Hymenoptera

11
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum : Arthropoda Class : Insekta Ordo : Lepidoptera Family : Limacodidae Genus : Setothosea Species : Setothosea asigna van Eecke Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke 16 – 17. Satu tumpukan telur terdiri dari 44 butir dan seekor ngengat betina selam hidupnya mampu menghasilkan telur 300 – 400 butir. Telur biasanya menetas 4-8 hari setelah diletakkan. Telur pipih dan berwarna kuning muda (Buana dan Siahaan, 2003). Larva yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis jaringan daun dari permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas (berbentuk pita yang menyerupai piramida) pada bagian punggungnya. Selain itu pada bagian punggungnya dijumpai duri-duri yang kokoh. Selama perkembangannya ulat berganti kulit 7 – 8 kali dan mampu menghabiskan helai daun seluas 400 cm 2 (Prawirosukarto, 2003). Universitas Sumatera Utara

description

tugas entomologi

Transcript of Hymenoptera

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Biologi Ulat Api

    1. Biologi Setothosea asigna

    Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

    Phylum : Arthropoda

    Class : Insekta

    Ordo : Lepidoptera

    Family : Limacodidae

    Genus : Setothosea

    Species : Setothosea asigna van Eecke

    Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah

    bawah, biasanya pada pelepah daun ke 16 17. Satu tumpukan telur terdiri dari

    44 butir dan seekor ngengat betina selam hidupnya mampu menghasilkan telur

    300 400 butir. Telur biasanya menetas 4-8 hari setelah diletakkan. Telur pipih

    dan berwarna kuning muda (Buana dan Siahaan, 2003).

    Larva yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis jaringan daun dari

    permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Larva

    berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas (berbentuk pita yang

    menyerupai piramida) pada bagian punggungnya. Selain itu pada bagian

    punggungnya dijumpai duri-duri yang kokoh. Selama perkembangannya ulat

    berganti kulit 7 8 kali dan mampu menghabiskan helai daun seluas 400 cm2

    (Prawirosukarto, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 1. Larva Setothosea asigna Sumber : Foto langsung

    Sampai saat ini ulat api belum dapat dibedakan antara instar yang satu

    dengan instar yang berikutnya yaitu ulat instar terakhir (instar 9) panjang

    36 mm dan lebar 14,5 mm. Lama stadia larva berkisar antara 45 50 hari

    (Desmier de Chenon, 1982).

    Kepompong berada di dalam kokon yang bterbuat dari air liur ulat,

    berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap serta dijumpai pada bagian tengah

    yang gembur di sekitar piringan tanaman kelapa sawit, pangkal batang kelapa

    sawit atau bahkan pada celah-celah kantong pelepah yang lama. Kokon jantan

    atau betina masing-masing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadium

    kepompong berlangsung 39,7 hari (Buana dan Siahaan, 2003).

    Imago berupa ngengat yang muncul setelah stadia pupa. Imago keluar dari

    kokon dengan membuat lubang sobekan pada salah satu ujung kokon. Warna

    ngengat abu-abu kecoklatan dengan ukuran 17 mm untuk ngengat jantan dan

    untuk ngengat betina 14 mm. Perkembangan hama ini mulai dari telur hingga

    menjadi ngengat berkisar antara 92,7 hari 98 hari, tetapi pada keadaan kurang

    menguntungkan dapat mencapai 115 hari (Siregar, 1986).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2. Imago Setothosea asigna

    Sumber : http:/www.mothsofborneo.com/part-1/limacodidae Diakses tanggal 28 April 2008

    2. Biologi Setora nitens Walker

    Klasifikasi S. nitens menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

    Phylum : Arthropoda

    Class : Insekta

    Ordo : Lepidoptera

    Family : Limacodidae

    Genus : Setora

    Species : Setora nitens Walker

    Telur hampir sama dengan telur S. asigna hanya saja peletakan telur

    antara satu sama lain tidak saling tindih. Telur menetas setelah 4 7 hari

    (Susanto, 2005).

    Larva mula-mula berwarna hijau kekuningan, kemudian hijau dan

    biasanya berubah menjadi kemerahan menjelang masa kepompong. Ulat dicirikan

    dengan adanya satu garis membujur di tengah punggung yang berwarna biru

    keunguan. Perilaku ulat ini sama dengan ulat S. asigna dan stadia berlangsung

    sekitar 50 hari (Prawirosukarto, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 3. Larva Setora nitens Sumber : Foto langsung

    Kepompong mirip dengan kepompong S. asigna dan juga terletak di

    permukaan tanah sekitar piringan atau di bawah pangkal batang kelapa sawit.

    Stadia kepompong berkisar antara 17 27 hari (Sipayung, 1991).

    Ngengat jantan berukuran 35 mm dan yang betina sedikit lebih besar.

