Hypokalemia

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metabolisme Kalium 2.1.1 Fisiologi Metabolisme Kalium Kalium (K + ) merupakan kation utama intraselular. Total jumlah kalium dalam tubuh normal mencapai 3000-4000 mmol (50 mmol/kgBB). Dari seluruh total cadangan kalium tubuh, 98% nya berada dalam cairan intraselular (ICF) dengan konsentrasi 140-150 mmol perliter, sedangkan cairan ekstraselular (ECF) mengandung hanya 2% dari total kalium tubuh, dengan konsentasi kalium normal 3.5-5.0 mmol per liter. Konsentrasi kalium dalam ICF (Ki) jauh lebih tinggi daripada kalium dalam ECF (Ke) sehingga menimbulkan gradient yang besar melintasi membrane sel. Gradien konsentrasi dari kalium diatur oleh pompa Na + /K + -ATPase yang secara aktif membawa natrium keluar dan kalium kedalam sel dengan ratio 3:2. Kalium dalam ICF berperan dalam pengaturan berbagai fungsi sel, seperti sintesis protein dan pertumbuhan sel. Konsentrasi plasma kalium diatur dalam rentang yang 1

description

hypokalemia beratrenal tubular acidosis

Transcript of Hypokalemia

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metabolisme Kalium2.1.1 Fisiologi Metabolisme KaliumKalium (K+) merupakan kation utama intraselular. Total jumlah kalium dalam tubuh normal mencapai 3000-4000 mmol (50 mmol/kgBB). Dari seluruh total cadangan kalium tubuh, 98% nya berada dalam cairan intraselular (ICF) dengan konsentrasi 140-150 mmol perliter, sedangkan cairan ekstraselular (ECF) mengandung hanya 2% dari total kalium tubuh, dengan konsentasi kalium normal 3.5-5.0 mmol per liter.Konsentrasi kalium dalam ICF (Ki) jauh lebih tinggi daripada kalium dalam ECF (Ke) sehingga menimbulkan gradient yang besar melintasi membrane sel. Gradien konsentrasi dari kalium diatur oleh pompa Na+/K+-ATPase yang secara aktif membawa natrium keluar dan kalium kedalam sel dengan ratio 3:2.Kalium dalam ICF berperan dalam pengaturan berbagai fungsi sel, seperti sintesis protein dan pertumbuhan sel. Konsentrasi plasma kalium diatur dalam rentang yang sempit (3.5-5.0 mmol per liter) melalui uptake dan pengeluaran kalium secara seimbang, bersama dengan pengaturan ekskresi kalium oleh ginjal. Sebagai contoh interaksi antata uptake selular kalium dan ekskresi kalium oleh ginjal adalah pada pasien dengan ketoasidosis diabetic, dimana penurunan kalium ICF dapat terselubung oleh kadar plasma kalium yang normal akibat adanya pergeseran kalium keluar dari sel yang disebabkan oleh keadaan asidosis metabolik dan hiperglikemia.

2.1.2 Asupan Kalium HarianAsupan makanan sehari-hari orang Amerika mengandung 60-150 mmol kalium per hari (1-2 mmol kalium/kgBB perhari). Makanan yang mengandung kalium dalam kadar tinggi diantaranya adalah jeruk, pisang, buah-buahan kering (mis: kismis), sayuran dan daging. Dalam keadaan normal, 90-95% kalium yang diserap dari makanan akan diekskresi oleh ginjal dalam 6-8 jam. Sisa 5-10% akan dikeluarkan melalui feces. Distribusi dari kalium antara cairan intra dan ekstraseluler memainkan peranan penting dalam keseimbangan kalium.

