Humaniora Calon Haji Nonkuota Meningkat fileJ UMLAH calon haji non-kuota asal Indonesia ta-hun ini...

1
J UMLAH calon haji non- kuota asal Indonesia ta- hun ini diperkirakan lebih dari 3.000 jemaah. Hingga Selasa (9/11) malam, mereka yang berhasil didata petugas sudah mencapai 2.750 orang. Hingga Selasa, jemaah non- kuota terus berdatangan di Arab Saudi. Puncaknya terjadi pada hari terakhir sebelum penu- tupan (closing date) di Terminal Haji Bandara King Abdul Azis. “Kami belum merekap da- tanya, tapi pada Selasa saja diperkirakan 500 jemaah yang masuk,” kata Kepala Seksi Peng- awasan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) Ahmad Basani seperti dikutip kemenag. go.id. Tahun lalu jemaah ‘sandal jepit’ itu mencapai 3.000 orang. Jemaah nonkuota dengan jumlah besar antara lain di- berangkatkan Kelompok Bimb- ingan Ibadah Haji (KBIH) Al Bayan Jakarta. Tidak hanya dari Ibu Kota, calon haji yang diberangkatkan Al Bayan juga berasal dari daerah-daerahg lain. “Jumlahnya di atas 100 orang,” tandas Basani. Seperti tahun-tahun sebe- lumnya, masalah ketidakpas- tian masih dihadapi calon haji tidak resmi tersebut. Banyak dari mereka yang keleleran, seperti sembilan orang asal Madura yang telantar 10 jam le- bih di Bandara King Abdul Azis karena penjemput tak kunjung datang. Mereka resah karena tak mendapat makan layaknya jemaah reguler atau khusus. Nasib serupa menimpa sekitar 20 jemaah asal Banjarmasin. Menurut Basani, sisi negatif jemaah nonkuota adalah tidak adanya kepastian selama di Ta- nah Suci. Selain soal penjempu- tan, masalah krusial lain yang kerap dialami adalah masalah transportasi, pemondokan, dan katering. “Penyelenggara ini sangat rapi dalam operasion- alnya. Banyak jemaah tak tahu mereka masuk nonkuota.’’ Sebenarnya, masalah yang mendera jemaah nonkuota tak hanya setelah tiba di Tanah Suci. Saat masih di Indonesia pun mereka akrab dengan persoalan, bahkan banyak yang akhirnya gagal berangkat. Terakhir, kabar buruk me nimpa 200 calon haji asal Aceh, Medan, Riau, Batam, dan Lampung. Me- reka telantar di Hotel Sri Dewi, Medan, Sumatra Utara, tertipu oleh sebuah biro perjalanan di Medan. Para calon tamu Allah SWT ini harus gigit jari lantaran tidak mengantongi surat resmi seperti visa, padahal sudah me- nyetorkan uang Rp60 juta. Mereka sudah berada di Medan sejak 21 Oktober lalu dan menginap di hotel dengan biaya sendiri sambil menunggu kepastian. Salah seorang je- maah, Nadia Nuzula, menga- takan biro perjalanan itu be- ralasan tidak bisa memperoleh visa. ‘’Mereka malah meminta lagi uang Rp3 juta untuk mem- percepat proses pengeluaran visa,’’ cetusnya. Ranah pidana Saat menanggapi banyak- nya jemaah nonkuota yang gagal berangkat, Kemente- rian Agama (Kemenag) hanya bisa mengimbau umat muslim mengikuti jalur resmi untuk beribadah haji. “Hanya jalur haji yang menjamin semua keperluan jemaah baik ke- berangkatan, ibadahnya, serta kepulangan,” kata Sekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul Ghafur Djawahir, kemarin. ‘’Untuk haji reguler pasti berangkat dan pasti pulang. Sedangkan untuk jemaah non- kuota tergantung pada kebi- jakan pemerintah Arab Saudi apakah memperoleh visa atau tidak,” tandas Ghafur lagi. Soal sanksi kepada biro per- jalanan yang menelantarkan jemaah nonkuota, ia menya- takan Kemenag tidak bisa berbuat