HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

5
HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN [ Oleh : Uswatun Khasanah Alaqila, S.Hi] PENDAHULUAN Hukum kewarisan adalah himpunan aturan hukum yang mengatur tentang siapa ahli waris yang berhak mewarisi harta peninggalan. Pada prinsipnya kewarisan terjadi didahului dengan adanya kematian, lalu orang yang meninggal tersebut meninggalkan harta warisan yang akan dibagikan kepada ahli warisnya. Mengenai kaedah positif yang mengatur perihal kewarisan, negara Indonesia belum mempunya hukum waris nasional. Tetapi setidaknya terdapat tiga kaedah hukum positif di Indonesia yang mengatur perihal kewarisan, yakni hukum adat, hukum perdata barat dan hukum Islam. Tentunya terdapat  beberapa persamaan dan perbedaan di antara ketiga kaedah hukum yang mengatur perihal kewarisan tersebut. Hukum Islam sendiri mengatur beberapa bidang hukum. Posisi hukum kewarisan dalam hukum Islam termasuk dalam lingkupan bidang hukum kekeluargaan. Pada umumnya  perihal mengenai hukum kekeluargaan yang di dalamnya terdapat ketentuan mengenai kewarisan tersebut diatur dalam Al-Qur’an surat An-Nissa (Q.S.IV). Harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris tidak serta merta berarti seluruhnya merupakan harta kekayaan yang nantinya akan dibagi kepada segenap ahli waris. Ada suatu saat dimana pewaris meninggalkan harta peninggalan berupa hutang. Perihal mengenai mewaris hutang ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat bahwa di dalam setiap ketentuan positif yang mengatur perihal kewarisan dalam Al-Qur’an maupun Kompilasi Hukum Islam (KHI) selalu disebutkan bahwa bagian harta warisan akan siap untuk dibagi kepada segenap ahli waris jika telah dikurangi dengan hutang- hutang dan wasiat. Dalam mewaris hutang-hutang, hukum kewarisan Islam mempunyai ketentuan tersendiri yang mengatur hal tersebut. Di lain sisi, kewarisan perdata barat dalam (KUHPerdata)  pun juga mengatur hal yang sama pula. Oleh karena itu melalui makalah ini penulis akan membahas mengenai “Perbandingan ketentuan mengenai mewaris hutang menurut hukum kewarisan Islam dan menurut hukum kewarisan perdata barat.” POKOK MASALAH Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik  beberapa pokok masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yakni: 2.1. Bagaimana hukum Islam dan hukum perdata barat mengatur perihal kewarisan pada umumnya? 2.2. Bagaimanakah perbandingan ketentuan mengenai mewaris hutang menurut hukum kewarisan Islam dan hukum perdata barat? PEMBAHASAN 1. KEWARISAN DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA BARAT A. Dalam Hukum Islam Bilamana orang membicarakan masalah warisan, maka orang akan sampai kepada dua masalah pokok, yakni adanya seorang yang meninggal dunia yang meninggalkan harta kekayaannya sebagai warisan dan meninggalkan orang-orang

Transcript of HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

Page 1: HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

8/7/2019 HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

http://slidepdf.com/reader/full/hukum-waris-islam-serta-perdata-barat-mengenai-pembagian 1/5

HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

[ Oleh : Uswatun Khasanah Alaqila, S.Hi]

PENDAHULUAN

Hukum kewarisan adalah himpunan aturan hukum yang mengatur tentang siapa ahli

waris yang berhak mewarisi harta peninggalan. Pada prinsipnya kewarisan terjadididahului dengan adanya kematian, lalu orang yang meninggal tersebut meninggalkan

harta warisan yang akan dibagikan kepada ahli warisnya. Mengenai kaedah positif yang

mengatur perihal kewarisan, negara Indonesia belum mempunya hukum waris nasional.Tetapi setidaknya terdapat tiga kaedah hukum positif di Indonesia yang mengatur perihal

kewarisan, yakni hukum adat, hukum perdata barat dan hukum Islam. Tentunya terdapat

 beberapa persamaan dan perbedaan di antara ketiga kaedah hukum yang mengatur perihal

kewarisan tersebut.Hukum Islam sendiri mengatur beberapa bidang hukum. Posisi hukum kewarisan dalam

hukum Islam termasuk dalam lingkupan bidang hukum kekeluargaan. Pada umumnya

 perihal mengenai hukum kekeluargaan yang di dalamnya terdapat ketentuan mengenai

kewarisan tersebut diatur dalam Al-Qur’an surat An-Nissa (Q.S.IV).Harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris tidak serta merta berarti seluruhnya

