i gusti ketut armiati

142
TESIS EKSTRAK ETANOL KULIT DAUN LIDAH BUAYA (ALOE VERA BARBADENSIS MILLER) KONSENTRASI 100% DAPAT MENURUNKAN AKUMULASI PLAK GIGI DAN JUMLAH KOLONI BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS I GUSTI KETUT ARMIATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Transcript of i gusti ketut armiati

Page 1: i gusti ketut armiati

TESIS

EKSTRAK ETANOL KULIT DAUN LIDAH BUAYA (ALOE VERA BARBADENSIS MILLER) KONSENTRASI

100% DAPAT MENURUNKAN AKUMULASI PLAK GIGI DAN JUMLAH KOLONI BAKTERI

STREPTOCOCCUS MUTANS

I GUSTI KETUT ARMIATI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 2: i gusti ketut armiati

TESIS

EKSTRAK ETANOL KULIT DAUN LIDAH BUAYA (ALOE VERA BARBADENSIS MILLER) KONSENTRASI

100% DAPAT MENURUNKAN AKUMULASI PLAK GIGI DAN JUMLAH KOLONI BAKTERI

STREPTOCOCCUS MUTANS

I GUSTI KETUT ARMIATI NIM 1290761008

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 3: i gusti ketut armiati

EKSTRAK ETANOL KULIT DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera barbadensis miller) KONSENTRASI 100%

DAPAT MENURUNKAN AKUMULASI PLAK GIGI DAN JUMLAH KOLONI BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I GUSTI KETUT ARMIATI NIM : 1290761008

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 4: i gusti ketut armiati

Lembar Persetujuan Pembimbing

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL

Mengetahui

Tesis Ini Telah Diuji Pada tanggal

Pembimbing I,

Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa,M.Repro NIP. 196404171996011001

Pembimbing II,

Prof.dr. Ketut Tirtayasa, MS,AIF

NIP. 195012311980031015

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS

NIP. 194612131971071001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K)

NIP. 195902151985102001

Page 5: i gusti ketut armiati

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 6 Maret 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

Nomor : 402/UN14.4/HK/2015, Tanggal 3 Pebruari 2015 Ketua : Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro

Anggota :

1. Prof.dr. Ketut Tirtayasa, MS,AIF

2. Prof. dr. IGM. Aman, Sp.FK

2. Dr.dr. I D Made Sukrama, M.Si.,Sp.MK(K) 3. Dr. dr. I

Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si

Page 6: i gusti ketut armiati

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Waca, Tuhan Yang

Maha Esa karena seijin dan berkatNYA penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

judul Ekstrak Etanol Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe vera barbadensis miller)

konsentrasi 100% Dapat Menurunkan Akumulasi Plak Gigi dan Jumlah Koloni

Bakteri Streptococcus Mutans. Tesis ini dibuat sebagai syarat untuk menyelesaikan

pendidikan yang ditempuh di Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik

Universitas Udayana Denpasar.

Terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis ingin sampaikan kepada

pembimbing satu yaitu, Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro, yang telah penuh

perhatian dan kesabaran memberikan pengarahan, bimbingan,saran,serta waktunya

kepada penulis selama tesis ini dibuat sampai dengan selesai.

Terimakasih pula penulis sampaikan kepada Prof.dr. Ketut Tirtayasa, MS,AIF,

selaku pembimbing kedua yang di dalam berbagai kesibukannya dapat

menyempatkan diri untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dorongan, waktunya

serta kritikan untuk pembuatan tesis ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Udayana Denpasar Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.Pd

(KEMD) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikaan Program Magister di Universitas Udayana.

2. Direktur Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar, Prof. Dr. dr. A.A.

Raka Sudewi, Sp. S (K) yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang

Page 7: i gusti ketut armiati

diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister

Universitas Udayana Denpasar.

3. Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas

Udayana Denpasar, Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp. And., FAACS atas

bimbingan dan kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Program Magister Universitas Udayana Denpasar.

4. Seluruh penguji yaitu, Prof. dr. IGM Aman, Sp.FK., Dr. dr. I Dewa Made

Sukrama, Msi., Sp.MK(K) dan Dr. dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si., atas masukan

dan kritiknya kepada penulis sehinga dalam penulisannya tesis ini dapat menjadi

lebih baik.

5. Seluruh dosen dan pengelola Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana

Universitas Udayana Denpasar, dan Seluruh Dosen Bagian Farmakologi yang telah

mendidik, mengarahkan serta membantu penulis selama menempuh pendidikan

6. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar, Dekan FKG Universitas

Mahasaraswati Denpasar, Direktur RSGM Universitas Mahasaraswati Denpasar, dan

Kepala Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

atas kesempatan yang diberikan untuk menggunakan labnya selama penelitian ini

dilakukan.

7. Teman-teman di FKG Universitas Mahasaraswati, khususnya Bagian

Konservasi yang telah memberikan kesempatan dan dukungan pada saat menempuh

pendidikan. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Biomedik angkatan

2012 khususnya Ilmu Kedokteran Dasar yang telah bersama-sama menemani baik

dalam keadaan suka maupun duka dalam menempuh masa pendidikan.

8. Kepada dr. I G N Susila M,Kes dan Prof. Dr. Ni Ketut Niti Susila Sp.M, yang

telah penuh kasih membesarkan, mendidik saya seperti anaknya sendiri, mendoakan

Page 8: i gusti ketut armiati

dan membantu memenuhi kebutuhan selama pendidikan sehingga mengantarkan

penulis menerima semua karunia Tuhan dengan penuh rasa syukur.

9. Kedua orang tua I Gst Md Oka dan I Gst Ayu Rai ., mertua I Wayan Sueca

dan NI Nengah Selamat., serta seluruh keluarga tersayang yang telah mendukung

baik moril dan materiil pada saat menempuh pendidikan.

10. Kepada suami tercinta dan terkasih I Nengah Ardika Adinata SE., yang telah

berkorban dan menemani semenjak awal sampai ahir perkuliahan sudah menjadi

teman yang selalu memberikan inspirasi, motivasi sehingga memberikan rasa optimis

dalam menyelesaikan pendidikan dan tesis ini

11. Kepada putri-putri kecilku yang tersayang dan terkasih Ni Putu Ayu Devikha

Putri Adinata dan Ni Kadek Ayu Devinha Putri Adinata dengan kelucuan dan

kepolosannya telah membuat penulis merasa terhibur dan semangat dalam

menyelesaikan pendidikan dan tesis ini.

12. Serta semua pihak yang belum tersebutkan, yang telah membantu dan

memberikan dukungan samapai terselesaikannya tesis ini.

Penulis sadar bahwa tesis ini tidak sempurna, sehingga masukan dan kritik

untuk perbaikan kearah yang lebih baik untuk tesisi ini sangat diharapkan. Akhir kata

penulis berharap, tesis ini dapat membawa manfaat untuk para pembaca, khususnya

para individu yang bergerak dalam bidang kedokteran gigi.

Denpasar, Januari 2015

Penulis

ABSTRAK

EKSTRAK ETANOL KULIT DAUN LIDAH BUAYA (ALOE VERA BARBADENSIS MILLER) KONSENTRASI 100% DAPAT MENURUNKAN

Page 9: i gusti ketut armiati

AKUMULASI PLAK GIGI DAN JUMLAH KOLONI BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS

Plak gigi merupakan suatu deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi. Bakteri Streptococcus, Staphilococcus, Lactobacillus, dan bakteri berbentuk filament merupakan mikroorganisme yang sering dapat diisolasi dari lesi karies dan peradangan mukosa mulut. Chlorhexidine gluconate merupakan salah satu zat antimikroba yang menjadi gold standard dalam kedokteran gigi untuk pencegahan plak gigi. Namun, obat kumur ini memiliki sejumlah efek samping. Ekstrak lidah buaya mengandung bahan aktif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe vera barbadensis miller) dalam menurunkan akumulasi plak gigi dan menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut. Penelitian eksperimental dengan menggunakan Randomized pretest-posttest control group design, melibatkan 30 orang pasien remaja dan dewasa dengan umur 15-40 tahun yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif yang berkumur aquadest, kelompok kontrol positif yang berkumur dengan Chlorhexidine gluconate 0,2%, dan kelompok perlakuan yang berkumur dengan ekstrak kulit daun lidah buaya 100%. Data dianalisis dengan uji One Way Anova menggunakan Program SPSS. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan rerata plak gigi pada kedua kelompok (p<0,05). Terjadi penurunan jumlah koloni bakteri S.mutans pada kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan sesudah dilakukan perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol negatif tidak terjadi penurunan yang signifikan. Simpulan dari penelitian ini adalah berkumur dengan ekstrak kulit daun lidah buaya 100% menurunkan akumulasi plak gigi sebesar 24,85%, menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans sebesar 55,57%. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan zat aktif mana yang memiliki efek antibakteri yang paling besar pada ekstrak kulit daun lidah buaya. Kata kunci: ekstrak lidah buaya, plak gigi, bakteri Streptococcus mutans

ABSTRACT

ETHANOL EXTRACT OF ALOE VERA SKIN LEAF (ALOE VERA BARBADENSIS MILLER) CAN REDUCE ACCUMULATION OF DENTAL

Page 10: i gusti ketut armiati

PLAQUE AND DECREASE STREPTOCOCCUS MUTANS BACTERIA COLONY

Dental plaque is a soft deposit which is firmly attached to the tooth surface. Streptococcus, Staphilococcus, Lactobacillus, and filaments form bacteria are microorganisms that can often be isolated from caries lesions and inflammation of the oral mucosa. Chlorhexidine gluconate is one of the antimicrobial agents become the gold standard in dentistry for the prevention of dental plaque. However, mouthwash has a number of side effects. Aloe vera extract contains active ingredients that can inhibit the growth of bacteria. The aims of this study is to determine the effectiveness of rinsing with aloe vera skin leaf extract (Aloe vera barbadensis miller) in reducing the accumulation of dental plaque and decrease the number of Streptococcus mutans in the oral cavity. Experimental studies with randomized pretest-posttest control group design, involving 30 patients, adolescents and adults 15-40 years, were divided into three (3) groups: the negative control group were rinsed with distilled water, the positive control group were rinsed with chlorhexidine gluconate 0.2%, and the treatment group were rinsed with 100% aloe vera leaves extract. Data were analyzed by One Way ANOVA using SPSS program. After treatment, it was found that there were differences between the mean of dental plaque in both groups (p <0.05). Decrease the number of S. mutans bacteria colonies in the positive control group and the treatment group after treatment is done. While the negative control group did not decrease significantly. The conclusions of this study is rinsing with 100% aloe vera skin leaf extract decrease the accumulation of dental plaque by 24.85% and decrease the number of Streptococcus mutans bacteria colonies by 55.57%. There is no difference between the decrease in of dental plaque accumulation after rinsing with 100% aloe vera skin leaf extract and 0.2% chlorhexidine gluconate rinsing with and no difference of decrease in Streptococcus mutans bacterial colonies in the oral cavity between 100% aloe vera skin leaf extract rinse and 0.2% Chlorhexidine gluconate rinse. It is recommended to rinse with aloe vera skin leaf extract precisely to reduce the accumulation of dental plaque and the number of Streptococcus mutans bacteria colonies. Key words: aloe vera skin leaf extract, dental plaque, Streptococcus mutans bakteria

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM .................................................................................. i

Page 11: i gusti ketut armiati

LEMBAR PERSYARATAN GELAR .................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………... v

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... vi

ABSTRAK .............................................................................................. ix

ABSTRACT ........................................................................................... x

DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ........................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 7

1.3.1 Tujuan umum........................................................................ 7

1.3.2 Tujuan khusus...................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 7

1.4.1 Manfaat ilmiah.................................................................. 7

1.4.2 Manfaat praktis................................................................... 7

Page 12: i gusti ketut armiati

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................. 10

2.1 Plak Gigi...................................................................................... 10

2.1.1 Komposisi plak gigi.......................................................... 12

2.1.2 Mekanisme pembentukan dental plak.............................. 13

2.1.3 Penatalaksanaan plak gigi................................................. 15

2.2 Streptococcus Mutans.................................................................. 16

2.2.1 Klasifikasi ilmiah Streptococcus mutans........................... 16

2.2.2 Efek patologis dari Streptococcus mutans......................... 17

2.3 Karies Gigi.................................................................................. 18

2.3.1 Etiologi karies gigi ......................................................... 19

2.3.1.1 Invironment (substrat).......................................... 20

2.3.1.2 Agent (Mikroorganisme)...................................... 21

2.3.1.3 Host (Gigi & Saliva) ............................................ 21

2.3.1.4 Waktu................................................................... 22

2.3.2 Pencegahan Karies Gigi.................................................... 22

2.3.2.1 Health promotion.................................................. 22

2.3.2.2 Specific protection................................................ 22

2.3.2.3 Early diagnosis and prompt treatmen.................. 22

2.3.2.4 Disability limitation............................................ 23

2.3.2.5 Rehabilitation........................................................ 23

2.3.3 Penanggulangan karies...................................................... 23

Page 13: i gusti ketut armiati

2.4 Lidah Buaya (Aloe vera)..................................................................... 24

2.4.1 Morfologi lidah buaya.......................................................... 27

2.4.2 Kandungan lidah buaya........................................................ 29

2.4.3 Efek farmologis lidah buaya................................................ 34

2.5 Chlorhexidine...................................................................................... 36

2.5.1 Farmakologi chlorhexidine 0,12% ................................... 36

2.5.2 Indikasi penggunaan chlorhexidine 0,12%....................... 37

2.5.3 Efek samping chlorhexidine 0,12%................................... 38

2.5.4 Ekstraksi............................................................................. 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN........................................................................................... 40

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian........................................................ 40

3.2 Konsep Penelitian.......................................................................... 42

3.3 Hipotesis Penelitian...................................................................... 42

BAB IV METODE PENELITIAN....................................................... 44

4.1 Rancangan Penelitian.................................................................. 44

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 45

4.2.1 Lokasi penelitian............................................................... 45

4.2.2 Waktu penelitian............................................................... 45

4.3 Penentuan Sumber Data.............................................................. 45

Page 14: i gusti ketut armiati

4.3.1 Sampel penelitian................................................................ 45

4.3.2 Besar sampel ..................................................................... 46

4.3.3 Teknik pengambilan sampel................................................. 47

4.4 Variabel Penelitian....................................................................... 48

4.4.1 Klasifikasi variabel............................................................ 48

4.4.2 Hubungan Antar Variabel.................................................. 49

4.5 Definisi Operasional Variabel...................................................... 49

4.6 Bahan Penelitian.......................................................................... 51

4.7 Instrumen Penelitian..................................................................... 52

4.7.1 Metode pemeriksaan penelitian........................................... 52

4.7.2 Alat penelitian...................................................................... 53

4.8 Prosedur Penelitian...................................................................... 55

4.8.1 Tahap persiapan penelitian................................................... 55

4.8.2 Tahapan pembuatan ekstrak kulit daun lidah buaya......... 55

4.8.3 Pembuatan konsentrasi ekstrak daun lidah buaya............. 56

4.8.4 Pembuatan media.............................................................. 56

4.8.5 Tahap pemilihan dan penentuan sampel penelitian................ 60

4.8.6 Tahap pelaksanaan penelitian................................................. 60

4.8.7 Pembiakan bakteri.................................................................. 62

4.9 Alur Penelitian................................................................................ 66

4.10 Analisis Data................................................................................ 67

Page 15: i gusti ketut armiati

BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................. 68

5.1 Uji Normalitas Data........................................................................ 68

5.2 Uji Homogenitas Data................................................................... 69

5.3 Akumulasi Plak Gigi..................................................................... 69

5.3.1 Uji komparabilitas............................................................. 69

5.3.2 Analisis efek perlakuan..................................................... 70

5.4 Bakteri Streptococcus Mutans.................................................. 72

5.4.1 Uji komparabilitas............................................................ 72

5.4.2 Analisis efek perlakuan................................................... 73

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN................................. 76

6.1 Subyek Penelitian...................................................................... 76

6.2 Distribusi Dan Homogenitas Data Hasil Penelitian................... 76

6.3 Pengaruh Berkumur Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya Terhadap

Akumulasi Plak Gigi Dan Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus

Mutans.................................................................................... 77

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN................................................. 85

7.1 Simpulan........................................................................................ 85

7.2 Saran.............................................................................................. 85

Page 16: i gusti ketut armiati

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 92

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Spesies Bakteri Yang Ditemukan Di Plak Gigi................................. 11

Page 17: i gusti ketut armiati

2.2 Kandungan Kimia Lidah Buaya...................................................... 30

2.3 Komponen Lidah Buaya Berdasarkan Manfaatnya....................... 31

2.4 Kandungan Nutrisi Lidah Buaya.................................................... 32

5.1 Uji Normalitas Data Plak Gigi Dan Bakteri Steptococcus

Mutans......................................................................................... 68

5.2 Homogenitas Data Plak Gigi Dan Bakteri Streptococcus Mutans Antar

Kelompok Sebelum Dan Sesudah Perlakuan.................................. 69

5.3 Perbedaan Rerata Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok Sebelum

Berkumur Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 100%.......................... 69

5.4 Perbedaan Rerata Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok Sebelum

Berkumur Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 100%......................... 70

5.5 Beda Nyata Terkecil Akumulasi Plak Gigi Sesudah Perlakuan Antar

Kelompok................................................................................. ..... 71

5.6 Perbedaan Rerata Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok Sebelum

Berkumur Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 100%........................ 72

5.7 Perbedaan Rerata Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok Sesudah

Berkumur Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 100%......................... 73

5.8 Beda Nyata Terkecil Bakteri Streptococcus Mutas Sesudah

Perlakuan Antar Kelompok.......................................................... 74

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Page 18: i gusti ketut armiati

2.1 Strain Streptococcus Mutans Dalam Kultur Thioglycollate Broth …… 16

2.2 Lidah Buaya ........................................................................................ 27

2.5 Struktur Kimia Chlorhexidine Gluconate............................................... 36

3.1 Konsep Penelitian................................................................................ 42

4.1 Rancangan Penelitian.......................................................................... 44

4.2 Hunbungan Antar Variabel................................................................... 49

4.4 Alur Penelitian..................................................................................... 66

DAFTAR SINGKATAN

Page 19: i gusti ketut armiati

SKRT-Surkesnas = Survei Kesehatan Rumah Tangga – Survei Kesehatan

Nasional

DSS = Dextran Sodium Sulfate

DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth

SPSS = Statistical For the Social Sciences

SD = Standar Deviasi

NaCl = Natrium Chlorida

CFU = Colony Forming Unit

VP = Voges Proskauer

HIV = Human Immunodeficiency Virus

pH = Power of Hidrogen (derajat keasaman)

DAFTAR LAMPIRAN

Page 20: i gusti ketut armiati

Lampiran 1. Keterangan Laik Etik ............................................................. 92

Lampiran 2. Penjelasan Yang Disampaikan Kepada Penderita Sebelum

Menandatangani Formulir Persetujuan Ikiu Serta

Dalam Penelitian .................................................................. 93

Lampiran 3. Informed Consent ............................................................ 100

Lampiran 4. Hasil Uji Fitokimia Dengan Menggunakan Kromatografi

Lapis Tipis .................................................................... 101

Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Penelitian .......................................... 107

Lampiran 6. Hasil Perhitungan SPSS Data Hasil Penelitian ................... 111

BAB I

PENDAHULUAN

Page 21: i gusti ketut armiati

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut mempunyai peranan penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan tubuh secara umum. Ada banyak penyakit yang berawal dari gigi dan

mulut karena mulut adalah pintu masuk segala macam benda asing ke dalam tubuh,

menjaga kesehatan mulut berarti menjaga kesehatan seluruh badan. Kesehatan gigi

dan mulut juga mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang untuk fungsi bicara,

pengunyahan dan rasa percaya diri. Gangguan yang terjadi baik pada jaringan keras

maupun pada jaringan pendukung gigi akan berdampak pada produktivitas

seseorang. Sebagian besar masyarakat masih mengesampingkan upaya pencegahan

bahkan juga pengobatan dari penyakit gigi dan mulut yang dideritanya.

