I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase...

142
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal guna terciptanya masyarakat, bangsa dan negara dengan penduduk hidup sehat dalam lingkungan yang sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh Indonesia (Depkes, 2001). Sejalan dengan ini tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia maka seseorang dikatakan sehat bila dalam keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi ( Depkes RI, 2001). Sehubungan dengan hal tersebut maka secara umum 1

Transcript of I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase...

Page 1: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010

adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal guna terciptanya

masyarakat, bangsa dan negara dengan penduduk hidup sehat dalam lingkungan

yang sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang optimal diseluruh Indonesia (Depkes, 2001).

Sejalan dengan ini tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia maka

seseorang dikatakan sehat bila dalam keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi ( Depkes RI, 2001). Sehubungan dengan hal tersebut maka secara umum

pelayanan kesehatan di Indonesia dilakukan dengan upaya peningkatan melalui

usaha promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Kesemuanya ini akan diharapkan

akan tercapai tujuan pelayanan prima seperti: mempercepat penyembuhan,

mengurangi angka kematian, kesakitan dan mengurangi kemungkinan tertularnya

penyakit yang sama (Ngatimin, 1999).

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan dilakukan secara

mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi, untuk memelihara dan

1

Page 2: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok dan masyarakat (Syaifuddin,

2000).

Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Soegijanto (2002)

menyatakan bahwa tujuh dari sepuluh kematian anak di negara berkembang dapat

disebabkan oleh lima penyebab utama yakni salah satunya adalah Gastroenteritis

yang masih merupakan salah satu penyebab utama mortalitas anak-anak di

berbagai negara yang sedang berkembang. Setiap tahunnya lebih dari satu milyar

kasus Gastroenteritis sebanyak 3,3 juta kasus Gastroenteritis pada balita setiap

tahun dengan 2-3 % kemungkinan jatuh kedalam keadaan dehidrasi Data

Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka penyakit Gastroenteritis di

Indonesia saat ini adalah 230-342 per 1000 penduduk untuk semua golongan

umur dan 60 % kejadian Gastroenteritis tersebut terjadi pada balita yang sebagian

mengakibatkan kematian.

Penyakit Gastroenteritis merupakan salah satu masalah di Indonesia

karena sering menimbulkan wabah. Data Departemen Kesehatan RI menyebutkan

bahwa angka kejadian Gastroenteritis untuk umur anak 230-342 penderita per

1000 penduduk setiap tahunnya sedangkan angka kematian mencapai 4 per 1000

anak, sedangkan untuk daerah ibukota terdapat 15-20 % penderita Gastroenteritis

meninggal.

Data Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) Dinas

Kesehatan Tingkat I Provinsi Sultra jumlah Gastroenteritis pada anak meningkat

2

Page 3: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

tahun 2005 sebanyak 17.976 orang, jumlah penderita Gastroenteritis pada anak

meningkat menjadi 21.634 orang pada tahun 2006. Kemudian jumlah penderita

Gastroenteritis pada tahun 2007 berjumlah 21.871 orang (Dinkes Propinsi Sultra,

2007).

Data Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) Dinas Kesehatan

Kota Kendari jumlahroenteritis di Wilayeritis pada anak tahun 2005 sebanyak

2.997 orang, jumlah penderita Gastroenteritis pada anak meningkat menjadi

3.490 orang pada tahun 2006. Kemudian jumlah penderita Gastroenteritis pada

tahun 2007 berjumlah 3.672 orang (Dinkes Kota Kendari, 2008).

Jumlah anak yang berumur 0-14 tahun di Kecamtan Poasia yang terdiri

dari 4 kelurahan yaitu : Kelurahan Andounohu terdiri dari 1263 laki-laki dan 999

perempuan, di Kelurahan Rahandouna terdiri dari 1195 laki-laki dan 2088

perempuan, di Kelurahan Anggoeya terdiri dari 627 laki-laki dan 480 perempuan

dan di Kelurahan Matabubu terdiri dari 207 laki-laki dan 176 perempuan (BPS

Propinsi Sultra, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Poasia jumlah anak

penderita Gastroenteritis tahun 2006 berjumlah 194 penderita terdiri dari 79 laki-

laki dan 115 perempuan, tahun 2007 berjumlah 214 penderita terdiri dari 101 laki-

laki dan 113 perempuan dan tahun 2008 berjumlah 248 penderita terdiri dari 115

laki-laki dan 133 perempuan dengan rincian sebagai berikut : pada bulan Januari-

Juni sebesar 142 penderita terdiri dari 65 laki-laki dan 77 perempuan, pada bulan

Juli-Desember sebesar 106 penderita terdiri dari 50 laki-laki dan 56 perempuan.

3

Page 4: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Ini menunjukkan jumlah anak yang menderita Gastroenteritis di Puskesmas

Poasia Kota Kendari terus meningkat.

Hal ini berhubungan dengan pengetahuan, sikap, sumber air dan jamban

keluarga.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “ Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Pada

Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit

Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

tahun 2008 ?

2. Seberapa besar faktor resiko sikap dengan kejadian penyakit Gastroenteritis

pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 ?

3. Seberapa besar faktor resiko sumber air dengan kejadian penyakit

Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

tahun 2008 ?

4. Seberapa besar faktor resiko jamban keluarga dengan kejadian penyakit

Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

tahun 2008 ?

4

Page 5: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan, sikap,

sumber air dan jamban keluarga dengan kejadian penyakit Gastroenteritis

pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan

dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja

Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.

b. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko sikap dengan kejadian

penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia

Kota Kendari tahun 2008.

c. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko sumber air dengan

kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas

Poasia Kota Kendari tahun 2008.

d. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko jamban keluarga dengan

kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas

Poasia Kota Kendari tahun 2008.

5

Page 6: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Sebagai masukkan bagi para petugas kesehatan khususnya di wilayah kerja

Puskesmas Poasia untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam

mengaplikasikan teori tentang ilmu kesehatan masyarakat.

3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

4. Sebagai bahan bacaan dan sumbangan ilmiah yang dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan.

6

Page 7: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan perbuatan manusia, keluarga atau masyarakat

yang dipengaruhin oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, kepercayaan,

yang melatar belakangi yang kita kenal dengan norma budaya (Rusmi, 1999).

Perilaku adalah merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu

yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh

seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan response menurut

cara tertentu terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah perbuatan

manusia yang kompleks terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh

pengetahuan, pengalaman, keyakinan dann kepercayaan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku

Dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar individu itu sendiri.

Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi,

emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Susunan syaraf pusat

7

Page 8: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena merupakan

sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan

atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf indra

pendengaran, penglihatan, pembauan, pencicipan dan perabahan disalurkn

dari temapt terjadinya rangsangan melalui inpuls-inpuls syaraf ke susunan

saraf pusat, (Notoatmodjo, 2003).

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui

melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui

panca indra, setiap orang mempunyai persepsi berbeda, meskipun mengamati

terhadap objek yang sama. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan untuk

bertindak untuk mencapai suatu tujuan dapat berwujud dalam bentuk perilaku.

Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang

mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada

kehendaknya merupakan faktor keturunan (bawaan).

Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan

berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Belajar diartikan sebagai

suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam

lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari

oleh perilaku terdahulu (sebelumnya).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk

melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan

lingkungannya. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku

8

Page 9: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

dibedakan menjadi dua yakni faktor internal yang mencakup pengetahuan,

kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi yang berfungsi untuk mengolah

rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar,

baik fisik maupun non fisik seperti : iklim, manusia, sosial ekonomi,

kebudayaan, dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu perilaku :

a. Faktor-faktor redisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya

b. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia

atau tidaknya fasilitas - fasislitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas,

obat-obatan atau alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku kesehatan.

Selain uraian di atas, ada yang disebut dengan perilaku masyarakat

sehubungan dengan pelayanan kesehatan dimana masyarakat atau anggota

masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasa sakit ( disease but not

liness ) sudah barang tentu tidak akan berbuat apa-apa terhadap penyakitnya

tersebut. Tetapi bila seseorang diserang penyakit dan juga merasa sakit, baru

akan timbul berbagai perilaku dan usaha. Hal ini merupakan suatu bukti

bahwa kesehatan belum menjadi prioritas dalam kehidupan masyarakat.

9

Page 10: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

3. Komponen Perilaku

Menurut Blom (1956) dalam Ansyar (2008) membedakan perilaku

dalam 3 (tiga) bentuk yakni cognitife, affectife, dan psikomotor. Ada 3 (tiga)

komponen dalam pengertian perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan

atau perbuatan.

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui dan mampu diingat

oleh seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan dan mengamati atau

diajarkan sejak akhir sampai dewasa khususnya setelah ia diberi

pendidikan formal maupun nonformal.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal, maupun dari

penjelasan ataupun penjelasan dari sumber lain. Pengetahuan dapat juga

diperoleh melalui pengalaman-pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain. Dengan adanya pengetahuan orang dapat bermotivasi untuk

berperilaku sehat. Sebab jika seseorang telah mengetahui tentang masalah

kesehatan yang dihadapi akan besar kemungkinan orang tersebut akan

berperilaku sehat. Tetapi bila sebaliknya dimana seseorang memiliki

pengetahuan yang benar melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai

dengan pengetahuannya tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena proses

10

Page 11: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

peralihan tersebut bukanlah suatu proses yang sederhana dimana untuk

sampai pada penerapan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan harus

memenuhi beberapa tahap, yaitu :

1) Aware (tahu) ; Timbulnya kesadaran masyarakat dari yang tidak tahu

menjadi tahu.

2) Interest (tertarik) ; Setelah tertarik akan timbul minat karena merasa

tertarik.

3) Evolution (penelitian) ; Dalam tahap ini, masyarakat mengevaluasi

keuntungan dan kerugian.