    Sayap depan berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap.

    Ngengat aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di

    pelepah-pelepah tua atau pada tumpukan daun yang telah dibuang dengan posisi

    terbalik (Desmier de Chenon, 1982).

    Gambar 4. Imago Setora nitens Sumber : http:/www.mothsofborneo.com/part-1/limacodidae

    Gejala Serangan Ulat Api

    Ulat muda biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan

    mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit serta

    meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat jelas seperti

    Universitas Sumatera Utara

  • jendela-jendela memanjang pada helaian daun, sehingga akhirnya daun yang

    terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar.Mulai instar ke 3 biasanya

    ulat memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan sering

    disebut gejala melidi (Buana dan Siahaan, 2003).

    Ambang ekonomi dari hama ulat api untuk S. asigna dan S. nitens pada

    tanaman kelapa sawit rata-rata 5 - 10 ekor perpelepah untuk tanaman yang

    berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda

    (Prawirosukarto, 2003).

    Gambar 5. Gejala serangan ulat api

    Sumber : Foto langsung

    Pengendalian

    Beberapa teknik pengendalian ulat api yang dapat dilakukan adalah

    sebagai berikut :

    1. pengendalian secara mekanik, yaitu pengutipan ulat ataupun pupa di lapangan

    kemudian dimusnahkan

    2. pengendalian secara hayati, dilakukan dengan :

    - penggunaan parasitoid larva seperti Trichogramma sp dan predator berupa

    Eocanthecona sp

    Universitas Sumatera Utara

  • - Penggunaan virus seperti Granulosis Baculoviruses, MNPV (Multiple Nucleo

    Polyhedro Virus) dan jamur Bacillus thuringiensis

    3. Penggunaan insektisida, dilakukan dengan :

    - Penyemprotan (spraying) dilakukan pada tanaman yang berumur 2,5 tahun

    dengan menggunakan penyemprotan tangan, sedangkan tanaman yang

    berumur lebih dari 5 tahun penyemprotan dilakukan dengan mesin

    penyemprot

    - Penyemprotan udara dilakukan apabila dalam suatu keadaan tertentu luas areal

    yang terserang sudah meluas yang meliputi daerah dengan berbagai topografi.

    4. Penggunaan feromon seks sintetik efektif untuk merangkap ngengat jantan ulat

    api S. asigna selama 45 hari.

    (Arifin, 1997).

    Ordo Hymenoptera Berasal dari kata hymen yang berarti selaput dan pteron yang berarti

    sayap. Identifikasi dari ordo ini adalah mempunyai dua pasang sayap yang

    menyerupai memb ran. Sayap belakang lebih kecil dari sayap muka dan terletak di

    margin anterior yang digunakan pada waktu terbang. Alat mulut mandibulata,

    ovipositor berkembang dengan baik bermodifikasi sebagai alat pengengat (pada

    imago betina) (Boror and Delong, 1970).

    Tipe perkembangan dari serangga ini adalah holometabola, serangga ini

    ada yang parasit, predator, pemakan tanaman dan juga sebagai pemakan bahan-

    bahan organik (scavengers). Hymenoptera ini terbagi atas dua sub ordo yaitu

    Symphyta dan Apocrita. Pada Symphyta abdomen menyatu dengan toraks,

    Universitas Sumatera Utara

  • sedangkan pada Apocrita dasar abdomen mengecil dan mengalami pergentingan

    dengan toraks (Arora and Dhaliwal, 1999).

    Family Ordo Hymenoptera

    Family-family ordo Hymenoptera yang diketahui sebagai parasitoid larva

    pada ordo Lepidoptera yaitu :

    Family Trichogrammatidae

    Trichogrammatidae berasal dari bahasa Yunani thriks atau trihos yang

    artinya rambut. Parasit ini sangat kecil, berukuran panjang 0,3 -1,0 mm, berwarna

    hitam, antena terdiri dari 3 8 ruas. Tarsi beruas 3 buah. Rambut halus pada

    sayap biasanya dalam deretan. Larvanya banyak sebagai parasit telur.

    Perkembangan tubuh cepat yaitu berkisar antara 1 2 minggu, setiap betina bisa

    menghasilkan telur lebih kurang 50 butir. Berkembang biak dengan perkawinan

    atau parthenogenesis (Ananda,1978).

    Gambar 6. Imago dari family Trichogrammatidae Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&&hl=id&q=apanteles

    Diakses tanggal 8 Nopember 2008

    Family Braconidae

    Berasal dari bahasa Yunani brahus yang artinya kecil atau pendek. Panjang

    tabuhan parasit ini lebih kurang 2 12 mm, panjang ovipositornya ada yang sama

    Universitas Sumatera Utara

  • dengan badannya. Matanya telanjang, ocellinya ada tiga dan sayapnya langsing.

