I Nyoman Chandra Adhitama

download I Nyoman Chandra Adhitama

of 33

Transcript of I Nyoman Chandra Adhitama

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa (bdk. Kej 3:1-24), totalitas kehidupan manusia yang berdosa ini (Rom 3:23) telah menciptakan jarak pemisah antara diri manusia dengan Allah dan jarak inilah yang telah menyulitkan hidup manusia untuk menciptakan dan mewujudkan kembali suatu hubungan dalam suasana berdamai dengan Allah. Inilah persoalan yang dihadapi manusia dalam waktu tertentu. Adapun kesempatan bagi manusia untuk mengupayakan hidup berdamai dengan Allah yang ditempuh dengan jalan memberlakukan hukum Taurat yang telah diberikan oleh Allah melalui Musa (bdk. Kel 25:21,22), yang kemudian digenapi oleh kasih karunia keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus (bdk. Yoh 3:16). Karya Allah melalui Yesus Kristus terhadap manusia merupakan penggenapan atas seluruh tuntutan dalam Taurat untuk mendapatkan keselamatan sehingga di dalam Yesus Kristus manusia memperoleh kasih karunia Allah. Bagi Paulus, hidup oleh iman atau pemahamannya tentang iman selalu dihubungkannya dengan Yesus Kristus sebagai pusat kepercayaan orang beriman. Disinilah dasar dari upaya berteologi Paulus tentang keselamatan yang dilihat dari pengorbanan Yesus Kristus di dalam dunia, di mana Yesus Kristus telah hidup dan berkarya untuk keselamatan atas manusia. Anugerah keselamatan itu diberikan kepada semua umat manusia sebagai kasih karunia dari Allah. Menurut Paulus, keselamatan itu terjadi sejauh Allah membenarkan dan mengasihi manusia maupun dihubungkan dengan iman kepada Yesus Kristus (bdk. Titus 2:11-14), dan iman itu sendiri adalah anugerah Allah. Dengan demikian dapatlah

1

dikatakan bahwa teologi Paulus kepada jemaat di Kreta melalui suratnya kepada Titus adalah manusia dibenarkan dan diselamatkan bukan karena pemberlakuan hukum Taurat tetapi oleh karena kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus yang menyelamatkan. Masalah yang terjadi di dalam jemaat Kreta yang dibahas oleh Paulus dalam suratnya kepada Titus yang adalah teman sepelayanan Paulus, pada umumnya jemaat Kreta dalam perkembangannya belum tertata dengan baik, dengan kata lain bahwa di Kreta sudah ada banyak orang percaya kepada Yesus Kristus namun masih perlu diatur dengan baik karena kehidupan jemaat Kreta masih kacau dan kurang baik serta masih dipengaruhi oleh hukum sunat atau hukum Taurat dari para guru-guru palsu yang menyesatkan (Titus 1:5-16). Kehidupan jemaat Kreta yang masih dipengaruhi oleh ajaran sesat dari para guru-guru palsu inilah yang telah menyebabkan mereka tidak bisa hidup sepenuhnya dalam kasih karunia Allah yang menyelamatkan padahal secara iman mereka telah percaya kepada Yesus Kristus akan tetapi kehidupan mereka masih penuh dengan cacat cela dan tidak menggambarkan sebagai suatu kehidupan yang berada dalam ruang lingkup kasih karunia Allah dan tidak mencerminkan sebagai orang yang telah beriman kepada Yesus Kristus. Demikian juga dengan gereja yang sedang berkarya di dalam dunia ini, yang telah dan sementara menerima akan kasih karunia Allah yang menyelamatkan, gereja dituntut untuk melaksanakan firman Tuhan dan mampu mengisi karya keselamatan Tuhan Allah. Dengan demikian kehadiran gereja di tengah-tengah dunia diharapkan mampu menjadi teladan dalam menyatakan karya keselamatan Allah yang telah dinyatakan melalui Yesus Kristus. Namun dalam realitas yang terjadi sekarang ini gereja seringkali terjebak dalam suatu kehidupan yang tidak menunjukkan citra sebagai

2

suatu teladan yang mampu menjadi terang Kristus dengan memberitakan dan menerapkan iman Kristen yang membenarkan dan menyelamatkan itu. Realitas kehidupan gereja ini pada dasarnya juga merupakan gambaran dari kehidupan gereja khususnya jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung. Dalam perkembangan di jemaat ini, ada beberapa diantara anggota jemaat yang dalam kehidupannya tidak lagi menggambarkan jati diri sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Secara terang-terangan anggota jemaat terlihat selalu terlibat aktif dalam kegiatan gereja, baik secara organisasi maupun dalam peribadahan dan hal ini telah menjadi sebagai suatu keharusan yang wajib untuk dihadiri. Namun keterlibatan mereka untuk aktif dalam semua kegiatan organisasi gereja dan peribadahan, itu semua tidak dibarengi oleh tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang mampu mencerminkan kehidupan sebagai orang beriman yang telah menerima kasih karunia Allah. Banyak diantara anggota jemaat yang meskipun rajin beribadah namun mereka juga sering terlibat dalam sikap hidup yang tidak baik seperti perselingkuhan, perjudian, pemabukan, perkelahian. Fenomena yang seperti ini mendorong kita untuk bisa mengkaji kembali mengenai apa yang dipahami oleh jemaat tentang makna keselamatan serta bagaimana gereja seharusnya menyikapi dan memaknai keselamatan yang telah dinyatakan oleh Allah melalui Yesus Kristus dan dianugerahkan kepada semua umat manusia. Mencermati fenomena yang telah disampaikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang makna keselamatan dalam Surat Paulus Kepada Titus yang secara umum yang disampaikan kepada jemaat Kreta. Pengkajian yang dilakukan adalah upaya untuk mengangkat suatu permasalahan teologis melalui prinsip kerja tafsir serta mengkomunikasikan makna teologisnya dalam upaya

3

meningkatkan kesadaran gereja dewasa ini dalam menghayati makna anugerah keselamatan dalam kehidupan dan pelayanan di jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung. Berdasarkan pemikiran ini maka penulis mencoba mengkaji dan menyusun secara sistematis dengan menggunakan prinsip kerja tafsir sebuah karya ilmiah dengan judul Kasih Karunia Allah Menyelamatkan Semua Manusia kajian historis terhadap Makna Keselamatan menurut Titus 2:11-15 dan Implikasinya bagi Jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan pemahaman di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pemahaman jemaat Kreta tentang makna keselamatan? 2. Bagaimana pengaruh ajaran dari para guru-guru palsu dalam kehidupan jemaat Kreta? 3. Apa makna keselamatan menurut Surat Paulus Kepada Titus, khususnya Titus 2:11-15? 4. Apa makna teologis dari penghayatan Keselamatan menurut Titus 2:11-15 bagi gereja dewasa ini, terlebih khusus jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung? C. PEMBATASAN POKOK PENELITIAN DAN PERUMUSAN MASALAH Pembatasan Pokok Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis memfokuskan tulisan ini pada tema Keselamatan seperti yang terdapat dalam Titus 2:11-15 sebagai bahan kajian untuk memahami dengan jelas mengenai makna Keselamatan dan dengan pengkajian ini penulis berupaya mengangkat persoalan

4

teologis yang terkandung dalam naskah Surat Paulus Kepada Titus pasal 2:11-15 serta mengkomunikasikan penghayatannya bagi gereja dewasa ini terlebih khusus bagi jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung. Perumusan Masalah

Dari batasan pokok penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : 1. Apa makna Keselamatan dalam Surat Paulus Kepada Titus pasal 2:11-15?