Di Indonesia penyakit gigi dan mulut terutama karies dan peradangan

mukosa mulut masih banyak diderita baik oleh anak – anak maupun orang dewasa.

Penyakit gigi dikeluhkan 60% penduduk Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga

survei kesehatan nasional (SKRT-Surkesnas, 2004), Penyakit gigi dan mulut

merupakan penyakit keempat yang paling mahal biaya penyembuhannya di banyak

negara (Suhartono, 2008). Hasil survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan oleh

Departemen Kesehatan menyatakan prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05

%. Penelitian Tri Astoeti (2010) menyatakan bahwa di Jakarta 90% anak mengalami

masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi (Zatnika, 2010). Kejadian

gigi berlubang diduga akan lebih parah lagi di daerah, serta anak-anak dari golongan

Page 22: i gusti ketut armiati

ekonomi menengah ke bawah. Terjadinya karies dan kelainan jaringan penyangga

gigi diawali dengan terbentuknya plak gigi.

Plak gigi merupakan suatu deposit lunak yang melekat erat pada permukaan

gigi terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik

intraseluler apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Forest, 1995).

Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva mempunyai potensi yang

cukup besar terhadap terjadinya penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) maupun

jaringan pendukungnya (periodontitis). Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri di

dalam plak tergantung dari umur dan ketebalan plak (yang akan mempengaruhi pH,

komposisi organik dan anorganik serta macam dan jumlah bakteri), jenis makanan

dalam diet dan banyaknya aliran saliva (Megananda dkk., 2009).

Plak gigi relatif tidak kasat mata. Beberapa zat kimia atau zat pewarna

digunakan untuk membuat plak terlihat oleh mata. Zat yang digunakan disebut

disclosing agent gel. Beberapa zat yang digunakan antara lain adalah Erythrosin,

Fluorescein Dye, Two Tones Dyes, dan Iodine (Sharma, 2010). Penggunaan dari

disclosing agent gelada beberapa cara diantaranya dengan langsung mengoleskan

pada permukaan gigi dengan kapas, berkumur, atau kalau berbentuk tablet bisa

langsung dikunyah.

Bakteri sangat berperan pada proses terjadinya karies gigi dan peradangan

mukosa mulut. Banyaknya mikroorganisme tergantung pada kesehatan dan

Page 23: i gusti ketut armiati

kebersihan mulut seseorang, sedangkan jenis bakterinya berbeda pada berbagai

tempat dalam rongga mulut. Bakteri Streptococcus, Staphilococcus, Lactobacillus,

dan bakteri bentuk filament merupakan mikroorganisme yang sering dapat diisolasi

dari lesi karies dan peradangan mukosa mulut. Di antara kelompok bakteri ini

ternyata streptococcus dan Staphilococcus paling sering ditemukan, sehingga

dikatakan bahwa bakteri ini sangat berperan pada karies gigi dan peradangan mukosa

mulut. Streptococcus yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus mutans

(Samaranayake, 2006).

Streptococcus mutans adalah suatu bakteri Gram positif, bersifat, fakultatif

anaerob berbentuk coccus (bulat), tersusun seperti rantai, umumnya didapatkan di

dalam rongga mulut dan termasuk flora normal serta berperan penting dalam proses

terjadinya karies. Bakteri ini termasuk phylum dari Firmicutes dan merupakan

kelompok bakteri yang menghasilkan asam laktat dan pertama kali ditemukan pada

tahun 1924 oleh J. Kilian Clarke (Vinogradov dkk., 2004; Biswas, 2011)

Streptococcus mutans merupakan bakteri yang memulai terjadinya

pertumbuhan plak pada permukaan gigi. Terjadinya hal itu disebabkan karena

kemampuan spesifik yang dimiliki oleh bakteri tersebut menggunakan sukrosa untuk

menghasilkan suatu produk ekstraseluler yang lengket yang disebut dextran yang

berbasis polisakarida dengan perantaraan enzim dextransucrase (hexocyltransferase)

yang memungkinkan bakteri-bakteri tersebut membentuk plak, sedangkan untuk

menghasilkan asam laktat, Streptococcus mutans bersama-sama dengan

Streptococcus sabrinus dan Lactobacillus, memainkan peran yang sangat penting

Page 24: i gusti ketut armiati

melalui enzim glucansucrase yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut. Asam

yang dihasilkan terus-menerus melalui pemecahan substrat yang selalu tersedia, akan

merubah lingkungan rongga mulut menjadi lebih asam (pH 5,2 – 5,5), maka email

mulai mengalami proses demineralisasi sehingga terjadilah karies (Vinogradof dkk.,

2004; Argimȏn dan Caufiled, 2011).

Berbagai tindakan dilakukan untuk menjaga kesehatan rongga mulut.

Tindakan yang utama dan sering dilakukan adalah sikat gigi. Obat kumur yang

digunakan sebelum atau sesudah menyikat gigi dapat dipertimbangkan sebagai

tindakan tambahan untuk kesehatan rongga mulut dan mengurangi jumlah mikroba

dan perlekatan bakteri dalam rongga mulut. Untuk menambah efektivitas dari obat

kumur, zat-zat anti mikroba ditambahkan ke dalam obat kumur. Obat kumur yang

mengandung zat anti mikroba dapat digolongkan menjadi dua yaitu yang zat aktifnya

berasal dari tumbuh-tumbuhan dan yang berbahan dasar Chlorhexidine (Suryo,

1992).

Chlorhexidine gluconate merupakan salah satu zat antimikroba yang

menjadi gold standard dalam kedokteran gigi untuk pencegahan plak gigi (Parwani

dkk.,2013). Konsentrasi minimum yang efektif untuk Chlorhexidine gluconate adalah

0,2%. Konsentrasi yang lebih rendah tidak efektif untuk mengurangi mikroba dalam

rongga mulut. Chlorhexidine tersedia sebagai asetat, glukonat dan garam

hidroklorida. Chlorhexidine memiliki berbagai aktivitas terhadap kedua bakteri gram

positif dan gram negatif (Groppo dkk., 2008). Namun, obat kumur ini telah

dilaporkan memiliki sejumlah efek samping lokal. Pada penggunaan jangka panjang

Page 25: i gusti ketut armiati

seperti warna coklat gigi, beberapa bahan restoratif dan dorsum lidah, rasa gangguan;

ulserasi mukosa mulut dan paresthesia, pembengkakan parotis yang unilateral atau

bilateral, dan peningkatan pembentukan kalkulus supra gingiva. Disamping mahal

harganya, tidak semua masyarakat dapat dengan mudah memperolehnya, oleh karena itu

bahan tradisional menarik untuk dijadikan pilihan, salah satu daun yang memiliki zat

antibakteri yaitu salah satu diantaranya adalah kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis

Miller).

Kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) menjadi salah satu

alternatif bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan bahan anti bakteri.

Tanaman ini bersifat antibakteri, antiimflamasi, dapat meredam rasa sakit,tidak tosik,

dan sampai saat ini merupakan salah satu dari 10 tanaman terlaris didunia yang

berpontensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat (Furnawanthi, 2002).

Menurut Kathuria dkk. (2011), zat-zat aktif yang terdapat dalam lidah buaya meliputi

monosakarida, polisakarida, asam aminoesensial, dan non-esensial, antrakuinon,

enzim, mineral, vitamin, protein, lignin, asam salisilat, saponin, sterol, tanin,

magnesium laktat dan senyawa antiprostaglandin. Zat yang bersifat antibakteri adalah

antrakuinon, saponin dan tannin. Secara spesifik dilaporkan bahwa ekstrak lidah

buaya (aloe vera) mengandung bahan aktif yang mampu menghambat pertumbuhan

bakteri Escherichia coli. Maka dapat dikatakan bahwa lidah buaya sensitif sebagai

antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli. Penelitian yang dilakukan oleh Isabela

(2009), menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya mampu menghambat pertumbuhan

pseudomonas aeruginosa secara in vitro. Sedangkan penelitian Ariyanthi dkk. (2012)

Page 26: i gusti ketut armiati

menyatakan bahwa ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) mampu

menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus ATCC 25923 dan

Escherichia coli ATCC 25922.

Penelitian pendahuluan yang telah peneliti lakukan secara in vitro pada

ekstrak kulit daun lidah buaya dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%

terhadap bakteri streptococcus mutans terdapat zona hambat pada konsentrasi 50%,

75% dan 100%. Pada konsentrasi 50% terdapat zona hambat dengan rata-rata

diameter 11 mm, pada konsentrasi 75% terdapat zona hambat dengan diameter rata-

rata 14 mm dan 100% terdapat zona hambat dengan diameter rata-rata 15 mm. Rata-

rata diameter zona hambat untuk Clorhexidin 0,2% sebesar 17 mm.

Memperhatikan kandungan zat antibakteri yang terdapat pada kulit daun

lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) peneliti tertarik untuk meneliti efek daya

hambat dari ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap

pertumbuhan plak gigi dan Streptococcus mutans, dimana Streptococcus mutans

merupakan bakteri Gram positif sebagai penyebab karies gigi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat disusun suatu rumusan

masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat

menurunkan akumulasi plak gigi.

Page 27: i gusti ketut armiati

2. Apakah berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat

menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut?

3. Apakah ada perbedaan akumulasi plak gigi akibat berkumur ekstrak kulit daun

lidah buaya konsentrasi 100% dengan berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2% ?

4. Apakah ada perbedaan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga

mulut akibat berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dengan

berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2% ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas berkumur ekstrak kulit

daun lidah buaya (Aloe barbadensis miller) dalam menurunkan akumulasi plak gigi

dan menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk membuktikan berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100%

dapat menurunkan akumulasi plak gigi.

2. Untuk membuktikan berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100%

dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga

mulut.

3. Untuk membuktikan ada perbedaan akumulasi plak gigi akibat berkumur ekstrak

kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dengan berkumur Chlorhexidine

gluconate 0,2%.

Page 28: i gusti ketut armiati

4. Untuk membuktikan ada perbedaan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans

dalam rongga mulut akibat berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi

100% dengan berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2%.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi imformasi dalam upaya

pencegahan karies gigi melalui pengaturan akumulasi plak gigi dan penurunan

jumblah bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data mengenai pengaruh

berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya terhadap penurunan akumulasi plak gigi

dan penurunan bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman lebih mendalam

mengenai ektrak kulit daun lidah buaya dalam upaya pencegahan karies dalam

rongga mulut.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi masyarakat dapat mengetahui efektivitas ekstrak kulit daun lidah buaya

dapat dimanfaatkan untuk menurunkan akumulasi plak gigi pada rongga mulut.

2. Bagi masyarakat dapat mengetahui efektivitas ekstrak kulit daun lidah buaya

dapat dimanfaatkan untuk menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans pada

rongga mulut.

3. Dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut.

Page 29: i gusti ketut armiati

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Plak Gigi

Page 30: i gusti ketut armiati

Plak gigi merupakan suatu agregat mikroba sejenis maupun berbeda jenis

yang melekat pada permukaan substrat biologis maupun non biologis, dimana satu sel

dengan sel yang lainnya saling terikat dan melekat pada substrat dengan perantaraan

suatu matriks extracellular polymeric substance (EPS) atau disebut juga

exopolysaccharide (Thomas, 2011). Plak gigi merupakan salah satu contoh dari

hubungan kompleks antara berbagai mikroba yang seringkali berasal dari spesies

yang berbeda biasanya melekat pada permukaan gigi (oklusal gigi) dan pada gigi

palsu (dental implants). Para ilmuwan memperkirakan bahwa biofilm merupakan

habitat mikroba yang alami. Biofilm berkembang dari suatu matriks ekstraselular

yang terdiri atas DNA, protein, dan serabut polisakarida dari glikokaliks sel. Matriks

melekat satu sel dengan yang lain dan juga pada permukaan substrat (Thomas, 2011).

Plak pada gigi adalah suatu bentuk biofilm yang mengarah pada kerusakan

gigi seperti gigi berlubang (karies). Pembentukan dimulai dari kolonisasi

Streptococcus mutans pada gigi. Bakteri ini menguraikan karbohidrat terutama

sukrosa (gula tebu) sebagai sumber nutrien dan untuk pembentukan glikokaliks.

Sukrosa diuraikan menjadi monosakarida sebagai sumber energi sel, dengan bantuan

enzim alpha amylase. Enzim kedua yang dikeluarkan oleh sel berupa rantai

polisakarida yang tidak larut untuk menguraikan fruktosa, yang disebut sebagai

molekul glukan (seperti matriks glikokaliks yang mengelilingi sel). Adanya glukan

ini akan melekatkan Streptococcus mutanspada gigi, menyediakan tempat bagi

spesies bakteri mulut lain dan menjerat partikel nutrien. Suatu biofilm kini telah

terbentuk (Eliasson dkk., 2006).

Page 31: i gusti ketut armiati

Plak pada gigi terdiri dari suatu komunitas mikroba yang kompleks dengan

lebih dari 1010 bakteri per miligram dan diperkirakan sebanyak 400 spesies bakteri

yang berbeda dapat ditemukan. Bakteri tersebut dikelilingi oleh interselular matriks.

Koloni bakteri yang pertama kali muncul disebut primary colonizers dan tidak

bersifat patogen sedangkan koloni berikutnya disebut secondary colonizers yang akan

dapat menyebabkan karies, chronic gingivitis, dan periodontitis. Penebalan plak gigi

yang terjadi akan mengurangi difusi oksigen yang ditoleransikan sehingga organisme

yang hidup di dasar plak gigi adalah fakultatif dan obligat anaerobik (Sumawinata,

1992).

Tabel 2.1

Spesies bakteri yang ditemukan di plak gigi

Fakultatif Anaerobik Gram-Positive

Streptococcus mutans Streptococcus sanguis Actinomyces viscosus

Gram-Negative

Actinobacillusactinomycetemcomitans Capnocytophypa species Eikenella corrodens

Porphyromonas gingivalis Fusobacterium nucleatum Prevotella intermedia Bacteroides forsythus Campylobacter rectus

Spirochetes Treponema denticola Sumber : Sumawinata, 1992

Bakteri non motil seperti Streptococcus dan Actinomyces akan bersentuhan

dengan gigi secara acak, sedangkan bakteri motil seperti Spirochetes akan ditarik oleh

faktor kemotaksis seperti nutrien. Bakteri gram negatif seperti Actinobacillus,

Phorphyromonas, Prevotella,dan Fusobacterium banyak terdapat di subgingiva plak

Page 32: i gusti ketut armiati

gigi pada fase akhir pembentukan plak gigi tetapi terkadang muncul pada fase awal.

Proporsi bakteri di dalam plak gigi mulut yang sehat berbeda dengan bakteri dalam

plak gigi yang berkaitan dengan karies. Secara mikroskopik, permukaan plak gigi

akan terlihat seperti gundukan berwarna putih (Sumawinata, 1992).

Berbagai penelitian telah membuktikan, plak gigi adalah faktor yang paling

berpotensi menimbulkan penyakit periodontal. Hal ini dapat disebabkan oleh produk-

produk yang dihasilkan oleh bakteri yang terkandung dalam plak gigiseperti enzim,

endotoksin, eksotoksin ataupun unsur-unsur sampingan dari metabolisme bakteri.

Produk-produk ini akan dapat meningkatkan virulensi bakteri sehingga mengiritasi

jaringan di sekitarnya dan timbul suatu keadaan patologis. Selain itu, plak gigi akan

merangsang suatu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan sel-sel imun yang

memonitor agresi bakteri, namun sel imun itu sendiri juga menghancurkan atau

merusak jaringan bersangkutan (Gurenlian, 2007).

2.1.1 Komposisi Plak Gigi

Komposisi yang membentuk akumulasi plak gigi yaitu mikroorganisme dan matriks

interselular yang terdiri dari komponen organik dan komponen anorganik. Komposisi

plak gigi yang terbesar adalah mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut berada

diantara matriks interselular yang juga mengandung sedikit jaringan seperti sel-sel

epitel, makrofag, dan leukosit (Caranza, 2006).

Bakteri yang dominan dalam semua akumulasi plak pada gigi adalah jenis

kokus terutama Streptococcus yang dapat menghasilkan asam dengan cepat dari hasil

metabolism karbohidrat. Mikroorganisme tersebut selain mampu membentuk asam

Page 33: i gusti ketut armiati

(acidogenic) juga tahan asam (acidurik). Matriks interselular merupakan 20-30%

massa dari plak gigi yang mengandung bahan organik dan bahan anorganik.

Komponen organik terdiri dari bahan organik yang mencakup polisakarida, protein,

glikoprotein, dan lemak. Komponen anorganik yang ditemukan terutama kalsium dan

fosfor yang terutama berasal dari saliva. Kandungan organik semakin meningkat

seiring dengan pembentukan karang gigi (kalkulus) (Lingstorm dkk., 2000).

2.1.2 Mekanisme pembentukan dental plak

Mekanisme pembentukan plak terdiri dari dua tahap yaitu tahap pembentukan

lapisan acquired pelicle dan tahap proliferasi bakteri. Acquired pelicle merupakan

deposit selapis tipis dari protein saliva terdiri dari glikoprotein yang terbentuk

beberapa detik setelah menyikat gigi. Setelah pembentukan acquired pellicle, bakteri

mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks inter bakterial yang terdiri

dari polisakarida ekstraseluler. Polisakarida ini terdiri dari levan, dextran, protein

saliva dan hanya bakteri pembentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh,

yakni Streptococcus mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus sanguis dan

Streptococcus salivarius, sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis

yang terdiri dari jenis coccus. Bakteri tidak membentuk suatu lapisan yang kontinyu

diatas permukaan aquirec pelikel melainkan suatu kelompok – kelompok kecil yang

terpisah, suasana lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya

mikroorganisma aerobi dan fakultatif yang dapat tumbuh dan berkembang biak

(Thomas, 2011).

Page 34: i gusti ketut armiati

Pada awal ploriferasi bakteri yang tumbuh adalah jenis coccus dan bacillus

fakultatif (Neisseria, Nocardia dan Streptococcus), dari keseluruhan populasi 50%

terdiri dari Streptococcus mutans (Thomas, 2011). Dengan adanya perkembangbiakan

bakteri maka lapisan plak bertambah tebal karena adanya hasil metabolisme dan adesi

bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan dibagian dalam plak berubah menjadi

anaerob. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus mutans berbagai jenis

mikroorganisma lain memasuki plak, hal ini dinamakan “Phenomena of succession”,

pada keadaan ini dengan bertambahnya umur plak, terjadi pergeseran bakteri di

dalam plak (Semaranayake, 2006).

Pada tahap kedua, dihari kedua sampai keempat apabila kebersihan mulut

diabaikan, coccus gram negatif dan bacillus bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi

30%) dimana 15% diantaranya terdiri dari bacillus yang bersifat anaerob. Pada hari

kelima Fusobacterium, Actinomyces dan Veillonella yang aerob bertambah

jumlahnya. Pada saat plak matang dihari ketujuh ditandai dengan munculnya bakteri

jenis Spirochaeta, Vibrio dan jenis filamen terus bertambah, dimana peningkatan

paling menonjol pada Actinomyces naeslundi. Pada hari ke-28 dan ke-29 jumlah

Streptococcus terus berkurang (Semaranayake, 2006 ; Gurenlian, 2007 ; Megananda

dkk., 2009).