merupakan harta kekayaan yang nantinya akan dibagi kepada segenap ahli waris. Adasuatu saat dimana pewaris meninggalkan harta peninggalan berupa hutang. Perihal

mengenai mewaris hutang ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat bahwa di

dalam setiap ketentuan positif yang mengatur perihal kewarisan dalam Al-Qur’an

maupun Kompilasi Hukum Islam (KHI) selalu disebutkan bahwa bagian harta warisanakan siap untuk dibagi kepada segenap ahli waris jika telah dikurangi dengan hutang-

hutang dan wasiat.

Dalam mewaris hutang-hutang, hukum kewarisan Islam mempunyai ketentuan tersendiriyang mengatur hal tersebut. Di lain sisi, kewarisan perdata barat dalam (KUHPerdata)

 pun juga mengatur hal yang sama pula. Oleh karena itu melalui makalah ini penulis akanmembahas mengenai “Perbandingan ketentuan mengenai mewaris hutang menuruthukum kewarisan Islam dan menurut hukum kewarisan perdata barat.”

POKOK MASALAHBerdasarkan latar belakang sebagaimana telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik 

 beberapa pokok masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yakni:

2.1. Bagaimana hukum Islam dan hukum perdata barat mengatur perihal kewarisan pada

umumnya?2.2. Bagaimanakah perbandingan ketentuan mengenai mewaris hutang menurut hukum

kewarisan Islam dan hukum perdata barat?

PEMBAHASAN

1. KEWARISAN DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA

BARAT

A. Dalam Hukum Islam

Bilamana orang membicarakan masalah warisan, maka orang akan sampai kepada

dua masalah pokok, yakni adanya seorang yang meninggal dunia yang

meninggalkan harta kekayaannya sebagai warisan dan meninggalkan orang-orang

Page 2: HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

8/7/2019 HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

http://slidepdf.com/reader/full/hukum-waris-islam-serta-perdata-barat-mengenai-pembagian 2/5

yang berhak untuk menerima harta peninggalan tersebut. Dalam buku II, bab I,

 pasal 171 butir a Kompilasi Hukum Islam disebutkan pengertian hukum

kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli

waris dan berapa baiannya masing-masing. Hukum kewarisan Islam disebut juga

hukum fara’id, jamak dari kata farida, erat sekali hubungannya dengan kata fardyang berarti kewajiban yang harus dilaksanakan .

A.1. Asas-Asas Hukum Kewarisan IslamMenurut Prof.Dr.Amir Syarifudin, ada lima asas yang berkaitan dengan sifat

 peralihan harta kepada ahli waris, cara pemilikan harta oleh yang menerima,

kadar jumlah harta yang diterima dan waktu terjadinya peralihan harta itu. Asas-

asas tersebut adalah :a) Asas Ijbari (memaksa=compulsory)

Peralihan harta peninggalan berlaku dengan sendirinya tanpa digantungkan pada

kehendak masing-masing pihak.

 b) Asas BilateralBahwa setiap orang menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak yaitu pihak 

garis keturunan laki-laki dan pihak garis keturunan perempuan.c) Asas Individual

Pemilikan harta peninggalan yang diberikan dapat dimiliki secara individu.

d) Asas Keadilan Berimbang

Harus senantiasa terdapat keseimbangan antara hak yang diperoleh seseorangdengan keajiban yang harus ditunaikannya.

e) Asas Kematian

Peralihan harta seorang kepada orang lain hanya berlaku setelah orang yangmempunyai harta meninggal dunia.

A.2. Faktor-Faktor Lahirnya Hukum Kewarisan IslamMenurut Prof.Dr.Tahir Azhari, SH, faktor-faktor yang melahirkan hak kewarisan

Islam adalah sebagai berikut :

a) Faktor seiman b) Adanya hubungan darah antara pewaris dan ahli waris

c) Adanya hubungan semenda / perkawinan

A.3. Dasar Hukum Kewarisan Islam

a) Al-Qur’anBeberapa ayat AL-Qur’an yang langsung mengatur pembagian harta warisan

adalah sebagai berikut :

- O.S.IV:7. Mengatur penegasan bahwa laki-laki dan perempuan dapat mewaris- Q.S.IV:11. Mengatur perolehan anak, ibu dan bapak 

- Q.S.IV:12. Mengatur perolehan duda, janda, saudara-saudara dalam hal kalaalah

- Q.S.IV:33. Mengatur mengenai mawali seorang yang dapat harta peninggalandari ibu-bapaknya, aqrabunnya dan tolam seperjanjiannya

- Q.S.IV:176. Menerangkan arti kalaalah

 b) Sunnah Rasul, yakni hadits Jaabir bin Abdullah, Zaid bin Tsabit, Abu Bakar,

Ali bin Thalib, Saad bin Abi Waqqas, Ibnu Abbas, dan lain-lain.