2. Apa pesan teologis dari penghayatan makna Keselamatan bagi gereja dewasa ini, khususnya jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung? D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENULISAN a. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah : Untuk memahami dengan tepat apa makna Keselamatan dalam Titus 2:11-15. Untuk menemukan penghayatan terhadap makna Keselamatan dalam Titus 2:11-15 bagi gereja dewasa ini, terlebih khusus jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung. Sebagai upaya untuk mengembangkan diri dalam belajar tentang

Hermeneutik, serta melatih diri dalam menemukan dan merumuskan permasalahan teologi dari dalam Teks Alkitab. b. Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah : Agar mampu menggali nilai-nilai teologis yang terkandung dalam penghayatan makna Keselamatan.

5

-

Agar mampu memahami dan mengembangkan upaya berteologi yang kontekstual di gereja dewasa ini.

-

Agar dapat mengembangkan kualitas diri dalam hal ini mengemukakan suatu permasalahan teologis.

E. METODE PENELITIAN Dalam rangka mengkaji makna Keselamatan ini, maka penulis menggunakan metode penelitian literer dengan menggunakan prinsip kerja tafsir yaitu pendekatan kritik historis. Selain itu dalam rangka menunjang penelitian maka penulis juga melakukan pengamatan dan wawancara di jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung sebagai data penunjang dalam penyusunan skripsi ini. Prinsip kerja dalam penulisan karya ilmiah ini ialah : 1. Membaca Alkitab Secara Berulang-ulang

Membaca alkitab secara berulang-ulang merupakan prinsip dasar yang harus dilakukan oleh seorang penafsir guna memahami dengan benar akan naskah yang akan diteliti. Hal ini dikarenakan teks-teks alkitab terkadang jauh lebih sulit untuk dipahami dibanding dengan membaca novel atau cerpen. Teks Alkitab sebenarnya memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga sangat diperlukan kecermatan dan ketelitian dari orang yang menelitinya dan salah satu cara yang paling membantu ialah membaca secara berulang-ulang. 2. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan sangat diperlukan dalam rangka menggali lebih dalam mengenai bahan atau data yang hendak diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan membaca kepustakaan berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen, majalah-majalah ilmiah, buku-buku penunjang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data atau informasi yang

6

lebih akurat yang bersumber dari penelitan yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya guna menunjang penyelesaian pencapaian dari suatu karya ilmiah. Dengan bahan-bahan yang ada maka dapat dihimpun berbagai pemikiran dan hasil dari penyelidikan dari para ahli yang dapat digunakan sebebas-bebasnya, sesuai dengan maksud yang sebenarnya dari tulisan yang dipergunakan dan dapat diubah menurut selera pribadi dan tanpa ada penyalahgunaan kebebasan akademis dan ilmiah. 1 Penelitian kepustakaan yang dimaksud adalah membaca kepustakaan-kepustakaan yang berkaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti yaitu yang berkaitan dengan makna Keselamatan menurut Surat Paulus Kepada Titus dan aktualisasinya bagi jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung. 3. Kerja Tafsir Dengan Pendekatan Kritik Historis

Kritik Historis merupakan suatu metode penyelidikan alkitab yang melaluinya dapat ditelaah kejadian-kejadian penting dalam satu kitab atau bagiannya atau pula kejadian-kejadian lain yang berhubungan dengan kejadian yang berhubungan dengan kejadian itu sehingga mempertinggi kadar pemahaman mengenai bagian alkitab yang diteliti.2 Kritik historis merupakan salah satu bentuk metode penafsiran yang sering digunakan. Kritik historis terhadap dokumen-dokumen didasarkan pada anggapan bahwa sebuah teks itu bersifat historis, minimal dalam dua pengertian yaitu teks itu berkaitan dengan sejarah dan juga memiliki sejarahnya.3 4. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan ini sangat penting untuk mendapatkan data lapangan yang aktual. Untuk melengkapi data ini maka digunakan pendekatan kualitatif dengan metode

Lih. W. Surakhmad, Paper, Skripsi, Desertasi, (Bandung: Tarsito,1981), Hal. 17 Lih. J. Braga, Cara Menelaah Alkitab, (Malang: Gandum Mas, 1982), Hal. 45 3 John H. Hayes dan Carl R. Holladay, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), Hal. 532

1

7

deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip oleh Moleong, metode ini didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.4 Dalam hal ini penulis melihat secara cermat berbagai realitas yang terdapat di jemaat tentang makna keselamatan. Data yang diperoleh kemudian dianalisa sebagai deskripsi dalam upaya memperlengkapi dan memberikan pemahaman yang benar tentang bagaimana sesungguhnya makna keselamatan itu mencakup seluruh aspek kegiatan dalam kehidupan manusia. o Penetapan Populasi Dan Teknik Sampel a. Penetapan Populasi Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalam seluruh anggota sidi jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung yang berjumlah 134 anggota sidi jemaat. b. Penetapan Sampel Dalam rangka menetapkan sampel, penulis menggunakan sampel bertujuan. Sehingga dalam hubungan dengan penelitian ini, maka yang menjadi sampel adalah orang-orang yang memahami dengan benar tujuan penelitian. Para responden dipilih karena mereka terlibat langsung dalam tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis dan dianggap dapat mewakili data. Dalam penelitian ini sampelnya berjumlah sepuluh (10) orang. o Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data penunjang dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan teknik observasi dan wawancara. Observasi menurut R. H. Soemitro seperti yang dikutip oleh subagyo adalah pengamatan yang dilaksanakan secara sengaja,4

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 1995), Hal.

3

8

sistematis, mengenai fenomena sosial atau gejala psikis untuk kemudian dilakukan pendekatan.5 Menurut pelaksanaannya maka penulis sebagai peneliti memilih bentuk obsevasi partisipatif (pengamatan terlibat). Dalam observasi ini, pengamat ikut ambil bagian dalam kegiatan objeknya dan tidak nampak perbedaan dalam bersikap. 6 Dengan demikian pengamat ikut aktif dalam berpartisipasi pada aktivitas dalam segala bentuk yang diselidiki. Hal ini akan sangat membantu dalam mengenal populasi dengan baik. Selain observasi untuk mendapatkan data yang akurat penulis sebagai peneliti juga mengadakan wawancara. Peneliti mengadakan kontak langsung dengan responden dengan mengajukan pertanyaan lisan. F. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : PENDAHULUAN : Merupakan suatu pengantar yang memberi

penggambaran umum tentang arah dan maksud dari penulisan karya ilmiah ini. BAB I : Merupakan bagian yang didalamnya berisi tentang penggambaran umum, latar belakang surat dengan beberapa pokok pembahasan yang sangat menunjang penulisan karya ilmiah ini. BAB II : Berisi pengkajian secara khusus Titus 2:11-15 untuk menemukan permasalahan teologis dalam rangka

mengungkapkan makna Keselamatan. Selanjutnya dari pengungkapan tersebut, penulis melakukan suatu analisis teologis dari pembahasan yang telah dikemukakan.5

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:Rineke Cipta, 1994), Ibid, Hal. 64

Hal. 636

9

BAB III

:

Pada bagian ini penulis berupaya mengangkat dan menguraikan bagaimana penghayatan dari makna

Keselamatan itu di dalam kehidupan gereja dewasa ini khususnya jemaat GMIBM Widya Pura Werdhi Agung. PENUTUP : Bagian ini merupakan bagian akhir dari karya ilmiah ini, dan berisi beberapa catatan kesimpulan dan saran dari penulis sendiri.