2.1.3 Penatalaksanaan Plak Gigi

Page 35: i gusti ketut armiati

Banyak faktor yang mempengaruhi retensi plak gigi antara lain orthodontic

appliances, partial dentures, maloklusi, faulty restorations, kalkulus, poket yang

dalam, mouth breathing, tobacco use, certain medications,dan kebiasaan buruk.

Pengendalian plak gigi melalui berbagai cara telah dilakukan yaitu dengan cara

mekanis, kimia, dan pemberian flouride. Cara mekanis dapat dilakukan dengan teknik

penyikatan gigi yang memenuhi persyaratan ideal. Penyikatan gigi dapat dilakukan

dengan teknik roll dan teknik bass. Kontrol kimia dapat dilakukan melalui berbagai

cara yaitu dengan menekan flora mulut, menghambat kolonisasi bakteri pada

permukaan gigi, menghalangi faktor pembentuk plak gigi misalnya pengikatan

karbohidrat seperti dekstran, melarutkan biofilm yang sudah terbentuk, dan mencegah

mineralisasi. Pemberian fluoride dengan kandungan 90-350 ppm dapat digunakan

sebagai obat kumur untuk mengurangi plak gigi (Megananda dkk., 2009).

Kontrol plak gigi adalah pengambilan dari mikrobial dan pencegahan

akumulasinya pada permukaan gigi serta pada permukaan gusi (gingiva) di sekitarnya

yang bertujuan untuk mengurangi terbentuknya kalkulus. Pengambilan dari mikrobial

akan diikuti oleh meredanya keradangan pada gingiva dari stadium sebelumnya.

Dengan demikian kontrol plak gigi adalah suatu cara yang efektif untuk penanganan

dan pencegahan terjadinya gingivitis sehingga dapat pula dicegah terjadinya kelainan

yang lebih lanjut yaitu penyakit periodontal (Megananda dkk.,2009).

2.2 Streptococcus mutans

2.2.1 Klasifikasi ilmiah Streptococcus mutans

Page 36: i gusti ketut armiati

Streptococcus mutans adalah suatu bakteri yang bersifat facultatively

anaerobic, Gram positif, berbentuk coccus (bulat), tersusun seperti rantai, umumnya

didapatkan di dalam rongga mulut dan termasuk flora normal serta berperan penting

dalam proses terjadinya karies. Bakteri ini termasuk phylum dari Firmicutes dan

merupakan kelompok bakteri yang menghasilkan asam laktat dan pertama kali

ditemukan pada tahun 1924 oleh J. Kilian Clarke (Vinogradov dkk., 2004; Biswas,

2011).

Struktur dinding sel bakteri ini terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan

yang tebal dan kaku (20-80µm) sehingga membedakannya dari dinding sel bakteri

Gram negatif. Dinding sel bakteri ini mengandung berbagai polisakarida juga

mengandung substansi dinding sel yang disebut dengan asam teikoat (teichoic acid)

yang diperkirakan berperan dalam pertumbuhan dan pembelahan sel. Bakteri ini juga

mempunyai sifat antigen spesifik sehingga dapat dimanfaatkan untuk

mengidentifikasi spesies bakteri tersebut secara serologi (Radji, 2010).

Gambar 2.1 Strain Streptococcus mutans dalam kultur Thioglycollate broth (Clarke, 1924)

Page 37: i gusti ketut armiati

Klasifikasi ilmiah dari Streptococcus mutans adalah sebagai berikut (Clarke,

1924):

Kingdom : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacillales

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

2.2.2 Efek patologis dari Streptococcus mutans

Streptococcus mutans bersama-sama dengan Streptococcus sabrinus serta

Lactobacillus memainkan peran yang sangat penting melalui enzim glucansucrase

yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut untuk menghasilkan asam laktat. Asam

yang dihasilkan terus menerus melalui pemecahan substrat yang selalu tersedia, akan

merubah lingkungan rongga mulut menjadi lebih asam (pH 5,2 – 5,5), maka email

mulai mengalami proses demineralisasi sehingga terjadilah karies (Vinogradof dkk.,

2004; Argimȏn dan Caufiled, 2011).

Streptococcus mutans merupakan koloni bakteri pertama yang dijumpai pada

permukaan gigi segera setelah gigi pertama erupsi dan merupakan bakteri yang

memulai terjadinya pertumbuhan plak pada permukaan gigi. Terjadinya hal tersebut

disebabkan karena kemampuan spesifik yang dimiliki oleh bakteri tersebut

Page 38: i gusti ketut armiati

menggunakan sukrosa untuk menghasilkan suatu produk ekstraseluler yang lengket

yang disebut dextran yang berbasis polisakarida dengan perantaraan enzim

dextransucrase (hexocyltransferase). Produk bakteri berupa gel ekstraseluler yang

lengket tersebut memungkinkan bakteri-bakteri yang lain ikut menempel pada

permukaan gigi sehingga terbentuklah plak. Plak terdiri dari berbagai

mikroorganisme yang selain menyebabkan karies gigi dapat juga menyebabkan

terjadinya gingivitis, periodontitis, abses dan halitosis. (Vinogradof dkk., 2004;

Argimȏn dan Caufiled, 2011).

Streptococcus mutans selain menyebabkan karies gigi juga terimplikasi

sebagai patogenesis dari penyakit cardiovaskuler tertentu. Bakteri ini merupakan

spesies terbanyak yang terdeteksi dari hasil ekstirpasi jaringan klep jantung yaitu

sebanyak 68,6% dan dari atheromathous plaque didapatkan 74,1% bakteri (Nakano

dkk., 2006).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kojima dkk. (2012), menunjukkan bahwa

Streptococcus mutans strain on dextran sodium sulfate (DSS) menyebabkan

ulcerative colitis pada tikus percobaan. Sedangkan strain TW 295 akan memperparah

ulcerative colitis dan dalam penelitian yang sama strain Streptococcus mutans ini

ditemukan juga pada sel-sel hati (hepatocytes) yang mengindikasikan bahwa sel-sel

hatipun menjadi target organ dari strain tersebut.

2.3 Karies Gigi

Page 39: i gusti ketut armiati

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan

sementum yang disebabkan aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang

dapat difermentasikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi

yang kemudian diikuti bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan

kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat

menyebabkan nyeri. Penyakit ini menyerang permukaan gigi-geligi yang

mengakibatkan kerusakan mahkota gigi dan apabila tidak dilakukan perawatan akan

meluas ke pulpa dan dapat merusak seluruh mahkota gigi. Hal ini kemudian akan

menimbulkan rasa sakit, terganggunya fungsi mastikasi, terjadi inflamasi jaringan

gingiva dan pembentukan abses pada jaringan sekitar gigi (Rosenberg, 2010).

2.3.1 Etiologi Karies Gigi

Karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi. sukrosa (gula) dari

sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu berubah menjadi

asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) dalam waktu 1-3

menit. Hal ini menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.

Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan

demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari

permukaan gigi (pit, fisura dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa (Kidd,

2005).

Beberapa faktor yang lain yang turut berperan dalam terjadinya karies adalah

oral hygiene perorangan, usia, jenis kelamin, perubahan hormonal, keadaan

xerostomia, pola makan, faktor ekonomi dan sosial budaya, tingkat pendidikan serta

Page 40: i gusti ketut armiati

keadaan geografis. Xerostomia adalah suatu keadaan dimana produksi saliva sangat

sedikit sehingga mulut terasa kering. Keadaan ini dapat meningkatkan frekuensi

karies karena fungsi saliva sebagai buffer dalam rongga mulut menjadi berkurang

(Kustiawan, 2002; Rosenberg, 2010).

Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa

faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Faktor tersebut sangat bervariasi

dan berbeda diantara individu. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya

karies gigi adalah host (gigi dan saliva), Invironment (substrat), agent

(mikroorganisme) dan waktu (Kidd, 2005). Karies gigi hanya akan terbentuk apabila

terjadi interaksi antara keempat faktor tersebut, yaitu :

2.3.1.1 Invironment (substrat)

Substrat adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi dan terlihat

menempel pada permukaan gigi. Karbohidrat dari makanan seperti sukrosa dan

glukosa akan membantu pembuatan asam bagi bakteri dan sintesis polisakarida ekstra

sel. Karbohidrat dengan berat molekul seperti gula akan segera menyerap ke dalam

plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Maka itu makanan dan minuman

yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level

yang dapat menyebabkan demineralisasi email (Seminario dkk., 2005).

Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

Page 41: i gusti ketut armiati

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta

bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies (Seminario dkk., 2005).

2.3.1.2 Agent (mikroorganisme)

Terdapat sejumlah organisme asidogenik yang dapat ditetapkan melalui

kemampuan berkoloni pada gigi untuk menurunkan pH sampai 4,1. Adanya

lingkungan gula yang menguntungkan Streptococcus mutans, Streptococcus

sanguinis, Lactobacillus acidophilus, Caser dan Actinomyces viscosus hampir

memenuhi kriteria ini. Streptococcus mutans merupakan kuman kariogenik karena

mampu segera membuat asam dari karbohidrat, karena fermentasi kuman-kuman

tersebut tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi

(Bratthall, 2004).

2.3.1.3 Host (gigi dan saliva)

Daerah pit dan fisura pada permukaan oklusal gigi sulung dan gigi

permanen merupakan daerah yang paling sering terkena karies. Hal ini disebabkan

oleh sisa-sisa makanan, mikroorganisme yang tertinggal didaerah pit dan fisura yang

dalam serta bulu sikat gigi yang tidak mampu untuk mencapai fisura gigi yang dalam

(Rosenberg,2010).

Di dalam mulut selalu ada saliva yang berkontak dengan gigi. Saliva

berperan dalam menjaga kelestarian gigi. Banyak ahli menyatakan, saliva merupakan

pertahanan pertama terhadap karies. Mereka juga menyatakan bahwa fungsi saliva

sebagai pelicin, pelindung, buffer , pembersih, anti pelarut dan anti bakteri. Namun

demikian saliva juga memegang peranan penting lain yaitu dalam proses

Page 42: i gusti ketut armiati

terbentuknya plak gigi, saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan

mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies gigi (Kidd, 2005).

2.3.1.4 Waktu

Proses terjadinya karies perlu waktu tertentu, karena bakteri kariogenik

butuh waktu lama dalam memfermentasikan karbohidrat menjadi asam yang akan

melarutkan email (Kustiawan,2002).

2.3.2 Pencegahan Karies Gigi

Putri dkk. (2011), menyatakan bahwa langkah-langkah tindakan pencegahan

dalam bidang kedokteran gigi menurut Leavel dan Clark terdiri dari lima tingkatan

pencegahan (five level of preventive) dalam melakukan pendidikan kesehatan, sebagai

berikut:

2.3.2.1 Health promotion

Tahap ini dapat diterapkan pada pencegahan karies gigi,

diantaranya pendidikan kesehatan gigi (dental health education), pendidikan

mengenai gizi, yaitu tuntunan pemberian kualitas makanan yang baik selama

pembentukan dan perkembangan gigi.

2.3.2.2 Specific protection

Tahap ini adalah aplikasi topikal fluor di daerah yang tidak

terjangkau fluoridasi air minum, penutupan fisura, serta kemungkinan dilakukan

imunisasi aktif.

2.3.2.3 Early diagnosis and prompt treatment

Page 43: i gusti ketut armiati

Dilakukan untuk mendeteksi karies gigi dan penyakit mulut lainnya

yang bersamaan dengan program kesehatan gigi. Program ini sebaiknya

dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

2.3.2.4 Disability limitation

Pada tahap ini misalnya kegagalan dalam mendeteksi dini suatu

penyakit atau dalam tahap lanjut yang telah mengenai pulpa sehingga harus

dilakukan perawatan saluran akar atau pencabutan gigi.

2.3.2.5 Rehabilitation

Pada tahap terakhir ini dapat dilakukan penggantian gigi serta

penempatan gigi pada posisi yang tetap, sesuai dengan bentuk dan anatomi gigi

yang hilang.

2.3.3 Penanggulangan karies

Diagnosa dan rencana perawatan karies bertujuan untuk mengembalikan

bentuk dan fungsi gigi serta mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut. Struktur gigi

yang telah rusak tidak dapat sembuh sempurna meskipun pada karies tahap awal

masih terjadi proses remineralisasi. Perawatan karies pada tahap awal yaitu karies

yang baru mencapai email dan dentin dapat dilakukan dengan cara membuang

struktur gigi yang sudah rusak menggunakan high speed drill, kemudian

mengembalikan bentuk anatomi gigi dengan menggunakan bahan restorasi yang

sesuai. Kerusakan yang sudah mencapai pulpa akan menyebabkan terjadinya

kematian pada pulpa sehingga diperlukan perawatan saraf gigi terlebih dahulu dan

Page 44: i gusti ketut armiati

selanjutnya gigi direstorasi dengan bahan tambal yang sesuai (Ritter, 2004;

Rosenberg, 2010).

Pencegahan karies dapat dilakukan dengan banyak cara diantaranya yang

paling murah dan mudah adalah menjaga personal oral hygiene dengan cara

menyikat gigi secara benar dengan waktu yang tepat yakni segera setelah makan

menggunakan pasti gigi yang mengandung fluor, penggunaan dental floss untuk

menghilangkan food debris dan food impacted di antara gigi serta mengatur pola

makan. Disarankan juga untuk memeriksakan kesehatan gigi secara rutin ke fasilitas

pelayanan kesehatan gigi untuk deteksi dini karies, kontrol plak, penutupan fissure

gigi yang dalam (fissure sealant), topical application dengan larutan fluor serta

penggunaan obat kumur yang mengandung antiseptik baik yang kimiawi maupun

yang berasal dari ekstrak tanaman obat untuk mengurangi jumlah plak (Rosenberg

2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Carson dkk. (2006), menunjukkan bahwa

ekstrak teh hijau dan tea tree oil apabila digunakan sebagai obat kumur dapat

menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan membunuh bakteri yang lain

dalam plak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yanti dkk. (2008), menunjukkan

bahwa zat Macelignan yang terdapat dalam daging buah pala dapat mengurangi

biofilm level dari Streptococcus mutans.

2.4 Lidah Buaya (Aloe vera)

Page 45: i gusti ketut armiati

Lidah buaya (Aloe vera) adalah tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan

tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk

perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di

Afrika dan Asia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

pemanfaatan tanaman lidah buaya semakin berkembang sebagai bahan baku industri

farmasi, kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan

(Nurmalina, 2012). Di Indonesia lidah buaya dikenal karena kegunaannya sebagai

tanaman obat untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin

populer karena manfaatnya yang semakin luas (Hartawan, 2012).

Lidah buaya merupakan tanaman asli Ethiopia dan berkembang di beberapa

pegunungan di Afrika. Tanaman ini mempunyai nama yang bervariasi tergantung dari

negara atau wilayah tempat tumbuh yaitu ghikumar (India), kumari (Sanskrit), laloi

(Haiti), lohoi (Vietnam), luhui (China), nohwa (Korea), rokai (Jepang), sabilla

(Kuba), subr (Arab), crocodiles tongues (inggris), jadam (Malaysia), sa’villa

(Spanyol) dan natau (Filipina). Tanaman lidah buaya diduga berasal dari kepulauan

Canary di sebelah barat Afrika. Telah dikenal sebagai obat dan kosmetika sejak

berabad-abad silam. Hal ini tercatat dalam Egyptian Book of Remedies. Di dalam

buku itu dikisahkan bahwa pada zaman Cleopatra (Furnawathi, 2002).

Lidah buaya sudah digunakan oleh bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM.

Sedangkan bangsa Mesir kuno sudah mengenal khasiat lidah buaya sebagai obat

sekitar tahun 1500 SM. Seorang peracik obat-obatan traditional berkebangsaan

Page 46: i gusti ketut armiati

Yunani bernama Dioscordes, menyebutkan bahwa lidah buaya dapat mengobati

berbagai penyakit, misalnya, bisul, kulit memar, pecah-pecah, lecet, rambut rontok,

wasir, dan radang tenggorokan. Bangsa-bangsa lainnya yang telah sejak lama

menggunakan lidah buaya untuk kesehatan antara lain bangsa Arab, Yunani,

Romawi, India, dan China (Nurmalina, 2012).

Beberapa sumber menyatakan bahwa lidah buaya masuk ke Indonesia

dibawa petani keturunan China pada abad ke-17. Pemanfaatan tanaman ini di

Indonesia masih sedikit, terbatas sebagai tanaman hias pekarangan rumah dan

digunakan sebagai penyubur rambut. Pada tahun 1990 petani di Kalimantan Barat

mulai mengusahakan tanaman lidah buaya secara komersial yang diolah menjadi

minuman lidah buaya (Furnawathi, 2002).

Tanaman ini termasuk keluarga Lilicaea yang memiliki 4.000 jenis dan

terbagi ke dalam 240 marga dan 12 anak suku. Berikut ini penggolongan klasifikasi

lidah buaya.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Liliflorae

Suku : Liliceae

Genus : Aloe

Page 47: i gusti ketut armiati

Spesies : Aloe vera

Gambar 2.2 Tumbuhan Lidah Buaya 2.4.1 Morfologi lidah buaya

1. Akar

Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dengan

akar serabut yang panjangnya bisa mencapai 30-40 cm dan berada pada permukaan

tanah. Akibatnya tanaman mudah tumbang karena akar tidak cukup kuat menahan

beban daun lidah buaya yang cukup berat (Nurmalina, 2012).

2. Batang

Tanaman lidah buaya merupakan tanaman yang berbatang pendek.

Batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian

terbenam di dalam tanah. Melalui batang akan muncul tunas-tunas yang kemudian

akan menjadi cabang anak lidah buaya (bibit). Lidah buaya yang bertangkai panjang

juga muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun(Nurmalina, 2012).

Beberapa spesies lidah buaya ada juga yang berbentuk pohon dengan

ketinggian 3-5 m. spesies semacam ini dapat dijumpai di gurun-gurun di Afrika Utara

Page 48: i gusti ketut armiati

dan Amerika. Melalui batang inilah tumbuh tunas yang akan menjadi anakan

(Nurmalina, 2012).

3. Daun

Daun lidah buaya berbentuk tombak dengan helaian memanjang.

Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, dan

mempunyai lapisan lilin di permukaan, serta bersifat sukulen yakni mengandung air,

getah, atau lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian

bawahnya membulat cekung (Furnawathi, 2002). Daun lidah buaya memiliki panjang

mencapai 50-75 cm dengan berat 0,5-1 kg. daun melingkar rapat disekeliling batang

dengan duri lemas di bagian tepi. Getah atau lendir (gel) berwarna kuning dan ujung

meruncing(Nurmalina, 2012).

Pada daun lidah buaya muda, terdapat bercak berwarna hijau pucat

sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah buaya beranjak dewasa. Namun tidak

demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini

kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun juga berjajar gerigi

atau duri yang tumpul dan tidak berwarna (Hartawan, 2012)

4. Bunga

Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil sepanjang 2-3

cm berwarna kuning-oranye. Tersusun sedikit berjuntai melingkari ujung tangkai

yang menjulang ke atas sepanjang sekitar 50-100 cm (Furnawathi, 2002). Bunga

lidah buaya ada juga yang berwarna kemerahan, berupa pipa yang mengumpul, keluar

Page 49: i gusti ketut armiati

dari ketiak daun, berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan,

panjangnya bisa mencapai 1 m (Furnawathi, 2002) .

