I. Identitas Pasien - sarafambarawa.files.wordpress.com · keluhan pasien disertai dengan pandangan...
Transcript of I. Identitas Pasien - sarafambarawa.files.wordpress.com · keluhan pasien disertai dengan pandangan...
I. Identitas Pasien
1. Nama : Tn R
2. Umur : 68 tahun
3. Jenis kelamin: Laki Laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Krajan 7/2 Asinan Bawen, Bawen, Kab. Semarang
6. Pekerjaan : Swasta
7. Pendidikan : SLTP
8. Status : Menikah
9. No CM : 057983-2014
10. Tanggal masuk RS :
29 April 2018 pukul 11:29 pasien rawat inap Bangsal Mawar
11. Tanggal keluar RS : 6 Mei 2018
1. SUBJEKTIF/ ANAMNESA
Anamnesa dilakukan di bangsal mawar 1 Mei 2018 secara autoanamnesa,
dan Alloanamnesa kepada Istri Pasien.
II.2.1 Keluhan Utama :
Pusing berputar
II.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan adanya rasa pusing berputar, pasien mengaku
sebenarnya sudah sering merasakan pusing berputar sekilas sejak 1 tahun yang
lalu namun dalam 1 tahun tersebut jarang kambuh, hanya beberapa bulan sekali
seperti dalam satu bulan bisa muncul satu kali bila pasien merasa kelelahan,
dengan intensitas pusing yang ringan dan berlangsung sebentar, hanya dalam
hitungan kurang lebih 1 menit pusing berputar muncul lalu hilang sendiri secara
sempurna. Pusing disertai mual dan telinga berdenging pada telinga kiri pasien,
2
pasien mengaku pendegaran sedikit berkurang pada telinga kiri dan kadang
terasa penuh namun tidak sampai mengganggu komunikasi. Pusing mulai intens
dirasakan muncul secara hilang timbul selama 1 minggu SMRS, 1 minggu yang
lalu pusing terasa berputar mendadak seperti benda disekitar berputar, disertai
telinga kiri berdenging saat pusing, pusing berputar diseluruh bagian kepala,
keluhan dirasakan ketika pasien merasa kelelahan setelah beraktivitas, keluhan
berlangsung beberapa menit, pasien merasakan sangat berputar lalu perlahan
lahan membaik, pusing semakin bertambah dengan berubah posisi, selama satu
minggu tersebut keluhan kambuh terus muncul setiap harinya namun dalam
intensitas yag ringan dan berlangsung hanya sekitar satu menit lalu menghilang
namun dalam sehari bisa muncul lebih dari 1 kali serangan lalu menghilang. 1
hari SMRS keluhan pusing dirasakan makin memberat saat pasien melakukan
aktivitas. Keluhan pusing berputar ini disertai dengan telinga berdenging dan
adanya rasa mual dan muntah setiap kali pasien merasakan pusing. Muntah berisi
makanan. Pusing dipengaruhi oleh perubahan posisi baik secara perlahan
ataupun secara mendadak dan semakin bertambah pusing. Rasa silau saat
melihat cahaya dan kerigat dingin keluar. Dikarenakan keluhan pusing berputar
tersebut semakin memberat dan pasien hanya bisa tiduran untuk mengurangi
pusingnya, pusing dirasakan tidak kunjung hilang seharian dan terasa amat mual
sehingga pasien dibawa ke IGD RSUD Ambarawa, BAB dan BAK normal dan
pasien menyangkal adanya kesemutan dan kelemahan anggota gerak.
II.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa diakui : sering mengalami pusing berputar sejak 1 tahun
yang lalu
Riwayat sakit telinga disangkal
Riwayat penurunan pendengaran diakui : pasien mengaku telinga kiri pasien
sejak 1 tahun yang lalu sedikit menurun pendengarannya.
Riwayat trauma disangkal
Riwayat sakit mata diakui : 3 Hari SMRS mata kanan pasien berair dan keluar
kotoran, pandangan kabur ataupun pandangan ganda disangkal
3
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit gigi disangkal
Riwayat sinusitis disangkal
Riwayat kejang disangkal
Riwayat pingsan disangkal
Riwayat penurunan berat badan dalam waktu singkat disangkal
II.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa (pusing berputar) disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat tumor pada keluarga disangkal
II.2.5. Riwayat Pengobatan
Pasien berobat ke klinik dekat rumah, namun tidak ada perubahan
IGD RS Ambarawa
II.2.6 Riwayat Sosioekonomi
Pasien bukan perokok aktif maupun pasif. Kebiasaan mengkonsumsi makanan
sayur. Pasien mengaku tidak pernah berolahraga dan konsumsi alkohol. Pasien
sudah tidak bekerja. Kesan ekonomi cukup.