10

BAB IKONTEKS HISTORIS

Sebelum melakukan pengkajian lebih jauh tentang pokok penelitian, maka dipandang perlu untuk melakukan pengkajian secara umum mengenai konteks historis dari Surat Paulus Kepada Titus. Pengkajian secara menyeluruh ini dimaksudkan untuk mencari tahu bagaimana gambaran konteks historis tentang Surat Paulus Kepada Titus dalam rangka kelanjutan penelitian secara khusus terhadap fokus penelitian tentang makna keselamatan di dalam Titus 2:11-15, karena pokok penelitian tentang makna keselamatan ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa melihat terlebih dahulu konteks historis dari keseluruhan isi Surat Paulus Kepada Titus. Surat Paulus Kepada Titus ini telah dikenal dengan nama surat pastoral bersama dengan surat-surat I,II Timotius, karena surat-surat ini dialamatkan kepada pastor-pastor dan menyangkut kewajiban-kewajibannya.7 Hal yang serupa juga dikemukakan Willi Marxsen. Alasan sehingga surat ini dikatakan sebagai surat penggembalaan:Surat ini para penerimanya dialamatkan sebagai para pejabat, sebagai gembala-gembala. Kerena alasan ini sejak abad XVIII surat-surat itu dikenal sebagai surat-surat penggembalaan. Namanya tidak menerangkan surat-surat itu sepenuhnya, karena berisikan bukan saja himbauanhimbauan dan nasihat bagi mereka yang memegang jabatan penggembalaan, tetapi juga aturanaturan mengenai organisasi Gereja. Namun hal-hal ini selalu berkaitan dengan para gembala itu sendiri, sehingga gagasan penggembalaan tampaknya dapat dibenarkan.8

Dalam bab I ini, akan dibahas mengenai penulis dan latar belakang kehidupan penulis, waktu dan tempat penulisan, alamat dan tujuan penulisan, situasi kehidupan jemaat penerima, dan yang terakhir yang akan dibahas yaitu bentuk dan garis besar isi

J. N. D. Kelly, A Commentary on The Pastoral Epistles I & II Timothy, Titus, (London: Adam &Charles Back, 1963), Hal. 1 8 Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), Hal. 243

7

11

surat atau struktur surat. Hal ini diharapkan dapat membantu dalam membaca dan menganalisis tentang makna keselamatan di dalam Titus 2:11-15. Agar dapat memahami dengan jelas tentang makna keselamatan dalam Titus 2:11-15 ini, maka harus dipelajari terlebih dahulu konteks historis dari Surat Paulus Kepada Titus yang diwali dengan gambaran tentang penulis. A. Penulis dan Latar Belakang Kehidupannya Suatu pertanyaan awal yang selalu dihadapi dalam setiap pengkajian mengenai surat-surat pastoral (penggembalaan) adalah apakah surat-surat ini ditulis oleh Paulus ataukah hanya buah karya seorang penulis Kristen pada masa tertentu dengan memakai nama samaran. Pertanyaan ini juga yang sekaligus membuat para ahli masih belum sepakat untuk menentukan bahwa Paulus adalah penulis surat Titus ini. Berdasarkan teks, pada bagian awal surat ini (Titus 1:1-4), Penulis dengan jelas memperkenalkan diri sebagai Paulus. Perkenalan ini diawali dengan penyebutan nama : Dari Paulus, hamba Allah dan rasul Yesus Kristus (Titus 1:1). Paulus menyebut dirinya seorang hamba (doulos) Allah. Hal ini memberikan gambaran yang indah tentang sikap Paulus dalam melaksanakan kehendak Allah dan membaktikan diri kepada Allah.9 Kemudian perkenalan Paulus ini juga menunjuk kepada kedudukannya sebagai seorang rasul (apostolos). Perkenalannya sebagai seorang rasul pada awal surat Titus menunjuk sebagaimana biasanya Paulus memperkenalkan diri dalam suratsuratnya pada umumnya (bdk. Gal 1:1). Surat Titus ini bukan semata-mata sebagai surat pribadi. Apabila surat ini pribadi, Paulus tidak perlu menyebutkan kerasulannya kepada Titus sebagai alamat penulisan surat.10

Titus merupakan teman sepelayanan Paulus

9 Gene A. Getz, Hiduplah Dalam Kekudusan; Ulasan atas surat Paulus Kepada Titus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), Hal 17 10 R. Budiman, Tafsiran Alkitab; Surat-surat Pastoral I, II Timotius dan Titus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), Hal. 126

12

dalam beberapa perjalanan Paulus (2 Kor 8:23). Titus juga adalah seorang dari murid Paulus yang telah mengenal Paulus secara dekat (2 Kor 2:13). Sehingga sebenarnya tidak terlalu penting bagi Paulus untuk memperkenalkan kerasulannnya kepada Titus yang secara pribadi sudah mengenal dan mengakui kewibawaan Paulus sebagai seorang rasul. Kewibawaan Paulus sebagai utusan Kristus itu diterimanya dari Allah untuk memberitakan Injil.11 Salah satu ciri khas tulisan Paulus yang juga muncul dalam surat Titus ini adalah perumusan teologi Paulus tentang keselamatan yang tidak pernah terlepas dari kasih karunia Allah (Titus 2:11). Ini sudah merupakan salah satu tanda dari sekian banyak tanda bahwa Paulus yang menulis surat penggembalaan ini.12 Menurut informasi, Paulus sempat singgah di pulau Kreta dalam perjalanannya ke Roma (Kis 27:7-12). Kemudian Paulus pergi lagi ke Kreta bersama Titus dan tinggal beberapa waktu lamanya dan meningggalkan Titus di Kreta (Titus 1:5), dan kemudian Paulus menyuruh Titus untuk segera menemuinya di Nikopolis (mungkin di Epirus, daerah Makedonia), setelah Artemas atau Tikhikus pergi ke Kreta (Titus 3:12), di mana ia merencanakan untuk tinggal selama musim dingin. Sehingga ada kemungkinan dari situlah Paulus menulis surat kepada Titus di Kreta. Namun hal ini belumlah bisa membuktikan bahwa Paulus yang telah menulis surat ini, karena mempertimbangkan masalah-masalah yang menyangkut: sejarah, kesusastraan, teologis dan gerejawi.13 Berdasarkan unsur sejarah dari surat Titus ini, tidaklah dapat dimasukkan ke dalam kerangka Kisah Para Rasul. Kerena cerita mengenai situasi dan perjalanan Paulus dalam pelayanannya yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul tidak sesuai dengan apa yang disampaikan di dalam surat Titus. Surat Titus memberikan kesan bahwa Paulus sempat tinggal di pulau Kreta selama beberapa waktu dan melakukan beberapa kegiatan11 12

Gene A. Getz, Op. cit, Hal. 18 E. M Blaiklock, Surat-surat Penggembalaan, (Jatim: Gandum Mas, 1996), Hal. 79 13 P. N. Harrison, The Problem Of The Pastoral Epistles, (Oxford,1991), Hal. 24