5. Biji

Biji dihasilkan dari bunga yang telah mengalami penyerbukan. Penyerbukan

biasanya dilakukan oleh burung atau serangga lainnya. Namun, jenis Aloe

barbadensis dan Aloe chinensis tidak membentuk biji atau tidak mengalami

penyerbukan. Kegagalan ini diduga disebabkan oleh serbuk sari steril (pollen

sterility) dan ketidaksesuaian diri (self incompatibility). Karena itu, kedua jenis

tanaman ini berkembang biak secara vegetatif melalui anakan (Jatnika dan

Saptoningsih, 2009).

2.4.2 Kandungan lidah buaya

Lidah buaya tersusun oleh 99,5% air dan dengan total padatan terlarut hanya

0,49% selebihnya mengandung lemak, karbohidrat, protein dan vitamin (Kathuria

dkk, 2011). Lidah buaya mengandung berbagai senyawa biologis aktif, seperti

mannans asetat, polymanannans, antrakuinon, dan berbagai lektin. Lidah buaya juga

mengandung sekitar 75 jenis zat yang telah dikenal bermanfaat dan lebih dari 200

senyawa lain yang membuatnya layak digunakan dalam pengobatan herbal. Daun

lidah buaya sebagian besar berisi daging daun yang mengandung getah bening dan

lekat. Sedangkan bagian luar daun berupa kulit tebal yang berklorofil (Nurmalina,

2012).

Page 50: i gusti ketut armiati

Adapun nutrien yang terkandung dalam lidah buaya terdiri atas karbohidrat,

vitamin dan kalsium. Selain itu vitamin dalam lidah buaya larut dalam lemak,

terdapat pula asam folat dan kholin dalam jumlah kecil. Berikut ini tabel mengenai

bahan-bahan aktif yang terdapat dalam setiap 100 gram bahan lidah buaya.

Tabel 2.2

Kandungan kimia lidah buaya (Hartawan, 2012)

No Komponen Nilai 1 Air 95,51% 2 Total padatan terlarut

Terdiri atas : a. Lemak b. Karbohidrat c. Protein d. Vitamin A e. Vitamin C

0,049%

0,067% 0,043% 0,038% 4.594 IU 3.476 mg

Cairan lidah buaya mengandung unsur utama, yaitu aloin, emoidin, gum, dan

unsur lain seperti minyak atsiri. Aloin merupakan bahan aktif yang bersifat sebagai

antiseptik dan antibiotik. Kandungan aloin pada lidah buaya sebesar 18-25%.

Senyawa tersebut bermanfaat untuk mengatasi berbagai macam penyakit seperti

demam, sakit mata, tumor, penyakit kulit, dan obat pencahar. Beberapa unsur vitamin

dan mineral di dalam lidah buaya dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan

alami, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium, dan Zinc. Antioksidan ini

berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung, dan berbagai penyakit

Page 51: i gusti ketut armiati

degeneratif (Hartawan, 2012). Berikut merupakan komponen yang terkandung dalam

lidah buaya berdasarkan manfaatnya.

Tabel 2.3

Komponen lidah buaya berdasarkan manfaatnya (Hartawan, 2012)

Zat Manfaat

Lignin Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi

sehingga memudahkan peresapan gel ke dalam kulit

Saponin Mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat

antiseptik, serta dapat menjadi bahan pencuci yang baik

Complex Antrakuinone Sebagai bahan laksatif, penghilang rasa sakit,

mengurangi racun, dan antibakteri

Antibiotik Acemannan Sebagai antivirus, antibakteri, antijamur, dapat

menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan daya

tahan tubuh

Enzim Bradykinase,

Karbiksipeptidase

Mengurangi inflamasi, antialergi, dan dapat

mengurangi rasa sakit

Glukomannan,

Mukopolysakarida

Memberi efek imonomodulasi

Tennin, Aloctin A Sebagai anti inflamasi

Salisilat Menghilangkan rasa sakit dan antiinflamasi

Asam Amino Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan serta sebagai

sumber energi. Lidah buara menyediakan 20 dari 22

asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh

Mineral Memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit dan

Page 52: i gusti ketut armiati

berinteraksi dengan vitamin untuk melancarkan fungsi

tubuh

Vitamin A,B1,B2, B6,

B12, C, E, dan Asam Folat

Bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara

normal dan sehat

Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh dengan

cukup lengkap, yaitu vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E,choline, inositol, dan asam

folat. Kandungan mineralnya antara lain terdiri dari kalsium, sodium, besi, Zinc, dan

kromium (Hartawan, 2012). Kandungan enzim-enzimnya, antara lain amylase,

catalase, cellulose, carboxypeptidase, carboxyhelolase, dan brandykinase yang

semuanya penting bagi metabolisme tubuh. Kandungan asam aminonya, yakni

argine, asparagin, asparatic acid, analine, serine, valine, glutamat, threonine,

glycine, lycine, yrozine, proline, histidine, leucine, dan isoliucine (Nurmalina, 2012).

Berikut kandungan nutrisi lidah buaya secara lengkap.

Tabel 2.4

Kandungan nutrisi lidah buaya (Hartawan, 2012)

Bahan Nutrisi

Vitamin A,B1, B2, B12, C, dan E

Mineral Kolin, Inositol, Asam folat, Kalsium, Magnesium,

Potasium, Sodium, Manganase, Cooper, Chloride,

Iron, Zinc dan Chromium

Page 53: i gusti ketut armiati

Enzym Amylase, Catalase, Cellulose, Carboxypedidas, dan

Carboxyphelolase

Asam Amino, Arginine, Asparagin, Asam Aspartat,

Analine, Serine, Glutamic, Theorine, Valine, Glycine,

Lycine, Tyroszine, Phenylalanine, Proline, Histidine,

Leucine, dan Isoleucine

Zat-zat yang bersifat antibakteri dari lidah buaya adalah Antrakuinon,

Saponin, Tanin, Flavonoid, dan Fenolat. Antrakuinon dalam lidah buaya memiliki

fungsi sebagai bahan laksatif, penghilang rasa sakit, mengurangi racun dan

antibakteri (Hartawan, 2012). Antrakuinon merupakan suatu antimikroba yang

berspektrum luas. Lidah buaya mengandung beberapa glikosida antrakuinon

(aloin, aloe-emodin, dan barbaloin). Aloe-emodin bersifat bakterisidal terhadap

Staphilococcus sp. Salah satu mekanismenya adalah dengan menghambat transfer

elektron pada rantai pernapasan mitokondria (Rahardja, 2010). Fenolat merupakan

senyawa turunan fenol. Mekanisme antimikroba pada senyawa fenolat terhadap

bakteri yaitu senyawa fenol dan turunannya yang dapat mengubah sifat protein sel

bakteri (Hidayaningtyas, 2008). Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri

akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan

kemudian sel menjadi rusak (Agustin, 2005).

Saponin merupakan glikosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak

larut dalam eter. Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu

Page 54: i gusti ketut armiati

stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis, jadi

mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang

mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan

membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel

bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Darsana, 2012).

Tanin merupakan salah satu zat aktif pada tumbuhan yang memiliki sifat

antimikroba khususnya pada lidah buaya. Mekanisme tanin sebagai antibakteri

adalah cara mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel

(transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat

sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat (Bachtiar, 2012).

Flavonoid pada lidah buaya memiliki sifat sebagai antioksidan kuat,

Flavonoid merupakan senyawa turunan fenol yang terdapat pada tumbuhan yang larut

dalam air dan dapat di ekstraksi dengan menggunakan etanol. Mekanisme kerja dari

flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain bahwa flavonoid

menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan

lisosom (Sabir, 2005).

Fenolat merupakan senyawa turunan fenol. Mekanisme antimikroba pada

senyawa fenolat terhadap bakteri yaitu senyawa fenol dan turunannya yang dapat

mengubah sifat protein sel bakteri (Hidayaningtyas, 2008). Perubahan struktur

protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga

pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak (Agustin, 2005).

2.4.3 Efek farmakologis lidah buaya

Page 55: i gusti ketut armiati

Lidah buaya berkhasiat sebagai antiinflamasi, antijamur, antibakteri, dan

membantu proses regenerasi sel. Lidah buaya juga dapat mengontrol tekanan darah,

menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat

digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker HIV/AIDS (Nurmalina, 2012).

Drug and Cosmetic Journal menyatakan bahwa rahasia keampuhan lidah

buaya terletak pada kandungan nutrisinya, yakni polisakarida (terutama

glukomannan) yang bekerja sama dengan asam-asam amino esensial dan sekunder,

enzim oksidase, katalase, dan lipase terutama enzim-enzim pemecah protein

(protease). Enzim yang terakhir ini membantu memecahkan jaringan kulit yang sakit

sebagai akibat kerusakan tertentu dan membantu memecah bakteri, sehingga gel lidah

buaya bersifat antibiotik, sekaligus peredam rasa sakit. Sementara itu, asam amino

berfungsi menyusun protein pengganti sel yang rusak (Furnawanthi, 2006).

Lidah buaya bersifat merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam

lendir lidah buaya terkandung zat lignin yang mampu menembus dan meresap

kedalam kulit. Lendir ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit.

Sehingga kulit tidak cepat kering dan terlihat awet muda. Lidah buaya dapat

mengatasi bengkak sendi pada lutut, batuk, dan luka. Lidah buaya juga dapat

membantu mengatasi sembelit atau susah buang air besar karena lendirnya bersifat

pahit dan mengandung laktasit, sehingga merupakan pencahar yang baik (Hartawan,

2012).

Lidah buaya memiliki zat acetylated mannose meupakan imunostimulan

yang kuat dan berfungsi meningkatkan sistem imun. Kandungan aloin dan aloe-

Page 56: i gusti ketut armiati

emodin memiliki efek antipiretik atau dapat mengatasi demam. Lidah buaya

mengandung saponin yang berfungsi sebagai antiseptik sehingga dapat mengatasi

luka yang terbuka dan berfungsi sebagai pembersih. Adanya zat aloecin B yang

terdapat dalam lendir lidah buaya mampu mengatasi eksim, luka bakar, sekaligus

memberikan lapisan pelindung pada bagian yang rusak sehingga dapat mempercepat

proses penyembuhan (Hartawan, 2012).

Etanol adalah senyawa dengan sifat polar dan semi polar maksudnya adalah dapat

berfungsi sebagai pelarut air dan minyak. Penambahan air pada etanol akan

mengurangi daya larut minyak di dalam etanol. Kebanyakan senyawa yang

molekulnya menghasilkan rasa misalnya manis, pahit atau asam biasanya bersifat

polar sedangkan senyawa yang molekulnya menghasilkan aroma biasanya bersifat

non polar. Etanol dapat mengekstraksi senyawa-senyawa aktif dalam jumlah kecil

yang terdapat dalam sediaan bahan alam (Lersch, 2008).

2.5 Chlorhexidine

Salah satu cara untuk mengobati halitosis adalah menggunakan obat kumur

yang bertujuan untuk mengurangi dental plak dan bakteri yang hidup dalam rongga

mulut. Obat kumur yang biasa digunakan adalah Chlorhexidine gluconate 0,2% yang

mengandung: 1.1’-hexamethylene bis [5-(p-chlorophenyl) biguanide] di-D-gluconate)

dalam basis yang mengandung air, alkohol 11,6%, glycerine, PEG-40 sorbitan

diisostearate, flavour, sodium saccharine dan FD&C Blue No.1. Chlorhexidine

diproduksi dengan pH antara 5-7 berupa suatu garam chlorhexidine dan gluconic

Page 57: i gusti ketut armiati

acid. Struktur kimianya terlihat pada gambar dibawah ini (Kuyyakanond & Quenel,

1992):

Gambar 2.5 Struktur Kimia Chlorhexidine gluconate

2.5.1 Farmakologi chlorhexidine 0,2%

Obat kumur Chlorhexidine mempunyai aktivitas antibakteri selama

penggunaannya sebagai oral rinsing. Kemampuannya untuk mengurangi bakteri baik

aerobic maupun anaerobic mencapai 54 – 97%. Obat kumur ini efektif terhadap

bakteri Gram positif dan Grram negatif meskipun terhadap beberapa bakteri Gram

negatif kurang efektif (Shahani & Reddy, 2011). Mekanisme kerja chlorhexidine

dahulu diduga bersifat bakterisid dengan cara menginaktifkan ATPase bakteri namun

ada pendapat lain yang mengatakan bahwa chlorhexidine bersifat bakterisid

kemudian menjadi bakteriostatik dengan cara merusak dinding sel bakteri,

menghambat sistem enzimatik bakteri, mengeluarkan lipopolisakarida bakteri

sehingga menyebabkan kematian sel bakteri (Kuyyakanond & Quenel, 1992; Mandel,

1994).

Penelitian-penelitian terhadap farmakokinetik chlorhexidine gluconate

menunjukkan bahwa 30% bahan aktif obat kumur ini akan tetap berada dalam rongga

Page 58: i gusti ketut armiati

mulut setelah dilakukan kumur-kumur. Bahan aktif yang tertinggal ini selanjutnya

akan dilepaskan perlahan-lahan ke dalam cairan rongga mulut. Chlorhexidine

gluconate sangat sedikit diabsorbsi dalam saluran cerna. Setelah 30 menit seseorang

menelan chlorhexidine gluconate dengan dosis 300 mg maka rata-rata kadar puncak

dalam plasma mencapai 0.206 mikrogram/L dan setelah 12 jam kadar obat dalam

plasma tidak terdeteksi lagi. Kurang lebih 90% chlorhexidine gluconate diekskresi

lewat feses dan sisanya diekskresi lewat urine (Kolahi & Soolari, 2006).

2.5.2 Indikasi penggunaan chlorhexidine 0,12%

Chlorhexidine gluconate diindikasikan sebagai obat kumur untuk mengurangi jumlah

bakteri dalam rongga mulut pada pasien yang menderita gingivitis, periodontitis,

dental trauma, kista rongga mulut dan setelah pencabutan gigi. Obat kumur ini

digunakan dua kali sehari (Kolahi & Soolari, 2006).

2.5.3 Efek samping chlorhexidine 0,12%

Efek samping penggunaan chlorhexidine gluconate sebagai obat kumur telah

banyak dilaporkan. Efek samping yang umum dialami oleh pasien yaitu: 1) terjadinya

staining pada permukaan gigi, restorasi, gigi tiruan dan bagian dorsum lidah. Efek

staining ini akan lebih parah pada pengguna obat kumur yang juga perokok atau

punya kebiasaan mengkonsumsi teh dan kopi; 2) gangguan rasa pengecapan yang

bersifat reversibel; 3) ulcerasi dan deskuamasi pada mukosa; 4) rasa kering dalam

mulut; 5) paresthesia; 6) geographic tongue dengan angka kejadian ± 1% (Menegon

dkk., 2011; Peterson, 2011) .

Page 59: i gusti ketut armiati

2.5.4 Ekstraksi Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut

tetapi mudah larut dalam pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditentukan oleh

tekstur kandungan air bahan – bahan yang akan diekstrak dan senyawa – senyawa

yang akan diisolasi (Harbone, 1996).

Proses pemisahan senyawa dalam simplisia, menggunakan pelarut tertentu sesuai

dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan pelarut berdasarkan kaidah “

like dissolved like ” artinya suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar.

Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam metode, tergantung dari tujuan ekstraksi,

jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan. Metode ekstraksi yang

paling sederhana adalah maserasi (Pratiwi, 2009).

Maserasi adalah perendaman bahan alam yang dikeringkan (simplisia) dalam suatu

pelarut. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak, serta terhindar

dari perubahan kimia senyawa – senyawa tertentu karena pemanasan (Pratiwi, 2009).

Page 60: i gusti ketut armiati

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Plak gigi mempunyai potensi yang cukup besar terhadap terjadinya penyakit

pada jaringan keras gigi (karies) maupun jaringan pendukungnya (periodontitis). Pada

awal terbentuknya dental plak, sebagian besar bakteri adalah Streptococcus mutans

yang merupakan bakteri Gram positif. Untuk mencegah terbentuknya plak gigi dapat

dilakukan dengan plak kontrol, salah satunya dengan kumur-kumur menggunakan

Chlorhexidine gluconate 0,12% sebagai gold standart obat kumur dalam kedokteran

gigi dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terbentuknya biofilm dan

menghambat terjadinya akumulasi plak gigi. Hanya saja memiliki efek samping

seperti warna cokelat pada gigi, beberapa bahan restoratif dan dorsum lidah,

Page 61: i gusti ketut armiati

gangguan rasa, ulserasi mukosa mulut dan paresthesia, unilateral atau bilateral

pembengkakan parotis dan peningkatan pembentukan kalkulus supragingiva dalam

jangka waktu pemakaian yang lama.

Kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis miller) merupakan bahan alternatif

tradisional yang mengandung zat antibakteri dan tidak memiliki efek samping. Zat

antibakteri pada daun lidah buaya memiliki daya hambat kuat terhadap bakteri Gram

positif.

Flavonoid salah satu zat antibakteri yang terdapat pada ekstrak daun lidah

buaya sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif karena

bersifat polar, sehingga lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan pada dinding

bakteri Gram positif yang juga bersifat polar. Fenolat merupakan senyawa turunan

fenol. Mekanisme antimikroba pada senyawa fenolat terhadap bakteri yaitu senyawa

fenol dan turunannya yang dapat mengubah sifat protein sel bakteri. Perubahan

struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel

sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak. Saponin

merupakan glikosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter.

Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel

bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis, jadi mekanisme kerja saponin

termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran

sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan

keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam

nukleat dan nukleotida.

Page 62: i gusti ketut armiati

3.2 Konsep Penelitian

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

Faktor Eksternal:

- Lingkungan rongga mulut

- Suhu - Media - Makanan

Faktor Internal:

- Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan dalam rongga mulut

- Usia - Mikroorganisme - Berkumur

- Ekstrak kulit daun lidah buaya

konsentrasi 100%.

- jumblah bakteri Streptococcus mutans - Akumulasi plak gigi

Page 63: i gusti ketut armiati

3.3 Hipotesis Penelitian

5. Berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat menurunkan

akumulasi plak gigi.

6. Berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat menurunkan

jumblah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut.

7. Tidak ada perbedaan penurunan akumulasi plak gigi antara berkumur dengan

ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dengan berkumur Chlorhexidine

gluconate 0,2%.

8. Tidak ada perbedaan penurunan jumblah koloni bakteri Streptococcus mutans

dalam rongga mulut antara berkumur dengan ekstrak kulit daun lidah buaya

konsentrasi 100% dengan berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2%

Page 64: i gusti ketut armiati

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Plak gigi mempunyai potensi yang cukup besar terhadap terjadinya penyakit

pada jaringan keras gigi (karies) maupun jaringan pendukungnya (periodontitis). Pada

awal terbentuknya dental plak, sebagian besar bakteri adalah Streptococcus mutans

yang merupakan bakteri Gram positif. Untuk mencegah terbentuknya plak gigi dapat

dilakukan dengan plak kontrol, salah satunya dengan kumur-kumur menggunakan

Chlorhexidine gluconate 0,12% sebagai gold standart obat kumur dalam kedokteran

gigi dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terbentuknya biofilm dan

menghambat terjadinya akumulasi plak gigi. Hanya saja memiliki efek samping

seperti warna cokelat pada gigi, beberapa bahan restoratif dan dorsum lidah,

gangguan rasa, ulserasi mukosa mulut dan paresthesia, unilateral atau bilateral

Page 65: i gusti ketut armiati

pembengkakan parotis dan peningkatan pembentukan kalkulus supragingiva dalam

jangka waktu pemakaian yang lama.

Kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis miller) merupakan bahan alternatif

tradisional yang mengandung zat antibakteri dan tidak memiliki efek samping. Zat

antibakteri pada daun lidah buaya memiliki daya hambat kuat terhadap bakteri Gram

positif.