4) Trial (mencoba) ; Dalam tahap ini subjek dimulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption (penerimaan) ; Setelah mencoba, ada dua kemungkinan yaitu

menerima dan menolak dan bila dia menerima maka perilaku yang baru

tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2003).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan suatu

hasil tahu atau sesuatu yang dipelajari melalui pengetahuan ini dapat

berubah perilaku masyarakat dibidang kesehatan sehingga berperan dalam

perubahan sikap yang pada akhirnya merupakan predisposisi bentuk

perubahan. Begitu pula dengan tingkat pengetahuan keluarga sangat

berpengaruh terhadap status kesehatan anak, apabila tingkat pengetahuan

keluarga cukup sedapat mungkin melakukan upaya pencegahan gangguan

11

Page 12: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

kesehatan dan mewaspadai jika gangguan timbul. Jika pengetahuan

keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya pencegahan kesehatan yang

akan dilakukan pada anaknya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yaitu menanyakan tentang isi materi yang

akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :

1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

2) Memahami (comprensif) yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application) yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari sebenarnya.

4) Analisa (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk dapat

menjabarkan materi atau objek.

5) Sintesis (sintensis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) merupakan suatu kemampuan untuk

melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek

(Notoatmodjo, 2003).

12

Page 13: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam

sumber, misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas

(petugas kesehatan), kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat

membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang dapat berperilakau

sesuai keyakinan tersebut (Istiarti, 2000).

b. Sikap

Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur

melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah

terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan

dengannya (Rusmi, 1999).

Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima

terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut,

Saifuddin (1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada

dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau

reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.

Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam

perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya

hubungan langsung antara sikap dan perilaku sesorang, sikap positif

seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak

pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif

terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada perilakunya

13

Page 14: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus atau objek. Manifestasi sikap ini tidak dapat langsung dilihat,

akan tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan “

predisposisi” tindakan atau perilaku (Niven, 2000).

Pada pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tindakan yakni : (a)

menerima (receiving) bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan objek, (b) merespon (responding) yakni

memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, (c) menghargai (valving)

yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan dengan orang lain terhadap

suatu masalah, (d) bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung

jawab atas segala yang dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap

dilakukan dengan secara langsung ditanyakan bagaiman pernyataan

responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

Maka batasan-batasan di atas menyatakan bahwa manifestasi sikap

itu tidak dapat dilihat langsung, melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosiaonal terhadap

stimulus sosial. Salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa

14

Page 15: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bentindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu, Newcomb dalam Notoatmodjo

(1997).

Cara menentukan sikap adalah dengan menggunakan skala linkert

dengan nilai masing-masing tingkatan : sangat setuju (5), setuju (4), ragu-

ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1) (Arikunto, 2002).

c. Perbuatan / Tindakan

Tindakan adalah kegiatan nyata dari seseorang terhadap stimulus

yang ada. Adapun tingkatan dari tindakan adalah a) Persepsi yakni

mengenal atau memilih berbagai objek dengan tindakan yang diambil, b)

Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar, c) Mekanisme apabila seseorang dapat melakukan dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu menjadi kebiasaan maka ia

mencapai praktek yang ketiga, d) Adaptasi yaitu tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara

tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan beberapa jam, hari, bahkan bulan yang lalu (Notoatmodjo,

2003).

Tindakan merupakan suatu kegiatan yang kongkrit berupa

perbuatan rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 1997). Untuk terwujudnya

sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

15

Page 16: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih

Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam kehidupan manusia.

Tidak hanya karena sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari cairan, akan tetapi

juga karena didalam air terdapat unsur mineral yang diperlukan untuk

perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia (Hasyim, 2000).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitas memenuhi syarat kesehatan yang dapat diminum apabila telah dimasak.

Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, sehingga penyediaan air untuk

masyarakat harus aman, higienis, baik dan dapat diminum, tersedia dalam jumlah

yang cukup dan murah.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 907/Menkes/SK/VII/2002

bahwa air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Syarat kualitas air bersih terdiri atas :

a. Syarat fisik : tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak keruh.

b. Syarat kimia : tidak mengandung bahan kimia yang memiliki pengaruh

langsung pada kesehatan dan jumlahnya tidak melebihi ambang batas

yang telah ditetapkan.

16

Page 17: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

c. Syarat bakteriologis : tidak mengandung organisme pathogen baik itu

Enterobacteri coli maupun Coliform.

d. Syarat radioaktif : mengandung sinar alfa dan sinar beta yang tidak

melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan (Depkes, 2002).

2. Syarat kuantitas, yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup

dengan memperoleh 60 liter/orang/hari, sedangkan daerah perkotaan 100 –

150 liter/orang/hari.

C. Tinjauan Umum Tentang Jamban Keluarga

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang

tinja atau tinja manusia yang lazim disebut kakus/WC. Jamban diusahakan sistem

yang sedemikian rupa hingga tidak menjadi tempat atau sumber penularan

penyakit dan tidak menimbulkan bau (Djabu, 1990).

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia,

sedangkan yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat

yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini

berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses

pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksudkan adalah tempat

pembuangan tinja dan urine yang pada umumnya disebut jamban atau kakus

(Notoatmodjo, 2003).

17

Page 18: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Menurut Notoatmodjo (1997), untuk mencegah atau sekurang-kurangnya

mengurangi kontaminasi tinja dengan lingkungan, maka pembuangan kotoran

manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya harus dilakukan disuatu tempat

tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban keluarga disebut sehat apabila

memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban.

2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.

3. Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.

4. Tidak menimbulkan bau.

5. Mudah digunakan dan dirawat.

6. Desainnya sederhana.

7. Dapat diterima oleh pemakainya.

Menurut Notoatmodjo (2003), agar persyaratan ini dapat dipenuhi maka

perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya jamban tertutup, artinya jamban terlindung dari panas dan hujan,

serangga dan binatang lainnya, juga terlindung dari pandangan orang.

2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat serta tempat

berpijak yang kuat.

3. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

4. Sebaiknya letak pembuangan jamban dengan sumber air bersih adalah kurang

lebih 10 meter.

18

Page 19: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

D. Tinjauan Umum Tentang Gastroenteritis

1. Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah infeksi akut pada sistem pencernaan yang

menimbulkan gangguan pada lambung yang berupa mual dan muntah serta

gangguan pada usus yang berupa diare (Sudoyo, 2007).

Berdasarkan manifestasi klinis Gastroenteritis menimbulkan gejala

diare dan muntah (Mansjoer, 2000).

Penyebab Gastroenteritis Infeksi enternal yaitu infeksi pada saluran

pencernaan, meliputi : Infeksi bakteri terdiri dari Vibrio, E. Coli, Salmonella,

Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. Infeksi virus

terdiri dari Enterovirus (virus ECHO, Coxackie, Poliomyelitis), Adenovirus,

Rotarovirus, Astrovirus, dan lain-lain. Infeksi parasit terdiri dari Cacing

(Ascariasis, Trichiaris, Oxyaris, Strongloydes), Protozooa (Entamoeba

histolytica, Glardia lambia, Trichomonas, Hominis) dan Jamur (Candida

albicans, Candida enteritis).

a. Patofisiologi

Fungsi usus dalam keadaan normal adalah penyerapan, khususnya

untuk bahan-bahan yang mengandung hidrat arang, zat putih telur dan

lemak, selain itu juga melakukan absorbsi terhdap air dan elektrolit.

Berbagai jenis mikroorganisme penyebab Gastroenteritis yang masuk

19

Page 20: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

kedalam tubuh seseorang akan mengadakan multiplikasi serta reaksi pada

usus yang menyebabkan terjadinya Gastroenteritis (Brunner dan

Suddarth, 2002)

Gastroenteritis banyak disebabkan oleh penurunan penyerapan air

serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus, diare osmotik

terjadi bila air terdorong kedalam usus oleh tekanan osmotik partikel-

partikel yang tidak dapat di absorbsi, sehingga reabsorbsi air menjadi

lambat, umumnya Gastroenteritis terjadi karena adanya peningkatan

peristaltik usus sebagai akibat adanya inflamasi usus, yang berdampak

pada peningkatan frekuensi defekasi. Muntah merupak respon refleks

simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan aktivitas otot

perut dan pernafasan. Pada saat muntah terjadi respon yang berlawanan

dari keadaan normal, dimana tonus sfingter esophagus bawah, fundus, dan

korpus menurun, sedangkan peristaltic antrum, tonus pilorus dan

duodenum meningkat (Brunner dan Suddarth, 2002).

2. Manifestasi Klinis

a. Diare

1) Pengertian

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari

dengan/tanpa lender dan/atau darah dalam tinja (Mansjoer, 2000).

20

Page 21: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

2) Penyebab Diare

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :

a) Faktor Infeksi meliputi :

(1) Infeksi bakteri terdiri dari Vibrio, E. Coli, Salmonella,

Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan

sebagainya.

(2) Infeksi virus terdiri dari Enterovirus (virus ECHO,

Coxackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotarovirus,

Astrovirus, dan lain-lain

(3) Infeksi parasit terdiri dari Cacing (Ascariasis, Trichiaris,

Oxyaris, Strongloydes), Protozooa (Entamoeba histolytica,

Glardia lambia, Trichomonas, Hominis) dan Jamur

(Candida albicans).

(4) Infeksi perenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar

alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),

Tonsilofangiritis, Bronchopneumonia, Ensefalitis, dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak di bawah umur 2 tahun.

b) Faktor Malabsorbsi

(1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleran laktosa,

maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleran glukosa,

fruktosa dan galaktosa).

21

Page 22: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

(2) Malabsorbsi lemak.

(3) Malabsorbsi protein.

c) Faktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap

makanan.

d) Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas (Suryadi, 2001).

e) Faktor Penyebab Yang Lain :

Jika ditinjau dari sudut pandang epidemiologi, suatu penyakit

(dalam hal ini adalah diare) dapat terjadi apabila terjadi

ketidakseimbangan antara ketiga unsur dalam epidemiologi

yaitu Host, Agent dan Environment. Host (manusia) terdiri dari

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status sosial, dan lain-

lain. Agent (penyebab) terdiri dari penyebab terjadinya suatu

penyakit yakni bakteri, virus dan kuman-kuman patogen

lainnya. Environment ( lingkungan) terdiri dari lingkungan

fisik, biologis dan sosial (Noor, 1997). Dari tinjauan di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa diare dapat disebabkan secara

langsung maupun tak langsung oleh ketiga faktor diatas (Host,

Agent and Environment).