13

pelayanan di sana. Kemudian Paulus meninggalkan Titus di pulau Kreta untuk melanjutkan pekerjaan pelayanan Paulus (bdk. Titus 1:5). Namun berdasarkan Kisah Para Rasul, sama sekali tidak ada informasi yang mengatakan bahwa Paulus sempat tinggal di pulau Kreta untuk melakukan pelayanan di sana. Menurut Kisah Para Rasul, Paulus memang sempat mengunjungi pulau Kreta pada waktu perjalanannya ke Roma (Kis 27:7-12). Tetapi pada saat itu Paulus tinggal di pulau Kreta hanya dalam waktu yang tidak lama. Itu hanya karena kapal yang Paulus tumpangi pada saat itu dihantam oleh ombak dan badai laut. Sehingga memaksa mereka harus berlabuh di pulau Kreta yang secara kebetulan sebagai pulau terdekat yang boleh mereka singgahi sementara waktu untuk menghindar dari terjangan ombak dan badai. Paulus tidaklah mungkin melakukan pelayanan di pulau Kreta pada saat itu karena status Paulus pada saat itu sebagai seorang tahanan (Kis 27:1). Kesusastraan di dalam surat Titus ini, ada banyak perbedaan dalam kata dan gaya bahasa dengan tulisan Paulus pada umumnya. Hal yang paling menonjol yakni menyangkut kohesi surat-surat tersebut, yaitu pemakaian kata dan dan akan tetapi serta kata penghubung lainnya.14 Sedangkan teologi dalam surat Titus ini telah mengalami perubahan secara halus. Teologi di dalam surat Titus ini tidak lagi menggambarkan kehidupan yang berbicara mengenai parousia, seperti teologi Paulus yang biasanya terdapat pada surat-surat Paulus pada umumnya. Tetapi surat Titus ini lebih menekankan mengenai penampakan (epiphania), dan juga lebih menekankan cara hidup khas Kristiani.15 Selanjutnya situasi gerejawi di dalam surat Titus ini memperlihatkan adanya gereja yang terstruktur (Titus 1:5). Dalam hal ini gereja sudah melembaga dan memiliki jabatan-jabatan dalam gereja serta telah ada aturan dan syaratJohn Drane, Memahami Perjanjian Baru; Pengantar Historis Teologis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), Hal. 399 15 Tom Jacobs, Paulus; Hidup, Karya Dan Teologinya, (Yokyakarta: Kanisius, 1983), Hal. 39214

14

syarat di dalam jemaat. Ini bukanlah suatu gambaran dari situasi gereja pada masa pelayanan Paulus seperti yang diinfomasikan di dalam Kisah Para Rasul, dimana gereja masih belum memiliki jabatan-jabatan gerejawi dan masih belum terstruktur. Penataan jemaat yang diperlihatkan di dalam surat Titus ini, jauh lebih berkembang ketimbang yang dilihat dari surat-surat Paulus yang lebih awal.16 Uskup, diaken, penatua merupakan jabatan-jabatan yang dimiliki gereja pada saat itu. Dengan struktur gereja yang demikian, maka keadaan itu mencerminkan keadaan abad ke-2.17 Kesimpulan yang dapat ditarik mengenai siapa penulis surat-surat

penggembalaan ini walaupun masih dipersoalkan keasliannya, namun haruslah dikemukakan bahwa surat-surat ini muncul pada awal abad ke-2, karena keadaan yang digambarkan dalam surat ini menunujukkan keadaan pada abad ke-2. Pada waktu itu gereja merasa terancam oleh munculnya sekte-sekte dengan ajarannya yang menyesatkan. Sehingga gereja pada saat itu membutuhkan suatu organisasi gereja yang teratur dan terstruktur dengan memiliki jabatan-jabatan gerejawi, serta memiliki aturan dan syarat-syarat untuk melindungi jemaat-jemaat. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan surat-surat ini merupakan tulisan dari orang lain yang mengatasnamakan Paulus dengan kewibawaan dan juga konsep teologi Paulus, apakah terlepas dari segala pamrih atau, motif-motif yang lebih meragukan. Oleh karena itu dapat ditebak bahwa penulis mencoba menghormati Paulus, setidaktidaknya dalam hal mempercayai dan merehabilitasi kewibawaannya. Dan penulis kemudian ini menghadirkan suatu model yang logis, dan yang diidealkan, mengenai

John Drane, Op. Cit, Hal. 398 M. E. Duyverman, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), Hal. 16417

16

15

bentuk kepemimpinan gereja apa saja yang mungkin, sehubungan dengan gereja yang melangkah kepenghujung abad pertama.18 B. Waktu dan Tempat Penulisan Merekonstruksikan garis besar kunjungan Paulus kepada jemaat-jemaat selama perjalanan misinya yang terakhir, dari Efesus Paulus ditemani oleh Timotius. Ia berangkat ke Makedonia sendirian. Di sana ia meninggalkan Timotius (I Tim 1:3). Bersama Titus, Paulus pergi ke pulau Kreta untuk mewartakan Injil keselamatan. Ketika berangkat ia meminta kepada Titus untuk tetap tinggal di sana sementara waktu (Titus 1:5) sampai Artemas atau Tikhikus menggantikan tugasnya di Kreta. Kemudian Paulus meneruskan perjalanannya ke Nikopolis dan sementara itu menulis surat kepada Titus agar segera menemuinya di situ (Titus 3:12). Surat kedua Timotius memberi kesan bahwa Paulus kembali ke Korintus (II Tim 4:20), Miletus (II Tim 4:20), dan Troas (II Tim 4:13). Surat yang sama berbicara mengenai Paulus yang sekali lagi ditahan di Roma (II Tim 1:16-17). Jadi ada kemungkinan bahwa Paulus menulis surat kepada Titus sebelum Paulus dipenjarakan untuk yang kedua kalinya di Roma, karena ada kemungkinan bahwa setelah ditugaskan oleh Paulus di Kreta, Titus mengikuti Paulus sampai Paulus dipenjarakan di Roma, kemudian Titus pergi ke Dalmatia (II Tim 4:10). Seperti itulah latar belakang yang dapat dimengerti dari teks untuk bisa menentukan waktu dan tempat penulisan. Ada yang berpendapat bahwa Paulus menulis surat Titus sewaktu berada di Makedonia (I Tim 1:3), antara tahun 64-65.19 Dan apabila melihat kronologi perjalanan Paulus di atas, memang dapat disimpulkan bahwa surat ini ditulis di Makedonia antara tahun 64-65. Hal ini baru berdasarkan pada suatu hipotesa yang menyatakan apabila Paulus dipenjarakan di Roma untuk kali yang kedua sehingga18

David L. Barlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), R. Budiman, Op. cit, Hal. 125