Flavonoid salah satu zat antibakteri yang terdapat pada ekstrak daun lidah

buaya sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif karena

bersifat polar, sehingga lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan pada dinding

bakteri Gram positif yang juga bersifat polar. Fenolat merupakan senyawa turunan

fenol. Mekanisme antimikroba pada senyawa fenolat terhadap bakteri yaitu senyawa

fenol dan turunannya yang dapat mengubah sifat protein sel bakteri. Perubahan

struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel

sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak. Saponin

merupakan glikosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter.

Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel

bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis, jadi mekanisme kerja saponin

termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran

sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan

keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam

nukleat dan nukleotida.

Page 66: i gusti ketut armiati

3.2 Konsep Penelitian

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat menurunkan

akumulasi plak gigi.

Faktor Eksternal:

- Lingkungan rongga mulut

- Suhu - Media - Makanan

Faktor Internal:

- Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan dalam rongga mulut

- Usia - Mikroorganisme - Berkumur

- Ekstrak kulit daun lidah buaya

konsentrasi 100%.

- jumblah bakteri Streptococcus mutans - Akumulasi plak gigi

Page 67: i gusti ketut armiati

2. Berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat

menurunkan jumblah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut.

3. Tidak ada perbedaan penurunan akumulasi plak gigi antara berkumur dengan

ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dengan berkumur

Chlorhexidine gluconate 0,2%.

4. Tidak ada perbedaan penurunan jumblah koloni bakteri Streptococcus mutans

dalam rongga mulut antara berkumur dengan ekstrak kulit daun lidah buaya

konsentrasi 100% dengan berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2%

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah penelitian eksperimental Randomized pretest-posttest

control group design (Pocock, 2008).

K(-) K(+) P

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian.

Keterangan :

P = Populasi R = Random

P R.A S

O1

O5 O6

O2

R

O3 O4

Page 68: i gusti ketut armiati

S = Sampel Ra = Random alokasi K (-) = Kontrol dengan aquadest K (+) = Kelompok kontrol berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2% P = Kelompok perlakuan berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya 100% O1 = Observasi hasil pengukuran akumulasi plak gigi dan penghitungan jumlah bakteri Streptococcus mutans sebelum berkumur aquadest O2 = Observasi hasil pengukuran akumulasi plak gigi dan penghitungan jumlah bakteri Streptococcus mutans setelah berkumur aquadest O3 = Observasi hasil pengukuran akumulasi plak gigi dan penghitungan jumlah bakteri Streptococcus mutans sebelum berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% O4 = Observasi hasil pengukuran akumulasi plak gigi dan penghitungan jumlah bakteri Streptococcus mutans setelah berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% O5 = Observasi hasil pengukuran akumulasi plak gigi dan penghitungan jumlah bakteri Streptococcus mutans sebelum berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2% O6 = Observasi hasil pengukuran akumulasi plak gigi dan penghitungan jumlah bakteri Streptococcus mutans setelah berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2% 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM FKG

Universitas Mahasaraswati dan analisa sampel dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi FK Universitas Udayana Denpasar.

4.2.2 Waktu penelitian

Bulan Februari sampai Desember 2014.

4.3 Penentuan Sumber Data

Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien remaja dan dewasa dengan

umur 15 sampai dengan 40 tahun. Populasi terjangkau adalah pasien datang

Page 69: i gusti ketut armiati

memeriksakan giginya di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM FKG Universitas

Mahasaraswati Denpasar.

4.3.1 Sampel Penelitian Sampel penelitian yang dipilih dari anggota populasi yang memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi. Kriteria sampel yang diterapkan untuk dapat dipilih sebagai

sampel adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria sampel inklusi adalah:

1. Usia 15 – 40 tahun

2. Berbadan sehat

3. Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi rongga

mulut

4. Bersedia sebagai subyek penelitian dari awal sampai selesai dengan

menandatangani informed consent.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah:

1. Memakai kawat gigi

2. Memakai gigi palsu

c. Kritiria drop out

Kritiria drop out adalah :

1. Menarik diri dari subjek penelitian

2. Tidak hadir dua kali berturut-turut saat pemeriksaan

Page 70: i gusti ketut armiati

3. Subyek sakit dan cedera sampai tidak bisa membuka mulut sehingga tidak

bisa mengikuti pemeriksaan

4.3.2 Besar sampel Besarnya sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan asumsi

yang diperoleh dari penelitian pendahuluan terhadap empat orang. Data yang

diperoleh dimasukkan ke dalam rumus (Pocock, 2008) sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah sampel untuk satu kelompok σ = nilai standar deviasi outcome variabel μ1 = rerata outcome variabel sebelum perlakuan μ2 = rerata outcome variabel yang diharapkan setelah perlakuan α = tingkat kesalahan tipe I (0,05) β = tingkat kesalahan tipe II (0,1) f (α,β) = nilai yang ada pada tabel (10,5) Perhitungan sampel dengan data rereta penurunan indek plak gigi sebesar 0,72 dan

standar deviasi 0,19 diperoleh hasil besar sampel 1,46 dibulatkan menjadi 2 sampel.

Perhitungan sampel dengan data rerata jumlah koloni bakteri streptococcus mutans

sebesar 68,00 dan standar deviasi 42,71 diperoleh hasil besar sampel 8,28 dibulatkan

menjadi 9 sampel.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel di atas maka jumlah sampel

yang digunakan adalah 9 sampel ditambahkan 10% menjadi 10 sampel setiap

kelompok, sehingga jumlah total sampel secara keseluruhan menjadi 30 sampel.

Page 71: i gusti ketut armiati

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Mengadakan pemilihan sejumlah sampel dari seluruh populasi berdasarkan

kriteria inklusi.

2. Jumlah sampel yang terpilih, diseleksi lagi berdasarkan kriteria eksklusi.

3. Mengadakan pemilihan besar sampel secara acak sederhana dari subjek yang

terpilih tersebut.

4. Melakukan pembagian kelompok sebanyak dua kelompok dengan cara random

alokasi, kelompok 1 akan menerima perlakuan berkumur Chlorhexidine

gluconate 0,2%. Kelompok 2 akan menerima perlakuan berkumur ekstrak kulit

daun lidah buaya konsentrasi 100%.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Klasifikasi variabel

Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok variabel, yaitu :

1. Variabel bebas:

kumur-kumur dengan Chlorhexidine gluconate 0,2% dan ekstrak kulit daun lidah

buaya konsentrasi 100%.

2. Variabel tergantung :

a. Akumulasi plak gigi

b. jumlah bakteri Streptococcus mutans

Page 72: i gusti ketut armiati

3. Variabel terkendali :

a. Usia.

b. Suhu dan waktu pengeraman bakteri.

c. Volume Chlorhexidine gluconate 0,2%.

d. Volume ekstrak kulit daun lidah buaya 100%.

e. Sterilisasi alat dan bahan.

4. Variabel rambang :

a. Pola makan/minum subjek.

b. Kebiasaan subjek.

c. Kebersihan mulut.

4.4.2 Hubungan Antar Variabel

Variabel bebas

1. Ekstrak kulit daun lidah buaya 100%.

2. Chlorhexidine gluconate

Variabel tergantung 1. Akumulasi plak gigi 2. Jumlah bakteri Streptococcus

mutans

Variabel Rambang

1. Pola makan/ minum subjek

2. Kebiasaan subjek 3. Kebersihan mulut

Variabel terkendali 1. Usia 2. Suhu dan waktu

pengeraman bakteri 3. Volume

Chlorhexidine gluconate 0,2%

4. Volume ekstrak kulit daun lidah buaya 100%

5. Sterilisasi alat dan bahan

Page 73: i gusti ketut armiati

Gambar 4.2 Hubungan Antar Variabel

4.5 Definisi Operasional Variabel 1. Ekstrak kulit daun lidah buaya (aloe barbadensis miller) konsentrasi, 100%

adalah sediaan pekat yang didapat dengan mengektraksi zat aktif dari kulit daun lidah

buaya (aloe barbadensis miller) dengan menggunakan pelarut etanol. Etanol

kemudian dihilangkan dengan cara diuapkan atau evaporasi. Ekstrak kulit daun lidah

buaya 100% diperoleh dengan melarutkan 100 gram ekstrak kulit daun lidah buaya

100% dengan akuades sampai mencapai 100 ml. Subjek berkumur tanpa menelan

selama 60 detik lalu hasil berkumur tersebut dibuang.

2. Berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2% adalah aktivitas berkumur

Chlorhexidine gluconate 0,2% sebanyak 10 ml. Subjek berkumur tanpa menelan

selama 60 detik lalu hasil berkumur tersebut dibuang. Chlorhexidine gluconate 0,2%

yang digunakan adalah Minosep.

3. Akumulasi plak gigi adalah banyaknya kumpulan suatu agregat mikroba sejenis

maupun berbeda jenis yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan pada

benda lain yang berada dalam rongga mulut dan hanya dapat diketahui dengan cara

mengoleskan disclosing agen gel pada permukaan gigi. Permukaan gigi berubah

menjadi warna merah muda, menunjukkan adanya akumulasi plak gigi.

Page 74: i gusti ketut armiati

4. Disclosing Agent Gel adalah zat kimia atau zat pewarna digunakan untuk

membuat plak terlihat oleh mata.Zat yang digunakan adalah Erythrosin. Penggunaan

dengan langsung mengoleskan pada permukaan gigi dengan kapas.

5. Pertumbuhan bakteri adalah selisih jumlah bakteri sebelum perlakuan dengan

setelah perlakuan, dengan cara menghitung jumlah bakteri sesungguhnya dengan

mengalikan jumlah pertumbuhan bakteri yang ada di dalam cawan petri dengan

faktor pengenceran. Satuan pengukuran jumlah pertumbuhan koloni Streptococcus

mutans adalah Colon Forming Unit per milliliter (CFU/ml).

6. Media pengeraman adalah media yang dipakai untuk menumbuhkan bakteri

dalam hal ini berbentuk agar, yang dipakai adalah agar Mueller-Hinton ditambah 5%

darah kambing.

7. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau

makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Usia sampel adalah umur 15-40 tahun

yang keadaan gigi geliginya sudah tumbuh sempurna.

8. Sterilisasi alat dan bahan adalah suatu usaha untuk membebaskan alat dan

bahan–bahan dari segala macam kehidupan terutama kehidupan mikroorganisme.

9. Pola makan/minum adalah pola makan/minum yang biasa mereka terapkan

sehari-hari dan diatur sendiri oleh subjek.

10. Kebiasaan subjek adalah suatu perbuatan yang tetap dilakukan berulang-ulang

dalam hal yang sama, baik disadari maupun tidak disadari.

4.6 Bahan Penelitian

Page 75: i gusti ketut armiati

Bahan penelitian yang dipakai adalah:

1. Ekstrak kulit daun lidah buaya (aloe barbadensis miller) konsentrasi, 100%

adalah sediaan pekat yang didapat dengan mengektraksi zat aktif dari kulit daun

lidah buaya (aloe barbadensis miller) dengan menggunakan pelarut etanol. Etanol

kemudian dihilangkan dengan cara diuapkan atau evaporasi. Ekstrak kulit daun

lidah buaya 100% diperoleh dengan melarutkan 100 gram ekstrak kulit daun lidah

buaya 100% dengan akuades sampai mencapai 100 ml.

2. Chlorhexidine gluconate 0,2 % : menggunakan minosep obat kumur dengan berat

30 ml.

3. Disclosing agent gel: menggunakan dental disclosing gel GC dengan berat 5

gram.

4. Media Mueller Hinton Agar (MHA)

5. Air putih : menggunakan Aqua dengan isi bersih 240 ml.

6. Alkohol : menggunakan alkohol 70% One Med dengan berat 300 ml.

4.7 Instrumen Penelitian

4.7.1 Metode Pemeriksaan Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mengukur skor indeks menggunakan tes Plaque Index

(Index Plaque Personal Hygiene Performance) oleh Martens dan Meskin dengan

prosedur sebagai berikut (Chandra, 2002) :

Indeks plak PHP adalah angka yang menunjukkan jumlah total skor plak gigi yang

diperiksa dibagi jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa. Cara pemeriksaan

Page 76: i gusti ketut armiati

klinis pada plak yang ditentukan berdasarkan indeks plak PHP adalah sebagai

berikut:

Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mahkota gigi bagian labial dan lingual

dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi lima subdivisi, yaitu: D

(distal), G (1/3 tengah gingiva), M (mesial), C (1/3 tengah), I/O (1/3

tengah insisal/oklusal). Pemeriksaan dilakukkan secara sistematis pada:

1. Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas.

2. Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah.

3. Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas.

4. Permukaan bukal gigi molar pertama kiri atas.

5. Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah.

6. Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah.

Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu dengan rumus:

Cara penilaian plak adalah Nilai 0 = tidak ada plak, Nilai 1 = ada plak. Kriteria

penilaian indeks plak PHP, yaitu : sangat baik (0), baik (0,1-0,7), sedang (1,8-3,4),

buruk (3,5-5).

4.7.2 Alat penelitian

4.6.2.1 instrumen untuk perlakuan pada pasien

Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa IP = Jumlah gigi yang diperiksa

Page 77: i gusti ketut armiati

1. Satu set alat diagnostik : neerbecken, kaca mulut, pinset anatomis, sonde lurus,

sonde bengkok merk Medesey dipersiapkan sebanyak 5 set alat diagnostik.

2. Handscone : menggunakan handscone satu kotak merk Sensi Gloves.

3. Masker : menggunakan masker satu kotak merk Evo med isi 25 buah.

4. Lap dada : dipersiapkan sebanyak 50 buah.

5. Gelas kumur : menggunakan gelas aqua sebanyak 50 buah.

6. Cotton buds: menggunakan merk Johnson sebanyak 50 buah.

7. Stop watch: menggunakan merk Casio.

8. Alat tulis : pensil merk Faber Castell, pulpen merk Faster, penghapus merk Faber

Castell, correction pen merk Pentel.

9. Kamera : menggunakan kamera merk Nikon.

10. Form penelitian : data subjek penelitian.

11. Informed consent : persetujuan pasien.

4.6.2.2 Instrumen yang digunakan pada pembuatan media

1. Kompor gas

2. Labu erlenmeyer

3. Batang pengaduk

4. Neraca digital

5. Beaker glass

6. Autoclave

7. Petridisk

8. Tabung reaksi kecil dan rak tabung

Page 78: i gusti ketut armiati

9. Sumbat kapas

4.6.2.3 Instrumen yang digunakan pada penanaman bakteri

1. Pipet ukur

2. Mikropipet dan tip

3. Spectrofotometer

4. Tabung reaksi

5. Lampu spiritus

6. Petridisk steril

7. Sengkelit/ose

8. Jarum penanam

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Tahap persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian adalah :

1. Studi kepustakaan dari buku, jurnal, proseding, internet dan lain-lain yang relevan

dengan topik penelitian.

2. Mengurus surat-surat penelitian.

3. Membuat informed consent.

4. Membuat jadwal pelaksanaan penelitian.

5. Melakukan penentuan sampel secara acak alokasi dengan cara undian berdasarkan

metode yang telah ditentukan.

Page 79: i gusti ketut armiati

6. Menyiapkan alat-alat ukur yang baku dan punya ketelitian yang dapat dipercaya

dan diakui secara ilmiah.

4.8.2 Tahapan pembuatan ekstrak kulit daun lidah buaya

Ekstrak kulit daun lidah buaya dibuat dengan metode maserasi. Lidah buaya

yang dipetik dari Desa Besakih Karangasem yang dipakai adalah kulit daun lidah

buaya (Aloe barbadensis miller) yang tua yaitu daun yang terletak paling bawah.

Sebanyak ± 1kg kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis miller) dicuci bersih

kemudian ditiriskan dan dipotong – potong tipis. Potongan daun lidah buaya

selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari, dengan naungan kain hitam.

Penjemuran dilakukan beberapa hari, sampai potongan daun lidah buaya benar –

benar kering, mudah dipatahkan dengan tangan. Potongan daun lidah buaya yang

sudah kering, selanjutnya dibuat serbuk (simplisia) dengan cara dihancurkan dengan

blender, simplisia yang dihasilkan ± 325 gram. Simplisia siap dimaserasi dengan

merendam ke dalam pelarut etanol 96% sampai terendam seluruhnya selama ± 24

jam, kemudian disaring dengan kertas penyaring. Residu kembali dimaserasi lagi

dengan cara yang sama, sampai tiga kali. Ekstrak atau filtrat hasil maserasi

ditampung menjadi satu dan diuapkan untuk memisahkan pelarutnya. Penguapan

dilakukan dengan menggunakan alat Rotary evaporator pada suhu 45 - 50ºC, sampai

pelarut habis menguap, sehingga didapatkan ekstrak kental daun lidah buaya (Dewi,

2010).

4.8.3 Pembuatan konsentrasi ekstrak kulit daun lidah buaya

Page 80: i gusti ketut armiati

Pembuatan ekstrak kulit daun lidah buaya menggunakan etanol 95% sehingga

diperoleh ekstrak kulit daun lidah buaya 100%. Etanol kemudian dihilangkan dengan

cara diuapkan atau evaporasi.Ekstrak kulit daun lidah buaya 100% diperoleh dengan

melarutkan 100 gram ekstrak kulit daun lidah buaya 100% dengan akuades sampai

mencapai 100 ml. (Anief, 2000).

4.8.4 Pembuatan media

4.8.4.1 Pembuatan media agar Mueller-Hinton

1. Ditimbang 41gr bubuk agar Mueller-Hinton dimasukkan ke

dalam erlenmeyer yang berisi 1500ml akuades steril (75 petri) dan

dilarutkan.

2. Diautoclave dengan tekanan 121 Atm selama 15 menit.

3. Didinginkan dengan waterbath hingga suhu 50ºC, ditambahkan

75ml darah kambing dan dihomogenkan.

4. Setelah itu dituang ke dalam cawan petri dan didinginkan.

5. Ambil 5% dari jumlah total petri yang berisi media dan diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37ºC.

6. Keesokan harinya dicek sterilitas dari pada media, kalau steril

bias dipakai untuk media penanaman Streptococcus mutans.

4.8.4.2 Pembuatan media Tryptone Soya Broth

Page 81: i gusti ketut armiati

1. Ditimbang 3gr bubuk Tryptone Soya Broth dimasukkan ke

dalam erlenmeyer yang berisi 100ml akuades (50 tabung) dan

dilarutkan.

2. Dituang media tersebut ke dalam tabung dengan volume 2ml

ke masing-masing tabung.

3. Diautoclave dengan tekanan 121 Atm selama 15 menit, setelah

itudidinginkan.

4. Ambil 5% dari jumlah total tabung yang berisi media dan diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37ºC.

5. Keesokan harinya dicek sterilitas dari pada media kalau jernih

langsungbisa dipakai.

4.8.4.3 Pembuatan NaCl 0,9%

1. Ditimbang 6,3gr Kristal NaCl dimasukkan ke dalam

erlenmeyer yang berisi 700ml akuades (78 tabung) dan dilarutkan.

2. Dituang NaCl 0,9% tersebut ke dalam tabung dengan volume 9 ml

ke masing-masing tabung.

3. Diautoclave dengan tekanan 121 Atm selama 15 menit, setela

itu didinginkan.

4. Ambil 5% dari jumlah total tabung yang berisi NaCl 0,9% dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC.

Page 82: i gusti ketut armiati

5. Keesokan harinya dicek sterilitas dari pada media kalau jernih

langsung bisa dipakai.

4.8.4.4 Pembuatan media Mannitol Broth

1. Ditimbang 3gr Mannitol Broth dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang

berisi 150ml akuades (75 tabung) dan dilarutkan.