II.2.7. Anamnesa Sistem
Sistem serebrospinal : Pusing berputar
Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi (-)
Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : Riwayat gastritis
4
Sistem Musculoskeletal : Tidak ada keluhan
Sistem Integumentum : Tidak ada keluhan
Sistem Urogenital : Tidak ada keluhan
II.2.8 Resume Anamnesa:
Tn. R, 68 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar. Karena pusing
keluhan pusing tersebut aktivitas pasien terganggu disertai dengan telinga
berdenging dan sampai mual muntah. Pusing berputar sudah dirasakan 1 tahun
terakhir namun hilang timbul dan membaik bila meminum obat yang didapatkan
dari klinik dekat rumah serta ada penurunan pengdengaran pada telinga kiri,
pusing mulai intens terasa sejak 1minggu SMRS dan semakin memburuk 1 hari
SMRS . Riwayat hipertensi, stroke, diabetes, disangkal.
Diskusi
Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien mengeluhkan adanya rasa
pusing berputar yang dirasakan dari sejak 1 tahun terakhir. Namun pusing
berputar dirasakan mulai intens sejak minggu SMRS dan sangat hebat pada 1
hari SMRS sampai mengganggu aktivitas pasien. Keluhan tersebut disertai
dengan telinga berdenging, mual dan muntah, dan dipengaruhi perubahan posisi,
keluhan pasien disertai dengan pandangan kabur pada mata kanan yang keluar
kotoran pada pagi hari dan berair sejak 3 hari SMRS, terdapat gangguan
penurunan gangguan pendengaran pada telinga kiri sejak 1 tahun terakhir.
Keluhan pasien ini termasuk ke dalam Vertigo, dimana vertigo adalah adanya
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan
gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh
gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda
di sekitar penderita bergerak atau berputar biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan.
Berdasarkan klinis, vertigo dibagi menjadi dua kategori yaitu vertigo
vestibular dan vertigo non-vestibular. Pada vertigo vestibular, keluhan yang
muncul adalah rasa berputar (“true vertigo”), serangan episodik, adanya
5
mual, muntah, dicetuskan oleh gerakan kepala. Sedangkan pada vertigo non-
vestibular keluhan yang timbul yaitu rasa melayang, hilang
keseimbangan, serangan bersifat kontinyu, keluhan mual muntah tidak
ada, dicetuskan oleh gerakan objek visual dan dapat dicetuskan oleh situasi
ramai atau lalu lintas macet.
Pada pasien terdapat keluhan pusing berputar yang timbul bersifat
episodik, terdapat keluhan mual muntah dan pusing berputar teruatama
dicetuskan oleh perubahan posisi badan dan kepala pasien. Berdasarkan
hasil anamnesis tersebut, dapat disimpulkan pasien mengalami vertigo tipe
vestibular. Vertigo vestibular dibagi menjadi dua jenis, yaitu vertigo perifer dan
vertigo sentral. Pada vertigo tipe perifer, bangkitan vertigo timbul lebih
mendadak, derajat vertigo yang berat, dipengaruhi oleh gerakan kepala,
terdapat gejala otonom ++ (mual, muntah, berkeringat), gangguan
pendengaran (tinitus, tuli), tanda fokal otak (-). Sedangkan pada vertigo tipe
sentral, bangkitan vertigo lebih lambat, dengan derajat yang ringan, tidak
dipengaruhi oleh gerakan kepala, gejala otonom +, tidak ada gangguan
pendengaran, tanda fokal otak (+). Pada pasien didapatkan gambaran klinis
vertigo vestibular tipe perifer dan tipe sentral (mixed type)
Pada riwayat Penyakit Keluarga tidak ada yang mempunyai keluhan serupa,
riwayat tumor pada keluarga juga disangkal. Hal ini ditanyakan dengan maksud
untuk menyingkirkan kemungkinan dari kelainan organ atau genetik akibat
turunan. Faktor penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik,
Otolaringologi, Psikogenik, dapat disingkat SNOOP. Pada pasien ini
kemungkinan lebih mengarah ke Otolaringogenik.