Page 3: HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

8/7/2019 HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

http://slidepdf.com/reader/full/hukum-waris-islam-serta-perdata-barat-mengenai-pembagian 3/5

c) Ijtihad, misalnya mengenai bagian ibu apabila hanya mewaris dengan bapak 

dan suami atau isteri.

B. Dalam Hukum Perdata Barat

B.1. Pengertian

Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadidengan harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia, dengan lain perkataan

mengatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal

serta akibat-akibatnya bagi ahli waris.B.2. Dasar Hukum

Buku II KUHPerdata Pasal 830-1130 jo. Pasal 528 dan 584 KUHPerdata

B.3. Prinsip Umum dalam Kewarisan

a. Pewarisan terjadi karena meninggalnya pewaris dengan sejumlah harta b. Hak-hak dan kewajiban dibidang harta kekayaan beralih demi hukum. Pasal

833 KUHPerdata, menimbulkan hak menuntut

c. Yang berhak mewaris menurut UU mereka yang mempunyai hubungan darah

(Pasal 832 KUHPerdata)d. Harta tidak boleh dibiarkan tidak terbagi

e. Setiap orang cakap mewaris kecuali pasal 838 KUHPerdata (onwaardig)B.4. Cara Mewaris

Berdasarkan undang-undang dan berdasarkan Testament.

2. MEWARIS HUTANG DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM DAN

HUKUM KEWARISAN PERDATA BARAT

A. Ditinjau Dari Hukum Kewarisan Islam

Dalam Kompilasi Hukum Islam buku II, bab I tentang ketentuan umum, dapatdisimplkan bahwa hukum kewarisan Islam memisahkan konsep antara harta

 peninggalan dan harta warisan. Yang dimakssud harta peninggalan adalah harta

yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadimiliknya maupun hak-haknya. Sedangkan yang dimaksud mengenai harta warisan

adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk 

keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah(tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat.

Pula seperti yang telah dijelaskan pada uraian-uraian sebelumnya yakni bahwa

dalam setiap ketentuan positif dalam hukum kewarisan Islam selalu diberi

 penjelasan bahwa ahli waris baru dapat menerima harta warisan setelah dikurangdengan pembayaran hutang dan wasiat. Dengan demikian dapatlah disimpulkan

 bahwa hukum kewarisan Islam menuntut adanya pelunasan segala hutang dan

wasiat si pewaris sebelum harta warisan dibagikan. Para ahli waris tidak diwajibkan untuk menutupi kekurangan yang timbul karena tidak mencukupi

harta peninggalan bagi pelunasan hutang pewaris dengan kekayaan sejumlah harta

 peninggalan. Dikuatkan pula oleh QS.II:233, bahwa tidak berarti ibu atau ayahkarena anaknya, demikian pula akli waris karena pewarisannya. Dengan demikian

maka prosedur pembayaran hutang pewaris yang melampaui jumlah harta

 peninggalan ialah menurut pengurangan yang seimbang

Page 4: HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

8/7/2019 HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

http://slidepdf.com/reader/full/hukum-waris-islam-serta-perdata-barat-mengenai-pembagian 4/5

Contoh kasus:

Pewaris X mempunyai hutang kepada A sebesar Rp.50.000,- ; kepada B sebesar 

Rp.30.000,- ; dan C sebesar Rp.20.000,-.Jumlah harta peningalan pewaris sebesar 200.000. Ongkos-ongkos selama sakit

dan ongkos kematian sebesar Rp. 160.000,-.

Berdasar rumus di atas maka penyelesaian hutang-hutang tersebut diatur sebagai berikut:

A= 50.000 / 100.000 x (200.000-160.000) = Rp.20.000,-

B= 30.000 / 100.000 x (200.000-160.000) = Rp. 12.000,-C= 20.000 / 100.000 x (200.000-160.000) = Rp.8.000,-

B. Ditinjau Dari Hukum Kewarisan Perdata Barat

Menurut hukum kewarisan Islam dan hukum waris adat, apa yang padahakekatnya beralih dari tangan yang wafat kepada para ahli waris ialah barang-

 barang tinggalan dalam keadaan bersih, artinya setelah dikurangi dengan

 pembayaran-pembayaran lain yang diakibatkan oleh wafatnya si pewaris.