apa-apa. Pemerintah hanya bisa menindak penye- lenggara yang resmi. Ghafur menyarankan jemaah yang merasa ditipu untuk melapor ke kepolisian karena itu sudah masuk ranah pidana. “Kalau mau jujur ya lapor saja ke po- lisi,” cetusnya. (YN/H-1) oebay@ mediaindonesia.com KETUA Umum Asosiasi Tele- visi Swasta Indonesia (ATVSI) terpilih untuk periode 2010- 2013 Erick Thohir menegas- kan ke depan televisi harus siap menerima kritik keras jika masih tetap menayang- kan konten yang dinilai tidak memberikan inspirasi kepada masyarakat. Ia menuturkan, dalam masa kepemimpinannya, ATVSI akan memprioritaskan tiga program. Pertama, mening- katkan konten 10 stasiun televisi yang tergabung da- lam asosiasi terkait informasi publik sehingga dapat lebih memberikan inspirasi kepada masyarakat “Informasi yang baik dan menginspirasi harus bisa te- cermin dalam setiap acara televisi, meskipun tayangan- nya beragam, mulai dari berita, hiburan, hingga talk show. Jika tidak, televisi harus siap dikri- tik keras dan terima sanksi,” ujarnya, kemarin. Erick yang juga Direktur U- tama TV One menjadi koman- dan baru ATVSI menggantikan Karni Ilyas dalam pemilihan yang dihadiri seluruh ang- gota, Rabu (10/11) malam, di Jakarta. Ia meraih enam suara, mengungguli Arya Sinulingga (Global TV) yang mendapat tiga suara dan Fofo Suriatmadja (SCTV) dengan satu suara. Menurut Erick, kritik keras dan sanksi akibat tayangan yang tidak menginspirasi itu terkait erat dengan program ke- dua asosiasi, yaitu meningkat- kan kerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). “ATVSI akan duduk bersama dengan televisi dan KPI untuk ambil tindakan terhadap tele- visi yang menayangkan konten yang melanggar Pedoman Pe- rilaku Penyiaran. Contohnya, tayangan yang baru saja di-drop (tayangan Silet soal bencana Merapi) karena dinilai mem- berikan informasi yang mere- sahkan masyarakat.’’ Program ketiga, lanjut dia, adalah mempersiapkan masya- rakat pertelevisian memasuki era multimedia. Erick menilai stasiun televisi yang tengah mendominasi saat ini belum tentu bertahan lama dengan kehadiran media lain seperti internet dan media so- sial. (CS/H-1) POLEMIK tentang pemberian gelar pahlawan kepada mantan Presiden Indonesia almarhum Soeharto dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terjawab sudah. Pemerintah telah me- mutuskan memberikan gelar pahlawan nasional kepada Jo- hannes Leimena dan Johannes Abraham Dimara. Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono memberikan piagam gelar pahlawan nasional ke- pada ahli waris dua pahlawan tersebut di Istana Negara, Ja- karta kemarin. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto yang menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Tanda Gelar menjelaskan, ke- putusan Presiden tentang gelar pahlawan sudah diteliti Ke- menterian Sosial secara teknis dan administrasi, termasuk masukan dari masyarakat. ‘’Gelar pahlawan itu gelar yang sangat mulia, dan sa- ngat membanggakan baik bagi almarhum dan keluarga yang ditinggalkan,’’ kata Djoko saat ditemui di Bandara Halim Per- danakusuma Jakarta, kemarin. Dia menambahkan, Dewan Pertimbangan Tanda Gelar telah merekomendasikan dua nama pahlawan tersebut ke- pada Presiden. ‘’Bukan berarti yang lain tidak desserve untuk mendapatkan gelar. Namun, untuk kali ini, kedua tokoh itu yang bisa kita