6
Tanda dan Gejala Vertigo Perifer Pasien Vertigo Sentral
1. Serangan Intermiten Intermiten Konstan
2. Pusing berputar Hebat Hebat &
Sebelumnya
Riw.Serangan
Ringan 1thn
Tidak terlalu hebat
(Melayang, hilang
keseimbangan)
3. Mual muntah Hebat Hebat Ringan
4. Nistagmus Selalu ada Tidak terlihat Ada/tidak ada
5. Ciri Nistagmus Tidak pernah vertikal - Sering vertikal
6.Kurang pendengaran /
tinitus
Sering ada Ada Jarang ada
7. Tanda Lesi batang
otak
Tidak ada Tidak ada Ada
8. Disartria Tidak ada Tidak ada Ada
9. Defek Visual Tidak ada Tidak ada Ada
10. Diplopia Tidak ada Tidak ada Ada
11. Drop attack Tidak ada Tidak ada Ada
12. Ataksia Tidak ada Tidak ada Ada
13. Gaya berjalan Lambat, tegak dan
berhati-hati
Lambat, tegak
dan berhati-
hati
Bergerak
menyimpang ke satu
arah, ataksik
14. Gerakan Pencetus
Gerakan kepala Gerakan
kepala
Gerakan objek visual
V. Vertigo
Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari jaringan
otoonomi disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh. Sindroma vertigo
terdiri dari: Pusing, Gejala simtomatik: nistagmus, unstable, Gejala otonom:
pucat, keringat dingin, mual, muntah.
7
2.2 PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran).
Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat
keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik,
jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan
VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna
untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan
proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih
dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya
adalah proprioseptik.5
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar,
akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari
posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.6
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan tubuh
:
8
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan
timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan
kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral
sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang,
berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang
berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai
penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu
saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru
tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga
berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin
(Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam
mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
9
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan
memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar CRF
selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat
akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.5-7
2.3 EPIDEMIOLOGI
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk
menyelidikiepidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular
dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan
oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat
jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada
sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita
disbanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 8
Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap
tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5%
diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan
dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10% dari pasien
infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens
sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus
neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.8
Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya
faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus,
atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65
10
tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun.
Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun. 8
2.4 KLASIFIKASI
Vertigo Patologik diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral.
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
1. Vertigo fisiologik
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari
sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi
baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
Mabuk gerakan (motion sickness) Mabuk gerakan ini akan ditekan bila
dari pandangan sekitar (visual surround) berlawanan dengan gerakan tubuh
yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan terasa bila sekitar individu bergerak
searah dengan gerakan badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain
duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.
Mabuk ruang angkasa (space sickness) Mabuk ruang angkasa adalah
fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness). Pada keadaan ini terdapat
suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.
Vertigo ketinggian (height vertigo) Adalah uatu instabilitas subjektif dari
keseimbangan postural dan lokomotor oleh karena induksi visual, disertai
rasa takut jatuh, dang gejala-gejala vegetatif.9
Vertigo periferal
Terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan. Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti: pandangan
gelap, rasa lelah dan stamina menurun, jantung berdebar, hilang keseimbangan,
tidak mampu berkonsentrasi, perasaan seperti mabuk, otot terasa sakit, mual dan
11
muntah-muntah, memori dan daya pikir menurun, sensitif pada cahaya terang dan
suara, berkeringat.10
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang
sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada
sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran). 10
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana vertigo terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 1 menit. perubahan posisi kepala (biasanya
terjadi ketika penderita berbaring, bangun, berguling diatas tempat tidur atau
menoleh ke belakang) biasanya memicu terjadinya episode vertigo ini. penyakit ini
tampaknya disebabkan oleh adanya endapan kalsium di dalam salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam. vertigo jenis ini mengerikan, tetapi
tidak berbahaya dan biasanya menghilang dengan sendirinya dalam beberapa
minggu atau bulan. tidak disertai hilangnya pendengaran maupun telinga
berdenging Saat ini dikaitkan dengan kondisi otoconia (butir kalsium di dalam
kanalis semisirkularis) yang tidak stabil. Terapi fisik dan manuver Brandt-Daroff
dianggap lebih efektif daripada medikamentosa. 10
2. Penyakit Menier
Dianggap disebabkan oleh pelebaran dan ruptur periodik kompartemen
endolimfatik di telinga dalam. Selain vertigo, biasanya disertai juga dengan tinitus
dan gangguan pen-dengaran. Belum ada pengobatan yang terbukti efektif; terapi
profilaktik juga belum memuaskan; tetapi 60-80 % akan remisi spontan. Dapat
dicoba pengggunaan vasodilator, diuretik ringan bersama diet rendah garam.