3) Gejala Diare

Menurut Ngastiyah (1997) gejala diare yang paling khas

dan paling sering ditemukan yakni :

22

Page 23: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

a) Buang air besar (BAB) encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.

b) Dapat disertai muntah-muntah

c) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka

akan timbul gejala sebagai berikut :

(1) Berat badan turun

(2) Turgor kulit berkurang

(3) Mata dan ubun-ubun cekung

(4) Mukosa mulut dan bibir kering

(5) Pasien gelisah serta muka pucat

(6) Ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis

(7) Rasa haus meningkat

4. Akibat Diare

Penyebab diare yang utama adalah terjadinya kehilangan cairan

serta elektrolit mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi.

5. Upaya Pencegahan Penyakit Diare

Upaya penanggulangan diare yaitu cara-cara yang dapat ditempuh bila kita

mendapati seseorang yang mengalami diare. Adapun upaya

penanggulangannya adalah sebagai berikut :

a) Pemberian cairan pada diare murni

23

Page 24: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

b) Makanan setengah padat (bubur) adalah makan padat (nasi tim), bila

anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.

c. Susu yang khususnya disesuaikan dengan kelainan yang di temukan

misalnya yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak murni atau

tidak jenuh.

b. Muntah

1) Pengertian

Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksplusif

melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot – otot perut. Perlu

dibedakan dengan regurgitasi, ruminasi, ataupun refluks

esophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali

kemulut akibat gerakan antiperistaltik esophagus. Ruminasi adalah

pengeluaran makan secara sadar untuk dikunyah yang kemudian

ditelan kembali. Sedangkan refluks esophagus merupakan

kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif

yang dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esophagus bagian

bawah, posisi sambungan esophagus dengan kardia, atau

pengosongan isi lambung yang lambat. Tanda akut abdomen

seperti nyeri perut yang mendahului muntah dan/atau berlangsung

selama lebih dari 3 jam, muntah bercampur empedu dan distensi

24

Page 25: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

abdomen merupakan petujuk perlunya pertolongan bedah segera.

Muntah dapat merupakan manifestasi awal Gastroenteritis

(Naziruddin, 1999).

2) Patofisiologi

Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap

berbagai rangsangan yang melibatkan aktifitas otot perut serta

pernapasan. Pada saat muntah terjadi respon yang berlawanan dari

keadaan normal, dimana tonus sfingter esophagus bawah, fundus

serta korpus menurun, sedangkan peristalik antrum, tonus pylorus

dan duodenum meningkat (Naziruddin, 1999).

3. Proses muntah dibagi menjadi 3 fase yaitu :

a) Nausea merupakan sensasi psikis yang dapat timbul akibat

rangsangan pada organ dalam, lebirin, atau emosi serta tidak

selalu diikuti oleh retching atau muntah.

b) Retching merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodik

dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya usaha

inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan

tekanan intra toraks yang negatif.

c) Emesis (ekspulse) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya

yang ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti

bertambah turunnya diafragma disertai dengan penekanan

mekanisme anti refluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum

25

Page 26: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

berkontraksi, fundus dan esophagus relaksasi, serta mulut

terbuka (Mansjoer, 2000).

2. Klasifikasi Penyakit Gastroenteritis

Klasifikasi Gastroenteritis dibedakan atas :

a. Gastroenteritis akut adalah obstruksi usus yang menimbulkan gangguan

pada usus dan menimbulkan gejala kurang dari 7 hari. Biasanya

disebabkan oleh mikroorganisme (Naziruddin, 1999).

b. Gastroenteritis kronis adalah obstruksi usus yang menimbulkan gangguan

pada usus dan menimbulkan gejala kurang dari 7 hari. Disebabkan tidak

hanya karena mikroorganisme, akan tetapi juga karena adanya faktor lain

(Masnjoer, 2000).

3. Pencegahan Penyakit Gastroenteritis

Dalam pencegahan penyakit Gastroenteritis dapat dilihat dalam lima

tingkat pencegahan (five levels of prevention) sebagai berikut :

a. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

26

Page 27: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Promosi kesehatan (Health Promotion) adalah upaya

meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarkat secara

optimal, mengurangi penyebab serta derajat resiko serta meningkatkan

secara optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu

orang sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan.

Promosi kesehatan (Health Promotion) dalam mencegah terjadinya

penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya

diantarannya :

1) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya

menerapkan pola hidup sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) sejak dini, untuk mencegah terjadinya suatu penyakit seperti

Gastroenteritis.

2) Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan

dan cara-cara pemberantasan serta manfaat menegakan diagnosa dini

dari suatu penyakit seperti Gastroenteritis.

3) Melakukan perbaikan lingkungan sosial seperti mengurangi dan

menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi resiko terjadinya

infeksi.

b. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)

Sasaran pada perlindungan khusus (Spesific Protection) yang

utama ditujukan adalah pada penjamu dan penyebab untuk meningkatkan

27

Page 28: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

daya tahan tubuh maupun untuk mengurangi resiko terhadap penyakit

tertentu.

Perlindungan khusus (Spesific Protection) dalam mencegah

terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai

upaya diantarannya :

1) Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk

membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan

Agent penyakit yang akan masuk kedalam tubuh, seperti

mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih

baik dan diperlukan oleh tubuh.

2) Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI

banyak mengandung kalori, protein dan vitamin yang banyak

dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk

system kekebalan tubuh sehingga terlindung dari berbagai penyakit

infeksi seperti Gastroenteritis.

c. Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt

Treatment)

Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and

Prompt Treatment) merupkan pencegahan yang ditujukkan bagi mereka

yang menderita/terancam akan menderita suatu penyakit tertentu, dengan

tujuan untuk mencegah meluasnya penyakit/terjadinya wabah pada

28

Page 29: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

penyakit menular dan menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta

mencegah terjadinya komplikasi.

Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and

Prompt Treatment) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis

dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :

a. Temukan semua penderita secara dini dan aktif dengan cara

pemeriksaan disarana pelayanan kesehatan guna memastikan bahwa

seseorang/anak benar-benar tidak menderita Gastroenteritis ataupun

gangguan kesehatan lainnya.

b. Melakukan pencarian penderita Gastroenteritis dan berikan segera

pengobatan yang tepat dan sediakan fasilitas untuk penemuan dan

pengobatan penderita agar tidak menularkan penyakitnya kepada

orang lain.

c. Sediakan fasilitas yang memadai seperti laboratorium agar dapat

melakukan diagnosa dini terhadap penderita, kontak dan tersangka.

d. Pemberantasan Cacat (Disability Limitation)

Pemberantasan cacat (Disability Limitation) merupakan

pencegahan yang mencegah terjadinya kecacatan dan kematian karena

penyebab tertentu.

Penyakit Gastroenteritis ini jika tidak diobati secara baik dan

teratur akan dapat menyebabkan kematian. Pembatasan kecacatan

29

Page 30: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

(Disability Limitation) dalam mencegah terjadinya penyakit

Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :

1) Mencegah proses penyakit lebih lanjut dengan cara melakukan

pengobatan secara berkesinambungan sehingga tercapai proses

pemulihan yang baik.

2) Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh

pemulihan kesehatan yang lebih cepat.

e. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi (Rehabilitation) merupakan pencegahan yang

bertujuan untuk berusaha mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan

sosial secara optimal.

Rehabilitasi (Rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit

Gastroenteritis dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila

terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit Gastroenteritis

(Notoatmodjo, 2003).

E. Kerangka Konsep

Gastroenteritis, merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau

usus yang gejala utama adalah diare atau muntah.

30

Page 31: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Berdasarkan hasil survey masyarakat di Indonesia menunjukkan bahwa

Gastroenteritis merupakan penyebab utama tingginya Morbiditas dan Mortalitas

pada anak.Gastroenteritis, merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau

usus yang gejala utama adalah diare atau muntah.

Perilaku adalah tindakan perbuatan manusia atau masyarakat yang

dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, kepercayaan yang melatar

belakangi yang kita kenal dengan norma budaya (Notoatmodjo, 2003). Ada 3

(tiga) komponen dalam pengertian perilaku yaitu : pengetahuan, sikap dan

tindakan atau perbuatan.

Pengetahuan adalah apa saja yang telah diketahui dan mampu diingat oleh

seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan atau mengamati dan diajarkan

sejak akhir hingga dewasa khususnya setelah ia diberi pendidikan formal maupun

nonformal.

Pengetahuan merupakan faktor resiko kejadian Gastroenteritis, sebab

seseorang yang memiliki tingakat pengetahuan yang cukup sedapat mungkin

melakukan upaya pencegahan gangguan kesehatan dan mewaspadai jika

gangguan timbul. Jika pengetahuan keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya

pencegahan kesehatan yang akan dilakukan pada ananknya.

Sikap seseorang adalah komponen terpenting dalam perilaku

kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung

antara sikap dan perilaku seseorang, sikap positif seseorang terhadap kesehatan

kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif,

31

Page 32: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

tetapi sikap negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada

perilakunya (Niven, 2000).

Tindakan adalah merupakan perbuatan yang sudah kongkrit terhadap

rangsangan dari luar (Notoatmodjo,1997). Suatu sikap belum otomatis terwujud

dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan

nyata dibutuhkan faktor perdukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara

lain fasilitas.

Sanitasi lingkungan merupakan faktor resiko kejadian Gastroenteritis,

sebab jika sanitasi lingkungan kurang hygiene maka agent Gastroenteritis akan

lebih mudah berinteraksi di dalam lingkungan tersebut dan jika tubuh dalam

keadaan lemah maka agent ini dengan mudah dan dalam waktu yang singkat

dapat menginfeksi host atau manusia yang ada dilingkungan tersebut.

Berdasarkan pola pemikiran diatas maka kerangka konsep variabel yang

akan diteliti sebagai berikut :

32

Pengetahuan

Sumber Air Bersih

Jamban Keluarga

Kontrol Anak Gastroenteritis

Sikap keluarga

Penyakit Gastroenteritiis

Page 33: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Keterangan : = Variabel yang diteliti

= Variabel Yang Tidak Diteliti

= Hubungan Yang Tidak Diteliti

= Hubungan Yang Diteliti

Gambar 1 . Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep maka dirumuskan hipotesisi kerja sebagai

berikut :

H0 : 1. Pengetahuan keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis

pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

2. Sikap keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis

pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

3. Sumber Air tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis pada

anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

4. Jamban Keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis

pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

33

Kasus Anak GastroenteritisTindakan

Page 34: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei analitik dengan rancangan

Case Kontrol Study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan

(faktor penelitian) dengan timbulnya penyakit Gastroenteritis pada anak.