Hal. 20019

16

ada kemungkinan bahwa surat-surat penggembalaan yang mengisi masa selama pembebasan Paulus setelah dipenjarakan di Roma untuk pertama kalinya yaitu sebelum Paulus dipenjarakan kembali untuk kedua kalinya. Akan tetapi, suasana sejarah dari surat Titus ini tidak dapat dibuktikan berdasarkan informasi Kisah Para Rasul, untuk menduga bahwa Paulus dibebaskan dari penjara. Dalam Kisah Para Rasul tidak ada informasi sedikitpun yang menyatakan bahwa Paulus sempat dibebaskan dari penjara dan dipenjarakan lagi untuk kedua kalinya. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa surat ini ditulis pada awal abad ke-2 oleh orang lain yang memakai nama dan kewibawaan Paulus, karena keadaan yang digambarkan dalam surat ini menunujukkan keadaan pada abad ke-2. Sedangkan soal tempat penulisan surat ini belum dapat disimpulkan dengan jelas karena identitas dari penulis yang masih kurang jelas serta kurangnya informasi tentang penulis dan tempat penulisan yang sebenarnya. C. Alamat Penulisan Apabila menelusuri teks, dapatlah diketahui bahwa surat Titus ini dialamatkan kepada salah seorang murid Paulus, rekan sekerjanya yang adalah orang Yunani, yang disebut dalam Titus 1:4 (gnesioi teknoi kata koinen pistin = anakku yang yang sah menurut iman kita bersama).20 Sebutan ini menandakan kedekatan atau ikatan antara Paulus dengan muridnya. Paulus juga memanggil Titus sebagai saudara (2 Kor 2:13), dan teman dalam pekerjaan dan tugas beratnya (2 Kor 8:23). Titus adalah orang yang bertobat karena Paulus dan anak di dalam iman serta ia berkata bahwa Titus hidup menurut Roh yang sama (2 Kor 12:18).21. Titus berasal dari

Willi Marxsen, Op. cit, Hal. 243 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari; Surat I & II Timotius, Titus, Filemon, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2001), Hal. 35921

20

17

keturunan Yunani (Gal 2:3), dan mungkin sekali ia dikristenkan oleh Paulus sendiri (Titus 1:1,4) pada masa-masa awal di Anthiokia.22 Titus adalah orang kepercayaan Paulus yang menyertai Paulus dalam perjalanannya yang ketiga. Pada saat itu Titus bertindak sebagai utusan Paulus pada masa-masa yang sulit ketika ada pemberontakan gereja di Korintus (II Kor 7:6-16).23 Kepada Titus sering diembankan tugas pelayanan dalam membantu Paulus karena kesetiaan dan kebenaran yang selalu ditampilkan oleh Titus, apapun konsekuensinya. Paulus meninggalkan Titus di Kreta untuk menjadi contoh bagi orang Kristen di sana (Titus 2:7), dan Titus harus melayani jemaat-jemaat yang ada di Kreta seluruhnya (Titus 1:5-6). Titus memang tidak memiliki karunia hebat untuk berbicara, tetapi ia orang yang tepat untuk administrasi praktis dan Paulus sering mengutus Titus ke tempat yang ada masalah.24 Namun, surat ini sebenarnya dimaksudkan bukan hanya semata-mata sebagai surat pribadi yang ditujukan hanya kepada satu oknum tertentu, apabila surat ini pribadi, Paulus tidak perlu menyebutkan kerasulannya kepada Titus yang adalah teman dalam pelayanannya.25 Surat ini ditujukan kepada seluruh jemaat (bdk. Titus 3:15), atau sebagai surat pribadi yang diedarkan kepada jemaat. Karena maksud dari surat ini ialah supaya Titus dapat mengatur jemaat-jemaat di Kreta dalam pembangunan dan pertumbuhannya serta bagaimana menyikapi kehidupan anggota jemaat-jemaat di Kreta. Paulus begitu sangat mengkhawatirkan orang Kreta yang ibarat domba tanpa gembala. Sehingga Paulus meminta Titus tinggal di Kreta untuk menyelesaikan segala tugas yang harus diselesaikan di sana.

22 23

M. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2000), Hal. 417 Ibid, Hal. 417 24 William Barclay, Op. cit, Hal. 358 25 R. Budiman, Op. cit, Hal. 126

18

D.

Situasi Jemaat dan Tujuan Penulisan 1. Situasi Sebagaimana hasil penelitian mengenai alamat surat ini, telah disimpulkan bahwa alamat surat ini adalah komunitas jemaat Kristen yang berada di pulau Kreta. Oleh karena itu situasi di Kreta pada umumnya dan situasi jemaat pada khususnya perlu disingkap agar tujuan penulisan dapat diungkapkan. 1.1 Umum Kreta adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Tengah yaitu di antara Yunani, Asia Kecil dan Afrika Utara. Karena letaknya yang strategis ini pulau Kreta menjadi suatu pusat perdagangan dan pelayaran.26 Sehingga dapatlah diterka bahwa kondisi perekonomian di pulau Kreta cukup mapan dan stabil. Apalagi dengan ditunjang oleh kekuasaan pemerintahan Romawi sebagai sistem pemerintahan yang ada di pulau Kreta saat itu. Kehidupan sosial di Kreta terkait dengan adanya percampuran antar kebudayaan, dengan melihat posisi pulau Kreta sebagai pusat perdagangan dan pelayaran, sangat membuka peluang bagi bangsa lain untuk berpindah ke tempat itu dengan membawa dampak terhadap budaya, moral dan agama. Pulau Kreta pada zaman purba kala menjadi pusat kebudayaan yang gilanggemilang (3400-1200 sM), namun akhirnya kebudayaan ini lenyap setelah pendatang dari Utara (tanah Yunani) menaklukkan negara Kreta itu.27 Pada umumnya kehidupan orang Kreta sebagai pembohong, pendusta, orang yang serakah dan pengkhianat (Titus 1:12). Dalam Perjanjian Baru, pada hari Pentakosta di Yerusalem, orang-orang yang turut mendengarkan berita Injil di antaranya juga terdapat orang Kreta (Kis 2:11). Untuk26 27

Ibid, Hal. 128 C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, (Yokyakarta: Kanisius, 1984), Hal. 156

19

itu, tampaknya sebelum Paulus dan Titus datang ke Kreta, di pulau ini sudah ada orangorang Kreta yang telah bertobat pada hari Pentakosta. Meskipun sudah ada banyak orang percaya di Kreta, namun masih perlu diatur dengan baik dan diteguhkan (Titus 1:5). Paulus sendiri mengakui bahwa pada umumnya sifat orang Kreta kurang baik (Titus 1:12,13). Orang Kreta tidak suka bergaul dengan orang-orang asing dan tidak senang dijajah oleh bangsa lain.28 1.2 Khusus Berdasarkan situasi umum di pulau Kreta, dapat dipastikan bahwa situasi yang sedang dialami oleh jemaat-jemaat yang ada di Kreta dalam praktek kehidupan, banyak dipengaruhi oleh persoalan-persoalan moral yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Kreta. Dimana gereja pada saat itu merupakan suatu bagian integral dari masyarakat. Keterpurukan moral dari orang-orang Kreta terlihat dari sifat mereka yang kurang baik (Titus 1:12). Meskipun dari informasi yang didapatkan bahwa di Kreta sudah ada banyak orang percaya (Titus 1:5), namun kehidupan mereka masih perlu untuk diatur kembali dan diteguhkan iman mereka, karena sifat orang Kreta yang pada umumnya memang kurang baik dan mereka juga masih berada dibawah pengaruh guru-guru palsu yang berlatar belakang Yahudi untuk menyesatkan mereka dan hidup dalam hukum Taurat (Titus 1:10). Dengan dikenalnya pulau Kreta sebagai suatu pusat perdagangan dan pelayaran karena posisi dari pulau Kreta yang berada di Laut Tengah, tentu saja hal ini menjadikannya sebagai tempat perjumpaan berbagai latar belakang budaya dan agama. Termasuk juga ajaran yang dibawa orang-orang tertentu, seperti hadirnya para guru-

28

J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Timotius Dan Titus, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996),