Kadang-kadang dilakukan tindakan operatif berupa dekompresi ruangan
endolimfatik dan pe-motongan n.vestibularis. Pada kasus berat atau jika sudah tuli
berat, dapat dilakukan labirintektomi atau merusak saraf dengan instilasi
aminoglikosid ke telinga dalam (ototoksik lokal). Pencegahan antara lain dapat
12
dicoba dengan menghindari kafein, berhenti merokok, membatasi asupan garam.
Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan gejala. Simtomatik
dapat diberi obat supresan vestibluer. 11
3. Neuritis vestibularis
Merupakan penyakit yang self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus; jika
disertai gangguan pendengaran disebut labirintitis. Sekitar 50% pasien akan
sembuh dalam dua bulan. Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur,
diberi obat supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk
merangsang mekanisme kompensasi sentral. 11
4. Vertigo akibat obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,
asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin.
Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat
supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi
vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat
menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo. 10,11
Vertigo sentral
Terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami
hal-hal seperti: penglihatan ganda, sukar menelan, kelumpuhan otot-otot wajah,
sakit kepala yang parah, kesadaran terganggu, tidak mampu berkata-kata, hilangnya
koordinasi, mual dan muntah-muntah, tubuh terasa lemah.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara lain
stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor, trauma
dibagian kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses
13
(penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak
kecil. Penyebab dan gejala keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti
gejala klinis tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah. Faktor
penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik, Otolaringologi,
Psikogenik, dapat disingkat SNOOP.
Yang disebut vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara
itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan
saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya
daya penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang
disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo
otolaringologis.
Selain penyebab dari segi fisik, penyebab lain munculnya vertigo adalah pola
hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah
hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional
disebut vertigo psikogenik. Vertigo sering kali disebabkan oleh adanya gangguan
keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di rongga telinga.
kemungkinan penyebab vertigo antara lain: Infeksi virus seperti influenza yang
menyerang area labirin, Infeksi bakteri di telinga bagian tengah, Radang sendi di
daerah leher, Serangan migren, Sirkulasi darah yang terlalu sedikit sehingga
menyebabkan aliran darah ke pusat keseimbangan otak menurun, Mabuk
kendaran, Alkohol dan obat-obatan tertentu. 9-11
Tabel Perbedaan Klinis Vertigo Vestibuler dan Vertigo Non Vestibuler
Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular
Sifat Vertigo Rasa Berputar Melayang
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/Muntah (+) (-)
Gangguan Pendengaran (+)/(-) (-)
Gerakan Pencetus Gerakan Kepala Gerakan Objek Visual
Situasi Pencetus (-) Orang Ramai/Lalu Lintas
14
Tabel Perbedaan Klinis Vertigo Vestibuler Tipe Sentral dan Tipe Perifer
Gejala Tipe Perifer Tipe Sentral
Bangkitan Vertigo Lebih Mendadak Lebih Lambat
Derajat Vertigo Berat Ringan
Pengaruh Gerakan Kepala (+) (-)
Gejala Otonom
(Mual, Muntah)
(++) (+)
Gangguan Pendengaran
(Tinitus, Tuli)
(+) (-)
Gejala Neurologis (-) (+)
Berdasarkan gejala klinis, vertigo dibagi:
1. Vertigo Paroksismal
Ciri khas:
o Serangan mendadak
o Berlangsung beberapa menit atau hari
o Gejala menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi, dan
diantara serangan penderita bebas dari keluhan.
Berdasar gejala penyertanya dibagi:
o Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging:
- Sindrom Meniere
- Arahnoiditis pontoserebelaris
- TIA vertebrobasiler
- Kelainan odontogen
- Tumor fossa posterior
o Tanpa keluhan telinga:
- TIA vertebrobasiler
- Epilepsi
- Migraine
15
- Vertigo anak
- Labirin picu
o Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi:
- Vertigo posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo Kronis
Ciri khas:
o Vertigo menetap lama
o Keluhan konstan tidak membentuk serangan-serangan akut.