Adapun Rancangan penelitian kasus kontrol seperti di bawah ini :

Faktor risiko +

Retrospektif Kasus Gastroenteritis

Faktor risiko –

34

Page 35: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Matching Populasi (Umur, Jenis Kelamin) (Sampel)Faktor risiko

Retrospektif Kontrol Gastroenteritis

Faktor risiko

Gambar 2. Skema penelitian Case Kontrol

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2009 sampai tanggal

1 April 2009, yang bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini meliputi semua keluarga yang memiliki

anak (umur 1-14 Tahun) yang pernah menderita Gastroenteritis di Wilayah

kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Periode Juli-Desember Tahun 2008

sebanyak 106 penderita.

2. Sampel

a. Sampel kasus adalah sebagian dari populasi yang terpilih menjadi sampel.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

rumus :

35

Page 36: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

N

n =

1+ N (d)²

Keterangan :

n = Jumlah sampel penelitian (besar sampel yang diharapkan)

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat kesalahan = 5% = 0,05 (Notoatmodjo).

106 n = = 83,79 dibulatkan menjadi 84 1+ 106 (0,05)²

b. Teknik Pengambilan Sampel

Berdasarkan perhitungan di atas jumlah sampel adalah 84 orang

dengan tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple random

sampling.

c. Sampel kontrol adalah keluarga yang mempunyai anak yang tidak terkena

penyakit Gastroenteritis pada saat penelitian dan berdomisili di Wilayah

kerja Puskesmas Poasia yang jumlahnya sama dengan kasus yakni

sebanyak 84 orang dengan Matching yaitu umur dan jenis kelamin Anak.

Jadi jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 168 orang.

D. Variabel Penelitian

36

Page 37: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

1. Variabel Bebas (Independent) yaitu pengetahuan, sikap, sumber air dan

jamban keluarga.

2. Variabel Terikat (Dependent) yaitu kasus penyakit Gastroenteritis pada

anak.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang berumur 1-14

tahun yang pernah menderita penyakit Gastroenteritis.

2. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pemahaman yang dimiliki oleh

responden tentang penyakit Gastroenteritis yang diperoleh baik melalui

pendidikan formal maupun non formal, yang didapat dari kemampuan

responden untuk menjawab pertanyaan dengan benar berhubungan dengan

penyakit Gastroenteritis. Jumlah sebanyak 10 nomor yang masing-masing

terdiri dari 2 alternatif jawaban dengan menggunakan skala nominal, jika

menjawab benar diberi skor 1 (satu) dan menjawab salah diberi skor 0 (nol),

sehingga diperoleh skor nilai :

Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus menurut Sugiono (2006) :

R I = K

Dimana :

I = Interval kelas

37

Page 38: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)

= ( 100% - 0% ) = 100%

K = Jumlah kategori = 2 ( cukup, kurang )

Jadi, R 100% I = = = 50% K 2

Kriteria objektif :

Cukup : Apabila nilai jawaban yang diberikan responden benar mencapai 5

sampai dengan 10 atau ≥ 50%

Kurang : Apabila nilai jawaban yang diberikan responden benar mencapai 1

sampai 4 atau < 50% (Sugiono, 2006).

3. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan atau persepsi

yang dimiliki oleh responden tentang penyakit Gastroenteritis yang meliputi

upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan, pengobatan dan pemulihan.

Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah keseluruhan pertanyaan

yaitu sebanyak sepuluh (10) pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai 5

pilihan dengan skor nilai untuk pernyataan positif dengan menggunakan skala

likert, jika sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat

tidak setuju (1) (Arikunto, 2002).

Total skor adalah jumlah skor pada masing-masing pernyataan sikap

sehingga diperoleh skor nilai :

Skor tertinggi : 10 x 5 = 50 (100%)

Skor terendah : 10 x 1 = 10 (20%)

38

Page 39: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus menurut sugiono (2006) :

R I =

K Dimana :

I = Interval kelas

R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)

= ( 100% - 20% ) = 80%

K = Jumlah kategori = 2 ( cukup, kurang )

Jadi, R 80% I = = = 40% K 2

Kriteria objektif :

Cukup : Bila responden memperoleh skor ≥ 60 dari total skor pertanyaan

sikap yang diberikan

Kurang : Bila responden memperoleh skor < 60 dari pertanyaan sikap yang

diberikan

4. Sumber air bersih adalah sifat sumber air bersih yang menyebabkn kasus

secara fisik. Air bersih aalah air yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak

berbau. Meskipun demikian, air jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau

belum tentu aman dikonsumsi (Permenkes RI No.907/menkes/VII/2002).

Kriteria objektif :

a. Memenuhi syarat : apabila air memenuhi syarat kesehatan secara

fisik yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak

39

Page 40: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

berasa dan tidak keruh serta disimpan dalam

wadah yang tertutup rapat.

b. Tidak memenuhi syarat : apabila tidak sesuai dengan kriteria diatas

5. Penyediaan jamban Keluarga adalah tersedianya jamban keluarga yang

memenuhi syarat kesehatan.

a. Memenuhi syarat : jika tipe leher angsa atau cemplung tertutup

rapat, memiliki lubang penampungan yang

jaraknya minimal 10 meter dari sumber air

bersih yang digunakan oleh responden, lantai

kedap air, mempunyai lampu, mempunyai

ventilasi dan kondisinya selalu bersih.

b. Tidak memenuhi syarat : apabila tidak sesuai dengan kriteria diatas

F. Instrumen dan Jenis Data

1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu :

a. Kuisioner berisi serangkaian pertanyaan tentang penyakit Gastroenteritis.

b. Pensil/balpoin sebagai alat tulis/ceklist.

2. Jenis Data

a. Data Primer

Diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada responden

(keluarga anak) dengan menggunakan kuisioner, mengenai identitas

40

Page 41: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

responden, identitas anak, pengetahuan keluarga tentang Gastroenteritis,

sikap keluarga, ssumber air bersih dan penyediaan jamban keluarga.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan di

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kota

Kendari, Puskesmas Poasia Kabupaten Kendari Tahun 2008 yang

meliputi data tentang Kejadian Penyakit Gastroenteritis dan Sumberdaya

Puskesmas, dan dari Kantor Kecamatan Poasia yang meliputi Keadaan

Demografi dan Keadaan Geografi, serta Sosial budaya

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan Komputer dengan program SPSS

versi 13,0 for Windows.

2. Analisis Data

Analisis data menggunakan Statistik Inferensial sebagai berikut :

a) Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan

presentase dari tiap variabel bebas (pengetahuan, sikap, sarana air bersih

dan penyediaan jamban keluarga) dengan variabel terikat (Kejadian

Gastroenteritis).

41

Page 42: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

b) Bivariat

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas

( pengetahuan, sikap, sarana air bersih dan penyediaan jamban keluarga)

dengan variabel terikat (Kejadian Gastroenteritis) dengan menggunakan

uji Chi-Square (X²) yaitu suatu sampel yang diambil dari populasi bivariat

yang tidak normal yang terdiri dari dua variabel, dan tiap variabel dibagi

menjadi dua kategori, jika dibawa dalam bentuk tabel diperoleh tabel 2X2.

Dengan rumus :

n﴾| ad – bc |- n )2 2

X² = (a+b)(C+d)(a+b)(b+d)

Kriteria pengujian : H1 diterima jika nilai X² hitung ≤ X² tabel dan H0

diterima jika nilai X² hitung ≥ X² tabel, pada taraf kepercayaan 95%(α = 0,05).

Analisis bivariat juga menggunakan Uji Odds Ratio (OR) untuk melihat

besarnya risiko dan menguatnya variabel yang diteliti antara variabel bebas

(engetahuan, sikap, sarana air bersih dan penyediaan jamban keluarga) dengan

variabel terikat (Kejadian Gastroenteritis) karena Insidence Rate dari penyakit

pada kelompok kasus maupun kontrol tidak dapat diukur (Candra, 1996). Dengan

Rumus :

a x dOR = b x c

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kontingensi 2x2 berikut :

42

Page 43: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Tabel 2. Kontingensi 2x2 pada kasus Gastroenteritis

Faktor Resiko

Gastroenteritis

Kasus Kontrol Total

Positif

Negatif

Total

a b

c d

a+c b+d

a+b

c+d

a + b + c + d

Keterangan :

a : Jumlah kasus dengan risiko Positif ( + )

b : Jumlah kontrol dengan risiko Positif ( + )

c : Jumlah kasus dengan risiko Negatif ( - )

d : Jumlah kontrol dengan risiko Negatif ( - )

Hubungan dikatakan bermakna apabila Lower Limit dan Upper Limit tidak

mencakup nilai 1 (Ho) ditolak.

Lower Limit : OR x e-

Upper Limit : OR x e

Estimasi koefisien Interval (CI) ditetapkan pada tingakt kepercayaan 95% dengan

Interpretasi OR :

Bila OR = 1, artinya tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian

Gastroenteritis (bukan merupakan faktor resiko)

Bila OR < 1, artinya ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian

Gastroenteritis

43

Page 44: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Bila OR > 1, artinya ada hubungan positif antara faktor risiko dengan kejadian

Gastroenteritis (merupakan faktor resiko) (Multono, 2000).

3. Penyajian Data

Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

berdasarkan variabel yang diteliti.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Poasia merupakan puskesmas plus yang melayani rawat

jalan dan rawat inap yang berkedudukan di Kelurahan Rahandouna

Kecamatan Poasia Kota Kendari. Wilayah Kerja Puskesmas Poasia meliputi 4

kelurahan yaitu : Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Anduonohu, Kelurahan

Rahandouna, dan Kelurahan Matabubu. Jumlah posyandu sebanyak 14

44

Page 45: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

posyandu yang tersebar dalam 4 kelurahan, dengan batas – batas wilayah

sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kambu.