sampaikan ke Presiden,’’ jelasnya. Hal senada juga dikatakan Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufrie bahwa keputusan akhir tetap di tangan Dewan Pertimbangan, meski banyak masukan dari Kementerian Sosial tentang tokoh-tokoh yang layak mendapatkan gelar pahlawan nasional. Sementara itu, putra Johannes Leimena, Adrianus Djauhar Dominggus Leimena, menyata- kan rasa terima kasih keluarga Leimena kepada pemimpin negara dan seluruh rakyat In- donesia atas gelar pahlawan nasional yang diberikan ke- pada Johannes Leimena. ‘’Kami mengucapkan terima kasih kepada pemimpin negara dan seluruh rakyat Indonesia, khususnya Gubernur Maluku dan masyarakat Maluku yang telah mendukung. Terima kasih setelah 33 tahun beliau wafat,’’ kata Adrianus. (Rin/H-2) SEJUMLAH obat antibiotik lini pertama (antibiotic rst line) turunan golongan penisilin menghilang di pasaran sejak 3-4 tahun terakhir dari pasaran. Obat tersebut telah digantikan oleh antibiotik jenis sefalosporin yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal. ”Hilangnya obat turunan penisilin membuat harga obat antibiotik di masyarakat le- bih mahal. Pemerintah harus segera mengatasi ini,” tandas Ketua Jurusan Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UGM Prof Dr Iwan Dwipra- hasto pada diskusi bertema Sinergi unsur akademisi, bisnis, dan pemerintah untuk memba- ngun industri bahan baku obat antibiotik turunan beta laktam, kemarin di Jakarta. Iwan memberikan gambaran, obat dari jenis antibiotik penisilin yang harganya Rp18 ribu-Rp24 ribu per ampul, kini menjadi sekitar Rp200 ribu per ampul se- telah digantikan sefalosporin. Menurutnya, pihak produsen selalu berdalih enggan mem- produksi antibiotik lama ka- rena obat itu telah mengalami resistensi. Namun, ia memen- tahkan alasan itu. Hasil pene- litian menunjukkan resistensi hanya bersifat jangka pendek, dan bukan jangka panjang. ‘’Resistensi antibiotik sejatinya berubah-ubah, bisa saja pada saat ini sudah resisten, tapi ada kemungkinan enam bulan lagi kembali seperti semula.’’ Iwan menuding stigma itu disengaja karena harga obat yang dibuat dari turunan penisi- lin semakin jatuh seiring dengan semakin banyaknya industri farmasi yang membuat jenisnya. ”Isu penisilin telah resisten itu bohong. Tidak ada hasil survei resistensi penisilin di berbagai rumah sakit,” paparnya. Stigma tersebut akhirnya juga bermuara pada beban masya- rakat yang kian berat untuk berobat. Untuk mengatasinya, Iwan menyarankan pemerintah memberi insentif kepada BUMN industri obat. Misalnya dengan menghapus berbagai pajak, dari mulai pajak bahan baku penisilin, produksi, distribusi, hingga pajak penjualan di tingkat apotek. Pada kesempatan yang sama, Kabag Program dan Anggaran Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Rahbudi Helmi memaparkan, nilai pa- sar obat di Indonesia mencapai Rp22,5 triliun. Sayangnya, 96% bahan baku obat masih diimpor. Alhasil setiap tahun uang yang dibelanjakan untuk mengimpor bahan baku obat (BBO) mencapai sekitar Rp4,5 triliun. Untuk mengurangi keter- gantungan, pemerintah akan menumbuhkan kemandirian industri farmasi BBO. ‘’Dalam 10-20 tahun ke depan bakal dibuat roadmap pengembangan obat di Indonesia.’’ Pendapat sedikit berbeda di- sampaikan Iwan. Menurutnya, pembangunan industri BBO di Indonesia tidak terlalu meng- untungkan. ‘’Yang terpenting adalah Indonesia membangun in- dustri produk sekunder dari obat seperti tepung untuk campuran obat, bahan kapsul, dan lain-lain, sehingga harga obat bisa ditekan lebih murah,’’ tandasnya. Di samping itu, industri far- masi lokal yang berani mem- buat obat generik harus menda- pat jaminan pembelian volume dari pemerintah serta sejumlah insentif. (Tlc/H-1) 12 | Humaniora JUMAT, 12 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Calon Haji Nonkuota Meningkat Calon haji yang merasa tertipu biro perjalanan sehingga gagal berangkat disarankan melapor ke polisi. Syarief Oebaidillah Penisilin Menghilang, Harga Antibiotik Melonjak Televisi Harus Siap Terima Kritik dan Sanksi Leimena dan Dimara Pahlawan Nasional ANTARA/SEPTIANDA PERDANA Untuk jemaah nonkuota, tergantung pada kebijakan pemerintah Arab Saudi apakah memperoleh visa atau tidak.” Abdul Ghafur Djawahir Sekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag JEMAAH TELANTAR: Sejumlah jemaah calon haji plus ditelantarkan di Medan, Sumut, kemarin. Sedikitnya 120 jemaah calon haji asal Provinsi Aceh tersebut sudah seminggu berada di Medan. Mereka menunggu jadwal keberangkatan dari salah satu biro perjalanan haji yang menjanjikan akan memberangkatkan mereka ke Tanah Suci pada 1 November 2010. TAHUN 1928, para pemuda menghendaki bersatu dalam tanah air, bangsa, dan bahasa, bukan dalam agama dan busana. Pilihan itu seharusnya memberi konsekuensi berupa garansi politis atas pluralisme. Tetapi ironisnya, konsep ini terkubur oleh diktator mayoritas atas nama moral komunal. Rocky Gerung, dosen lsafat Fakultas Ilmu Budaya Univer- sitas Indonesia, menyampaikan keprihatinan itu pada pidato kebudayaannya dalam rangka HUT ke-42 Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (10/11) malam. Da- lam pidatonya yang berjudul Merawat Republik dengan Akal Sehat, ia menyatakan Indonesia akhir-akhir ini terkooptasi ekstremis- ekstremis yang memaksakan kehendak. Rocky juga mengkritisi pemerintah yang tak mampu menggerakkan semangat pluralisme dalam masyarakat. “Kekuasaan negara hanya kekuasaan pesolek, yang tidak memberi imajinasi dan sugesti politik pada rakyat,” serunya. (*/H-1) KEBERADAAN UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dinilai penting karena dapat mengurangi budaya ketertutupan informasi. Lebih dari itu, UU KIP yang sudah diberlakukan merupakan payung hukum bagi warga negara terhadap akses informasi. “UU KIP setidaknya bisa menerobos budaya ketertutupan dan kecenderungan menganggap informasi sebagai sesuatu yang dirahasiakan,” kata Peneliti Utama LIPI Siti Zuhro pada seminar bertema Citizen journalism dan keterbukaan informasi publik un- tuk semua di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, kemarin. Pembicara lainnya, Ninok Leksono, mengatakan munculnya media online atau blog saat ini menjadi gaya hidup yang men- dorong multimedia berkembang. “Memang mustahil koran atau televisi meliput semua peristiwa. Pada sisi lain, warga ingin ambil bagian dalam reportase di jejaring sosialnya. Namun perlu dipertanyakan akurasi dan kredibilitas serta orisinalitasnya,” kata wartawan senior itu. (Bay/H-1) SEKILAS Pluralisme di Mata Rocky Gerung UU KIP Dobrak Ketertutupan DOK. MI Erick Thohir Ketua Umum ATVSI 2010-2013 GRAFIS/EBET ANTARA Rocky Gerung Dosen Filsafat UI