Hal. 96

20

guru palsu bersama dengan ajaran mereka yang menyesatkan. Ini sangatlah mempengaruhi pertumbuhan iman jemaat-jemaat yang ada di pulau Kreta. Situasi jemaat-jemaat di pulau Kreta pada saat itu menggambarkan suatu jemaat yang telah terstruktur dengan adanya jabatan-jabatan gerejawi bersama dengan aturanaturan dan keawajiban di dalam jemaat. Namun keadaan jemaat-jemaat di Kreta sangat mengecewakan. Gereja tidak terorganisasi dengan baik dan tingkah laku para anggotanya sangat ceroboh.29 Sehingga gereja pada saat itu masih perlu untuk diatur kembali dengan baik. 2. Tujuan Melalui situasi demikian yang dialami oleh jemaat-jemaat di Kreta, kehadiran surat ini yang diedarkan oleh penulis pada jemaat-jemaat tentulah tidak terlepas dari keinginan penulis untuk mau meneguhkan kembali iman yang dilihatnya terancam. Dengan menggunakan kewibawaan Paulus, penulis sebagai penerus dan pemelihara tradisi mencoba membendung suatu perkembangan yang dinilainya sebagai suatu penyelewengan terhadap iman Kristen.30 Dalam hal ini, jemaat-jemaat Kreta telah mengakui iman mereka terhadap Yesus Kristus, akan tetapi dalam sikap hidup mereka masih mencerminkan suatu prilaku hidup yang kurang baik serta penyimpangan ajaran tentang hukum Taurat oleh para guru-guru palsu dan sangat bertentangan dengan Injil Yesus Kristus. Dalam surat Titus ini penulis sekaligus mencoba memotivasi jemaat-jemaat dengan himbauan yang bernada perintah untuk dilakukan secara khusus serta mengingatkan kembali akan kewajiban dan tanggung jawab pelayanan pemimpin jemaat mereka dan juga cara hidup jemaat. Memang secara khusus, surat ini sangat29 30

M. Tenney, Op. cit, Hal. 417 C. Groenen, Op. cit, Hal. 313

21

mengecam persoalan moral yaitu mengenai prilaku hidup dari orang Kreta yang kurang baik. Surat Titus ini juga ditulis untuk menunjang pelayanan Titus secara resmi dalam tugasnya, karena Titus tidak dapat berupaya tanpa kewibawaan Paulus sehingga penulis surat menuliskan dengan jelas mengapa meninggalkan Titus di Kreta dan apa yang harus dilakukannya di sana, surat ini juga ingin memperjelas kepada Titus semua informasi untuk memenuhi tugasnya dalam mengatur dan meneguhkan iman jemaatjemaat yang ada di Kreta. 31 Untuk itu sebagian besar surat ini mengandung nasehatnasehat yang baik tentang bagaimana harus bertindak terhadap jemaat dan membantu mereka hidup sebagai orang Kristen.32 E. Bentuk dan Garis Besar Isi Surat 1. Bentuk Tulisan Surat merupakan hal yang populer di abad kekristenan yang banyak dipakai di dunia Yunani Romawi pada awal Tarikh Masehi,33 sebagai alat komunikasi tertulis antara individu dan kelompok tertentu. Oleh karena itu tulisan yang berbentuk surat, merupakan kesusastraan Kristen primitif. Sama seperti pada surat pada umumnya, surat pada zaman itu pun memiliki komposisi atau bentuk standar. Menurut Fee dan Stuart, 34 kebanyakan surat-surat kuno yang ditemukan meyerupai bentuk yang tepat sama dengan surat yang ada di dalam Perjanjian Baru (bdk. Surat dari Majelis di Yerusalem dalam Kis 15:23-29). Bentuk ataupun strukturnya terdiri dari enam unsur: Nama penulis Nama penerima31 32

Gene A. Getz, Op. cit, Hal. 30 Rosemary Haughton, Pembinaan umat Kristen Awal, (Yokyakarta, Kanisius, 1992), Hal. 92 33 C. Groenen, Op. cit, Hal. 204 34 G. Fee dan D. Stuart, Hermeneutik; Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan Dengan Tepat, (Malang: Gandum Mas, 1996), Hal. 38-39

22

Salam Doa dan harapan atau ucapan syukur Tubuh atau isi surat Salam penutup dan salam perpisahan Dari keenam unsur ini, satu-satunya unsur yang tidak tetap adalah doa harapan

atau ucapan syukur. Surat Titus digolongkan sebagai surat epistola dalam arti, bukanlah surat dalam pengertian yang sesungguhnya. Ia adalah karangan berupa surat yang entah bagaimana diedarkan pada umat secara umum. Penulis ingin membina umat yang dilihatnya terancam, bahaya itu mau ditanggulangi, sehingga karangannya yang meniru surat itu mirip dengan karangan-karangan propaganda atau polemik.35 Secara umum surat Titus ini dapat dikatakan sebagai surat edaran. Karena merupakan suatu surat yang ditulis kepada alamat tertentu secara pribadi namun secara tidak langsung juga surat ini diedarkan kepada jemaat-jemaat. 2. Garis Besar Isi Surat Titus Secara garis besar surat Titus ini terdiri atas beberapa bagian pokok pikiran yaitu: Pendahuluan (1:1-16) Ucapan Salam Pembuka (1:1-4)

Isi (1:5-15) I. Uraian mengenai tugas Titus di Kreta dan ketetapan bagi para penatua (1:5-16) Mengatur dan mengangkat Penatua Jemaat serta ketetapannya (1:5-9)

35

C. Groenen, Op. cit, Hal. 208

23

-

Penyingkapan mengenai situasi kehidupan jemaat di Kreta dan keberadaan ajaran sesat oleh para guru-guru palsu (1:10-16)

II. Pemberitaan mengenai nasehat dan kewajiban serta ajaran yang sehat (2:1-15) Penerapan nasehat tentang ajaran yang sehat dan kewajiban bagi jemaat Kreta (2:1-10) Pengertian mengenai ajaran yang sehat dan ringkasan Injil Kristus (2:11-15)

III. Pesan-pesan penutup mengenai perbuatan baik dan ajaran yang sehat (3:1-11) Salam Penutup (3:12-1)

24

BAB II EKSEGESE HISTORIS KRITIS MAKNA KESELAMATAN MENURUT TITUS 2:11-15

A.

Teks Titus 2:11-1536

11

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia12

sudah nyata.

Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan

keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini13

dengan menantikan penggenapan

pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang maha besar dan Juruselamat kita Yesus Kristus,14

yang telah menyerahkan

diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. 15Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.

B.

Tempat Perikop Dalam Keseluruhan Surat Titus Titus 2:11-15 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tulisan surat Titus. Untuk itu dalam rangka memahami tempat perikop dalam keseluruhan surat Titus, perlu dilihat kedudukan teks dalam struktur surat Titus dan hubungan perikop dengan pasal sebelum dan sesudahnya. 1. Kedudukan Teks Dalam Struktur Surat Titus36

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, (Jakarta: 2003)

25

Keseluruhan surat Titus ini dapat dibagi dalam beberapa bagian besar sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab 1, yaitu: Pendahuluan (1:1-16) Ucapan Salam Pembuka (1:1-4)

Isi (1:5-15) I. Uraian mengenai tugas Titus di Kreta dan ketetapan bagi para penatua (1:5-16) Mengatur dan mengangkat Penatua Jemaat serta ketetapannya (1:5-9) Penyingkapan mengenai situasi kehidupan jemaat di Kreta dan keberadaan ajaran sesat oleh para guru-guru palsu (1:10-16) II. Pemberitaan mengenai nasihat dan kewajiban serta ajaran yang sehat (2:1-15) Penerapan nasihat tentang ajaran yang sehat dan kewajiban bagi jemaat Kreta (2:1-10) Pengertian mengenai ajaran yang sehat dan ringkasan Injil Kristus (2:11-15)

II.