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia pada Tahun

2008 adalah 17.949 jiwa, yang terdiri dari 10.106 jiwa laki-laki dan 7.843

jiwa perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 5.638 KK. Jumlah penduduk

tersebut terdistribusi di 4 (empat) kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel di bawah :

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk pada Masing-Masing Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

No Kelurahan Jumlah Pddk (Jiwa)

Persentase (%)

Jmlh KK

Persentase (%)

1. Anduonohu 6.273 35,0 1.865 33,12. Rahandouna 7.528 42,0 2.342 41,53. Anggoeya 3.149 17,5 874 15,54. Matabubu 999 5,5 557 9,9

Jumlah 17,949 100 5.638 100Sumber : Profil Puskesmas Poasia, 2008

Penduduk per kelurahan adalah semua orang yang berdomisili dalam

suatu kelurahan tertentu selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang

berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap (Rush,2001).

45

Page 46: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 4 Kelurahan di Wilayah Kerja

Puskesmas Poasia penduduk terbanyak di Kelurahan Rahandouna yaitu

berjumlah 7.528 orang (42,0%) dengan jumlah KK 2.342 (41,5%). Dengan

demikian sangatlah beralasan jika Puskesmas Poasia tersebut di tempatkan di

Kelurahan Rahandouna. Selanjutnya Kelurahan Anduonohu berjumlah 6.273

(35,0%) dengan jumlah KK 1.865 (33,1%), Kelurahan Anggoeya berjumlah

3.149 (17,5%) dengan jumlah KK 874 (15,5%) dan yang paling terendah

penduduknya adalah Kelurahan Matabubu yakni hanya 999 jiwa (5,5%)

dengan jumlah KK 557 (9,9%).

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Poasia di Wilayah Kerja

Puskesmas Poasia sebagian besar tidak tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) (Profil Puskesmas Poasia,2008).

4. Keadaan Sosial Ekonomi

Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia sebagian besar bermata

pencaharian sebagai nelayan, petani, buruh harian, dan pegawai negeri

sipil/TNI/Polri, yang secara umum tingkat pendapatannya atau penghasilan

rata-ratanya masih sangat rendah (Profil Puskesmas Poasia, 2008).

46

Page 47: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

5. Sumberdaya Puskesmas

a. Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Poasia dapat dilihat pada

tabel di bawah :

Tabel 3. Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan PoasiaNo Jenis Sarana Pelayanan Jumlah Sarana

1 Puskesmas Induk 1

2. Pustu 2

3. Rumah Dinas 2

Sumber : Profil puskesmas Poasia Tahun 2008

Tabel 3 menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 memiliki 1

puskesmas induk, 2 puskesmas pembantu (Pustu) dan 2 rumah dinas.

b. Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan adalah jumlah orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan

(Philip,2003).

Tenaga kesehatan di Puskesmas Poasia dapat dilihat pada tabel di

bawah :

47

Page 48: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Tabel 4. Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia

No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga1. Dokter Umum 42. Dokter Gigi 23. Bidan 174. Perawat 315. Perawat Gigi 26. Petugas Sanitasi 57. Petugas Gizi 68. Asisten Apoteker 29. Petugas Laboratorium 110. Pengelola Gudang Obat 111. Petugas Administrasi 312. Pengemudi 113. Cleaning Service 2

Sumber : Profil Puskesmas Poasia Tahun 2008

Tabel 4 menunjukkan bahwa dengan melihat sarana dan prasarana

diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dan jenis yang dibutuhkan

untuk melaksanakan kegiatan puskesmas hampir terpenuhi.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Karakteristik Umum Responden

a. Karakteristik Responden Menurut Kelurahan

Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah

penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di

bawah camat (Rush, 2001).

48

Page 49: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Jumlah dan persentase responden menurut kelurahan dapat dilihat

pada tabel di bawah :

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

No Kelurahan Jumlah Persentase (%)

1. Anduonohu 82 48,8

2. Rahandouna 51 30,3

3. Anggoeya 28 16,7

4. Matabubu 7 4,2

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak yaitu

pada Kelurahan Anduonohu yaitu dengan jumlah 82 orang (48,8%) dan yang

terendah adalah di Kelurahan Matabubu dengan jumlah 7 orang (4,2%).

6. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kata yang umumnya digunakan untuk

membedakan seks seseorang (laki-laki atau perempuan) (Rush, 2001).

Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota KendariJenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)

49

Page 50: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Laki-laki 96 57,1

Perempuan 72 42,9

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 6 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin resonden,

yang paling banyak yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 96 orang (57,1%)

sedangkan yang terendah adalah jenis kelamin perempuan dengan jumlah 72

orang (42,9%).

7. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak dia

lahir hingga waktu umur itu dihitung (Philip, 2003).

Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat

dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Persentasi (%)

1. 20-30 41 24,4

2. 31-40 99 58,9

3. 41-50 28 16,7

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

50

Page 51: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok umur responden bervariasi

mulai dari kelompok umur 20-30 tahun sampai dengan kelompok umur 41-

50 tahun. Sebagian besar responden berada pada kelompok umur 31-40 tahun

yaitu sebanyak 99 orang (58,9%) sedangkan terendah adalah kelompok umur

41-50 tahun yaitu sebanyak 28 orang (16,7%).

8. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya (Rush, 2001). Pendidikan terakhir yang

dimaksud yaitu pendidikan yang terakhir diraih oleh responden.

Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

No Pendidikan Jumlah Persentasi (%)

1. SLTP 17 10,1

2. SLTA 68 40,5

3. Diploma 40 23,8

4. PT 43 25,6

Jumlah 168 100

51

Page 52: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden

bervariasi mulai dari SLTP sampai dengan PT. Sebagian besar responden

atau sebanyak 68 orang (40,5%) memiliki tingkat pendidikan SLTA

sedangkan yang terendah yaitu SLTP dengan jumlah 17 orang (10,1%).

9. Karakteristik Responden Menurut Umur Anak

Umur anak adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir yang

berusia 1-14 tahun (Karasaputra, 1991).

Jumlah dan persentase responden menurut umur anak dapat dilihat

pada tabel di bawah :

Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Umur Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Kelompok umur anak Jumlah Persentasi (%)

1-5 tahun 116 69,1

6-10 tahun 34 20,2

11-14 tahun 18 10,7

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok umur anak yang paling

banyak terdapat yaitu pada kelompok umur 1-5 tahun sebanyak 116 orang

(69,1%) sedangkan yang terendah adalah kelompok umur 11-14 tahun

sebanyak 18 orang (10,7%).

10. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Anak

52

Page 53: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Jenis kelamin adalah kata yang umumnya digunakan untuk

membedakan seks seseorang (laki-laki atau perempuan) (Rush, 2001).

Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin anak dapat

dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Anak di WilayahKerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)

Laki-laki 82 48,8

Perempuan 86 51,2

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 10 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, anak yang

paling banyak yaitu anak perempuan sebanyak 86 orang (51,2%) sedangkan

yang terendah adalah anak laki-laki dengan jumlah 82 orang (48,8%).

2. Analisis Univariat

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seeorang

melakukan pengindraan terhadap suatu tertentu baik melalui indra

pengihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

53

Page 54: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yaitu menanyakan tentang isi materi yang dapat diukur dari subjek penelitian

atau responden.

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di wilayah

Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Kurang 94 56,0

Cukup 74 44,0

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang mempunyai

pengetahuan kurang sebanyak 94 responden (56,0%) sedangkan yang

mempunyai pengetahuan cukup sebayak 74 responden (44,0%). Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden sebagian besar kurang,

sehingga akan terjadi penyakit Gastroenteritis lebih besar karena

pengetahuan optimal respon dapat berdampak pada terbentuknya tindakan

atau perilaku seseorang.

b. Sikap

54

Page 55: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima

terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut, Saifuddin

(1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada dalam batas

kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap

stimulus lingkungan sosial.

Distribusi responden berdasarkan sikap di wilayah Kerja Puskesmas

Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 12. Distribusi Responden berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Sikap Jumlah Persentase (%)

Kurang 56 33,3

Cukup 112 66,7

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti yang

mempunyai sikap cukup sebanyak 112 responden (66,7%) sedangkan yang

mempunyai sikap kurang sebayak 56 responden (33,3%). Hal ini

menunjukkan bahwa masih ada responden yang mempunyai sikap yang

kurang mendukung terhadap upaya pencegahan penanggulangan penyakit

Gastroenteritis.

c.Sumber Air Bersih

55

Page 56: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Air adalah salah satu kebutuhan pokok manusia dan mahkluk hidup

lainnya. Kegunaan air selain dapat memberikan manfaat juga dapat

memberiakn pengaruh buruk terhadap kesehatan. Air yang tidak memenuhi

syarat kesehatan sangat baik bagi penularan penyakit (Azwar, 1990). Air

merupakan unsur yang sangat berperan dalam kehidupan manusia untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik itu untuk keperluan rumah tangga,

industri dan untuk perkotaan.

Distribusi responden berdasarkan tingkat sumber air bersih di wilayah

Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 13. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Sumber Air Bersih Jumlah Persentase (%)

Memenuhi Syarat 89 53,0

Tidak Memenuhi Syarat 79 47,0

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti yang

mempunyai sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89

responden (53,0%) sedangkan yang mempunyai sumber air bersih yang

tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 79 responden (47,0%).

d. Jamban Keluarga

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia,

sedangkan yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda

56

Page 57: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam

tubuh ini berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari

proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksudkan adalah

tempat pembuangan tinja dan urine yang pada umumnya disebut jamban

atau kakus (Notoatmodjo, 2003).

Distribusi responden berdasarkan jamban keluarga di wilayah Kerja

Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 14. Distribusi Responden berdasarkan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Jamban Keluarga Jumlah Persentase (%)

Tidak Memenuhi Syarat 66 39,3

Memenuhi Syarat 102 60,7

Jumlah 168 100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti

mempunyai jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan

sebanyak 66 responden (39,3%) sedangkan yang memiliki jamban keluarga

yang memenuhi syarat sebanyak 102 responden (60,7%).

3. Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis

a. Risiko Pengetahuan Terhadap Kejadian Penyakit Gastroenteritis

57

Page 58: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Analisis faktor risiko pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas

Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 15. Analisis Faktor Risiko Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Pengetahuan

Penyakit Gastroenteritis Total OR CIKasus Kontrol

n % n % N %Kurang  55  65,5 39  46,4  94 56,0

2,188 

Lower Limit = 1,176Upper

Limit = 4,074 

Cukup  29  34,5 45  53,6  74 44,0

Jumlah 84  100   84 100  168   100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah responden pada kelompok

kasus dengan pengetahuan yang kurang sebanyak 55 responden (65,5%) dan

pada kontrol sebanyak 39 responden (46,4%) sedangkan responden yang

mempunyai pengetahuan yang cukup sebanyak 29 responden (34,5%) pada

kelompok kasus, dan pada kelompok kontrol sebanyak 45 responden

( 53,6%).