Transcript of Humaniora Calon Haji Nonkuota Meningkat fileJ UMLAH calon haji non-kuota asal Indonesia ta-hun ini...

JUMLAH calon haji non-kuota asal Indonesia ta-hun ini diperkirakan lebih dari 3.000 jemaah. Hingga

Selasa (9/11) malam, mereka yang berhasil didata petugas sudah mencapai 2.750 orang.

Hingga Selasa, jemaah non-kuota terus berdatangan di Arab Saudi. Puncaknya terjadi pada hari terakhir sebelum penu-tupan (closing date) di Terminal Haji Bandara King Abdul Azis.

“Kami belum merekap da-tanya, tapi pada Selasa saja diperkirakan 500 jemaah yang masuk,” kata Kepala Seksi Peng-awasan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) Ahmad Basani seperti dikutip kemenag.go.id. Tahun lalu jemaah ‘sandal jepit’ itu mencapai 3.000 orang.

Jemaah nonkuota dengan jumlah besar antara lain di-berangkatkan Kelompok Bimb-ingan Ibadah Haji (KBIH) Al Bayan Jakarta. Tidak hanya dari Ibu Kota, calon haji yang

diberangkatkan Al Bayan juga berasal dari daerah-daerahg lain. “Jumlahnya di atas 100 orang,” tandas Basani.

Seperti tahun-tahun sebe-lumnya, masalah ketidakpas-tian masih dihadapi calon haji tidak resmi tersebut. Banyak dari mereka yang keleleran, seperti sembilan orang asal Madura yang telantar 10 jam le-

bih di Bandara King Abdul Azis karena penjemput tak kunjung datang. Mereka resah karena tak mendapat makan layaknya jemaah reguler atau khusus. Nasib serupa menimpa sekitar 20 jemaah asal Banjarmasin.

Menurut Basani, sisi negatif jemaah nonkuota adalah tidak adanya kepastian selama di Ta-nah Suci. Selain soal penjempu-tan, masalah krusial lain yang kerap dialami adalah masalah transportasi, pemondokan, dan katering. “Penyelenggara ini sangat rapi dalam operasion-alnya. Banyak jemaah tak tahu mereka masuk nonkuota.’’

Sebenarnya, masalah yang mendera jemaah nonkuota tak hanya setelah tiba di Tanah Suci. Saat masih di Indonesia pun mereka akrab dengan persoalan, bahkan banyak yang akhirnya gagal berangkat.

Terakhir, kabar buruk me nimpa 200 calon haji asal Aceh, Medan, Riau, Batam, dan Lampung. Me-reka telantar di Hotel Sri Dewi, Medan, Sumatra Utara, tertipu oleh sebuah biro perjalanan di

Medan. Para calon tamu Allah SWT ini harus gigit jari lantaran tidak mengantongi surat resmi seperti visa, padahal sudah me-nyetorkan uang Rp60 juta.

Mereka sudah berada di Medan sejak 21 Oktober lalu dan menginap di hotel dengan biaya sendiri sambil menunggu kepastian. Salah seorang je-maah, Nadia Nuzula, menga-takan biro perjalanan itu be-ralasan tidak bisa memperoleh visa. ‘’Mereka malah meminta

lagi uang Rp3 juta untuk mem-percepat proses pengeluaran visa,’’ cetusnya.

Ranah pidana Saat menanggapi banyak-

nya jemaah nonkuota yang gagal berangkat, Kemente-rian Agama (Kemenag) hanya bisa mengimbau umat muslim mengikuti jalur resmi untuk beribadah haji. “Hanya jalur haji yang menjamin semua keperluan jemaah baik ke-

berangkatan, ibadahnya, serta kepulangan,” kata Sekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul Ghafur Djawahir, kemarin.

‘’Untuk haji reguler pasti berangkat dan pasti pulang. Sedangkan untuk jemaah non-kuota tergantung pada kebi-jakan pemerintah Arab Saudi apakah memperoleh visa atau tidak,” tandas Ghafur lagi.

