.465 0.115376226 248.388 0.00093 29956.71805

2 21.3677 0.779 0.390 0.083227192 213.677 0.00078 25770.4142

3 24.4100 0.859 0.430 0.10484095 244.1 0.00086 29439.56582

4 17.0723 0.779 0.390 0.066496609 170.723 0.00078 20589.96721

5 15.6452 0.589 0.295 0.046075114 156.452 0.00059 18868.81996

Rata-rata 20.6668 0.787 0.394 0.083203218 206.6680 0.00079 24925.09705

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012

Page 54: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

54

5. Grafik tingkat kekerasan biji jagung pada perlakuan 1

NK 22 (P1) jam 0

PIONEER (P1) jam 0

Page 55: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

55

NK 22 (P1) jam 1

PIONEER (P1) jam 1

Page 56: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

56

NK 22 (P1) jam 2

PIONEER (P1) jam 2

Page 57: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

57

NK 22 (P1) jam 3

PIONEER (P1) jam 3

Page 58: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

58

NK 22 (P1) jam 5

PIONEER (P1) jam 5

Page 59: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

59

NK 22 (P1) jam 7

PIONEER (P1) jam 7

Page 60: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

60

NK 22 (P1) jam 9

PIONEER (P1) jam 9

Page 61: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

61

NK 22 (P1) jam 11

PIONEER (P1) jam 11

Page 62: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

62

NK 22 (P1) jam 13

PIONEER (P1) jam 13

Page 63: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

63

NK 22 (P1) jam 16

PIONEER (P1) jam 16

Page 64: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

64

NK 22 (P1) jam 19

PIONEER (P1) jam 19

Page 65: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

65

NK 22 (P1) jam 22

PIONEER (P1) jam 22

Page 66: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

66

NK 22 (P1) jam 25

PIONEER (P1) jam 25

Page 67: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

67

NK 22 (P1) jam 28

PIONEER (P1) jam 28

Page 68: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

68

6. Grafik tingkat kekerasan biji jagung pada perlakuan 2

NK 22 (P2) jam 0

PIONEER (P2) jam 0

Page 69: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

69

NK 22 (P2) jam 1

PIONEER (P2) jam 1

Page 70: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

70

NK 22 (P2) jam 2

PIONEER (P2) jam 2

Page 71: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

71

NK 22 (P2) jam 3

PIONEER (P2) jam 3

Page 72: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

72

NK 22 (P2) jam 5

PIONEER (P2) jam 5

Page 73: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

73

NK 22 (P2) jam 7

PIONEER (P2) jam 7

Page 74: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

74

NK 22 (P2) jam 9

PIONEER (P2) jam 9

Page 75: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

75

NK 22 (P2) jam 11

PIONEER (P2) jam 11

Page 76: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

76

NK 22 (P2) jam 13

PIONEER (P2) jam 13

Page 77: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

77

NK 22 (P2) jam 16

PIONEER (P2) jam 16

Page 78: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

78

NK 22 (P2) jam 19

PIONEER (P2) jam 19

Page 79: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

79

NK 22 (P2) jam 22

PIONEER (P2) jam 22

Page 80: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

80

NK 22 (P2) jam 25

PIONEER (P2) jam 25

Page 81: I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L ...

81

NK 22 (P2) jam 28

PIONEER (P2) jam 28