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 6,183 dan nilai p = 0,020

(lampiran 3) karena nilai p < α (0,05). Interpretasinya adalah ada hubungan

bermakna antara pengetahuan dengan kejadian Gastroenteritis di di wilayah

kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008. Hasil uji statistik dengan

Odds Ratio (OR) sebesar 2,188, berarti bahwa pengetahuan yang kurang

berpeluang 2,188 kali menderita Gastroenteritis dibanding responden

58

Page 59: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

berpengetahuan cukup. Hal ini didukung pula dengan tingkat pendidikan

responden yang rata-rata hanya tamatan SLTA.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan hasil

dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan masyarakat juga memegang peranan penting dalam melakukan

upaya-upaya pencegahan terhadap peningkatan kejadian Gastroenteritis

dengan berbagai faktor yang berhubungan dengan Gastroenteritis maupun

tentang system atau mekanisme penularan Gastroenteritis.

Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu atau sesuatu yang dipelajari

melalui pengetahuan ini dapat berubah perilaku masyarakat dibidang

kesehatan sehingga berperan dalam perubahan sikap yang pada akhirnya

merupakan predisposisi bentuk perubahan. Begitu pula dengan tingkat

pengetahuan keluarga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan anak,

apabila tingkat pengetahuan keluarga cukup sedapat mungkin melakukan

upaya pencegahan gangguan kesehatan dan mewaspadai jika gangguan

timbul. Jika pengetahuan keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya

pencegahan kesehatan yang akan dilakukan pada anaknya. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yaitu

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau

responden.

59

Page 60: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Masyarakat umumnya belum menyadari sepenuhnya tentang

pentingnya pemeliharaan kesehatan melalui pencegahan, masyarakat akan

memperhatikan masalah kesehatan ketika sudah dihinggapi atau menderita

suatu penyakit, padahal masalah kesehatan bukan hanya terletak pada

pengobatan. Pengobatan hanyalah salah satu aspek yang ditempuh untuk

meningkatkan kesehatan. Masih ada aspek lainnya yang lebih penting

diantaranya aspek preventif dan aspek promotif seperti yang terlah

dikemukakan di atas.

Hasil penelitian pada Tabel 11 menunjukkan bahwa kondisi

pengetahuan yang rendah sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan

responden dimana responden dari kasus Gastroenteritis yang berpengetahuan

kurang sebanyak 94 (56,0%) dan selebihnya yang memiliki pengetahuan

cukup 74 (44,0%).

Responden kurang mengetahui atau kurang paham tentang masalah

Gastroenteritis atau tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak terkena

penyakit Gastroenteritis atau terhindar dari penyakit Gastroenteritis, namun

ada juga responden yang pengetahuannya cukup tetapi perilaku yang sudah

terbiasa dengan perilaku buruk yang susah diubah. Disamping itu ada asumsi

responden bahwa anak-anak yang mulai tumbuh gigi akan sering menderita

penyakit infeksi khususnya Gastroenteritis.

Kebiasaan buruk responden berkunjung ke dokter atau tenaga

kesehatan lain apabila kondisi anak sudah kronis. Mengenai tanggapan

60

Page 61: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

responden tentang makanan dan minuman yang disajikan harus ditutup,

umumnya sudah dipahami namun kurang dilaksanakan. Kondisi ini

disebabkan karena faktor kebiasaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan

responden tentang akibat dan dampak yang ditimbulkan oleh kebiasaan buruk.

Menurut hasil penelitian Nurjannah (2000), bahwa ada hubungan

antara pengetahuan terhadap kejadin Gastroenteritis, hal ini disebabkan

karena dengan memiliki pengetahuan kurang seseorang tidaklah mampu atau

memecahkan atau menuliskan dalam bentuk kata-kata ataupun maksud yang

sebenarnya tentang penyakit Gastroenteritis dengan demikian seseorang akan

mampu melakukan sesuatu yang dianggap baik dan berguna bila memiliki

pengetahuan yang cukup bahkan dengan pengetahuan pula akan membuat

seseorang lebih mudah melihat cara dan kesempatan atau meningkatkan taraf

hidupnya (http://www.infeksi.com/articles.php?Ing=in&pg=15&id=4 diakses

pada tanggal 15/3/09).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa

pengetahuan akan membuat seseorang lebih melihat cara dan kesempatan

untuk meningkatkan derajat hidup. Seserang akan mampu melakukan sesuatu

yang dianggap baik bila memiliki pengetahuan cukup. Berarti bila seseorang

mempunyai pengetahuan cukup tentang Gastroenteritis akan lebih mampu

melakukan usaha pencegahan dari penyakit sehingga keluarga dan anggotanya

bias terhindar dari berbagai penyakit.

61

Page 62: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

b. Risiko Sikap Terhadap Kejadian Penyakit Gastroenteritis

Analisis faktor risiko sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota

Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 16. Analisis Faktor Risiko Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Sikap

Penyakit Gastroenteritis Total OR CIKasus Kontrol

n % n % N %Kurang  26  31,0 30  35,7  56 33,0

0,807 Lower Limit

= 0,424Upper Limit

= 1,535 Cukup  58  69,0 54 64,3 112 66,7

Jumlah  84  100  84 100  168  100  Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 16 menunjukkan bahwa sikap yang kurang pada kelompok

kasus sebanyak 26 responden (31,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak

30 responden (35,7%) sedangkan sikap yang cukup pada kelompok kasus

sebanyak 58 responden (69,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 54

responden (64,3%).

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 0,429 dan nilai p = 0,623

(lampiran 3), karena nilai p > α (0,05) dan nilai OR = 0,807 maka yang

berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko sikap

dengan kejadian Gastroenteritis di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota

Kendari tahun 2008.

Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima

terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut, Saifuddin

62

Page 63: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

(1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada dalam batas

kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap

stimulus lingkungan sosial.

Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku

kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung

antara sikap dan perilaku sesorang, sikap positif seseorang terhadap kesehatan

kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi

positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak

negatif pada perilakunya

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap

adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus

atau objek. Manifestasi sikap ini tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan “ predisposisi” tindakan

atau perilaku (Niven, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 168 responden yang memilki

sikap yang cukup sebanyak 112 (66,7%) sedangkan yang mempunyai sikap

kurang sebesar 56 (33,3%).

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa banyaknya

responden yang memiliki sikap cukup di wilayah penelitian ini disebabkan

karena rata-rata responden memiliki sikap mau menerima informasi yang

63

Page 64: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

diberikan, tetapi hal tersebut harus didukung dengan pengetahuan yang cukup

pula yang diberikan oleh para petugas kesehatan. Karena antara sikap dan

pengetahuan saling mendukung

c. Risiko Sumber Air Bersih Terhadap Kejadian Penyakit Gastroenteritis

Analisis faktor risiko air bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia

Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 17. Analisis Faktor Risiko Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Sumber Air Bersih

Penyakit Gastroenteritis Total OR CIKasus Kontrol

n % n % N %TMS  47 56,0 32  38,1 79 47,0

2,064 

Lower Limit = 1,115Upper

Limit = 3,822 

MS  37 44,0 52  61,9 89 53,0

Jumlah  84  100 84  100  168   100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 17 menunjukkan bahwa jumlah responden pada kelompok

kasus yang mempunyai sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat

kesehatan sebesar 47 responden (56,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak

32 responden (38,1%), sedangkan responden yang memiliki sumber air bersih

yang memenuhi syarat kesehatan pada kelompok kasus sebesar 37 responden

(44,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 52 responden (61,9%).

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 5,376 dan nilai p = 0,030

(lampiran 3) karena nilai p < α (0,05), interpreasinya adalah ada hubungan

64

Page 65: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

bermakna antara sumber air bersih dengan kejadian Gastroentereitis di

Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008. Hasil uji statistik

dengan Odds Ratio (OR) terhadap sumber air bersih diperoleh nilai sebesar

2,064 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor risiko

sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dengan kejadian

Gastroenteritis berpeluang 2,064 kali lebih besar risiko untuk terjadinya

penyakit Gastroenteritis. Hal ini disebabkan karena sumber air bersih yang

mereka gunakan (sumur gali) yang sebagian besar kondisi sumur gali tidak

terlalu terawat dan kurang diperhatikan kebersihannya serta pemanfaatannya

yang kemungkinan besar berpengaruh bagi yang mengkonsumsinya.

Sumber air bersih adalah tersedianya air bersih yang memenuhi syarat

kesehatan secara fisik, yaitu tidak berwarna, tdak berbau, dan tidak berasa

serta disimpan dalam wadah khusus yang memenuhi syarat kesehatan,

tertutup rapat yang digunakan oleh responden bersama anggota keluarganya

dalam kehidupan sehari-hari (Azwar, 1990).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 168 responden yang memilki

sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan 89 (53,0%) sedangkan

yang mempunyai sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan 79

(47%).

Mengenai sumber air bersih yang digunakan sehari-hari umumnya

kondisi air yang belum memenuhi syarat kesehatan dari segi fisik sarana

tersebut sudah tidak memenuhi syarat kesehatan, berarti secara langsung air

65

Page 66: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

yang digunakan kurang layak dikonsumsi. Tetapi ada sebagian kecil

masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari yang

menggunakan sarana PDAM dan air isi ulang yang hanya khusus untuk

dikonsumsi. kemudian pada saluran pembuangan air yang terdapat pada

sumber air bersih tidak kedap air hal ini memungkinkan akan terjadi resapan

oleh air buangan yang kemudian akan masuk atau merembes ke dalam sumber

air bersih yang digunakan.

Mengenai bibir sumur sudah baik hanya saja pada lantai sumur

kondisinya sudah retak-retak dan kebanyakan tidak di semen yang

memungkinkan terjadinya rembesan yang bias mencemari sumber air yang

digunakan. Kemudian mengenai lubang peresapan juga sudah cukup baik dari

segi jarak namun masih perlu diberi penutup agar serangga terutama nyamuk

dan serangga lainnya tidak dapat bersarang dan berkembang biak yang dapat

menimbulkan bibit penyakit.