Soal sanksi kepada biro per-jalanan yang menelantarkan

jemaah nonkuota, ia menya-takan Kemenag tidak bisa berbuat apa-apa. Pemerintah hanya bisa menindak penye-lenggara yang resmi. Ghafur menyarankan jemaah yang merasa ditipu untuk melapor ke kepolisian karena itu sudah masuk ranah pidana. “Kalau mau jujur ya lapor saja ke po-lisi,” cetusnya. (YN/H-1)

[email protected]

KETUA Umum Asosiasi Tele-visi Swasta Indonesia (ATVSI) terpilih untuk periode 2010-2013 Erick Thohir menegas-kan ke depan televisi harus siap menerima kritik keras jika masih tetap menayang-kan konten yang dinilai tidak memberikan inspirasi kepada masyarakat.

Ia menuturkan, dalam masa kepemimpinannya, ATVSI akan memprioritaskan tiga program. Pertama, mening-katkan konten 10 stasiun televisi yang tergabung da-

lam asosiasi terkait informasi publik sehingga dapat lebih memberikan inspirasi kepada masyarakat

“Informasi yang baik dan menginspirasi harus bisa te-cermin dalam setiap acara televisi, meskipun tayangan-nya beragam, mulai dari berita, hiburan, hingga talk show. Jika tidak, televisi harus siap dikri-tik keras dan terima sanksi,” ujarnya, kemarin.

Erick yang juga Direktur U-tama TV One menjadi koman-dan baru ATVSI menggantikan

Karni Ilyas dalam pemilihan yang dihadiri seluruh ang-gota, Rabu (10/11) malam, di Jakarta. Ia meraih enam suara,

mengungguli Arya Sinulingga (Global TV) yang mendapat tiga suara dan Fofo Suriatmadja (SCTV) dengan satu suara.

Menurut Erick, kritik keras dan sanksi akibat tayangan yang tidak menginspirasi itu terkait erat dengan program ke-dua asosiasi, yaitu meningkat-kan kerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

“ATVSI akan duduk bersama dengan televisi dan KPI untuk ambil tindakan terhadap tele-visi yang menayangkan konten yang melanggar Pedoman Pe-

rilaku Penyiaran. Contohnya, tayangan yang baru saja di-drop (tayangan Silet soal bencana Merapi) karena dinilai mem-berikan informasi yang mere-sahkan masyarakat.’’

Program ketiga, lanjut dia, adalah mempersiapkan masya-rakat pertelevisian memasuki era multimedia.

Erick menilai stasiun televisi yang tengah mendominasi saat ini belum tentu bertahan lama dengan kehadiran media lain seperti internet dan media so-sial. (CS/H-1)

POLEMIK tentang pemberian gelar pahlawan kepada mantan Presiden Indonesia almarhum Soeharto dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terjawab sudah. Pemerintah telah me-mutuskan memberikan gelar pahlawan nasional kepada Jo-hannes Leimena dan Johannes Abraham Dimara.

Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono memberikan piagam gelar pahlawan nasional ke-pada ahli waris dua pahlawan tersebut di Istana Negara, Ja-karta kemarin.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto yang menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Tanda Gelar menjelaskan, ke-putusan Presiden tentang gelar pahlawan sudah diteliti Ke-

menterian Sosial secara teknis dan administrasi, termasuk masukan dari masyarakat.

‘’Gelar pahlawan itu gelar yang sangat mulia, dan sa-ngat membanggakan baik bagi almarhum dan keluarga yang ditinggalkan,’’ kata Djoko saat ditemui di Bandara Halim Per-danakusuma Jakarta, kemarin.

Dia menambahkan, Dewan Pertimbangan Tanda Gelar telah merekomendasikan dua nama pahlawan tersebut ke-pada Presiden. ‘’Bukan berarti yang lain tidak desserve untuk mendapatkan gelar. Namun, untuk kali ini, kedua tokoh itu yang bisa kita sampaikan ke Presiden,’’ jelasnya.