Pesan-pesan penutup mengenai perbuatan baik dan ajaran yang sehat (3:1-11) Salam Penutup (3:12-15) Dari struktur di atas, terlihat bahwa pasal 2:11-15 termasuk dalam bagian dari pemberitaan mengenai nasihat ajaran yang sehat dan ringkasan Injil Kristus. Penulis lewat suratnya ingin menyampaikan beberapa pesan yang berbentuk pengertian yang menuntut penerima surat ini untuk hidup sesuai dengan ajaran yang sehat sebagaimana mereka telah menerima Injil Kristus. Pengertian mengenai ajaran yang sehat ini juga berisikan mengenai ringkasan Injil Kristus. Bagian ini secara khusus membahas tentang kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia yang telah dinyatakan melalui Yesus Kristus untuk mendidik manusia hidup menurut ajaran yang sehat. 2. Hubungan Perikop Dengan Pasal Sebelum Dan Sesudahnya

26

Pemberitaan mengenai ajaran yang sehat serta kewajiban bagi jemaat Kreta merupakan hal yang coba diuraikan oleh penulis surat ini, sebagaimana yang dapat juga dilihat pada perikop yang sebelumnya yaitu pasal 2:1-10, perikop ini juga memberikan dorongan kepada yang dialamatkan untuk bisa menjadi teladan. Ayat ini juga

merupakan suatu lanjutan dari ayat diperikop sebelumnya yang berisikan tentang hidup baru. Untuk itu ayat ini mengandung sebuah penegasan tentang bagaimana mencapai hidup baru itu. Perikop yang sebelumnya ini merupakan bagian yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pasal 2:11-15, sebagai kelanjutannya yang memberikan pengertian mengenai ajaran yang sehat serta ringkasan tentang Injil Kristus untuk diingatkan dan dimengerti kembali sebagai dasar dari ajaran yang sehat. Selain berhubungan dengan perikop yang sebelumnya, perikop pasal 2:11-15 ini juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pasal sesudahnya yaitu pasal 3:114, yang merupakan kelanjutannya. Berbicara mengenai pesan untuk melakukan perbuatan baik sebagai bagian dari ajaran yang sehat dalam Injil Kristus yang telah menyatakan keselamatan atas semua manusia. Dalam perikop ini juga, penulis yang mengatasnamakan Paulus memberikan petunjuk kepada yang dialamatkan yaitu Titus tentang bagaimana menghadapi para penyesat atau para guru-guru palsu. Berdasarkan penjelasan di atas, perikop pasal 2:11-15 merupakan suatu alur cerita yang berkesinambungan tentang situasi jemaat yang telah hidup dalam keberpalingan dari kebenaran dengan munculnya para guru-guru palsu yang menyesatkan serta dengan adanya persoalan moral di dalam jemaat. Menghadapi situasi yang seperti itu, maka muncul suatu pemberitaan tentang ajaran yang sehat dalam Injil Kristus untuk melakukan perbuatan baik serta hidup dalam kasih karunia Allah yang menyelamatkan yang telah dinyatakan melalui Yesus Kristus.

27

C.

Pokok Pikiran Dan Uraian Tafsir Ayat 11 : Penyataan Tentang Kasih Karunia Keselamatan LAI : Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. NIV TjS : For the grace of God that brings salvation has appeared to all men. : Karena telah dinyatakan kasih karunia keselamatan dari Allah kepada semua manusia. Ayat 11. Melihat keseluruhan bagian kalimat dalam ayat ini, sepertinya memberikan suatu keterangan dan penegasan yang sangat jelas mengenai karya keselamatan dari Allah kepada umat manusia. Apabila melihat lebih ke dalam lagi, berdasarkan teks Yunani ayat ini diawali dengan kata kerja 37 (epefane = dia telah dinyatakan). Dalam bahasa Yunani kata ini digunakan dalam dua cara istimewa. Pertama, digunakan untuk menyatakan campur tangan dewa; dan kedua, secara khusus digunakan dalam hubungannya dengan kaisar Romawi.38 Kata ini digunakan untuk kunjungan seorang Kaisar ke suatu provinsi atau kota. Jalan-jalan dibersihkan dan dihiasi untuk menjadikan kota itu baru dan layak untuk epefane. Kata inilah yang kemudian dikenakan oleh Paulus pada Yesus Kristus. Dari pemilihan pengunaan kata kerja ini dapat dilihat bahwa penulis surat ingin menyampaikan tentang penyataan itu sebagai suatu tindakan istimewa yang telah berlangsung dan yang sedang dilanjutkan. Tindakan penyataan itu sendiri adalah karya dari Allah 39 (tu theu = dari Allah) untuk menolong sepenuhnya. Boleh dikatakan sebagai suatu tindakan nyata37 38

K. kerja Aor. II ind. pas. org. III sing. () = (Dia) telah dinyatakan William Barclay, Op. cit, Hal. 314 39 K. sdg. + k. benda gen. sing. mask. ( ) = (dari) Allah

28

Allah yang hadir dan berlaku dalam kehidupan manusia. Sehingga kata kerja ini mengandung sebuah makna yang memberikan penegasan bahwa tindakan atau karya Allah benar-benar telah terjadi dan berlangsung. Kata kerja ini juga mengandung makna yang menggambarkan menyingsingnya fajar. Sama seperti kegelapan malam yang tibatiba diterobos oleh fajar yang merekah. 40 Penyataan bahwa terang yang sesungguhnya itulah (firman) yang menerangi setiap orang memperlihatkan betapa pentingnya karya Allah dalam dunia ini. Dengan kata lain penyingkapan kegelapan merupakan karya anugerah.41 Penyataan Allah itu sendiri menyangkut kasih karunia 42 (he kharis), sebagai suatu tindakan penyelamatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karunia diartikan belas kasih/pemberian atau anugerah dari yang lebih tinggi kedudukannya kepada yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa hanya ada satu pribadi di atas manusia yang bisa memberikan kasih karunia tersebut yaitu Allah. Kasih karunia ini tidak bersifat manusiawi tetapi ilahi, yaitu berpusat kepada Allah. Dalam konteks ayat ini, penulis surat mempergunakan kata kharis untuk menggambarkan dan mengekspresikan keutuhan dari penyelamatan Allah yang telah dinyatakan di dalam Yesus Kristus terhadap manusia.43 Penyataan Allah ini mengungkapkan sifat anugerah kasih karunia yang tidak habis-habisnya dan tidak berkesudahan. Dalam hal ini, kasih karunia merupakan sikap Allah yang menjadi nyata dalam tindakan penyelamatan 44 (soterios =

keselamatan). Penyataan kasih karunia itu sendiri telah dinyatakan melalui Kristus.40 41

R. Budiman, Op. cit, Hal. 140 D. Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), Hal. 258 42 K. sdg. + k. benda nom. sing. fem. () = Kasih karunia itu 43 Karl Rahner, Encyclopedia Of Theology, (London: Burns and Oates, 1981), Hal. 505 44 K. sifat nom. sing. mask. () = keselamatan