2. Dituang Mannitol Broth tersebut ke dalam tabung dengan volume

2ml ke masing-masing tabung.

3. Diautoclave dengan tekanan 121 Atm selama 15 menit, setelah itu

didinginkan.

4. 5% dari jumlah total tabung yang berisi Mannitol Broth dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC.

5. Keesokan harinya dicek sterilitas dari pada media kalau jernih

langsung bisa dipakai.

4.8.4.5 Pembuatan media Sorbitol Broth

1. Ditimbang 2,6gr Nutrien Broth dimasukkan ke dalam erlenmeyer

yang berisi 200ml akuades (100 tabung) dan dilarutkan.

2. Ditambahkan 2gr Sorbitol extra pure for microbiology (1%)

dan ditambahkan 0,1gr methyl red sebagai indikator.

3. Dituang Sorbitol Broth tersebut ke dalam tabung dengan

volume 2ml ke masing-masing tabung.

Page 83: i gusti ketut armiati

4. Diautoclave dengan tekanan 121 Atm selama 15 menit, setelah itu

didinginkan.

5. Ambil 5% dari jumlah total tabung yang berisi Sorbitol Broth

dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC.

6. Keesokan harinya dicek sterilitas dari pada media kalau jernih langsung

bias dipakai.

4.8.4.6 Pembuatan media Voges Proskauer

1. Ditimbang 2,55gr Voges Proskauer dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer yang berisi 150ml akuades (75 tabung) dan dilarutkan.

2. Dituang Voges Proskauer tersebut ke dalam tabung dengan volume

2ml ke masing-masing tabung.

3. Diautoclave dengan tekanan 121 Atm selama 15 menit, setelah itu

didinginkan.

4. Ambil 5% dari jumlah total tabung yang berisi Voges Proskauer

dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC.

5. Keesokan harinya dicek sterilitas dari pada media kalau jernih

langsung bisa dipakai.

4.8.5 Tahap Pemilihan dan Penentuan Sampel Penelitian

Prosedur pemilihan dan penentuan sampel penelitian adalah :

1. Semua orang yang memenuhi kriteria inklusi sebagai sampel diberikan nomor

urut yang berbeda.

Page 84: i gusti ketut armiati

2. Selanjutnya sampel dipilih secara acak alokasi dengan menggunakan teknik

undian. Jumlahnya sesuai dengan hasil perhitungan yang diperoleh berdasarkan

penelitian pendahuluan.

3. Melakukan pembagian Kelompok Perlakuan secara acak sederhana, dengan

teknik undian sebanyak tiga kelompok.

4.8.6 Tahap pelaksanaan penelitian

Secara garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan

penelitian ini adalah :

1. Sebelum pelaksanaan penelitian, subjek diberikan penjelasan tentang tujuan dan

manfaat penelitian, jadwal dan tempat penelitian, tata laksana penelitian, hak-hak

subjek dalam pelaksanaan penelitian dan bagaimana cara berkumur.

2. Subjek datang ke tempat penelitian, lalu diberikan informed consent. Setelah

subjek setuju untuk diteliti lalu dicatat data-data dari subjek. Setelah itu subjek

mulai diperiksa, subjek diminta menyikat gigi dengan teknik roll dengan alat dan

bahan yang sudah disediakan.

3. Setelah 5 menit pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi

molar atas , turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (

kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.

4. Setelah itu peneliti melakukan pengeringan gigi yang akan diperiksa dengan

menggunakan chip blower dan pengolesan disclosing agent gel pada gigi yang

sudah ditentukan berdasarkan indeks plak PHP. Setelah itu peneliti akan melihat

Page 85: i gusti ketut armiati

ada tidaknya akumulasi plak gigi tersebut dan kemudian peneliti mencatat hasil

pemeriksaan pada lembar penelitian sesuai identitas subjek .

5. Setelah pemeriksaan akumulasi plak gigi; pada Kelompok Perlakuan, subjek

berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya 100% dan pada Kelompok Kontrol,

subjek berkumur aquadest dan Chlorhexidine gluconate 0,2%. Berkumur selama

30 detik dan yang digunakan untuk berkumur sebanyak 10 ml.

6. Setelah berkumur, sampel tidak makan dan minum selama pengambilan sampel.

Setelah 15 menit, Pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal

gigi molar atas , turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar

bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.

7. Setelah itu peneliti melakukan pengeringan gigi yang akan diperiksa dengan

menggunakan chip blower dan pengolesan disclosing agent gel pada gigi yang

sudah ditentukan berdasarkan indeks plak PHP. Setelah itu peneliti akan melihat

ada tidaknya akumulasi plak gigi tersebut dan kemudian peneliti mencatat hasil

pemeriksaan pada lembar penelitian sesuai identitas subjek .

8. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiology Unud

untuk diproses lebih lanjut.

4.8.7 Pembiakan bakteri

Cara yang paling umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri adalah dengan pengenceran:

Page 86: i gusti ketut armiati

1. Dibuat seri pengenceran 10-1 - 10-3 untuk menghitung jumlah bakteri dengan

menggunakan media agar Mueler-Hinton ditambahkan 5% darah kambing

untuk nutrisi pertumbuhan bakteri. Pengenceran dilakukan dengan cara

mengambil 1 ml pada media TSB menggunakan menggunakan mikro pipet

steril dimasukkan ke dalam tabung 9 ml NaCl seri pengenceran 10-1. Setelah

sampel masuk lalu dihomogenkan dengan menarik dan melepaskan pipet

tersebut secara berulang –ulang. Diambil lagi sebanyak 1 ml dari tabung 10-1

dan dipindahkan ke tabung 10-2 secara asepsis dan dihomogenkan kembali

dengan cara menarik dan melepas pipet tersebut. Hal terebut terus dilakukan

sampai pada pengenceran 10-3. Setiap tingkat pengenceran digunakan pipet

yang baru sehingga hasil benar-benar akurat.kemudian ditanam pada media.

Diinkubasi pada suhu 37◦C, hasil pembiakan dilihat 2x 24jam.

2. Penghitungan jumlah bakteri dihitung secara manual dari koloni bakteri yang

tumbuh. Beri tanda pada dasar petri dan dihitung jumlah koloni dengan

mengalikan faktor pengenceran. Jumlah yang terbaik adalah 30 sampai 300

koloni. Cara penghitungan jumlah bakteri Streptococcus viridans

sesungguhnya dengan mengalikan jumlah koloni yang ada di dalam cawan

petri dengan faktor pengenceran (Fardiaz, 1992).

3. Koloni yang tumbuh diidentifikasi dengan pewarnaan Gram untuk

memastikan bahwa koloni tersebut adalah Streptococcus viridans. Tahap-tahap

pewarnaan Gram :

Page 87: i gusti ketut armiati

a. Koloni Streptococcus diambil dengan ose steril diratakan satu

ulasan saja dan disebarkan supaya sel merata di atas kaca objek

yang telah diberi setetes akuades steril. Keringkan ulasan

tersebut sambil memfiksasinya kemudian didiamkan diatas api

Bunsen.Setelah benar-benar dan tersebar selanjutnya ke tahap

berikutnya.

b. Preparat di tetesi dengan larutan Karbol Gentian Violet dan didiamkan

selama 1-3 menit yang selanjutnya disiram dengan air yang mengalir.

c. Ditetesi lagi dengan larutan Lugol/Iodine dan di diamkan selama

– 1 menit, disiram dengan air yang mengalir.

d. Selanjutnya ditetesi dengan alkohol 96% di diamkan selama - menit,

disiram dengan air yang mengalir.

e. Terakhir dengan air Fuchsin didiamkan 1-3 menit disiram dengan

air mengalir.

4. Dengan ose steril koloni dipindahkan ke agar darah untuk mendapatkan

bakteri Streptococcus yang murni, dimasukkan ke incubator selama 24 jam

pada suhu 37ºC. Gram positip ( + ) akan terlihat bakteri berwarna ungu,

bentuk jelas (kokus).

5. Uji Optochin discs dilakukan dengan cara : dibuat suspense

Streptococcus mutans dibuat dari koloni yang tumbuh pada media MHB.

Dari koloni tersebut diambil 1-2 koloni dimasukkan ke dalam media NaCl

Page 88: i gusti ketut armiati

0,9%, dibuat kekeruhan setara dengan 0,5 Mac-Farland (108 CFU/ml). Lidi

kapas steril dicelupkan ke dalam suspensi tersebut di atas dan diperas

pada dinding tabung supaya cairan yang diambil tidak berlebihan.

Kemudian dioleskansecara merata 3 radian pada media MHB dan

ditempelkan Optochin discs dimasukkan ke inkubator selama 24 jam pada

suhu 37ºC. Keesokan harinya dilihat adanya zona bening (5

mm) berarti Streptococcus pneumonia (S) dan kalau tidak ada zona

bening berarti Streptococcus viridans (R).

6. Uji biokimia (Mannitol, Sorbitol dan Voges proskauer) Koloni

Streptococcus viridans diambil dengan ose steril 2-3 koloni

dimasukkan kedalam media Mannitol, Sorbitol dan Voges proskauer,

diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Keesokannya dilihat

adanya perubahan warna dari merah menjadi kuning berarti positif pada

media Mannitol dan sorbitol. Media VP ditambahkan reagen kova`c dan

diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37ºC. Hasil positif menunjukkan

warna merah anggur. Berdasarkan reaksi biokimia di atas menunjukkan

bahwa koloni Streptococcus viridans merupakan Streptococcus mutans.

Page 89: i gusti ketut armiati

4.9 Alur Penelitian

POPULASI

KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSKLUSI

PENGAMBILAN SAMPEL

RANDOM ALOKASI

KONTROL (-) PERLAKUAN

OBSERVASI - akumulasi plak gigi -jumblah bakteri Streptococcus mutans

Berkumur

aquadest Berkumur ekstrak

kulit daun lidah buaya 100%

OBSERVASI - akumulasi plak gigi -jumblah bakteri Streptococcus mutans

OBSERVASI - akumulasi plak gigi -jumblah bakteri Streptococcus mutans

OBSERVASI - akumulasi plak gigi -jumblah bakteri Streptococcus mutans

KONTROL(+)

OBSERVASI - akumulasi plak gigi -jumblah bakteri Streptococcus mutans

Berkumur Chlorhexidine

gluconate 0,2%

OBSERVASI - akumulasi plak gigi -jumblah bakteri Streptococcus mutans

Page 90: i gusti ketut armiati

Gambar 4.4 Alur penelitian

4.10 Analisis Data

Untuk menganalisis data hasil penelitian,dipakai :

1. Analisis deskriptif : analisis data untuk memberikan gambaran tentang

karakteristik data yang didapatkan dari hasil penelitian

2. Uji Normalitas dan Homogenitas

a. Uji Normalitas dengan uji Shapiro-Wilk (SW) karena sampelnya < 30

b. Uji Homogenitas dengan Levene’s test

3. Uji efek perlakuan /analisis komparasi

Bagi data yang berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji statistic

parametric yaitu:

Uji One Way Anova untuk membandingkan post –test masing-masing kelompok

ANALISIS DATA

Page 91: i gusti ketut armiati

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian eksperimental dengan rancangan Randomized pretest-posttest control

group design, melibatkan 30 orang pasien remaja dan dewasa dengan umur 15-40

tahun di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM FKG Universitas Mahasaraswati

Denpasar sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok

kontrol negatif yang berkumur aquadest, kelompok kontrol positif yang berkumur

dengan Chlorhexidine gluconate 0,2%, dan kelompok perlakuan yang berkumur

dengan ekstrak kulit daun lidah buaya 100%. Dalam bab ini akan diuraikan uji

normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.1 Uji Normalitas Data

Data akumulasi plak gigi dan bakteri Streptococcus mutans sebelum dan sesudah

perlakuan diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya

Page 92: i gusti ketut armiati

menunjukkan bahwa data plak gigi dan bakteri Streptococcus mutans berdistribusi

normal (p>0,05), hasil analisis disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Uji Normalitas Data Plak Gigi dan Bakteri Streptococcus Mutans

Kelompok Subjek n p Ket. Plak gigi kontrol negatif pre Plak gigi kontrol positif pre Plak gigi perlakuan pre Plak gigi kontrol negatif post Plak gigi kontrol positif post Plak gigi perlakuan post Bakteri Streptococcus mutans kontrol negatif pre Bakteri Streptococcus mutans kontrol positif pre Bakteri Streptococcus mutans perlakuan pre Bakteri Streptococcus mutans kontrol negatif post Bakteri Streptococcus mutans kontrol positif post Bakteri Streptococcus mutans perlakuan post

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

0,110 0,058 0,083 0,560 0,281 0,374 0,060 0,073 0,573 0,548 0,084 0,121

Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

5.2 Uji Homogenitas Data

Data akumulasi plak gigi dan bakteri Streptococcus mutans sebelum dan sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya

menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2 berikut.

Page 93: i gusti ketut armiati

Tabel 5.2 Homogenitas Data Plak Gigi dan Bakteri Streptococcus Mutans antar Kelompok

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F P Keterangan

Plak gigi pre

Plak gigi kontrol post

Bakteri Streptococcus mutans pre

Bakteri Streptococcus mutans post

1,055

2,256

1,235

1,702

0,362

0,124

0,307

0,268

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

5.3 Akumulasi Plak Gigi

5.3.1 Uji Komparabilitas

Uji komparabilitas dianalisis berdasarkan rerata akumulasi plak gigi antar kelompok

sebelum diberikan perlakuan berupa berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya 100%.

Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3

berikut.

Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok Sebelum Berkumur

Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 100%

Kelompok Subjek n Rerata

Akumulasi Plak Gigi

SB F P

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Perlakuan

10

10

10

2,15

1,92

2,08

0,37

0,60

0,49

0,565 0,575

Page 94: i gusti ketut armiati

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol

negatif adalah 2,15±0,37, rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol positif adalah

1,92±0,60, dan rerata akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah 2,08±0,49.

Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,565

dan nilai p = 0,575. Hal ini berarti bahwa rerata akumulasi plak gigi pada ketiga

kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda secara (p>0,05).

5.3.2 Analisis Efek Perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata akumulasi plak gigi antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya 100%.

Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.4

berikut.

Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok Sebelum Berkumur

Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 100%

Kelompok Subjek n Rerata

Akumulasi Plak Gigi

SB F P

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Perlakuan

10

10

10

1,61

1,04

1,21

0,20

0,39

0,44

6,64 0,005

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol

Page 95: i gusti ketut armiati

negatif adalah 1,61±0,20, rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol positif adalah

1,04±0,39, dan rerata akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah 1,21±0,44.

Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 6,64

dan nilai p = 0,005. Hal ini berarti bahwa rerata akumulasi plak gigi pada ketiga

kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Akumulasi Plak Gigi Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar Kelompok Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan

uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan pada

Tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5 Beda Nyata Terkecil Akumulasi Plak Gigi Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata P Interpretasi

Page 96: i gusti ketut armiati

Kontrol Negatif dan Kontrol Positif Kontrol Negatif dan Perlakuan Kontrol Positif dan Perlakuan

0,57 0,40 0,17

0,001 0,019 0,299

Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna

Tidak Berbeda

Uji lanjutan dengan uji Least Significant Difference–test (LSD) di atas mendapatkan

hasil sebagai berikut.

1. Rerata kelompok kontrol negatif berbeda dengan kelompok kontrol positif

(rerata kelompok kontrol negatif lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol

positif).

2. Rerata kelompok kontrol negatif berbeda dengan kelompok perlakuan (rerata

kelompok kontrol negatif lebih tinggi daripada rerata kelompok perlakuan).

3. Rerata kelompok kontrol positif tidak berbeda dengan kelompok perlakuan

(rerata kelompok kontrol positif lebih rendah daripada rerata kelompok

perlakuan).

5.4 Bakteri Streptococcus Mutans

5.4.1 Uji Komparabilitas

Uji komparabilitas dianalisis berdasarkan rerata bakteri Streptococcus mutans antar

kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa berkumur ekstrak kulit daun lidah

buaya 100%. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada

Tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6 Perbedaan Rerata Bakteri Streptococcus Mutans Antar Kelompok Sebelum

Berkumur Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 100%

Page 97: i gusti ketut armiati

Kelompok Subjek n Rerata Bakteri Streptococcus

Mutans SB F P

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Perlakuan

10

10

10

6114,80

6062,67

5760,80

2733,93

2179,54

2297,79

0,063 0,939

Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata bakteri Streptococcus mutans kelompok

kontrol negatif adalah 6114,80±2733,93, rerata bakteri Streptococcus mutans

kelompok kontrol positif adalah 6062,67±2179,54, dan rerata bakteri Streptococcus

mutans kelompok perlakuan adalah 5760,80±2297,79. Analisis kemaknaan dengan

uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,063 dan nilai p = 0,939. Hal ini

berarti bahwa rerata bakteri Streptococcus mutans pada ketiga kelompok sebelum

diberikan perlakuan tidak berbeda secara (p>0,05).

5.4.2 Analisis Efek Perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata bakteri Streptococcus mutans antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa berkumur ekstrak kulit daun lidah

buaya 100%. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada

Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Perbedaan Rerata Bakteri Streptococcus Mutans Antar Kelompok SeSudah

Berkumur Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 100%

Page 98: i gusti ketut armiati

Kelompok Subjek n Rerata Bakteri Streptococcus

Mutans SB F P

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Perlakuan

10

10

10

3683,34

1751,67

1636,67

921,63

803,87

923,05

7,64 0,002

Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata bakteri Streptococcus mutans kelompok

kontrol negatif adalah 3683,34±921,63, rerata bakteri Streptococcus mutans

kelompok kontrol positif adalah 1751,67±803,87, dan rerata bakteri Streptococcus

mutans kelompok perlakuan adalah 1636,67±923,05. Analisis kemaknaan dengan uji

One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 7,64 dan nilai p = 0,002. Hal ini

berarti bahwa rerata bakteri Streptococcus mutans pada ketiga kelompok sesudah

diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Page 99: i gusti ketut armiati

Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Bakteri Streptococcus Mutans Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar Kelompok Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan

uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan pada

Tabel 5.8 di bawah ini.

Tabel 5.8 Beda Nyata Terkecil Bakteri Streptococcus Mutans Sesudah Perlakuan antar

Kelompok

Kelompok Beda Rerata P Interpretasi

Kontrol Negatif dan Kontrol Positif Kontrol Negatif dan Perlakuan Kontrol Positif dan Perlakuan

1931,67 2046,67 115,00

0,001 0,019 0,299

Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna

Tidak Berbeda

Uji lanjutan dengan uji Least Significant Difference–test (LSD) di atas mendapatkan

hasil sebagai berikut.

1. Rerata kelompok kontrol negatif berbeda dengan kelompok kontrol positif

(rerata kelompok kontrol negatif lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol

positif).

2. Rerata kelompok kontrol negatif berbeda dengan kelompok perlakuan (rerata

kelompok kontrol negatif lebih tinggi daripada rerata kelompok perlakuan).

3. Rerata kelompok kontrol positif tidak berbeda dengan kelompok perlakuan

(rerata kelompok kontrol positif lebih tinggi daripada rerata kelompok

perlakuan).

Page 100: i gusti ketut armiati

BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

6.1. Subyek Penelitian

Untuk menguji efek berkumur dengan ekstrak kulit daun lidah buaya terhadap

penurunan akumulasi plak gigi dan bakteri Streptococcus mutans, maka dilakukan

penelitian eksperimental dengan rancangan Randomized pretest-posttest control

group design, melibatkan 30 orang pasien remaja dan dewasa dengan umur 15-40

tahun di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM FKG Universitas Mahasaraswati

Denpasar sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok

kontrol negatif yang berkumur aquadest, kelompok kontrol positif yang berkumur

dengan Chlorhexidine gluconate 0,2%, dan kelompok perlakuan yang berkumur

dengan ekstrak kulit daun lidah buaya 100%.