Hal senada juga dikatakan Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufrie bahwa keputusan

akhir tetap di tangan Dewan Pertimbangan, meski banyak masukan dari Kementerian Sosial tentang tokoh-tokoh yang layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Sementara itu, putra Johannes Leimena, Adrianus Djauhar Dominggus Leimena, menyata-kan rasa terima kasih keluarga Leimena kepada pemimpin negara dan seluruh rakyat In-donesia atas gelar pahlawan nasional yang diberikan ke-pada Johannes Leimena.

‘’Kami mengucapkan terima kasih kepada pemimpin negara dan seluruh rakyat Indonesia, khususnya Gubernur Maluku dan masyarakat Maluku yang telah mendukung. Terima kasih setelah 33 tahun beliau wafat,’’ kata Adrianus. (Rin/H-2)

SEJUMLAH obat antibiotik lini pertama (antibiotic fi rst line) turunan golongan penisilin menghilang di pasaran sejak 3-4 tahun terakhir dari pasaran. Obat tersebut telah digantikan oleh antibiotik jenis sefalosporin yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal.

”Hilangnya obat turunan penisilin membuat harga obat antibiotik di masyarakat le-bih mahal. Pemerintah harus segera mengatasi ini,” tandas Ketua Jurusan Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UGM Prof Dr Iwan Dwipra-hasto pada diskusi bertema Sinergi unsur akademisi, bisnis, dan pemerintah untuk memba-

ngun industri bahan baku obat antibiotik turunan beta laktam, kemarin di Jakarta.

Iwan memberikan gambaran, obat dari jenis antibiotik penisilin yang harganya Rp18 ribu-Rp24 ribu per ampul, kini menjadi sekitar Rp200 ribu per ampul se-telah digantikan sefalosporin.

Menurutnya, pihak produsen selalu berdalih enggan mem-produksi antibiotik lama ka-rena obat itu telah mengalami resistensi. Namun, ia memen-tahkan alasan itu. Hasil pene-litian menunjukkan resistensi hanya bersifat jangka pendek, dan bukan jangka panjang. ‘’Resistensi antibiotik sejatinya berubah-ubah, bisa saja pada

saat ini sudah resisten, tapi ada kemungkinan enam bulan lagi kembali seperti semula.’’

Iwan menuding stigma itu disengaja karena harga obat yang dibuat dari turunan penisi-lin semakin jatuh seiring dengan semakin banyaknya industri farmasi yang membuat jenisnya. ”Isu penisilin telah resisten itu bohong. Tidak ada hasil survei resistensi penisilin di berbagai rumah sakit,” paparnya.

Stigma tersebut akhirnya juga bermuara pada beban masya-rakat yang kian berat untuk berobat. Untuk mengatasinya, Iwan menyarankan pemerintah memberi insentif kepada BUMN industri obat. Misalnya dengan

menghapus berbagai pajak, dari mulai pajak bahan baku penisilin, produksi, distribusi, hingga pajak penjualan di tingkat apotek.

Pada kesempatan yang sama, Kabag Program dan Anggaran Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Rahbudi Helmi memaparkan, nilai pa-sar obat di Indonesia mencapai Rp22,5 triliun. Sayangnya, 96% bahan baku obat masih diimpor. Alhasil setiap tahun uang yang dibelanjakan untuk mengimpor bahan baku obat (BBO) mencapai sekitar Rp4,5 triliun.

Untuk mengurangi keter-gantungan, pemerintah akan menumbuhkan kemandirian industri farmasi BBO. ‘’Dalam

10-20 tahun ke depan bakal dibuat roadmap pengembangan obat di Indonesia.’’