Berdasar gejala penyertanya dibagi:
o Dengan keluhan telinga:
- OMC
- Tumor serebelopontin
- Meningitis TB
- Labirinitis kronik.
o Tanpa keluhan telinga
- Kontusio serebri
- Hipoglikemia
- Ensefalitis pontis
- Kelainan okuler
- Kardiovaskuler dan psikologis
- Post traumatik sindrom
- Intoksikasi
- Kelainan endokrin
o Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi:
- Hipotensi orthostatik
- Vertigo servikalis
3. Vertigo Akut
Berangsur berkurang tanpa bebas keluhan. Berangsur-angsur
berkurang tetapi tidak pernah bebas serangan. Berdasar gejala penyertanya
dibagi:
Dengan keluhan telinga:
o Neuritis N. VIII
16
o Trauma labirin
o Perdarahan labirin
o Herpes Zoster otikus.
Tanpa keluhan telinga
o Neuritis vestibularis
o Sklerosis multipel
o Oklusi arteri serebeli inferior posterior
o Encefalitis vestibularis
o Sklerosis multiple
o Hematobulbi.
- Langkah-langkah sistematis manajemen pasien vertigo:
1. Memastikan keluhan sebagai vertigo
2. Memastikan jenis dan letak lesi
3. Mencari penyebab
4. Memantau terapi
- Penyebab vertigo vestibuler adalah:
Perifer: BPPV, Penyakit Meniere, TIA vertebrobasiler dan lainnya.
Sentral: Vaskuler, Degeneratif, Tumor, dan lainnya.
VI. Diagnosis Sementara
Diagnosis klinik : Pusing berputar, cronic reccurent, mual, muntah,
tinnitus, penurunan pendengaran.
Diagnosis topis : Perifer dd Sentral
Diagnosis etiologi : Perifer : Otogenik : Meniere disease
DD : BPPV
Sentral : Cervicogenic
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 1 Mei 2018
17
VII.1 Status Generalis :
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (GCS E4-V5-M6)
Tanda Vital
Tekanan Darah : 115/70 mmHg
Nadi : 81 kali/ menit
Respirasi : 20 kali/ menit
Suhu : 36,5oC
Mata : OD : keluar kotoran, dan berair, OS : dbn
Leher : JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid dbn
Dada : Tidak ada deformitas
Pulmo dan Cor : Sonor, vesikuler di seluruh lapangan paru
Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba, supel, NT (-)
Ekstremitas : Edema (-), atrofi otot (-), deformitas (-)
VII.2 Status Psikiatri
Tingkah laku : Normoaktif
Orientasi : Orientasi orang, waktu, dan tempat baik
Daya ingat : Dalam batas normal
VII.3 Status Neurologis
Kepala : Pupil isokor 3 mm/ 3mm, Refleks cahaya +/+,
Refleks Kornea +/+,
Leher : Kaku kuduk (-), rangsang meningeal (-)
Sensibilitas : Dbn
Vegetatif : Dbn
18
Anggota gerak atas Kanan Kiri
Gerakan Bebas Terbatas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Ref Fisiologis + +
Ref Patologis - -
Sensibilitas dbn dbn
Anggota gerak bawah Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi E E
Ref Fisiologis + +
Ref Patologis - -
Sensibilitas dbn dbn
Nervus Pemeriksaan Kanan Kiri
N . I Daya penghidu N N
N . II Daya penglihatan Visus 2/6 N
Penglihatan warna N N
Lapang pandang N N
N . III Ptosis N N
Gerakan mata ke medial N N
Gerakan mata ke atas N N
Gerakan mata ke bawah N N
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung N N
Refleks cahaya konsensuil N N
Strabismus divergen – –
19
IV Gerakan mata ke lateral bawah N N
Strabismus konvergen N N
Menggigit N N
Membuka mulut N N
V Sensibilitas muka N N
Refleks kornea N N
VI Trismus – –
Gerakan mata ke lateral N N
Strabismus konvergen N N
N VII Kedipan mata N N
Lipatan nasolabial N N
Sudut mulut N N
Mengerutkan dahi N N
Menutup mata N N
Meringis N N
Menggembungkan pipi N N
Daya kecap kidah 2/3 Tidak dilakukan
pemeriksaan
N. VIII Mendengar suara berbisik N turun
Mendengar detik arloji N turun
Tes Rinne + +
Tes Swabach Memendek
Tes Weber Lateralisasi ke
kanan