    Perutnya ada yang bertangkai, setengah bertangkai atau tidak bertangkai. Dengan

    ovipositor yang panjang dapat meletakkan telur ke dalam tubuh inangnya.

    Serangga inang bila terkena tusukan akan lumpuh (Pracaya, 1991).

    Family ini merupakan kelompok yang besar (lebih dari 1900 species

    Amerika Utara). Bisa bersifat ektoparasit dan endoparasit, jenis soliter dan

    berkelompok dan juga parasit primer maupun parasit sekunder. Semua tahapan

    kehidupan inang dari telur sampai dewasa dapat diserang (pada kasus jenis

    yang menyerang telur, tabuhan dewasa muncul dari larva inang atau prepupa)

    (Boror and Delong, 19

    Gambar 7. Imago dari family Braconidae Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&&hl=id&q=apanteles

    Diakses tanggal 8 Nopember 2008

    Family Ichneumonidae

    Umumnya yang termasuk ke dalam family ini memiliki tubuh yang

    langsing, dengan perut yang panjang sedikit datar ke samping atau silindris. Yang

    betina mempunyai ovipositor yang panjangnya bermacam-macam, bahkan ada

    yang sampai enam kali panjang badannya. Telurnya diletakkan di luar badan

    inang atau di dalam badan inang. Larva berada dalam inang, parasitoid ini

    menjadi dewasa dalam pupa atau kepompong inang, yang kemudian keluar untuk

    menandakan perkawinan dan bertelur lagi secara ektoparasit dan endoparasit

    (Ananda, 1978).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 8. Imago dari family Ichneumonidae Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&&hl=id&q=ichneumonidae

    Diakses tanggal 8 Nopember 2008

    Family Chalcididae

    Biasanya tubuh berwarna hitam, biru hitam, kehijauan dan banyak pula

    yang metalik. Antena menyiku dan biasanya pendek, beruas 5 13 buah. Femur

    kaki belakang menggembung dan di bawahnya bergerigi. Coxa kaki belakang

    lebih besar dari coxa kaki muka. Ovipositor pendek kadang-kadang ada juga yang

    sepanjang tubuh (Ananda, 1978).

    Panjang tubuh bias mencapai 12 mm. Beberapa species menyerupai lebah

    tetapi venasi sayap sangat berbeda. Merupakan parasit primer dan sekunder dari

    larva dan pupa Lepidoptera terutama pada kupu-kupu. Pada permukaan ventral

    abdomen nampak seperti kaca (Kalshoven, 1981).

    Gambar 9. Imago dari family Chalcididae (Brachymeria obtusata) Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&ndsp=20&hl=id&q=chalcididae

    Diakses tanggal 8 Nopember 2008

    Universitas Sumatera Utara

  • Ordo Diptera

    Diptera berasal dari bahasa Yunani yang artinya dua dan ptera yang

    artinya sayap. Disebut demikian karena serangga yang tergolong dalam ordo ini

    mempunyai sepasang sayap. Larva ordo ini disebut belatung, serta jentik-jentik,

    warna belatung putih tidak berkaki, kepalanya kecil, makin ke belakang makin

    membesar. Serangga yang termasuk dalam ordo ini ada yang berukuran kecil

    sampai sedang. Cara makan bervariasi ada yang menjilat, menghisap atau

    menusuk. Belatung hidup dalam buah, batang, tangkai daun atau sebagai parasit

    binatang (Pracaya, 1991).

    Family Ordo Diptera

    Family ordo Diptera yang diketahui sebagai parasitoid larva pada ordo

    Lepidoptera yaitu :

    Family Tachinidae

    Ukuran tubuh ada yang kecil atau sedang, ada pula yang langsing atau

    sedikit gemuk, warnanya hitam redup, kelabu, coklat dengan bercak-bercak warna

    lebih muda, berbulu halus atau berbulu kasar, kepalanya besar dan bebas. Jumlah

    telur 50 sampai 5.000 butir. Telur langsung dimasukkan ke dalam tubuh inang, di

    atas daun yang dimakan inang atau di atas tanah tempat inang berada. Belatung

    mudah masuk ke dalam inang dengan jalan mengebor kulit (Pracaya, 1991).

    Lalat-lalat dari family ini merupakan suatu kelompok yang sangat

    berharga karena bertindak sebagai parasit dan sangat membantu dalam

    pengendalian hama. Kebanyakan Tachinid meletakkan telur secara langsung pada

    Universitas Sumatera Utara

  • tubuh inang, seekor serangga yang terserang oleh Tachinid secara praktis selalu

    mati pada akhirnya (Boror and Delong, 1970).

    Gambar 10. Imago dari family Tachinidae Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&q=tachinidae

    Diakses tanggal 8 Nopember 2008

    Universitas Sumatera Utara