Hal yang demikian ikut memperbesar risiko untuk terjadinya penyakit

menular khususnya penyakit Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas

Poasia Kota Kendari.

Kondisi sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat tentunya tidak

terlepas dari pengetahuan dan sikap dari pemilik sarana tersebut (responden).

Apabila pengetahuan dan sikap seseorang itu baik maka cenderung untuk

selalu berbuat yang terbaik terhadap sarana air bersih yang ikut diketahuinya

66

Page 67: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

yang dapat mempengaruhi status atau kondisi kesehatan dirinya maupun

orang lain.

Hasil analisis data yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara sumber air bersih dengan kejadian Gastroenteritis memberikan

petunjuk perlunya masyarakat dan instansi terkait berupaya untuk

meningkatkan sumber air bersih. Hal ini terutama ditunjang bagi masyarakat

yang selama ini mengkonsumsi air yang memenuhi syarat kesehatan.

Hasil penelitian Taufik (2006) di Desa Ranomentaa Kecamatam

Watubangga Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara menyimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara sampel sumber air bersih dengan

kejadian Gastroenteritis, dengan risiko 6,3 kali lebih besar terjadinya penyakit

Gastroenteritis pada sampel sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat

kesehatan.

d. Risiko Jamban Keluarga Terhadap Kejadian Penyakit Gastroenteritis

Analisis faktor risiko jamban keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas

Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :

67

Page 68: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Tabel 18. Analisis Faktor Risiko Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Jamban Keluarga

Penyakit Gastroenteritis Total OR CIKasus Kontrol

n % n % N %TMS  46 54,8 20  23,8  66 39,3

3,874 Lower Limit

= 2,000Upper Limit

= 7,501

MS  38  45,2 64  76,2  102 60,7Jumlah 84  100  84  100   168  100

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 18 menunjukkan bahwa jamban keluarga yang tidak

memenuhi syarat kesehatan pada kelompok kasus sebanyak 46 responden

(54,8%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 20 responden (23,8%)

sedangkan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan pada kelompok

kasus sebanyak 38 responden (45,2%) dan pada kelompok kontrol sebanyak

64 responden (76,2%)

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 16,870 dan nilai p = 0,000

(lampiran 3) karena nilai p < α (0,05), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa

ada terdapat hubungan antara jamban keluarga dengan kejadian

Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Dengan

OR sebesar 3,874 yang artinya penderita yang memiliki jamban keluarga yang

tidak memenuhi syarat mempunyai risiko mengalami penyakit Gastroenteritis

sebesar 3,874 kali disbanding dengan yang memiliki jamban keluarga yang

memenuhi syarat kesehatan.

68

Page 69: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk

membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau WC.

Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan

kontaminasi pada air tanah. Tinja dalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh

tubuh manusia, sedangkan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang

tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus segera dukeluarkan dari dalam

tubuh yang berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil

proses pernapasan. Tempat pembuangan tinja dan air seni pada umumya

disebut jamban (Notoatmodjo, 2002).

Dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa banyaknya

responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak memnuhi syarat

diwilayah penelitian. Ini disebabkan karena rata-rata responden memiliki

jamban tidak dilengkapi dengan penutup dan mempunyai lubang penampun

gan yang jaraknya minimal 10 meter dari sumber air bersih yang digunakan

oleh responden.

Untuk menentukan sarana jamban responden yang memenuhi syarat

dan tidak memenuhi syarat dilakukan observasi langsung ke tempat jamban

keluarga respinden dengan berpatokan pada criteria objektif sebelumnya yaitu

dikatakan jamban keluarga yang memenuhi syarat jika jamban digunakan oleh

responden tertutupi, lantai dan klosed selalu dalam keadaan bersih dan jarak

69

Page 70: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

lubang penampungan tinja/kotoran jamban minimal 10 meter dari sumber air

bersih.

Pada kelompok kasus juga terdapat responden yang memiliki

jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 38 (45,2%) responden.

Responden tersebut memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat

kesehatan namun masih menderita Gastroenteritis. Hal ini diduga disebabkan

karena jamban keluarga bukan merupakan satu-satunya faktor responden

terhindar dari kejadian penyakit Gastroenteritis, tetapi ada faktor lain seperti :

pengetahuan, dan sarana air bersih.

Dalam penleitian ini juga ditemukan hasil bahwa pada kelompok

kontrol terdapat responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak

memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 20 (23,8%). Responden tersebut

memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan tetapi tidak

menderita penyakit Gastroenteritis.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mansjoer (2000), bahwa sarana jamban keluarga merupakan variable yang

berhubungan dan merupakan fakto risiko kejadian penyakit Gastroenteritis di

wilayah penelitian tersebut.

70

Page 71: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik simpulan sebagai

berikut :

1. Pengetahuan berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian

Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Tahun 2008, dengan risiko sebesar 2,188 kali lebih besar terjadinya penyakit

Gastroenteritis pada responden yang berpengetahuan kurang dibandingkan

dengan responden berpengetahuan cukup.

2. Sikap tidak berhubungan dan bukan merupakan faktor risiko kejadian

Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Tahun 2008.

3. Sumber air bersih berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian

Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

Tahun 2008, dengan risiko sebesar 2,064 kali lebih besar terjadinya penyakit

Gastroenteritis pada responden yang memiliki sumber air bersih yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dibandingkan dengan responden yang memiliki

sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.

4. Jamban keluarga berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian

Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari

71

Page 72: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Tahun 2008, dengan risiko sebesar 3,874 kali lebih besar terjadinya penyakit

Gastroenteritis pada responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak

jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, sebagai saran adalah sebagai

berikut :

1. Diharapkan kepada unit pelayanan kesehatan setempat untuk lebih dapat

mengefektifkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, agar masyarakat bias

mengerti dan memahami (mengetahui), apa manfaat yang ditimbulkan apabila

berperilaku baik dan apa akibat yang ditimbulkan apabila berperilaku buruk

sehingga masyarakat bias melihat dan membandingkan dampak dari

berperilaku baik dan buruk tersebut.

2. Bagi masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia khususnya yang

memiliki sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan yang berasal

dari sumur gali, agar dapat melakukan upaya perbaikan/perubahan sehingga

sumber air bersih tersebut dapat memenuhi syarat kesehatan dan layak untuk

digunakan/dikonsumsi. Untuk pencapaian ini perlu adanya kerjasama yang erat

antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat, serta sektor terkait

terutama Dinas Pekerjaan Umum (PU).

3. Bagi masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia khususnya yang

memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan agar dapat

melakukan upaya perbaikan/perubahan sehingga jamban keluarga tersebut

72

Page 73: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

dapat memenuhi syarat kesehatan dan layak untuk digunakan dan tidak

menemari lingkungan sekitar. Untuk pencapaian ini perlu adanya kerjasama

yang erat antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat.

4. Bagi pemerintah daerah pencapaian ini perlu adanya kerjasama yang erat

antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat agar program perbaikan

lingkungan perumahan sehat yang ada diprioritaskan kepada kelompok

masyarakat yang memiliki sumber air bersih yang tidak memnuhi syarat

kesehatan, pengetahuan yang kurang, jamban keluarga yang tidak memenuhi

syarat kesehatan untuk mengurangi risiko kejadian Gastroenteritis dan

penyakit menular lainnya.

73

Page 74: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, S., 2008, Tinjauan Perilaku Terhadap Penatalaksanaan Gastroenteritis Pada Anak, Poltekkes, Kendari

Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Azwar, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Saifuddin ,A., 1995, Sikap Manusia, Pustaka Belajar, Bandung.

Brunner and Suddart, 2002, Keperawatan Medical Bedah Vol 2, EGC, Jakarta.

Chandra, B., 1995, Pengantar Statistik Kesehatan, EGC, Jakarta.

Djabu, 2000, Pedoman Pembuangan Tinja dan Air Limbah, Institusi Pendidikan Sanitasi Kesling, Pusdiknakes, Jakarta.

Dinkes Kota Kendari, 2008, Profil Dinkes Kota Kendari, Dinkes Kota Kendari. Kendari.

Dinkes Propinsi Sultra, 2007, Profil Dinkes Propinsi Sulawesi Tenggara, Dinkes Sultra, Kendari.

Depkes RI, 2001, Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

Depkes, 2001, Buku Indonesia Sehat 2010, Depkes Jakarta.

Depkes, 2008, Profil Puskesmas Poasia, Kota Kendari, Sultra.

Hasyim, M., 2000, Penyediaan Air Bersih Jurusan Kesehatan Lingkungan, FKM Universitas Hasanuddin, Makassar.

Istiarti, 2000, Menanti Buah Hati Kaitan Antara Kemiskinan Dan Kesehatan, Yayasan Adikarya IKAPI, Yogyakarta.

Karasaputra, H., 1991, PanduanPerawatan Anak, Bharata, Jakarta.

Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.

Menkes RI, No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang kondisi sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, Jakarta.

74

Page 75: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Multono, 2000, Modul Penelitian Kasus Kontrol, Akademi Gizi Kendari, Kendari.

Naziruddin, 1999, Gastroenterologi Hepatologi, Sagung Seto, Jakarta.

Niven, 2000, Psikologi, UGM, Yogyakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Ngatimin, 1999, Promosi Peningkatan Mutu Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Noor, 1997, Dasar Epidemiologi, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

-Notoatmodjo.S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Philip, 2003, Administrasi Pembangunan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Rush, M., 2001, Pengantar Demografi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Rusmi, WT., 1999, Ilmu Perilaku, CV. Sagung Seto, Jakarta.

Soegijanto, 2002, Ilmu Penyakit Anak, diagnosa dan Penatalaksanaannya, Salemba Medika, Jakarta.

Sudoyo, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.

Sugiono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan R n B, Affabcta, Bandung.

Sumadi, 1986, Ilmu Perilaku, CV. Agung Jaya, Jakarta.

Suryabrata, 1986, Psikologi Kepribadian, UGM, Yogyakarta.

Suryadi, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, PT. Fajar Interpratama, Jakarta.