6.2 Distribusi dan Homogenitas Data Hasil Penelitian

Page 101: i gusti ketut armiati

Data hasil penelitian berupa akumulasi plak gigi dan bakteri Streptococcus

mutans sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya.

Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas

data dan uji homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis

didapatkan bahwa masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p >

0,05).

6.3 Pengaruh Berkumur Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya

Terhadap Akumulasi Plak Gigi dan Jumlah Koloni Bakteri

Strptococcus Mutans

Sebelum perlakuan rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol negatif adalah

2,15±0,37, rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol positif adalah 1,92±0,60,

dan rerata akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah 2,08±0,49. Analisis

kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,565 dan nilai

p = 0,575. Hal ini berarti bahwa rerata akumulasi plak gigi pada ketiga kelompok

sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda (p>0,05).

Sedangkan sesudah perlakuan rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol negatif

adalah 1,61±0,20, rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol positif adalah

1,04±0,39, dan rerata akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah 1,21±0,44.

Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 6,64

75

Page 102: i gusti ketut armiati

dan nilai p = 0,005. Hal ini berarti bahwa rerata akumulasi plak gigi pada ketiga

kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Sebelum perlakuan rerata bakteri Streptococcus mutans kelompok kontrol negatif

adalah 6114,80±2733,93, rerata bakteri Streptococcus mutans kelompok kontrol

positif adalah 6062,67±2179,54, dan rerata bakteri Streptococcus mutans kelompok

perlakuan adalah 5760,80±2297,79. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

menunjukkan bahwa nilai F = 0,063 dan nilai p = 0,939. Hal ini berarti bahwa rerata

bakteri Streptococcus mutans pada ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan

tidak berbeda secara (p>0,05).

Setelah perlakuan, rerata bakteri Streptococcus mutans kelompok kontrol negatif

adalah 3683,34±921,63, rerata bakteri Streptococcus mutans kelompok kontrol

positif adalah 1751,67±803,87, dan rerata bakteri Streptococcus mutans kelompok

perlakuan adalah 1636,67±923,05. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

menunjukkan bahwa nilai F = 7,64 dan nilai p = 0,002. Hal ini berarti bahwa rerata

bakteri Streptococcus mutans pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan

berbeda secara bermakna (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian pada penelitian ini ddapatkan bahwa berkumur dengan

ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat menurunkan akumulasi plak

gigi sebesar 24,85% dan menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans

dalam rongga mulut sebesar 55,57% dibandingkan berkumur dengan aquadest. Lebih

Page 103: i gusti ketut armiati

lanjut didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan penurunan akumulasi plak gigi dan

jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut dibandingkan

berkumur dengan Chlorhexidine gluconate 0,2%.

Hal ini disebabkan karena kulit daun lidah buaya bersifat antibakteri, antiimflamasi,

dapat meredam rasa sakit,tidak tosik, dan sampai saat ini merupakan salah satu dari

10 tanaman terlaris didunia yang berpontensi untuk dikembangkan sebagai tanaman

obat (Furnawanthi, 2002). Untuk membuktikan bahwa adanya senyawa aktif di dalam

lidah buaya yang mengandung senyawa antibakteri, maka dilakukan uji identifikasi

fitokimia terhadap ekstrak kulit daun lidah buaya. Senyawa antibakteri yang di uji

identifikasi fitokimia antara lain flavonoid, saponin, tanin, antrakuinon, dan fenolat.

Flavonoid merupakan senyawa turunan fenol yang terdapat pada tumbuhan yang larut

dalam air dan dapat di ekstraksi dengan menggunakan etanol. Mekanisme kerja dari

flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain bahwa flavonoid

menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan

lisosom (Sabir, 2005).

Saponin merupakan glikosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut

dalam eter. Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas

membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis, jadi mekanisme

kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu

permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel

dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu

protein, asam nukleat dan nukleotida (Darsana, 2012).

Page 104: i gusti ketut armiati

Antrakuinon merupakan suatu antimikroba yang berspektrum luas. Lidah buaya

mengandung beberapa glikosida antrakuinon (aloin, aloe-emodin, dan barbaloin).

Aloe-emodin bersifat bakterisidal terhadap Sreptococcus mutans. Salah satu

mekanismenya adalah dengan menghambat transfer elektron pada rantai pernapasan

mitokondria (Rahardja, 2010). Fenolat merupakan senyawa turunan fenol.

Mekanisme antimikroba pada senyawa fenolat terhadap bakteri yaitu senyawa fenol

dan turunannya yang dapat mengubah sifat protein sel bakteri (Hidayaningtyas,

2008). Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan

permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel

menjadi rusak (Agustin, 2005).

Tanin merupakan salah satu zat aktif pada tumbuhan yang memiliki sifat antimikroba

khususnya pada lidah buaya. Mekanisme tanin sebagai antibakteri adalah cara

mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari

sel satu ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga

pertumbuhan bakteri dapat terhambat (Bachtiar, 2012).

Menurut Kathuria N dkk. (2011), zat-zat aktif yang terdapat dalam lidah

buaya meliputi monosakarida, polisakarida, asam aminoesensial, dan non-esensial,

antrakuinon, enzim, mineral, vitamin, protein, lignin, asam salisilat, saponin, sterol,

tanin, magnesium laktat dan senyawa antiprostaglandin. Zat yang bersifat antibakteri

adalah antrakuinon, saponin dan tannin. Secara spesifik dilaporkan bahwa ekstrak

lidah buaya (aloe vera) mengandung bahan aktif yang mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Maka dapat dikatakan bahwa lidah buaya

Page 105: i gusti ketut armiati

sensitif sebagai antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli. Penelitian yang

dilakukan oleh Isabela (2009), menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya mampu

menghambat pertumbuhan pseudomonas aeruginosa secara in vitro. Penelitian yang

dilakukan oleh Ariyanthi dkk. (2012) menemukan bahwa ekstrak kulit daun lidah

buaya (Aloe barbadensis Miller) mampu menghambat pertumbuhan bakteri

staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti secara in vitro

pada ekstrak kulit daun lidah buaya dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%

terhadap bakteri streptococcus mutans terdapat zona hambat pada konsentrasi 50%,

75% dan 100%. Pada konsentrasi 50% terdapat zona hambat dengan rata-rata

diameter 11 mm, pada konsentrasi 75% terdapat zona hambat dengan diameter rata-

rata 14 mm dan 100% terdapat zona hambat dengan diameter rata-rata 15 mm. Rata-

rata diameter zona hambat untuk Clorhexidin 0,2% sebesar 17 mm. Lebih lanjut

diketahui bahwa lidah buaya mengandung berbagai senyawa biologis aktif, seperti

mannans asetat, polymanannans, antrakuinon, dan berbagai lektin. Lidah buaya juga

mengandung sekitar 75 jenis zat yang telah dikenal bermanfaat dan lebih dari 200

senyawa lain yang membuatnya layak digunakan dalam pengobatan herbal. Daun

lidah buaya sebagian besar berisi daging daun yang mengandung getah bening dan

lekat. Sedangkan bagian luar daun berupa kulit tebal yang berklorofil (Nurmalina,

2012). Di samping itu, lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan

tubuh dengan cukup lengkap, yaitu vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E,choline,

inositol, dan asam folat. Kandungan mineralnya antara lain terdiri dari kalsium,

Page 106: i gusti ketut armiati

sodium, besi, Zinc, dan kromium (Hartawan, 2012). Kandungan enzim-enzimnya,

antara lain amylase, catalase, cellulose, carboxypeptidase, carboxyhelolase, dan

brandykinase yang semuanya penting bagi metabolisme tubuh. Kandungan asam

aminonya, yakni argine, asparagin, asparatic acid, analine, serine, valine, glutamat,

threonine, glycine, lycine, yrozine, proline, histidine, leucine, dan isoliucine

(Nurmalina, 2012).

Zat yang bersifat antibakteri dari lidah buaya adalah Antrakuinon, Saponin,

Tanin, Flavonoid, dan Fenolat. Antrakuinon dalam lidah buaya memiliki fungsi

sebagai bahan laksatif, penghilang rasa sakit, mengurangi racun dan antibakteri

(Hartawan, 2012). Antrakuinon merupakan suatu antimikroba yang berspektrum

luas. Lidah buaya mengandung beberapa glikosida antrakuinon (aloin, aloe-

emodin, dan barbaloin). Aloe-emodin bersifat bakterisidal terhadap

Staphilococcus sp. Salah satu mekanismenya adalah dengan menghambat transfer

elektron pada rantai pernapasan mitokondria (Rahardja, 2010).

Fenolat merupakan senyawa turunan fenol. Mekanisme antimikroba pada

senyawa fenolat terhadap bakteri yaitu senyawa fenol dan turunannya yang dapat

mengubah sifat protein sel bakteri (Hidayaningtyas, 2008). Perubahan struktur

protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga

pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak (Agustin, 2005).

Demikian juga saponin merupakan glikosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi

tidak larut dalam eter. Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu

stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis, jadi

Page 107: i gusti ketut armiati

mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang

mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan

membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel

bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Darsana, 2012). Sedangkan tanin

merupakan salah satu zat aktif pada tumbuhan yang memiliki sifat antimikroba

khususnya pada lidah buaya. Mekanisme tanin sebagai antibakteri adalah cara

mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari

sel satu ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga

pertumbuhan bakteri dapat terhambat (Bachtiar, 2012).

Selanjutnya flavonoid pada lidah buaya memiliki sifat sebagai antioksidan

kuat, Flavonoid merupakan senyawa turunan fenol yang terdapat pada tumbuhan

yang larut dalam air dan dapat di ekstraksi dengan menggunakan etanol. Mekanisme

kerja dari flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain bahwa

flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri,

mikrosom, dan lisosom (Sabir, 2005). Fenolat merupakan senyawa turunan fenol.

Mekanisme antimikroba pada senyawa fenolat terhadap bakteri yaitu senyawa fenol

dan turunannya yang dapat mengubah sifat protein sel bakteri (Hidayaningtyas,

2008). Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan

permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel

menjadi rusak (Agustin, 2005).

Karena lidah buaya berkhasiat sebagai antiinflamasi, antijamur, antibakteri,

maka lidah buaya mampu membantu proses regenerasi sel. Lidah buaya juga dapat

Page 108: i gusti ketut armiati

mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit

kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker HIV/AIDS

(Nurmalina, 2012).

Drug and Cosmetic Journal menyatakan bahwa rahasia keampuhan lidah

buaya terletak pada kandungan nutrisinya, yakni polisakarida (terutama

glukomannan) yang bekerja sama dengan asam-asam amino esensial dan sekunder,

enzim oksidase, katalase, dan lipase terutama enzim-enzim pemecah protein

(protease). Enzim yang terakhir ini membantu memecahkan jaringan kulit yang sakit

sebagai akibat kerusakan tertentu dan membantu memecah bakteri, sehingga gel lidah

buaya bersifat antibiotik, sekaligus peredam rasa sakit. Sementara itu, asam amino

berfungsi menyusun protein pengganti sel yang rusak (Furnawanthi, 2006). Lidah

buaya bersifat merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam lendir lidah

buaya terkandung zat lignin yang mampu menembus dan meresap kedalam kulit.

Lendir ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit. Sehingga kulit

tidak cepat kering dan terlihat awet muda. Lidah buaya dapat mengatasi bengkak

sendi pada lutut, batuk, dan luka. Lidah buaya juga dapat membantu mengatasi

sembelit atau susah buang air besar karena lendirnya bersifat pahit dan mengandung

laktasit, sehingga merupakan pencahar yang baik (Hartawan, 2012).

Zat acetylated mannose yang dimilikinya meupakan imunostimulan yang

kuat dan berfungsi meningkatkan sistem imun. Kandungan aloin dan aloe-emodin

memiliki efek antipiretik atau dapat mengatasi demam. Lidah buaya mengandung

saponin yang berfungsi sebagai antiseptik sehingga dapat mengatasi luka yang

Page 109: i gusti ketut armiati

terbuka dan berfungsi sebagai pembersih. Adanya zat aloecin B yang terdapat dalam

lendir lidah buaya mampu mengatasi eksim, luka bakar, sekaligus memberikan

lapisan pelindung pada bagian yang rusak sehingga dapat mempercepat proses

penyembuhan (Hartawan, 2012). Etanol adalah senyawa dengan sifat polar dan semi

polar maksudnya adalah dapat berfungsi sebagai pelarut air dan minyak. Penambahan

air pada etanol akan mengurangi daya larut minyak di dalam etanol. Kebanyakan

senyawa yang molekulnya menghasilkan rasa misalnya manis, pahit atau asam

biasanya bersifat polar sedangkan senyawa yang molekulnya menghasilkan aroma

biasanya bersifat non polar. Etanol dapat mengekstraksi senyawa-senyawa aktif

dalam jumlah kecil yang terdapat dalam sediaan bahan alam (Lersch, 2008).

Untuk memperoleh daya hambat antibakteri yang optimal perlu dilakukan identifikasi

senyawa flavonoid yang merupakan zat antibakteri utama pada kulit daun lidah

buaya. Dalam suatu penelitian untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid pada lidah

buaya dilakukan dengan cara berikut: Senyawa flavonoid yang terdapat dalam ekstrak

etanol 96% diisolasi dengan menggunakan metode Charaux – Paris. Dilakukan

fraksinasi ekstrak etanol 96% menggunakan pelarut chloroform, etilasetat dan tiga

kali dengan n-butanol, kemudian dari fraksi n-butanol ini dilakukan isolasi flavonoid

memakai kromatografi kertas preparatif dan diidentifikasi dengan spektrofotometer

Ultra Violet (UV) dan infrared, enam senyawa flavonoid berhasil diisolasi (Wijono,

2003).

Page 110: i gusti ketut armiati

DAFTAR PUSTAKA Agustin, D. W. 2005, Perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara hydrogen peroksida 3% dan infusum daun sirih 20% terhadap bakteri mix, Majalah Kedokteran Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 1. Hal 45–7. Anief. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. p. 25. Anonim, 2014. Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Badan Litbangkes. 3:18-20 Argimõn, S., and Caufiled, P.W. 2011. Distribution of Putative Virulence genes in Streptococcus mutans Strain does not Correlate with Caries Experience. Journal of Clinical Microbiology. 49(3): 984-92 Astoeti, T. E. 2010. Lakukan Perawatan Gigi Menyeluruh. Available from : http://www.pdgi-online.com (Acces 23 Desember 2010). Bachtiar, S. Y., Tjahjaningsih, W., dan Sianita, N. 2012, Pengaruh ekstrak alga cokelat (Sargassum sp) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 1 No. 1, Hal 53 – 60. Biswas, S., dan Biswas, I. 2011. Role of VitAB, an ABC Transporter Complex in Viologen Tolerance in Streptococcus mutans. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 55(4): 1460-9 Bratthall, D. 2004. Dental caries. Faculty of Odontology Malmo University, Sweden.Int Dent J 2005 ;50:378–84.

Page 111: i gusti ketut armiati

Carranza FA. 2006. Clinical Periodontology. St. Louis, Missouri : Saunders Elsevier, Inc. 9. p. 24.

Carson, C.F., Hammer, K.A., and Riley, T.V. 2006. Melaleuca Alternifolia (Tea Tree) Oil: A Review of Antimicrobial and Other Medicine Properties. Clinical Microbiology Review. 19(1): 50-62. Chandra, S. 2002 Textbook of Community Dentistry. India : Jaypee Brothers Medical Publishers.

Clarke, J.K. 1924. On the Bacterial Factor in the Etiology of Dental Caries. British Journal of Experimental Pathology. 5: 141-7. Darsana, I. G. O., Besung, I. N. K., dan Mahatmi, H. 2012, Potensi Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli secara In Vitro, Indonesia Medicus Veterinus, Vol. 1 No. 3, Hal 337 – 51. Dewi F. K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Daun lidah buaya (aloe vera) (Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Surakarta : Jurusan Biologi MIPA, Univ. Sebelas Maret. Eliasson, L., Carlen A., Almstahl, A. (2006). Dental plaque pH and micro-organisms during hyposalivation. Journal of dental research. 85, pp. 334-8.

Furnawanthi, I. 2002, Khasiat dan manfaat lidah buaya, Jakarta, Agromedia Pustaka, Hal 1-50. Furnawanthi. I.2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Agro Media Pustaka. Jakarta. Hal 1-21 gel. Internet J Microbiol 2011; 9(2). Groppo, F. C., Bergamaschi, CC. and Cogo, K. 2008. Use of phytotheraphy in dentistry. Phytoteraphy Research, 22, pp. 993-8.

Gurenlian, J. A. R. 2007. The Role of Dental Plaque Biofilm in Oral Health: J of Dent. Hyg. 4 – 5.

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. (Diterjemahkan oleh : K. Padmawinata dan i. Soediro). Bandung : Penerbit ITB. Hartawan, E. Y. 2012, Sejuta Khasiat Lidah buaya, Ed ke-1, Jakarta, Pustaka Diantara. Hal 11-7.

Page 112: i gusti ketut armiati

Hidayaningtias, P. 2008, Perbandingan efek air seduhan daun sirih (Piper betle Linn) terhadap Streptococcus mutans pada waktu kontak dan konsentrasi yang berbeda, Artikel karya tulis ilmiah, Artikel karya tulis ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Isabela,A. 2009. Pengaruh Ekstrak Lidah Buaya (aloe vera) terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada Pasien Osteomielitis Bangsal Cempaka Rumah sakit Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta In Vitro [Abstrak]. UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret. Solo. Jatnika, A. dan Saptoningsih. 2009. Meraup Laba dari Lidah Buaya. Jakarta: Agro Media Pustaka. Hal 1-26. Kathuria N, Gupta N, Manisha, Prasad R, Nikita. 2011. Biologic effects of Aloe vera

Kidd, E. A. M. 2005. Essentials of dental caries The disease and its management. Third edition. Oxford University Press Great Clarendon Street, Oxford OX2 6DP. 1.Introduction. p. 1-19. Kojima, A., Nakano, K., Wada, K., Takahashi, H., Katayama, K., Yoneda, M., Higurashi, T., Nomura, R., Hokamura, K., Muranaka, Y., & Matshusashi, N., et al., 2012. Infection of Specific Strains os Streptococcus mutans. Kolahi, J., and Soolari, A. 2006. Rinsing with Chlorhexidine Gluconate Solution after Brushing and Flossing Teeth: a Systematic Review of Effectiveness. Quintessence Int. 37(8): 605-12.

Kustiawan, W. 2002. Lubang Gigi (Karies) dan Perawatannya. Artikel. (Serial Online) (Cited 2005 Oktober 25). Available from: http://www. pikiranrakyat.com. Kuyyakanond, T., and Quenel, L.B. 1992. The Mechanism of Action of Chlorhexidine. FEMS Microbiol Lett. 79(1-3): 211-5.

Lersch, M. 2008. Wonders of Extractions: Ethanol. Article. (Serial Online) (Cited 2011 Des 28). Available from: http://blog.khymos.org/2008/06/08/wonders-of-extractions-ethanol/

Lingstorm, P., Van Ruyven, FO. and Kent, R. 2000. The pH of dental plaque in its relation to early enamel caries and dental plaque flora in humans.Journal of Dental Research. 79, pp. 770-7.