29

Kasih karunia Allah sebagai suatu tindakan penyelamatan, dimana Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa. Yesus Kristus merupakan penjelmaan yang sempurna dari kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah dilihat sebagai keutuhan dari proses penyelamatan yang dilakukan Kristus melalui suatu rangkaian tindakan antara ketulusan untuk mengasihi. Keutuhan dari tindakan Kristus ini dimaksudkan untuk membenarkan dan menyelamatkan manusia di hadapan Allah. Dalam hal ini nampaknya penulis surat melihat bahwa, pengorbanan Kristus adalah pengorbanan yang berlaku sekali untuk selamanya. Jadi di dalam Kristus kasih karunia Allah tampak kepada semua orang, yaitu melalui apa yang diperbuat maupun yang Kristus katakan. 45 Hubungan kasih karunia Allah dengan salib Kristus merupakan ciri khas kekristenan.46 Sebab didalamnya tersingkap karya keselamatan yang

dianugerahkan kepada manusia. Kata (gar = karena) yang terdapat didalam kalimat ini, memberikan suatu dasar teologi yang cuma-cuma dan juga sebagai suatu penegasan bahwa kasih karunia keselamatan dari Allah telah berlaku atas manusia. Bahwa siapa saja boleh diperoleh untuk mengambil bagian dalam kasih karunia yang menyelamatkan itu. Karena kasih karunia Allah ditujukan kepada semua orang 47 (pasin = kepada semua), 48 (anthropois = manusia). Penggunaan kata anthropois menunjuk kepada kesejajaran manusia yang berdosa tanpa adanya perbedaan. Selain itu juga penggunaan kata ini merupakan suatu tanda bahwa penulis surat sedang menonjolkan keuniversalan keselamatan dari Allah melalui iman kepada Yesus Kristus kepada semua manusia. Namun manusia juga dalam hal ini memiliki kewajiban untuk tetap hidup dalam kasih45 46

Gene A. Getz, Op. cit, Hal. 127-128 David L. Baker, Roh dan Kerohanian dalam Jemaat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), K. sifat dat. plur. net. () = (kepada) semua K. benda dat. plur. mask. () = (kepada) manusia

Hal. 12247 48

30

karunia itu sendiri yang telah dianugerahkan Allah untuk menyelamatkan, tanpa melalui karya manusia (dalam hal ini yakni hukum Taurat). Kehadiran Kristus telah memberikan sebuah jalan baru dalam sejarah keselamatan manusia. Keselamatan manusia yang telah dikerjakan melalui karya Allah di dalam Kristus yang menyelamatkan. Oleh karena itu, kasih karunia Allah hanya akan bekerja dalam kehidupan mereka yang menanggapi penyelamatan itu. Respon manusia yang mengutamakan anugerah Allah demi mendapatkan keselamatan, adalah suatu tindakan proaktif dalam menghayati karya Allah di dalam diri Yesus Kristus. Dasar dari penyelamatan melalui Kristus, merupakan kasih Allah yang amat sangat tulus untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Penyataan kasih karunia ini menjadikan Kristus tersalib, sebagai bukti pengorbanan yang nyata dan didasarkan pada kasih Allah yang sesungguhnya. Ketaatan Kristus untuk melakukan semua amanat Allah ini, telah membebaskan manusia dari ikatan Taurat sehingga dengan demikian Taurat tidak lagi berkuasa atas manusia. Sebab manusia (baik orang Yahudi maupun non Yahudi) telah ditebus oleh darah Kristus. Keutuhan dari tindakan penebusan ini, dianugerahkan kepada manusia (semua orang percaya), supaya di dalam Kristus manusia diselamatkan. Dengan demikian pengorbanan Kristus senantiasa dipandang sebagai penyataan kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia. Dalam ayat ini memang menegaskan bahwa keselamatan itu telah terjadi dan terwujud hanya oleh karena kasih karunia dari Allah. Hal itu demi meyakinkan jemaat Kreta bahwa keselamatan yang telah dinyatakan Allah di dalam Kristus telah ditampakan diluar atau lepas dari hukum Taurat. Dengan demikian tidak ada lagi ruang bagi manusia (maupun Taurat) untuk memikirkan dan atau melakukan tindakan

31

pembenaran yang menyelamatkan manusia di hadapan Allah, selain hanya dari kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Namun keselamatan itu juga merupakan sesuatu yang dinamis dan tidak pernah berkesudahan. Kasih karunia disadari sebagai suatu realitas yang menunjuk kepada sikap Allah yang menyatakan dan mewujudkan karya keselamatan melalui Yesus Kristus yang dianugerahlan kepada umat manusia. Berdasarkan terjemahan di atas, bila dibandingkan dengan terjemahan LAI tahun 2003. Nampaknya terjemahan LAI telah berusaha memberikan penjelasan maksud mengenai konsep karya keselamatan dari Allah atas manusia. Dalam hal ini baik LAI naupun NIV telah memasukkan tafsirannya sesuai dengan konteks yang berlaku. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penulis surat mengawali perikop ini dengan sebuah penegasan untuk meyakinkan tentang karya keselamatan dari Allah yang dianugerahkan kepada manusia di dalam Yesus Kristus. Hal ini sebagai bentuk dasar untuk mengawali ajaran kebenaran kepada Titus maupun jemaat Kreta (tidak menutup kemungkinan bagi semua orang Kristen) untuk menerima dan hidup di dalam kasih karunia Allah.

Ayat 12 : Ajaran Menurut Kasih Karunia Allah LAI : Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginankeinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini NIV : It teaches us to say no to ungodliness and worldly passion, and to live self controlled, up right and godly lives in this present age

32

TjS

: Dia mendidik kita agar supaya kita menolak kefasikan dan keinginankeinginan duniawi dan kita hidup secara bijaksana, dengan adil dan beribadah di zaman sekarang ini. Ayat 12. Ayat ini berisikan peringatan tentang pengajaran untuk hidup benar. Di

awal kalimat ayat ini penggunaan kata 49 (paideuousa = dia mendidik), kata ganti orang ke tiga dalam kalimat ini menunujuk kepada kasih karunia sebagai satu oknum. Dimana kasih karunia dari Allah itulah yang mendidik dan mengajarkan untuk hidup benar. Kasih karunia itu sendiri bertujuan untuk mendidik kita 50 (hemas = kita), yang menunjuk kepada alamat penerima surat atau bahkan mungkin dimaksudkan kepada kita semua umat manusia. Tujuan dari ajaran itu ialah agar supaya 51 (ina = agar supaya) manusia menolak 52 (arnesamenoi = menyangkal/menolak) keadaan yang fasik atau kefasikan 53 (ten asebeian = kefasikan) dan keinginan-keinginan 54 (epithumias = keinginan-keinginan) duniawi 55 (tas kosmikas = duniawi), atau segala hawa nafsu dunia sebagai hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan Allah.

49 50

52

K. kerja part. Pres. Akt. Org. III Nom. Sing. Fem. () = (Dia) mendidik, menuntun K. ganti Org. I Akus. Plur. () = kita 51 K. penghubung = agar supaya K. kerja Aor. I Part. Org. I Nom. Plur. Mask. () = (kita) menyangkal/menolak 53 K. sdg + K. benda Akus. Sing. Fem. ( ) = kefasikan 54 K. sifat Gen. Plur. Fem. () = (dari) keinginan-keinginan 55 K. sdg + K. benda Akus. Plur. Fem. ( ) = duniawi

33