N. IX Arkus faring N
Daya kecap lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan
pemeriksaan
Refleks muntah Tidak dilakukan
pemeriksaan
Tersedak Tidak dilakukan
pemeriksaan
20
N. X Denyut nadi 81x
Arkus faring N
Bersuara N
Menelan N
N. XI Memalingkan kepala N
Sikap bahu N
Mengangkat bahu N
Trofi otot bahu Eutrofi
N. XII Sikap lidah Simetris
Menjulurkan lidah N
Trofi otot lidah Eutrofi
Fasikulasi lidah -
VII.4 Pemeriksaan Khusus
Romberg test: (+)
Nistagmus: (-)
Stepping test: Sulit dilakukan
Dix hallpike maneuver : Sulit dilakukan
Lermit test : (-)
Pointing test : Normal
Tes Rinne: AC > BC / AC > BC
Tes Weber: Lateralisasi ke kanan
Tes Schwabach: Schwabach memendek
Kesan: Tuli sensorineural
VII.5 Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
RUJUKAN HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.6 11.7 – 15.5 g/dL
Eritrosit 3.52 3.8 – 5.2 ribu
21
Leukosit 9.20 3.6 – 5.2 juta
Limfosit 2.97 1.0 – 4.5 103/mikro
Monosit 1.04 0.2 – 1.0 103/mikro
Eosinofil 0.481 0.04 – 0.8 103/mikro
Basofil 0.074 0 – 0.2 103/mikro
Neutrofil 4.64 1.8 – 7.5 103/mikro
Limfosit % 32 25 – 40%
Monosit % 11.3 2 – 8%
Eosinofil % 4.1 2 – 4%
Basofil % 0.802 0 – 1%
Neutrofil % 50.4 50 – 70%
Hematokrit 33 35 – 47%
Trombosit 559 150 – 400 ribu
MCV 93.7 82 – 98 fL
MCH 30.2 27 – 32 pg
MCHC 32.3 32 – 37 g/dL
MPV 6.6 7 7 – 11 mikro m3
PCT 0.373 0.2 – 0.5%
PDW 19.1 10 – 18
GDP 72 74 – 106 mg/Dl
SGOT 20 0 – 35 U/L
SGPT 11 0 – 35 U/L
Ureum 29.1 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 1.81 0.62 – 1.1 mg/dL
HDL
HDL Direct 21
LDL – Cholesterol 112.2 < 150 mg/dL
Asam Urat 4.18 2 – 7 mg/dL
22
Cholesterol 168 < 200 mg/dL
Trigliserida 174 70 – 140 mg/dL
SEROLOGI
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
Rontgen Cervical AP/Lateral/Oblique 30/4/18
Kesan :
o Posisi Tidak Optimal
o Tak tampak kompresi maupun listesis VC1-VC3 yang tervisualisasi
o Spondilosis cervicalis
o Cervical Rib VC-7
23
X. Diskusi II
Dari anamnesis yang dirangkum pada tabel diatas, didapatkan keluhan pusing
berputar pada pasien cenderung mengarah kepada penyakit meniere dengan
gejala pusing berputar yang timbul dengan onset paroksismal, mual (+),
muntah (+), diperberat dengan perubahan posisi pasien dan disertai
adanya gangguan pendengaran sebelah kiri dan keluhan telinga berdengung.
Namun hal ini belum dapat menyingkirkan diagnosis banding vertigo
cervicogenic karena pada pemeriksaan penunjang terdapat spondilosis cervicalis
dan cervical rib VC-7 walaupun pada anamnesis pasien menyangkal adanya nyeri
pada leher.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien compos
mentis, GCS 15 (E4M6V5) dengan tanda vital: TD: 115/73 mmHg, N:
81x/menit, RR:20x/menit, S: 36,3oC. Pada pemeriksaan romberg test dimana
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Pada kelainan vestibular hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah dan kemudian
kembali lagi. Pada kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupun pada mata tertutup. Pada mata terbuka badan pasien
tetap tegak. Pada saat menutup mata, didapatkan badan pasien bergoyang
menjauhi garis tengah. Romberg test: +, nistagmus: -, pemeriksaan telinga:
membran timpani dbn, tes Rinne: + / +, tes weber: lateralisasi ke kanan, tes
schwabach: schwabach memendek, kesan: tuli sensorineural, sehingga
didapatkan adanya tanda vertigo perifer. Pemeriksaan penunjang darah rutin dan
kimia klinik terdapat hipertrigliserida. Dari hasil pemeriksaan rontgen
cervicalis didapatkan kesan: spondilosis cervicalis dan cervical rib VC-7.