Pendapat sedikit berbeda di-sampaikan Iwan. Menurutnya, pembangunan industri BBO di Indonesia tidak terlalu meng-untungkan. ‘’Yang terpenting adalah Indonesia membangun in-dustri produk sekunder dari obat seperti tepung untuk campuran obat, bahan kapsul, dan lain-lain, sehingga harga obat bisa ditekan lebih murah,’’ tandasnya.

Di samping itu, industri far-masi lokal yang berani mem-buat obat generik harus menda-pat jaminan pembelian volume dari pemerintah serta sejumlah insentif. (Tlc/H-1)

12 | Humaniora JUMAT, 12 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Calon Haji Nonkuota Meningkat

Calon haji yang merasa tertipu biro perjalanan sehingga gagal berangkat disarankan melapor ke polisi.

Syarief Oebaidillah

Penisilin Menghilang, Harga Antibiotik Melonjak

Televisi Harus Siap Terima Kritik dan Sanksi

Leimena dan Dimara Pahlawan Nasional

ANTARA/SEPTIANDA PERDANA

Untuk jemaah nonkuota, tergantung pada kebijakan pemerintah Arab Saudi apakah memperoleh visa atau tidak.”Abdul Ghafur DjawahirSekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag

JEMAAH TELANTAR: Sejumlah jemaah calon haji plus ditelantarkan di Medan, Sumut, kemarin. Sedikitnya 120 jemaah calon haji asal Provinsi Aceh tersebut sudah seminggu berada di Medan. Mereka menunggu jadwal keberangkatan dari salah satu biro perjalanan haji yang menjanjikan akan memberangkatkan mereka ke Tanah Suci pada 1 November 2010.

TAHUN 1928, para pemuda menghendaki bersatu dalam tanah air, bangsa, dan bahasa, bukan dalam agama dan busana. Pilihan itu seharusnya memberi konsekuensi berupa garansi politis atas pluralisme. Tetapi ironisnya, konsep ini terkubur oleh diktator mayoritas atas nama moral komunal.

Rocky Gerung, dosen fi lsafat Fakultas Ilmu Budaya Univer-

sitas Indonesia, menyampaikan keprihatinan itu pada pidato kebudayaannya dalam rangka HUT ke-42 Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (10/11) malam. Da-lam pidatonya yang berjudul Merawat Republik dengan Akal Sehat, ia menyatakan Indonesia akhir-akhir ini terkooptasi ekstremis-ekstremis yang memaksakan kehendak. Rocky juga mengkritisi pemerintah yang tak mampu menggerakkan semangat pluralisme dalam masyarakat. “Kekuasaan negara hanya kekuasaan pesolek, yang tidak memberi imajinasi dan sugesti politik pada rakyat,” serunya. (*/H-1)

KEBERADAAN UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dinilai penting karena dapat mengurangi budaya ketertutupan informasi. Lebih dari itu, UU KIP yang sudah diberlakukan merupakan payung hukum bagi warga negara terhadap akses informasi. “UU KIP setidaknya bisa menerobos budaya ketertutupan dan kecenderungan menganggap informasi sebagai sesuatu yang dirahasiakan,” kata Peneliti Utama LIPI Siti Zuhro pada seminar bertema Citizen journalism dan keterbukaan informasi publik un-tuk semua di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, kemarin.

Pembicara lainnya, Ninok Leksono, mengatakan munculnya media online atau blog saat ini menjadi gaya hidup yang men-dorong multimedia berkembang. “Memang mustahil koran atau televisi meliput semua peristiwa. Pada sisi lain, warga ingin ambil bagian dalam reportase di jejaring sosialnya. Namun perlu dipertanyakan akurasi dan kredibilitas serta orisinalitasnya,” kata wartawan senior itu. (Bay/H-1)

SEKILAS

Pluralisme di Mata Rocky Gerung

UU KIP Dobrak Ketertutupan

DOK. MI

Erick ThohirKetua Umum ATVSI 2010-2013

GRAFIS/EBET

ANTARA

Rocky GerungDosen Filsafat UI