2.1.3 Cellular uptake dari KaliumMengingat kadar kalium ECF (60-80 mmol) yang lebih kecil dibandingkan kalium ICF, cukup mengejutkan bila asupan kalium harian (60-150 mmol) tidak mengakibatkan lonjakan drastis pada ECF dan konsentrasi kalium plasma. Hal ini tidak terjadi karena kalium yang dikonsumsi akan secara cepat didistribusikan dan ambilan oleh sel akan meningkat segera setelah penyerapan dan akhirnya diekskresi melalui urin untuk mempertahankan keseimbangan kalium. Peningkatan tinggi dalam kadar kalium plasma akan ditekan oleh ambilan sel secara cepat melalui aktivitas pompa Na+/K+-ATPase pada membrane sel. Pompa ini secara aktif memindahkan kalium ke dalam sel melawan gradient yang besar. Factor-faktor yang berperan dalam stimulasi aktivitas Na+/K+-ATPase antara lain adalah peningkatan kalium plasma dari penyerapan melalui gastrointestinal, pelepasan insulin setelah asupan makanan, dan katekolamin (mis: epinefrin) yang dapat dilepaskan dalam keadaan stress. Beberapa factor tersebut akan meningkatkan kalium cellular uptake untuk mencegah lonjakan drastic dari kadar kalium plasma. Faktor lain yang juga dapat meningkatkan ambilan kalium oleh sel antara lain termasuk aldosteron, pH alkali dan aktivitas anabolik sel. Karena kalium cellular uptake hanya menstabilkan kadar kalium secara temporer, beban kalium dari asupan makanan pada akhirnya harus diekskresi oleh ginjal untuk menjaga homeostasis kalium.2. 1.4 Perangsangan neuromuskulerResting membrane potential adalah nilai voltase pada seluruh membrane sel selama fase istirahat (resting stage). Pada jaringan neuromuskuler (mis: saraf, otot jantung, dan otot rangka), resting membrane potential ditentukan terutama oleh gradient konsentrasi kalium di sepanjang membrane sel atau ratio dari kalium ICF dan ECF (Ki/Ke). Threshold potential adalah potensial dimana potensial aksi timbul selama depolarisasi. Perangsangan membrane sel tergantung pada perbedaan antara resting potential dan threshold potential. Karena perbedaan kadar plasma kalium akan mengubah ratio (Ki/Ke), kadar plasma kalium yang abnormal akan sangat mempengaruhi mekanisme perangsangan neuromuskuler, berakibat pada disfungsi selular, perubahan pada konduksi jantung, serta kelemahan dan paralisis dari otot. Sehingga pengaturan homeostasis kalium membutuhkan total body potassium dalam jumlah yang cukup dan mempertahankan (Ki/Ke) dalam ratio normal untuk melindungi fungsi normal jaringan neuromuskular.98% dari total kalium tubuh berada dalam ruang intraselular, karena itu perubahan (meskipun dalam jumlah kecil) dari distribusi kalium antara intra dan ekstraselular akan berpengaruh besar dalam konsentrasi kalium ekstrasel. Konsentrasi kalium intraselular berfungsi untuk meminimalisasi perubahan dalam kadar kalium ekstrasel dalam keadaan defisiensi kalium. Dalam keadaan ini kalium akan berpindah dari intrasel keluar ke ekstrasel sehingga mengatasi perubahan pada gradient kalium transmembran. Dalam keadaan defisiensi kalium, beberapa jaringan, terutama otot, menunjukkan penurunan kadar kalium intrasel yang cepat bila dibandingkan dengan jaringan lainnya, seperti otak. Hasilnya, defisiensi kalium dalam jumlah kecil tidak terlalu mempengaruhi kadar kalium serum. Maka dapat disimpulkan dalam hipokalemia (10%). Parameter ini dapat digunakan untuk membedakan antara kehilangan kalium melalui atau bukan melalui ginjal.

2.3 Penatalaksanaan HipokalemiaPada hipokalemia ringan dengan kalium plasma kurang dari atau sama dengan 3.5 mmol/L, cukup dilakukan penatalaksanaan konservatif dengan suplementasi dan asupan buah dan sayur yang tinggi kalium. Penggantian kalium dengan garam kalium umumnya dibutuhkan pada pasien dengan hipokalemia sedang sampai berat. Kalium replacement dapat dilakukan secara oral maupun intravena. Pada kasus hipokalemia berat, KCl dapat diberikan secara intravena dengan kecepatan lambat (tidak lebih dari 10-20mmol/jam) dengan monitor EKG dan pengukuran berkala dari kalium plasma untuk menghindari toksisitas jantung maupun overkoreksi.

Pada pasien dengan hipokalemik dan hipokloremik alkalosis metabolic, kalium klorida (KCl) harus digunakan untuk menggantikan kalium dan klor. Kalium bikarbonat adalah pilihan yang tidak tepat karena bikarbonat akan memperburuk kondisi alkalosis memperburuk kehilangan kalium oleh ginjal. Pada pasien dengan hipokalemik dan hiperkloremik metabolik asidosis (pasien dengan RTA), kalium sitrat atau kalium bikarbonat lebih dipilih sebagai metode tatalaksana hipokalemia.

13