Dari pemeriksaan radiologi ditemukan kemungkinan penyebab dapat berasal
dari cervicogenik, yakni adanya spondilosis . Vertigo berkaitan dengan
perubahan degeneratif pada pasien spondilosis servikalis dan hilangnya aliran
darah ke otak. Pada spondilitis servikalis pembentukan osteofit dapat menekan
arteri vertebralis yang menyebabkan oklusi mekanis dan menurunkan aliran darah
sehingga timbul keluhan vertigo. Di dukung dengan keluhan pasien yang mengaku
bahwa telah mnegalamikeluhan pusing berputar yang hilang timbul sejak 1 tahun
24
yang lalu dengan intensitas yang ringan maka dapat disimpulkan juga adanya tanda
vertigo central sehingga pasien tersebut mengalami vertigo mixed type.
25
Gejala BPPV Meniere’s
Disease
Labirinitis Vestibular
Neuritis
Vestibular
Migraine
Pasien
Onset Rekuren
Transien
Posisional
Rekuren
Spontan
Spontan Spontan Rekuren
Spontan
Rekuren
Memburuk Perubahan
posisi
Perubahan
posisi
Perubahan
posisi
Perubahan
posisi
Mungkin
perubahan
posisi
Perubahan
Posisi
Durasi Jam Menit-jam Menit
Nistagmus + (V/H) + (H) + (H) + (H) Jarang, kecuali
saat adanya
perubahan
posisi
(-)
Pendengaran
turun
- + + + Kadang + (+)
Tinnitus - + + + Kadang + (+)
Mual + + + + (+)
Muntah + + + + (+)
Lain-lain Gigi
berlubang
Cedera
kepala
Riwayat
pusing
berputar
Nyeri telinga
Sensasi
telinga penuh
Infeksi
bakteri/virus
Infeksi virus R. migraine
Mabuk
perjalanan
R. keluarga
Telinga
Terasa
Penuh
26
XI. Diagnosis Akhir
Diagnosis klinis : Pusing berputar, chronic reccurent, mual, muntah, tinitus,
penurunan pendengaran
Diagnosis topis : Perifer
Diagnosis etiologi : Otogenik : Meniere Disease
XII.Terapi
Terapi Bangsal
Infus Asering 20 tpm
1. Injeksi:
- Ondansetron 3x1 amp kp - Ranitidin 2x1 amp
- Meticobalamin 1x1 amp
2. PO:
-Betahistin 3x1 tab
Pada rawat inap hari ke 4 : di tambahakan terapi Metil Prednisolon 2x8mg
3. Lainnya :
Chloramphenicol Eye Drop 4 gtt 2 OD
XIII. Plan
1. Ro Cervical
XIV. Prognosis
Death : Ad bonam
Disease : Dubia ad bonam
Dissability : Dubia ad bonam
Discomfort : Dubia ad bonam
Dissatisfaction: Dubia ad bonam
Distutition : Dubia ad bonam
27
Diskusi III :
1. Betahistin :
Mengurangi vertigo dengan memperlebar sphincter prekapiler
sehingga meningkatkan aliran darah pada telinga bagian dalam. Betahistin
juga memperbaiki sirkulasi serebral dan meningkatkan sirkulasi serebral
dan meningkatkan aliran darah arteri karotis interna.
2. Mecobalamin :
Merupakan bentuk vitamin B12 dengan gugus metil aktif yang
berperan dalam reaksi transmetilasi dan merupakan bentuk paling aktif
dibandingkan dengan homolog vitamin B12 lainnya dalam tubuh, dalam
hal kaitannya dengan metabolisme asam nukleat, protein dan lemak.
Methylcobalamin meningkatkan metabolisme asam nukleat, protein dan
lemak. Mecobalamin bekerja sebagai koenzim dalam sintesa metionin.