Mandel, I.D. 1994. Antimicrobial Mouth Rinses: Overview and Update. J Am Dent Assoc. 125(25): 2S -10S

Page 113: i gusti ketut armiati

Megananda, H.P., Herijulianti, E., Nurjanah, N. 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Bandung : JKG Poltekkes Depkes. p. 57 – 80 : 111 – 4. Menegon, R.F., Blau, L., Janzantti, N.S., Pizzolitto, A.C., Corrêa, M.A., Monteriro, M., and Chung, M.C. 2011. A Nonstaining and Tasteless Hydrophobic Salt of Chlorhexidine. Article. (Serial Online) (Cited 2011 August 8). Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21344413

Nakano, K., Ianaba, H., Nomura, R., Nemoto, H., Takeda, M., Yoshioka, H., Matsue, H., and Takahashi, T. 2006. Detection of Cariogenic Streptococcus mutans in Extirpated Heart Valve and Atheromatous Plaque Specimens. Journal of Clinical Microbiology. 44(9): 3313-7. Nurmalina, R. 2012, Herbal Legendaris Untuk Kesehatan Anda, Jakarta, PT Elex Media Komputindo Kompas Jakarta. Hal 389-99. Parwani, S., Rajkumar N., Himasnhu. 2013. Comparative Evaluation of Anti-Plaque Efficacy of Herbal and 0,2% Chlorhexidine Gluconate Mouthwash in a 4-day Plaque Re-Growth Study. Journal of Indian Society of Periodontology-Vol 17, Issue 1, Jan-Feb 2013.

Peterson, D. 2011. Family Gentle Dental Care. Article. (Serial Online). (cited 2011, Agustus 8). Available from: http://www.dentalgentlecare.com/periguard.htm Pocock , S. J. 2008. Clinical Trials A Practical Approach. England : Jhon Wiley and Sons Ltd. The Atrium, South Gate, Chichester, West Sussex.

Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium. Surakarta : Jurusan Biologi FMIPA UNS.

Pratiwi, R. 2005. Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptococcus mutans dari Beberapa Pasta Gigi yang Mengandung Herbal. Vol. 38 No. 2 April – Juni : Maj. Ked. Gigi: 64 - 7. Putri, M.H., Herijulianti E., Nurjannah N. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Cetakan 2011. Preventive Dentistry. p. 1-7. Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi. Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Jakarta: EGC. p. 11-5.

Page 114: i gusti ketut armiati

Rahardja, F., Puradisastra, S., dan Angelin, A. 2010, Aktivitas Antimikroba Gel Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Acne Vulgaris yang Terinfeksi Staphylococcus sp. Secara In Vitro, JKM, Vol.10 No.1, Hal. 30-6. Ritter, A.V. 2004. Dental Caries. Talking with Patients. Article. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry. p. 76. Rosenberg, J.D. 2010. Dental Cavities. Article. (Serial Online) (Cited 2012 April 29). Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/ article/oo1055.htm. Sabir, A. 2005, Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro), Majalah Kedokteran Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 Hal 135–41. Samaranayake, L. 2006. Essential Microbiology for Dentistry. Churchill Livingstone : Elsevier Limited. p. 255 – 84.

Seminario, A., Broukal, Z., Ivancakova, R. 2005. Mutans Streptococci and the Development of Dental Plaque. Prague Medical Report. 106: 349-58. Shahani, M.N., dan Reddy, V.V.S. 2011. Comparison of Antimicrobial Substantivity of Root Canal Irrigants in Instrumented Root Canals up to 72 Hours: An Invitro Study. Journal of Indian Soc. Pedod. Prev. Dent. 29: 28-33. Sharma, S. 2010. Plaque Disclosing Agent – A Review. J Adv Dental Research; October 2010; II, 1.

Suhartono. 2008. Perhatikan Gigi Kita dan Gigi Siswa Siswi Kita. Available from : http://www.suarakarya.com (Acces 23 Desember 2010). Sumawinata, N. 1992. Dasar-Dasar Karies. Jakarta : EGC

Suryo, S. 1992. Patologi Gigi-Geligi : Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Thomas, J. G. 2011. Managing The Complexity of A Dynamic Biofilm. Journal of American Dental Association.142(4):415-26

Vinogradov, A.M., Winston, M., Rupp, C.J., and Stoodley, P. 2004. Rheology of Biofilms Formed from the Dental Plaque Pathogen Streptococcus mutans. Biofilm 1: 49-56.

Page 115: i gusti ketut armiati

Yanti, Rukayadi, Y., Kim, K.H., and Hwang, J.K. 2008. In vitro Anti-biofilm Activity of Macelignan Isolated from Myristica fragrans Houtt Against Oral Primary Colonizer Bacteria. Phytotherapy Research. 22(3): 308-12. Zatnika Iis. 2010. 89% Anak Derita Penyakit Gigi dan Mulut. Available from : http://www.pdgi-online.com. (Acces tgl 25 Oktober 2010).

Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik

Page 116: i gusti ketut armiati

Lampiran 2.

Page 117: i gusti ketut armiati

PENJELASAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA PENDERITA SEBELUM MENANDATANGANI FORMULIR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM

PENELITIAN (Informed consent)

Pendahuluan Informed consent pada dasarnya untuk menghargai hak – hak individu guna

memperoleh penjelasan yang penuh dan tepat yang berkaitan dengan penelitian yang

akan dijalankan sebelum membuat keputusan yang benar.

Informed consent hendaknya mengandung hal – hal yang penting sebagai berikut :

1. Penjelasan terperinci serta pemakaian bahasa yang mudah dimengerti yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Adanya jaminan bahwa penderita mendapat kebebasan untuk memutuskan

apakah akan ikut serta atau menolak, sebab secara moral dan legal penderita

memiliki hak untuk itu.

Penelitian ini berjudul :

EKSTRAK ETANOL KULIT DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera barbadensis miller) KONSENTRASI 100% DAPAT MENURUNKAN AKUMULASI PLAK

GIGI DAN JUMLAH KOLONI BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS

Latar Belakang

Page 118: i gusti ketut armiati

Kesehatan gigi dan mulut mempunyai peranan penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan tubuh secara umum. Ada banyak penyakit yang berawal dari gigi dan

mulut karena mulut adalah pintu masuk segala macam benda asing ke dalam tubuh,

menjaga kesehatan mulut berarti menjaga kesehatan seluruh badan. Plak gigi

merupakan suatu deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi terdiri dari

mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik intraseluler apabila

seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Plak yang melekat erat pada

permukaan gigi dan gingiva mempunyai potensi yang cukup besar terhadap

terjadinya penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) maupun jaringan pendukungnya

(periodontitis). Plak gigi merupakan suatu deposit lunak yang melekat erat pada

permukaan gigi terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu

matrik intraseluler. Bakteri Streptococcus, Staphilococcus, Lactobacillus, dan bakteri

bentuk filament merupakan mikroorganisme yang sering dapat diisolasi dari lesi

karies dan peradangan mukosa mulut. Chlorhexidine gluconate merupakan salah satu

zat antimikroba yang menjadi gold standard dalam kedokteran gigi untuk pencegahan

plak gigi. Namun, obat kumur ini memiliki sejumlah efek samping, pada penggunaan

jangka panjang seperti warna coklat gigi, beberapa bahan restoratif dan dorsum lidah,

rasa gangguan; ulserasi mukosa mulut dan paresthesia. Ekstrak lidah buaya

mengandung bahan aktif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya

Page 119: i gusti ketut armiati

(Aloe barbadensis miller) dalam menurunkan akumulasi plak gigi dan menurunkan

jumlah bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut.

Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul adalah:

9. Apakah berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat

menurunkan akumulasi plak gigi.

10. Apakah berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat

menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut?

11. Apakah ada perbedaan akumulasi plak gigi akibat berkumur ekstrak kulit daun

lidah buaya konsentrasi 100% dengan berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2% ?

12. Apakah ada perbedaan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga

mulut akibat berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dengan

berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2% ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas berkumur ekstrak kulit daun

lidah buaya (Aloe barbadensis miller) dalam menurunkan akumulasi plak gigi dan

menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut.

Tujuan Khusus

Page 120: i gusti ketut armiati

5. Untuk mengetahui berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100%

dapat menurunkan akumulasi plak gigi.

6. Untuk mengetahui berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100%

dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga

mulut.

7. Untuk mengetahui ada perbedaan akumulasi plak gigi akibat berkumur ekstrak

kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dengan berkumur Chlorhexidine

gluconate 0,2%.

8. Untuk mengetahui ada perbedaan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans

dalam rongga mulut akibat berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi

100% dengan berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2%.

Tatalaksana Penelitian

Secara garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan

penelitian ini adalah :

9. Sebelum pelaksanaan penelitian, subjek diberikan penjelasan tentang tujuan dan

manfaat penelitian, jadwal dan tempat penelitian, tata laksana penelitian, hak-hak

subjek dalam pelaksanaan penelitian dan bagaimana cara berkumur.

10. Subjek datang ke tempat penelitian, lalu diberikan informed consent. Setelah

subjek setuju untuk diteliti lalu dicatat data-data dari subjek. Setelah itu subjek

mulai diperiksa, subjek diminta menyikat gigi dengan teknik roll dengan alat dan

bahan yang sudah disediakan.

Page 121: i gusti ketut armiati

11. Setelah 5 menit pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal gigi

molar atas , turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar bawah (

kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.

12. Setelah itu peneliti melakukan pengeringan gigi yang akan diperiksa dengan

menggunakan chip blower dan pengolesan disclosing agent gel pada gigi yang

sudah ditentukan berdasarkan indeks plak PHP. Setelah itu peneliti akan melihat

ada tidaknya akumulasi plak gigi tersebut dan kemudian peneliti mencatat hasil

pemeriksaan pada lembar penelitian sesuai identitas subjek .

13. Setelah pemeriksaan akumulasi plak gigi; pada Kelompok Perlakuan, subjek

berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya 100% dan pada Kelompok Kontrol,

subjek berkumur aquadest dan Chlorhexidine gluconate 0,2%. Berkumur selama

30 detik dan yang digunakan untuk berkumur sebanyak 10 ml.

14. Setelah berkumur, sampel tidak makan dan minum selama pengambilan sampel.

Setelah 15 menit, Pengambilan sampel dengan tehnik swab, dari bagian bukal

gigi molar atas , turun ke mukosa bukal, dilanjutkan bagian bukal gigi molar

bawah ( kiri dan kanan). Hasil swab dimasukkan ke media TSB.

15. Setelah itu peneliti melakukan pengeringan gigi yang akan diperiksa dengan

menggunakan chip blower dan pengolesan disclosing agent gel pada gigi yang

sudah ditentukan berdasarkan indeks plak PHP. Setelah itu peneliti akan melihat

ada tidaknya akumulasi plak gigi tersebut dan kemudian peneliti mencatat hasil

pemeriksaan pada lembar penelitian sesuai identitas subjek .

Page 122: i gusti ketut armiati

16. Hasil swab dalam media TSB segera dibawa ke laboratorium mikrobiology Unud

untuk diproses lebih lanjut.

Risiko penelitian dan cara penanggulangan

Akibat langsung dari penelitian ini adalah pada saat pengolesan bahan disclocing

agent gel pada gigi terdapat warna kemerahan dan akan melekat dalan jangka waktu

paling lama sehari. Bahan tidak berbahaya dan khusus untuk digunakan dalam rongga

mulut. Bila terjadi reaksi alergi terhadap bahan – bahan yang diaplikasikan hubungi

operator atas nama I Gusti Ketut Armiati di nomer Hp 087861270002.

Hal – hal yang juga perlu mendapat perhatian :

1. Bahwa penelitian ini bersifat sukarela.

2. Walaupun prosedur penelitian telah dijalankan secara cermat, apabila terjadi

risiko atau ketidaknyamanan selama penelitian maka akan dirundingkan bersama.

3. Karena penelitian ini bersifat sukarela maka peserta penelitian dapat

mengundurkan diri jika menemukan hal – hal yang dirasa merugikan.

4. Hasil penelitian akan sepenuhnya dipergunakan untuk keperluan keilmuan, tidak

untuk kepentingan publikasi (media masa).

5. Penjelasan ini serta surat persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk peneliti dan

satu untuk peserta penelitian.

Penutup

Page 123: i gusti ketut armiati

Untuk dapat terselenggaranya penelitian ini dengan baik, maka mutlak diperlukan

kerjasama yang baik antara peserta penelitian dan peneliti.

Lampiran 3. Informed Consent

Kode:

Page 124: i gusti ketut armiati

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ……………………………………………………………………..

Umur : ……………………………………………………………………..

Jenis Kelamin : ……………………………………………………………………..

Alamat : …………………………………………………………………….

No. KTP : …………………………………………………………………….

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta memahami dan menyadari manfaat

dan risiko penelitian yang berjudul :

EKSTRAK ETANOL KULIT DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera barbadensis miller) KONSENTRASI 100% DAPAT MENURUNKAN AKUMULASI PLAK

GIGI DAN JUMLAH KOLONI BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian diatas serta mematuhi segala ketentuan – ketentuan penelitian yang sudah saya pahami, dengan catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Denpasar, ……………….2013 Mengetahui Yang menyetujui Penanggung jawab penelitian Peserta penelitian ( I Gusti Ketut Armiati ) (…………………………….)

ampiran 4. Hasil Uji Fitokimia Dengan Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

Page 125: i gusti ketut armiati
Page 126: i gusti ketut armiati
Page 127: i gusti ketut armiati
Page 128: i gusti ketut armiati
Page 129: i gusti ketut armiati
Page 130: i gusti ketut armiati
Page 131: i gusti ketut armiati
Page 132: i gusti ketut armiati
Page 133: i gusti ketut armiati
Page 134: i gusti ketut armiati
Page 135: i gusti ketut armiati

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Lampiran Alat dan Bahan

Lampiran Subjek Penelitian

Sikat gigi sebelum perlakuan Swab sebelum kumur ekstrak

Page 136: i gusti ketut armiati

Berkumur Swab setelah berkumur

Pemeriksaan Plak (Disclosing Agent Gel) Berkumur

Sesudah Berkumur

Page 137: i gusti ketut armiati

Lampiran Alat dan bahan

Page 138: i gusti ketut armiati

LAMPIRAN GAMBAR PERTUMBUHAN KOLONI STREPTOCOCCUS

Koloni kecil-kecil, lembut berwarna bening pada media Mueller-Hinton Blood Agar menunjukkan bahwa koloni tersebut adalah Streptococcus

Hasil Uji Manitol Streptococcus mutans

Pembesaran1000X

Page 139: i gusti ketut armiati

Lampiran 6. Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Streptococus_mutans_pre

Aquadest .255 10 .065 .826 10 .060

Chlorhexidine gluconate 0,2% .231 10 .140 .830 10 .073

ekstrak kulit daun lidah buaya 100% .151 10 .200* .942 10 .573 Streptococus_mutans_post

Aquadest .215 10 .200* .940 10 .548 Chlorhexidine gluconate 0,2% .254 10 .067 .864 10 .084 ekstrak kulit daun lidah buaya 100% .215 10 .200* .813 10 .121

Plak_gigi_pre

Aquadest .258 10 .058 .873 10 .110 Chlorhexidine gluconate 0,2% .253 10 .069 .850 10 .058 ekstrak kulit daun lidah buaya 100% .205 10 .200* .863 10 .083

Plak_gigi_post

Aquadest .193 10 .200* .941 10 .560

Chlorhexidine gluconate 0,2% .259 10 .056 .910 10 .281 ekstrak kulit daun lidah buaya 100% .210 10 .200* .922 10 .374

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 140: i gusti ketut armiati

Uji One Way Anova

Descriptives

N Mean Std.

Deviation Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Streptococus_mutans_pre

Aquadest 10 6114.7980 2733.933 864.545 4159.059 8070.536 2233.3 9300.0

Chlorhexidine gluconate 0,2% 10 6062.6660 2179.539 689.230 4503.517 7621.814 3166.6 8263.3

ekstrak kulit daun lidah buaya 100% 10 5760.7990 2297.793 726.626 4117.056 7404.541 2233.3 8846.6

Total 30 5979.4210 2336.164 426.523 5107.082 6851.759 2233.3 9300.0 Streptococus_mutans_post

Aquadest 10 3683.3350 921.629 607.672 2308.684 5057.985 1166.6 5750.0 Chlorhexidine gluconate 0,2% 10 1751.6670 803.8667 254.205 1176.615 2326.718 833.33 2883.3

ekstrak kulit daun lidah buaya 100% 10 1636.6690 923.0526 291.894 976.3569 2296.981 833.33 3816.6

Total 30 2357.2237 1588.348 289.991 1764.124 2950.322 833.33 5750.0 Plak_gigi_pre

Aquadest 10 2.1500 .36893 .11667 1.8861 2.4139 1.60 2.60 Chlorhexidine gluconate 0,2% 10 1.9200 .60148 .19020 1.4897 2.3503 .80 2.50

ekstrak kulit daun lidah buaya 100% 10 2.0800 .48944 .15478 1.7299 2.4301 1.30 2.60

Total 30 2.0500 .48831 .08915 1.8677 2.2323 .80 2.60 Plak_gigi_post

Aquadest 10 1.6100 .20248 .06403 1.4652 1.7548 1.20 1.90 Chlorhexidine gluconate 0,2% 10 1.0400 .38644 .12220 .7636 1.3164 .30 1.60

ekstrak kulit daun lidah buaya 100% 10 1.2100 .44335 .14020 .8928 1.5272 .50 1.80

Total 30 1.2867 .42323 .07727 1.1286 1.4447 .30 1.90

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Streptococus_mutans_pre 1.235 2 27 .307

Streptococus_mutans_post 1.702 2 27 .268

Plak_gigi_pre 1.055 2 27 .362

Plak_gigi_post 2.256 2 27 .124

Page 141: i gusti ketut armiati

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Streptococus_mutans_pre

Between Groups 730522.410 2 365261.205 .063 .939

Within Groups 1.575E8 27 5834880.481

Total 1.583E8 29 Streptococus_mutans_post

Between Groups 2.644E7 2 1.322E7 7.642 .002

Within Groups 4.672E7 27 1730295.475 Total 7.316E7 29

Plak_gigi_pre Between Groups .278 2 .139 .565 .575

Within Groups 6.637 27 .246 Total 6.915 29

Plak_gigi_post Between Groups 1.713 2 .856 6.640 .005

Within Groups 3.482 27 .129 Total 5.195 29

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons LSD

Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Streptococus_mutans_post

Aquadest Chlorhexidine gluconate 0,2% 1931.6680 588.26788 .003 724.6420 3138.694 ekstrak kulit daun lidah buaya 100% 2046.6660 588.26788 .002 839.6400 3253.692

Chlorhexidine gluconate 0,2%

Aquadest -1931.668 588.26788 .003 -3138.694 -724.6420 ekstrak kulit daun lidah buaya 100% 114.99800 588.26788 .846 -1092.028 1322.024

ekstrak kulit daun lidah buaya 100%

Aquadest -2046.666 588.26788 .002 -3253.692 -839.6400 Chlorhexidine gluconate 0,2% -114.9980 588.26788 .846 -1322.024 1092.028

Plak_gigi_post

Aquadest Chlorhexidine gluconate 0,2% .57000* .16060 .001 .2405 .8995 ekstrak kulit daun lidah buaya 100% .40000* .16060 .019 .0705 .7295

Chlorhexidine Aquadest -.57000* .16060 .001 -.8995 -.2405

Page 142: i gusti ketut armiati

gluconate 0,2%

ekstrak kulit daun lidah buaya 100% -.17000 .16060 .299 -.4995 .1595

ekstrak kulit daun lidah buaya 100%

Aquadest -.40000* .16060 .019 -.7295 -.0705 Chlorhexidine gluconate 0,2% .17000 .16060 .299 -.1595 .4995

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.