Mr.Ter Haar mengatakan bahwa hanya harta peninggalan yang tinggal tak terbagi-bagilah yang harus dipergunakan untuk membayar hutang-hutang si

 pewaris. Titik pangkal ini mengakibatkan perumusan kaedah hukum adat yaknihanya sisa harta peninggalan dapat diwaris. Sebaliknya KUHPerdata memandang

selaku hakekat, bahwa yang diwaris oleh ahli waris itu tidaklah hanya hal-hal

yang bermanfaat saja bagi mereka, melainkan juga hutang dari si pewaris.

Hakekat dalam KUHPerdata bahwa hutang-hutang si pewaris beralih pula kepadaahli waris juga menentukan bahwa para ahli waris dapat menghindarkan peralihan

itu dengan jalan menerima atau menolak warisan atau menerima dengan syarat,

yaitu menerima tetapim dengan ketentuan ia tidak akan diwajibkan membayar hutang si pewaris yang melebihi bagiannya dalam warisan itu.

Dengan demikian KUHPerdata mengenal 3 macam sikap dari ahli waris terhadap

harta warisan, yakni:1. Ia dapat menerima harta warisan seluruhnya menurut hakekat tersebut dari

KUHPerdata, termasuk seluruh hutang si pewaris.

2. Ia dapat menolak harta warisan dengan akibat bahwa ia sama sekali tidak tahumenahu tentang pengurusan harta warisan itu.

3. Ia dapat menerima harta warisan dengan syarat bahwa harus diperinci barang-

 barangnya dengan pengertian bahwa hutang-hutang hanya dapat ditagih sekedar 

harta warisan mencukupi untuk itu.Oleh karena pemilihan satu dari tiga sikap tersebut di atas dapat berpengaruh

 besar terhadap ahli waris, maka oleh KUHPerdata kepada mereka secara tegas

diberi kesempatan untuk berpikir dahulu sebelum memilih salah satu sikap itu.Hak-hak berpikir ini diatur dalam pasal 1023 sampai pasal 1029 KUHPerdata.

Akibat dari penerimaan warisan secara penuh atau tanpa syarat (point 1) adalah

 bahwa harta warisan dan harta kekayaan pribadi dari ahli waris dicampur menjadisatu, berari bahwa semua hutang-hutang pewaris diambil alih oleh ahli waris, dan

ia tidak dapat menolak warisan itu .

Page 5: HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

8/7/2019 HUKUM WARIS ISLAM SERTA PERDATA BARAT MENGENAI PEMBAGIAN

http://slidepdf.com/reader/full/hukum-waris-islam-serta-perdata-barat-mengenai-pembagian 5/5

BAB III

KESIMPULAN

1. Dalam hukum Islam, kewarisan merupakan suatu kewajiban yang tidak 

digantungkan pada kehendak masing-masing pihak. Sedangkan dalam hukum perdata barat, jika terbuka suatu warisan, ahli waris dapat memilih apakah ia akan menerima

atau menolak warisan itu, atau menerima dengan ketentuan ia tidak akan diwajibkan

membayar hutang-hutang si pewaris yang melebihi bagiannya dalam warisan itu.2. Dalam hukum Islam yang diwariskan kepada ahli waris itu adalah barang-barang

 peninggalan si pewaris dalam keadaan bersih, jadi setelah dikurangi dengan

 pembayaran hutang-hutang si pewaris. Seperti apa yang telah diuraikan bahwa

 pembayaan hutang itu tidak boleh mendatangkan kesempitan pada ahli waris tersebut,dengan demikian tanggung jawab para ahli waris menurut hukum Islam adalah

terbatas sebanyak harta peninggalan yang ia dapatkan. Sedangkan dalam KUHPerdata

tanggung jawab para ahli waris tersebut, apakah ia menerima atau menolak warisan

itu.3. Dalam hukum kewarisan Islam para ahli waris tidak diwajibkan untuk menutupi

kekurangan – kekurangan yang timbul karena harta peninggalan tidak cukup untuk menutupi hutang si pewaris. Sedangkan menurut KUHPerdata harta kekayaan pribadi

dapat dipakai untuk mencukupi pelunasan hutang hutang si pewaris bila ia menerima

warisan itu secara penuh atau tanpa syarat.