Mecobalamin terlibat dalam sintesis timidin pada deoksiuridin dan
mempercepat sintesis DNA dan RNA. Pada penelitian lain ditemukan
mecobalamin mempercepat sintesis Lesitin, suatu komponen utama dari
selubung mielin.Mecobalamin diperlukan untuk kerja normal sel saraf.
3. Ondancentron :
Mual dan muntah disebabkan oleh senyawa alami tubuh yang
bernama serotonin. Jumlah serotonin dalam tubuh akan meningkat ketika
kita menjalani kemoterapi, radioterapi, dan operasi. Seretonin akan
bereaksi terhadap reseptor 5HT3 yang berada di usus kecil dan otak, dan
membuat kita merasa mual. Ondansetron akan menghambat serotonin
bereaksi pada receptor 5HT3 sehingga membuat tidak mual dan berhenti
muntah.
4. Ranitidin :
Diberikan sebagai gastroprotektor dan mencegah efek samping dan
interaksi dari obat lain. Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor
28
H2 yang menghambat kerja histamin pada reseptor H2 di lambung dan
mengurangi sekresi asam lambung.
5. Metil Prednisolon :
Methylprednisolone merupakan salah satu obat yang masuk dalam
kelompok glukokortikoid dan termasuk derivat prednison. Obat ini bekerja
dengan cara mengurangi peradangan (antiinflamasi) dan menekan respon
kekebalan tubuh (imunosupresan), dan mengurangi respon alergi
(antialergi). Sehingga metilprednisolon dapat digunakan untuk
mengurangi inflamasi pada telinga dalam pada kasus vertigo perifer
otogenik di kasus ini.
29
XV. Follow Up
Tanda vital 30-4-2018 1-5-2018 2-5-2018 3-5-2018 4-5-18
Tekanan darah 115/73 90/50 114/90 110/70 130/80
Nadi 84 x 86 x 80x 80 92
Pernapasan 20 x 18x 20x 20 20
Suhu 36,50 36,00 36,30 36,5 36.0
S
Pusing berputar +++ +++ +++ ++ +
Mual/ muntah ++/+ +/- +/- +/- +/-
Mata berair dan
keluar kotoran
+/- +/- -/- -/- -/-
Telinga berdenging -/+ -/+ -/+ -/- -/-
O
Nistagmus -/- -/- -/- -/- -/-
A Vertigo
Otogenik
Vertigo
Otogenik
Vertigo
Otogenik
Vertigo
Otogenik
Vertigo
Otogenik
P
Inj ranitidin 2x1 – √ √ √ √
Inj mecobalamin1x1 √ √ √ √ √
Inj ondancentron
3x1 kp
√ √ √ √ √
P.O Betahistin
3 x 1 tab
– – √ √ √
Chloramphenicol
ED 4x gtt 2 OD
+/- +/- -/- -/- -/-
Metil prednisolon
2x8mg
-/- -/- -/- +/+ +/+
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Longo, D.L., kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L. &
Loscalzo, J. 2011. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th Edition.
New York: McGraw-Hill.
2. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American
Family Physician March 15,2005:71:6.
3. Adams R.D., Victor M., Rooper A.H., 2001, Disease of N. VIII
in Principles of Neurology, 7th ed. McGraw-Hill, New York
4. Baehr, Frotscher, 2010. Diagnosis topic neurologi Duus.Jakarta : EGC
5. Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and
Treatment. International Tinnitus Journal. 2011;16(2): 135-45.
6. Eaton DA, Roland PS, Dizziness in the older adult, part 1 : Evaluation and
general treatment strategies. Geriatric. 2003;58:28-38
7. Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada university Press
8. Huff S.J, 2001, Vertigo and Dizzy in eMedicine Journal ; Volume 2
Number 5
9. Mardjono, 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
10. Perdossi, 2000, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Jansen
Pharmaceiuticals
11. Sardjono , 2007. Farmakologi dan terapi.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
12. Sidharta,P., 1999, Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, PT Dian
Rakyat, Jakarta
13. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary
care, BJMP 2010.
14. Wreaksoatmodjo, 2004. Vertigo : aspek neurologi. Bogor : Cermin Dunia
Kedokteran.
15. Leveque et al. 2007. Surgical Therapy in Intractable Benign Paroxysmal
Positional Vertigo. Otolaryngology-Head and Neck Surgery.