Syaifuddin, 2000, Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Taufik, 2006, Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Di Desa Ranomeeto Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006, FKM Universitas Hasanuddin, Makassar

75

Page 76: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

http://www.infeksi.com/articles.php?Ing=in&pg=15&id=4 diakses pada tanggal 15/03/09.

76

Page 77: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT GASTROENTERITIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI

TAHUN 2008

OLEH

NURTIKARYANIFID2 04 015

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor risiko (pengetahuan, sikap,

sumber air bersih dan jamban keluarga) yang mempengaruhi kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan rancangan Case Kontrol Study untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko yang diteliti dengan kejadian penyakit Gastroenteritis. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 168 sampel yang terdiri dari 68 kasus dan 68 kontrol dengan matching berdasarkan umur dan jenis kelamin. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, sumber air bersih dan jamban keluarga dan variable terikat yaitu penyakit Gastroenteritis.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan ada risiko yang signifikan antara pengetahuan dengan Lower Limit = 1,176, Upper Limit = 4,074 dan nilai OR = 2,188, sumber air bersih dengan Lower Limit = 1,115, Upper Limit = 3,822 dan nilai OR = 2,064 dan jamban keluarga dengan Lower Limit = 2,000,Upper Limit = 7,501 dan nilai OR = 3,874 dengan kejadian penyakit Gastroenteritis. Dari hasil analisis penelitian diperoleh gambaran bahwa pengetahuan yang kurang, sumber air bersih dan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat beresiko terhadap kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008. Sedangkan sikap tidak beresiko terhadap kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2008.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Sumber Air Bersih, Jamban Keluarga, Kejadian Penyakit Gastroenteritis

77

Page 78: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

CASE RISK FACTOR OF GASTROENTERITIS DESEASE AT CHIDREN IN OFFICIAL AREA OF PUSKESMAS POASIA KENDARI CITY IN THE

YEAR 2008

By

NURTIKARYANIF1D2 04015

ABSTRACT

This research aimed to study risk factors ( Knowledge, attitude, source of clean water an family toilet) that influenced gastroenteritis disease at children case in official area of Puskesmas Poasia Kendari City. Type of research used was analytic survey with Case Control Study Design to know how much risk factor studied through gastroenteritis disease case. Samples in the research much as 168 samples that consisted of 68 cases and 68 kontrols through matching according to age and sex. Research variables consisted of independent variables namely knowledge, attitude, source of clean water and family toilet, while dependent variable namely gastroenteritis disease.

Accoding to result of research which was obtained at truth level 95% showed that there was significant risk between knowledge ang lower limit = 1,176, upper limit = 4,074 and OR value = 2,188, source of clean water with lower limit = 1,115, upper limit = 3,882 and OR value = 2,064 and famili toilet with lower limit = 2,000, upper limit = 7,501 and OR value = 3,874 with gastroenteritis disease case. Based on research analysis result had been gotten description that less knowledge, source of clean water and family toilet that unfulfilled requirement had some risk to Gastroenteritis diseases at children case in official area of Puskesmas Poasia Kendari City in the year 2008. While attitude had ti risk to gastroenteritis disease at children case in official area of Puskesmas Poasia in the year 2008.

Keywords : Knowledge, Attitude, Source of Clean Water, Family Toilet, Gastroenteritis Disease At Children Case.

78

Page 79: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiv

ABSTRAK xvi

ABSTRACT xvii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku 7

1. Pengertian Perilaku 7

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku 7

3. Komponen Perilaku 10

B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih 16

C. Tinjauan Umum Tentang Jambang Keluarga 17

79

Page 80: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

D. Tinjauan Umum Tentang Gastroenteritis 18

1. Pengertian Gastroenteritis 18

2. Klasifikasi Penyakit Gastroenteritis 26

3. Pencegahan Penyakit Gastroenteritis 26

E. Kerangka Konsep 30

F. Hipotesis Penelitian 33

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 34

B. Waktu dan Tempat Penelitian 34

C. Populasi dan Sampel Penelitian 35

D. Variabel Penelitian 36

E. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 36

F. Instrumen Dan Jenis Data 40

G. Pengolahan Dan Analisis Data 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi 44

1. Keadaan Geografis 44

2. Keadaan Demografi 44

3. Pendidikan 46

4. Keadaan Sosial Ekonomi 46

5. Sumberdaya Puskesmas 46

B. Hasil dan Pembahasan 48

1. Karakteristik Umum Responden 48

2. Analisis Univariat 53

3. Analisis Bivariat 57

80

Page 81: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

V. PENUTUP

A. Simpulan 70

B. Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN 75

81

Page 82: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

KATA PENGANTAR

“Syukur Allhamdulillah” penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

Rahmat dan Hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Pada Anak Di

Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008”.

Seiring dengan selesainya penelitian dan penyusunan skripsi, teristimewa

penulis ucapakan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Drs. H. Umar

Deba, M.Kes dan Ibunda Hj. Botji Mustafa serta saudaraku tersayang Nur Cita Maya,

SE, Suhartiyah, SS, M.Si dan Uci Musdayan, ST, yang selalu memberikan spirit dan

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Serta yang terkhusus buat

suamiku Zamal, S.Si yang selalu setia membantuku dalam suka maupun duka serta

anakku tercinta Muh.Ibnu Yusdar Naufal Azaya dan Muh. Sholehin Gibran Zamal

yang selalu memberikan semangat dan inspirasi. Semoga Allah SWT selalu

melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang kusayangi.

Pada kesempatan ini pula penulis dengan segala kerendahan hati

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak

Muhsin, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Suhadi, SKM, M.Kes selaku

pembimbing II yang telah sabar dan mengorbankan waktu dan pikiran dalam

82

Page 83: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penelitian sampai

terselesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis tak lupa pula menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Rektor Universitas Haluoleo.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo.

3. Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Haluoleo.

4. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FMIPA Universitas Haluoleo

Kendari.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang

telah mendidik dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak Drs. Ruslan Madjid, M.Kes., Bapak Ardiansyah, S.Si, M.Si, Bapak Pitrah

Asfian, S.Sos., M.Sc., selaku Dewan Penguji yang telah banyak memberikan ide

dan saran yang sifatnya membangun demi kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Teman-teman penulis ” Inun, Pito, SKM, Iman, SKM, Iqha, Halimah ,SKM, Iin,

SKM, Agus Ndut ,SKM, Arni,SKM, Mila, Asyahril, Meinar, SKM, Inang, terima

kasih atas bantuannya dan seluruh teman-temanku angkatan 2004 yang tidak

sempat disebutkan namanya, terima kasih atas bantuan, dukungan dan

motivasinya yang diberikan kepada penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung selama

proses awal hingga selesainya penulisan hasil penelitian ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu

83

Page 84: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Akhir kata penulis ucapkan semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita

semua, Amin................

Jazakillah Khairan katsiran Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari, Juni 2009

Penulis

84

Page 85: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT GASTROENTERITIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA

KENDARI TAHUN 2008

Skripsi

Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Oleh :

NurtikaryaniF1D2 04 015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

85

Page 86: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARIJUNI 2009

ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Arti Lambang dan Singkatan

Keterangan

Akut

AgentASI

BakteriologisBPSChi-SquareCase Control StudyCO2

Depkes RIDependent VariableD3Enterobacteri Coli

Faktor Risiko

FesesHostHygieneIndependent VariableInfeksi

Insidence RateKronisLower LimitMorbiditasMortalitasMatching

PathogenPathogenesis

Mendadak, penyakit yang datang mendadak dan berkelanjutan singkat serta gawatPenyebab penyakitPenyebab penyakitAir Susu Ibu

Tidak mengandung organisme patogenBadan Pusat StatistikChi kuadratMetode/rancangan studi kasus kontroKarbondioksidaDepartemen Kesehatan Republik IndonesiaVariabel terikatDiplomaBakteri yang terkandung/terdapat di air dan kotoran manusiaFaktor yang dapat berkaitan dengan meningkatnya peluang mengalami suatu penyakitKotoran yang dikeluarkan dari ususPenjamu (manusia)Ilmu tentang kesehatan dan penjagaannyaVariabel bebasMasuknya bibit penyakit kedalam tubuh, khususnya mikroba, ketularan penyakit yang belum diketahuiJumlah kasus baruPernyakit yang berlangsung secara lambatBatas bawahAngka kesakitanAngka kematianPemilihan subjek control yang sama dengan kasus untuk factor risiko yang akan dikendalikanMikroorganisme penyebab penyakitPerkembangan keadaan sakit atau penyakit

86

Page 87: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

Shigella

Upper LimitUrineORPHBSKKCLSPSSWHOSLTPSLTAPTSPAL

Genus bakteri gram positif, fakultatif anaerobic, berbentuk batang dari famili EnterBatas atasAir seniOdds RatioPerilaku Hidup Bersih dan SehatKepala KeluargaConfidence Interval/Tingkat KepercayaanStatistical Programe For Social Science World Health OrganizationSekolah Lanjutan Tingkat PertamaSekolah Lanjutan Tingkat AtasPerguruan TinggiSaluran Pembuangan Air Limbah

87

Page 88: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kouisiner Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008 75

2. Tabel Induk Hasil Penelitian

81

3. Hasil Analisis Statistik 88

4. Permohonan Izin Penelitian dari FMIPA Universitas Haluoleo Kendari 98

5. Surat Izin Penelitian dari Kepala Badan Riset Daerah Sulawesi Tenggara 99

6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala Puskesmas Poasia 100

88

Page 89: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks

Halaman

1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian 32

2. Desain Penelitian Case Control Study 34

89

Page 90: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

DAFTAR TABEL

Nomor Teks

Halaman

1 Tabel Kontingensi 2 X 2 42

2 Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk Pada Masing-masing Kelurahan di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 45

3 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia 46

4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Tahun 2008 47

5 Distribusi Responden Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 48

6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 49

7 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 50

8 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 51

9 Distribusi Responden Menurut Umur Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 51

10 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 52

90

Page 91: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 53

1. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 54

13 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 55

14 Distribusi Responden Berdasarkan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 56

15 Analisis Faktor Risiko Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 57

16 Analisis Faktor Risiko Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 61

17 Analisis Faktor Risiko Sumber Air Bersih di Wilayah KerjaPuskesmas Poasia Kota Kendari 63

18 Analisis Faktor Risiko Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 67

91

Page 92: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita Membangun … · Web viewJumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 7. Distribusi

92